Pengalaman Hands-on Singkat Battlefield 2042 Open Beta: Makin Asyik dengan Bumbu Hero Shooter

Bayangkan Anda seorang pemain game FPS kompetitif dengan skill medioker. Permainan menempatkan Anda di medan pertempuran berisikan 128 orang, dengan risiko tertembak dari segala arah. Di mana sebaiknya Anda memilih titik spawn?

Oh ya, game yang dimainkan datang dari franchise Battlefield, yang berarti Anda punya opsi untuk spawn langsung di dalam kendaraan yang dikendalikan oleh rekan satu tim. Buat saya yang tidak pernah jago bermain FPS sejak zaman warnet masih dipenuhi pemain Counter-Strike, itu terdengar seperti opsi yang paling ideal.

Jadilah saya memilih sebuah helikopter yang tengah mengudara sebagai titik spawn. Namun satu detik setelah mengklik tombol “Deploy”, helikopter tersebut meledak tertembak rudal, dan saya pun langsung kembali ke menu deployment. Well, rupanya tidak ada tempat yang aman buat saya di game ini.

Medan perang penuh brutalitas

Pada tanggal 4 Oktober 2021 kemarin, saya berkesempatan menjajal versi beta dari Battlefield 2042 bersama para jurnalis dan streamer dari berbagai negara. Saya memang sama sekali tidak bisa digolongkan sebagai pemain Battlefield veteran, tapi setidaknya saya cukup familier dengan seri game ini sejak pertama memainkan Battlefield: Bad Company 2 di tahun 2010, terlepas dari tidak adanya peningkatan skill yang saya alami.

Waktu bermain yang saya habiskan selama sesi open beta memang terbilang singkat, hanya sekitar tiga jam, tapi paling tidak sudah bisa memberikan gambaran mengenai gameplay Battlefield 2042 secara umum. Selama sesi tersebut, saya menjalani sekitar tujuh match, semuanya di mode Conquest dengan map Orbital.

DICE bilang Orbital merupakan map berukuran sedang, tapi pada praktiknya map ini cukup masif untuk dibagi menjadi lima sektor yang berbeda, dan masing-masing sektor pun bisa memiliki lebih dari satu titik kontrol. Medan seluas ini esensial mengingat mode Conquest di Battlefield 2042 mendukung hingga 128 pemain, seperti yang saya bilang di awal tadi.

DICE mendesain mode Conquest agar pemain bisa merasakan tempo permainan yang bervariasi. Di map Orbital yang saya coba, kalau menginginkan tempo yang cepat dan intensif, Anda bisa memilih untuk spawn di area sekitaran Launch Platform di bagian atas. Sebaliknya, kalau ingin lebih santai, Anda bisa spawn di area sekitaran Cryogenic Plant (titik C).

Selama bermain, saya sebenarnya bisa saja menetap di satu sektor dan mengaktifkan posisi defensif, tapi tentu saya juga penasaran untuk mengeksplorasi pulau tropis ini secara keseluruhan. Sayang kenyataannya tidak sesimpel yang saya bayangkan.

Saat menjelajahi area Assembly Building (titik B), saya menemukan ada dua elevator untuk naik ke puncak bangunan tinggi tersebut. Sialnya, saat sudah sampai di atas, ternyata sudah ada sniper dari tim lawan yang menunggu. Satu tembakan ke kepala, dan saya pun lagi-lagi harus kembali ke menu deployment.

Lalu saat memutari area Launch Platform guna mengamati detail pada pesawat ulang alik (yang bisa lepas landas kalau tidak ada hambatan, dan terlihat luar biasa keren sampai-sampai saya terbelalak dan lupa mengambil screenshot), saya justru dibombardir oleh sebuah helikopter lawan yang datang entah dari mana. Seperti yang saya bilang, area di bagian atas map Orbital memang merupakan bagian yang paling memacu adrenalin, jadi memang saya yang salah kamar.

Map ini punya banyak area tinggi, dan untungnya kita bisa memanfaatkan zipline yang tersebar di beragam titik untuk naik ataupun turun. Terjun dari helikopter menggunakan parasut masih menjadi salah satu opsi, tapi sering kali saya justru jadi sasaran empuk sniper ketika memakai metode ini.

Anda bakal menghabiskan banyak waktu berlari dari satu sektor ke yang lain di map Orbital. Untungnya, pemain punya opsi untuk summon kendaraan. Namun tolong jangan ulangi kesalahan yang saya buat, yakni berdiri persis di titik deployment kendaraan yang saya tentukan sendiri, lalu mati konyol tertimpa mobil jip yang mendarat dengan parasut.

