Waktu yang Tepat Memulai Startup

Menjalankan bisnis startup tak hanya soal solusi dan urusan teknis. Untuk bisa berkembang butuh yang namanya “waktu yang tepat”, terutama dengan pemahaman kondisi pasar, edukasi pengguna, dan ketersediaan fitur.

Perkara waktu yang tepat ini ada beberapa cerita. Koprol misalnya. startup asal Indonesia yang mengusung konsep jejaring sosial berbasis lokasi. Waktu itu Koprol merupakan sebuah inovasi yang cukup membanggakan bagi Indonesia, apalagi menjadi startup lokal yang diakuisisi oleh raksasa teknologi saat itu, Yahoo. Sayangnya pasar Indonesia masih belum cukup besar segmen seperti ini. Inovasi Koprol datang terlalu dini.

Gojek juga punya cerita yang hampir serupa. Dimulai dengan konsep call center, Gojek bertahan lima tahun sebelum akhirnya memperkenalkan aplikasi mobile. Perhitungan Gojek akurat. Solusi mereka yang dibarengi pasar yang kian matang menjadi landasan untuk berkembang pesat. Dari awalnya adalah layanan pemesanan ojek dan pengantaran barang, kini mereka menjadi super app.

Cerita menarik lain datang dari Qlue, penyedia solusi smart city yang menjadi salah satu pioner aplikasi pelaporan warga. Founder dan CEO Qlue Rama Raditya mulai merintis Qlue pada medio 2014 silam. Saat itu, kesulitan warga terhubung dengan dinas terkait, membuatnya menggagas sebuah aplikasi pelaporan warga.

Ia kemudian mengirimkan surat ke Gubernur DKI Jakarta. Gayung pun bersambut. Suratnya ditanggapi Wagub DKI Jakarta waktu itu, Basuki Tjahaja Purnama. Ia diberikan waktu sembilan bulan untuk menyempurnakan aplikasi tersebut.

“Sembilan bulan kemudian, saya berhasil menyelesaikan platform Qlue versi pertama, lalu lahirlah Jakarta Smart City. Di hari pertama peluncuran Jakarta Smart City, Qlue diunduh oleh 15.000 orang. Dengan dukungan penuh dari Pemprov DKI Jakarta dan jajarannya untuk menindaklanjuti setiap laporan Qlue yang masuk, maka aplikasi Qlue langsung dapat digunakan oleh ratusan ribu user di DKI Jakarta,” cerita Rama.

Dalam tempo setahun kolaborasi antara Qlue dengan pemerintah DKI Jakarta berhasil mengurangi lebih dari 7.500 titik banjir, memangkas pungutan liar hingga 45% dan berhasil mengurangi ratusan ton sampah berkat kolaborasi warga, pemerintah dan teknologi.

“Momentum adalah salah satu faktor penentu keberhasilan dari banyak faktor dalam membangun sebuah startup. Di Qlue sendiri ada tiga nilai penting yang harus diimplementasikan di setiap individu, yaitu SEXI (Synergy, Execution, dan Integrity), di mana momentum terdapat di dalam nilai execution,” terang Rama membagikan tipsnya.

Mengenali pasar dan momentum

Tugas utama founder, selain membangun solusi dengan teknologi, adalah mengenali pasar untuk mencari pengguna yang disasar dan mencari momentum. Momentum kadang bisa terlewat atau kadang terlalu lambat.

Analisis terhadap pasar harusnya melibatkan dua unsur besar: volume atau besar-kecilnya pasar dan pertumbuhan di dalamnya. Jika kita menargetkan pasar yang sudah besar, dengan pertumbuhan yang juga besar, risiko pertama yang dihadapi adalah pemain-pemain besar lainnya. Apakah tidak ada pelung sama sekali ? Belum tentu.

Instagram, sebagai platform media sosial, datang belakangan jika dibanding Facebook dan Twitter. Cerdiknya, mereka mencari celah di antara kedua raksasa yang sudah ada. Mereka eksklusif menawarkan berbagi cerita dengan media foto. Gayung pun bersambut. Masyarakat bisa beradaptasi dengan apa yang Instagram tawarkan dan kini Instagram menjadi bagian dari Facebook.

Sebagai founder yang menginginkan bisnisnya tumbuh berbarengan dengan pangsa pasar yang berkembang, hindari untuk membuat solusi dengan pasar yang kecil dengan pertumbuhan yang minim. Mengeksekusi untuk kondisi pasar ini hanya akan membuang-buang waktu. Meski teknologi tampak keren, tapi banyak orang tidak membutuhkannya, lalu untuk apa?

Saran terbaik bagi startup untuk yang ingin berkembang bersama pasar adalah menemukan pasar, meskipun dengan ukuran kecil, tapi memiliki potensi pertumbuhan besar di kemudian hari.

Qlue Rambah Penjualan Solusi ke Luar Negeri

Qlue perluas penjualan solusi ke luar negeri dengan skema menggandeng mitra sebagai reseller. Strategi ini makin digencarkan pasca diperolehnya berbagai penghargaan yang diraih perusahaan di skala internasional.

