Kesenjangan Konektivitas di Pembelajaran Jarak Jauh Indonesia

Beberapa bulan terakhir bermunculan berita mengenai sulitnya akses internet untuk pembelajaran jarak jauh, terutama para pelajar yang berada di wilayah rural atau terpencil. Ada yang terpaksa berkumpul di pemakaman demi mendapat akses internet yang lebih baik, ada pula yang menggunakan HT (handie talkie) karena dirasa lebih murah dibandingkan harus membeli kuota internet. Kondisi ini semakin memperlihatkan kesenjangan digital atau teknologi yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Pandemi COVID-19 berhasil memaksa dunia pendidikan bertransformasi dengan cepat namun pada waktu bersamaan turut mengangkat beberapa masalah krusial ke permukaan. Masalah umum, yang hadir sejak dulu, mencakup perbedaan status sosial dan pembangunan infrastruktur yang tidak merata, sehingga memberikan dampak nyata pada kesenjangan akses pendidikan berkualitas.

Sejak pemerintah menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh di bulan Maret 2020, jurang antara si miskin dan si kaya, anak kota dan anak daerah semakin terlihat. Hanya saja, kita terlalu fokus ke topik yang itu-itu saja. Salah satunya adalah isu teknologi.

Teknologi sesungguhnya memberikan peluang solusi pemerataan pendidikan yang lebih luas, tapi ketidaktersediaan infrastruktur membuat kesenjangan semakin menjadi.

Disrupsi pendidikan di masa pandemi

Sebelum Covid-19 melanda seluruh penjuru tanah air, disrupsi dalam dunia pendidikan sudah dimulai sejak lama. Selama satu dekade terakhir, gelombang digital yang melanda industri pendidikan telah menciptakan disrupsi, salah satunya di bidang teknologi pendidikan atau edtech.

Layanan edtech di Indonesia mulai menjadi hype memasuki tahun 2015an – kendati startup seperti Zenius sudah ada sejak tahun 2004. Pemain besar lain, seperti Ruangguru dan HarukaEdu, baru debut di 2013. Popularitas platform tersebut juga mengikuti tren digital yang berkembang di masyarakat, termasuk sebaran broadband yang meluas, makin akrabnya masyarakat dengan layanan berbasis aplikasi, hingga opsi pembayaran digital yang lebih banyak.

Tim riset DSResearch baru saja mempublikasi laporan bertajuk Edtech Report 2020 yang membahas seluk beluk tentang dunia teknologi pendidikan di Indonesia.

Sumber: Holon IQ
Sumber: Holon IQ

Ketika tahun 2020 dimulai, tepat sebelum COVID-19, pendidikan online mulai mendapatkan pengakuan karena dianggap cukup, atau bahkan lebih efektif, daripada pendidikan kelas tradisional. Teknologi pembelajaran digital yang inovatif memasuki pasar, sedangkan semakin banyak orang yang terhubung ke area daring di seluruh dunia berkat investasi publik dan swasta dalam infrastruktur jaringan. Literasi digital berkembang di tengah masyarakat, terutama di kalangan anak muda.

Tantangan pembelajaran jarak jauh

Setelah Mendikbud menyatakan kondisi Pandemi COVID-19 tidak memungkinkan kegiatan belajar mengajar berlangsung secara normal, terdapat ratusan ribu sekolah ditutup sementara untuk mencegah penyebaran. Sekitar 68 juta siswa kini melakukan kegiatan belajar dari rumah,dan kurang lebih empat juta guru melakukan kegiatan mengajar jarak jauh . Hal ini menciptakan peluang untuk industri teknologi berperan dalammenyambung pendidikan para pelajar di seluruh penjuru tanah air.

Konsep pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini sebenarnya bukan hal baru, namun keragaman wilayah Indonesia, menjadi sebuah tantangan yang besar untuk bisa mewujudkan pemerataan akses pendidikan.

Sebagaimana diatur dalam SE Mendikbud No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan pada Masa Darurat Penyebaran Covid-19, satuan pendidikan harus menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh sejak akhir Maret 2020. Tidak bisa dipungkiri, metode ini menyisakan banyak celah, namun saat ini pembelajaran jarak jauh secara daring merupakan skenario terbaik dari yang terburuk.

Dalam pelaksanaannya, PJJ menimbulkan respon yang sangat variatif dari seluruh elemen sekolah (guru, siswa dan wali murid). Ada yang menyikapi dengan positif, ada yang mencanangkan protes, ada pula yang masih kebingungan. Dukungan fasilitas, administrasi, serta latar belakang ekonomi siswa bisa dikatakan menjadi pemicu reaksi terhadap perubahan dalam dunia pendidikan. Sekolah yang termasuk kriteria golongan menengah ke atas tentu tidak menemukan masalah signifikan dalam menerapkan konsep PJJ ini.

Dalam sebuah paper yang dipublikasi CIPS, yang membahas tantangan dalam Pembelajaran Jarak Jauh, disebutkan pergeseran tiba-tiba dari metode tatap muka di kelas ke pembelajaran jarak jauh di rumah memperlihatkan perlunya peningkatan kapasitas guru. Laporan ini juga turut membahas akses yang tidak merata ke Internet, disparitas dalam kualifikasi guru dan kualitas pendidikan, serta kurangnya keterampilan TIK menjadi kerentanan dalam inisiatif pembelajaran jarak jauh di Indonesia.

Tim DailySocial berbincang dengan salah satu pengamat pendidikan, Budi Muhamad, yang juga dikenal sebagai Bukik, mengenai isu ini.

Ia menyampaikan, “Pada pembelajaran tatap muka, seringkali guru berperan sebagai menara kontrol yang memantau, menegur dan mendisiplinkan perilaku murid. Pembelajaran jarak jauh membuat guru kehilangan kemampuan untuk mengontrol murid. Tidak ada pilihan peran bagi guru selain menjadi fasilitator. Sayangnya hanya sedikit guru yang siap berperan sebagai fasilitator, apalagi orangtua yang memang tidak pernah mengikuti pendidikan menjadi pendidik.”

Tidak kenal batasan umur, hampir di semua jenjang menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh. Untuk jenjang pendidikan usia dini, dasar, dan menengah pertama, jet lag atau semacam cultur shock rentan terjadi. Pada dasarnya, di usia 12 tahun ke bawah, pendidikan tidak hanya soal pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga nilai dan emosi. Di jenjang pendidikan tersebut teknologi digital bukan solusi yang konkret.

Namun, di jenjang lainnya, seperti SMA dan perguruan tinggi, teknologi digital harusnya bisa diserap dan diadopsi di beberapa aspek. Beberapa layanan teknologi pendidikan sudah mulai menawarkan blended learning, pembelajaran yang menggabungkan tatap muka dan online.

