Buat Toko Online Produk Kecantikan Melalui Aplikasi Raena

Raena merupakan platform reseller dan dropship produk kecantikan. Pada aplikasi Raena, Anda dapat membuat toko online di bidang kecantikan sendiri. Anda juga dapat menghubungkan toko online atau toko di marketplace, seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, dan lainnya yang sudah Anda punya dengan aplikasi Raena.

Tertarik untuk memulai buka toko online produk kecantikan sendiri? Simak langkah-langkahnya berikut ini!

Cara Membuat Toko Online Melalui Aplikasi Raena

  • Login di aplikasi Raena dengan akun Anda.

  • Masukkan kode OTP yang telah dikirim melalui nomor handphone atau email Anda.

  • Setelah berhasil masuk ke aplikasi, pilih menu Seller Center.

  • Pilih opsi Raena rDash360.

  • Klik Buat Toko Instan.

  • Setelah itu, Anda diminta untuk memasukkan data, seperti unggah icon toko, menambahkan judul, dan menambahkan link toko Anda. Kemudian, klik Simpan.

  • Setelah mengisi data link, Anda dapat menambahkan produk yang ingin dijual ke dalam toko Anda dengan klik Tambahkan Produk Raena.

  • Pilih produk yang Anda ingin jual, dengan klik Tambahkan ke Toko.

  • Pilih harga yang ingin Anda pasarkan pada produk yang telah dipilih, terlihat pula keuntungan yang dihasilkan jika berhasil menjual produk tersebut. Klik Mengonfirmasi.

  • Setelah selesai menambahkan produk pada toko Anda, pergi ke menu Tentang, kemudian isi data untuk toko Anda dengan lengkap.

  • Isi pula kelengkapan informasi lainnya mengenai toko Anda, kemudian klik Simpan.

  • Anda dapat membagi link toko Anda dengan klik Share ke media sosial lainnya.

  • Anda dapat melihat hasil penjualan dan keuntungan yang diterima pada menu Earnings.

Itulah tutorial membuka toko online bagi Anda yang tertarik menjadi reseller ataupun dropshipper produk kecantikan / skincare di aplikasi Raena. Anda dapat membuat toko sendiri dengan mudah dan gratis. Selain itu, produk yang ditambahkan akan langsung muncul pada link toko yang telah Anda buat. Selamat mencoba!

Cara Menjadi Dropshipper Produk Kecantikan di Aplikasi Raena

Dropship merupakan metode berjualan yang digunakan saat Anda minim modal dan tidak mempunyai gudang penyimpanan produk, yang perlu Anda lakukan adalah membuka toko, bisa di media sosial, aplikasi chat seperti WhatsApp ataupun marketplace, pesan produk melalui seller terpercaya, dan pastikan ada fitur dropship yang nantinya seller tersebut akan mengirim produk ke alamat pelanggan Anda dengan identitas toko Anda.

Salah satu aplikasi yang menyediakan fitur dropship khusus produk kecatikan adalah aplikasi Raena. Jika Anda tertarik menjadi dropshipper, yuk simak langkah-langkah menjadi dropshipper produk kecantikan pada aplikasi Raena!

Cara Menjadi Dropshipper

  • Unduh aplikasi Raena di App Store atau Google Play Store.

  • Login di aplikasi Raena dengan akun Anda.

  • Masukkan kode OTP yang telah dikirim melalui nomor handphone atau email Anda.

  • Isi data diri Anda dengan lengkap. Centang untuk tanda persetujuan, dan klik Lanjutkan.

  • Akun Raena siap digunakan. Pada halaman utama, Anda dapat melihat promo yang tersedia di Raena, sekaligus membeli produk yang ingin Anda jual.

  • Anda dapat ke menu Merek. Terdapat beberapa kategori, seperti margin lebih dari 30%, brand laris manis, recommended brand, untung hingga 30rb, dan masih banyak lagi.

  • Kemudian, pilih merek yang ingin Anda jual. Klik brand yang Anda pilih. Kemudian centang pada Hanya produk di dalam stok.

  • Pilih dan klik produk yang ingin Anda inginkan, masukkan jumlah produk. Semakin banyak Anda membeli, maka semakin banyak keuntungan yang Anda dapatkan.

  • Kemudian, klik Konfirmasi.
  • Pada halaman keranjang, Anda dapat memilih opsi Kirim ke Pelanggan.

  • Isi data pelanggan dengan lengkap, klik Lanjutkan.

  • Masuk ke metode pembayaran, lakukan pembayaran dan Pesanan berhasil dibuat.

Itulah tutorial menjadi dropshipper di aplikasi Raena. Selamat mencoba!

Cara Menjadi Reseller Produk Kecantikan di Raena

Raena merupakan aplikasi bagi para reseller dan dropshipper produk kecantikan yang menyediakan lebih dari 250 brand. Raena menyediakan program resell dan dropship tanpa biaya admin, bahkan tanpa modal, sehingga cocok untuk kalian yang ingin memulai bisnis di bidang kecantikan.

Apakah Anda tertarik menjadi beautypreneur? Jika Anda tertarik dan ingin mencoba menjadi reseller produk kecantkan, simak cara bergabung di Raena berikut ini.

Cara Daftar Reseller di Raena

  • Unduh aplikasi Raena di Google Play Store ataupun di App Store.

  • Buka aplikasi Raena, pilih menu Alamat Akun.

  • Pada Akun Saya, pilih Terdaftar sebagai Reseller.

  • Kemudian akan muncul keuntungan menjadi reseller terdaftar Raena, klik Daftar Sekarang.

  • Masuk menggunakan nomor telepon atau bisa dengan email.

