Bocoran Detail PSVR untuk PS5 Tunjukkan Peningkatan Impresif

Meskipun bukan jadi perangkat wajib, absennya perangkat virtual reality (VR) pada peluncuran PlayStation 5 memang membuat banyak fans bertanya-tanya. Apalagi Sony juga memperlihatkan aksesoris PS5 lain seperti 3D Pulse headset hingga PS Media Remote.

Namun akhirnya keberadaan dari perangkat yang disebut PSVR ini terungkap saat gelaran Sony developer summit. Meskipun tidak diumumkan untuk umum, detail mengenai headset VR ini dibagikan oleh kanal YouTube PSVR Without Parole. Dalam event tersebut, Sony memberikan detail spesifikasi dan fitur untuk perangkat baru ini.

Perangkat yang belum memiliki nama resmi ini sebelumnya juga sempat dibocorkan oleh UploadVR akan memiliki resolusi 4000×2040 pixel atau 2000×2040 pada setiap layar/matanya. PSVR baru ini juga dikatakan akan menggunakan eye-tracking untuk mengoptimalkan performa rendering-nya.

Image credit: Sony

Nantinya, perangkat VR ini akan menggunakan teknologi bernama foveated rendering dan juga flexible scaling resolution. Kedua teknologi ini untuk lebih meningkatkan performa dari game-game PSVR.

Detail lain yang diungkap lewat video tersebut adalah perangkat ini memiliki kode nama NGVR (next-generation VR) dan akan menggunakan layar HDR OLED dengan luas pandangan (FOV) seluas 110 derajat. 10 derajat lebih luas dari PSVR.

Yang unik adalah dikabarkan juga bahwa perangkat kepala dari PSVR ini juga dilengkapi dengan teknologi haptic feedback seperti pada joystick DualSense. Entah bagaimana prakteknya dalam game nanti namun dikatakan bahwa perangkat kepalanya nanti akan dilengkapi dengan rumbling rotary motor.

Berlanjut ke kontrolernya, perangkat VR ini nantinya akan punya kontroler dengan sensor sentuh kapasitif untuk ibu jari, telunjuk, dan juga jari tengah. Sensor ini dikabarkan akan melakukan tracking gerakan terhadap kontroler, namun juga mengetahui seberapa jauh jari-jari mereka berada dari kontroler.

Sony juga dilaporkan telah mengatakan kepada para pengembang untuk memberikan dukungan virtual reality kepada game-game AAA yang tengah mereka kerjakan. Yang nantinya mereka juga akan memberikan pilihan kepada para pemain untuk memilih apakah mereka ingin mengunduh versi untuk monitor atau versi VR.

Mengenai perilisannya, kanal PSVR Without Parole mengatakan bahwa Sony tidak akan merilisnya pada tahun ini. Sehingga kemungkinan besar headset VR PS5 ini akan tiba paling cepat awal tahun depan.

Game Horor Eksklusif PSVR The Persistence Akan Hadir di PC dan Console Lain

Eksplorasi di ranah virtual reality gaming mengingatkan saya pada upaya eksperimen para developer di akhir tahun 90-an ketika sejumlah genre game (misalnya first-person shooter) belum memiliki standar baku. Ada cukup banyak permainan menarik yang meluncur pasca tersedianya head-mounted display VR kelas konsumen terjangkau garapan Oculus dan HTC, salah satunya ialah The Persistence kreasi tim Firesprite untuk PSVR.

Meluncur di PlayStation 4 pada tahun 2018, The Persistence menawarkan premis yang tidak biasa: kombinasi antara genre survival horror, stealth dan roguelike, dikemas dalam latar belakang fiksi ilmiah. Dan dua tahun berselang, Firesprite memutuskan untuk menghidangkan The Persistence di lebih banyak platform tanpa mengharuskan gamer memiliki headset virtual reality. Game rencananya akan tersedia di PC via Steam, Switch dan Xbox One (termasuk versi non-VR buat PS4) di pertengahan tahun ini.

