Mengincar Saham IPO? Pelajari Cara Belinya Agar Tak Salah Langkah

Apakah kamu sedang mencari cara membeli saham IPO lengkap? Kalo, iya kamu akan menemukan jawabannya di sini. Namun, sebelum mengetahui cara membeli saham IPO, kamu perlu tahu apa itu IPO.

Dikutip dari Mandiri Sekuritas, IPO atau Initial Public Offering adalah sebuah proses perusahaan menjadi perusahaan publik dengan cara menjual seluruh atau sebagian saham perusahaan melalui penawaran pasar perdana. Sehingga, kepemilikan perusahaan dapat dijual belikan di pasar modal saham.

Sehingga, secara singkat IPO adalah saat perusahaan menjual sahamnya untuk pertama kali ke masyarakat umum. Contoh perusahaan yang belum lama ini mengalami IPO adalah GOTO di mana perusahaan kolaborasi Gojek, Tokopedia, dan GoTo Finansial menjual saham untuk mitra dan konsumen setia dengan harga Rp338.

Lalu, gimana caranya membeli saham IPO?

Cara membeli saham IPO secara online

Untuk membeli dan mengakses IPO bisa dilakukan secara online melalui e-IPO atau Electronic Indonesia Public Offering.

Yang merupakan sarana sarana elektronik untuk mendukung penawaran perdana saham  perusahaan ke masyarakat. Tentunya, saham tersebut akan didaftarkan melalui IPO sebelum dijual belikan di Bursa Efek.

Berikut panduan lengkap cara membeli saham IPO di e-IPO:

  1. Masuk ke situs https://e-ipo.co.id/en
  2. Melakukan registrasi pada menu registrasi
  3. Masukkan alamat email yang sesuai dan pilih tipe investor (individu atau institusi)
  4. Mengisi data investor dengan benar, menggunakan data KTP/ Paspor
  5. Simpan data dan melanjutkan registrasi dengan melakukan autentikasi melalui email yang didaftarkan
  6. Masukkan kode OTP yang dikirimkan ke email yang sudah teregistrasi
  7. Investor wajib memasukkan password
  8. Klik + Broker
  9. Apabila sudah memiliki SID, klik i have an SID, jika belum memiliki SID, klik I do not have an SID
  10. Broker akan melakukan verifikasi informasi nasabah
  11. Pilih broker yang dituju
  12. Setelah partisipan sistem melakukan verifikasi registrasi investor, maka investor sudah dapat login dan menyampaikan minat ke sistem e-IPO.

Setelah melakukan registrasi di e-IPO, kamu bisa langsung memesan saham GOTO dengan cara berikut.

  1. Pilih IPO saham yang ingin kamu beli
  2. Klik “More Info
  3. Isi formulir pemesanan
  4. Masukkan OTP
  5. Tunggu proses verifikasi pesanan oleh Partisipan Sistem
  6. Melakukan konfirmasi offering dengan memilih menu “Active Orders’, klik “View
  7. Klik “I have already read the prospectus”
  8. Sediakan dana di Rekening Dana Nasabah (RDN)
  9. Terima saham IPO.

Sesuai dengan namanya, yaitu penawaran perdana. Maka saham di IPO ini tidak akan selamanya tayang di e-IPO. Sehingga, kamu perlu secara cepat melakukan pembelian saham di e-IPO sebelum masa offering selesai,

Biasanya juga saham yang yang dijual secara perdana harga belinya akan lebih rendah dibandingkan saham yang ada di bursa efek. Saham yang dijualkan di IPO juga jumlahnya sangat terbatas. Sehingga, mungkin tidak akan tersedia secara lama. Namun, kamu masih bisa membeli reksadana atau produk investasi lainnya yang masih terdaftar dalam IPO.

Cara membeli saham IPO juga sungguh mudah dan fleksibel karena bisa dilakukan secara online dan di mana saja. Yuk, beli saham IPO dari sekarang!