Alternatifnya, pemain juga bisa memanggil sebuah robot anjing dengan persenjataan yang lengkap — ingat, setting game ini adalah di masa depan — dan robot ini cukup membantu saya beberapa kali mengamankan diri dari serbuan lawan.

Kendaraan di Battlefield 2042 juga dapat dipilih langsung melalui menu deployment. Namun kalau tidak berpengalaman mengendalikan helikopter atau pesawat, sebaiknya biarkan pemain lain yang menjadi pilot, sebab kuota dan cooldown kendaraan adalah untuk tim, bukan perorangan.

Battlefield 2042 punya sistem cuaca yang dinamis, dan ini bakal berpengaruh langsung terhadap gameplay. Salah satu contohnya, visibilitas bakal berkurang drastis ketika sedang hujan deras. Map Orbital bahkan juga punya bencana tornado, tapi sayang selama bermain saya tidak sempat melihatnya sama sekali, dan ternyata ini disebabkan oleh peluang terjadinya yang cuma sekitar 10% kalau kata tim DICE.

Seperti biasa ketika memainkan game yang dikembangkan dengan engine Frostbite, saya selalu bingung mana objek yang bisa hancur dan mana yang tidak. Di Battlefield 2042 pun juga demikian. Tembok gudang tempat persembunyian saya dengan mudahnya rontok ditembak tank, sementara sebuah mesin yang menyerupai generator listrik justru berdiri kokoh meski saya tubruk menggunakan mobil lapis baja.

Namun satu hal yang amat saya sayangkan adalah, selama hampir tiga jam bermain, saya lebih sering berjumpa dengan bot ketimbang pemain asli. Jadi dari total 128 pemain, yang bukan AI mungkin hanya sekitar 20 orang. Semoga saja ini tidak menjadi problem saat game-nya dirilis secara resmi pada tanggal 19 November 2021 nanti.

Cara membedakan kawan bot dan pemain asli pun cukup mudah. Selain dari warna namanya, perilaku keduanya jelas berbeda. Yang paling kentara, bot sering kali menghabiskan kelewat banyak waktu menanti di-revive oleh rekannya (ada jeda 30 detik sebelum otomatis dibawa kembali ke menu deployment), sementara pemain asli lebih sering memilih untuk langsung respawn.

Battlefield dengan bumbu hero shooter

Satu perubahan drastis di Battlefield 2042 adalah hilangnya sistem class dari game-game sebelumnya. Semua playable character kini disebut sebagai Specialist, meski masing-masing tetap mempunyai peran tersendiri berkat gadget unik yang dimiliki.

Di versi open beta-nya, ada empat Specialist yang dapat dimainkan: Mackay, Boris, Casper, dan Falck. Masing-masing punya backstory-nya sendiri-sendiri, namun kalau mau disederhanakan, mereka adalah tentara bayaran yang bebas memilih untuk membela Amerika Serikat atau Rusia, dua faksi yang berseteru di Battlefield 2042.

Mackay adalah Specialist dengan peran assaulter. Gadget spesialnya adalah sebuah grapple hook yang bisa ditembakkan untuk berpindah dari satu titik ke yang lain. Kalau Anda pernah memainkan seri game Just Cause, Anda pasti familier dengan mekanisme alat ini.

Saya memang belum sempat mencoba, tapi sepertinya grapple hook ini tidak bisa dipakai untuk melukai musuh. Yang ada malah saya sendiri yang terluka (tewas lebih tepatnya) karena mencoba membidikkan grapple hook ke tiang listrik; bukan karena kesetrum, tapi karena jatuh dari ketinggian akibat tidak ada pijakan.

Boris adalah Specialist yang memegang peran sebagai engineer. Ia bisa menempatkan sebuah turret otomatis, sangat cocok untuk keperluan bertahan karena turret-nya akan menembaki musuh yang berada dalam jangkauannya secara otomatis. Sebaliknya, Casper mengemban tugas recon, dan sangat berguna untuk scouting berkat drone yang dapat dikendalikannya.

Terakhir, Falck berperan sebagai medic, dan menurut saya ia adalah yang paling kurang berguna. Gadget yang dimilikinya adalah sebuah pistol untuk menambah darah teman (healing). Masalahnya, health regen di Battlefield 2042 adalah yang tercepat dari semua game Battlefield sebelum ini. Jadi tanpa kehadiran Falck pun sebenarnya pemain sudah bisa survive sendiri.

Sebagai seseorang yang menyukai role support dan paling mengidolakan Mercy di Overwatch, jujur saya agak kecewa dengan implementasi class medic di Battlefield 2042. Lebih lanjut, semua class sekarang bisa menghidupkan pemain lain (revive), sehingga peran Falck pun jadi kian tidak relevan.