  • Ketik kode OTP yang telah dikirim melalui nomor telepon atau email Anda.

  • Tambahkan informasi Anda dengan lengkap, centang pada kotak persetujuan, lalu klik Lanjutkan.

  • Masukkan nama toko, kemudian pilih marketplace atau pilihan tempat Anda berjualan. Lalu klik Daftar.

  • Jika Anda memilih toko offline, Anda akan diminta untuk mengunggah kartu NPWP.

  • Jika Anda memilih marketplace atau sosial media, maka Anda akan diminta untuk verifikasi data berupa unggahan profil marketplace atau sosial media Anda.

  • Setelah itu, pendaftaran sebagai reseller akan ditinjau oleh aplikasi Raena dalam waktu 24 – 48 jam. Setelah verifikasi berhasil, tier akan otomatis terupgrade.

Nah, itulah langkah-langkah mendaftar di aplikasi Raena untuk menjadi reseller. Anda dapat menikmati beragam keuntungan menjadi reseller dari aplikasi Raena. Apakah Anda tertarik untuk mencobanya?

Kenali 16 Startup Social Commerce Indonesia 

Dilansir oleh Data Reportal, jumlah pengguna media sosial di Indonesia tiap tahunnya meningkat. Pada Januari 2020 tercatat 160 juta penduduk Indonesia menggunakan media sosial dan tren ini akan terus meningkat. Pertumbuhan ini pun  dipandang menjadi kesempatan tersendiri bagi pelaku social commerce.

Sederhananya sebuah platform social commerce memanfaatkan jejaring yang dimiliki oleh pengguna akhir untuk melakukan transaksi jual-beli barang. Bisa melalui media sosial, aplikasi pesan, bahkan word of mouth. Laporan Mckinsey, juga menyebutkan sekitar 40% dari pasar e-commerce di Indonesia merupakan social commerce

Platform social commerce juga menjembatani mitra pedagang dengan brand principal yang membutuhkan sistem distribusi yang lebih efisien. Berikut ini daftar startup social commerce yang saat ini beroperasi di Indonesia:

Berkahi

Berkahi adalah platform untuk menjual produk-produk UMKM yang halal, aman, dan berkualitas, dengan visi dan tujuan untuk membantu pelaku-pelaku bisnis kecil dan perorangan untuk bersaing dengan perusahaan besar dan yang sudah maju.

Startup social commerce satu ini memungkinkan pelaku bisnis dapat akses ke ribuan produk halal dari dalam dan luar negeri. Proses pengemasan dan pengiriman dilakukan langsung dari gudang yang tersebar di berbagai wilayah, sehingga lebih efisien. Bagi pelaku UMKM sendiri biaya operasional dan fasilitas gudang tidak dikenankan biaya.

Ide perkembangan bisnis berkahi ini rampung pada November 2021 didirikan oleh tiga co-founder yaitu Rowdy Fatha (CEO), Turina Farouk (CTO), dan Andre Raditya Makmur (CMO). 

Saat ini berkahi masih mengandalkan pendanaan dari angel investor untuk menjalankan bisnisnya. Saat ini, Berkahi juga sedang mencari pendanaan tahap awal venture capital.

Chilibeli

Chilibeli adalah aplikasi belanja online kebutuhan sehari-hari yang berkualitas. Mengambil langsung dari petani, Chilibeli menjamin harga terbaik untuk semua. Memiliki visi untuk menyediakan produk dengan kualitas terbaik, segar dan langsung dari sumbernya ke setiap rumah dengan harga murah.

Alex Feng mendirikan perusahaan ni pada tahun 2019, Chilibeli terakhir kali mendapatkan pendanaan seri A dari Lightspeed Ventures senilai 160 Miliar Rupiah untuk mengekspansi bisnis yang lebih banyak lagi. Dikabarkan Chilibeli telah diakuisisi WeBuy untuk selanjutnya menjadi kendaraan mereka memasuki pasar Indonesia.

Credimart

CrediMart adalah startup social commerce berupa layanan grosir online yang menjual berbagai kebutuhan pokok. Mulai dari kopi, sabun, snack, hingga alat tulis dan obat-obatan — tersedia dalam bentuk potongan hingga karton. CrediMart akan mengantarkan pesanan ke lokasi bisnis dalam waktu 1 x 24 jam.

Salah satu fitur Credimart adalah Credistore, yang memudahkan penjual warung untuk melakukan stock lebih banyak dan praktis. Startup social commece yang ini didirikan oleh Gabriel Fans (CEO), Christian Lie (COO), Dekha Anggareska (CTO) pada tahun 2021.

Pendanaan seri A Credimart didapat melalui perusahaan induknya Credibook senilai 116 miliar Rupiah diikuti oleh Monk’s Hill Ventures, Insigna Ventures Partners, Wavemmaker Partners, Alpha JWC Ventures, dan lain-lain.

Dagangan

Dagangan ini lebih mengarah belanja sembako online grosir atau eceran. Menyediakan berbagai kebutuhan pokok seperti sembako, produk segar juga kebutuhan harian lainnya. Dagangan ini didirikan oleh Wilson Yanapresetya dan Ryan Manafe pada tahun 2016.

Fitur yang dimiliki dagangan sangat menarik. Mereka ini startup social commerce dengan model hub-and-spoke dalam operasionalnya. Dalam artian, membangun pusat pengadaan kebutuhan pokok atau micro fulfillment center (hub) ke kota lapis dua dan tiga dan pedesaan.

Pada bulan Apri 2022, Dagangan mendapatkan pra-seri B senilai 95 miliar Rupiah dari BTPN Syariah Ventura beserta Monk’s Hill Ventures dan Hendra Kwik yang turut serta melakukan penggalangan dana.

