[Review] Xiaomi Redmi Note 10 Pro: Smartphone dengan Hardware Kamera 108 MP Termurah di Indonesia

Setiap kali, Xiaomi selalu mengeluarkan smartphone yang memiliki harga yang tergolong terjangkau pada kelasnya. Xiaomi mengklaim bahwa penetapan harga tersebut tidak lepas dari pengambilan keuntungan yang hanya 5% per perangkat. Hal tersebut juga berlaku pada smartphone yang baru saja mereka luncurkan yang memiliki kamera mobile dengan resolusi paling tinggi saat ini. Perangkat tersebut adalah Xiaomi Redmi Note 10 Pro.

Dengan menyandang nama Pro, Xiaomi membenamkan kamera dengan resolusi 108 MP. Selain itu, perangkat ini juga dipasangkan layar yang mampu memberikan refresh rate 120 Hz. Penyimpanan internal pada Redmi Note 10 Pro juga menggunakan UFS 2.2. Terakhir, baterai 5020 mAh yang digunakan dapat diisi dengan cepat karena menggunakan charger 33 watt.

Menggunakan layar Super AMOLED memang memiliki kontras yang lebih baik dibandingkan dengan IPS. Dan menyajikan untuk para gamer, perangkat ini juga hadir dengan touch sampling 240 Hz yang akan merespons dengan cepat saat disentuh. Spesifikasi lengkap dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Redmi Note 10 Pro
SoC Snapdragon 732G
CPU 2×2.3 GHz Kryo 470 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 470 Silver
GPU Adreno 618
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 2.2
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2400 x 1080 120 Hz
Dimensi 164 x 76.5 x 8.1 mm
Bobot 193 gram
Baterai 5020 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 108 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 5 MP Macro, 2 MP Depth, 16 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12

Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Xiaomi menggunakan chipset yang sama dengan Poco X3 NFC, sehingga membuatnya memiliki kinerja yang kurang lebih sama. Hal ini tentu saja membuatnya terlihat lebih menarik karena Redmi Note 10 Pro menawarkan fitur yang lebih menarik pada sisi kameranya.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya. Charger yang diberikan oleh Xiaomi pada paket penjualannya memiliki kemampuan untuk menghantarkan daya hingga 33 watt.

Desain

Beda perangkat, tentu saja beda desain bagian belakang dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro. Hal tersebut sangat terlihat dari desain bagian kameranya yang sangat fresh dan berbeda dari saudaranya maupun pesaingnya. Logo Redmi terletak pada bagian kiri bawah dari perangkat ini dan menggunakan font yang cukup kecil. Warna yang saya dapatkan adalah Onyx Gray.

Layar Xiaomi Redmi Note 10 memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,67 inci ini. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 5 sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Layarnya juga sudah memiliki rasio kontras 4.500.000:1 dan mendukung DCI-P3. Xiaomi juga sudah menempelkan lapisan anti gores tambahan sehingga lebih melindungi lagi dari goresan.

Pada bagian belakangnya terdapat empat buah kamera yang tergabung dalam sebuah blok tersendiri. Bagian paling atas dengan lingkaran perak merupakan kamera 108 MP disertai dengan kamera makro pada sisi kiri, sensor depth pada bagian kanan, dan ultrawide pada bagian bawahnya. Di sebelah blok tersebut terdapat sebuah LED flash.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, port audio 3,5mm, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (tiga slot) terletak pada bagian kirinya.

Bagi Anda yang membeli Xiaomi Redmi Note 10 Pro, usahakan minimal menggunakan MIUI 12.0.5 karena telah menyelesaikan bug layar berkedip saat di set ke 120 Hz dan Dark Mode. Pada MIUI 12.0.5, Xiaomi sudah menggunakan Android 11 atau R  terbaru. Hal ini membuat pengguna akan mendapatkan fitur-fitur baru seperti chat head saat menerima pesan dan lain sebagainya. Anda pun juga bisa memilih antara menggunakan launcher dengan app drawer atau full homescreen.

Jaringan

Xiaomi Redmi Note 10 Pro menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas premiumSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X15 yang sudah masuk dalam Catergory 15. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 3 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hinggai 800 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 32, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Tentunya, kanal jaringan ini sudah mendukung semua yang digunakan oleh operator seluler di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel serta akan mendapatkan kecepatan tinggi saat menjelajah internet.

Kamera: 108 MP kelas mainstream

Xiaomi kembali menghadirkan kamera 108 MP pada Redmi Note 10 Pro. Akan tetapi, sensornya berbeda dengan yang digunakan pada Mi Note 10 Pro dan Mi 10T Pro. Redmi Note 10 Pro menggunakan ISOCELL HM2 yang menggunakan teknologi nonapixel, menggabungkan 9 piksel menjadi sebuah piksel berukuran 2.1μm. Berbeda dengan kedua pendahulunya yang menggunakan ISOCELL HMX yang menggunakan teknologi tetrapixel.

Teknologi nonapixel akan menghasilkan gambar 12 MP (mudahnya, 108/9 = 12). Sedangkan teknologi tetrapixel menghasilkan gambar yang lebih besar, yaitu 27 MP. Produsennya sendiri menjanjikan framerate yang lebih baik serta perekaman hingga 8K pada sensornya yang lebih baru ini. Jadi teknologi yang dibawa bukan merupakan hasil interpolasi, namun benar-benar memiliki 108 juta piksel pada sensornya.

Hasil kamera 108 MP (yang diambil pada resolusi 12 MP) memang sangat bagus untuk rentang harganya. Dynamic range yang bagus, tidak overbrightness, kontras juga baik, dan noise yang dihasilkan rendah. Tingkat ketajamannya juga bagus, namun sering terlihat pula beberapa bagian yang oversharpening.

Kamera ultrawide pada Redmi Note 10 Pro ternyata dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Dengan menggunakan sensor Sony IMX 355, hasil yang tertangkap ternyata cukup tajam dan memiliki noise yang rendah. Warnanya juga cukup akurat saat dibandingkan dengan aslinya.

Kamera makro yang ada para perangkat ini memiliki resolusi 5 MP. Sensor yang digunakan adalah OmniVision OV5675. Walaupun tidak sebaik dua sensor lainnya, hasil tangkapannya memang lebih tajam dibandingkan dengan beberapa perangkat di pasaran yang masih menggunakan kamera 2 MP. Namun, warnanya masih kurang akurat dan kurang kontras.

Kamera swafoto yang ada pada Redmi Note 10 Pro akan menangkap gambar lebih baik dan tajam pada saat siang hari. Akan tetapi pada saat tingkat cahaya menurun seperti di malam hari, siap-siap untuk mendapatkan gambar seperti lukisan cat air. Hal tersebut mungkin algoritma perangkat ini dalam menekan noise yang muncul.

Lalu bagaimana perbandingan gambar antara saat diambil pada 12 MP dan 108 MP? Tentu saja 108 MP memiliki tingkat ketajaman yang lebih baik dibandingkan dengan 12 MP. Namun, jika kita berbicara mengenai keakuratan warna dan kontras, 12 MP mendominasi. Dan ingat, 108 MP hanya boleh digunakan pada saat kondisi cahaya cukup terang agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

Keduanya di zoom hingga kurang lebih menampilkan area yang sama. Pada bagian kiri merupakan hasil dari 108 MP dan yang sebelah kanan adalah dengan nonapixel 12 MP. Dapat dilihat bahwa di sebelah kiri helai daun dapat terlihat jedanya serta tulisan juga terlihat lebih tajam. Tingkat ketajaman juga bisa dilihat pada bagian atasnya.

Pengujian

Xiaomi Redmi Note 10 Pro menggunakan Snapdragon 732G yang saat ini mungkin menjadi chipset 4G terakhir pada seri 700. Xiaomi pertama kali memperkenalkan chipset ini pada Poco X3 NFC, sehingga konsumen sudah bisa mengira seberapa kencang kinerjanya. Chipset ini sendiri masih kurang lebih seimbang dengan Snapdragon 720G, walaupun seringkali kinerjanya berada di bawah saudaranya tersebut.

Snapdragon 732G menggunakan dua inti prosesor Kryo 470 Gold dengan kecepatan 2,3 GHz pada cluster performa. Untuk cluster hemat daya, masih menggunakan enam inti Kryo 470 Silver yang berbasis Cortex A55 dengan kecepatan 1,8 GHz. Adreno 618 adalah graphics processing unit yang menjadi bawaan Snapdragon 732G.

Menguji untuk bermain

Menggunakan prosesor Snapdragon 732G mengartikan bahwa SoC ini memang ditujukan untuk bermain game (G pada akhiran 732 memang berarti game). Walaupun begitu, bukan berarti bahwa kita bisa bermain pada setting paling tinggi.

Dalam menguji perangkat ini untuk bermain, saya menggunakan dua buah game yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Kedua game tersebut adalah Genshin Impact dan PUBG Mobile. Oleh karena beratnya grafis dari kedua game ini untuk dijalankan oleh Snapdragon 732G, saya menggunakan setting low dengan frame rate yang paling tinggi (60 fps) yang bisa disajikan oleh game tersebut.

Di lain pihak, PUBG Mobile belum mendeteksi refresh rate tinggi dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro. Hal tersebut membuat frame rate yang dapat dimainkan hanya tertahan di 30 fps. Semoga saja Xiaomi bekerja sama dengan developer PUBG Mobile untuk menghadirkan frame rate 90 Hz dan 120 Hz pada setiap perangkatnya.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari kedua game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Terus terang, bermain kedua game yang saya uji bisa berjalan dengan lancar. Memang ditemukan sedikit lag pada Genshin Impact, namun tidak sampai membuat motion sickness saat bermain. Untuk membuat frame rate-nya menjadi lebih tinggi lagi, turunkan saja profile-nya menjadi lowest.

Untuk bekerja

Dengan menggunakan SoC yang khusus ditujukan untuk bermain game, membuat perangkat ini menjadi cukup andal jika digunakan untuk bekerja. Pasalnya, aplikasi-aplikasi untuk bekerja yang ada di perangkat Android tidak memerlukan resource yang sangat tinggi. Jadi, aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat.

Bagi Anda yang memiliki seorang anak, pada masa WFH ini tentu saja akan banyak tugas yang harus dikumpulkan melalui aplikasi tukar pesan. Untuk melakukan editing gambar dan video, diperlukan smartphone yang memiliki processing power yang cukup tinggi. Dalam pengujian yang saya lakukan, Snapdragon 732G sudah lebih dari cukup untuk menangani pekerjaan tersebut.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan SoC Snapdragon 730G, 720G, serta 678 yang baru digunakan pada sang “adik” dari Redmi Note 10 Pro. Hal ini tentu saja hanya sekedar untuk membandingkan kinerja dari tiap-tiap chipset. Walaupun konfigurasi tiap perangkat berbeda, namun pada akhirnya pengguna akan mendapatkan gambaran bagaimana kinerja dari sebuah smartphone secara utuh.

Berikut adalah hasil benchmark-nya

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Snapdragon 732G akan bersaing ketat dengan 720G, meninggalkan 730G dan 678 di belakang. Namun, rentang kinerja ini tentu saja tidak akan terlalu terasa karena tergolong cukup kecil. Hasil seperti ini tentu saja sudah lebih dari cukup dalam menjalankan setiap aplikasi dan game pada sistem operasi Android.

Uji baterai 5000 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan Redmi Note 10 Pro yang memiliki kapasitas sebesar 5020 mAh. Perangkat ini sendiri sudah menggunakan layar FHD+ yang sedikit lebih boros dibandingkan dengan layar HD+ yang biasa digunakan pada smartphone di kelas entry level.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Redmi Note 10 bisa bertahan hingga 17 jam 40 menit. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.  Pengisian baterainya sendiri akan memakan waktu kurang lebih 75 menit dari benar-benar habis hingga penuh.

Verdict

Kamera sampai saat ini masih merupakan salah satu fitur yang paling dicari pada sebuah smartphone. Oleh karena itu, produsen smartphone selalu saja membuat perangkat yang memiliki hasil kamera yang menakjubkan. Teknologi terbaru pun dipasangkan pada perangkat-perangkat mereka diluar kelas premium dan flagship. Salah satunya adalah smartphone mainstream Xiaomi Redmi Note 10 Pro.