***

Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

GoTo Secures the First Pre-IPO Funding at 18.5 Trillion Rupiah

The GoTo Group announced its first pre-IPO funding of $1.3 billion (over 18.5 trillion Rupiah) from various investors, including the Abu Dhabi Investment  (ADIA) fully-owned subsidiary, Avanda Investment Management, Fidelity International. Participated also in this round, Google, Permodalan Nasional Berhad (PNB), Primavera Capital Group, SeaTown Master Fund, Temasek, Tencent, and Ward Ferry.

Other investors are expected to further join the pre-IPO fundraising round towards the final close in the coming weeks, aka towards the end of this year.

In an official statement, the funds will be used to invest deeper in developing its ecosystem, strengthening its position as a market leader in the region, and better serving the customers.

Further translated, GoTo to continuously focus on growing the customer base, expanding payment services and financial services, as well as encouraging the use of integrated transportation fleets and logistics networks to further enhance the hyperlocal experience, in order to better serve the customers.

“Indonesia and Southeast Asia are the two most promising markets in terms of growth prospects worldwide. The support we have received demonstrates the confidence that investors have in the rapidly growing digital economy in this region, as well as our position as a market leader,” GoTo Group’s CEO, Andre Soelistyo said, Thursday (11/11).

Andre also mentioned, the increasing digital adoption has driven consumer’s demand and brought many users online. As a result, GoTo’s services demand continues to increase, based on the company’s commitment to continue providing more options, value, and convenience to all customers in the GoTo ecosystem.

Primavera Capital Group’s Managing Director, Michael Woo said, “We discover growth opportunities in Indonesia and GoTo towards e-commerce, on-demand mobility and fintech  in all segments where Primavera has extensive investment experience. We are excited to partner and grow with GoTo and contribute our expertise and resources to the company.”

Indonesia has a GDP of over $1 trillion and is the fourth most populous country in the world. The GoTo ecosystem is said to account for nearly two-thirds of Indonesia’s consumer spending, and the total target market value will grow to over $600 billion by 2025. The country has nearly 140 million people with little or no access to the formal financial system, therefore, significant growth opportunities lies on the payment and financial service companies.

Through the Gojek and Tokopedia merger, GoTo’s services now include on-demand transportation, e-commerce, food and grocery delivery, logistics and fulfillment, as well as financial and payment services. The GoTo Group reached over 1.8 billion transactions in 2020, with over US$22 billion Group Gross Transaction Value “GTV” in total, and contributed to the economy equal to over 2% of Indonesia’s GDP.

The pre-IPO

The GoTo Group has not officially announced the date for the stock exchange. Rumor has it, the plan is to be executed in early 2022 with the go public process starting on the local exchange, then the New York exchange.

The success of Bukalapak’s IPO on the IDX has become a benchmark for many local technology companies to follow. By announcing the price at IDR 850 per share, Bukalapak was able to reap IDR 21.9 trillion. This is the largest number in the history of the Indonesian capital market, as well as the first listing of Southeast Asia’s tech unicorn on the stock exchange. When GoTo managed to go public on the IDX, it will be very likely to score a new record.

Gojek’s closest competitor, Grab, has decided to go public through the SPAC scheme at the end of this year. This plan was delayed from its initial target in the middle of this year, due to financial audit request from the local stock exchange authority. Grab is targeting a nearly $40 million valuation before going IPO.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

GoTo Tutup Dana Pra-IPO Tahap Pertama, Kumpulkan Investasi 18,5 Triliun Rupiah

Grup GoTo mengumumkan penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO lebih dari $1,3 miliar (lebih dari 18,5 triliun Rupiah) dari berbagai investor, termasuk dari anak usaha yang dimiliki sepenuhnya oleh Abu Dhabi Investment (ADIA), Avanda Investment Management, Fidelity International. Kemudian, Google, Permodalan Nasional Berhad (PNB), Primavera Capital Group, SeaTown Master Fund, Temasek, Tencent, dan Ward Ferry.

