Akselerator Digitaraya Ubah Format Pelatihan, Siap Telurkan Startup Berkualitas

Akselerator Digitaraya mengumumkan format baru untuk rangkaian “Digitaraya Powered by Google Developers Launchpad” menjadi program pelatihan selama satu bulan, dari sebelumnya tiga bulan. Format ini akan dimulai pada awal tahun depan untuk batch kedua.

Langkah tersebut diinisiasi langsung oleh Digitaraya dengan komitmen ingin menelurkan startup berkualitas setiap bulannya. Startup dan investor akan terhubung satu sama lain dengan cara lebih efisien dan efektif, sehingga peluang kolaborasi bisnis jadi lebih besar. Ditambah ambisi untuk memperkuat ekosistem startup Indonesia.

“Inisiasi awal datang dari kami sendiri. Jika melakukan dua batch setahun, hanya ada 8 startup per batch. Namun jika kita lakukan setiap bulan, ada lima startup yang berpartisipasi selama delapan bulan. Tentu kesempatan akan lebih besar untuk startup itu sendiri. Impact-nya bisa tiga kali lipat,” ucap VP Strategi & Pengembangan Bisnis Digitaraya Nicole Yap kepada DailySocial, Selasa, (4/12).

Dalam format baru ini, sambungnya, akan diisi dengan program yang cukup padat selama satu bulan penuh. Pada minggu pertama adalah bootcamp yang akan memperkenalkan metodologi Google untuk startup, seperti Leader’s Lab, OKR Workshop, Startup Diagnostic, General Mentoring, dan Assignment of ‘Anchor Mentors’.

Kemudian dilanjutkan dengan mentoring one-on-one yang disesuaikan dengan kebutuhan startup pada minggu kedua. Di minggu ketiga, akan ditutup dengan demo day bulanan. Startup akan memiliki kesempatan untuk pitching ke audiens yang dipilih dari mitra perusahaan, investor, dan media.

Pada minggu keempat, dilanjutkan pengumuman batch berikutnya dengan tema segmen startup yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam rundown, tema startup yang sudah dipilih seperti healthtech, women founders, energi, agritech, fintech, dan edutech.

Nicole menjelaskan, program ini terus berjalan selama delapan bulan sepanjang 2019, kecuali Mei, Juni, November dan Desember. Setiap bulannya akan dipilih lima startup yang berhak mengikuti program pelatihan selama satu bulan penuh.

“Kita sangat percaya bahwa kesuksesan itu mutlak di tangan startup itu sendiri. Kita ingin ada dalam journey tersebut dengan memberi bentuk dukungan yang terbaik, sehingga startup akhirnya bisa merasa terkoneksi antara satu sama lain dan bisa berkolaborasi lebih lanjut.”

Tidak melulu kejar soal investasi

Meski program pelatihan dibuat lebih singkat, Nicole memastikan bahwa dalam format ini sudah berdasarkan hasil studi yang didapat oleh Digitaraya. Salah satunya menunjukkan bahwa startup itu sering meminta apa yang mereka butuhkan, jadi tidak melulu pihak akselerator yang memberikan tools apa saja yang dibutuhkan startup.

Pasalnya, saat ini ada banyak investor yang berani menaruh uangnya di startup tahap awal, tapi banyak startup yang belum paham bagaimana menavigasi bisnisnya dan menjaga relasi dengan investor. Dengan kesempatan demo day, startup akan mendapat eksposur lebih, kesempatan untuk terus belajar, menambah jaringan, dan sebagainya.

“Kita bukan bilang kalau ikut demo day pasti dapat investasi, tapi startup itu pasti dapat eksposur yang lebih, bisa berlatih terus, dapat jaringan, dan jika dilakukan secara konsisten kita percaya bahwa ini bisa impact yang lebih dalam buat startup dan investor.”

Demi menaungi seluruh kebutuhan tersebut, otomatis memacu pihak Digitaraya untuk memperluas jaringan dengan para praktisi, investor dan sebagainya agar bisa dihubungkan dengan startup yang tepat, sesuai dengan kebutuhan startup itu sendiri.

“Digitaraya sekarang fokus pada membimbing startup Indonesia yang akan siap untuk mengunjungi investasi seri A.”

Dalam kaitannya dengan Google Developers Launchpad, setiap startup akan berkesempatan mendapat tools dari Google untuk mengakselerasi bisnisnya. Misalnya Google Leader’s Lab untuk mengajarkan founder startup bagaimana membangun budaya yang tepat untuk perusahaan tahap awal mereka.