Namun kalau harus memilih, saya lebih memilih Falck versi sekarang ketimbang di versi alpha-nya, yang sangat-sangat overpowered karena bisa revive pemain lain dari kejauhan. Beruntung ini sudah di-nerf oleh DICE.

Keberadaan gadget secara langsung membuat Battlefield 2042 terasa lebih futuristis daripada pendahulu-pendahulunya, tapi tidak sampai kelewat canggih hingga menyerupai seri game Halo atau malah Star Wars: Battlefront. Gadget sepintas juga terkesan seperti special ability di game-game ber-genre hero shooter, cukup untuk menambahkan kesan modern pada franchise yang lebih sering mengusung setting peperangan historis.

Lewat Battlefield 2042, DICE pada dasarnya sudah ikut terbawa arus tren hero shooter, tapi di saat yang sama mereka tetap tidak mangkir terlalu jauh dari akar permainan seri Battlefield itu sendiri.

Selain gadget, tiap Specialist juga punya trait alias skill pasif. Buat Mackay, skill pasifnya adalah kecepatan bergerak yang lebih gesit selagi membidik (aiming down sight atau ADS). Untuk Boris, skill pasifnya adalah turret bakal bekerja lebih efektif jika diposisikan di dekatnya.

Favorit saya adalah trait milik Casper; ia punya sensor untuk mendeteksi apabila ada musuh yang berkeliaran di dekatnya. Lagi-lagi yang paling kurang berguna adalah trait milik Falck, yakni revive dengan posisi darah terisi penuh — kalau class lain yang revive, maka darah hanya terisi separuh. Namun seperti yang saya bilang, Anda cuma perlu menunggu sebentar saja sebelum health regen aktif dan darah kembali terisi penuh di Battlefield 2042.

Sniper rifle untuk jarak dekat, kenapa tidak?

Tidak seperti di game-game Battlefield sebelumnya, Anda tidak perlu memilih class tertentu agar bisa menggunakan jenis senjata tertentu. Semua senjata yang tersedia di Battlefield 2042 bisa digunakan oleh semua Specialist tanpa terkecuali.

Bayangkan betapa menyenangkannya menjadi Mackay yang menggotong sniper rifle dan berpindah dari atap gedung ke atap gedung menggunakan grapple hook-nya, atau betapa anehnya berperan sebagai recon tapi dengan bekal light machine gun (LMG) yang mencolok dan berisik.

Semua itu bebas Anda tentukan sendiri di Battlefield 2042. Bahkan untuk perlengkapan pendukung seperti anti-air missile launcher atau bazooka pun juga tidak terbatas buat Specialist tertentu, dan ini sangat berguna karena Anda bakal berhadapan dengan banyak kendaraan di game ini. Selagi bermain sebagai Falck, saya juga lebih memilih untuk membawa suplai amunisi ketimbang health pack gara-gara mekanisme health regen yang cepat tadi.

Tiap-tiap senjata pun dapat dikustomisasi lebih lanjut. Saya sempat bingung awalnya kenapa kok sniper rifle yang saya gunakan tidak mempunyai scope sama sekali. Ternyata, scope-nya bisa dilepas-pasang dengan mudah via opsi kustomisasi in-game. Cukup tekan dan tahan satu tombol (tombol T di PC), maka bagian-bagian dari senjata (muzzle, sight, grip) bisa kita gonta-ganti sesuai kebutuhan.

Jadi semisal saya sedang membawa sniper rifle dan tanpa sengaja terperangkap di medan pertempuran jarak dekat, saya tinggal ganti scope-nya jadi iron sight standar, dan bedil tersebut pun dapat langsung beradaptasi dengan kondisi saat itu. Dari sniper jarak jauh menjadi sniper jarak dekat, cuma dalam waktu dua detik saja.

Pilihan modifikasi senjata yang bisa dibawa juga dapat diubah sesuai keperluan, tapi sayang ini belum bisa dilakukan semasa open beta. Padahal, saya sudah punya rencana untuk memasangkan scope milik sniper rifle ke pistol healer milik Falck, sehingga saya bisa mengamankan diri di atap gedung selagi tetap menjalankan tugas sebagai support, menembakkan suntikan-suntikan penyembuh luka dari kejauhan.

Tanpa perlu terkejut, feel menembak di Battlefield 2042 terasa sangat memuaskan. Namun entah kenapa, indikator suara yang muncul saat berhasil mencatatkan kill terasa kurang greget. Alhasil, ketika situasi sedang kacau, saya terkadang sampai tidak sadar kalau musuh yang saya tembaki ternyata sudah tewas. Bisa jadi memang saya yang terlalu amatiran.