Founder dan CEO Qlue Rama Raditya menjelaskan, ekspansi ke luar negeri ini bukan tergolong mendirikan perusahaan di sana, melainkan menggandeng mitra sebagai reseller. Mereka datang dari latar belakang yang sama dengan Qlue agar dapat mengimplementasikan, namun secara khusus dilatih. Menurutnya, ada beberapa potensial mitra yang akan digandeng perusahaan sebagai reseller di Asia Tenggara pada tahun ini.

“Kita lebih [pakai] partner untuk di pasar Asia Tenggara karena fokus kita masih buat Indonesia. Namun kita pikir ada foot print di luar negeri itu sudah bagus. Kalau di luar negeri itu kebanyakan untuk B2B jadi bukan dengan pemerintahnya. Di Indonesia justru kita lebih kuat dengan pemerintah,” terangnya, kemarin (9/5).

Strategi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun lalu, namun mitra mulai aktif berjualan pada tahun ini lantaran produk sudah semua terintegrasi dengan baik. Pasalnya, solusi yang dihadirkan Qlue lebih ditujukan untuk Indonesia sehingga sudah terlokalisasi sehingga saat mau dipasarkan ke luar negeri perlu ada beberapa penyesuaian fitur.

Solusi yang dimanfaatkan perusahaan melalui solusi Qlue, kurang lebih mirip dengan kondisi di Indonesia. Namun kebanyakan untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan, seperti penghitung orang, pelaporan warga, deteksi parkir ilegal dan dashboard untuk integrasi data.

Sejauh ini solusi Qlue telah dipakai perusahaan-perusahaan multi industri di Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Di Malaysia, Qlue hadir sebagai solusi di salah satu mall, real estate, dan pabrik.

Pengakuan solusi Qlue di mata internasional sebenarnya dimulai pasca perusahaan menerima penghargaan, salah satunya di Dubai untuk Best Mobile Goverment Service di kategori Public Empowerment dalam gelaran The 7th World Government Summit 2019. Rama mengklaim di acara itu banyak pihak yang tertarik dan takjub dengan ekosistem yang Qlue bangun di Indonesia.

“Kita sempat terpancing untuk ke luar [negeri], tapi akhirnya memutuskan untuk perbaiki di dalam negeri dulu. Makanya lebih pakai strategi gandeng mitra di luar negeri untuk menjualkan produk kita.”

Bergabung dalam Nvidia Inception Program

Dalam rangka mendukung bisnis Qlue, saat ini perusahaan bergabung dalam Nvidia Inception Program, program akselerator untuk teknologi deep learning dan artificial intelligence. Qlue menjadi salah satu dari 15 perusahaan lokal dari total 2 ribu perusahaan yang bergabung dalam program akselerator global tersebut.

Qlue mendapat berbagai keuntungan yang berkelanjutan mulai dari pelatihan dari para pakar, program hibah untuk perangkat keras serta dukungan pemasaran. Qlue memanfaatkan keuntungan tersebut untuk mengembangkan produk berbasis AI dan deep learning buat solusi-solusi analisis video yang sudah mereka kembangkan.

Beberapa di antaranya adalah teknologi pengenal wajah (facial recognition), penghitung kendaraan (vehicle counting), deteksi parkir liar (ilegal parking detection), penghitung orang yang melintas (people counting), dan pengenal pelat nomor kendaraan (license plat recognition). Seluruh solusi ini masuk ke dalam produk dinamai Qlue Vision.

Produk ini telah membantu berbagai pemerintah kota/kabupaten, badan pemerintah, dan perusahaan untuk bekerja lebih efisien dan mengurangi kesalahan manusia secara signifikan. Dengan perangkat keras dari Nvidia, seluruh solusi ini bisa bekerja lebih maksimal karena butuh GPU dengan kapasitas yang besar, sama halnya saat bermain game yang memakai grafis tinggi.

Hardware dari Nvidia membuat Qlue bisa langsung trial solusi baru yang bahkan belum tersedia di pasar untuk kita presentasikan di depan calon klien. Contohnya, dari license plat recognition bisa deduct ke akun e-wallet kalau ada pelanggaran.”

Senior Manager Channel dan Alliances (Pacific South) Nvidia Budi Harto menyampaikan, pihaknya memilih Qlue lantaran memiliki profil yang unik dalam memecahkan tantangan dengan AI dan deep learning. Solusi tersebut dibangun oleh talenta lokal menjadi nilai tambah.

“Kami bantu penyediaan teknologi, meski kami lebih dikenal sebagai gaming company. Tapi kami mulai mengembangkan AI sejak 7-8 tahun lalu karena kita tahu Indonesia adalah negara keempat dengan populasi yang besar, ditambah adopsi AI di sini adalah tercepat kedua untuk ASEAN,” kata Budi.