Berikutnya ada Google Cloud Platform, OKR Workshop, dan akses eksklusif ke beberapa layanan Google seperti Android, Play dan Firebase.

Dalam batch I yang sudah digelar sejak Agustus hingga Oktober 2018, ada 113 pendaftar dari 25 kota. Seluruh startup ini bergerak di 13 jenis sektor yang berbeda. Digitaraya melakukan seleksi penuh hingga akhirnya terpilih 7 startup, di antaranya Reblood, Riliv, Arkademy, ModalRakyat, KiniBisa, Gelora, dan Expedito.

Batch kedua ini masih dibuka pendaftarannya hingga 31 Desember 2018 mendatang.

Program Inkubasi BNVLabs Gandeng 8 Startup Mitra (UPDATED)

Program inkubasi Bank Bukopin dan Kibar, BNVLabs, mengumumkan delapan startup mitra yang beberapa di antaranya akan mengikuti mentoring selama tiga bulan. Mereka berpeluang menjadi mitra bisnis bank dalam jangka panjang. Delapan startup tersebut adalah eFishery, 8Villages, Iwak, Riliv, Jojonomic, Reblood, Olride, dan Pasienia.

Selama masa inkubasi, peserta dapat bekerja di coworking space BNVLabs dan menerima berbagai bentuk dukungan dari Bank Bukopin. Bentuk dukungan berupa bantuan jaringan dari mitra-mitra bank.

Dalam sesi mentoring, peserta akan dibantu Agent of Change untuk memperkenalkan kepada mereka mengenai regulasi seputar perbankan yang kemungkinan besar bakal bersentuhan dengan model bisnis mereka. Agent of Change adalah tim khusus yang dipilih dari berbagai divisi Bank Bukopin, bertugas menjembatani dunia perbankan dengan startup mitra agar tetap sinkron.

Sebelum pemilihan startup, tim BNVLabs melakukan roadshow ke beberapa kota di antaranya Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya selama dua bulan.

Bila diperhatikan, startup mitra ini belum terfokus di segmen fintech, menyesuaikan bisnis Bank Bukopin itu sendiri. Mereka bergerak di segmen pertanian, pariwisata, kesehatan dan pendidikan, serta sistem pembayaran.

“Keempat segmen startup ini untuk sementara akan jadi fokus BNVLabs. Kami menilai seluruh startup ini memiliki potensi besar untuk dorong bisnis Bukopin dengan memberikan nilai lebih kepada nasabah kami,” terang Direktur Pengembangan Bisnis dan TI Bank Bukopin Adhi Brahmantya, Kamis (20/7).

CEO Pasienia Fadli Wilihandarwo mengatakan bergabungnya Pasienia sebagai mitra BNVLabs menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk menjaring mitra bisnis yang kuat, sekaligus upaya Pasienia dalam menjalankan startup yang berkesinambungan.

“Mencari mitra adalah hal yang penting untuk dilakukan saat ingin berbisnis startup. Bermitra dengan Bukopin adalah nilai lebih yang bisa kami dapatkan karena banyak peluang yang bisa dilakukan. Tentunya ini juga bernilai dibandingkan hanya memberi suntikan dana saja,” ucapnya.

Pasienia adalah aplikasi yang menghubungkan antar pasien yang tengah menjalankan proses pengobatan. Mereka dapat berbagi informasi terkait penyakit yang diderita berdasarkan pengalaman masing-masing dan menghubungi dokter untuk berkonsultasi. Diklaim saat ini Pasienia sudah menjaring 8 ribu pengguna.

Menurut Fadli, salah satu bentuk kolaborasi dengan Bank Bukopin yang kemungkinan terjadi adalah menghadirkan layanan dompet elektronik. Fitur tersebut selama ini belum ada di dalam aplikasi dan diharapkan akan membantu bisnis Pasienia ke depannya.

Tawarkan Pengalaman “Gamification”, Reblood Ajak Masyarakat Mendonorkan Darah

Menurut data Kementerian Kesehatan, tiap tahun Indonesia kerap mengalami kekurangan minimimal 1 juta kantong darah. Bahkan di tahun 2013 lalu kekurangan stok tersebut mencapai angka 2,4 juta kantong.  Permasalahan ini coba dijawab startup asal Surabaya yang beberapa waktu silam berhasil keluar sebagai salah satu finalis dalam ajang Startup Sprint Surabaya, yaitu Reblood. Melalui fitur gamification, Reblood coba ajak penggunanya untuk mendonasikan darah.