Permainan menempatkan Anda sebagai satu-satunya kru kapal Persistence yang hidup setelah terjadinya insiden ‘spark gap‘ dan menyebabkannya terjebak di lubang hitam. Misi untuk menghuni planet lain berubah jadi perjuangan bertahan hidup karena kecelakaan tersebut memicu invasi mutan mematikan. Anda tidak diharapkan buat selamat, tapi masih ada kesempatan untuk keluar dari situasi ini.

Layaknya permainan roguelike lain, kematian merupakan bagian dari gameplay The Persistence. Tiap kali Anda melakukan kesalahan yang menyebabkan sang tokoh utama tewas mengenaskan, ia akan dilahirkan (lebih tepatnya ‘dicetak‘) lagi dengan mesin clone. Tugas Anda adalah memperbaiki kapal ini dan membawanya pulang ke Bumi. Namun tiap kali Anda di-clone, layout ruang kapal akan berubah, sehingga tak ada satu sesi permainan yang sama.

IMG_10032020_154143_(1000_x_650_pixel)

Firesprite memoles sejumlah hal di versi anyar ini, terutama aspek visual, user interface dan input kendali – agar kualitas grafisnya tak kalah dari game-game yang dirilis di 2020 serta nyaman dimainkan menggunakan sistem input standar. Tentu saja The Persistence juga dapat dinikmati melalui headset virtual reality lain seperti Oculus Rift, HTC Vive, termasuk pula perangkat Windows Mixed Reality.

Di PlayStation 4 (via PSVR), The Persistence didukung oleh aplikasi companion di perangkat bergerak. Fitur ini memungkinkan disajikannya mode multiplayer kooperatif ‘asimetris’. Ketika Anda sedang fokus mengerjakan misi, kawan Anda bisa membantu menemukan item-item penting, mengidentifikasi posisi lawan, bahkan membuat musuh berhenti bergerak sehingga Anda bisa mudah menumbangkannya.

IMG_10032020_154150_(1000_x_650_pixel)

Sejauh ini Firesprite belum mengonfirmasi apakah dukungan aplikasi turut dihadirkan di edisi baru The Persistence. Lalu developer juga belum menjelaskan secara detail perbedaan gameplay antara versi non-VR dengan The Persistence di PSVR. Saya menduga ada banyak aspek kendali yang dimodifikasi serta disederhanakan.

Via Eurogamer.

Sony Patenkan Teknologi Esports Spectator untuk Virtual Reality

Seiring tumbuhnya jumlah penikmat esports di mancanegara, turnamen esports pun semakin bertambah besar dan mewah. Beberapa turnamen bahkan dihadiri hingga puluhan ribu orang, seperti laga final North America League of Legends Championship Series Spring Split 2019. Namun di antara para penggemar itu mungkin saja ada yang tidak bisa hadir menonton secara langsung, baik karena lokasi yang jauh atau alasan-alasan lainnya.

Beruntunglah mereka. Berkat perkembangan teknologi, ada kemungkinan mereka akan bisa menikmati tontonan esports yang imersif meski tanpa harus datang langsung, caranya dengan perangkat virtual reality. Dilansir dari VentureBeat, baru-baru ini Sony dilaporkan telah mendaftarkan paten untuk teknologi tontonan esports yang akan membuat Anda seolah-olah sedang berada di lokasi event esports.

PSVR - Esports Spectator
Sumber: Sony

Paten teknologi tersebut, yang disebut “Spectator View Into An Interactive Gaming World Showcased In A Live Event Held In A Real-World Venue”, memanfaatkan sejumlah kamera untuk menangkap suasana lokasi pertandingan, kemudian memancarkannya ke dalam perangkat PlayStation VR. Kamera dan mikrofon juga ditempelkan di kursi-kursi di lokasi acara, sehingga penonton VR bisa menikmati acara lewat berbagai sudut pandang. Di kursi-kursi ini juga diletakkan sensor jarak untuk mendeteksi bila kursi itu sedang digunakan oleh orang lain.

Selain menikmati sudut pandang seperti penonton di venue, teknologi ini juga mencakup kemampuan untuk melihat langsung ke dalam game. Sekali waktu Anda merasa seperti penonton esports biasa, tapi kemudian dengan satu tombol Anda bisa menyaksikan permainan seolah sedang berada di medan pertempuran itu sendiri.