Tahun ini Qlue akan mempercepat adopsi smart city di Indonesia, rencananya menambah 20-30 kota baru. Ada tiga kota yang sudah siap memanfaatkan aplikasi Qlue yakni Bandung, Makassar, dan Kupang. Sekarang ada 15 kota yang sudah bekerja sama dengan Qlue. Pengguna Qlue lainnya juga datang dari institusi dan pemerintah dengan total lebih dari 50 institusi lintas industri, 17 kepolisian daerah, mall, rumah sakit, dan sebagainya.

Secara kontribusi terhadap bisnis, diklaim antara pemerintah dan pihak swasta seimbang 50%. Tahun lalu pertumbuhan bisnis perusahaan mencapai 300% dibandingkan tahun sebelumnya. Diharapkan tahun ini akan tembus di angka yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Qlue Terima Dana Hibah dari Program Akselerasi GSMA

Mengawali tahun 2019, Qlue terpilih menjadi satu di antara sebelas startup di dunia yang mendapatkan GSMA Ecosystem Accelerator Innovation Fund. Di gelombang sebelumnya ada RuangGuru dan eFishery yang juga menerima hibah tersebut. Rencananya dana yang didapat Qlue akan digunakan untuk penerapan solusi smart city yang melibatkan teknologi mobile, artificial intelligence, dan internet of things.

Program hibah dari GSMA didukung oleh Departemen Internasional Britania Raya, Pemerintah Australia, dan anggota GSMA. Tujuannya untuk membangun kemitraan antara operator dan startup demi meningkatkan jangkauan layanan inovatif telepon seluler. Diharapkan mampu mendorong perubahan sosio-ekonomi yang positif dan mendukung program dari pemangku kebijakan.

“Kami sangat senang dan bangga terpilih dalam program GSMA. Kami percaya dengan berbagi visi dan berkolaborasi dengan pihak lain akan lebih membawa dampak sosial di Indonesia seperti yang kami lakukan selama ini,” jelas CEO Qlue Rama Raditya.

Saat ini solusi Qlue disiapkan untuk manajemen berbagai macam masalah yang muncul di kota/kabupaten. Melalui dasbor pintar berbasis geo-spasial, layanan Qlue didesain memudahkan pemerintah kota/kabupaten melakukan pemantauan.

Selain menyediakan platform bagi pemerintah, Qlue juga menyediakan aplikasi untuk masyarakat. Aplikasi tersebut dihadirkan untuk mengajak masyarakat terlibat mendukung pembangunan kota dan menyediakan fitur untuk menghubungkan masyarakat dengan pemerintah.

Sebelumnya, dalam wawancara dengan DailySocial pihak Qlue menyebutkan akan tetap memberikan pelayanan terbaik sambil terus mengembangkan layanan dan teknologi yang dimiliki. Capaian positif di tahun 2018 menjadi salah satu faktor pendorong bagi Qlue untuk menjadi lebih baik lagi.

Saat ini Qlue sudah membantu beberapa pemerintah kota, mulai dari Kota Manado, Kota Bengkulu, Kota Sibolga, Kota Cilegon, Kota Tomohon, dan beberapa lainnya. Selain menghadirkan solusi bagi pemerintah daerah, Qlue juga mendukung instansi nasional seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk mendata dampak bencana.

Application Information Will Show Up Here

Capaian dan Rencana Bisnis Qlue, Optimalkan Peluang di Sektor Pemerintahan dan Swasta

Qlue mengakhiri tahun 2018 dengan cukup manis. Mereka telah berhasil melakukan banyak implementasi smart/safe city di beberapa wilayah di Indonesia. Capaian positif yang diraih di tahun 2018 ini menjadi salah satu alasan Qlue terus mengupayakan yang terbaik demi capaian yang lebih baik di tahun 2019.

Founder & CEO Qlue Rama Raditya menjelaskan beberapa proyek yang berhasil dikembangkan tahun ini. Mulai dari membantu para pengembang properti (Alam Sutera, Intiland, Sinar Mas, Agung Sedayu dan lainnya) dalam implementasi smart city, membantu implementasi keamanan Asian Games 2018 bersama kepolisian Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Jakarta, hingga membantu BNPB untuk memetakan kerusakan infrastruktur pasca gempa di Lombok dan Palu.

Qlue bersama dengan mitra seperti Lintasarta, Telkomsel, dan Indosat juga membantu sejumlah pemerintah kota untuk mengimplementasikan solusi digital. Kota-kota tersebut antara lain Luwu Utara, Sibolga, Bengkulu, Cilegon, Gorontalo dan Trenggalek.

“Kami saat ini juga membantu Pak Presiden dalam mengetahui isu di Indonesia agar dapat melakukan strategi pembangunan yang lebih efektif. Per hari ini total klien yang kami miliki baik dari sisi pemerintah atau swasta sudah mencapai puluhan dengan skalabilitas yang tinggi per kliennya,” ujar Rama.