Reblood saat ini beranggotakan lima orang anak muda asal Surabaya. Mereka adalah Leonika Sari Njoto Boedioetomo (Chief Executive Officer), Faisal Setia Putra (Creative Lead), Muhammad Zuhri (Technical Lead), Ari Agustina (Content Lead), dan Adien Gunarta (Designer).

Lahirnya Reblood tak lepas dari permasalahan yang berkaitan dengan sulitnya seseorang mendonorkan darahnya secara rutin. Sederhananya, Reblood dapat didefinisikan sebagai sebuah aplikasi yang dapat membantu pendonor untuk rutin dalam mendonorkan darahnya.

Leonika mengatakan, “[Pendonor] Sulit ke PMI langsung, [karena] pendonor memiliki latar belakang dan kesibukan yang beragam. Kebanyakan tidak sempat donor karena jam kerja, sibuk kuliah, dan sebagainya. Akhirnya kami [coba] memberikan solusi dengan menginformasikan event donor darah yang diadakan, baik di kampus, kantor, sekolah, mall, dan sebagainya. Pada hari kerja bahkan hari libur.”

“Ternyata masalah lain muncul. Banyak yang datang ke event donor darah tetapi banyak yang ditolak. Rata-rata hanya 40-50 persen pengunjung yang diterima untuk donor. Penyebabnya [karena] kurang tidur, makan gak teratur, [sampai] lupa sarapan. Ini akhirnya membuat [pendonor] tidak lolos tes hemoglobin dan tekanan darah. Akhirnya kami beri [fitur] reminder di Reblood supaya pendonor lebih siap pada hari H,” lanjut Leonika saat menjelaskan alasan di balik lahirnya Reblood.

Selain memberikan informasi terkait acara donor darah dengan fitur reminder yang disematkan, Reblood juga coba memberikan pengalaman yang berbeda pada pengguna melalui pengalaman pengunaan gamification.

Dijelaskan Leonika, pengguna Reblood nantinya bisa mendapatkan poin ketika melakukan donor darah dan aktif dalam aplikasi Reblood. Poin yang telah diperoleh bisa ditukarkan dengan reward untuk voucher belanja e-commerce seperti Bukalapak dan potongan harga tiket acara musik. Tahun lalu, Reblood memberikan potongan harga untuk tiket acara Jazz Traffic.

Pengalaman mengikuti ajang Startup Sprint Surabaya dan rencana ke depan

[Kiri-Kanan] Riliv, Masaku, dan Reblood dalam ajang Startup Sprint Surabaya / DailySocial

Beberapa waktu silam, Reblood berpatisipasi dalam ajang Startup Sprint Surabaya. Hasilnya, Reblood keluar sebagai tiga tim terbaik dalam kompetisi tersebut bersama dengan Masaku dan Riliv. Ketiganya berhasil masuk babak final setelah sebelumnya menyingkirkan lebih dari 100 tim startup yang berpartisipasi dan mengikuti kegiatan bootcamp serta mentoring.

Startup Sprint Surabaya sendiri diadakan dengan tujuan untuk menularkan semangat jiwa muda, yang peduli pada permasalahan sosial dan turut andil dalam melakukan perubahan melalui inovasi teknologi. Dari Surabaya untuk Indonesia yang lebih baik.

Leonika mengatakan, “Startup Sprint telah memberikan manfaat yang luar biasa terhadap Reblood. Kami mendapatkan banyak insight [wawasan] dari mentor-mentor yang datang selama kompetisi dan mendapatkan banyak dorongan untuk berkembang secara eksponensial. […] Paling menarik adalah, kami belajar berkolaborasi dengan tim-tim lain walaupun dalam format kompetisi Startup Sprint.”

Satu hal yang disoroti, ketiga finalis Startup Sprint ini memiliki satu kesamaan persepsi mengenai akuisisi. Ketiganya sepakat untuk menolak bila ada tawaran untuk akuisisi bisnis mereka, termasuk Reblood.

“Kami yakin apabila Reblood bisa bermanfaat dan sukses tanpa akuisisi, kenapa harus ada akuisisi? Kami lebih tertarik dalam format kolaborasi,” jelas Leonika kepada DailySocial.

Di tahun 2016 ini, Leonika mengungkapkan bahwa Reblood akan berupaya untuk dapat mengejar target yang lebih tinggi di banding tahun 2015 kemarin. Utamanya, dalam hal membantu memenuhi stok darah Nasional.