Yang masih jadi persoalan adalah mereka yang berada di jenjang SMK atau sekolah vokasi, yang notabene merupakan sekolah yang mengandalkan keterampilan sebagai output para siswanya. Di sini digital secara penuh mungkin membutuhkan waktu, terlebih untuk mereka yang butuh lab untuk praktek, dan proyek-proyek lapangan lainnya.

Bukik menambahkan, “Pembelajaran jarak jauh membuat perubahan ritme belajar. Ritme belajar yang selama ini dikontrol guru, berubah menjadi diatur guru, murid dan orangtua. Dulu ketiga pihak bersepakat mengenai waktu pembelajaran. Misal jam 8-12, maka guru, murid dan orangtua melakukan upaya-upaya agar terselenggara pembelajaran pada jam yang telah disepakati itu. Sementara pada pembelajaran jarak jauh, ada sejumlah faktor yang menjadi pembeda mulai dari kemampuan orangtua, kesibukan orangtua, jumlah anak, ketersediaan gawai dan akses internet.”

Sumber: Statistika Indonesia 2018
Sumber: Statistika Indonesia 2018

Pandemi memaksa sektor pendidikan bertransformasi dengan cepat serta mengadopsi teknologi digital secara masif dan menyeluruh. Pemerintah, melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sudah menawarkan solusi, beberapa kali direvisi untuk menyesuaikan kondisi.

Beragam upaya untuk tetap berdaya

Dunia pendidikan Indonesia bak tersambar petir di siang bolong. Pandemi datang di saat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sedang mulai gencar menerapkan program kerjanya. Sejumlah rencana terpaksa harus mundur digantikan dengan rencana-rencana lain untuk segera mengantisipasi dampak pandemi yang semakin meluas. Jika dipetakan secara lebih luas, problemnya mungkin ada banyak tapi banyak pihak sudah mulai mengambil peran masing-masing.

Tak hanya pemerintah, gerak cepat dalam rangka membantu dunia pendidikan datang dari sejumlah pihak. Seperti operator yang berbondong-bondong menghadirkan paket kuota khusus belajar di rumah dengan harga terjangkau. Tak hanya itu pemerintah juga mencanangkan subsidi kuota untuk semua elemen pendidikan, mulai dari guru, siswa, mahasiswa hingga dosen.

Di sisi lain, kondisi ini adalah laboratorium sempurna bagi layanan teknologi pendidikan. Demand akan layanan digital sedang tinggi-tingginya. Mereka yang notabene masuk sebagai layanan teknologi pendidikan pun ramai-ramai mencoba menghadirkan solusi. Mulai dari yang memudahkan akses konten hingga melengkapi teknologi yang memungkinkan pengelolaan kelas.

gap edutech
Sumber: Freepik

Kemendikbud juga bermitra dengan industri edtech. Salah satunya Quipper untuk memberikan tayangan-tayangan video pembelajaran melalui kanal TV Edukasi yang ditayangkan di TVRI secara gratis. Upaya tersebut merupakan salah satu cara untuk tetap memberikan konten edukasi bagi siswa yang tidak dapat mengakses internet dan hanya memiliki akses frekuensi TV (TVRI). Sayangnya hal itu belum cukup.

Terlalu sering menghadapi perangkat gawai membuat anak-anak usia sekolah dasar dan menengah cenderung lebih cepat jenuh. Hal ini menjadi tugas dan beban berat bagi para pengajar. Di titik ini bantuan orang tua atau wali murid sangat dibutuhkan.

Skenario Pendidikan menghadapi COVID-19 / Bukik
Skenario Pendidikan menghadapi COVID-19 / Bukik

Kerja sama antara guru dan orang tua menjadi sebuah keharusan. Keduanya harus memiliki komitmen untuk membuat anak belajar dengan cara yang menyenangkan namun tetap bisa menambah pengetahuan. Kurikulum yang ada tak mungkin dikejar dengan kondisi sekarang ini. Untuk itu pemerintah mengeluarkan kurikulum darurat, dengan harapan anak-anak tetap belajar dan bertumbuh di tengah carut marut kondisi pandemi ini.

Sementara untuk jenjang yang lebih tinggi, mau tidak mau harus ada solusi yang lebih baik. Terlebih untuk sekolah vokasi untuk pelajaran berbentuk praktek.

Untuk jenjang SMA, para siswa bisa terbantu dengan adanya layanan teknologi pendidikan dengan sederet konten pembelajaran yang dikemas menarik dan penuh gamifikasi. Meskipun demikian, pengalaman praktek sulit tergantikan. Pengalaman langsung terlibat dalam sebuah proyek, memegang alat berat, dan semacamnya tidak bisa digantikan dengan simulasi atau sekadar pembelajaran online. Sesuatu yang sampai saat ini masih menjadi persoalan.


Prayogo Ryza berkontribusi untuk penulisan artikel ini

“Home Learning” Jadi Era Pembelajaran Platform Edukasi Online di Indonesia

Keputusan pemerintah menutup seluruh sekolah dan universitas di Indonesia memaksa kita mengadopsi solusi education technology (edtech) sebagai opsi alternatif kegiatan belajar-mengajar (KBM) yang selama ini biasa dilakukan secara offline.

Sayangnya, urgensi untuk memanfaatkan edtech justru terjadi di situasi yang tidak menyenangkan. Bagi stakeholder terkait, tentu ini adalah “pekerjaan rumah” yang berat mengingat belum ada konsep yang ideal untuk mengukur efektivitas KBM secara online.

Apalagi, membayangkan lemahnya akses internet di Indonesia menjadi salah satu penanda bahwa KBM di Indonesia belum sepenuhnya siap untuk bertransisi ke online.

Bagi Kristin Lynn Sainani, seorang profesor epidemiologi dan kesehatan populasi di Universitas Stanford yang telah menerapkan belajar online sejak 2013, transisi ini tidak bakal berjalan dengan mulus kalau tujuan utamanya hanya sekadar ingin menyelesaikan kelas dengan cepat.

Lalu, bagaimana startup edtech di Indonesia merespons transisi KBM ini dengan solusi teknologi?

Lonjakan trafik dan pengguna secara signifikan

Sebulan pasca-pemberlakuan home learning, platform edtech di Tanah Air mengalami lonjakan trafik layanan dan jumlah pengguna secara drastis. Hal ini masuk akal mengingat di situasi saat ini, platform edtech menjadi salah satu solusi satu-satunya untuk mengakomodasi KBM para siswa.