PSVR - Sensors
Sumber: Sony

Bayangkan bila kita menyaksikan hero-hero Overwatch bertarung langsung di depan mata kita, atau bila kita dapat ikut “masuk” ke dalam mobil Gran Turismo dan menyaksikan balapan langsung dari sudut pandang pengemudi. Tentu akan seru sekali, bukan? Teknologi ini juga memungkinkan adanya tampilan hibrida, di mana berbagai unsur sebuah game dimunculkan di sekitar penonton dalam ruang VR. Cara ini disebut sebagai “virtual augmented reality”.

Sony bukan perusahaan pertama yang berusaha memanfaatkan teknologi VR untuk tayangan esports. Sebelumnya, Valve dengan Dota 2 juga telah merilis fitur serupa yang disebut sebagai Dota 2 VR Spectator Mode. Memanfaatkan perangkat HTC Vive, kita bisa seolah-olah menonton dengan layar besar, atau langsung “masuk” ke dalam game dan melihat gerakan para hero dari dekat. Teknologi Sony akan menghadirkan pengalaman serupa pada para pengguna PlayStation, yang jumlahnya ada puluhan juta orang di seluruh dunia.

Sony tidak menjelaskan teknologi ini akan digunakan untuk game atau kompetisi esports apa. Namun dalam paten tersebut ada beberapa tulisan yang menyebutkan nama “PlayStation Plus League”. Mungkinkah ini artinya Sony berencana meluncurkan liga esports sendiri di masa depan? Bisa saja. Untuk sekarang, hita hanya bisa menunggu pengumuman lebih lanjut dari Sony tentang teknologi ini.

Sumber: VentureBeat

Prediksi Industri Game Tahun 2019: Overwatch Akan Berubah Jadi Free-to-Play?

Setelah tahun 2018 yang sangat menarik, kita mungkin bertanya-tanya, hal apa yang akan mengisi industri game di tahun 2019? Tren yang akan menjadi “next big thing”, dan tren apa yang akan mati? Situs gamesindustry.biz belum lama ini mempublikasikan kumpulan prediksi dari berbagai pakar industri game di bidang-bidang berbeda. Termasuk di antaranya adalah Dr. Serkan Toto dari Kantan Games, Michael Pachter dari Wedbush Securities, dan Mat Piscatella dari NPD Groups.

Meskipun sifatnya hanya prediksi, bukan pengumuman resmi, hal-hal di bawah ini tetap menarik untuk kita antisipasi. Apalagi bila Anda sering mengikuti rumor atau leak tentang industri game, mungkin Anda tahu bahwa prediksi dari beberapa nama di atas cukup sering tepat sasaran atau setidaknya mendekati.

Contoh beberapa prediksi tahun lalu yang cukup menarik antara lain kemunculan mobile game Warcraft (ternyata yang muncul bukan Warcraft, tapi Diablo Immortal), penurunan harga PSVR yang cukup besar (dari US$399 ke US$299), serta ekspansi penerbit-penerbit Tiongkok ke wilayah global (contoh: PUBG Mobile dan AOV versi Switch).

Bagaimana dengan tahun 2019? Berikut ini adalah prediksi-prediksi tahun 2019 yang cukup menarik dan masuk akal untuk terjadi. Mari kita bermain tebak-tebakan. Menurut Anda, prediksi mana saja yang benar?

Call of Duty: Black Ops 4
Call of Duty: Black Ops 4 | Sumber: Activision

Overwatch dan Call of Duty: Black Ops 4 Blackout versi free-to-play

Di tahun 2019 ini Overwatch akan menginjak usia tahun ketiga. Liga esports Overwatch League (OWL) telah terbukti cukup sukses, namun Blizzard mulai tiba di titik jenuh. Mereka perlu menjangkau pasar yang lebih luas, dan cara melakukannya adalah dengan mengubah Overwatch menjadi free-to-play. Prediksi ini dilontarkan oleh Michael Pachter.

Pachter juga memprediksi mode Blackout (battle royale) dari Call of Duty: Black Ops 4 untuk mendapat perlakuan yang sama. Call of Duty: Black Ops 4 sendiri sudah sukses di pasaran, dan mode Blackout pun banyak digemari. Activision bisa meniru strategi Fortnite, mengubah mode battle royale menjadi free-to-play namun game utamanya tetap berbayar. Apakah mereka akan meraih kesuksesan yang sama, kita lihat saja nanti.