Dusdusan

Dusdusan adalah pemasok produk rumah tangga eksklusif yang memiliki komunitas reseller terbesar di Indonesia, lengkap dengan dukungan pelatihan dan materi promosi online dan offline. Visi dari dusdusan adalah menjadi komunitas reseller produk rumah tangga terbesar di Asia Tenggara.

Startup social commerce yang satu ini didirikan oleh Christian Kustedi dan Ellies Kiswoto pada tahun 2014.

Evermos

Evermos adalah sebuah platform social commerce reseller yang menjual berbagai macam produk-produk Muslim Indonesia. Startup social commerce Indonesia ini didirikan oleh Ghufron Mustaqim dan sejumlah rekannya pada tahun 2018.

Evermos ini menawarkan fitur yang menarik bagi pelaku ukm bisnis kecil yang belum memiliki modal, Bisa menggunakan platform yang satu ini.

Pada awal september 2021, Evermos mendapatkan pendanaan seri B dengan perolehan 427 miliar rupiah yang dilibatkan oleh UOB Venture Management dengan MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Future Shape, Jungle Ventures dan Shunwei Capital.

Grupin

Grupin merupakan startup social commerce Indonesia yang didirikan oleh Kevin dan rekannya Ricky Christie pada 2021. Layaknya aplikasi social commerce yang sudah ada, Grupin menawarkan pengalaman belanja berbasis komunitas kepada konsumen secara kolektif, tujuannya untuk mendapatkan penawaran harga yang lebih baik. 

Barang yang disediakan seputar kebutuhan sehari-hari seperti sembako, perlengkapan dapur, produk bayi, sampai elektronik. Untuk saat ini layanan tersebut baru tersedia untuk area Jabodetabek dan Bandung.

Dipimpin oleh Surge, Grupin mendapatkan pendanaan 42 miliar Rupiah untuk mengekspansi bisnis dan meningkatkan penjualannya.

Ibusibuk

IbuSibuk merupakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat ibu dengan membuka peluang bagi ibu-ibu untuk menambah penghasilan sebagai brand ambassador, KOL/Influencer (Momfluencer) untuk berbagai brand. Ini merupakan bagian dari Orami yang kini ada di bawah Sirclo Group.

Startup social commerce yang satu ini didirikan oleh Ferry Tenka pada tahun 2022. Investor saat ini digelontorkan oleh Sirclo.

Kitabeli

KitaBeli didirikan oleh Prateek Chaturvedi, Ivana Tjandra, Subhash Bishnoi, dan Gopal Singh Rathore pada Maret 2020. Platform tersebut memfasilitasi pembelian barang kebutuhan pokok, FMCG, dan produk kebutuhan rumah tangga lain secara berkelompok (team buying). Pengguna aplikasi KitaBeli mengundang kenalannya untuk membentuk grup, kemudian membeli produk bersama dengan potongan harga.

Pada tahun 2021 silam, Kitabeli mendapatkan seri A sebesar 144 miliar Rupiah, Hal tersebut ditunjukan untuk melakukan ekspansi bisnis beserta menggunakan program tersebut untuk mengeksplorasi persaingan bisnis social commerce di Indonesia.

Mapan

Startup social commerce ini awalnya adalah salah satu pionir agen layanan pulsadan PPOB (payment point online bank) yang beroperasi di pulau Jawa dan Bali. Setelah diakuisisi oleh Gojek pada tahun 2017, Founder Mapan yaitu Aldi Haroyopratomo mengaskan Mapan akan menjadi salah satu social commerce Indonesia yang mensejahterahkan masyarakat Indonesia dengan Go-Mapan.

Go-Mapan sendiri dinilai sangat efektif untuk masyarakat di Indonesia terutama pada kalangan keluarga driver dari Gojek dan sebagainya.

Otozilla

Otozilla Bertujuan untuk memperluas edukasi dan kesadaran masyarakat umum akan pentingnya perawatan kendaraan pribadi yang digunakan sehari-hari, platform social commerce yang fokus kepada otomotif Otozilla diluncurkan. Salah satu fokusnya ialah mefasilitasi komunitas.

Startup social commerce yang satu ini didirikan pada tahun 2020 oleh Kenny Joseph. Sampai saat ini otozilla mendapatkan pendanaan pree-seed dari Angel Investor.

RateS

Rate adalah startup social commerce, meluncurkan aplikasi mobile terbaru mereka yang bernama RateS. Aplikasi yang berbasis social commerce ini memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk memulai bisnis online mereka dan menjual berbagai barang tanpa memerlukan modal awal.

RateS ini didirikan pada tahun 2018. RateS ini berbentuk social commerce yang memudahkan penggunaannya melakukan bisnis tanpa modal awal. Pada awal Januari 2022, RateS ini menutup pendanaannya yang dipimpin oleh KVision dari Kasikon Bank menjadi investor baru di putaran ini; turut andil juga investor sebelumnya yakni Vertex Ventures, Insignia Ventures Partners, dan Genesis Ventures senilai 85,8 miliar Rupiah. 

Selleri

Selleri adalah sebuah social commerce yang dimana untuk reseller ataupun dropshiper tanpa modal untuk berjualan.  Didirikan oleh Jayant Kumar (CEO), Najmudin Husein (COO), dan Firman Hasan (CCO). Selleri ingin memberdayakan masyarakat Indonesia dengan sistem reseller dan dropshipper agar mudah untuk berjualan tanpa ada modal sepersenpun,

Tahun lalu, Selleri berhasil mengantongi pre-seed sebesar $610.000 dari investor, atau setara dengan 8,7 miliar Rupiah. Venture Capital yang terlibat adalah Orbit Kejora-SBI.