Tidak perlu PC kelas sultan

Jujur saya agak keder saat melihat persyaratan spesifikasi PC yang dibutuhkan untuk Battlefield 2042. Pasalnya, spesifikasi PC yang saya gunakan lebih dekat dengan persyaratan minimum ketimbang yang direkomendasikan: prosesor AMD Ryzen 5 3500X dan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1660 Super.

Namun ternyata game bisa berjalan dengan cukup mulus. Rata-rata frame per second yang saya dapat ada di kisaran 60-an fps dengan setting grafis High di resolusi 1080p, dan cuma sesekali saja turun ke 40-an fps saat ada banyak ledakan yang terjadi secara bersamaan di sekitar. Loading pun terasa cepat meski PC saya cuma menggunakan SSD SATA.

Saya juga tidak menemukan problem seputar koneksi, dan selama bermain selama nyaris tiga jam, cuma satu kali saja saya sempat tertendang dari server, itu pun ketika match sudah betul-betul rampung dan selagi menunggu dibawa kembali menuju ke lobi. Perlu dicatat, versi game yang saya mainkan selama sesi open beta adalah versi lebih lawas dari yang akan tersedia pada peluncuran resminya bulan depan.

Battlefield 2042 juga mendukung Nvidia Reflex. Namun berhubung saya lebih sering menghabiskan waktu di Red Dead Redemption 2 ketimbang Valorant, saya tidak punya hardware yang kapabel untuk mencobanya. Sebagai game yang tidak punya single-player campaign sama sekali, Battlefield 2042 sudah pasti sangat dioptimalkan untuk skenario kompetitif.

Tentu saja saya tidak bisa berkomentar mengenai performa Battlefield 2042 di console, akan tetapi DICE menjanjikan pengalaman yang kurang lebih sama, setidaknya untuk next-gen console. Kalau butuh gambaran, spesifikasi PC yang saya gunakan bisa dibilang cukup mirip, atau bahkan lebih inferior, dibanding spesifikasi PlayStation 5 dan Xbox Series X.

Yang bedanya bakal cukup lumayan mungkin adalah di current-gen console. Di PlayStation 4 dan Xbox One, mode Conquest bahkan cuma mampu mengakomodasi total 64 orang, alias separuh dari jumlah pemain yang didukung di next-gen console dan PC.

Kabar baiknya, Battlefield 2042 mendukung dual-entitlement dan cross-play progression di semua edisi (Standard, Gold, Ultimate). Jadi bagi yang masih menunggu jatah stok PS5 dan hanya bisa memainkannya di PS4, akan lebih bijak seandainya Anda membeli Battlefield 2042 versi next-gen meski harganya lebih mahal 150 ribu rupiah ketimbang versi current-gen.

Pasalnya, versi next-gen tersebut juga mencakup versi current-gen. Jadi ketika sudah kebagian jatah stok PS5 nanti, Anda tidak perlu membeli game-nya lagi, dan semua progres permainan yang Anda catatkan pun bisa langsung ditransfer. Namun perlu dicatat, ini hanya berlaku untuk edisi digitalnya saja, bukan edisi fisik.

Kesimpulan

Battlefield 2042 berhasil mengingatkan saya pada keasyikan baku tembak di seri game ini. Perang berskala masif antara 64 mercenary melawan 64 mercenary lain terasa brutal sepanjang waktu, tapi akan lebih seru lagi seandainya semua yang terlibat adalah pemain asli, bukan bot.

Sebagai penikmat game single-player, jujur saya agak menyayangkan kenapa Battlefield 2042 tidak punya single-player campaign. Padahal, kalau saya pikir-pikir, beragam set piece atau peristiwa yang terjadi — seperti musibah tornado dan peluncuran roket luar angkasa — bakal terkesan sangat menarik jika diselipkan ke dalam skenario single-player.

Terlepas dari itu, upaya DICE untuk menghadirkan momen-momen epik seperti ini ke dalam sebuah live service game tetap patut diapresiasi. Seiring waktu, Battlefield 2042 pasti bakal kedatangan berbagai map baru, dan jujur saya penasaran momen-momen menegangkan seperti apa yang menunggu di masing-masing lokasi.

Hero baru, eh, maksud saya Specialist baru, pasti juga akan hadir ke depannya, dengan beragam gadget dan trait yang membuat permainan jadi terasa lebih variatif. Begitu pula dengan senjata-senjata baru, yang semuanya dapat dipakai tanpa terbatasi oleh class. Bisa jadi, ini bakal menjadi game Battlefield pertama yang memiliki beragam tips meta.

Oh ya, semua yang saya ceritakan ini sebenarnya baru sebagian kecil dari Battlefield 2042, sebab yang saya coba hanyalah satu mode gameplay dan satu map saja. Beberapa fitur baru, seperti misalnya mode Hazard Zone, bahkan belum EA ungkap sama sekali detailnya.