Nintendo Switch Pro dan Switch Lite

Bukan rahasia lagi bahwa Nintendo sangat suka melakukan revisi console dan handheld ciptaan mereka. Tahun 2017 ini, Switch akan berumur dua tahun, dan Dr. Serkan Toto memprediksi bahwa Nintendo akan merilis versi revisi pertamanya.

Rencana tentang Switch Pro sendiri sudah pernah dilaporkan oleh Wall Street Journal. Akan tetapi kemungkinan Nintendo juga akan menciptakan versi Lite untuk menjangkau pasar entry level.

Dr. Serkan Toto
Dr. Serkan Toto dikenal sebagai pakar industri game Jepang | Sumber: gamesauce

Lebih banyak konten eksklusif marketplace

Akhir tahun 2018, kita telah melihat percikan-percikan “perang marketplace” di dunia distribusi game digital. Di tengah keputusan Valve soal perubahan pembagian keuntungan di Steam, perusahaan-perusahaan lain mulai bergerak untuk menawarkan marketplace alternatif yang lebih pro-developer. Muncullah Epic Games Store dan Discord Store yang menawarkan pembagian keuntungan lebih besar dari Steam.

Meski banyak marketplace baru, para analis sepakat bahwa Steam tetap akan menjadi platform paling dominan untuk PC gaming. Sementara itu, Piers Harding-Rolls dari IHS Markit memprediksi bahwa para penyedia marketplace akan mulai lebih sering menerbitkan game eksklusif di platform milik mereka saja sebagai cara bersaing. Apakah ini hal yang baik atau buruk, kita lihat saja bila benar terjadi nanti.

Tidak akan ada PS5 atau Xbox baru

PS4 di tahun 2019 akan berulang tahun untuk keenam kalinya, dan di dunia console, itu berarti kemunculan generasi penerusnya sudah dekat. Namun “PS5” atau “Xbox Two” tidak akan dirilis pada tahun 2019. Sony dan Microsoft kemungkinan akan mengumumkan beberapa spesifikasi perangkat baru mereka, tapi peluncurannya sendiri masih jauh di masa depan. Sebelum PS5, Piers Harding-Rolls memprediksi bahwa Sony akan merilis PSVR generasi baru terlebih dahulu.

Beberapa judul game yang akan muncul

Selain kondisi industri game secara umum, tentu para analis ini juga memiliki prediksi tentang judul-judul game yang akan muncul di tahun 2019. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Sekuel seri Bioshock
  • Borderlands 3
  • Sekuel seri Splinter Cell
  • Sekuel seri Watch Dogs
  • Rainbow Six baru
  • Titanfall 3
  • Judul Star Wars baru dari Respawn Entertainment
  • The Elder Scrolls VI, dipercepat karena kegagalan Fallout 76

Itulah beberapa prediksi dari analis di dunia industri game tentang tahun 2019. Apakah Anda setuju? Mana prediksi yang Anda harapkan jadi kenyataan?

Sumber: gamesindustry.biz

Jadwal Rilis Game Lengkap di Bulan Januari 2019

2018 telah berakhir, tapi saya yakin banyak di antara kita yang masih berhutang menyelesaikan game-game epik di tahun lalu. Bahkan jika sudah menamatkannya, sejumlah permainan mendapatkan tambahan konten/mode baru yang mendorong kita buat terus menguliknya, misalnya Red Dead Online di RDR2 atau add-on tanpa henti untuk Monster Hunter: World.

Tahun 2019 memang baru dimulai, tetapi ia dijamin akan membuat para gamer jadi lebih sibuk lagi. Alasannya sederhana: beberapa permainan PC serta console terbesar dan paling dinanti di tahun ini dijadwalkan buat dilepas pada bulan Januari. Di sini, saya tidak mencoba menyaring judul-judul paling penting saja, namun menjabarkan semuanya secara lengkap.