Shox

Shox didirikan pada tahun 2013 oleh Sonat Yalcinkaya dan Rayi Pasca Febriani. Shox adalah platform berbasis komunitas untuk memenuhi kebutuhan rumah secara online yang dapat diakses hanya dari rumah dan dilengkapi dengan sistem pembayaran.

Selain memudahkan berbelanja kebutuhan rumah tangga, Shox telah membantu ratusan ibu untuk meningkatkan pendapatan hanya dari rumah dengan membuka peluang berwirausaha melalui komunitas Mitra Shox.

Shox sendiri mendapatkan pendanaan untuk pengembangan yang dipimpin oleh AC Ventures, Teja Ventures, dan sejumlah investor lainnya senilai 79 miliar Rupiah.

Super

Startup social commerce Indonesia yang satu ini mendapatkan pendanaan seri C senilai 1,5 triliun Rupiah pendanaan ini dipimpin New Enterprise Associates. Super merupakan platform social commerce pertama di Indonesia. Ini juga merupakan perusahaan teknologi konsumen Indonesia pertama yang didukung oleh Y Combinator, yang membawahi fitur utama, Superagent, Fitur tersebut adalah perdagangan yang dipimpin oleh agen yang memungkinkan para pemimpin komunitas menjadi pengecer di dalam komunitas mereka.

Super dirintis sejak 2018 oleh Steven Wongsoredjo, membawa diferensiasi yang memanfaatkan platform logistik hyperlocal untuk mengirimkan barang-barang konsumen ke ribuan agen dalam waktu 24 jam dari waktu pemesanan. Super bermitra dengan ribuan agen komunitas seperti individu dan warung untuk mengumpulkan dan mendistribusikan barang bernilai jutaan dolar AS ke komunitas mereka setiap bulan.

Woobiz

Woobiz adalah social commerce yang mampu untuk memberdayakan perempuan di Indonesia untuk tertarik berbisnis atau usaha mikro. Woobiz sendiri didirikan pada tahun 2018 oleh  Putri Noor Shaqina, Rorian Pratyaksa, Josua Sloane, dan Hendy Wijaya pada bulan Desember 2018.

Startup social commerce Indonesia yang satu ini memiliki fitur yang memudahkan para penggunanya untuk melacak atau mendukung bermitra lebih terjangkau melalui channel social neighbourhood community dan social sharing secara online.

Siapa CEO Perempuan di Balik Beauty Startup Indonesia?

Beberapa tahun terakhir industri kecantikan di Indonesia cukup naik daun. Industri kecantikan juga identik dengan perempuan. Walau tidak dipungkiri laki-laki juga bisa mengambil peran dalam industri ini. Namun, apakah kamu tahu beauty startup kenamaan Indonesia memiliki CEO perempuan?

Ya, saat ini sudah banyak perempuan yang bisa mengambil posisi tinggi dalam sebuah perusahaan. Apalagi dengan hadirnya industri kecantikan, yang membuat startup beauty tech, beauty product lokal, dan komunitas kecantikan kembali naik dan bersaing.

Siapa saja CEO perempuan di balik beauty startup Indonesia? Yuk, simak artikel berikut!

CEO Perempuan di Beauty Startup Indonesia

Chief of executive atau yang lebih sering disebut sebagai CEO adalah posisi tertinggi di sebuah perusahaan rintisan atau startup yang memiliki tanggung jawab untuk menjalankan visi dan misi perusahaan dan juga mengawasi operasionalnya.

Namun, saat ini posisi CEO sudah tidak lagi diisi dengan laki-laki, karena perempuan juga bisa mengembangkan karirnya di posisi chief executive, terutama dalam beauty startup yang sebagian besar masih identik dengan perempuan.

Berikut adalah CEO perempuan di beauty startup yang wajib kamu ketahui!

1. Hanifa Ambadar

Female Daily, salah satu forum wanita yang cukup besar di Indonesia. Kamu juga pasti sudah tidak asing lagi dengan Female Daily. Beautytech ini sudah hadir sejak 2005 di mana saat itu masih berbasis blog. Namun, sekarang Female Daily sudah memiliki aplikasi dan beauty studio dengan 50 juta pengikut dengan 4 juta unique user per bulannya.

Pertumbuhan Female Daily juga tidak lain adanya campur tangan dari Hanifa Ambadar yang memulainya dari sebuah blog untuk berbagi review terkait produk kecantikan, dari sekadar hobi menulis blog hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuat blog nya lebih profesional dengan membeli domain dan berkolaborasi dengan Affi Assegaf yang juga seorang blogger.

2. Sreejita Deb

Sreejita Deb adalah founder sekaligus CEO Raena platform reseller produk kecantikan. Dengan gelar MBA dari Harvard Business School dan pengalamannya bekerja di perusahaan raksasa seperti Google, Amazon, dan juga InMobi, Deb memutuskan untuk mendirikan bisnis berbasis sosial commerce di tahun 2018.

Awalnya Deb ingin membuka bisnisnya di dua negara yaitu India dan Indonesia, hal ini karena kedua negara tersebut memiliki jumlah penduduk pengakses media sosial yang besar. Namun, setelah riset terkait penggunaan Instagram dan pengguna media sosial wanita lebih banyak akhirnya ia memilih untuk membukanya di Indonesia.

Raena sendiri akhirnya tercetus di tahun 2019 setelah berganti nama dari bisnis sebelumnya dan memiliki kantor pusat di Singapura, Raena juga sudah memiliki investor dari berbagai nama dan juga ia bekerja sama dengan beauty influencer yaitu Moonella Sunshine Jo.