Dengan menggunakan Snapdragon 732G, Redmi Note 10 Pro memiliki kinerja yang kencang. Semua pekerjaan yang dilakukan masih akan terasa cepat jika dikerjakan pada perangkat yang satu ini. Ditambah dengan menggunakan baterai yang bisa bertahan lebih dari satu hari kerja dan cepat saat diisi ulang, membuat perangkat ini nyaman digunakan.

Kamera yang menjadi poin penting dalam penjualan perangkat ini juga dapat diandalkan. Dengan ISOCELL HM2, membuat Redmi Note 10 Pro dapat mengambil momen dengan nyaman di mana saja, termasuk saat lebaran nanti. Namun, hal tersebut tentunya berlaku saat kondisi cahayanya sedang bagus. Saat rendah cahaya, gunakan saja mode malamnya.

Perangkat yang saya dapatkan memiliki spesifikasi 8/128 GB. Untuk varian ini, Xiaomi menjualnya dengan harga Rp. 3.999.000 dan akan didiskon Rp. 100.000 pada saat flash sale. Varian di bawahnya, 6/64 dijual dengan harga Rp. 3.599.00 dan bisa mendapatkan diskon Rp. 100.000 pada saat flash sale. Hal ini tentu saja membuat Xiaomi Redmi Note 10 Pro menjadi smartphone dengan hardware kamera 108 MP termurah di Indonesia.

Sparks

  • Kinerja baik dengan Snapdragon 732G
  • Layar 120 Hz yang sangat responsif
  • Speaker stereo
  • Daya tahan baterai mencapai 17 jam
  • Hasil kamera yang sangat bagus untuk rentang harganya
  • NFC sudah menjadi standar
  • Pengisian baterai yang cepat, hanya 75 menit

Slacks

  • Hasil kamera saat cahaya rendah kurang bagus jika tidak menggunakan night mode
  • Bagian kamera terlalu menonjol
  • Sayangnya, masih belum 5G

[Review] OPPO A74, Smartphone Rp3 Jutaan Buat Gaming dengan Banyak Fitur Menarik

Setelah melengkapi trio smartphone Reno5 series, kini OPPO lagi sibuk mengurus lini A series. Sebelumnya pada bulan Maret, OPPO merilis A54 yang mengangkat wajah baru dengan layar punch hole dan pada akhir April lalu giliran OPPO A74 dan A74 5G.

Bila OPPO A54 murni merupakan perangkat entry-level, posisi OPPO A74 series dapat digolongkan masuk kelas menengah. Jadi, semakin besar angka serinya, maka meningkat pula spesifikasi yang dimilikinya.

Selain menampilkan desain stylish, OPPO A74 series juga menitikberatkan kemampuan bermain game. Di tangan saya sudah ada OPPO A74 versi 4G, sesuai dengan jargon barunya “Gaming for Everyone”, OPPO mempercayakan perangkat ini dengan chipset Qualcomm Snapdragon 662. Bagaimana performanya? Berikut review OPPO A74 selengkapnya.

OPPO A74 Vs OPPO A74 5G

Review-OPPO-A74-3

Mari mulai dengan membandingkan antara OPPO A74 versi 4G dengan versi 5G. Penampilannya sepintas tampak identik dan harganya cuma selisih Rp200.000, masing-masing dibanderol Rp3.499.000 dan Rp3.699.000. Namun kenyataannya, kedua perangkat ini sangatlah berbeda. Biar lebih jelas, silakan perhatikan tabel perbandingan spesifikasi berikut ini.

OPPO A74 OPPO A74 5G
Jaringan 4G LTE, VoLTE Dual-mode 5G, 4G LTE, VoLTE
Layar AMOLED 6,43 inci FHD+ 60Hz IPS 6,5 inci FHD+ 120Hz
Sidik jari In-display fingerprint 3.0 Side fingerprint sensor
Chipset Qualcomm Snapdragon 662 (11 nm) Qualcomm Snapdragon 480 5G (8 nm)
CPU Octa-core (4×2.0 GHz Kryo 260 Gold & 4×1.8 GHz Kryo 260 Silver) Octa-core (2×2.0 GHz Kryo 460 & 6×1.8 GHz Kryo 460)
GPU Adreno 610 Adreno 619
Memori 6GB LPDDR4X + 128GB UFS 2.1 6GB LPDDR4X + 128GB UFS 2.1
Kamera 48MP + 2MP Macro + 2MP Depth 48MP + 8MP Ultrawide + 2MP Macro + 2MP Depth
NFC Tidak Iya
Baterai 5.000 dengan fast charging 33W 5.000 dengan fast charging 18W

Jujur saja, cukup sulit menentukan mana yang lebih baik. Dari segi layar misalnya, OPPO A74 menggunakan panel AMOLED lengkap dengan fitur in-display fingerprint 3.0, tetapi refresh rate-nya sebatas 60Hz. Di sisi lain, OPPO A74 5G masih pakai panel IPS dengan refresh rate lebih tinggi 90Hz, tetapi sensor sidik jarinya terletak di samping.

Kemudian soal performa, meski OPPO A74 5G ditenagai Snapdragon 4 series yang mana dirancang untuk smartphone entry-level. Namun di atas kertas teknologi yang diusung Snapdragon 480 lebih maju, fabrikasi 8nm dengan prosesor Kryo 460 dan GPU Adreno 619. Sementara, Snapdragon 662 dibuat dengan fabrikasi 11nm, prosesor Kryo 260, dan GPU Adreno 610.

Gaming for Everyone

Review-OPPO-A74-4

Walaupun di atas kertas spesifikasi chipset 5G Snapdragon 480 lebih baik, namun Snapdragon 662 juga tergolong powerful apalagi di kelas tiga jutaan. Sesuai dengan jargon Game for Everyone, OPPO berupaya membuat perangkat yang dapat menjalankan game dengan nyaman untuk semua orang dan semua kalangan.

Lebih detail, chipset Snapdragon 662 ini diproduksi pada proses fabrikasi 11nm dengan AI Engine generasi ke-3. Di dalamnya termasuk CPU octa-core yang terdiri dari empat inti Kryo 260 Gold (Cortex A73) 2GHz, empat inti Kryo 260 Silver (Cortex A53) 1,8GHz, dan GPU Adreno 610. Berikut hasil benchmark-nya:

Untuk mengeluarkan potensi Snapdragon 662, OPPO menyokongnya dengan RAM LPDDR4x 6GB dan penyimpanan internal UFS 2.1 berkapasitas 128GB. Selain hardware yang mumpuni, pengoptimalan juga dilakukan pada segi software. OPPO A74 telah menjalankan ColorOS 11.1 berbasis Android 11, lengkap dengan mode gaming dan sejumlah fitur gaming berbasis AI.

Review-OPPO-A74-5

Koleksi game dapat dimasukkan ke dalam white list di Game Space untuk mengoptimalkan kinerja game dengan meningkatkan kecepatan jaringan dan penggunaan memori. OPPO A74 juga dapat membuat game merespons lebih cepat, fitur Hyper Boost akan meningkatkan sensitifitas sentuhan dan daya tanggap game, mengurangi jeda, meningkatkan frame rate, dan meningkatkan scene loading time.

Saat bermain game, kita dapat menarik sisi layar untuk mengaktifkan Game Assistant yang menawarkan akses cepat ke pengaturan game. Game Focus Mode akan memblokir panggilan masuk, notifikasi, dan gerakan navigasi sehingga kita dapat fokus pada game. Namun dengan Bullet Notifications, notifikasi pesan penting tetap dapat ditampilkan.

Bermain game dalam waktu yang lama tentunya membutuhkan tenaga yang besar, OPPO A74 dilengkapi dengan baterai 5.000 mAh. Didukung teknologi pengisian cepat 33W Flash Charge yang dapat mengisi daya hingga 54% hanya dalam 30 menit dan secara penuh dalam waktu 72 menit.

Layar & Desain

Review-OPPO-A74-6

Indikator lain yang membuktikan OPPO A74 berada di kelas menengah adalah panel AMOLED beresolusi FHD+ (2400×1080 piksel). Luasnya 6,43 inci dengan punch-hole di pojok kiri atas untuk menempatkan kamera selfie 16MP, memakai aspek rasio 20:9 dan punya bezel tipis dengan screen-to-body ratio di angka 90,8%.

Penggunaan AMOLED juga memungkinkan OPPO menyematkan fitur in-display fingerprint 3.0. Satu hal yang sengaja dikurangi oleh OPPO agar seimbang adalah refresh rate layar yang digunakan sebatas 60Hz saja. Di tempat saudaranya, OPPO A74 5G memiliki refresh rate 90Hz, tetapi panel yang dipakai masih IPS.

OPPO juga membawa teknologi All-day Eye Care yang sebelumnya ada di perangkat Reno5. Teknologi ini baik bagi mata pengguna, terutama yang menggunakan smartphone sepanjang hari, baik siang dan malam.

Fitur AI Smart Backlight akan menyesuaikan lampu latar secara otomatis dengan mempelajari kebiasaan pengguna. Sementara, DC Dimming akan mengontrol kecerahan dengan memvariasikan daya yang disuplai ke layar dan dapat meminimalkan flicker yang tidak terlihat dengan cara menyesuaikan layar hingga 2048 tingkat peredupan agar mata tidak mudah lelah.

Beralih ke desain, unit yang saya review berwarna biru malam (midnight blue) dan menampilkan gradien warna biru es. Tiga unit kamera belakang dan LED flash dibingkai persegi panjang, lengkap dengan keterangan 48MP AI-Camera.

Penampang belakangnya memiliki sentuhan akhir glossy dan dapat memantulkan cahaya, namun mudah mengumpulkan bekas sidik jari dan goresan kecil. Untuk menjaga keindahannya, sebaiknya selalu pakai case yang tersedia dalam paket penjualan.

Pengalaman seru menggunakan OPPO A74 juga berkat bodi ramping, ketebalannya hanya 7,95mm dan bobotnya 175 gram. Selain itu, 3D curved pada bagian belakangnya memberikan kenyamanan genggaman. Proses pelapisan vakum digunakan dari atas dan ke bawah pada bingkai tengah untuk meningkatkan tampilan metalik sehingga menambah kesan premium.

Kamera Utama 48MP

Review-OPPO-A74-9

Untuk memenuhi kebutuhan content creation, OPPO A74 sudah dilengkapi dengan tiga unit kamera di belakang. Hal bagusnya adalah kamera utamanya beresolusi 48MP 0,8µm, yang mana dengan metode Quad Bayer menghasilkan foto 12MP dengan piksel besar 1,6µm yang serbaguna.

Selain itu, proses pengambilan gambarnya didukung AI Scene Enhancement yang dapat mengenali bermacam-macam skenario pemotretan. Namun OPPO mengorbankan sesuatu yang cukup penting, yakni kamera dengan lensa ultra wide, sebab dua kamera lain sebatas 2MP untuk foto makro dan bokeh.

Pada mode foto, tersedia fitur memperbesar gambar sebanyak 2x dan 5x, filter, dan AI Beautification. Mode kamera lain termasuk night, expert, text scanner, time-lapse, pano, sticker, slo-mo, extra HD, dan macro. Sementara, untuk perekam videonya sampai 1080p 30fps, baik depan maupun belakang. Berikut beberapa hasil foto dari kamera OPPO A74.

Verdict

Review-OPPO-A74-10

Seharusnya sangat mudah bagi OPPO untuk memasarkan A74, karena faktanya perangkat ini memiliki banyak daya tarik. Sebut saja, layar AMOLED FHD+, kamera utama 48MP, chipset Snapdragon 662 yang bertenaga untuk keperluan bermain game, dan banyak lagi.

Harganya juga cukup terjangkau Rp3.499.000, pasti ketemu dengan target pasarnya. Saya tidak ragu merekomendasikan sebagai smartphone Lebaran, tetapi jangan tanya lebih bagus mana antara OPPO A74 dan A74 5G, karena keduanya punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Perlu dicatat, demi menjaga keseimbangan, OPPO melakukan sejumlah penyesuaian agar tidak mengganggu yang lain. Sebab pada rentang harga Rp3 jutaan, apa yang ditawarkan OPPO A74 sebetulnya sangat menarik. Namun bila Anda mencari smartphone kelas menengah yang kuat secara keseluruhan, maka jawabannya tetap Reno5.