Investor lainnya diharapkan untuk selanjutnya bergabung ke dalam putaran penggalangan dana pra-IPO menjelang penutupan akhir di beberapa minggu mendatang, alias menjelang akhir tahun ini.

Dalam keterangan resmi, dana yang terkumpul akan dimanfaatkan untuk berinvestasi lebih jauh dalam mengembangkan ekosistemnya, memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar di kawasan, dan melayani pelanggan lebih baik.

Diterjemahkan lebih jauh, GoTo terus fokus berkelanjutan untuk menumbuhkan jumlah pelanggan, perluasan jasa pembayaran dan penawaran layanan keuangan, serta mendorong pemanfaatan armada transportasi dan jaringan logistik yang terintegrasi untuk lebih meningkatkan pengalaman hyperlocal, guna melayani pelanggan dengan lebih baik.

“Indonesia dan Asia Tenggara adalah kedua pasar dengan prospek pertumbuhan yang paling menjanjikan di dunia. Dukungan yang kami peroleh menunjukkan kepercayaan yang dimiliki investor terhadap ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini, serta posisi kami sebagai pemimpin pasar,” tutur CEO Grup GoTo Andre Soelistyo, Kamis (11/11).

Andre melanjutkan, permintaan konsumen terdorong oleh pertumbuhan adopsi digital yang telah membawa banyak pengguna masuk ke ranah online. Akibatnya, permintaan akan layanan GoTo terus meningkat, dilandasi dengan komitmen perusahaan untuk terus memberikan pilihan, nilai, serta kenyamanan kepada seluruh pelanggan di ekosistem GoTo.

Managing Director Primavera Capital Group Michael Woo mengatakan, “Kami melihat peluang pertumbuhan di Indonesia dan GoTo pada e-commerce, mobilitas on-demand, dan fintech ― yaitu semua segmen di mana Primavera memiliki pengalaman investasi yang luas. Kami senang dapat bermitra dan tumbuh bersama GoTo dan mengontribusikan keahlian dan sumber daya kami kepada perusahaan.”

Indonesia memiliki PDB lebih dari $1 triliun dan merupakan negara terpadat keempat di dunia. Ekosistem GoTo diklaim mencakup hampir dua pertiga dari pengeluaran konsumen Indonesia, dan total nilai pasar yang dapat disasar akan tumbuh menjadi lebih dari $600 miliar pada 2025. Negara ini juga memiliki hampir 140 juta orang dengan sedikit atau tanpa akses ke sistem keuangan formal, sehingga terdapat peluang pertumbuhan yang signifikan bagi perusahaan dalam jasa pembayaran dan keuangan.

Lewat kombinasi Gojek dan Tokopedia, layanan GoTo kini mencakup transportasi on-demand, e-commerce, pengiriman makanan dan bahan makanan, logistik dan pemenuhan, serta layanan keuangan dan pembayaran. Grup GoTo mencatat lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020, dengan total Nilai Transaksi Bruto (“GTV”) Grup lebih dari US$22 miliar, dan berkontribusi ke ekonomi setara dengan lebih dari 2% PDB Indonesia.

Jelang IPO

Grup GoTo belum menyampaikan secara resmi kapan untuk segera melantai di bursa. Dalam berbagai kabar burung yang beredar, disinyalir akan dilaksanakan pada awal 2022 dengan proses go public dimulai di bursa lokal, kemudian diikuti New York.

Kesuksesan IPO Bukalapak di BEI menjadi tolak ukur bagi banyak perusahaan teknologi lokal yang ingin mengikuti jejaknya. Dengan melepas harga saham di Rp850 per saham, Bukalapak mampu meraup Rp21,9 triliun. Angka tersebut terbesar sepanjang sejarah pasar modal pasar modal Indonesia, sekaligus pencatatan perdana saham pertama oleh unicorn teknologi di bursa efek di Asia Tenggara. Besar kemungkinan bila GoTo dapat melantai di BEI akan menjadi pencetak rekor berikutnya.