Kemudian, dengan kerjasama tersebut Raena dan keluarga Jo merilis produk orisinal mereka dengan merk Lalabee.

3. Yaumi Fauziah

Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan Base, startup produk kecantikan dan wellness direct-to-consumer (DTC). Pendiri dan CEO Base adalah Yaumi Fauziah yang juga eks Head of Marketing Gojek.

Awal mula munculnya Base adalah sebagai situs blog perawatan kulit pada tahun 2017 dan dimulai dari saat itu juga Yaumi aktif untuk berinteraksi dengan anggota komunitas di akun media sosialnya.

Kemudian, akhirnya Base bertransformasi menjadi situs e-commerce dan akhirnya meluncurkan produknya sendiri yaitu rangkaian produk kecantikan yang disesuaikan secara personal dengan kondisi kulit penggunanya. Base juga menggunakan teknologi eksklusif yaitu Smart Skin Test.

Saat ini Base sudah mendapatkan pendanaan pra-seri A yang didapatkan dari berbagai investor lama, investor baru, dan juga angel investor 

Dari ketiga CEO perempuan di atas menunjukkan bila perempuan juga bisa mengisi posisi tertinggi. Kamu juga bisa menjadi seperti mereka karena faktanya potensi kecantikan di Indonesia cukup tinggi mencapai $3 miliar.

A Platform for Beauty Product Reseller Raena Is Said to Secure 140 Billion Rupiah Follow on Funding

After a $9 million (Rp126 billion) Series A funding in early last year, a platform for beauty product reseller, Raena, is reportedly securing follow on funding. Led by Alpha Wave Incubation and AC Ventures, the company is said to have received funding of $10 million (Rp140 billion).

It is said that there are other investors participated in the funding, including PT Sumber Alfaria Trijaya TBK (Alfamart) and Alto Partners. To date, Raena has secured a total $21 million (nearly 300 billion Rupiah) from investors.

The company is yet to release an official statement.

In a previous article, Raena’s Founder and CEO, Sreejita Deb revealed, in 2020, Raena’s new business experienced massive growth due to the increasing online transactions during the pandemic.

Raena offers a new concept as a social commerce, managing all the needs and processes that sellers usually do online. From stock management, suppliers, brand selection, and logistics. Those who want to join Raena and have interest to become sellers can focus more on gaining followers on social media, WhatsApp, marketplace channels such as Shopee, Lazada, Tokopedia and others.

“Previously, we  use one-to-one model which connects one supplier to one influencer. The concept has shifted to many-to-many model, which connects various brands and various suppliers to various influencers,” Sreejita said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Reseller Produk Kecantikan Raena Dikabarkan Rampungkan Pendanaan Lanjutan 140 Miliar Rupiah

Merampungkan pendanaan Seri A senilai $9 juta (Rp126 miliar) di awal tahun lalu, platform reseller produk kecantikan Raena dikabarkan kembali mengantongi pendanaan lanjutan. Dipimpin Alpha Wave Incubation dan AC Ventures, perusahaan disebutkan mendapatkan pendanaan senilai $10 juta (Rp140 miliar).

Investor lain yang turut terlibat dalam pendanaan kali ini adalah PT Sumber Alfaria Trijaya TBK (Alfamart) dan Alto Partners. Secara total Raena telah memperoleh dana investor senilai $21 juta (hampir 300 miliar Rupiah).

Belum ada keterangan resmi yang kami peroleh dari perusahaan.

Di artikel terdahulu, Founder dan CEO Raena Sreejita Deb mengungkapkan, di tahun 2020, bisnis baru yang dikembangkan Raena mengalami pertumbuhan yang masif, karena makin besarnya masyarakat yang melakukan transaksi secara online selama pandemi.

Konsep baru yang ditawarkan Raena adalah social commerce, mengelola semua kebutuhan dan proses yang biasanya dilakukan penjual secara online. Mulai dari pengelolaan stok barang, supplier, pemilihan brand, hingga logistik. Mereka yang ingin bergabung dengan Raena dan ingin menjadi penjual bisa lebih fokus mengembangkan jumlah pengikut mereka di media sosial, WhatsApp, kanal marketplace seperti Shopee, Lazada, Tokopedia dan lainnya.

“Sebelumnya model kita adalah one-to-one yang menghubungkan satu supplier ke satu influencer saja. Sekarang konsep yang kita tawarkan adalah many-to-many model, yang menghubungkan berbagai brand dan berbagai supplier kepada berbagai influencer,” kata Sreejita.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Startup: Raena Sebagai Pintu Gerbang Dropshipping Produk Kecantikan di Indonesia

Sreejita Deb, pendiri dan CEO platform sosial commerce yang berfokus pada kecantikan, Raena, memiliki keyakinan untuk menjalankan perusahaannya sendiri. Dengan gelar MBA dari Harvard Business School di belakang namanya, dengan pengalaman di perusahaan teknologi besar seperti Google, Amazon, dan perusahaan periklanan seluler InMobi di India, negara asalnya, ia memutuskan bahwa 2018 adalah waktunya untuk meluncurkan bisnis sendiri.

“Sosial commerce adalah salah satu tren yang saya temukan. Dengan meningkatnya penggunaan media sosial [di wilayah tersebut], semua orang pada dasarnya dapat membuka toko online, dan platform media sosial akan terus tumbuh,” ujar Deb kepada KrASIA. “Saya melihat itu sebagai penarik. Hal ini sangat cocok dengan apa yang saya lakukan pada saat bekerja untuk perusahaan e-commerce.”

Deb mempertimbangkan tempat untuk meluncurkan usaha barunya. Dua negara menjadi pilihan—India dan Indonesia. Kedua pasar ini menjadi pilihan utama karena mereka “sangat matang” dalam hal penggunaan platform media sosial, Indonesia dengan 150 juta pengguna aktif dan India terhitung sebanyak 230 juta pengguna aktif pada akhir 2018.