Bagi yang penasaran mencoba sendiri, Battlefield 2042 versi open beta sudah bisa dimainkan dari tanggal 6-9 Oktober 2021, dengan syarat Anda sudah melakukan pre-order. Buat yang masih ragu untuk keluar uang, Anda bisa mengikuti sesi open beta ini pada tanggal 8 Oktober, jadi Anda setidaknya masih punya waktu satu hari untuk mencicipi game ini lebih awal.

Digarap Seautentik Mungkin, Screenshot-Screenshot Project CARS 2 Terlihat Seperti Foto Sungguhan

Di bulan September 2017, Destiny 2 atau FIFA 18 mungkin jadi incaran gamer core. Namun perhatian para pencinta balap sendiri tertuju pada minggu ketiga bulan ini, yaitu waktu perilisan sekuel game racing garapan Slightly Mad Studios. Menariknya, pelepasan Project CARS 2 hanya terpaut jarak 11 hari dari tanggal rilis Forza Motorsport 7. Persaingan keduanya sudah pasti tak terelakkan.

Project CARS 2 mengusung formula serupa pendahulunya, dirancang sebagai permainan simulasi balap dan digarap seautentik mungkin. Proses pengembangannya melibatkan pengemudi profesional kawakan dan teknisi otomotif. Bedanya, mode online game anyar tersebut didesain dari awal untuk menunjang eSport, dilengkapi sistem ranking, integrasi ke event kejuaraan online serta streming, dan dibekali matchmaking yang lebih baik.

Slightly Mad Studios berambisi untuk menyempurnakan gameplay dan menjejali Project CARS 2 dengan konten sebanyak-banyaknya. Permainan ini menjanjikan pilihan 182 kendaraan terlisensi dari 38 perusahaan otomotif, menyajikan opsi sirkuit paling banyak (termasuk arena off-road), serta menyuguhkan bermacam-macam kelas balap – di antaranya ada Rallycross, IndyCar, dan Oval.

Aspek teknisnya menjadi perhatian utama developer. Agar karakteristik mobil serealistis aslinya, Slightly Mad Studios berkolaborasi bersama perusahaan-perusahaan otomotif terkemuka. Lalu untuk menyempurnakannya, developer membangun teknologi fisik ban mobil dari nol. Selanjutnya, pembuatan sirkuit digital juga dilakukan secermat mungkin. Agar akurat, developer melakukan pemindaian laser di tiap-tiap lokasi.

Fitur paling unik di Project CARS 2 dinamai LiveTrack 3.0, yaitu sebuah sistem fisik yang memungkinkan tiap-tiap elemen di jalan mempengaruhi kendaraan secara berbeda. Misalnya: hujan akan mengakibatkan munculnya genangan air di sirkuit, dan genangan tersebut akan berdampak pada cengkeraman ban. Di cuaca kering, peluang mobil tergelincir lebih kecil, namun temperatur ban tentu saja lebih cepat naik.

Selain itu, Anda juga bisa menentukan tanggal balap di lokasi tertentu, dan sirkuit tersebut akan menyajikan cuaca di waktu tersebut secara presisi: musim panas, akhir musim dingin ketika salju mulai mencair, atau di tengah-tengah musim hujan.

Kita tentu saja tak perlu mencemaskan faktor grafisnya. Seperti yang saya sebutkan di judul, Anda akan kesulitan membedakan screenshot-screenshot Project CARS 2 dengan foto-foto sungguhan. Selain visual yang sangat cantik, Slightly Mad Studios turut membenamkan dukungan virtual reality, setup tiga monitor, serta resolusi mencapai 12K. Silakan nikmati galeri Project CARS 2 versi PC di bawah:

Project CARS 2 2

Project CARS 2 3

Project CARS 2 4

Project CARS 2 5

Project CARS 2 6

Project CARS 2 7

Project CARS 2 8

Project CARS 2 9

Project CARS 2 rencananya akan meluncur pada tanggal 22 September 2017 di Windows, PlayStation 4 dan Xbox One.

Gambar: Steam. Sumber: ProjectCARSGame.com.

Apa yang Membuat Watch Dogs 2 Berbeda Dari Game Sebelumnya?

Seperti pendahulunya, ada sejumlah elemen yang kembali diangkat Ubisoft Montreal dalam sekuel Watch Dogs: tema hacking melawan pihak otoriter dan bumbu stealth di genre action, berlatar berlakang versi fiksi dari kota sesungguhnya, kali ini developer memilih San Francisco. Namun sejak trailer perdana diungkap, kita mulai melihat ada sejumlah keunikan di Watch Dogs 2.