Sparks

  • Layar AMOLED FHD+
  • Fitur in-display fingerprint 3.0
  • Kamera utama 48MP
  • Bertenaga chipset Snapdragon 662
  • Baterai 5.000 mAh dengan 33W Flash Charge

Slacks

  • Refresh rate layar masih 60Hz
  • Konfigurasi kamera lemah, fitur kamera minim

[Review] Huawei Band 6: Smartband Rasa Smartwatch, Layar Lebar dan Fitur Lengkap

Selama ini, desain sebuah smartband tidak luput dari bentuknya yang mungil dan minimalis. Sayangnya, desain tersebut akan membuat layar yang terpasang memiliki dimensi yang kecil sehingga akan menyulitkan beberapa orang untuk melihat. Beda halnya dengan solusi yang ditawarkan oleh Huawei pada smartband terbarunya yang diberi nama Huawei Band 6.

Huawei Band 6 menawarkan perangkat gelang pintar yang utamanya digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan dengan layar yang lebih lebar. Hal tersebut membuatnya terlihat seperti sebuah smartwatch. Tidak hanya itu saja, Huawei juga melengkapi smartband mereka dengan fitur yang lebih lengkap serta animasi serta widget yang tidak berbeda dengan sebuah smartwatch.

Smartband Huawei Band 6 memiliki spesifikasi sebagai berikut ini

Layar AMOLED 1.47 inci 194 x 368 touch
Baterai Tahan hingga 14 hari, Li-Poly
Konektivitas Bluetooth 5.0 BLE
Dimensi 43×25.4×11.45mm
Bobot 29 gram, 18 gram tanpa strap
Sensor Accelerometer, heart rate, SpO2, Gyroscope
OS LiteOS
Sertifikasi 5 ATM
Bahan strap Karet silikon

Sayang memang, Huawei tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai prosesor yang digunakan, kapasitas RAM dan penyimpanan internal, dan bahkan kapasitas baterai yang ditanamkan. Akan tetapi yang pasti, perangkat ini menggunakan prosesor satu inti saja. Tebakan saya, Huawei menggunakan prosesor ARM Cortex M4 atau M7 pada smartband yang satu ini.

Charger

Perangkat ini datang dengan sebuah charger yang desainnya khusus hanya untuk Huawei Band 6 saja. Sama seperti kebanyakan smartwatch, Huawei Band 6 juga menggunakan sistem magnet untuk menempelkan konektor pengisian baterai. Padahal biasanya sebuah smartband sangat jarang ditemukan dengan desain pengisian baterai seperti ini.

Desain

Jika desain smartband lain memiliki dimensi yang kecil, beda dengan apa yang digunakan pada Huawei Band 6. Huawei Band 6 tampil seperti sebuah smartwatch yang memiliki dimensi mungil. Apalagi, saat ini model kotak pada sebuah smartwatch sedang naik daun. Bahan dari perangkatnya sendiri terbuat dari plastik polikarbonat dan strap-nya terbuat dari bahan karet.

Layar dari Huawei Band 6 menggunakan tipe AMOLED atau Active Matrix Organic Light Emitting Diode. Dimensi dari layar tersebut adalah 1,47 inci dengan resolusi 192 × 368 piksel. Walaupun terbuat dari plastik, layarnya sendiri cukup tahan terhadap benturan-benturan ringan. Namun, hindarkan layar tersebut dari debu dan pasir karena pasti akan membuatnya tergores dan sebisa mungkin gunakan lapisan anti gores.

Layar AMOLED yang digunakan memiliki fungsi sentuh, sehingga pengguna bisa menekan atau menggeser untuk memilih dan berpindah menu. Selain itu, pada bagian kanannya terdapat sebuah tombol yang memiliki multifungsi. Saat perangkat mati, tombol ini berguna untuk menyalakan dan mematikan perangkat. Saat perangkat sedang menyala, tombol ini berfungsi sebagai tombol pembuka app drawer dan home.

Jika Anda bosan, perangkat ini ternyata juga bisa diganti strap-nya. Sampai sekarang, sudah banyak yang menjual strap pada ecommerce yang ada di Indonesia. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal mencongkel bagian ujung strap yang tersambung dengan band-nya. Setelah itu, geser strap tersebut ke atas dengan pelan dan akan segera terlepas.

Di bagian bawah dari perangkat ini juga terdapat beberapa sensor. Hal tersebut seperti sensor pendeteksi detak jantung serta kadar oksigen dalam darah. Selain itu, terdapat dua konektor untuk mengisi ulang baterainya. Huawei Band 6 juga memiliki sensor akselerometer dan juga gyroscope.

Perangkat ini dapat dihubungkan ke smartphone dengan menggunakan aplikasi Huawei Health. Aplikasi ini akan melakukan sinkronisasi data yang ada pada smartband sehingga pengguna dapat melihat data-datanya dengan nyaman. Aplikasi ini juga menyediakan update firmware, berbagai macam koleksi watch face, serta setting lainnya.

Pengalaman Menggunakan

Gelang pintar ( atau jam tangan pintar? ) ini datang saat pandemi COVID-19 datang. Oleh karena itu, saya tidak bisa menggunakannya setiap hari untuk berolah raga. Jika ada waktu untuk berbelanja atau pergi ke sebuah tempat, saya pun menggunakan perangkat ini walaupun tidak ekstrim.

Saya menggunakan smartband yang satu ini dalam waktu sekitar tiga mingguan. Tentunya saat perangkat ini datang ke rumah saya, saat itu juga perangkat ini diisi ulang baterainya sampai penuh. Charger-nya sendiri memiliki model magnet, sehingga pengguna tidak akan kebalik saat menghubungkannya. Karena kabelnya cukup pendek, saya sangat menyarankan agar pengguna untuk menyimpannya dengan benar agar tidak hilang.

Seperti biasa, saya langsung menghubungkan perangkat ini ke aplikasi Huawei Health. Yang cukup aneh adalah aplikasi ini harus di-download dari Huawei App Gallery atau toko aplikasi lain selain Google Play. Setelah melakukan pemasangan aplikasi, barulah Huawei Health bisa mendeteksi Huawei Band 6. Bahkan aplikasi ini langsung melakukan update firmware sebanyak dua kali.

Seperti halnya sebuah jam tangan pintar, Huawei Band 6 memiliki fitur-fitur seperti pemantauan detak jantung, pemantauan tidur, SpO2, pernapasan, notifikasi, cuaca, jam, alarm, senter, dan kontrol musik. Fitur-fitur yang sudah umum ditemukan pada hampir setiap jam tangan pintar yang sudah beredar di pasaran. Semua itu juga disajikan dengan animasi yang sama dengan yang ada pada smartwatch.

Jika Anda pengguna sebuah smartband, tentu saja watch face yang ada cukup membosankan karena terlihat sangat kecil. Oleh karena dimensi layar dari Huawei Band 6 yang cukup besar, tentu saja membuat watch face-nya bisa terlihat dengan jelas. Untuk menambah watch face, aplikasi Huawei Health bisa digunakan untuk melakukan download dan langsung memasangkannya pada Band 6. Beberapa watch face bahkan bisa diubah warnanya pada saat kita menyentuh layarnya.

Huawei Band 6 juga mampu memberikan informasi notifikasi yang datang dari aplikasi tukar pesan seperti Whatsapp dan Telegram. Semua pesan bisa langsung dilihat jika kita menggeser layarnya ke atas. Sayangnya, ada bug di mana satu pesan Whatsapp bisa ditampilkan dua kali pada layar Huawei Band 6. Bahkan kadang pesan tersebut telat masuk dari smartphone ke smartband.

Lalu bagaimana dengan notifikasi panggilan suara dan video dari Whatsapp dan Telegram? Sama seperti sebuah smartwatch dari Huawei, semua notifikasi tersebut akan muncul di layar gelang pintar ini hanya pada saat smartband-nya terpasang di tangan. Hal ini tentu membuat baterai yang ada pada smartband tersebut akan menjadi lebih irit. Dan pengguna tidak akan melewatkan satu pun panggilan baik dari seluler mau pun dari aplikasi pihak ketiga.

Smartband ini ternyata mendukung banyak mode olah raga. Dan tidak tanggung-tanggung, Huawei Band 6 bisa mendukung hingga 96 mode olah raga sekaligus. Hal yang sama juga ditemukan pada perangkat smartwatch dari Huawei sendiri. Jadi dengan menggunakan gelang pintar ini, hampir semua olah raga yang kita lakukan sudah bisa terdeteksi dengan baik.

Terakhir yang ingin saya ceritakan adalah pemakaian baterainya. Selama tiga minggu, pemakaian saya memang cukup minimal, seperti hanya bepergian hari sabtu dan minggu saja. Hasilnya sampai hari terakhir artikel ini terbit, baterainya masih tersisa sekitar 35%. Cukup panjang, bukan?

Verdict

Huawei yang memiliki strategi 1+8+N sepertinya sedang gencar memasarkan bagian “8”-nya. Hal tersebut berarti mereka sedang gencar mendorong pasar AIoT. Salah satunya dengan perangkat-perangkat smartband seperti Huawei Band 6 yang memiliki bentuk seperti sebuah smartwatch.

Kinerja dari gelang pintar yang satu ini memang cukup baik untuk digunakan sehari-hari. Saya tidak merasakan adanya lag saat menggunakannya serta bernavigasi pada menu yang ada. Semua fungsi yang ada bisa diakses dan dijalankan tanpa adanya masalah. Hanya saja, saya sering mendapatkan dua notifikasi yang sama pada perangkat ini.

Harga yang ditawarkan oleh Huawei juga termasuk terjangkau untuk ukuran sebuah smartband dan smartwatch. Dengan Rp. 699.000 perangkat ini sudah bisa dimiliki. Pengguna bisa mendapatkan semua fungsi-fungsi canggih seperti perekaman olah raga, detak jantung, serta pengukuran SpO2 seperti sebuah smartwatch biasa.

Sparks

  • Antarmuka yang responsif
  • Gelang pintar dengan layar yang lebar
  • Fitur yang cukup lengkap, seperti SpO2, detak jantung, dll
  • Daya tahan baterai yang cukup baik
  • Ringan saat digunakan
  • 5 ATM

Slacks

  • Masih terdapat bug, seperti notifikasi ganda pada sebuah pesan teks
  • Layar mudah tergores saat terbentur
  • Tanpa GPS

 

[Review] Redmi Note 10: Harga Terjangkau dengan Spesifikasi Lengkap dan Snapdragon 678

Xiaomi kembali meluncurkan smartphone generasi terbaru dari kelas Redmi Note-nya. Kelas ini sendiri merupakan seri mainstream yang dimiliki oleh Xiaomi. Smartphone yang dimaksud adalah Xiaomi Redmi Note 10. Perangkat ini sendiri digadang sebagai “Jawaranya AMOLED”, di mana menggunakan layar dengan rasio kontras 4,5 juta berbanding 1 tersebut.

Saat datang ke meja pengujian DailySocial, saya langsung mencari spesifikasi apa saja yang digunakan. Hal pertama yang pasti adalah Xiaomi Redmi Note 10 merupakan perangkat pertama yang ada di Indonesia yang menggunakan SoC Snapdragon 678, yang merupakan versi dengan clock CPU lebih tinggi dari Snapdragon 675. Clock GPU yang digunakan, walau sama-sama Adreno 612, juga cukup berbeda antara keduanya. Hal ini membuat Snapdragon 678 memiliki kinerja yang sedikit lebih tinggi.

Xiaomi juga telah menggunakan penyimpanan internal dengan teknologi UFS 2.2. Hal yang memang masih jarang ditemukan pada rentang harganya karena kebanyakan masih menggunakan eMMC. Selain itu, perangkat ini juga menggunakan charger dengan daya 33 watt yang tentunya akan mengisi baterai yang ada dengan cepat.

Spesifikasi lengkap dari Xiaomi Redmi Note 10 yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Redmi Note 10
SoC Snapdragon 678
CPU 2×2.2 GHz Kryo 460 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 460 Silver
GPU Adreno 612 – 800 MHz
RAM 4 GB LPDDR4x
Internal 64 GB UFS 2.2
Layar 6,43 inci Super AMOLED 2400 x 1080
Dimensi 160.46 x 74.5 x 8.29 mm
Bobot 178.8 gram
Baterai 5000 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 13 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12

Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Oleh karena ini merupakan chipset baru, semua aplikasi pendeteksi akan mengenali SoC-nya sebagai Snapdragon 675. Namun jika diperhatikan, clock CPU memang berbeda dengan Snapdragon 675. Pada cluster kinerja, clock-nya berbeda 200 MHz.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya

Desain

Xiaomi memang dikenal dengan desain bagian belakangnya yang cukup berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut pula yang terdapat pada Xiaomi Redmi Note 10, di mana desain bagian kameranya berbeda dengan perangkat lainnya. Logo Redmi juga didesain lebih kecil, tidak seperti yang terdapat pada Redmi 9T. Warna yang saya dapatkan bernama Pebble White.