Setelah menelusuri statistik pengguna Instagram, ia memutuskan untuk memulai di Indonesia, karena memiliki pangsa pengguna wanita yang lebih tinggi dibandingkan dengan India. “Di sini adalah tempat yang ideal untuk membangun jaringan sosial yang diberdayakan perempuan di mana perempuan dapat membeli dari satu sama lain. Seperti itu kira-kira ide intinya. Ini adalah sesuatu yang ingin saya kerjakan selama 15 tahun ke depan dalam hidup saya,” kata Deb.

Sreejita Deb, Co-Founder dan CEO platform social commerce Raena. Dokumentasi oleh Sreejita Deb

Proyek bisnis pertama Deb adalah platform e-commerce dan inkubator merek kecantikan untuk influencer Indonesia. Dia membutuhkan co-founder, dan setelah memasang iklan di LinkedIn, dia terhubung dengan Guo Xing Lim, yang merupakan manajer bisnis Alibaba pada waktu itu. Keduanya meluncurkan The Creator Co pada awal 2019.

Meskipun awalnya menargetkan pasar Indonesia, Deb dan Guo memutuskan untuk membuat kantor pusat perusahaan di Singapura, karena “lebih cocok untuk aspirasi perusahaan dalam skala regional. Juga, hub yang sesuai untuk produk, teknologi, dan fungsi pemasaran karena kumpulan bakat yang luas, ”kata Deb.

Pada April 2019, perusahaan berganti nama menjadi Raena. Tiga bulan kemudian, ia menerima investasi awal sebesar USD 1,82 juta dari Beenext, dengan partisipasi dari Beenos, Strive, dan investor angel lainnya. Pada tahun yang sama, Raena berhasil menandatangani kesepakatan dengan beberapa influencer Indonesia untuk mengembangkan merek kecantikan baru, termasuk Moonella Sunshine Jo, influencer anak-anak dengan lebih dari 1,2 juta pengikut di Instagram. Raena mengembangkan beberapa produk bersama keluarga Jo dengan merek Lalabee, seperti balsem pelembab, sampo, dan sabun.

Setelah Raena merilis produk orisinal pertamanya, Deb melihat orang-orang memesan ber-batch setiap minggu lalu menjualnya kembali di media sosial dan platform e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia. “Mereka [reseller] menguasai hampir 70% dari penjualan produk kami saat itu. Kami menyadari orang-orang membeli dari pengecer karena mereka menawarkan pengalaman interaksi yang merupakan kunci kecantikan, konten, dan kepercayaan,” katanya, merujuk pada opsi obrolan dan konsultasi yang ditawarkan oleh platform e-commerce besar.

Deb memutuskan untuk memanfaatkan perkembangan ini. Pada tahun 2020, ia pivot dan membangun platform e-commerce untuk produk kecantikan dengan reseller sebagai klien utamanya. “Sementara jumlah influencer terbatas, mungkin ada jutaan reseller yang bisa kami manfaatkan.”

Fokus pada reseller

Raena tidak lagi mengembangkan merek original dengan influencer tetapi menyediakan produk kecantikan dan perawatan kulit dari Korea Selatan, Indonesia, Jepang, dan Amerika Serikat ke jaringan pengecer yang dibentuk oleh mahasiswa, ibu rumah tangga, dan orang lain yang ingin menambah penghasilan mereka dengan penjualan online.

Platform ini bertujuan untuk memecahkan tiga masalah utama yang sering dihadapi oleh pengecer: akses terbatas ke produsen, harga yang kompetitif, dan kesulitan dalam distribusi.

“Meski reseller bisa menjual ribuan unit setiap bulannya, tapi brand besar tidak terlalu memperhatikannya karena lebih fokus ke retailer besar,” kata Deb. “Dengan demikian, para reseller ini tidak mendapatkan keistimewaan harga khusus. Mereka juga harus memikirkan modal dan stocking, seperti di mana harus meletakkan semua barang yang tidak terjual.” Raena menjalankan model dropshipping untuk mengatasi masalah tersebut.

Perusahaan menyediakan katalog produk yang tersedia yang dapat dipilih oleh para reseller untuk “menyimpan” toko online mereka, yang biasanya ada di Instagram, Shopee, atau Tokopedia. Ketika pelanggan membeli produk, reseller memesan dari Raena, yang akan mengirimkan produk langsung ke pelanggan. Sistem ini menyederhanakan jalur masuk untuk pengecer karena mereka tidak perlu mengeluarkan modal untuk memperoleh barang dagangan yang sebenarnya sebelum toko mereka dapat online. Raena menangani inventaris, pengemasan, dan logistik pengiriman untuk kliennya. Pengecer mendapatkan 60% dari setiap transaksi yang diselesaikan, kata Deb.

Perusahaan juga menawarkan layanan pemasaran untuk merek. “Kami menjalankan kampanye di platform kami untuk memberi mereka visibilitas,” tetapi Raena belum mendapatkan keuntungan dari penawaran ini, kata Deb. Biaya komisi dari reseller adalah sumber pendapatan utama perusahaan.

Raena memberikan pilihan kepada masyarakat Indonesia untuk menjadi reseller produk perawatan kulit / Raena

Raena sudah memiliki lebih dari 10.000 reseller di platformnya. Lebih dari 45% adalah reseller aktif, kata Deb, tanpa mengungkapkan rata-rata transaksi bulanan mereka di platform. “Tidak semua orang bisa menjadi pengusaha, dan tidak semua orang bisa menjadi reseller. Beberapa dari mereka akan berputar,” katanya. “Tapi kami fokus pada reseller aktif, membantu mereka meningkatkan pendapatan. Itu metrik praktik terbaik kami.”