Dari hasil pemantauan saya sejauh ini, ada 18 permainan yang akan meluncur selama 31 hari ke depan. Mereka disiapkan untuk seluruh platform current-gen, di antaranya PC, PlayStation 4 dan PSVR, Xbox, Switch serta 3DS. Sekadar pengingat, sejumlah judul di bawah adalah versi port. Ambil contohnya Catastronauts buat Switch, permainan tersebut telah lebih dulu mendarat di Steam.

 

Catastronauts

Switch – 3 Januari

 

JCB Pioneer Mars

Switch – 3 Januari

 

Mario & Luigi: Bowser’s Inside Story + Bowser Jr.’s Journey

3DS – 11 Januari

 

New Super Mario Bros U Deluxe

Switch – 11 Januari

 

Tales of Vesperia: Definitive Edition

PC, PlayStation 4, Xbox One, Switch – 11 Januari

 

Onimusha: Warlords

PC, PlayStation 4, Xbox One, Switch – 15 Januari

 

The Walking Dead: The Final Season Episode 3

PC, PlayStation 4, Xbox One, Switch – 15 Januari

 

Hell Warders

PC, PlayStation 4, Xbox One – 17 Januari

 

YIIK: A Postmodern RPG

PC, PlayStation 4, Switch – 18 Januari

 

Ace Combat 7: Skies Unknown

PC, PlayStation 4, Xbox One – 18 Januari

 

Travis Strikes Again: No More Heroes

Switch – 18 Januari

 

A Fisherman’s Tale

PSVR – 22 Januari

 

The Council – Complete Edition

PlayStation 4, Xbox One – 22 Januari

 

At The Gates

PC – 23 Januari

 

Resident Evil 2 Remake

PC, PlayStation 4, Xbox One – 25 Januari

 

Tropico 6

PC, PlayStation 4, Xbox One – 25 Januari

 

Genesis Alpha One

PC, PlayStation 4, Xbox One – 29 Januari

 

Kingdom Hearts III

PlayStation 4, Xbox One – 29 Januari

Menurut Sony, Pertumbuhan VR Belum Sesuai Harapan

Sebelum perangkat-perangkat head-mounted display VR standalone seperti Oculus Go, HTC Vive Focus serta Lenovo Mirage Solo dipasarkan, PSVR merupakan pilihan paling ideal. Mutu kontennya jelas lebih baik dibanding headset berbasis smartphone yang dahulu sempat populer, tapi ia juga tidak membutuhkan PC berspesifikasi tinggi dan langsung kompatibel ke PS4.

Sejak dirilis di bulan Oktober 2016 hingga Desember 2017 kemarin, Sony telah menjual lebih dari dua juta unit PlayStation VR. Menurut perhitungan IDC, penjualan perangkat VR dan AR diestimasi akan meningkat menjadi 12,4 juta di tahun ini. Sebagai perbandingan, ada delapan juta produk yang dipasarkan di tahun lalu. Namun ternyata Sony masih belum puas pada performa penjualan produknya.

Dalam Corporate Strategy Meeting minggu ini, Sony Interactive Entertainment menyampaikan bahwa terlepas dari meningkatnya penjualan PSVR, pertumbuhan pasar virtual reality berada di bawah ekspektasi mereka. Dan bukan hanya sang console maker Jepang itu yang berpendapat seperti itu. Matt Conte dari Oculus VR juga menyampaikan pandangan serupa.

“Saya tidak mau mengurangi faktanya: VR masih kecil,” kata Conte pada Games Industry. “Persebaran headset di luar sana tidak sebesar seperti yang kita bayangkan beberapa tahun lalu. Angka adopsinya memang tumbuh, dan momentum kenaikannya tidak buruk. Tapi hal yang kini mesti developer  prioritaskan adalah mencari cara agar karya mereka bisa sampai ke tangan konsumen sebanyak mungkin.”

Menurut Matt Conte, konten VR sebaiknya didistribusikan ke seluruh platform yang tersedia: Oculus, PlayStation VR, Steam hingga mobile jika bisa. Developer tidak memerlukan eksklusivitas seperti game tradisional karena yang saat ini virtual reality butuhkan ialah tumbuh sepesat-pesatnya.

