Marketplace Jasa Hukum Justika Rilis Aplikasi Khusus Pengacara

Marketplace jasa hukum Justika merilis aplikasi Justika Lawyer Connect untuk mengakomodasi advokat yang telah bermitra dengan Justika dan terhubung langsung dengan para klien. Aplikasi ini masih terbatas tersedia untuk kalangan advokat terpilih saja.

Kehadiran aplikasi ini adalah bagian dari rangkaian produk yang bakal digencarkan Justika pasca menerima pendanaan Pra Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan dari salah satu firma hukum besar di Indonesia, Assegaf Hamzah & Partners (AHP) pada akhir Januari 2019.

“Kami mau menyelesaikan pengembangan produk. Sejak live di Juni 2018, kita baru ada layanan konsultasi via telepon. Ada good problem dari user kita ternyata mereka eager untuk minta layanan lebih lanjut seperti pembuatan dokumen, konsultasi tatap muka, sampai pendampingan, Itu produk yang sedang kami selesaikan,” ucap CEO Justika Melvin Sumapung kepada DailySocial.

Melvin menjelaskan aplikasi khusus advokat ini akan menjembatani seluruh pemesanan dari klien yang ingin terhubung dengan advokat tertentu. Kehadiran aplikasi ini dimaksudkan untuk memudahkan advokat dengan mobilitas yang tinggi, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu waktu operasionalnya.

Aplikasi Justika Lawyer Connect / Justika
Aplikasi Justika Lawyer Connect / Justika

Nanti aplikasi akan memberi notifikasi kepada advokat terkait permintaan tersebut dan secara otomatis sistem akan mengatur conference room. Ketika advokat sudah masuk ke dalam conference room tersebut, sistem akan mendeteksi dan menghubungi klien untuk memulai sesi konsultasi via telepon.
Ada waktu pengingat dan alat perekam yang secara otomatis menyala ketika percakapan dimulai.

“Timer itu untuk memastikan semuanya tepat 30 menit, biayanya Rp299 ribu. Recorder itu maksudnya untuk kebutuhan revisit kalau ada apa-apa, yang sebelumnya sudah berdasarkan persetujuan dari kedua belah pihak.”

Perkembangan Justika

Dia menuturkan saat ini Justika telah memiliki 900 advokat terdaftar di dalam platformnya. Namun advokat yang benar-benar sudah melayani kebutuhan klien hanya 11 orang. Melvin berujar, keputusan ini diambil karena pihaknya ingin memfilter antara kebutuhan klien dengan spesifikasi keahlian para advokat.

Anak usaha dari media online Hukum Online ini banyak menangani permasalahan mengenai soal keluarga, individu, dan bisnis skala UKM. Oleh karena itu, advokat yang bergabung ke Justika diharapkan memiliki keahlian di bidang tersebut. Rencananya tahun ini advokat yang bisa melayani klien akan ditingkatkan jadi 20-30 orang.

“Kita ingin make sure apa yang kita berikan ke user tidak hanya advokat yang terkurasi saja, tapi keahlian advokat itu bisa mengikuti kebutuhan user. Jadi user butuh untuk menganani kasus apa, lawyer-nya harus yang sesuai.”

Advokat dapat bermitra dengan Justika setelah melalui proses verifikasi dari internal Justika. Perusahaan akan menanyakan lebih lanjut bagaimana bidang keahliannya, pengalaman, apakah punya lisensi advokat, jaringannya seperti apa, dan sepak terjangnya selama berkarier.

Terkait rencana Justika dengan AHP berikutnya, Melvin mengatakan pihaknya menjadikan investor tunggalnya tersebut sebagai mitra strategis untuk product knowledge. AHP dianggap sebagai mitra yang piawai tidak hanya dalam bidang hukum saja, tapi juga membangun firma dari nol sampai besar seperti sekarang.

Melvin menyebutkan, meski belum ada pembicaraan apakah advokat dari AHP bakal tergabung sebagai mitra Justika, mereka berharap AHP bisa memberikan bantuannya.

“Kita perlu banyak belajar ke mereka [AHP] karena pengalamannya sudah banyak, termasuk membangun bisnis firma hukum,” pungkasnya.

Sejak berdiri di Juni 2018, Justika telah melayani klien yang berada di berbagai lokasi, seperti Gresik, Sumatera, Lombok, hingga Papua. Kebanyakan mereka berada di level ekonomi menengah. Diklaim hingga kini terjadi peningkatan pengguna hingga 10 kali lipat.

“Kami menyasar konsumen yang ada di level ekonomi menengah karena yang level atas itu sudah jadi kliennya law firm besar, sementara yang level bawah itu dibantu oleh LBH,” kata CPO Justika Hafidz Kalamullah.

Bobobox Receives Pra-Series A Funding, to Expand Service in Indonesia

Bandung-based smart accommodation startup, Bobobox, today (3/5), announces Pra-Series A funding from Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, and three hidden investors with undisclosed value. It’s to be used for service expansion in all over Indonesia within the next two years.