Salah satu cara untuk membantu pengecer mengembangkan bisnis mereka, sebut Deb, adalah melalui edukasi. Raena secara aktif membagikan konten informasi di halaman Instagram-nya dan mengadakan webinar rutin tentang pemasaran dan tren terbaru. Dengan cara ini, pedagang dapat lebih mengetahui tentang produk mana yang dapat terjual dengan baik, dan bagaimana memasarkannya secara efektif. “Misalnya, penjual bisa mengetahui produk mana yang efektif untuk menghilangkan jerawat atau mencerahkan kulit kusam, lalu bisa melakukan pemasaran yang lebih terarah.”

Pengecer dapat memperoleh rata-rata USD 300 per bulan melalui platform, kata Deb. Namun, dalam beberapa kasus, pendapatan bisa jauh melebihi jumlah ini. Deb menyebutkan kasus salah satu reseller, yang berkat jaringan 83.000 pengikut di Shopee, telah berhasil memperoleh pendapatan kotor bulanan sekitar USD 3.000 hanya enam bulan setelah bergabung dengan Raena.

Mengambil keuntungan dari e-commerce di platform media sosial

Menurut sebuah studi tahun 2020 oleh perusahaan pemasaran RedSeer, kecantikan adalah kategori terbesar kedua di ruang e-commerce sosial, tepat setelah braket mode. Laporan itu juga mengatakan volume pesanan dari saluran sosial commerce berlipat ganda pada tahun 2020, karena lebih banyak penjual dan pembeli telah bermigrasi dari penjualan melalui toko offline ke saluran online seperti Instagram dan Facebook.

Platform media sosial juga meningkatkan penawaran perdagangan mereka, dengan Facebook meluncurkan Facebook Shops pada Mei tahun lalu, dan Instagram Shopping akhirnya tersedia di Indonesia pada Oktober 2019. Tahun ini, pada bulan April, TikTok meluncurkan fungsi e-commerce livestreaming. Mengikuti perkembangan ini, Deb mengatakan dia optimis tentang masa depan Raena.

“Saya pikir ini adalah keuntungan bagi kami ketika platform media sosial meluncurkan fitur e-commerce. Katakanlah mereka menyediakan rak dan meja kasir,” katanya. “Kami pada dasarnya memberi penjual akses ke produk ke pasar di rak digital ini. Semua platform ini menyediakan lebih banyak rak dan konter kasir untuk diisi, sehingga membuat model bisnis kami lebih kaya.”

Setelah putaran pendanaan Seri A senilai USD 9 juta pada bulan Februari yang dipimpin bersama oleh Alpha Wave Incubation dan Alpha JWC Ventures, Raena kini fokus untuk mengembangkan timnya di Indonesia dari 70 menjadi lebih dari 100 anggota. Perusahaan memiliki tujuan ambisius untuk menjangkau 100.000 pengecer di platform pada akhir tahun ini.

Perusahaan ingin menandatangani kontrak eksklusif dengan 15 merek baru sebelum 2022. “Kami akan menggunakan dana tersebut untuk melipatgandakan apa yang sudah kami lakukan sekarang,” ujar Deb.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Raena’s Target in Indonesia Post Series A Funding and Business Pivot

The impact of the pandemic can significantly drive startup businesses, especially for those who promote online services and trending products among communities. One that has experienced an increase during the pandemic is Raena. The platform helps promotional activities take advantage of social media influencers.

In order to increase traction, the company’s decided to pivot (in the sense of turning a business direction to widen market share), by providing integrated solutions not only for influencers but also for women who want to have additional income to become beauty entrepreneurs.

Raena’s Founder & CEO, Sreejita Deb revealed to DailySocial, from the beginning to the end of 2020, Raena’s new business line has experienced massive growth. One of the reasons is the increasing number of people who make online transactions during the pandemic.

“Even though many claims pivoting is something negative, for us, it is an opportunity for business to be more flexible. Previously, we only provide a platform to influencers, now, we want to provide a comprehensive solution for those who want to have their own business,” Sreejita said.

Raena’s new concept is social commerce, managing all the needs and processes that are usually performed by online sellers. Starting from managing stock of goods, suppliers, selecting brands, to logistics. For those who want to join Raena and want to become a seller, they can focus more on developing their number of followers on social media, WhatsApp, marketplace channels such as Shopee, Lazada, Tokopedia, and others.

“Previously, we have a one-to-one model that links one supplier to one influencer. Now, we offer a many-to-many model, which connects various brands and various suppliers to various influencers,” she added.

Series A funding

In order to massively grow business, Raena has completed a $9 million Series A fundraising activity led by Alpha Wave Incubation and Alpha JWC Ventures. Other investors involved in this year’s funding include AC Ventures, Beenext, Beenos, and Strive. In 2019, Raena secured $1.8 million in early-stage funding.

“To date, we have not spent too much money on marketing activities. That’s why we are not too aggressive in raising funds. Our focus is to increase the value of influencers or those who join Raena,” Sreejita said.

With this fresh fund, Raena’s future plans are to increase the number of sellers, increase the number of brands, and the internal team. Currently, Raena has a team consisting of 15 people in Indonesia. And until the end of next year, the number is planned to be increased. Raena also sees the Indonesian market as the main target.

Alpha JWC Ventures said the reason they were interested in investing was Raena’s vision to empower female entrepreneurs throughout Indonesia by opening access to high-quality beauty products. In addition, Raena is a solution for brands that expect to enter Southeast Asia, especially Indonesia, and for entrepreneurs who are looking for business consistency.