Layar Xiaomi Redmi Note 10 memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,43 inci ini. Dengan klaim gelar Jawaranya AMOLED, smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 3. Xiaomi mengklaim bahwa layarnya memiliki rasio kontras 4.500.000:1 dan mendukung DCI-P3. Layarnya juga sudah mendapatkan tambahan lapisan anti gores langsung dari pabriknya.

Desain penempatan kamera pada Xiaomi Redmi Note 10 juga dibuat dengan cukup unik dan berbeda dari lainnya. Ada empat buah kamera pada bagian belakangnya dengan sebuah flash yang didesain pada sebuah kotak dengan dua warna yang berbeda. Kamera dengan resolusi 48 MP sendiri berada pada bagian atas. Sedangkan kamera ultrawide dan depth ditempatkan pada bagian tengah serta makro berada sendirian dibawahnya.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, port audio 3,5mm, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (tiga slot) terletak pada bagian kirinya.

Smartphone ini saya dapatkan dengan menggunakan MIUI dengan versi 12.0.5. Sistem operasinya sendiri masih menggunakan Android 11. Saya sangat menyarankan Anda yang membeli perangkat ini untuk langsung melakukan upgrade firmware. Hal tersebut dikarenakan firmware bawaannya yang terasa sangat lag saat melakukan loading aplikasi dan bernavigasi.

Jaringan

Xiaomi Redmi Note 10 menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas mainstreamSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X12 yang sudah masuk dalam Catergory 12. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 2 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hinggai 600 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Tentunya, kanal jaringan ini sudah mendukung semua yang digunakan oleh operator seluler di Indonesia. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel.

Kamera: Sepertinya 48 Megapiksel sudah menjadi standar

Xiaomi kembali menghadirkan sebuah smartphone pada harga dua jutaan yang memiliki kamera dengan resolusi 48 MP. Kali ini, Xiaomi menggunakan sensor buatan Sony dengan IM 582 yang memiliki teknologi quad bayer. Teknologi ini sendiri akan menggabungkan 4 pixel sekaligus dan menghasilkan gambar dengan resolusi 12 MP. 48 MP tentu saja hanya digunakan pada saat kondisi cahayanya sangat baik.

Pada saat kondisi cahayanya cukup, hasil kameranya memang terlihat cukup baik. Dynamic range pada kamera ini juga cukup lumayan bagus. Tingkat noise juga terjaga dengan baik. Sayangnya saat kondisi cahayanya kurang terang, gambar yang dihasilkan memang kurang bisa diandalkan, bahkan saat menggunakan night mode sekalipun.

Untuk kamera ultrawide, gambarnya memang tidak sebaik kamera utamanya. Walaupun begitu, kamera ini masih bisa digunakan untuk berfoto bersama keluarga, seperti pada momen lebaran.

 

Kamera selfie pada smartphone ini juga bisa menghasilkan gambar yang lumayan. Walaupun begitu, gambarnya masih menghasilkan noise yang cukup terlihat pada bagian yang gelap. Tingkat ketajamannya juga cukup baik walaupun detail yang ada tidak semua tertangkap dengan jelas.

Kamera makro yang ada hanya memiliki resolusi 2 MP saja. Seperti kebanyakan smartphone yang ada di pasaran, hasilnya sedikit kurang memuaskan.  Walaupun begitu, hasilnya masih bisa digunakan untuk beberapa kebutuhan pengambilan gambar yang mungkin bisa mengembangkan kreativitas para penggunanya.

Pengujian

Xiaomi Redmi Note 10 menggunakan chipset baru yang sebenarnya hanya ditingkatkan saja clock-nya. Snapdragon 678 memang perdana digunakan pada smartphone yang satu ini. Namun, terdapat kesamaan antara Snapdragon 678 dan Snapdragon 675 yang sudah digunakan oleh beberapa vendor dari sekitar dua tahun yang lalu.

Keduanya sama-sama menggunakan prosesor Kryo 460 Gold pada cluster performa yang merupakan Cortex A76 yang di-tweak. SD 678 memiliki clock 2,2 GHz dan SD 675 ada pada 2 GHz. Pada bagian cluster hemat daya, 6 inti prosesor Kryo 460 Silver yang merupakan turunan dari Cortex A55 memiliki clock 1,8 GHz pada SD 678 dan 1,7 pada SD 675. Perbedaan clock yang cukup kecil ini mungkin tidak akan terasa oleh mereka yang sudah menggunakan SD 675, namun akan menjadi sebuah lompatan kinerja yang cukup tinggi jika sebelumnya menggunakan Snapdragon seri 400.

Menguji untuk bermain

Sepertinya setiap smartphone saat ini pasti akan digunakan untuk bermain. Apalagi, saat ini hampir semua game dapat diperoleh dengan gratis melalui Google Play. Hal ini tentu saja tidak luput bagi para pengguna Xiaomi Redmi Note 10.

Dalam menguji perangkat ini untuk bermain, saya menggunakan dua buah game yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Kedua game tersebut adalah Genshin Impact dan PUBG Mobile. Oleh karena beratnya grafis dari kedua game ini untuk dijalankan oleh Snapdragon 678, saya menggunakan setting paling rendah dengan frame rate yang paling tinggi yang bisa disajikan oleh game tersebut.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari kedua game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Saat pertama kali dijalankan, PUBG akan memilih resolusi HD pada frame rate High. Hasilnya, rata-rata frame rate yang didapatkan adalah 30 fps dan berjalan secara konstan. Hasilnya berbeda saat bermain Genshin Impact yang saya atur pada setting lowest dengan 60 fps. Sayangnya, smartphone ini hanya mampu berjalan pada frame rate yang cukup rendah, yaitu rata-rata hanya 23 fps saja.

Dengan frame rate tersebut, saya cukup terganggu saat bermain. Saya harus mengulang beberapa kali tugas-tugas yang diberikan pada game tersebut. Apalagi, saat menggunakan mode terbang pada game tersebut, saya kesulitan untuk mengendalikannya. Semoga saja hal ini dibenahi oleh Xiaomi, mengingat game ini sangat digemari oleh konsumen di Indonesia.

Untuk bekerja

Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome merupakan ‘makanan’ saya sehari-hari dalam menggunakan sebuah smartphone. Dan aplikasi-aplikasi ini pun menjadi sebuah benchmark untuk sebuah perangkat baru. Hasilnya, saya bisa menggunakan aplikasi-aplikasi yang saya butuhkan tersebut dengan cukup lancar.

Kondisi WFH tentu saja membuat keuntungan tersendiri dalam menguji sebuah smartphone. Hal tersebut dikarenakan perangkat ini menjadi sebuah alat bantu untuk mengerjakan tugas sekolah anak yang membutuhkan perekaman dan editing video. Hasilnya, perangkat ini memang tidak terlalu kencang dalam melakukan editing ringan, namun masih bisa diandalkan.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan chipset Snapdragon 675. Saya juga mengambil data dari perangkat Redmi 9 yang menggunakan Helio G80 serta Poco X3 NFC yang memakai SD 732G. Hal ini tentu saja untuk membandingkan seberapa kencang chipset terbaru dari Snapdragon yang digunakan pada Xiaomi Redmi Note 10.

Pada pengujian kali ini, saya tidak memasukkan Antutu 9. Hal tersebut dikarenakan sampai versi terbaru di akhir bulan April 2021, yaitu versi 9.0.5B tidak dapat jalan dengan baik pada Redmi Note 10. Program benchmark tersebut akan terus men-download versi lite dari Antutu 3D. Jadi, hasilnya tentu tidak valid.

Dapat dilihat bahwa Snapdragon 678 memang sedikit mengungguli Snapdragon 675. Hanya saja, rentang kinerja tersebut tidak akan terlalu terasa saat digunakan. Kinerjanya memang terpaut jauh jika dibandingkan dengan Snapdragon 732G yang memang memiliki spesifikasi yang cukup jauh lebih tinggi.

Uji baterai 5000 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan Redmi Note 10 yang memiliki kapasitas sebesar 5000 mAh. Perangkat ini sendiri sudah menggunakan layar FHD+ yang sedikit lebih boros dibandingkan dengan layar HD+ yang biasa digunakan pada smartphone di kelas entry level.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Redmi Note 10 bisa bertahan hingga 18 jam 19 menit. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.  Pengisian baterainya sendiri akan memakan waktu kurang lebih 75 menit dari benar-benar habis hingga penuh.

Verdict

Sebuah perangkat pada rentang harga dua jutaan memang sepertinya memiliki spesifikasi yang tidak terlalu tinggi. Setidaknya hal tersebut bertahan sampai Xiaomi mengeluarkan perangkat barunya yang menggunakan peripheral kelas atas. Pada Redmi Note 10, Xiaomi ingin membuktikan bahwa perangkat terjangkau tidak harus memiliki spesifikasi yang rendah.

Kinerja yang ditawarkan oleh Xiaomi Redmi Note 10 memang cukup baik pada rentang harganya. Snapdragon 678 memang terasa membuat perangkat ini menjadi responsif, baik saat bekerja maupun menjalankan aplikasi hiburan dan game ringan. Baterai besarnya mampu membuat perangkat ini memiliki daya tahan lebih dari satu hari.

Dengan menggunakan resolusi 48 MP buatan Sony, kamera pada perangkat ini memiliki teknologi yang bisa mengambil gambar dengan cukup baik. Namun, hal tersebut tentunya berlaku saat kondisi cahayanya sedang bagus. Hasilnya masih bisa diandalkan untuk mengambil momen apa pun.

Xiaomi menjual Redmi Note 10 pada harga Rp. 2.499.000 dan hanya tersedia dalam satu varian saja, yaitu 4/64 GB. Dengan spesifikasi yang didapatkan dan harga yang dipatok, memang terlihat cukup terjangkau dan bahkan bisa dibilang murah. Akan tetapi, saya merasa bahwa Xiaomi seharusnya masih bisa melakukan tweaking yang lebih baik lagi agar perangkat ini lebih optimal.

Sparks

  • Menggunakan layar Super AMOLED pada harga dua jutaan
  • Daya tahan baterai yang panjang serta pengisian yang cepat
  • Kinerja cukup baik
  • Hasil kamera di siang hari cukup bagus
  • Speaker Stereo
  • Sertifikasi IP53

Slacks

  • Hasil kamera pada kondisi rendah cahaya tidak bagus
  • Kesulitan menjalankan game berat
  • Tanpa NFC

 

[Review] Huawei Freebuds 4i: TWS 10 Jam dengan ANC dan Latensi Rendah

Seperti yang sudah diketahui, Huawei sudah lama mencanangkan strategi produk AIoT mereka yang dikenal dengan 1+8+N. Untuk saat ini, Huawei Indonesia sepertinya sedang menggalakkan strategi “8” mereka. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya sebuah produk audio dari mereka yang tidak menggunakan kabel. Produk tersebut berupa True Wireless Stereo yang dinamakan Huawei FreeBuds 4i.

Sebuah Huawei Freebuds 4i pun sudah datang ke meja pengujian tim Dailysocial. Perangkat yang datang kebetulan memiliki warna yang saya sukai, yaitu merah tua. Satu hal yang saya cukup terkesan pada perangkat ini adalah kemampuannya untuk mendengarkan musik selama 10 jam! Hal ini tentunya bisa membuat kita untuk mendengarkan musik seharian tanpa khawatir habis baterainya.

Huawei Freebuds 4i sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut

Bobot 5,5 gram per earbuds, 36,5gram case
Versi Bluetooth 5.2
Ukuran Driver ⌀10 mm dynamic
Dimensi 37.5 x 21 x 23.9 mm (earbud), ⌀61.8 x 48 x 27.5 mm (case)
Kapasitas Baterai 55 mAh (per earbud), 215 mah (case)

Jika diperhatikan, baterai yang ada pada case-nya terlihat cukup kecil jika dibandingkan dengan produk sekelas. Driver yang digunakan juga lebih kecil dari Freebuds 3. Namun, model dengan eartips seperti ini memiliki desain isolasi tersendiri sehingga 10 mm akan terdengar lebih kencang.