Founded in 2017, Bobobox provides pods, bed capsules that offers convenience and calming atmosphere for customers at affordable price. The pods are including an app to control gate access, lamp adjusting, safety feature, bluetooth speaker, and air conditioner.

Bobobox presents as a game changer that focuses on millennials/ travelers market in need for convenience and easy at affordable price. Using the technology in pods, Bobobox answered the needs of space, safety, and accommodation of affordable hostel.

“We aim to be the biggest chain accommodation in Indonesia by 2020 with more than 200 locations. Properties are owned or managed by Bobobox. We’re now planning to build new property around Jakarta, Bogor, Bali, and Yogyakarta,” Bobobox’s Co-Founder, Antonius Bong said.

Previously, Alpha JWC Ventures and Ganesha Ventures are involved in Bobobox funding in mid-2018. Bobobox is expected to continue developing, particularly in hospitality industry revolution in Indonesia.

“Bobobox’s growth and traction has gone exponential since our first investment in team, no wonder we’re supporting them with our best, in terms of funding and business support. We believe within the next two years, Bobobox will achieve their target to be the fastest growing pods service in Indonesia supported by technology which going to create hospitality industry revolution,” Alpha JWC Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Chandra Tjan said.

Bobobox’s Co-founder, Indra Gunawan explained that Bobobox started to offer single bed pods this year. Previously, they just offered king size bed. In addition, they will form some new partnerships, and create opportunity for frenchise.

“”We also renovate the current hotels. Unlike the other hospitality SaaS which only provides branding, we also help independent hotels with pods, system, even marketing. Trial project has done and we’re to expand with this model,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Terima Pendanaan Pra-Seri A, Segera Perluas Layanan di Indonesia

Startup smart accommodation asal Bandung, Bobobox, hari ini, (5/3), mengumumkan telah menerima pendanaan Pra-Seri A dari Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, dan tiga investor yang tidak disebutkan dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan kali ini akan dimanfaatkan untuk memperluas layanan di seluruh Indonesia dalam kurun waktu dua tahun mendatang.

Didirikan pada tahun 2017, Bobobox menghadirkan pods, kapsul ruang tidur, yang menawarkan kebutuhan yang membuat para pengguna tenang dan nyaman dengan biaya yang terjangkau. Pods tersebut dilengkapi dengan aplikasi yang mampu mengendalikan akses pintu, nyala lampu yang bisa disesuaikan, fitur keamanan, bluetooth speaker, hingga pendingin ruangan.

Bobobox dihadirkan sebagai game changer yang fokus pada pasar milenial/traveler yang membutuhkan kenyamanan dan kemudahan yang terjangkau. Dengan teknologi yang ada di pods, Bobobox juga menjawab kebutuhan akan ruang, keamanan, dan akomodasi tempat istirahat yang terjangkau.

“Kami bertujuan untuk menjadi biggest chain accommodation di Indonesia pada tahun 2020 dengan operasi di lebih dari 200 lokasi. Properti dimiliki oleh atau dioperasikan oleh Bobobox. Kami sekarang menggulirkan rencana untuk membangun tempat baru di sekitar Jakarta, Bogor, Bali, dan Yogyakarta,” terang Co-Founder Bobobox Antonius Bong.

Sebelumnya, Alpha JWC Ventures dan Genesia Ventures juga terlibat dalam pendanaan Bobobox para pertengahan tahun 2018. Bobobox diharapkan bisa terus berkembang, terutama dalam merevolusi industri hospitality di Indonesia.

“Pertumbuhan dan traksi Bobobox telah eksponensial sejak kami pertama kami berinvestasi di tim, jadi wajar kami terus mendukung mereka dengan cara terbaik yang kami bisa, dalam hal pendanaan dan dukungan bisnis. Kami percaya dalam dua tahun ke depan Bobobox akan mencapai target mereka untuk menjadi pods dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia dengan fitur yang didukung teknologi yang akan merevolusi industri hospitality,” terang Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Co-founder Bobobox Indra Gunawan menjelaskan Bobobox mulai menawarkan pods dengan single bed tahun ini. Sebelumnya mereka hanya menawarkan tempat tidur king size. Indra juga menjelaskan tahun ini mereka akan lebih banyak menjalin kerja sama, karena juga membuka peluang untuk frenchise.

“Kami juga memperbaiki hotel yang sudah ada. Tidak seperti banyak SaaS perhotelan yang hanya menyediakan branding, kami membantu hotel independen dengan menyediakan pods, sistem, dan bahkan pemasaran. Proyek percontohan telah berhasil dan kami menantikan memperluas model ini,” pungkas Indra.  

Application Information Will Show Up Here

Venturra Discovery Bidik Pendanaan Startup Tahap Awal hingga Pra-Seri A

Pemodal ventura (VC) naungan Lippo Group, Venturra Capital, resmi meluncurkan anak usaha Venturra Discovery yang akan fokus pada pendanaan startup tahap awal (seed funding) hingga pra-seri A di Asia Tenggara.