“By serving these two segments, Raena is entering a large market that continues to grow along with the growing middle class in Indonesia and Southeast Asia. With the expertise of Raena’s founding team and our support, we are confident that Raena can grow into a leading player in the Southeast Asian beauty industry,” Alpha JWC Ventures’ Co-founder & General Partner, Chandra Tjan said.

Previously, DailySocial had reviewed the beautytech trend in Indonesia, which is defined as a new model for actors in the beauty industry to reach consumers. Its business model no longer revolves around conventional distribution channels but combines the strengths of technology and digital.

Based on the Euromonitor report, the beauty market value in Indonesia was estimated to reach $8.46 billion in 2022, up from the estimated value in 2019 of $6.03 billion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Fokus Raena di Indonesia Setelah Kantongi Pendanaan Seri A dan Lakukan Pivot

Dampak pandemi bisa mendorong bisnis startup secara signifikan, terutama bagi mereka yang mengedepankan layanan online dan produk yang menjadi tren di kalangan masyarakat. Salah satu yang mengalami peningkatan selama pandemi adalah Raena. Platform tersebut membantu kegiatan promosi memanfaatkan influencer media sosial.

Guna meningkatkan traksi, kini memutuskan untuk melakukan pivoting (dalam artian berbelok haluan bisnis untuk memperlebar pangsa pasar), dengan memberikan solusi terpadu bukan hanya untuk influencer, namun juga untuk kalangan perempuan yang ingin memiliki penghasilan tambahan menjadi beauty entrepreneur.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Raena Sreejita Deb mengungkapkan, sejak awal hingga akhir tahun 2020, bisnis baru yang dikembangkan oleh Raena telah mengalami pertumbuhan yang cukup masif. Salah satu alasan adalah makin besarnya jumlah masyarakat yang melakukan transaksi secara online selama pandemi.

“Meskipun banyak yang mengatakan pivoting adalah sesuatu hal yang negatif, namun bagi kami justru menjadi peluang agar bisnis bisa menjadi lebih fleksibel. Jika di awal kami hanya ingin memberikan platform kepada influencer, kini kami ingin memberikan solusi menyeluruh kepada mereka yang ingin memiliki bisnis sendiri,” kata Sreejita.

Konsep baru yang ditawarkan oleh Raena adalah social commerce, mengelola semua kebutuhan dan proses yang biasanya dilakukan oleh penjual secara online. Mulai dari pengelolaan stok barang, supplier, pemilihan brand, hingga logistik. Untuk mereka yang ingin bergabung dengan Raena dan ingin menjadi penjual, selanjutnya bisa lebih fokus mengembangkan jumlah pengikut mereka di media sosial, WhatsApp, kanal marketplace seperti Shopee, Lazada, Tokopedia dan lainnya.

“Sebelumnya model kita adalah oneto-one yang menghubungkan satu supplier ke satu influencer saja. Sekarang konsep yang kita tawarkan adalah many-to-many model, yang menghubungkan berbagai brand dan berbagai supplier kepada berbagai influencer,” kata Sreejita.

Kantongi pendanaan seri A

Untuk mengembangkan bisnis lebih masif lagi, Raena telah merampungkan kegiatan penggalangan dana tahapan seri A senilai $9 juta yang di pimpin oleh Alpha Wave Incubation dan Alpha JWC Ventures. Investor lain yang terlibat dalam pendanaan kali ini di antaranya AC Ventures, Beenext, Beenos, dan Strive. Tahun 2019 lalu Raena telah mengantongi pendanaan tahap awal senilai $1,8 juta.

“Selama ini kita tidak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk kegiatan pemasaran. Karena itu kami tidak terlalu gencar untuk melakukan penggalangan dana. Fokus kami adalah meningkatkan nilai para influencer atau mereka yang bergabung dengan Raena,” kata Sreejita.

Dengan dana segar ini rencana Raena ke depannya adalah menambah jumlah penjual, menambah jumlah brand, dan tim internal. Hingga kini Raena telah memiliki tim di Indonesia sebanyak 15 orang. Dan hingga akhir tahun depan, jumlah tersebut rencananya akan ditambah. Raena juga melihat pasar Indonesia sebagai fokus utama yang disasar oleh mereka.

Alpha JWC Ventures menyebutkan, alasan mereka tertarik untuk berinvestasi adalah visi Raena untuk memberdayakan entrepreneur perempuan di seluruh Indonesia dengan cara membuka akses pada produk kecantikan berkualitas tinggi. Tidak hanya itu, Raena menjadi solusi bagi brand yang ingin masuk ke Asia Tenggara, terutama Indonesia, dan untuk entrepreneur yang mencari konsistensi usaha.

“Dengan melayani dua segmen ini, Raena memasuki pasar besar yang terus berkembang seiring pertumbuhan kelas menengah di Indonesia serta Asia Tenggara. Dengan keahlian tim pendiri Raena serta dukungan kami, kami yakin Raena dapat tumbuh menjadi pemain unggul di industri kecantikan Asia Tenggara,” kata Co-founder & General Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Sebelumnya DailySocial sempat mengulas tren beautytech di Indonesia, yang didefinisikan sebagai model baru bagi pelaku di industri kecantikan dalam menjangkau konsumen. Model bisnisnya tak lagi berkutat pada jalur distribusi konvensional, tetapi mengombinasikan kekuatan teknologi dan digital.

Berdasarkan laporan Euromonitor, nilai pasar kecantikan di Indonesia sempat ditaksir bakal mencapai $8,46 miliar di 2022, naik dari estimasi nilai di 2019 yang sebesar $6,03 miliar.

Application Information Will Show Up Here