Rama lebih jauh menjelaskan bahwa saat ini konsep Qlue masih sama seperti di awal kemunculannya. Berusaha membantu pihak pemerintah dan swasta untuk dapat mengidentifikasi masalah, memberdayakan tim yang ada untuk menindaklanjuti masalah, dan memastikan masalah tidak terulang lagi ke depannya dengan analisa prediksi.

Sumber identifikasi masalahnya berbagai macam, mulai dari pelaporan warga hingga CCTV yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan dan sensor.

Aplikasi Qlue
Salah satu dasbor aplikasi Qlue untuk solusi kota pintar / Qlue

Rencana di tahun 2019

Di tahun 2018 ini dari segi bisnis Qlue mengalami pertumbuhan revenue hingga 5 kali lipat. Peningkatan ini didapatkan berkat key hiring dari segi solusi, komersil, dan operasional yang dilakukan.

“Kami juga memiliki beberapa pencapaian yang akan mendongkrak bisnis Qlue. Salah satunya adalah dengan menjadi bagian dari Endeavor Entrepreneur sehingga akses kami ke seluruh dunia bisa dipupuk dari sekarang. Selain itu kami juga mendapatkan dana hibah dari GSMA untuk melakukan implementasi untuk kota-kota tertentu di Indonesia. Berdasarkan analisa kami, dengan potensi mitra dan klien yang kami miliki Qlue bisa terus berkembang pesat ke depan dan memberikan manfaat bagi Indonesia secara signifikan,” terang Rama.

Menghadapi tahun 2019 Qlue tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada klien dan mitranya sehingga bisa tetap berkembang secara bisnis. Rama percaya bahwa service excellence kepada stakeholders yang dimiliki menjadi kunci dari keberlangsungan bisnis.

“Kami memiliki peluang yang sangat baik di tahun ini jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” tutup Rama.

Application Information Will Show Up Here

Qlue Semakin Agresif di Tahun 2018

Qlue sejauh ini dikenal sebagai penyedia layanan pelaporan warga. Dengan menawarkan fungsionalitas dan teknologi, Qlue menjelma menjadi sebuah solusi yang bisa dimanfaatkan pemerintah maupun pihak swasta. Qlue baru saja bermitra dengan Township Alam Sutera untuk meluncurkan aplikasi untuk pelaporan warga yang dinamai eTown.

Aplikasi tersebut disediakan untuk memudahkan komunikasi antara warga dan pihak Township Management Alam Sutera dengan mengadopsi layanan Qluster dari Qlue yang memang dirancang untuk warga yang tinggal di kluster dalam sebuah kawasan perkotaan.

Department Head Estate Management Township Alam Sutera Andri Tedjajana menyampaikan bahwa dengan adanya aplikasi eTown tersebut pihaknya dapat memenuhi kebutuhan warga di kawasan Alam Sutera secara efektif dan efisien. Melalui aplikasi eTown tersebut pihak manajemen Township Alam Sutera mengintegrasikan data dan memonitor setiap detail informasi dalam sebuah dashboard secara real time.

“Bahwa tujuan Qlue didirikan adalah untuk mentransformasi kota-kota di Indoneisa menjadi kota cerdas. Kami memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan kota-kota di Indonesia dengan menghadirkan kombinasi aplikasi warga dan platform bagi pemimpin kota yang akan semakin mempermudah kedua belah pihak untuk berkomunikasi dan mengolah data,” terang CEO Qlue Rama Raditya.

Lebih agresif tahun ini

Qlue mulai dikenal masyarakat luas sejak digunakan oleh pemerintah provinsi DKI. Kemampuannya memfasilitasi aduan warga dikombinasikan dengan pemerintah yang proaktif menjadi nilai yang positif. Sejauh ini dari data yang dipaparkan Rama pihaknya sudah bekerja sama dengan beberapa pemerintahan, seperti Jakarta, Sidoarjo, Probolinggo, Manado, Trenggalek, Bima dan lima kota lainnya. Tidak hanya dengan pemerintahan, Qlue juga bekerja sama dengan pengembang, beberapa di antaranya adalah Alam Sutera, Agung Sedayu, Intiland, Sentul, Metland, dan Ciputra.

Pencapaian positif Qlue ingin coba ditingkatkan di tahun ini. Salah satunya adalah mencoba lebih aktif menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait yang bisa memaksimalkan layanan Qlue.

“Kita going agresif [tahun ini]. Dan sudah masuk ke pemerintah pusat yang strategis,” terang Rama kepada DailySocial.

Selain dari segi layanan Qlue juga menjanjikan sejumlah inovasi di bidang teknologi. Di tahun ini Qlue memberi sinyal untuk berinovasi di bidang video analitik dan internet of things. Sebelumnya Qlue tercatat berinvestasi untuk startup yang memiliki keahlian di bidang big data dan machine learning, Nodeflux. Dengan inovasi ini, Qlue bisa menjadi pemimpin pasar di segmen pengelolaan media pelaporan warga.