Hal tersebut turut dikemukakan oleh Eurogamer setelah diperkenankan menjajal sejumput konten Watch Dogs 2. Permainan kini tidak menghambat Anda berpetualang. Tak ada lagi menara-menara yang harus diretas agar pemain dapat mengakses seluruh teknologi hacking. Memang bukan pendekatan baru, tapi merupakan lompatan besar untuk sebuah game open-world garapan Ubisoft – membedakannya dari Watch Dogs pertama, seri Far Cry, serta Asassin’s Creed.

Untuk menghidangkan progres, Watch Dogs 2 mengusung sistem poin XP ala game role-playing dengan sedikit twist. Penyajiannya mirip fitur follower di sosial media, bisa Anda peroleh dengan mengerjakan berbagai aktivitas, misalnya membeli celana baru atau mencorat-coret poster individu yang tidak disukai publik. Metode ini akan mendorong pemain buat terus berjelajah tanpa membuat game jadi terasa asing. Bahkan sejak permainan dimulai, Anda dipersilakan melupakan main story dan melakukan eksplorasi.

Fokus narasi Watch Dogs 2 adalah seorang pemuda bernama Marcus Holloway. Dari awal, Ubisoft memang bermaksud mengedepankan kesan ‘good guy‘, berbeda dari karakter-karakter Grand Theft Auto atau bahkan tokoh utama Watch Dogs pertama, Aiden Pearce. Jika Pearce digambarkan sebagai seorang tukang pukul yang tidak ragu-ragu menodongkan pistol otomatisnya, Holloway akan memilih pendekatan ‘lebih bersahabat’ dalam menyelesaikan masalah.

Buat bertarung jarak dekat, Marcus menggunakan senjata tumpul buatannya sendiri, yaitu bola biliar yang diikatkan ke kabel. Ia juga diberikan akses ke banyak sekali gadget, memperkecil peluang terjadinya insden berdarah. Beberapa contohnya ialah, mainan mobil remote control yang dapat bertransformasi dan meretas, serta drone untuk mengintai dari udara sekaligus perangkat ber-selfie.

Di sesi uji coba Eurogamer, Ubisoft memang tidak mau menyingkap bagian terbaik Watch Dogs 2, hanya membiarkan sang tester menikmati misi-misi awal seperti mencuri mobil yang bisa berbicara ala Knight Rider di kawasan Hollywood, meretas crane untuk membuat graffiti di billboard, sampai mengelabui miliarder licik buat menyumbangkan uangnya ke lembaga amal.

Watch Dogs 2 rencananya akan meluncur di console Xbox One dan PlayStation pada tanggal 15 November, disusul versi PC-nya di tanggal 29 November 2016.

Watch Dogs 2 Resmi Diumumkan, Perkenalkan Tokoh Baru dan Bawa Anda ke San Francisco

Ubisoft memperkenalkan sekuel dari permainan open world mereka lewat event live stream kemarin. Sayang sekali, publisher gagal memberi kejutan karena trailer-nya malah bocor di Twitch. Tapi tentu saja, baru lewat pengumuman resmi itulah Ubisoft mengungkap segala hal terkait Watch Dogs 2. Game mengusung formula serupa, dengan sejumlah modifikasi.

Kisah Aiden Pearce berakhir di Watch Dogs pertama. Penerusnya ini memperkenalkan tokoh protagonis baru bernama Marcus Holloway. Seperti Pearce, ia adalah seorang peretas, namun petualangannya di game bukan didorong oleh balas dendam. Holloway dituduh atas kejahatan yang tidak ia lakukan. Tema hacking dipadu elemen stealth akan kembali jadi sorotan di Watch Dogs 2.

Banyak gamer mengkritisi karakeristik Pearce, dan di judul baru ini, Ubisoft mencoba membuat sang tokoh utama jadi lebih mudah disukai. Marcus Holloway adalah seorang pemuda yang lucu dan memesona, sekaligus individu idealis. Ia bermaksud mengembalikan kebebasan yang direnggut karena implementasi sistem pengawasan ctOS 2.0 (kependekan dari Central Operating System).

Versi kedua Central Operating System dipasang di San Francisco dan di kota inilah kita akan bermain. ctOS 2.0 ialah gambaran lanjut dari pengembangan Internet of Things, di mana perusahaan dapat melacak dan memperjualbelikan informasi mengenai Anda, dan organisasi kriminal bisa mudah mengawasi gerak-gerik kita. Di sana, Marcus tidak berjuang sendiri, ia ditemani oleh komunitas DedSec yang juga ingin mengakhiri penyalahgunaan ctOS 2.0.

Watch Dogs 2 1
Kegiatan hacking jadi lebih leluasa di Watch Dogs 2.