Namun di sisi lain, pengembangan konten VR dihadang masalah biaya. Sebagian besar developer aplikasi/game virtual reality adalah studio independen dengan modal seadanya. Untuk bisa meneruskan proyek, mereka kadang harus mengadakan kesepakatan dengan pemilik platform seperti Facebook dan Microsoft untuk mendapatkan bantuan dana dengan syarat memasarkan kreasi tersebut secara eksklusif.

Saya sendiri mendengar langsung dari para developer VR lokal perjalanan panjang seperti apa yang sudah mereka lalui. Tidak aneh jika konten yang developer garap sangat berbeda dari visi awal mereka.

Ambil contohnya Mindvoke punya ShintaVR. Dahulu, developer menyiapkan IP ini sebagai platform kreasi berbasis perangkat mobile. Karena gagasan tersebut terlalu maju dan khalayak saat itu masih belum siap menerimanya, Mindvoke berevolusi menjadi game berkonsep kooperatif. Masih belum menemukan ‘tujuan’ dari penyajian permainan, ShintaVR akhirnya memodifikasinya lagi hingga menyuguhkan pengalaman multiplayer kompetitif.

Via Eurogamer.

‘New’ PlayStation Gold Wireless Headset Sempurnakan Pengalaman Menikmati PSVR

Peluncuran headset wireless Gold untuk PlayStation 3 di bulan September 2011 merupakan cara Sony menyempunakan pengalaman gaming di sisi audio. Waktu itu, teknologinya tergolong cukup canggih karena perangkat bisa bekerja secara independen via dongle USB tanpa memerlukan koneksi ke HDMI atau port A/V, sehingga memungkinkannya tesambung ke PC serta Mac.

Aksesori ini akhirnya menjadi bagian penting dari eksosistem PlayStation karena dalam perjalanan industri gaming, kualitas suara semakin jadi elemen krusial yang tak bisa dipisahkan. Ketergantungan game terhadap audio semakin terasa setelah kita memasuki era virtual reality. Gold Wireless Stereo Headset buat PlayStation 4 memang sudah cukup ideal untuk menunjang PSVR, namun sang console-maker Jepang itu masih melihat ada celah yang dapat mereka perbaiki.

Itu sebabnya di awal Februari ini, Sony memperkenalkan versi baru dari PlayStation Gold Wireless Headset. Perangkat ini menyuguhkan segala hal yang gamer sukai terhadap model terdahulu, plus upgrade pada desain: lebih ramping, lalu ear cup over-ear-nya lebih sempurna merangkul telinga sehingga lebih nyaman saat dipakai dalam durasi lama, termasuk ketika Anda juga sedang mengenakan PlayStation VR.

Gold Wireless Headset 1

Sistem audio 7.1 high-fidelity di sana dikalim siap mendukung penyajian konten virtual reality – memudahkan pengguna melacak sumber suara lebih presisi dan optimal mengekspos bunyi-bunyian yang sebelumnya ‘tersembunyi’. Jika kebetulan Anda menyukai game-game horor, Sony sangat menyarankannya buat digunakan saat menikmati The Inpatient, tersedia eksklusif untuk PSVR.

Tentu saja headphone Gold anyar ini juga sangat siap menemani Anda ber-gaming secara tradisional. Tim PlayStation berpartisipasi langsung dalam pengembangannya, dan Anda dipersilakan mengunduh mode audio kustom yang disiapkan khusus buat sejumlah permainan di console. Headset bisa tersambung ke PlayStation 4 (atau PC) secara wireless, atau via kabel audio.

Gold Wireless Headset 2

Lalu untuk menunjang komunikasi, Sony menanamkan microphone noise cancelling. Mic tersebut tersembunyi, tapi tetap dapat memastikan lawan bicara mendengar suara Anda dengan jelas dan jernih.

Sony berencana untuk meluncurkan Gold Wireless Headset baru ini beberapa minggu lagi. Harganya sendiri setara versi lama ketika baru diperkenalkan, yaitu US$ 100. Di dalam packaging, headphone dibundel bersama adaptor wireless, kabel audio 3,5mm dan kabel USB.