Application Information Will Show Up Here

Mematahkan Mitos Keengganan Startup Bermain di Segmen B2G

Segmen B2G (Business-to-Government) banyak dikatakan kurang diminati oleh para pengusaha startup. Banyak mitos yang menyebut segmen ini kurang scalable, sustainable, tidak bisa diprediksi, hingga kurang menarik bagi investor dalam hal mencari pendanaan.

Namun mitos ini coba dijawab oleh CEO Qlue Rama Raditya yang hadir dalam #SelasaStartup pekan lalu (16/1). Sebagai startup yang cukup lama berkecimpung di segmen B2G dan cukup proven, Rama banyak memberi tips seputar B2G. Mulai dari strategi bertahan Qlue meski hanya fokus dengan bisnis B2G, juga mematahkan mitos-mitos yang sering beredar di segmen B2G.

“Tidak menjamin keberlangsungan bisnis dan skalabilitas”

Mitos ini, menurut Rama, bisa dipatahkan karena ketidakberlangsungannya bisnis dan skalabilitas sangat bergantung pada tipe klien yang Anda hadapi. Untuk itu, sama seperti tipe klien lainnya, Anda memerlukan model bisnis dengan penetapan harga yang tepat. Ini tujuannya untuk memastikan skalabilitas bisnis Anda sampai ke depannya.

Bentuk penetapan harga ini bisa dibuat per fase dan bisa dikomunikasikan sejak awal dengan klien. Maksudnya untuk menciptakan kerja sama yang berkesinambungan selama bertahun-tahun.

“Untuk kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, kami pakai rencana per fase. Jadi pada 2014, kita ketemu dengan Pak Ahok (panggilan Basuki Tjahaja Purnama) rencana sampai 2020 mau implementasi apa saja. Ada fase-nya per tahun. Kita juga bisa tahu sampai 2020 nanti dapat uangnya berapa dari kerja sama ini,” terang Rama.

“Proses pembayaran sering menunggak”

Menurut Rama, justru mitos ini sudah tidak terjadi karena saat ini banyak pemerintah kota/provinsi yang menggunakan proses tender secara online. Untuk proses pembayarannya pun kepada setiap pemenang tender, sudah memiliki tanggal tertentu yang harus ditaati para petinggi daerah.

Pemerintah umumnya memiliki dua jenis kesepakatan pengadaan, buka tender atau lewat e-katalog. Rencana tersebut harus sudah disiapkan selama 6-9 bulan sebelum masa tender dimulai.

Kemudian setelah tender selesai dilaksanakan, pemerintah harus menyerahkan faktur bukti pembayaran pada tanggal 15 Desember setiap tahunnya. Proyek harus diserahkan sebelum jatuh tempo pada tanggal tersebut.

“Malah kalau memiliki klien dari pemerintah, potensi dibayarnya lebih jelas daripada dengan enterprise karena di setiap tanggal tertentu harus sudah dibayar.”

“Penuh dengan unsur korupsi”

Untuk mengatasi mitos ini, menurut Rama, sebaiknya pada langkah awal founder harus memastikan kepada diri sendiri agar tetap bersih dalam menjalani bisnis. Solusi yang bisa digunakan untuk mengurangi potensi terjadinya korupsi adalah memanfaatkan mitra enterprise yang berpengalaman dan dapat membantu menjual produk Anda.

Biarkan mereka yang menavigasi masuk ke ranah pemerintah dan tugas Anda adalah mendukung mereka dalam hal teknis dan administratif. Kemudian berikan diskon yang besar kepada mitra Anda, namun jangan pernah membiarkan mereka mematuk harga produk Anda.

Anda harus selalu siapkan risiko terburuk, kalau-kalau Anda didatangi pihak berwajib. Selama Anda bersih, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

“Investor tidak tertarik ke segmen B2G”

Khusus mitos ini, hanya akan terjadi bila Anda tidak berhasil meyakinkan mereka bahwa setiap tahunnya anggaran nasional pemerintah Indonesia mencapai US$165 miliar. Dari total tersebut, anggaran untuk TI mencapai US$4,5 miliar dan terus naik sekitar 10% tiap tahunnya.

Ketika Anda telah memastikan rencana bisnis berkelanjutan, terukur dan aman, investor tidak hanya tertarik dengan perusahaan Anda. Justru jalan menuju profitabilitas jauh lebih cepat.

“Ketika kami dapat investor, kami lebih menggunakan dananya untuk perluas akses ke pemerintah. Malah karena tahap awal kami banyak dipromosi secara gratis oleh gubernur, kami tidak mengeluarkan dana marketing. Sehingga dalam setahun sudah profit.”

Sejauh ini Qlue sudah bermitra dengan delapan pemerintah kota/provinsi, tujuh kementerian dan institusi, dan delapan perusahaan properti dan satu perusahaan infrastruktur utilitas.