Kompetitor terdekat Gojek, Grab sendiri memilih untuk melantai melalui skema SPAC pada akhir tahun ini. Rencana ini sempat mundur dari target awal rampung di pertengahan tahun ini, lantaran adanya permintaan audit keuangan dari otoritas bursa setempat. Grab menargetkan valuasi hampir $40 juta sebelum melantai.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pra-IPO GoTo: Strategi Membendung Antusiasme

GoTo, perusahaan merger dari Gojek dan Tokopedia, menjadi nama berikutnya yang disinggung Bursa Efek Indonesia untuk melantai setelah Bukalapak. Direncanakan aksi korporasi tersebut dapat terealisasi kuartal IV 2021. Kabar terbaru yang beredar, sebelum aksi korporasi tersebut diselenggarakan, GoTo melakukan penawaran pra-IPO untuk kalangan institusi dan VC secara terbatas.

Nilai yang diincar tak main-main antara $1 miliar-$2 miliar (sekitar Rp15 triliun-Rp29 triliun) untuk penawaran umum saham perdana di Indonesia dan Amerika Serikat. Lantas, mengapa perlu pra-IPO?

Menurut Investopedia, pra-IPO adalah penawaran saham dalam jumlah besar sebelum dicatatkan di bursa publik. Pembeli biasanya perusahaan ekuitas swasta, hedge fund, dan lembaga lain yang bersedia membeli saham dalam jumlah besar. Karena besarnya investasi dan risiko yang ada, biasanya pembeli saham pra-IPO mendapat diskon dari harga yang tercantum dalam IPO.

Disebutkan juga, pembelian ini biasanya dilakukan tanpa prospektus dan tanpa jaminan bahwa listing akan terjadi. Dari sisi perusahaan, pra-IPO adalah strategi mengimbangi risiko saat IPO nanti apabila antusiasme publik tidak seperti yang diprediksi. Oleh karenanya, ganjaran harga diskon inilah yang menjadi kompensasi atas ketidakpastian tersebut.

Perusahaan, mau bagaimanapun, pasti tidak ingin para pembeli pra-IPO ini langsung menjual semua saham ketika harga saham melonjak begitu melantai bursa. Untuk mencegah hal ini, periode penguncian (lock-up period) umumnya disertakan dalam skema pra-IPO.

Pra-IPO merupakan hal baru bagi Indonesia. Berkaca dari pengalaman perusahaan teknologi raksasa Alibaba, sebelumnya mengambil langkah ini sebelum melantai di NYSE sebagai $BABA pada September 2014.

Dalam hajatan akbar tersebut, Alibaba mengundang investor kelas kakap dan wealthy private individu. Salah satu namanya adalah Ozi Amanat, venture capitalist asal Singapura. Ia membeli saham pra-IPO Alibaba sebesar $35 juta dengan harga per lembar saham $60.

Pada hari pertama melantai di publik, BABA mencatatkan harga per lembar saham sebesar $90. Kemudian pada November 2020, harganya melambung ke level $276.

Karena ada risiko ketidakpastian inilah membuat GoTo mantap untuk menggelar pra-IPO. Apabila mengacu pada Investopedia kembali, aksi bertujuan untuk mendapatkan dana segar dalam waktu cepat dan nominal besar. Pun bila langkah IPO GoTo sukses besar, yang diuntungkan tentu semua pihak.

Terlebih pada beberapa tahun sebelumnya, dalam sebuah kesempatan, CEO Tokopedia William Tanuwijaya sempat menyinggung keinginannya untuk melakukan pra-IPO.