Berdasarkan spesifikasinya – termasuk dukungan sistem audio 7.1 – perbedaan terbesar antara New Gold Wireless Stereo Headset dengan versi lawasnya terletak pada desain. Jika kebetulan Anda sudah memilikinya dan tidak berniat menikmati game PSVR, tidak ada alasan kuat untuk membeli model baru ini.

Dua Buah Paten Ungkap Rencana Sony Memperbarui PlayStation Move

PlayStation Move diperkenalkan jauh sebelum ide mengenai PlayStation VR disingkap, disiapkan sebagai jawaban Sony terhadap mulai populernya metode kontrol berbasis gerakan di masa itu. Konsep kerjanya menyerupai Wii Remote, yaitu mengubah gerakan fisik menjadi input kendali. Respons pengguna terhadap Move terbilang positif, tapi penjualannya tidak setinggi harapan Sony.

Potensi pemanfaatan PlayStation Move baru benar-benar terlihat setelah PSVR diumumkan. Periferal ini menjadi salah satu alternatif metode kendali buat headset virtual reality PlayStation tersebut. Umur Move sendiri lebih tua dari PlayStation 4, dan Sony sepertinya punya rencana untuk memperbarui atau mungkin bahkan mengganti controller ini dengan versi yang lebih anyar.

Berdasarkan laporan VR Focus, Sony Interactive Entertainment telah mengajukan setidaknya dua paten yang menampilkan ilustrasi perangkat motion controller baru beserta cara penggunannya. Gambar-gambar itu tak hanya memperlihatkan revisi pada desain, namun juga menunjukkan potensi kehadiran sejumlah fitur yang sudah lama diminta oleh komunitas PlayStation VR.

PS Move 1

Paten pertama diajukan oleh Sony Jepang dan dipublikasikan awal bulan Januari ini. Di gambar, tampak sebuah controller dengan wujud yang lebih stylish dan ergonomis. Hilang sudah bagian bola berisi RGB di atas. Penampilan controller kini selangkah menyerupai controller Vive dengan area kepala yang melebar (boleh jadi merupakan rumah bagi rangkaian sensor). Di sana, terdapat stik analog dan sejumlah tombol, lalu ada tombol trigger di bagian bawah. Selanjutnya, pemakaian controller diamankan oleh strap.

PS Move 2

Paten kedua telah diungkap tahun lalu, kontennya mengindikasikan eksistensi dari fitur-fitur baru. Pertama, ada kemungkinan controller akan mengsung teknologi pelacak gerakan jari, mirip seperti purwarupa controller ‘Knuckles’ untuk HTC Vive. Lalu ‘PS Move anyar’ ini kabarnya akan bekerja langsung dengan unit head-mounted display tanpa lagi menggunakan kamera eksternal. Hal ini menunjukkan akan ada unit PSVR baru.

PS Move 3

Berbicara soal PSVR, Sony sempat meng-upgrade headset ke model CUH-ZVR2. Efeknya, penjualan PlayStation VR laris manis di Jepang. Terhitung di bulan Desember silam, PSVR telah terjual sebanyak lebih dari dua juta unit secara global.

Mengingat usianya yang hampir menyentuh delapan tahun, sangat wajar bagi Sony untuk memperbarui PlayStation Move dengan unit yang lebih baru. Apalagi sang console-maker Jepang itu sempat menyingkap agenda buat meluncurkan tidak kurang dari 130 permainan PlayStation VR di tahun 2018.

Sony Umumkan Game Gratis Bulan Januari 2018 Untuk Pelanggan PlayStation Plus

Dengan berlangganan PlayStation Plus, Anda dapat mencicipi versi early access game-game baru, memperoleh diskon secara reguler, memanfaatkan fitur update otomatis, serta mendapatkan ruang penyimpanan cloud seluas 10GB yang bisa menampung 1.000 file save permainan. Tentu saja, ‘fitur’ PS Plus yang jadi favorit para user adalah penyajian game gratis.

Lewat blog resminya, Sony mengumumkan permainan-permainan yang bisa dinikmati secara cuma-cuma oleh pelanggan PS Plus di bulan Januari 2018 – tersedia baik untuk pemilik sistem current-gen, last-gen, console handheld, serta pengguna PlayStation VR. Sony tampaknya punya agenda untuk menghebohkan momen pergantian tahun ini, terutama melalui dua judul game yang cukup baru.