Application Information Will Show Up Here

Qlue Dapatkan Pendanaan dari GDP Venture

Startup pengembang paltform berbasis smart city “Qlue” hari ini diinformasikan baru saja mendapatkan pendanaan lanjutan dari GDP Venture dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan ini dikatakan menjadi yang terbesar didapat Qlue –dibandingkan putaran sebelumnya. Fokusnya akan digunakan untuk pengembangan produk, perekrutan talenta baru, dan menguatkan portofolio Qlue untuk smart city.

Berawal dari mengembangkan sistem pelaporan warga khusus di wilayah DKI Jakarta, sepak terjang Qlue kini semakin luas. Termasuk memfasilitasi beberapa inisiatif kota pintar di berbagai daerah lainnya. Sebagai fasilitator pengembang kota pintar, Qlue telah menjalin kemitraan dengan 10 pemerintah kota di Indonesia, memfasilitasi ragam kebutuhan seperti sistem pelaporan, keamanan dan sebagainya. Termasuk menjalin kerja sama khusus dengan berbagai institusi seperti Kepolisian.

Cakupan bisnis Qlue juga terpantau semakin berkembang. Tidak hanya menyasar kalangan pemerintahan, namun juga ke korporasi –khususnya yang menjalankan bisnis properti. Produk teranyar Qlue yang bernama QlueWork (dulu bernama Quack dan Qluster) dikhususkan untuk bisnis properti yang berminat mengimplementasikan konsep smart living berbasis teknologi dalam lingkungannya. Setidaknya sudah ada 8 pengembang properti di Indonesia yang telah menjalin kerja sama khusus untuk inisiatif tersebut.

Untuk menguatkan debutnya dari sisi produk teknologi, bulan Juni lalu Qlue menjalin kerja sama khusus dan berinvestasi ke startup Nodeflux, pengembangan sistem cerdas berbasis computer vision. Kerja sama ini turut menguatkan portofolio IoT (Internet of Things) yang dimiliki Qlue sehingga memiliki sistem analisis yang lebih mendalam.


Disclosure: DailySocial dan GDP Venture berada di bawah naungan investor yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Qlue Berikan Investasi Tahap Awal kepada Nodeflux

Apa yang terbayang ketika mendengar istilah smart city? Ya, sebuah kemegahan dan kemudahan akses di sektor publik yang didukung oleh kemampuan teknologi. Untuk merealisasikan visi tersebut secara berkesinambungan, belum lama ini pengusung produk berbasis smart city Qlue menjalin kerja sama khusus bersama pengembang piranti cerdas Nodeflux.

Kerja sama strategis ini dimulai dengan seed investment (investasi tahap awal) yang diberikan oleh Qlue kepada Nodeflux. Terkait dengan jumlah investasi yang diberikan tidak diinformasikan, yang pasti proses ini menjadikan Qlue sebagai salah satu pemegang saham startup yang didirikan Meidy Fitranto dan Faris Rahman.

[Baca juga: Nodeflux Kombinasikan Komputasi Pintar untuk Ragam Kebutuhan Analisis]

Kepada DailySocial, Meidy menceritakan terkait dengan kolaborasi yang akan dijalin bersama Qlue. Ia memaparkan, “Banyak sekali untuk kolaborasi yang bisa dikembangkan. Dan memang dalam banyak cases kita jalan beriringan, karena pasar klien dari Qlue secara umum sudah memiliki banyak CCTV yang sudah ter-deployed, jadi bisa kita manfaatkan untuk dijadikan pintar dan akan dikombinasikan dengan dashboard analytics Qlue.”

Sudah mulai memaksimalkan kolaborasi kedua teknologi

Kami juga menghubungi CEO Qlue Rama Raditya untuk menanyakan seputar kolaborasi antar dua startup ini. Pasca investasi ini, yang dilakukan Qlue adalah mengadopsi teknologi yang dimiliki Nodeflux ke dalam sistem smart city miliknya.

Salah satu yang sedang dikerjakan adalah proyek bersama kepolisian. Yang dilakukan adalah banyak hal, yakni melakukan analisis terhadap sesuatu yang terdeteksi oleh kamera CCTV yang dipasang. Mulai untuk menganalisis obyek, kepadatan lalu lintas, pendeteksi wajah dan sebagainya. Harapannya terbangun sebuah sistem yang nantinya akan membantu di banyak hal, seperti menemukan buronan atau pengaturan lalu lintas berdasarkan analisis trafik lalu lintas.

Rama juga menceritakan saat ini sedang bekerja sama dengan salah satu perusahaan ojek online. Fungsinya untuk mendeteksi sebaran driver di suatu wilayah. Yang jelas adanya platform Nodeflux membuat apa yang disajikan Qlue menjadi lebih komprehensif dan lebih terukur.

[Baca juga: Qlue Tak Ingin Sekedar Jadi Layanan Pelaporan Warga]

“Jadi yang kita adopsi adalah sistem analisis big data dan machine learning ke dalam dashboard smart city yang kami miliki. Masih banyak inisiatif berbasis IoT yang bakal kita setup bersama Nodeflux ke depannya, untuk menguatkan platform smart city yang kami miliki,” ujar Rama dalam sebuah kesempatan wawancara.