Unboxing

Seperti inilah ini dari paket penjualan Huawei Freebuds 4i

Desain

Desain True Wireless Audio mengindikasikan bahwa earphone ini tidak memiliki kabel apa pun untuk terkoneksi satu dengan lainnya dan ke perangkat musik, seperti smartphone atau PC. TWS ini juga menggunakan desain tangkai yang sudah banyak digunakan pada beberapa produk audio. Dengan menggunakan eartip, Huawei Freebuds 4i menggunakan model in-ear dan bukan open-ear. 

Huawei Freebuds 4i menggunakan bahan dengan jenis plastik polikarbonat. Build-nya sendiri terasa cukup kokoh saat digenggam sehingga tidak perlu khawatir rusak saat terjatuh dari telinga. Beberapa model TWS malah memiliki build yang ringkih dan terdengar kosong saat diketuk. Namun tidak untuk Huawei Freebuds 4i ini.

Dengan menggunakan eartips, tentu saja membuat semua suara yang keluar dari driver-nya akan masuk seluruhnya ke telinga karena bersifat in-ear. True Wireless Earbuds yang satu ini memiliki driver dengan dimensi 10 mm yang besar untuk sebuah model in-ear. Namun hati-hati, karena volumenya akan cukup besar saat sebuah musik dimainkan.

Pada kedua earbuds juga terdapat sensor sentuh di bagian luarnya. Sensor sentuh ini berfungsi untuk mengendalikan musik yang sedang terpasang mau pun menerima atau menolak telepon. Selain itu, pada kedua batangnya juga terdapat microphone yang juga memiliki fungsi call noise cancelling. Dan pada bagian bawah dari TWS ini terdapat konektor untuk mengisi ulang baterai dari case-nya.

Baterai yang terdapat pada setiap earbuds memang cukup besar, yaitu 55 mAh. Namun, charging sase-nya membawa baterai yang tidak terlalu besar, hanya 215 mAh yang hanya bertahan untuk dua sampai tiga kali isi ulang. Untuk mengisi baterainya, Huawei Freebuds 4i memiliki port USB-C pada bagian bawahnya. Pada sisi depannya hanya ditemukan sebuah LED sebagai indikator saat melakukan pengisian baterai dan terdapat tombol pairing pada sisi kanannya.

TWS ini dapat diatur penggunaannya dengan memakai aplikasi buatan Huawei. Aplikasi yang dinamakan Huawei AI Life ini bisa mengetahui isi baterai dari setiap earbuds dan juga charging case-nya. Saya juga bisa menyalakan noise cancelling-nya serta mode awareness pada aplikasi ini. Dan tentunya TWS ini juga bisa di-upgrade firmware-nya langsung dari AI Life.

Pengalaman Menggunakannya

Terus terang, saya sangat menyukai model desain tangkai yang menggunakan eartips seperti pada Huawei Freebuds 4i. Hal tersebut akan membuat kedua earbuds akan menempel di kuping dan tidak tergeser sehingga suaranya tidak keluar. Tentunya hal tersebut harus disesuaikan lagi dengan besarnya eartips dan lubang telinga.

Saat pertama ingin menguji Huawei Freebuds 4i, tentu saja saya harus melakukan pairing dengan smartphone. Selain itu, saya harus terlebih dulu memasang aplikasi pendampingnya, yaitu Huawei AI Life. Sayangnya, aplikasi yang paling baru harus di-download dari Huawei App Gallery atau dari website HiCloud. Versi yang ada pada Google Play ternyata tidak ter-update.

Setelah melakukan update pada Huawei AI Life, waktunya melakukan pairing dengan aplikasi tersebut. Setelah tersambung, Huawei AI Life langsung menawarkan update firmware terbaru. Bagi saya, update firmware sangat penting mengingat semua fitur mampu ditingkatkan serta menghilangkan banyak bug yang mungkin ditemukan.

Huawei Freebuds 4i mendukung mode AAC dan SBC. Penggunaan AAC pun membuat perangkat ini memiliki suara yang lebih baik. Sayang memang, perangkat ini tidak mendukung codec yang lebih tinggi seperti LDAC.

Perangkat ini memiliki fitur noise cancelling serta awarenessNoise cancelling saat diaktifkan mampu meredam sebagian besar suara yang datang dari luar. Mode awareness akan membuat seluruh suara yang ada dari luar telinga terdengar, walaupun suaranya cukup kecil. Keduanya membutuhkan microphone untuk aktif, sehingga akan mempercepat pemakaian baterainya.

Untuk pengujian kali ini, saya menggunakan beberapa file Ogg Vorbis dengan bitrate 320 Kbps. Selain itu, beberapa file FLAC juga ikut saya gunakan supaya detail lagu bisa terdengar.

Pada beberapa musik rock tahun 90-an, saya mendengar bahwa suara bass dari Huawei Freebuds 4i terdengar cukup lembut jika dibandingkan dengan Freebuds 3 yang pernah saya review. Kanal mid dan high-nya memang terdengar dengan cukup detail. Bagi Anda yang suka mendengarkan musik pop, Huawei Freebuds 4i cocok untuk digunakan.

Selanjutnya saya mencoba menggunakannya untuk bermain game. Huawei Freebuds  4i sudah mendukung latensi yang lebih rendah yang sayangnya tidak diketahui informasinya. Hal ini membuat suara dan game yang sedang berjalan terdengar sinkron. Saya menggunakan game Valorant, PUBG M, Genshin Impact,  dan CoDM, dan suara yang terdengar memang tidak terdengar lag.

Huawei Freebuds tentunya juga saya uji dengan melakukan panggilan melalui telepon dan Whatsapp serta Telegram Call. Kedua pengujian menghasilkan suara yang tergolong cukup baik. Namun, call noise cancelling-nya tidak menghilangkan suara background secara keseluruhan.

Dalam sekali pengisian baterai, saya dapat menggunakan TWS ini dari jam 9 pagi hingga jam 6 sore dan TWS ini belum menampakkan tanda-tanda kehabisan baterai. Namun, baterainya hanya bertahan sekitar 4 jam saja saat ANC atau awareness diaktifkan. Pengisian baterai membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk penuh.

Verdict

Huawei sepertinya tidak akan berhenti untuk memenuhi pasar audio dengan perangkat buatan mereka. Dengan strategi 1+8+N yang mereka miliki, Huawei ternyata terus bersinar di pasar AIoT. Salah satunya dengan memperkenalkan Huawei Freebuds 4i yang memiliki fitur yang lengkap untuk sebuah perangkat audio.

Suara yang dihasilkan oleh TWS ini memang cukup baik. Hanya saja, bass yang dikeluarkan tidak terlalu “nendang”. Namun, suara pada mid dan high dapat terdengar dengan jelas dan tidak menusuk telinga. Hal tersebut bisa didengarkan secara terus menerus hingga 10 jam tanpa berhenti.

Huawei Freebuds 4i juga cocok digunakan saat bermain game. Latensi yang dimiliki cukup rendah sehingga membuat suara dari game tidak tertinggal. Suaranya yang jernih juga mampu membuat pengguna aware terhadap langkah musuh saat bermain game FPS.

Huawei Freebuds dijual dengan harga Rp. 1.199.000. Harga tersebut memang tidak bisa dibilang rendah. Akan tetapi dengan daya tahan baterai yang sangat panjang serta fitur-fitur yang dimiliki, TWS yang satu ini memang tidak terlihat memiliki harga yang mahal.

Sparks

  • Kinerja active noise cancelling yang baik
  • Kualitas suara yang bagus
  • Daya tahan baterai yang lama hingga 10 jam
  • Latensi yang kecil sehingga cocok untuk bermain game
  • Fungsi dasar yang cukup lengkap pada Huawei AI Life

Slacks

  • Suara bass kurang “nendang”
  • Kapasitas baterai case kurang besar
  • Aplikasi AI Life tidak updated pada Google Play

 

[Review] OPPO A54, Desain Top & Bodi Bersertifikasi IPX4

Lebaran hampir tiba, ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggu bagi umat muslim sebagai hari kemenangan untuk kembali fitrah dan terhubung kembali. Tentunya nanti harus mengikuti protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru.

Momen Hari Raya juga merupakan waktu yang tepat untuk mengganti smartphone baru, upgrade perangkat lama atau hadiah untuk orang tersayang. Di tangan saya ada OPPO A54 yang bisa menjadi salah satu rekomendasi smartphone lebaran kali ini pada rentang harga dua jutaan.

OPPO bilang, perangkat ini hadir sebagai perwujudan wajah baru lini seri A di tahun 2021 dengan layar berlubang alias punch hole dan bodinya bersertifikasi IPX4. Langsung saja, berikut review OPPO A54 selengkapnya.

Desain

Review-OPPO-A54-2
Desain OPPO A54 | Foto oleh Lukman Azis / DailySocial

Sebagai bagian keluarga seri A, OPPO A54 yang dibanderol Rp2.699.000 ini masuk dalam kategori smartphone kelas entry-level. Desain yang stylish dengan elemen modern dan warna kece menjadi daya tarik utamanya.

OPPO menyiapkan A54 dalam dua pilihan warna, Starry Blue yang tampil mencolok dan Crystal Black yang tampak kalem. Saya kebagian warna biru, bagian punggungnya punya sentuhan akhir glossy dan mengeluarkan efek pantulan warna pelangi yang cukup menyita perhatian mata.

Penampang glossy ini membuat OPPO A54 sedikit licin terutama saat digenggam dalam kondisi tangan berkeringat dan juga mudah sekali mengumpulkan bekas sidik jari. Namun OPPO sudah memberikan solusi dengan menyertakan aksesori case transparan, untuk perlindungan ekstra sekaligus tetap menampilkan keindahannya.

Review-OPPO-A54-3
Desain OPPO A54 | Foto oleh Lukman Azis / DailySocial

Tak hanya memperhatikan sisi estetika, bodi perangkat ini rupanya mengantongi sertifikasi IPX4 yang memberikan ketahanan terhadap percikan air yang cukup untuk penggunaan sehari-hari. Dimensinya yang ramping 8.4×75.7×163.6 mm dan bobot 192 gram, membuatnya mudah ditangani walau hanya satu tangan.

Bodi OPPO A54 juga dilengkapi dengan lima lapisan perlindungan dan lulus menjalani enam tes utama termasuk uji jatuh, ketahanan terhadap air, radiasi, iklim, slight drop test, dan kekuatan sinyal. Menurut OPPO, A54 melewati 50+ kontrol proses produksi, 130+ uji keandalan, dan 320+ uji eksperimental.

Pada bagian punggung terdapat tiga unit kamera beserta flash dan ditempatkan dalam sebuah bingkai persegi pada sudut kiri atas. Dengan sentuhan kecil pada bagian yang menjadi pemisah antara kamera dan flash sesuai warna yang dipilih.

Lebih detail, OPPO A54 memiliki rangka tengah setebal 0,2mm dan berpadu dengan bingkai alumunium sehingga memberikan kesan solid. Bingkainya dibuat menggunakan teknologi electroplating dengan tiga lapisan penyemprotan untuk menghasilkan gradasi warna yang halus.

Untuk tombol-tombol pada sekililing bodinya, di sebelah kanan terdapat tombol power dan terintegrasi dengan sensor sidik jari yang dapat melakukan tugasnya dengan cepat. Tombol power dan SIM tray dengan tiga slot berada di sisi seberangnya, sisanya berada di bawah meliputi jack audio 3,5mm, mikrofon, port USB Type-C, dan speaker.

Beralih ke depan, terbentang lebar layar IPS berukuran 6,51 inci, dengan resolusi HD+ (720×1600 piksel) dalam rasio 20:9 dan screen-to-body ratio di angka 89,2%. Berbeda dengan smartphone seri A lain, sebut saja OPPO A15s yang masih pakai notch bergaya waterdrop, OPPO A54 sudah mengadopsi desain bulatan kecil alias punch hole untuk kamera depan 16MP f/2.0 di pojok kiri bagian atas.