Data yang dihimpun DailySocial mencatat platform Kelase mengalami kenaikan trafik signifikan kurang dari seminggu dengan peak sampai sepuluh kali lipat, dan jumlah pengguna mencuat hingga 33 persen. Sementara Quipper mencatat kenaikan trafik hingga 30 kali lipat selama seminggu terakhir pasca pemberlakuan home learning di 16 Maret. Sebanyak 128 ribu tugas diberikan oleh 10.000 guru aktif di 10.000 sekolah, serta lebih dari 121 ribu siswa aktif telah menjawab pertanyaan dari 69 juta pertanyaan di platfom Quipper.

Data lain yang diterbitkan Telkomsel mencatat kenaikan trafik broadband sebesar 16 persen. Kenaikan ini didominasi peningkatan pengguna platform e-learning seperti Ruangguru, aplikasi yang tergabung dalam Paket Ilmupedia, situs e-learning Kampus, dan Google Classroom, yang meroket hingga 5404 persen.

Operator Tri Indonesia juga mengungkap aplikasi e-learning menjadi salah satu layanan digital paling diminati dalam sepekan terakhir. Dibandingkan pekan-pekan sebelumnya, trafik layanan Zenius di jaringan Tri naik 73 persen, diikuti Ruangguru (78%), Quipper (196%), dan Edmodo (841%).

Data di atas menandakan tingginya traction dan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap pembelajaran online. Tinggal selanjutnya penyedia platform perlu memastikan ketersediaan kapasitas yang cukup untuk memastikan kestabilan layanan dan kenyamanan belajar.

Founder dan Direktur Kelase Winastwan Gora mengungkap pihaknya berupaya mengoptimalkan kapasitas layanannya. Malahan, pihaknya mendapat dukungan dari penyedia cloud dari Amazon Web Service (AWS) untuk mengoptimasi arsitektur dan meningkatkan kapasitas server.

“AWS memberikan kredit tambahan untuk server sampai akhir tahun dikarenakan situasi COVID-19 ini,” paparnya kepada DailySocial.

Sementara CEO Zenius Rohan Monga menyebutkan saat ini akan tetap fokus untuk memberikan kemudahan belajar mandiri di rumah. Ia mengungkap telah menyiapkan tim khusus yang berperan untuk menjaga kestabilan layanan di masa pandemi ini.

“IT team kami selalu bekerja keras sepanjang hari demi memastikan agar peningkatan trafik ini tidak membebani kinerja platform kami,” ungkap Monga kepada DailySocial.

Pandemi picu pengembangan fitur baru

Di awal pemberlakuan home-learning, sejumlah platform edtech berlomba-lomba memunculkan inisiatif baru, mulai dari berkolaborasi dengan operator seluler, menyediakan paket layanan gratis, hingga mengembangkan fitur baru untuk memperkuat kualitas layanannya.

Pada dasarnya, pengembangan fitur baru ini semata didorong karena adanya urgensi terhadap pemberlakuan home-learning. Dengan semangat agile, para platform edtech berupaya untuk membantu siswa, guru, dan orang tua menyesuaikan diri dengan cepat.

Ruangguru memulai inisiatif ini melalui kolaborasinya dengan Telkomsel untuk menggratiskan layanan selama 30 hari dengan kuota 30GB. Kelase juga membuat program serupa, baik kelas online gratis di blajar.kelase.id dan versi pro gratis selama tiga bulan bagi lembaga yang memerlukan.

Berikutnya platform Zenius menggandeng beberapa operator untuk menghadirkan paket data gratis untuk mengakses ke sebanyak 80.000 konten pembelajaran. “Bahkan, layanan Zenius juga kini dapat diakses menggunakan aplikasi Gojek,” tambah Rohan.

Dari informasi yang dihimpun, platform Zenius, Kelase, dan Quipper mengembangkan fitur baru yang digarap untuk mengantisipasi kelanjutan home learning dalam beberapa bulan ke depan.

Platform Zenius meluncurkan fitur Live Class, tiga hari setelah pemberlakuan home learning. Fitur ini memungkinkan siswa untuk mengikuti sesi belajar secara secara live melalui aplikasi, website, dan akun YouTube Zenius dengan topik tertentu yang disediakan tutor Zenius. Para siswa juga dapat berinteraksi dengan memberikan pertanyaan melalui live chat. 

Selain Live Class, Zenius juga menyediakan fitur rencana belajar harian (Daily Study Plan) sebagai panduan bagi guru dan orang tua siswa untuk membimbing siswa yang melaksanakan belajar mandiri di rumah.

Senada dengan Zenius, platform Kelase juga meluncurkan fitur baru versi Beta untuk mengakomodasi komunikasi dua arah. Misalnya, peserta tak hanya mendengar dan melihat presenter tetapi juga melakukan presentasi dan tanya jawab dengan audio video. Fitur Kelase Live Lecture dijanjikan meluncur secara penuh dalam beberapa hari ke depan.

“Kami masih terus berbenah didampingi tim solution architect AWS untuk mengantisipasi lonjakan trafik tinggi dengan kehadiran fitur baru ini,” ungkap pria yang karib disapa Gora ini.

Untuk memberikan kemudahan penggunaan, Quipper mengembangkan fitur pengindeks transkripsi suara yang dapat mempermudah siswa untuk melakukan pencarian berdasarkan kata kunci, topik, atau materi tertentu yang muncul atau disebutkan di dalam video.

Business Development Manager Quipper Ruth Ayu Hapsari menjelaskan bahwa fitur ini juga mampu mendeteksi kata kunci berdasarkan kata-kata yang diucapkan oleh guru dalam video dan history belajar siswa di akun Quipper.

“Kami juga menghadirkan layanan Masterclass yang dapat membantu siswa untuk berdiskusi langsung dengan pengajar terkait mata pelajaran, PR, termasuk berkonsultasi mengenai rencana belajar,” tuturnya.

Tantangan transisi pembelajaran online

Sebetulnya, keputusan pemerintah untuk menjalankan home learning ibarat tugas dadakan yang perlu dikebut dalam semalam. Tentu keputusan hal ini akan menimbulkan tantangan beruntut bagi orangtua, siswa, dan guru. Pasalnya, selama ini sistem pendidikan Indonesia belum melihat pembelajaran online sebagai opsi setara dengan pembelajaran tatap muka.

Transisi akan semakin sulit manakala literasi terhadap digital di Indonesia masih rendah. Belum tentu kalangan orangtua, siswa, dan guru paham betul bagaimana menggunakannya. Namun, sisi positifnya, kondisi ini akan memaksa mereka untuk belajar menggunakan aplikasi dan layanan digital lain.