Ditemui saat peluncurannya, Direktur Lippo Group John Riady mengungkapkan bahwa peluncuran Venturra Discovery membuka lebih banyak kesempatan bagi perusahaan untuk lebih aktif pada pendanaan startup tahap awal di Indonesia.

“Kami sangat beruntung bisa berkontribusi terhadap perkembangan Indonesia karena kami lihat potensi untuk lebih aktif tak hanya pada pendanaan Seri A dan B saja, tetapi di tahap awal. Kami tak sabar melihat hasilnya dalam beberapa tahun ke depan,” ungkap John.

Alasan lain Venturra Discovery diluncurkan adalah adanya gap pendanaan yang jauh antara VC di tahap awal dan tahap seri A ke atas. Berdasarkan data yang dikutip Venturra Capital, kondisi VC yang fokus pada pendanaan tahap awal di 2014, mampu menyuntik $50 ribu-500 ribu per satu perusahaan. Namun, gap besar lebih terasa pada VC di tahap seri A dan seterusnya.

Kondisi ini berbalik di 2018 di mana saat ini VC yang fokus di seri A bisa mengucurkan $1-3 juta per investasi. Gap besar justru dialami oleh VC yang aktif pada pendanaan tahap awal hingga pra-seri A.

Tech ecosystem dulu belum siap, tetapi industri teknologi dalam tahun terakhir ini bertumbuh pesat. Tentu akan ada banyak masalah yang ingin diatas, makanya kami bekerja sama dengan lebih banyak founder,“ jelas Managing Partner Venturra Capital, Rudy Ramawy.

Untuk itu Venturra Discovery fokus terhadap pendanaan startup tahap awal hingga pra-seri A di Asia Tenggara. Perusahaan membidik target sebanyak 30-40 portfolio dengan besaran per investasi berkisar $200 ribu-500 ribu. Total investasi yang disiapkan adalah sebesar $15 juta (sekitar 223 miliar Rupiah), murni dari kantong Lippo Group.

“Kami ingin investasi ke sektor agnostik. Saat ini sudah lima (deal), yakni 1 perusahaan healthcare, 2 consumer, 1 enterprise solution, dan 1 inkubator. Ini momen tepat untuk akselerasi, dan kami ingin fill the gap dengan peluncuran VC ini,” tambah Partner Venturra Discovery Raditya Pramana.

Venturra Capital pertama kali berdiri pada 2015 dengan investasi awal $150 juta. Hingga saat ini tercatat, Venturra telah menyalurkan investasi untuk pendanaan sebesar $600 juta dengan pertumbuhan sejak investasi pertamanya sebesar 3,1 kali.

VC independen ini telah menyuntik investasi ke berbagai perusahaan di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Tercatat sudah ada 22 perusahaan yang telah menerima pendanaan Venturra, termasuk Ruang Guru, Fabelio, dan Medigo.

Platform Rekrutmen Urbanhire Umumkan Perolehan Dana Pra-Seri A

Platform rekrutmen Urbanhire mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri A, dengan jumlah yang tidak disebutkan, dari sejumlah investor yang dipimpin oleh Convergence Ventures. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini adalah Social Capital, 500 Startups, Tortola Capital, Denali Capital, dan Intrafood Group. Urbanhire disebutkan adalah portofolio Social Capital pertama di Asia Tenggara. Social Capital merupakan investor sejumlah startup ternama, seperti Slack, Box Inc, dan SurveyMonkey.

Dana yang diperoleh bakal digunakan untuk memperluas jangkauan layanan (secara nasional dan regional), membangun kapabilitas penjualan dan pemasaran, dan mempercepat pengembangan produk (termasuk pencocokan algoritma pencari kerja dan perusahaan).

Urbanhire, yang didirikan oleh Benson Kawengian, Hengki Sihombing, dan Jepri Sinaga di tahun 2016, kini disebutkan telah memiliki mitra lebih dari 2000 entitas yang menggunakan sistem rekrutmennya. Urbanhire juga membantu grup Kompas Gramedia mendirikan kembali KompasKarier.

“Dalam waktu dekat platform kami akan menggunakan machine learning untuk memfasilitasi pencocokan kebutuhan antara perusahaan dan pencari kerja, ujar CEO Urbanhire Benson Kawengian.

Meski tidak menyebutkan nominal, Benson memastikan dana ini bisa menjadi bahan bakar perusahaan hingga 1-2 tahun ke depan.

Managing Partner Convergence Ventures Adrian Li berkomentar, “Rekrutmen adalah salah satu aspek terpenting dalam bisnis apapun dan tim Urbanhire telah membangun produk yang berbeda dengan menggunakan teknologi untuk membuat perekrutan lebih cepat dan mudah bagi bisnis.”


Marsya Nabila berkontribusi dalam pembuatan artikel ini