Review-OPPO-A54-8
Layar OPPO A54 | Foto oleh Lukman Azis / DailySocial

Meski layarnya hanya disokong resolusi HD+ dengan kerapatan 269 ppi, kualitasnya termasuk mencukupi untuk menangani aktivitas ber-smartphone harian. Dari segi kenyamanan, layar OPPO A54 sudah dilengkapi fitur Eye Comfort yang sebelumnya diperkenalkan pada Reno5 F untuk mengurangi cahaya biru agar mata tidak mudah lelah.

Selain itu, teknologi Smart Sunlight Screen, Moonlight Scree, dan AI Smart Backlight juga tertanam pada layar OPPO A54. Sunlight Screen memberikan visibilitas lebih baik pada kondisi di bawah sinar matahari terik. Kecerahan layar akan meningkat 14,5% secara otomatis atau setara dengan 550 nit, untuk kelas entry-level ini termasuk fitur mewah.

Pada kondisi cahaya rendah atau malam hari, berkat Moonlight Screen pengguna dapat mengurangi tingkat kecerahan layar hingga 2 nit. Sedangkan, AI Smart Backlight dapat mempelajari kebiasaan penggunanya.

Kamera

Review-OPPO-A54-9
Kamera OPPO A54 | Foto oleh Lukman Azis / DailySocial

OPPO A54 dipersenjatai triple camera yang terdiri dari kamera utama 13MP f/2.2, sayang belum menyentuh angka 48MP. Dua kamera yang menemani juga masing-masing sebatas 2MP f/2.4, untuk macro dan depth sensor.

Proses pengambilan gambarnya didukung fitur berbasis AI, tetapi jangan berharap kebagian fitur baru seperti pada Reno5 series. OPPO A54 masih mengandalkan AI Scene Recognition untuk pengenalan otomatis hingga 23 scene berbeda.

Review-OPPO-A54-16

Ada sederet fitur lama juga seperti Dazzle Color yang ketika diaktifkan dapat meningkatkan saturasi dan kecerahan foto. Lalu, Ultra Night Mode untuk fotografi malam, panorama dengan sudut 180 derajat, dan AI Beautification 2.0 yang dapat diakses melalui kamera depan maupun belakang.

Untuk mengabadikan momen kegiatan sehari-hari dan keperluan media sosial, kamera utama OPPO A54 cukup saja hasilnya. Juga ada fitur zoom sebanyak 2x yang hasilnya masih dapat diterima dan 5x tetapi pecah. Mode lain yang teredia meliputi portrait, pano, macro, sticker, slo-mo, time-lapse, dan expert. Perekam videonya mendukung sampai resolusi 1080p pada 30fps.

Performa

Review-OPPO-A54-10
About phone OPPO A54 | Foto oleh Lukman Azis / DailySocial

Bertenaga chipset Mediatek Helio P35, ditopang RAM 4GB dan penyimpanan internal sebesar 128GB. Spesifikasi OPPO A54 memang tidak muluk, namun bukan smartphone OPPO namanya kalau tidak dilengkapi rangkaian fitur berbasis AI guna mengoptimalkan performanya.

Mediatek Helio P35 sendiri dibangun pada proses teknologi 12nm dan memiliki CPU octa-core yang kesemuanya masih pakai Cortex-A53. Empat inti melaju pada kecepatan 2,35 GHz dan sisanya pada 1,8 GHz, dengan GPU PowerVR GE8320.

Performanya ditingkatkan dengan teknologi Oswap yang merupakan kombinasi Z-RAM dan landswap speeding technologies. OPPO menjelaskan bahwa dengan melakukan kompresi RAM ke EMC atau memanfaatkan kemampuan ROM, teknologi ini dapat memanfaatkan ruang penyimpanan yang tersedia untuk meningkatkan kecepatan sistem. Singkatnya, RAM 4GB dapat bekerja layaknya RAM 6GB.

Selain itu, OPPO A54 dilengkapi dengan lima sensor suhu, yang secara akurat dapat merasakan sumber panas dan dengan cerdas memilih skema pembuangan panas yang optimal. Lalu, baterai berkapasitas 5.000 mAh diklaim dapat bertahan hingga 2,2 hari atau 19,9 jam untuk menonton YouTube tanpa henti.

Dari sisi software, OPPO A54 masih menjalankan ColorOS 7.2 berbasis Android 10, yang mana sudah dilengkapi teknologi HyperBoost untuk mendorong performa. Terdiri dari tiga kemampuan inti, scenario-based acceleration, smart frame rate, dan touch optimization.

Verdict

Review-OPPO-A54-12

OPPO seri A merupakan lini smartphone OPPO paling populer dan ditujukan untuk generasi muda. Bila melihat spesifikasi dan fitur yang diusungnya, OPPO A54 memang cocoknya untuk generasi Z yang masih di bangku sekolah atau untuk mereka yang ingin upgrade dari perangkat jadulnya.

Dari segi desain top sekali, tampil stylish dengan elemen modern seperti punch hole dan warna yang cakep. Kerangka bodinya juga cukup tangguh, lengkap dengan sertifikasi IPX4 sehingga awet dipakai dalam jangka waktu yang lama.

Adapun mengenai performa dan kemampuan kamera, termasuk cukup saja. Yang pasti, untuk menangani belajar online seperti menjalankan aplikasi video conference macam Zoom, Google Meet, dan lainnya sudah cukup. Untuk gaming kasual dan memainkan game populer seperti Mobile Legends juga bisa.

Sparks

  • Layar dengan punch hole yang lebih kekinian daripada notch waterdrop
  • Bodinya mengantongi sertifikasi IPX4
  • Sudah dilengkapi fitur Eye Comfort, termasuk Sunlight Screen 550 nit
  • Baterai besar 5.000 mAh

Slacks

  • Punggung dengan penampang glossy sangat mudah mengumpulkan bekas sidik jari
  • Kamera utama masih pakai 13MP, lainnya sebatas 2MP
  • Masih menjalankan ColorOS 7.2 Android 10

 

[Review] Xiaomi Mi Robot Vacuum-Mop Essential: Bikin Rumah Bersih Saat ART Pulang Kampung

Bulan Ramadan sudah tiba, di mana umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Namun pada saat itu juga, mereka yang menggunakan jasa asisten rumah tangga juga cukup merasa berdebar karena akan pulang kampung (walaupun pemerintah sudah melarangnya). Dengan begitu, para pemilik rumah harus membersihkan rumah seperti menyapu dan mengepel. Namun, Xiaomi ternyata memiliki solusi yang membuat rumah bisa bersih.

Xiaomi saat ini sudah memiliki sebuah perangkat AIoT yang meringankan beban orang dalam membersihkan rumah. Perangkat tersebut bernama Xiaomi Robot Vacuum-Mop. Sesuai dengan namanya, robot yang satu ini akan menyapu serta mengepel lantai yang kotor sehingga tidak perlu lagi membuat pundak terasa pegal.

Xiaomi Robot Vacuum Mop Essential - Atas

Pada dasarnya, Xiaomi robot vacuum-mop ini adalah sebuah vacuum cleaner yang dapat berjalan sendiri. Pada bagian belakangnya terdapat sebuah alat pel yang nantinya akan membersihkan debu-debu. Robot ini sendiri nantinya akan bisa diatur secara otomatis untuk membersihkan rumah tanpa disuruh. Semua itu tentu saja diatur oleh sebuah aplikasi.

Spesifikasi dari Xiaomi Robot Vacuum-Mop adalah sebagai berikut

Xiaomi Robot Vacuum Mop Essential
Daya Hisap 2200 Pa
Konektivitas WiFi 802.11 b/g/n 2.4 GHz
Baterai 2500 mAh
Daya listrik 25 watt
Tangki debu 0.42 liter
Tangki air 0.2 liter
Sensor Gyroscope, distance, collision, level
Dimensi 43 x 39 x 14 cm
Bobot 3,6 kg
Filter Nylon + Sponge + HEPA

Seperti yang dilihat di atas, robot ini dijalankan dengan menggunakan baterai. Dengan kapasitas tersebut, Mi Robot Vacuum Mop Essential bisa dipakai dalam waktu yang cukup lama. Dan robot ini akan secara otomatis kembali ke docking saat baterainya akan habis.

Unboxing

Inilah yang ada pada paket penjualan dari Xiaomi Robot Vacuum Mop Essential.

Xiaomi Robot Vacuum Mop Essential - Unboxing

Desain

Benda berbentuk bundar ini terlihat cukup minimalis dan sederhana pada saat keluar dari paket penjualannya. Warna dari robot yang satu ini adalah putih, sehingga nantinya tentu akan memudar mengingat akan selalu berhubungan dengan kotoran. Saat mengeluarkannya pun sangat terasa bahwa bobot 3,6 kg ini belum tentu mudah diangkat oleh beberapa orang. Dan dimensinya yang cukup besar juga memerlukan ruang penyimpanan yang khusus.

Xiaomi Robot Vacuum Mop Essential - Samping

Perangkat ini datang dengan sebuah docking yang juga selain sebagai tempat untuk parkir juga untuk mengisi baterai sebesar 2500 mAh. Docking-nya sendiri memiliki dimensi yang tidak terlalu besar. Charger yang ada harus ditancapkan pada bagian bawah docking ini. Hal tersebut berguna untuk memberikan daya bagi docking serta mengisi daya untuk robotnya.

Bagian depan dari Xiaomi Mi Robot Vacuum Mop Essential ini merupakan “mata” yang akan mendeteksi obyek yang ada didepannya. Sensor yang ada akan membuat Xiaomi Mi Robot Vacuum Mop Essential akan berhenti dan mengambil jalur lainnya untuk membersihkan lantai. Jika sensor tidak mendeteksi apa pun, namun ada ganjalan pada sisi kanan, kiri, maupun atasnya, cangkang dari sensor tersebut juga merupakan sebuah bemper yang akan mendeteksi benturan. Jadi, perangkat ini tidak akan memaksa untuk terus jalan saat membentur sesuatu.

Bagian belakangnya terdapat beberapa lubang ventilasi. Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan pembuangan udara penyedot. Dan pada bagian bawahnya dapat ditemukan dua sapu dengan tiga tangkai kuas sapu yang akan mengumpan debu langsung ke lubang vacuum-nya. Nantinya, modul mop atau alat mengepel disambungkan juga pada bagian bawah-belakangnya.

Xiaomi Robot Vacuum Mop Essential - Bawah

Pada bagian atas dari Xiaomi Mi Robot Vacuum Mop Essential terdapat dua tombol, yaitu power dan home. Menekan tombol power selama dua detik akan menyalakan atau mematikan perangkat ini. Tombol home sendiri akan membuat Xiaomi Mi Robot Vacuum Mop Essential untuk bergerak menuju docking-nya.

Pada bagian atas pula, pengguna dapat membuka penutup untuk mengakses wadah debu dan air. Untuk wadah airnya, Xiaomi melarang pengguna untuk memakai air dengan disinfektan dan mengharuskan mengisi air yang bersih. Filter yang ada pada wadah debunya terpasang tiga lapis yang terdiri dari nylon, spons, dan HEPA.

Xiaomi Robot Vacuum Mop Essential - Filter

Xiaomi Mi Robot Vacuum Mop Essential dapat dioperasikan dengan memakai aplikasi Mi Home. Pada aplikasi ini, semua pengaturan dapat diakses sehingga memudahkan pengguna dalam memakainya. Mi Home juga akan menyediakan sebuah peta yang sudah dilewati oleh Mi Robot Vacuum Mop Essential. Jadi cukup terlihat bagian mana yang sudah dibersihkan oleh robot ini.

Pengalaman Menggunakan

Saat menerima Xiaomi Mi Robot Vacuum Mop Essential, saya tentu saja cukup penasaran. Pasalnya, robot yang satu ini merupakan perangkat AIoT pembersih rumah pertama yang saya uji. Dan karena merupakan sebuah perangkat AIoT, tentu saja sebuah aplikasi harus terhubung agar penggunaannya lebih maksimal.

Hal pertama yang saya lakukan setelah menaruh perangkat pada docking-nya adalah menghubungkannya pada aplikasi melalui bluetooth dan WiFi. Saya tidak menemukan kesulitan saat melakukan pairing. Dan hal pertama yang muncul pada aplikasi Mi Home adalah upgrade firmware. Tentu saja saya langsung memperbarui firmware yang ada pada Mi Robot Vacuum Mop Essential tersebut.