Dari sisi gameplay, Anda tidak perlu lagi harus meng-unlock ‘tower‘ agar bisa meretas objek-objek di satu area. Wilayah San Francisco terbuka bebas begitu permainan dimulai, dan gamer dapat segera mengeksplorasinya (saya berharap Ubisoft kembali menyajikan misteri pembunuhan berantai). Developer menjanjikan variasi di antara daerah di kota tersebut, dari mulai Silicon Valley, jalan-jalan sibuk San Francisco, sampai pemandangan cantik Marin County.

Prosedur hacking juga diperluas. Di Watch Dogs 2, Anda dapat meretas perangkat elektronik sampai kendaraan. Tak puas dengan cuma mengubah-ubah lampu lalu lintas? Kini kita bisa meledakkan mesin mobil, bahkan mengambil alih setir dan mengontrolnya dari jauh. Developer mencoba mendorong Anda buat bermain secara kreatif menggunakan fitur-fitur yang telah disediakan.

Kabar baiknya, Watch Dogs 2 akan hadir di tahun ini, tepatnya pada tanggal 15 November untuk PC, PlayStation 4 dan Xbox One. Ubisoft menyediakan tiga versi: Standard, Deluxe serta Gold Edition berisi Season Pass.

Rekaman presentasi penyingkapan Watch Dogs 2 bisa Anda saksikan di bawah.

Sumber: Blog PlayStation.

Microsoft Rilis Windows 10 Mobile Build 10149

Microsoft kembali merilis update terbaru dari Windows 10 Mobile Technical Preview dengan versi build 10149. Rilis ini sudah tersedia bagi para pengguna Windows Insider Program, khususnya yang mendaftar ke Fast Ring. Continue reading Microsoft Rilis Windows 10 Mobile Build 10149

Windows 10 Untuk Ponsel Versi Preview Terbaru Akan Rilis Sabtu Ini

Gabriel Aul, salah satu orang yang bertanggung jawab di divisi sistem operasi Microsoft, melalui akun Twitter-nya mengabarkan bahwa versi preview terbaru Windows 10 untuk Ponsel akan hadir hari Jumat, jam 10 pagi waktu PST atau sekitar hari Sabtu, jam 00.00 WIB.

Sudah hampir 2 bulan sejak dirilisnya versi pertama Windows 10 untuk ponsel, akhirnya para pengguna – terutama anggota Windows Insider akan dapat mencicipi iterasi berikutnya dari sistem operasi teranyar Microsoft.

Tentu saja hal ini semakin ditunggu-tunggu karena Microsoft menjanjikan akan lebih banyak perangkat yang didukung. Gabriel juga menyatakan bahwa untuk versi ini, dukungan untuk Lumia 930 dan Lumia ICON belum tersedia.

Info menarik: Vine untuk Windows Phone Diganjar Fitur Loop Counts, Vine Message dan Banyak Lagi

Meskipun belum ada informasi resmi mengenai fitur apa yang akan hadir dalam versi preview ini, beberapa bocoran memperlihatkan beberapa aplikasi yang sudah dirancang khusus untuk Windows 10.

Masih tersisa sekitar 2 bulan lagi sebelum Windows 10 akan diluncurkan, sembari menunggu, bagi yang tidak sabar, silahkan menantikan rilis versi preview terbaru ini dan mencoba berbagai fitur yang ditawarkan.

Koreksi: Perbaikan pada judul. 

Mari Jajal Technical Preview Microsoft Windows 10

Lupakan sejenak tebak-tebakan soal mengapa Microsoft mengenalkan sistem operasi baru mereka dengan nama Windows 10. Bukannya dilakukan besar-besaran, sembari memamerkan fitur dan video keren, fokus Windows 10 adalah pada penyempurnaan platform. Dan bersamaan dengan momentum itu, Anda sudah bisa mengunduh dan mencoba versi preview OS ini. Continue reading Mari Jajal Technical Preview Microsoft Windows 10

Microsoft Berencana Umumkan Windows 9 ‘Threshold’ di Akhir September

Setelah berbagai info, bocoran dan screenshot mengenai sistem operasi teranyar dari Microsoft yang diusung dengan codename Threshold atau nama panggilan populer Windows 9, sejumlah kabar terbaru menyebutkan bahwa tidak lama lagi Microsoft segera memperkenalkannya dalam sebuah acara resmi. Continue reading Microsoft Berencana Umumkan Windows 9 ‘Threshold’ di Akhir September

Development Kit 2 Oculus Rift Terjual Lebih Dari 25.000 Unit

Seperti yang diperkirakan oleh Chris Roberts dan John Carmack, akuisisi Oculus Rift oleh Facebook ternyata tidak banyak terlalu mengubah perspektif developer pada perangkat virtual reality ini. Sempat diklaim sebagai langkah yang kurang tepat oleh sebagian pengamat, ternyata penjualan Development Kit 2 Oculus mengikuti kesuksesan versi sebelumnya. Continue reading Development Kit 2 Oculus Rift Terjual Lebih Dari 25.000 Unit

Preview Wolfenstein: The New Order

Saya pernah menulis sedikit preview tentang reboot salah satu game paling legendaris: The New Order di rubrik Monitor edisi Agustus majalah PC Gamer Indonesia. Sekarang saatnya saya tumpahkan info-info tentang game ini dengan lebih detail untuk Trenologi.