Selain itu, akses internet di Indonesia belum tersebar secara merata, terutama di daerah pedalaman. Kuota internet masih menjadi barang mahal bagi sekian banyak orang. Jadi, jangan harap bicara kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan seamless.

Bagi Kelase dan Quipper, keterbatasan internet menjadi salah satu tantangan besar untuk memuluskan transisi ini. Menurutnya, keterbatasan kuota menghambat siswa pengguna untuk dapat mengikuti layanan yang butuh bandwith besar, seperti sesi perkuliahan live.

Tantangan lain yang tak kalah penting adalah sebagian besar guru yang menggunakan Kelase dan Quipper masih kesulitan dalam merancang Learning Management System (LMS). Hal ini membuat sejumlah fitur dalam kelas online belum dapat dimanfaatkan dengan baik.

Tantangan tersebut pada akhirnya dapat menjadi pembelajaran penting yang mendorong startup untuk mengembangkan solusi. Untuk menjawab kesulitan kuota internet, Kelase mengembangkan layanan Live Lecture yang dinilai hemat bandwidth.

Pihaknya juga menyediakan panduan singkat dan melakukan sesi pendampingan khusus terhadap guru dan orangtua secara online untuk mengoptimalkan penggunaan Kelase selama pemberlakuan home learning. “Karena hal ini juga, kami sedang mengejar timeline untuk pengembangan fitur baru lainnya, yakni Dual Presenter di Kelase Live Lecture,” ungkap Gora.

Senada dengan di atas, Ruth mengungkap bahwa pihaknya terus melakukan edukasi dan pelatihan untuk membantu guru-guru di sejumlah wilayah di Indonesia beradaptasi dalam menggunakan aplikasi belajar online.

Tak hanya melalui pengembangan fitur dan edukasi, pihaknya juga melakukan kolaborasi dengan operator telekomunikasi untuk memberikan kuota internet gratis. Kolaborasi ini dilakukan untuk menjawab keluhan orang tua terhadap semakin meningkatnya kebutuhan akses internet dari yang biasanya.

“Tentu kami juga berharap pemerintah untuk memaksimalkan sarana dan prasarana terhadap koneksi jaringan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), khususnya untuk sektor pendidikan,” ujar Ruth.

Jika melihat kondisi di atas, tampaknya butuh waktu panjang bagi ekosistem pendidikan di Indonesia untuk beradaptasi. Sebagaimana pernah disebutkan, situasi pandemi ini bakal menjadi test case dan ajang pembuktian startup edtech, apakah layanan edukasi online siap menjadi platform primer di Indonesia.

Quipper dan KoinWorks Tawarkan Pembiayaan Pendidikan Hingga Rp2 Miliar

Bertujuan mengakomodasi lebih banyak pelajar di Indonesia yang ingin meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Quipper, perusahaan teknologi pendidikan, menjalin kerja sama strategis dengan penyedia layanan investasi dan meminjam uang KoinWorks. Kolaborasi ini memberikan kesempatan kepada siswa SMA dan mahasiswa mendapatkan konsultasi dan skema pembiayaan untuk pendidikan lanjutan dari KoinWorks.

KoinWorks melalui layanan KoinPintar memberikan pembiayaan kepada pengguna yang ingin mendapatkan pendidikan lanjutan, kelas pelatihan hingga short course dengan memanfaatkan pinjaman dengan skema peer-to-peer lending (P2P). Dengan menggandeng Quipper yang selama ini fokus sebagai platform edtech di Indonesia, KoinWorks menargetkan lebih banyak borrower yang bergabung dengan KoinWorks.

“Sejak berdiri hingga saat ini, KoinWorks sudah memiliki 100 ribu lender atau yang biasa kami sebut dengan investor dan 3 ribu borrower. Melalui kerja sama ini kami menawarkan pinjaman biaya pendidikan hingga Rp2 miliar,” kata CMO KoinWorks Jonathan Bryan.

Untuk memastikan pembiayaan tersebut berjalan dengan lancar tanpa adanya penipuan, KoinWorks menerapkan proses assessment kepada calon borrower dan kampus yang dipilih, memanfaatkan teknologi machine learning dan artificial intelligence (AI).

KoinWorks juga menjalin relasi dan memberikan edukasi kepada universitas, lembaga pendidikan swasta dan negeri, tentang skema pembiayaan pendidikan yang dimilikinya.

“Sebelum menjalin kerja sama strategis dengan Quipper, KoinWorks juga sudah memiliki hubungan baik dengan kampus dan lembaga pendidikan lainnya. Sehingga memudahkan calon borrower untuk menentukan kampus atau lembaga pendidikan yang ideal untuk mereka,” kata Jonathan.

Untuk menjamin dana tersebut digunakan dengan benar, bagi borrower yang lolos verifikasi dan berhak mendapatkan pinjaman, dana akan ditransfer langsung ke kampus atau lembaga pendidikan yang dipilih. Dengan demikian dana tersebut sampai kepada pihak yang benar tanpa adanya fraud.

“Selain itu kami juga memberikan kemudahan proses pendaftaran yang semua dilakukan secara online untuk calon borrower dengan proses approval sekitar 2-3 hari saja,” kata Jonathan.

Rekomendasi universitas dan lembaga pendidikan Quipper

Saat ini layanan Quipper telah digunakan lebih dari 5 juta siswa dengan 350 ribu guru di seluruh Indonesia. Quipper juga telah mengunjungi lebih dari 3 ribu sekolah di 33 provinsi dan direkomendasikan oleh dinas provinsi, kabupaten dan nasional.

Melalui kerja sama ini, Quipper akan memberikan rekomendasi kepada calon borrower KoinWorks, universitas mana yang bisa diajukan biaya pendidikan.

“Intinya adalah kampus atau lembaga pendidikan tersebut terakreditasi dan jelas eksistensinya secara hukum. Kami tidak akan merekomendasikan kampus yang tidak jelas dan akan hilang secara mendadak keberadaannya,” kata Head of PR & Marketing Quipper Indonesia Tri Nuraini.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ragam Layanan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Berbelanja online sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat di kota-kota besar di Indonesia. Demikian pula penggunaan aplikasi transportasi online. Semua kebiasaan tersebut terbentuk dalam beberapa tahun belakangan. Semakin meluas dan menguat tiap tahun berkat tumbuhnya industri startup di Indonesia. Ada satu sektor lagi yang mulai tumbuh dan seharusnya bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Belajar secara online.

Makin banyak startup yang menyediakan layanan untuk belajar secara online di Indonesia. Mulai dari startup asli Indonesia, seperti Ruangguru, KelasKita, MauBelajarApa, hingga layanan luar negeri yang masuk ke Indonesia, seperti Quipper dan Brainly.