Setelah melakukan beberapa pengaturan, tibalah saatnya membersihkan lantai.  Namun sebelum menyapu lantai, saya sudah mengisi wadah air sampai penuh dengan air bersih sesuai dengan arahan dari Xiaomi. Modul pel juga sudah terpasang pada bagian belakangnya. Mi Home juga telah mendeteksi bahwa wadah air yang ada sudah terisi.

Saya pun menekan tombol Start pada layar smartphone. Robot ini melakukan inisiasi awal selama beberapa detik sebelum melakukan tugasnya. Namun perlu diketahui bahwa letak docking merupakan titik awal Mi Robot Vacuum Mop Essential bekerja. Jadi saya menyarankan untuk menaruhnya pada bagian ujung dari sebuah ruangan.

Xiaomi Robot Vacuum Mop Essential - Dalaman

Saat menyapu, saya cukup terkesima dengan kinerja dari perangkat ini. Semua jenis debu pun terhisap oleh perangkat ini. Akan tetapi, beberapa kotoran menempel seperti bekas makanan sepertinya tidak mampu disapu oleh kuas atau sapu yang ada. Oleh karena itu, saya harus mengerok beberapa kotoran yang menempel terlebih dahulu agar dapat terhisap oleh Mi Robot Vacuum Mop Essential.

Saat mengepel, air yang ada didalam wadah airnya pun juga turut membasahi lantai. Namun, beberapa kotoran menempel juga tidak mampu dibersihkan oleh Mi Robot Vacuum Mop Essential tanpa harus dibersihkan secara manual terlebih dahulu. Sayangnya, tanpa menggunakan cairan disinfektan membuat lantainya tidak bebas dari bakteri dan kuman. Oleh karena itu, ada baiknya untuk mengepel kembali lantai yang sudah dibersihkan oleh robot ini dengan menggunakan alat pel.

Walaupun segalanya otomatis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengoperasikan robot ini. Hal pertama adalah kabel listrik yang kerap kali ada di lantai. Robot ini tidak akan mendeteksi keberadaan kabel sehingga akan langsung melewatinya. Hal yang merepotkan adalah pada saat ada rantai gorden yang cukup kecil dan akan membuat Mi Robot Vacuum Mop Essential menarik rantai tersebut hingga bisa copot.

Dimensinya yang ramping mampu membuat robot ini masuk ke bawah meja dan lemari. Walaupun begitu, tidak semua bagian bawah perabotan mampu dimasuki oleh robot ini. Dan berbicara mengenai bagian bawah perabotan, ada baiknya sebelum mengoperasikan Mi Robot Vacuum Mop Essential, untuk menggeser kursi ke bagian lain agar tidak mengganggu.

Sensor yang ada juga mampu membuat Mi Robot Vacuum Mop Essential mendeteksi adanya perbedaan ketinggian. Pada saat berada diujung lantai, seperti pada anak tangga yang menurun, robot ini langsung berhenti sehingga tidak terjatuh dan rusak. Namun, robot ini tidak mampu mendeteksi adanya railing pintu geser.

Saat membersihkan kotoran helai-helai rambut, saya mendengar adanya perbedaan bunyi. Setelah diperhatikan, bagian sapu yang berada ditengah terlilit banyak rambut. Untungnya, Xiaomi sudah menyediakan sebuah kuas yang juga memiliki pisau, sehingga dapat dengan mudah membersihkan rambut yang mengganggu. Untuk itu, saya hanya harus membuka bagian bawahnya dan menarik modul sapunya untuk membersihkan dari rambut.

Setelah semua area bersih, Mi Robot Vacuum Mop Essential akan kembali ke docking-nya. Hal ini mengartikan bahwa saatnya saya membuang kotoran yang sudah terhisap. Saya langsung membukan penutup bagian atasnya dan mengambil wadah kotoran.

Untuk mengambil kotoran, saya harus terlebih dahulu membuka wadah filternya. Dan hampir semua kotoran yang terhisap terkumpul dan terbentuk seperti sebuah kotak persegi panjang. Hal tersebut tentu akan membuatnya lebih mudah untuk dibersihkan.

Selain membersihkan wadah debu, tentu saja kain pel yang ada pada bagian bawah perangkat ini juga harus dibersihkan. Gunakan sabun untuk mencuci kain microfiber tersebut dan setelah bersih bisa langsung digunakan kembali. Oleh karena dimensinya yang kecil, membuat pengguna tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra saat membersihkan kain pel tersebut.

Setelah selesai pembersihan, saya sama sekali tidak mengeluarkan tenaga ekstra. Terus terang, menyapu dan mengepel lantai merupakan salah satu pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra pada saat asisten rumah tangga sedang pulang kampung. Robot yang satu ini dijamin bisa membuat lantai terlihat bersih.

Verdict

Membersihkan rumah tentu saja akan memakan waktu dan tenaga, khususnya mereka yang merupakan pekerja kantoran. Oleh karena itu, jasa asisten rumah tangga dalam membantu membersihkan rumah sering kali dibutuhkan. Namun saat mereka tidak tersedia, memang dibutuhkan alat yang bisa membantu kita dalam membersihkan rumah. Salah satunya adalah dengan Mi Robot Vacuum Mop Essential.

Robot yang satu ini akan membersihkan lantai rumah dari debu. Selain menghisap debu, robot ini juga akan membersihkan lantai dengan cara mengepel. Namun yang harus diperhatikan adalah air yang digunakan tidak boleh tercampur zat apa pun. Sehingga pel manual masih dibutuhkan untuk membersihkan bakteri dan kuman yang mungkin ada.

Xiaomi menjual Mi Robot Vacuum Mop Essential dengan harga Rp. 2.299.000 dan saat tulisan ini dibuat, harganya sedang dipotong Rp. 100.000. Robot ini cocok untuk membersihkan lantai di rumah mau pun apartemen tanpa membuang waktu Anda. Dan tentunya, robot ini juga cocok sebagai pengganti sementara asisten rumah tangga saat mereka sedang pulang kampung dalam membersihkan lantai.

Sparks

  • Dapat membersihkan lantai secara otomatis
  • Dapat membuat peta ruangan secara otomatis
  • Daya tahan baterai cukup panjang
  • Sensor yang membuat perangkat ini tidak terbentur atau jatuh
  • Dapat dioperasikan melalui aplikasi
  • menjangkau bawah lemari

Slacks

  • Tidak mampu membersihkan kotoran yang menempel
  • Tidak bisa menghindari kabel dan rantai gorden
  • Tidak bisa menggunakan cairan disinfektan atau obat pel

Menjajal Kinerja Intel Core i7-1185G7 pada Laptop MSI Prestige 14

Intel saat ini sudah memiliki generasi terbaru dari prosesor mobile-nya. Pada generasi ke 11-nya ini, Intel menggunakan nama kode Tiger Lake pada SoC yang satu ini dan menggunakan arsitektur Willow Cove untuk inti prosesornya. Tiger Lake sendiri oleh Intel dikeluarkan untuk menggantikan Ice Lake yang kita kenal dengan Intel Core Generasi ke 10.

Saat ini pada meja pengujian Dailysocial, sudah datang sebuah laptop yang bernama MSI Prestige 14 Evo. Sayang memang, laptop cantik yang satu ini tampaknya tidak akan beredar. Versi yang akan beredar menurut informasi yang saya dapatkan adalah yang menggunakan prosesor 1135G7.

MSI Prestige 14 Evo Core i7-1185G7

Laptop yang saya dapatkan ternyata menggunakan SoC Tiger Lake yang memang diproduksi untuk perangkat mobile dengan SKU tertinggi, yaitu 1185G7. Prosesor ini sendiri diproduksi dengan proses 10nm, yang merupakan proses pabrikasi terkecil yang dimiliki Intel saat ini.

Spesifikasi dari prosesor yang ada pada MSI Prestige 14 Evo (Core i7 1185G7) yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Core i7 1185G7 Core i7 1165G7 Core i5 1135G7
Codename Tiger Lake Tiger Lake Tiger Lake
Core / Thread 4 / 8 4 / 8 4 / 8
TDP 12-28 W 12-28 W 12-28 W
Clock 3 GHz 2.8 GHz 2.4 GHz
Turbo Boost 4.8 GHz 4.7 GHz 4.2 GHz
L3 Cache 12 MB 12 MB 8 MB
Kecepatan RAM DDR4-3200, LPDDR4x-4267 DDR4-3200, LPDDR4x-4267 DDR4-3200, LPDDR4x-4267
Clock iGP 1350 MHz 1300 MHz 1300 MHz
Pabrikasi 10nm++ 10nm++ 10nm++

GPU terintegrasi yang ada pada Tiger Lake sudah menggunakan Intel Iris Xe-LP. Intel Iris Xe ini sendiri juga sudah memiliki kinerja yang tinggi, sehingga mampu menjalankan beberapa game dengan resolusi menengah. Jadi, sebuah laptop yang sudah menggunakan Tiger Lake akan bisa dengan mudah menjalankan game-game terbaru.

Pada pengujian kali ini, saya menggunakan laptop MSI Prestige 14 Evo A11M yang tidak menggunakan discrete GPU. Spesifikasinya adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 1185G7
GPU Intel Iris Xe
RAM 16GB  DDR4 4266 Dual Channel
Storage Phison SM280512GKBB4S-E162 M.2 NVMe 512GB
Layar 14 inci 1920×1080 IPS Level
WiFi 802.11 ax Wi-Fi 6 + Bluetooth v5.1
Bobot 1.29 kg
Sistem operasi Windows 10 64 Bit
Dimensi 319 x 219 x 15.9 mm
Baterai 52 Wh

Hasil dari CPU-Z adalah sebagai berikut

Arsitektur

Jika kita berbicara mengenai Tiger Lake, sebenarnya kita akan berbicara mengenai sebuah SoC. Sebuah SoC berisikan peripheral lain seperti CPU, GPU, dan kontroler lainnya. Tiger Lake menggunakan prosesor dengan arsitektur Willow Cove serta GPU dengan arsitektur XE-LP. Semua itu dibangun pada proses pabrikasi 10 nm.

MSI Prestige 14 Evo Core i7-1185G7 - BluePrint

Proses pabrikasi 10 nm yang digunakan pada Tiger Lake diklaim oleh Intel lebih baik dari 10 nm lainnya. Hal tersebut dikarenakan teknologi yang dinamakan SuperFin. SuperFin menggunakan transistor yang diklaim oleh Intel lebih baik sekitar 18% dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal ini juga merupakan hasil pengalaman mereka yang sudah berkali-kali membenahi 14 nm-nya.

Untuk CPU utamanya sendiri, Willow Cove, merupakan pengembangan lebih lanjut dari CPU generasi ke 10 mereka, Sunny Cove. Intel mengklaim bahwa kinerja dari Willow Cove lebih baik 10% hingga 20% dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Penambahan pada sisi L2 dan L3 Cache pada Willow Cove juga merupakan salah satu penyebab naiknya kinerja prosesor ini.

Intel Iris Xe LP

Intel juga memperkenalkan grafis terbaru mereka dengan nama Iris Xe LP. Grafis yang satu ini juga memiliki lompatan kinerja yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Intel juga menaikkan unit eksekusi dari 64 menjadi 96 pada Xe-LP. Dan pada Xe-LP, Intel juga berhasil menaikkan clock speed-nya hingga menjadi 1350 MHz pada 1185G7.

MSI Prestige 14 Evo Core i7-1185G7 - Intel Iris Xe

Ada empat hal yang dilakukan oleh Intel pada saat meningkatkan kinerja Iris Xe LP dari generasi sebelumnya. Meningkatkan clock pada voltase yang standar, menganalisa bottleneck yang terjadi pada generasi sebelumnya, mendesain ulang pipeline, serta meningkatkan rentang frekuensi menjadi lebih tinggi.

Selain unit eksekusi (EU) yang ada pada Xe-Lp yang meningkat menjadi 96, ternyata Intel juga memberikan sebuah cache khusus untuk grafis. Intel Xe-LP memiliki cache L3 sebesar 3,88 MB. Semua “ramuan” ini diklaim mampu meningkatkan kinerja grafis hingga hampir dua kali lipat dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang ada pada Ice Lake.