Beberapa hari lagi, pelanggan PS Plus dapat segera memainkan Deus Ex: Mankind Divided dan Batman: The Telltale Series – dua permainan yang dirilis kurang dari 18 bulan silam. Pemilik head-mounted display PSVR juga boleh berbahagia karena Sony mempersilakan Anda menikmati Starblood Arena, permainan flight combat bertema sci-fi yang mengadu gamer dalam arena tempur 360 derajat berbekal pesawat ruang angkasa.

Deus Ex: Mankind Divided sendiri merupakan pelanjut petualangan Adam Jensen yang dimulai di Human Revolution. Game kembali mengangkat tema cyberpunk, di-setting di masa depan ketika praktek modifikasi organ tubuh memicu perpecahan dan konflik di masyarakat. Mankind Divided mengombinasikan beberapa elemen gameplay berbeda: shooter, stealth, serta sistem dialog dan upgrade ala RPG.

Selanjutnya, Batman: The Telltale Series adalah permainan petualangan sang Cape Crusader yang dipadu gameplay khas Telltale Games: memanfaatkan formula point-and-click dan dilepas secara episodik. Permainan menyuguhkan cerita baru dan mengusung latar belakang era modern – sering kali Anda akan melihat karakter-karakter di sana menggunakan drone atau smartphone.

Selain tiga permainan ini, ada empat judul lagi yang akan hadir untuk PlayStation Plus pada tanggal 2 Januari 2018 besok, di antaranya:

  • Sacred 3 (PS3)
  • The Book of Unwritten Tales 2 (PS3)
  • Psycho-Pass: Mandatory Happiness (PS VIta)
  • Uncanny Valley (PS4, PS Vita 3)

Dan ini adalah daftar game yang bisa Anda unduh di bulan Desember 2017 sebelum Sony me-refresh-nya:

  • Darksiders II: Deathinitive Edition (PS4)
  • Kung Fu Panda: Showdown of the Legendary Legends (PS4)
  • Until Dawn: Rush of Blood (bonus PS Plus, memerlukan PSVR)
  • That’s You! (bonus PS Plus)
  • Xblaze Lost: Memories (PS3)
  • Syberia Collection (PS3)
  • Forma 8 (PS4, PS Vita)
  • Wanted Corp (PS Vita)

Bionik Mantis Adalah Headphone yang Dirancang Khusus untuk PlayStation VR

Tidak seperti Oculus Rift, PlayStation VR tidak dibekali headphone terintegrasi. Versi keduanya mencoba mengatasi masalah tersebut dengan earphone terintegrasi, akan tetapi solusi ini terkesan agak menjijikkan kalau Anda merupakan tipe konsumen yang memakainya secara bergantian dengan pengguna lain.

Solusi yang lebih elegan datang dari produsen peripheral Bionik Gaming. Mereka menciptakan headphone on-ear bernama Mantis yang dirancang secara spesifik untuk PSVR, dimaksudkan untuk dipasang di bagian headband seperti kasusnya pada Oculus Rift.

Bionik Mantis

Karena hanya melibatkan mekanisme penjepit biasa, posisinya dapat diatur sedemikian rupa agar terasa benar-benar pas di telinga pengguna. Namun bagian paling menarik dari Mantis adalah kemampuannya untuk dilipat ke atas ketika pengguna ingin mendengar orang-orang di sekitarnya.

Jadi tanpa harus melepas headset, pengguna pada dasarnya masih bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Selagi Mantis dalam posisi terlipat ke atas, audio dalam game sebenarnya masih akan terdengar meski lirih.

Bionik Mantis

Solusi ini jelas lebih praktis dan nyaman ketimbang menggunakan headphone biasa di atas PSVR. Kekurangannya mungkin hanya dari segi kualitas suara, apalagi kalau headphone yang Anda bandingkan adalah headphone kelas premium.

Terlepas dari itu, Bionik Mantis yang saat ini sudah dipasarkan seharga $50 tetap merupakan alternatif yang menarik bagi pengguna PSVR, terutama mereka yang keberatan untuk meminang versi barunya yang dilengkapi earphone terintegrasi.

Sumber: VentureBeat.