Ada banyak bentuk konsep dan model bisnis yang diusung masing-masing penyedia layanan. Ada yang berkonsep kursus on demand, kursus live berbasis panggilan video (video call), hingga berbentuk platform tanya jawab. Semua berkembang dengan target pasar masing-masing dan mengusung tujuan yang sama, mengubah cara belajar dan memudahkan akses belajar.

Video on demand pembelajaran

Bentuk startup yang mengusung konsep video on demand ini cukup banyak di Indonesia. Bahkan tersedia untuk beragam jenis materi atau tingkat pembelajaran. Ruangguru, salah satu layanan teknologi pendidikan paling populer di Indonesia pun mulai menyajikan konten-konten video yang bisa dimainkan kapan pun oleh pengguna.

Startup yang digawangi Adamas Belva Devara dan Iman Usman tersebut sudah memiliki banyak fitur dan layanan, salah satunya Ruangbelajar yang diresmikan setahun silam. Layanan tersebut memungkinkan pengguna yang berlangganan mendapatkan akses ke video tutorial yang dirumuskan pengajar, lengkap dengan kurikulum dan tahapan belajar yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekolah. Konsep Ruangbelajar juga dilengkapi dengan layanan Ruangguru On-the-Go, kumpulan video belajar dari Ruangguru yang disajikan dalam format penyimpanan OTG.

Hal yang sama juga bisa ditemui di layanan Quipper Video. Baik Ruangguru dan Quipper pun sama-sama fokus pada pembelajaran formal, salah satunya SMP dan SMA. Membantu para siswa lulus hingga menemukan universitas idaman.

Meramu konsep serupa namun segmen yang sedikit berbeda adalah KelasKita, IndonesiaX, hingga StudiIlmu. Semuanya mengusung konsep on demand untuk masyarakat umum dan para profesional. Ada yang menyuguhkan secara gratis ada juga yang berbentuk kursus premium.

Konsep ini membawa unsur fleksibilitas yang tinggi sehingga tidak mengganggu keseharian para penggunanya. Dengan dikombinasikan dengan kurikulum, review, dan evaluasi, video on demand menjadi pilihan untuk belajar di luar lembaga pendidikan atau institusi formal.

Pembelajaran langsung jarak jauh

Salah satu perkembangan pembelajaran dengan video adalah dengan pembelajaran langsung melalui panggilan video (video call). Hal ini contohnya disajikan Squline, layanan untuk belajar beragam bahasa. Termasuk dalam layanan Squline adalah pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Jepang, sampai bahasa Mandarin.

Biasanya pembelajaran jarak jauh ini dilengkapi dengan pilihan kelas atau privat. Pengguna akan mendapatkan kurikulum dan akses ke sistem pembelajaran (atau sering disebut Learning Management System). Di sana pengguna bisa mengunduh materi, mengerjakan evaluasi, hingga melihat laporan hasil belajar.

Di dalam pembelajaran online, guru atau mentor diharuskan “online” di jam dan hari yang sama atau menyesuaikan jika berbeda zona waktu. Selanjutnya pembelajaran akan dilakukan melalui sambungan video kelompok atau privat. Tanya jawab melalui percakapan langsung (chat) dan interaksi lainnya.

Salah satu kelebihan konsep belajar seperti ini adalah pengajar bisa langsung bertatap muka dan berkomunikasi dengan siswa sehingga membangun suasana seperti kelas offline pada umumnya.

Online to offline

Konsep online to offline nyatanya tidak hanya dimiliki layanan e-commerce. Di sektor layanan teknologi pendidikan konsep ini diusung beberapa startup, di antaranya MauBelajarApa dan Pintaria yang dikembangkan HarukaEdu.

MauBelajarApa mengusung konsep portal untuk mengetahui informasi mengenai penyelanggaraan workshop atau pelatihan offline dengan berbagai kategori. Pengguna yang mendaftar bisa langsung mendaftarkan diri untuk setiap kursus atau workshop yang dipilih dan menyelesaikan pendaftaran. Selanjutnya kursus akan diseleggarakan di tempat yang ditentukan secara offline.

Sementara Pintaria, menggabungkan konsep belajar online (e-learning) dengan pertemuan tatap muka. Pintaria juga menawarkan program kuliah (formal) dari beberapa universitas dengan metode e-learning dan tatap muka. Konsep online dan offline ini biasanya menggabungkan kemudahan mengelola materi, evaluasi dan kurikulum secara online dengan pembelajaran offline yang bisa berinteraksi langsung di kelas dengan mentor dan anggota kelas lainnya.

Portal tanya jawab pelajaran

Konsep tanya jawab ini cukup unik. Brainly adalah pelopornya. Layanan ini mengembangkan sebuah portal yang memungkinkan pengguna saling membantu belajar dalam bentuk tanyak jawab. Pengguna bisa bertanya sekaligus menjawab.

Di Indonesia Brainly cukup banyak digunakan para pelajar. Baik itu hanya untuk membantu dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah. Mereka juga bisa menggunakan platform ini untuk mencoba memecahkan masalah pengguna lainnya. Dalam perkembangannya, Brainly berencana menyuguhkan konten-konten video sebagai media penjelasan solusi terhadap pertanyaan para penggunanya.

Quipper Luncurkan Super Teacher, Masih Fokus Penggunaan Format Video

Melihat tren video dan penggunaannya yang makin marak dikalangan siswa, platform edutech Quipper menghadirkan rangkaian fitur yang mengedepankan video. Kepada DailySocial di sela-sela peluncuran program Super Teacher, Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma mengklaim, dengan video siswa tidak hanya menikmati proses belajar menjadi lebih menarik, namun terbukti mampu meningkatkan minat dan konsentrasi siswa.

Layanan terbaru yang dihadirkan Quipper sendiri adalah Super Teacher. Menggandeng selebritas dan tutor yang sebelumnya sudah bergabung dengan Quipper, Super Teacher bisa membantu siswa belajar lebih mendalam suatu materi, mengedepankan focus group discussion. Tidak hanya mempelajari rumus atau pelajaran secara tulisan, melalui Super Teacher siswa diajak berpikir lebih kritis, membahas sebuah soal dengan pendekatan analisis dan uji coba.

Quipper Video masih favorit

Saat ini layanan Quipper Video yang bisa dinikmati siswa adalah Master Class, berupa pilihan untuk belajar lebih mendalam langsung dari tutor. Ada juga bimbingan online yang bisa dimanfaatkan oleh siswa yang ingin mengetahui lebih lanjut, jurusan universitas apa yang sesuai dengan siswa, budget yang harus disiapkan, dan dukungan lainnya yang diberikan coach dari Quipper.