Kawal antusiasme hingga akhir tahun

Kendati label “perusahaan tech-unicorn pertama yang melantai di bursa” sudah diambil Bukalapak, mereka harus menyiapkan strategi serangan balik (counter attack) yang harus melebih dari yang Bukalapak tawarkan. Toh dari segi kapitalisasi pasar, GoTo memimpin dengan angka $18 miliar yang melampaui BUKA sebesar $6,05 miliar.

Tidak hanya GoTo, perusahaan teknologi lain yang berencana IPO, pasti akan menjadikan kesuksesan BUKA sebagai tolak ukur.

Pemberitaan Bukalapak yang begitu ramai, di satu sisi memang memunculkan dua kubu jenis investor. Mereka yang melihat rekam kinerja perusahaan dan mereka yang melihat potensi perusahaan ke depan. Kondisi inilah yang menjadi catatan lebih lanjut, bagaimana GoTo dapat membendung hal tersebut.

Seluruh pembelajaran dari BUKA ini tentunya menambah khazanah GoTo dalam mengatur strategi menjaga antusiasme publik. Ditambah lagi, biasanya akhir tahun itu pasar saham selalu diwarnai dengan tren bullish. Ibarat mendayung satu dua pulau terlampaui, GoTo ingin memastikan semua pihak senang dengan seluruh skenario yang dibuat.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

William Tanuwijaya Sebut Tokopedia Berencana Gelar Pre-IPO

Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya mulai menyinggung pengumpulan dana terbaru dan rencana go public. Ia mengaku belum bisa memastikan waktunya, namun disebutkan sudah punya rencana untuk pre-IPO.

“Jika semua berjalan seperti yang direncanakan, tahun depan EBITDA kami pasti akan positif. Jadi kami berencana untuk pre-IPO dan go public,” ujar William menanggapi pertanyaan moderator di Tech in Asia Conference 2019 di Jakarta.

Pre-IPO sendiri adalah fase perusahaan melakukan penawaran saham kepada ke sejumlah investor individu sebelum benar-benar melantai di bursa saham. Nilai saham yang ditawarkan dalam pre-IPO lebih rendah ketimbang yang ada di IPO. Fase ini diambil salah satunya karena antusiasme yang tinggi terhadap IPO perusahaan tersebut.

Langkah pre-IPO ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Alibaba pada 2014 silam. Alibaba yang melantai ke bursa pada September tahun itu melakukan pre-IPO beberapa bulan sebelumnya.

Seperti diketahui bersama, semua raksasa digital di Indonesia termasuk Tokopedia belum ada yang melantai ke bursa saham. Meskipun sudah berencana pre-IPO, William tampak tak begitu memikirkan untuk go public.

“Itu tidak begitu perlu. Kami beruntung punya shareholders yang mapan seperti Alibaba, Softbank, Sequoia Capital. Jadi kami tidak memiliki tekanan untuk melakukan exit. Kami akan lakukan apa yang benar untuk perusahaan kami dan untuk pasar,” imbuh William.

William percaya diri dengan kondisi keuangan Tokopedia. Dukungan investor besar ditambah keyakinan segera mendapat EBITDA positif membuat William siap berkompetisi dengan pemain internasional.

“Pada dasarnya kami punya modal yang bisa bertahan selamanya. Lalu untuk apa pendanaan yang kita raih itu? Yakni untuk investasi ke ekosistem. Kalau kita menemukan sesuatu seperti Bridestory atau apa pun yang sejalan dengan visi-misi perusahaan, kami bisa pakai kapital itu,” pungkas William.

Sebelumnya Tokopedia kerap menyatakan 1,5 persen ekonomi Indonesia bergerak lewat Tokopedia. Satu persen itu disebut berasal dari penjualan per bulan yang menembus Rp19 triliun dengan pengguna bulanan lebih dari 90 juta orang. Mereka pun menargetkan transaksi tahun ini mencapai US$15 miliar.

Application Information Will Show Up Here