Aplikasi Reblood sendiri sudah dapat dicicipi pada perangkat Android dengan mengunduh melalui Google Play.

Pemenang Startup Sprint Surabaya Akan Kunjungi Silicon Valley

Startup Sprint Surabaya telah mencapai babak final, setelah pada 20 Desember 2015 lalu diumumkan tiga tim terbaik yakni Riliv, Masaku, dan Reblood. Pemenang Startup Sprint Surabaya berhak mendapatkan uang senilai Rp 50 juta dan juga kesempatan mengunjungi Silicon Valley di Amerika Serikat untuk belajar langsung dan bertukar pengalaman dengan para penggiat startup senior.

Riliv, Masaku, dan Reblood berhasil masuk ke babak final setelah sebelumnya berhasil menyingkirkan lebih dari 100 tim startup di babak awal untuk kemudian mengikuti sejumlah rangkaian kegiatan bootcamp dan mentoring. Ketiga startup ini sejatinya berangkat dari tiga latar belakang permasalahan berbeda.

Yang pertama adalah Riliv. Sebuah media sosial yang dirancang khusus untuk orang-orang yang sedang menghadapi masalah psikologis. Pengguna dapat menggunakan Riliv untuk menceritakan permasalahan mereka secara langsung dengan para ahli, dalam hal ini melibatkan mahasiswa psikologi maupun psikolog profesional yang disebut dengan Reliever.

Finalis selanjutnya adalah Masaku. Sebuah pengembang aplikasi pesan makanan yang menghubungkan industri rumahan dengan konsumen. Dan finalis terakhir adalah Reblood, sebuah aplikasi yang menghubungkan PMI dan pendonor darah untuk menjamin ketersediaan stok kantong darah. Ketiganya telah dinilai mampu menunjukkan kepekaan anak muda Surabaya akan permasalahan sosial di masyarakat dengan menghadirkan solusi lewat teknologi.

Chief Executive KIBAR Yansen Kamto sebagai salah satu inisiator Start Surabaya menuturkan bahwa Startup Sprint dilaksanakan sebagai tahap lanjutan untuk mendorong berkembangnya ekosistem startup teknologi di Surabaya, setelah sebelumnya Start Surabaya berhasil menjalankan co-working space, program mentoring, dan sesi networking sejak Januari 2015.

Menanggapi berbagai kegiatan yang dilaksanakan Yansen menambahkan:

“Kami ingin mencari anak muda yang punya mimpi menjadikan Startup dari Indonesia sebagai pemain global. Anak muda yang mau menghadirkan solusi bagi masalah dunia, bukan lagi sekedar masalah bangsa dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Semua harus dimulai dengan memiliki pola pikir global. Tujuan kita ke Silicon Valley adalah untuk belajar dan bertukar pikiran, bukan hanya menyontek dan meniru. Founder startup Indonesia akan memiliki karakter sendiri, tidak melulu mengikuti gaya Silicon Valley.”

Program Startup Sprint ini diharapkan mampu menularkan semangat jiwa muda yang peduli pada permasalahan sosial dan turut andil dalam melakukan perubahan melalui inovasi teknologi, dari Surabaya untuk Indonesia lebih baik.

Masaku akhirnya terpilih menjadi juara

Dalam acara grand final yang baru selesai beberapa jam lalu akhirnya Masaku terpilih sebagai pemenang dan berhak mendapatkan hadiah serta kesempatan berkunjung ke Silicon Valley. Meski demikian para dewan juri menganggap ketiga tim sudah layak disebut sebagai pemenang.

finalis-dan-juri

Nantinya ketika di Silicon Valley, Masaku (yang dinobatkan sebagai perwakilan atau ambassador) juga diminta untuk menceritakan keunggulan kedua finalis Startup Sprint lainnya.

Para finalis diharapkan bisa berekspansi ke ranah internasional. Salah satu masukan dari dewan juri adalah dengan mengganti brand startup agar mudah dikenal secara internasional. Masaku misalnya, bisa diganti dengan nama baru Delihome atau sejenisnya yang lebih mendunia dari sisi istilah.

Hal menarik lainnya dari acara grand final Startup Sprint kali ini adalah adanya kesamaan persepsi dari semua finalis soal akuisisi. Ketiga finalis sepakat untuk menolak jika nantinya ada tawaran untuk akuisisi bisnis mereka.