Saat ini Nodeflux berkantor di tempat yang sama dengan Qlue. Meidy dan Rama sama-sama mengutarakan bahwa dengan menyatunya ruang kerja, keduanya dapat berkolaborasi lebih mendalam untuk mengembangkan solusi kota pintar bersama-sama.

“Awalnya saya lihat website-nya, tertarik dan langsung invest. Karena saya memang suka mereka [Nodeflux], banyak proyek kita saat ini juga dikerjakan oleh mereka, khususnya yang membutuhkan solusi analisis Nodeflux,” pungkas Rama.

Qlue Tak Ingin Sekedar Jadi Layanan Pelaporan Warga

Qlue selama ini banyak dikenal sebagai aplikasi pelaporan warga DKI Jakarta. Sistemnya digunakan Pemprov DKI Jakarta untuk mengakomodir keluhan dan pelaporan warga melalui sebuah dashborad terintergasi. Perlahan tapi pasti Qlue mulai melepaskan diri dari gambaran tersebut. Munculnya layanan baru dan kehadiran di kota-kota lain, Qlue berharap bisa dilihat sebagai sesuatu yang lebih besar, sebuah solusi yang lebih kompleks.

Diceritakan Rama Raditya, CEO Qlue, tahun ini pihaknya mulai mendekat ke pengembang-pengembang seperti Sinar Mas, Agung Sedayu, Intiland, dan beberapa lainnya, termasuk institusi dan komunitas yang mendukung smart city, seperti Kepolisian, Greenpeace, dan lainnya. Qlue mencoba membangun ekosistem smart city yang lebih dari sekedar pelaporan warga.

“Dengan membangun ekosistem seperti ini solusi smart city kami akan semakin komprehensif. Orang hanya tahu Qlue adalah laporan ke pemerintah. Namun core product kami sebenarnya yah big data visualisation dan anaytic yang di-generate dari data integration and machine learning kami Intinya itu sih  What people see is only the tip of the iceberg. Our mission and what we have is way bigger than that,” cerita Rama.

Qlue bisa dibilang cukup berhasil di DKI Jakarta dengan teknologi yang menjembatani masyarakat dan pemerintah. Namun Qlue tidak hanya tersedia Jakarta, ia mencoba hadir di kota-kota lain untuk membantu menyukseskan program smart city. Saat ini Qlue sudah membantu melakukan integrasi data kota pada dashborad untuk kota-kota di luar pulau Jawa, seperti Manado, Makassar, Pare-Pare dan Bima.

“Kami semakin fokus untuk menjadikan kota-kota di Indonesia semakin efektif dan efisien dengan program smart city. Kami diberikan opsi lain untuk mengejar kota-kota lain yang di mana tadinya kita sangat fokus dengan Jakarta. So its a good thing, what happened in the past was actually a blessing in disguise for us and now we are stronger than ever,” imbuh Rama.

Quack, Qluster, dan teknologi yang dikembangkan

Quack dan Qluster hadir untuk melengkapi bisnis Qlue. Qluster sendiri didesain untuk masyarakat yang tinggal di kluster atau kompleks, baik transaksi pembayaran, info mengenai tetangganya, atau kegiatan administratif lainnya. Mirip seperti Qlue tetapi lebih tertutup.

Sedangkan Quack seolah melengkapi keduanya. Dari penuturan Rama, Quack lebih banyak digunakan secara white label. Sejauh ini sudah digunakan di instansi kepolisian di 7 kota berbeda dan namanya digunakan disesuaikan.

“jadi Quack ini benar-benar menjadi supporting platform untuk Qluster dan Qlue, karena mereka sifatnya digunakan untuk tim di internal property. Contohnya pakai Quack untuk satpam, estate manager-nya melaporkan kondisi lapangan. jadi properti itu tahu pergerakan dari tim mereka, sehingga bisa dimaksimalkan,” terang Rama.

Kedua aplikasi tersebut hadir menegaskan produk inti Qlue, yakni big data, integrasi, dan machine learning. Sejauh ini teknologi-teknologi terkini terus diupayakan Qlue. Salah satunya adalah dengan mengadaptasi teknologi Nodeflux, salah satu startup yang mengkombinasikan komputasi pintar untuk berbagai macam kebutuhan analisis ke dashboard smart city milik Qlue.

“Kita baru invest ke Nodeflux kemarin. Jadi mereka melakukan big data analytic dan machine learning sistem mereka kita adopt ke dashboard smart city kami dan digunakan untuk memproses CCTV menggunakan video analytic ke depannya kita lagi setup berbagai macam IoT (Internet of Things) initiatives yang bisa men-support product kami sehingga semakin kuat dan fokus di smart city,” tutup Rama.