“Kita telah melakukan banyak percobaan dan ternyata video merupakan salah satu fitur favorit Quipper saat ini. Siswa lebih menyukai menyaksikan video secara langsung, kita juga menyediakan wadah untuk menampung pertanyaan siswa (questions bank), dan kami telah melakukan percobaan video seperti apa yang menjadi favorit dari siswa.”

Semua layanan tersebut bisa dinikmati siswa dengan cara berlangganan per tahun, mulai dari Rp 790 ribu sampai Rp1.190.000. Saat ini Quipper telah memiliki sekitar 200 ribu siswa yang terdaftar sebagai pelanggan.

“Meskipun sangat terjangkau, [..] kami juga memiliki rencana untuk mengurangi biaya berlangganan tersebut untuk merangkul lebih banyak pelanggan. Saat ini kami mencatat siswa yang berlangganan menjadi lebih rajin belajarnya dibandingkan dengan cara belajar secara gratis,” kata Takuya.

Pelokalan format video

Selanjutnya Quipper akan mulai membuat konten original yang menggabungkan animasi dan cara belajar-mengajar konvensional dalam bentuk video. Menurut Takuya, proses ini bisa membantu siswa yang menyukai format video, dengan menambahkan animasi yang relevan sesuai dengan pelajaran tersebut. Video juga menjadi salah satu fokus dari Quipper ke depannya untuk merangkul lebih banyak siswa yang berlangganan platformnya.

“Pada dasarnya siswa menonton video dan mempelajari basic concept, kemudian mereka perlu melakukan latihan dan bukan hanya menyaksikan video. Semua program, video dan format dibuat di Indonesia, bukan dari Jepang. Hal tersebut sengaja kita lakukan untuk menyesuaikan kebiasaan dari masing-masing negara. Saat ini Quipper sudah beroperasi di Filipina, Jepang, juga Meksiko,” kata Takuya.

Application Information Will Show Up Here

Quipper Kenalkan Fitur Belajar Online Dua Arah dengan Pembimbing Pribadi

Salah satu platform pembelajaran online Quipper memperkenalkan layanan terbaru mereka yang dinamai Quipper Video Masterclass. Layanan ini memungkinkan penggguna mendapatkan kemudahan proses belajar online dua arah dengan tutor atau pembimbing pribadi yang bisa dioptimalkan untuk persiapan Ujian Nasional dan SBMPTN.

Sebelumnya Quipper memperkenalkan Quipper Video yang diklaim mendapatkan sambutan cukup baik dari pengguna. Menurut data internal, Quipper Video telah diikuti lebih dari 500.000 pelajar dan telah berhasil membantu 41% siswa dari total pengguna Quipper Video masuk ke Perguruan Tinggi melalui SBMPTN di tahun 2016/2017.

Founding Member Quipper dan Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma mengatakan, “Selaras dengan visi kami sebagai Distributors of Wisdom untuk memberikan pendidikan terbaik ke seluruh Indonesia, inovasi terbaru kami Quipper Video Masterclass diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab kebutuhan siswa akan bimbingan belajar dengan dkungan penuh baik akademik maupun non akademik.”

Di layanan Quipper Video Masterclass terdapat dua fitur utama, yaitu fitur Tanya Tutor dan Bimbingan online. Fitur Tanya Tutor memungkinkan siswa bertanya langsung dengan tutor yang membimbing siswa selama proses belajar melalui live chat.

Sementara fitur Bimbingan Online memungkinkan mendapat pembimbing pribadi yang akan membantu siswa dalam menyusun rencana belajar sesuai kebutuhannya, termasuk memetakan jurusan dan universitas apa yang sesuai dengan minat dan bakat siswa. Sesuatu yang sering menjadi permasalahan pelajar Indonesia, terutama yang berada di tingkat akhir SMA atau sederajat.

Public Relation dan Marketing Manager Quipper Indonesia Tri Nuraini menambahkan, dengan layanan baru dan fitur-fitur di dalamnya, pihak Quipper bisa menghadirkan proses belajar yang membantu siswa layaknya metode belajar secara konvensional atau tatap muka langsung.

“Kami juga memastikan bahwa pengajar-pengajar pembimbing yang terdaftar di Masterclass merupakan orang-orang yang berpengalaman di bidangnya serta memiliki kualitas yang baik sehingga dapat membimbing siswa selama proses belajar secara optimal,” imbuhnya.

Application Information Will Show Up Here

Pemanfaatan Teknologi yang Tepat untuk Pendidikan

Besarnya pertumbuhan teknologi di berbagai industri ternyata tidak serta-merta berdampak signifikan pada peningkatan kualitas dan pemanfaatan teknologi untuk pendidikan di Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan serta kurangnya kolaborasi dari pemerintah, pengajar dan murid dibahas dalam sesi diskusi yang diinisiasi oleh Quipper.

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Co-founder dan Country Manager Quipper Takuya Homma yang mengungkapkan perbedaan yang cukup mencolok dalam hal kualitas pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan Jepang, sehingga penerapan teknologi di dalamnya tidak lagi dibutuhkan.

“Hal tersebut tentunya berbeda dengan negara seperti Indonesia, yang bisa dibilang masih rendah dalam hal kualitas pendidikan namun memiliki antusias yang cukup besar dari pihak pengajar hingga murid untuk memanfaatkan teknologi.”

Takuya menambahkan, dinamika dunia pendidikan di Indonesia saat ini hampir serupa dengan Tiongkok, yang mulai melakukan integrasi teknologi terhadap berbagai industri, termasuk pendidikan.

“Di luar pendidikan standar seperti matematika, fisika hingga biologi, masih banyak murid yang bisa memanfaatkan teknologi untuk pelajaran yang lain,” kata Takuya.

Masalah infrastruktur di pelosok Indonesia

Meskipun saat ini Pulau Jawa sudah cukup baik dalam hal pemerataan koneksi internet di berbagai daerah, namun di luar Pulau Jawa, keuntungan tersebut belum diperoleh secara maksimal. Kurangnya pemerataan teknologi dirasakan masih menjadi PR pemerintah, untuk bisa menerapkan teknologi dalam kurikulum. Hal tersebut ditegaskan oleh Gatot Pramono selaku Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemendikbud.

“Saat ini dalam kurikulum di Indonesia sesuai dengan standar internasional, sudah termasuk penggunaan teknologi untuk belajar mengajar. Dalam hal ini pemanfaatan mempelajari suatu ilmu memanfaatkan video secara online. Namun masalah infrastruktur hingga rendahnya inisiatif dari pihak pengajar masih banyak terjadi di sekolah.”