Bagi Anda yang belum tahu apa itu Wolfenstein: Wolfenstein 3D merupakan permainan FPS (atau first-person shooter) pertama yang terlahir ke dunia. Dibuat oleh talenta-talenta pionir di id Software, franchise ini telah diakuisi berkali-kali oleh publisher-publisher game raksasa di luar sana. Terakhir kali gamer menikmati seri Wolfenstain adalah di tahun 2009, dimana sang protagonis BJ Blazkowicz kembali diperkenalkan untuk khalayak gamer console last-gen.

Namun berbeda dari Wolfenstein 2009 tersebut, The New Order tidak lagi digarap oleh Raven Software dan di-publish oleh Activision. Kali ini, nasib reboot dari ‘kakek’ game FPS PC berada dalam genggaman developer asal Swedia, Machine Games.

Nama Machine Games memang terdengar baru, namun sebenarnya mereka adalah mantan staf Starbreeze yang telah meracik game-game first-person seperti The Darkness dan Chronicles of Riddick: Escape From Butcher Bay. Mereka kini bekerja sebagai developer in-house di bawah payung Bethesda – perusahaan yang terkenal lewat seri The Elder Scrolls-nya.

Wolfenstein: The New Order menyajikan Anda sebuah dunia alternatif dimana Nazi memenangkan Perang Dunia II. The New Order ber-setting di tahun 1960, dalam kisah kali ini sang tokoh utama BJ menghabiskan 20 tahun hidupnya terkurung dalam bangsal rumah sakit jiwa di Polandia dalam keadaan lupa ingatan. Game dimulai saat tentara Nazi menyerbu rumah sakit jiwa ini, setelah mencoba bertahan hidup mati-matian – dan membunuh beberapa lusin pasukan Nazi – akhirnya BJ mendapatkan kebebasannya.

Namun kebebasan yang didapatkan BJ Blazkowicz memberinya sebuah kewajiban besar: pertama, ia harus mengumpulkan kembali memorinya. Ia juga memiliki kewajiban lain yang tidak kalah penting: menyatukan pasukan pemberontak dari seluruh Eropa untuk melawan rezim Third Reich.

Sedikit informasi, game ini bukan sekuel ataupun prekuel dari Wolfenstein 2009, The New Order merupakan penggambaran ulang dari Wolfenstein 3D itu sendiri. Di dunia yang ditinggali BJ ini, pasukan Nazi mendapat dukungan persenjataan berteknologi mutakhir. Sebagai BJ, Anda akan menghadapi tentara-tentara Third Reich dengan armor exoskeleton, robot-robot anjing pemburu, drone terbang, hingga mech raksasa (a la MechWarrior).

Dari demo dan video yang sempat saya saksikan, Machine Games memberikan player fitur-fitur esensial dalam shooter seperti kemampuan leaning, men-dual-wield senjata dan penggunaan item health. Sistem health dalam The New Order juga tergolong tidak biasa, bukannya mendapatkan sistem auto-regen seperti dalam Call of Duty atau Battlefield 3, health dibatasi per 20 poin dari total 100.

Contohnya, jika setelah bertukar peluru dengan musuh Anda hanya tinggal memiliki 5 health, maka secara perlahan ia akan regen ke 20. Jika Anda memiliki health 31, health akan naik ke 40. Sistem ini memaksa Anda untuk mencari dan menggunakan item health dengan cerdas. Satu hal yang menarik adalah fokus Bethesda dan Machine Games pada mode singleplayer, dan ini harus diperhatikan: The New Order disajikan tanpa multiplayer. Jika digarap dengan baik, mungkin kualitasnya akan lebih baik dari game skelas FarCry 3.

Wolfenstein: The New Order tampaknya juga menyajikan pilihan-pilihan yang akan berpengaruh pada jalannya permainan, namun saya belum tahu seberapa besar dampak pilihan Anda pada keseluruhan jalan cerita game. Dan saya belum tahu apakah ia benar-benar menyajikan kebebasan atau diracik secara Linear seperti BioShock Infinite. Rencananya, The New Order akan dirilis bulan Oktober 2013.

Sumber gambar: http://www.wolfenstein.com/en-gb/media.