Quack dan Qluster, Platform Smart City dari Qlue untuk Bisnis Properti

Pengembang platform smart city Qlue merilis dua layanan barunya. Masih seputar smart city, layanan yang dinamai Quack dan Qluster ini didesain untuk membangun kebutuhan akses pintar di perkotaan di luar pemerintahan, dalam artian untuk kompleks perkotaan yang dikembangkan oleh property developer, seperti Sinar Mas Land, Agung Sedayu Group dan sebagainya.

Disampaikan Founder dan CEO Qlue Rama Raditya, kebutuhan akses berbasis smart city di lingkungan tersebut kini sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari pemerintahan. Kota-kota tersebut sangat berkembang dengan sangat modern dan ada di banyak tempat. Dilahirkannya Quack dan Qluster karena memang ada kebutuhan dari para pengembang properti di sini.

Qlue versi enterprise

Rama menceritakan, pada dasarnya engine dan dashboard system yang terdapat pada Quack dan Qluster sama dengan apa yang digunakan pada sistem smart city di Jakarta dan beberapa kota lainnya.

Quack merupakan sebuah sistem internal reporting untuk bisnis (khususnya properti). Jika Qlue dilaporkan oleh warga ke pemerintah daerah setempat, untuk Quack dilaporkan oleh staf internal (misalnya petugas keamanan, pemasaran, dan lain-lain) kepada perusahaan pusat. Sama seperti smart city yang ada, perusahaan yang mengimplementasikan sistem akan mendapatkan dashboard pusat untuk mengelola setiap pelaporan yang masuk.

Sedangkan Qluster didedikasikan untuk masyarakat yang tinggal di kluster atau kompleks tersebut. Baik untuk pelaporan, transaksi pembayaran, untuk mengetahui tetangganya siapa saja dan kegiatan administratif lainnya berkaitan dengan tata kelola hunian tersebut. Jika Qlue sifatnya terbuka, Qluster lebih tertutup. Pengguna harus mendapatkan approval dari pengelola dengan input data yang lengkap. Menariknya Qluster didesain untuk dapat terhubung dengan layanan pihak ketiga dan dapat dikustomisasi.

“Qluster sifatnya lebih tertutup, untuk tiap pengembang berbeda-beda. Dan Qluster di setiap tempat dapat dikustomisasi, termasuk untuk dihubungkan dengan layanan lain. Misalnya layanan on-demand seperti transportasi, homecare, fintech. Saat ini salah satunya tengah coba diintegrasikan adalah layanan Seekmi, Grab, dan lain-lain,” ujar Rama.

Tampilan aplikasi dan dashboard Quack
Tampilan aplikasi dan dashboard Quack

Tujuan akhir Qluster akan menjadi sebuah platform yang mampu melahirkan one-stop app yang melayani kebutuhan penghuni di tempat tersebut. Qluster juga dapat dihubungkan dengan ragam infrastruktur yang ada. Yang saat ini mulai diuji coba seperti untuk otomatisasi pintu gerbang. Melalui analisis yang dipasangkan, CCTV dapat mengenali penghuni kluster kriteria tertentu.

Smart city arahnya ke IoT, salah satu yang sudah dianalisis CCTV. Ada juga lampu pintar, untuk efisiensi energi. Ini juga akan diintegrasikan ke property owner,” lanjut Rama.

Mematangkan bisnis dan monetisasi Qlue

Saat ini pihak Qlue sedang coba mengimplementasikan Quack dan Qluster di beberapa tempat untuk portofolio mereka. Strategi ini mirip dengan apa yang digulirkan bersama layanan Qlue, membuat contoh sukses di Jakarta, hingga akhirnya diminati oleh kota-kota lain karena keberhasilannya.

“Saat ini sudah testing di beberapa properti, kami belum bisa public launch besar-besaran karena tim yang ada masih kecil. Saat ini tim Qlue yang menangani Quack dan Qluster. Dua bulan ke depan masih terus melakukan hiring, harapannya segera bisa membuat tim yang lebih besar,” ujar Rama.

Hadirnya dua layanan tersebut menjadi babak baru bagi Qlue. Memasuki ranah korporasi, saat ini Qlue berusaha mematangkan bisnis untuk meningkatkan monetisasi di dalamnya. Disampaikan Rama, pada awal kemunculan Qlue visinya lebih ke arah membangun kota. Namun smart city sendiri pada akhirnya banyak disalahartikan. Ia menyadari bahwa tidak semua kota bisa disamakan dengan Jakarta, Bandung atau kota modern lainnya.

“Begitu masuk ke kota-kota lain, kondisinya tidak sama, ada yang nggak ngerti tentang smart city, contohnya ada yang malah dijadikan untuk kampanye saja. Makanya saya pikir kita bisa masuk ke angle yang beda. Dan para pengembang properti banyak yang tertarik (dengan konsep tersebut),” lanjut Rama.

Untuk dua layanan terbarunya, Rama lebih menekankan bahwa proses pengembangan ini akan dilakukan secara bertahap. Saat ini masih fokus pada pengembangan di dua kota yang akan dijadikan portofolio awal Qlue untuk Qluster dan Quack.

Application Information Will Show Up Here