Terkait soal infrastruktur, pakar pendidikan Itje Chodijah mengungkapkan, bukan hanya pihak sekolah yang wajib untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia memanfaatkan teknologi, tapi juga pemerintah daerah hingga pusat wajib untuk melakukan kolaborasi demi meningkatkan infrastruktur di berbagai daerah.

“Semua pemerintah daerah harus melakukan kolaborasi dengan pihak terkait di masing-masing daerah untuk mewujudkan rencana tersebut, jika daerah tersebut termasuk wilayah yang terpencil makin berat pula upaya yang harus dilakukan,” kata Itje.

Mendukung inovasi dari entrepreneur yang menyasar sektor pendidikan

Turut hadir dalam sesi diskusi tersebut CEO Bahaso Tyovan Arie. Sebagai startup yang fokus untuk memberikan pilihan belajar alternatif kepada siswa agar lebih memahami pelajaran Bahasa Inggris di luar dari pendidikan di sekolah, dukungan serta kolaborasi dari pemerintah dalam hal pemerataan infrastruktur di daerah bisa membantu entrepreneur menciptakan inovasi memanfaatkan teknologi.

“Selama ini masalah terbesar di dunia pendidikan di Indonesia adalah kurangnya fasilitas untuk praktik, hingga masih kurangnya pemahaman mempelajari bahasa asing meskipun sudah diberikan di sekolah. Peluang tersebut yang Bahaso coba kembangkan,” kata Tyovan.

Itje menambahkan, dilihat dari antusiasme entrepreneur muda menciptakan berbagai macam platform memanfaatkan teknologi, bisa menjadi masa depan yang cerah bagi dunia pendidikan di Indonesia. Hal senada juga diutarakan oleh Gatot Pramono.

“Kami dari pemerintah melihat startup yang mencoba menghadirkan kemudahan dalam hal pendidikan memanfaatkan teknologi merupakan mitra. Selanjutnya kami pun berusaha untuk mengeluarkan regulasi yang relevan menyesuaikan teknologi yang mulai marak hadir di dunia pendidikan saat ini,” kata Gatot.

Quipper Campus Ingin Jadi Platform yang Membantu Siswa Tentukan Jurusan Favorit

Bertujuan untuk menambah jumlah siswa sekolah yang melanjutkan jenjang pendidikan ke universitas, platform edutech Quipper secara resmi meluncurkan Quipper Campus. Platform ini berisi informasi seputar kampus berdasarkan kategori lokasi dan jurusan yang diincar. Layanan yang baru tersedia dalam bentuk situs ini mencoba untuk merangkum ribuan universitas negeri dan swasta yang ada di tanah air.

Kepada media hari ini, (24/01), Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma mengungkapkan, sesuai dengan visi dan misi Quipper selama ini yaitu mendukung pertumbuhan edutek di Indonesia, Quipper Campus diharapkan bisa membantu memandu siswa menentukan universitas yang sesuai.

“Karena masih baru meluncur, fokus dari Quipper Campus saat ini adalah mengumpulkan informasi langsung dari universitas sekaligus melakukan kegiatan promosi kepada sekolah yang sudah bekerja sama dengan Quipper sebelumnya.”

Saat ini kurang lebih terdapat sekitar 4500 universitas di Indonesia, namun demikian karena masih belum banyak di antara universitas tersebut yang terakreditasi, Quipper melakukan penyaringan universitas yang paling sesuai untuk pengguna.

“Saya melihat saat ini mungkin hanya sekitar 1000 universitas saja yang sudah terakreditasi. Melalui Quipper [Campus], kami berupaya untuk merangkum universitas yang sesuai dengan kriteria kita langsung dari pihak universitas,” kata Project Leader Quipper Campus Patricia Sanjoto.

Tidak hanya universitas negeri, Quipper Campus juga sarat dengan universitas hingga lembaga pendidikan swasta yang semakin menjamur jumlahnya.

“Saat ini, karena masih baru, kami masih fokus kepada universitas lokal. Namun ke depannya kami juga akan menghadirkan universitas hingga lembaga pendidikan asing ke dalam platform Quipper Campus,” kata Takuya.

Belum melancarkan monetisasi

Disinggung tentang strategi monetisasi untuk Quipper Campus, Takuya menegaskan saat ini masih belum berencana untuk melakukan kegiatan tersebut. Namun selanjutnya jika permintaan makin besar dari pihak universitas untuk mempromosikan kampusnya, tidak menutup kemungkinan skema berbayar untuk universitas akan diluncurkan.

“Hal tersebut sudah kami lakukan di Jepang, namun untuk Indonesia nampaknya belum kami hadirkan karena masih fokus mengumpulkan data dan informasi yang lengkap kepada pengguna,” kata Takuya.

Saat ini Quipper Campus sudah mengumpulkan informasi sekitar 500 universitas di Indonesia dan jumlah tersebut diklaim akan ditambah berdasarkan rekomendasi dan proses penyaringan.

Menggunakan algoritma khusus untuk pencarian cepat

Terkait teknologi yang digunakan Quipper Campus untuk fitur pencarian universitas yang relevan, Takuya menegaskan Quipper Campus menggunakan teknologi sendiri memanfaatkan algoritma yang ada. Hal tersebut, menurut Takuya, cukup efisien agar memberikan kemudahan kepada pengguna.

“Yang menarik dalam edutech adalah,teknologi AI dan terkait lainnya justru tidak terlalu berpengaruh dalam hal memberikan pengalaman pengguna. Pengguna cenderung lebih menginginkan cara yang konvensional ketika mencari informasi hingga memanfaatkan fitur belajar di Quipper,” kata Takuya.

Takuya menambahkan, fitur Quipper Video dan Quipper Campus kebanyakan digunakan siswa yang masih kesulitan untuk menentukan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan minat dan kemampuan.

“Sebagai perusahaan edutech yang memiliki tujuan untuk mendukung pendidikan di Indonesia, kami akan terus berinovasi dalam rangka mendukung program pemerintah untuk memastikan siswa-siswi Indonesia dapat bersaing di tingkat global,” tutup Takuya.

Penuhi Akomodasi Calon Mahasiswa, Platform Edtech Quipper Luncurkan Quipper Campus

Platform edutech Quipper resmikan peluncuran layanan terbarunya Quipper Campus, sebuah portal informasi satu atap yang menghubungkan calon mahasiswa dengan perguruan tinggi negeri (PTN) maupun PTS di Indonesia.

Quipper melihat saat ini kondisi para pelajar SMA setelah lulus dari sekolah banyak yang mengimpikan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Namun sulit dilakukan karena banyak hal yang perlu mereka pertimbangkan, mulai dari lokasi, biaya, jurusan, hingga kualitas. Seringkali informasi yang dibutuhkan tidak selalu tersedia, bahkan menimbulkan tantangan tersendiri bagi mahasiswa, PTN, dan PTS itu sendiri.

[Baca juga: Tiga Tahun Beroperasi di Indonesia, Platform Edtech Quipper Telah Digunakan 2,5 Juta Pelajar]

“Kami percaya setiap siswa memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Dengan Quipper Campus, kami memperluas upaya untuk memberdayakan ekosisitem pendidikan dengan pemanfaatan teknologi. Ini jadi bagian dari komitmen kami dalam mendukung program pemerintah untuk memastikan pelajar Indonesia dapat bersaing di tingkat global,” ucap Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Sejak Februari hingga Agustus 2017, Quipper Campus telah menghimpun informasi tentang 78 PTN dan lebih dari 150 PTS dan akademi pendidikan tinggi terpilih di Indonesia. Berdasarkan total kunjungannya, portal telah dilihat lebih dari 175 ribu kali. Untuk memperkaya data, Quipper berkomitmen untuk terus menyempurnakan informasi perguruan tinggi agar dapat memberikan lebih banyak manfaat kepada penggunanya.

Menurut Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), angka partisipasi kasar (APK) untuk kategori usia 19-24 (tingkat perguruan tinggi) masih sangat rendah yakni di bawah 30%. Informasi terbatas yang diperoleh calon lulusan SMA dan sederajat diduga menjadi salah satu hal yang memengaruhi rendahnya APK dalam kategori usia tersebut.

Selain itu, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa PTS kurang berkualitas dan mahal. Padahal kenyataannya ada beberapa PTS yang justru lebih berkualitas daripada PTN dengan biaya yang terjangkau. Untuk menangani masalah ini, pemrintah mulai meningkatkan kualitas PTS.

Lewat Quipper Campus, para calon mahasiswa bisa memperoleh informasi lengkap tentang pendidikan tinggi, termasuk lokasi, jurusan, mata kuliah, informasi administrasi, biaya, dan sebagainya. Quipper Campus dirancang dengan tampilan yang mudah dipahami dan dapat diakses di mana saja.

“Selain memberikan informasi yang lebih luas kepada mahasiswa, perguruan tinggi di Indonesia juga dapat memanfaatkan Quipper Campus untuk menarik lebih banyak siswa untuk belajar di PTS yang bermutu baik,” terang PR & Marketing Manager Quipper Indonesia Tri Nuraini.

Tiga Tahun Beroperasi di Indonesia, Platform Edtech Quipper Telah Digunakan 2,5 Juta Pelajar

Platform edtech Quipper, yang hadir di Indonesia sejak tahun 2014, mengungkapkan saat ini teknologinya telah digunakan lebih dari 2,5 juta pelajar dan 250 ribu guru di seluruh negeri. Dari pencapaian tersebut, salah satu layanan Quipper, yakni Quipper Video, diklaim telah berhasil meluluskan 100% pengguna untuk tingkat UN dan 72,7% di antaranya mendapatkan nilai di atas rata-rata.

Sebanyak 39% pengguna Quipper untuk jalur SNMPTN berhasil diterima PTN cluster A seperti UI, UGM, ITB, UNPAD, dan lain-lain. Sedangkan, untuk jalur SBMPTN berhasil meloloskan 41% penggunanya di PTN, baik cluster A, B, dan C.

Hasil ini didapat dari survei yang dilakukan Quipper pada tahun ini sejak Mei hingga Juni 2017 kepada 4.200 pengguna. Sebanyak 87% responden berasalan materi yang disajikan Quipper Video itu lengkap, menarik, dan komprehensif sehingga berpengaruh dalam pencapaian mereka berhasil mengantarkan penggunanya sukses melewati berbagai ujian.

“Data tersebut membuktikan bahwa penggunaan layanan edukasi teknologi yang tepat guna, dapat menunjang kegiatan belajar siswa, mempersiapkan menghadapi ujian dan meningkatkan prestasi. Sehingga pelajar Indonesia dapat mengembangkan potensi mereka dan memiliki kepercayaan diri untuk bersaing bukan hanya di tingkat nasional, juga di tingkat global,” ucap Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma.

Sejauh ini Quipper telah berkolaborasi dengan lebih dari 6 ribu sekolah di Indonesia, menerima dukungan dari 43 Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten dan organisasi seperti Ikatan Guru Indonesia (IGI).

Takuya melanjutkan pihaknya juga baru-baru ini berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Minahasa Selatan untuk menyediakan materi pembelajaran yang komprehensif dan menarik bagi pelajar SMP. Sebelumnya, Quipper bekerja sama dengan pemerintah kabupaten Bantaeng untuk program Bantaeng Smart Learning.

“Kami ingin terus bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga yayasan pendidikan. Kami ingin memberikan kontribusi terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek. Selain itu, kami berharap siswa di Indonesia bukan hanya dapat sukses di tingkat nasional tapi juga di internasional.”

Demi mewujudkan visinya sebagai perusahaan edu-tek yang dapat memberikan kontribusi pendidikan di Indonesia, Takuya berkomitmen untuk bekerja sama dengan berbagai stakeholder. Untuk selalu meninjau dan mengembangkan materi belajar, memastikan materi yang disajikan berkualitas, sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan dapat dipahami pelajar.

Hal ini akan terus didukung dengan jaringan global yang dimiliki Quipper. Perusahaan dapat memanfaatkan data dan pengetahuan dari berbagai negara untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan belajar siswa guna memberikan solusi terbaik. Mengembangkan materi belajar yang berkualitas tinggi, sebelumnya disesuaikan dengan karakteristik di tiap negara.

Quipper didirikan sejak 2010 dan saat ini sudah beroperasi di enam negara, di antaranya Inggris, Jepang, Filipina, Meksiko, Vietnam, dan Indonesia. Platform ini telah digunakan lebih dari empat juta siswa dan guru di seluruh dunia.

Dua layanan utama Quipper, yakni Quipper School sudah digunakan oleh lebih dari empat juta murid dan guru di seluruh dunia. Sementara Quipper Video telah digunakan oleh lebih dari 500 juta siswa.

Quipper Video diklaim sudah menghimpun lebih dari 4 ribu video pembelajaran dari guru berkualitas, lebih dari 24 ribu soal ujicoba UN & SBMPTN, fitur unduh catatan pelajaran, fitur poin dan level seperti game, serta fitur pemantauan yang dapat dilakukan orang tua.