Performa

Saat ini, Core i7 1185G7 merupakan prosesor mobile kelas konsumen yang memiliki kinerja paling tinggi yang dimiliki oleh Intel. Prosesor ini memang cocok untuk digunakan dalam bekerja mau pun bermain game. Jadi, memilih prosesor yang satu ini untuk menjalankan sebuah laptop memang sudah pas bagi para content creator, editor video dan gambar mau pun para pekerja kantoran.

Saat menguji prosesor yang satu ini, sayangnya kami belum memiliki perbandingan yang pas dengan prosesor lainnya. Oleh karena itu, saya tidak menampilkan grafik melainkan screenshot langsung dari setiap software yang saya gunakan. Berikut adalah hasilnya

Mungkin saya tidak perlu lagi menjelaskan bahwa semua software dapat berjalan dengan lancar saat menggunakan laptop yang memakai Core i7 1185G7. Bahkan laptop yang satu ini sangat lancar untuk dipakai bekerja, terutama untuk Office. Dan saya juga bisa menjalankan video 4K dengan lancar menggunakan laptop MSI yang satu ini.

Verdict

Memilih sebuah laptop yang digunakan untuk bekerja memang cukup sulit. Hal tersebut dikarenakan para vendor laptop memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Akan tetapi pada saat pemilihan prosesor, jika Anda ingin semuanya berjalan dengan lancar dan memiliki daya hidup yang lama, pilihlah yang paling kencang pada masanya. Salah satunya adalah Intel Core i7-1185G7.

Kinerja prosesor dari Core i7-1185G7sudah tidak perlu diragukan lagi. Dengan hasil yang kami dapatkan, semua pekerjaan dijamin akan selesai lebih cepat. Selain itu, dengan TDP yang rendah juga menjamin bahwa laptop akan dapat bertahan lama. Apalagi, inisiasi Evo menjamin bahwa pengalaman menggunakan laptop akan lebih baik lagi.

Grafis terintegrasi Intel Iris Xe-LP yang ada pada prosesor ini juga dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Grafis terintegrasi ini memang tidak dirancang untuk bermain game dengan setting paling tinggi. Akan tetapi, kinerjanya sudah mampu menjalankan dengan setting medium pada resolusi menengah hingga tinggi.

Sayangnya, MSI Prestige 14 Evo yang saya uji tidak masuk ke Indonesia. Mereka hanya akan memasukkan versi 1135G7 dan satu varian lainnya. Untuk laptop dengan prosesor Core i7 1185G7 saat ini bisa didapatkan dengan harga mulai dari 19 jutaan rupiah.

Sparks

  • Kinerja komputasi kencang
  • Kinerja Iris Xe-LP yang mampu memainkan game AAA
  • Turbo mencapai 4,8 GHz untuk sebuah prosesor mobile
  • Tidak panas saat diuji pada laptop MSI Prestige 14 Evo

Slacks

  • Harga laptop menjadi cukup mahal
  • Masih 10 nm dibandingkan dengan pesaingnya yang sudah 7 nm

Realme 8 Pro: Smartphone Kencang dengan Kamera 108 MP dan Desain Cantik

Hanya berselang 6 bulan saja, akhirnya realme 7 Pro memiliki penerus. Kali ini, realme sangat serius dalam meningkatkan kinerja kamera mereka. Oleh karena itu, sang penerus yang bernama realme 8 Pro menggunakan kamera dengan sensor 108 MP yang memiliki slogan Capture Infinity tersebut. Dengan kamera tersebut, realme ingin memposisikan diri sebagai The Best 108MP camera phone with stylish design.

Dengan menggunakan sensor 108 MP tersebut, realme 8 Pro menjadi pertama di seri menengah realme yang menggunakan sensor terbesar pada smartphone saat ini, 108MP dengan desain yang bold, berani dan pastinya ringan dan tipis. Realme sendiri memasarkan perangkat yang satu ini untuk anak muda agar dapat berkarya tanpa batas.

Realme 8 Pro

Realme 8 Pro sendiri sudah datang ke meja pengujian tim DailySocial. Perangkat yang saya dapatkan memiliki spesifikasi sebagai berikut

Realme 8 Pro
SoC Snapdragon 720G
CPU 2×2.3 GHz Kryo 465 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 465 Silver
GPU Adreno 618
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 2.1
Layar 6,4 inci Super AMOLED 2400 x 1080
Dimensi 160.6 x 73.9 x 8.1 mm
Bobot 176 gram
Baterai 4500 mAh
Kamera 108 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP B/W, 16 MP Selfie
OS Android 10 Realme UI

Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Pada seri 8 ini, realme juga memperkenalkan 3x lossless zoom atau In-sensor zoom tanpa menghadirkan lensa tele. Smartphoneini juga membawa bateari 4500 mAh yang bisa diisi dengan cepat berkat 50w SuperDart Charge. Realme 8 Pro juga hadir dalam dua warna yang elegan, yaitu Hitam Angkasa dan Biru Galaksi

Unboxing

Perlengkapan inilah yang ada pada paket penjualan dari realme 8 Pro

Realme 8 Pro - Unboxing

Desain

Realme 8 Pro memiliki desain yang sangat fresh pada bagian belakangnya. Desain tersebut dibuat berdasarkan teknologi AG-Crystal yang menampilkan tekstur kristal mineral alami, yaitu glossy dan matte, kasar dan halus, indah dan memesona. Slogan realme sendiri, yaitu Dare To Leap juga tertulis pada bagian tersebut. Warna yang saya dapatkan adalah Biru Galaksi.

Realme 8 Pro - Belakang

Realme 8 Pro juga memiliki bobot yang ringan, hanya 176 gram saja. Selain itu, realme juga berhasil membuat perangkat ini menjadi lebih ramping dengan ketebalan yang hanya 8,1 mm. Layarnya juga masih menggunakan model punch hole pada bagian kiri atasnya yang berisikan in-display camera untuk swafoto. Untuk resolusinya, realme 8 Pro menggunakan 2400×0180 pada layar berjenis Super AMOLED dengan tingkat sampling sentuh hingga 180 Hz.

Dengan menggunakan layar Super AMOLED, memungkin pula untuk membenamkan sensor sidik jari di bawah layar. Sensor yang satu ini juga sangat responsif saat dicoba. Realme 8 Pro juga sudah memiliki NFC, sehingga pengisian kartu uang elektronik akan semakin mudah.

Realme 8 Pro - Bagian Bawah

Pada sisi sebelah kanan akan ditemukan tombol volume naik dan turun serta sebuah tombol power . Pada sisi kanannya terdapat slot nano SIM dengan microSD. Untuk bagian bawahnya, ditemukan port audio 3,5 mm, microphoneslot USB-C, dan speaker. Dan di bagian belakang akan ditemukan empat kamera dan sebuah LED flash yang tergabung pada satu kotak di bagian kiri atas.

Mendengarkan musik pada perangkat ini memang akan memiliki pengalaman yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan pada realme 8 Pro sudah memiliki Real Sound Technology. Suara yang ada menjadi lebih detail terdengar serta mempertajam bagian bass dan mid juga. Anda bisa memiliki profile antara movie, music, atau game.

Realme 8 Pro - Kiri

Realme 8 Pro sudah menggunakan antar muka realme UI 2.0 yang berbasiskan sistem operasi Android 11. Antar muka ini sendiri masih memiliki app drawer yang berisikan semua aplikasi yang terpasang. Realme juga sudah meningkatkan pengalaman bernavigasi serta privasi yang ada, sehingga saya juga merasa lebih nyaman saat menguji perangkat yang satu ini.

Realme 8 Pro - Kanan

Jaringan LTE dan WiFi

Dengan menggunakan Snapdragon 720G, juga berarti bahwa perangkat ini mendukung jaringan 4G LTE. Pada realme 8 pro, band yang didukung adalah  band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Modem yang ada pada Snapdragon 720G adalah X15 memiliki kelas LTE Cat 15 yang mendukung 3 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 800 Mbps.

Untuk urusan WiFi, realme 8 Pro sudah mendukung 802.11ac. Teknologi tersebut saat ini sudah dikenal dengan nama WiFi 5. Dengan standar ini, mengartikan pula bahwa realme 8 Pro sudah bisa menggunakan WiFi pada band 5 GHz yang lebih kencang.

Kamera: ISOCELL HM2, Sensor dan Piksel yang besar

Realme 8 Pro merupakan smartphone menengah pertama dari realme yang menggunakan resolusi 108 MP. Sensor yang digunakan adalah ISOCELL HM2 yang memiliki teknologi Nonapixel. Hal ini akan menggabungkan 9 piksel 0.7μm menjadi satu piksel besar berukuran 2.1μm.

Realme 8 Pro - Kamera

Kamera dari realme 8 Pro memang menghasilkan gambar yang bagus. Dengan nonapixel, gambar 12 MP yang dihasilkan memang cukup tajam. Warnanya pun juga cukup akurat jika dibandingkan dengan obyek aslinya. Kamera ini bisa diandalkan saat mengambil gambar asalkan cahayanya cukup

Kamera ultrawide juga menghasilkan gambar yang apik. Gambarnya yang cukup tajam membuatnya cukup bisa diandalkan jika ingin mengambil foto keluarga saat lebaran. Walaupun begitu, tentu saja hasilnya tidak sebaik kamera utamanya.

Untuk kamera makro yang ada pada realme 8 Pro, gambar yang dihasilkan memang tidak akan sebaik dua lensa lainnya. Kamera ini masih bisa diandalkan untuk mengambil pada jarak yang lebih dekat. Selain itu, mereka yang butuh membaca tulisan-tulisan kecil bisa mengandalkan kamera makronya.

Kamera depan pada realme 8 Pro menggunakan sensor Sony IMX 471 dengan resolusi 16 MP. Kameranya memang bisa menangkap gambar yang cukup tajam. Akan tetapi, warna yang ditampilkan tidak terlalu kontras. Hal ini untungnya masih bisa diedit sehingga gambarnya menjadi lebih baik.

Kamera utama dari realme 8 Pro memiliki kemampuan untuk mengambil gambar dengan resolusi 108 MP. Sayangnya, masih banyak orang yang mengatakan bahwa resolusi sebesar itu hanyalah gimmick dan akan menghasilkan gambar yang sama. Eits… tunggu dulu, lihat perbandingan di bawah ini.

Gambar tersebut diambil pada tempat yang sama dan angle yang sama. Namun jika kita perbesar sampai pada obyek yang sama, cukup terlihat bahwa pada 12 MP tulisannya tidak akan sejelas 108 MP. Sang pembuat sensor juga mengatakan bahwa 108 MP akan bagus hasilnya jika diambil saat ada cahaya yang cukup. Untuk foto low light, resolusi ini sangat tidak disarankan.

Fitur Zoom pada realme 8 Pro yang dijuluki 3x In-sensor zoom tersebut menggunakan kemampuan 108 MP. Hasilnya pun akan sama pada saat mengambil zoom 3x dan mengambil gambar 108 MP yang di crop. Selama menggunakan zoom 3x, gambar yang didapat masih akan bagus.

Realme 8 Pro juga memiliki feature lainnya seperti Tilt-shift Time-lapse Video & Foto, Starry Time-lapse Video & Foto, Neon Portrait, Dynamic Bokeh, Dual-view Video New Super Nightscape Mode, Ultra Nightscape Video. Semuanya bisa langsung diakses dengan mudah dari aplikasi Camera bawaan realme 8 Pro.

Tilt-shift dapat mengubah dunia nyata menjadi dunia miniatur, menggunakan semacam ilusi optik mata manusia. Saat kita menatap objek yang sangat dekat dengan kita, latar depan dan latar belakang biasanya tidak fokus. Biasanya, efek buram ini dicapai dengan lensa tilt-shift yang mahal, dengan algoritme fotografi tilt-shift di realme 8 Pro dapat mengubah dunia nyata menjadi dunia miniatur.

Mode Tilt-shift juga memungkinkan Anda menyesuaikan bentuk, sudut, posisi, dan ukuran efek blur secara manual sesuai dengan pemandangannya. Mode Tilt-shift juga mendukung perekaman video time-lapse dengan pemutaran 10x, menyajikan dunia nyata dengan cara yang lebih fantastis dan unik.

Realme 8 Pro meningkatkan level bokeh pada dunia fotografi. Jika dahulu Anda mengedit foto bokeh dengan buram yang seakan bergerak, kini efek tersebut sudah ada di realme 8 Pro. Foto bokeh dengan latar lampu buram dramatis dengan pendaran cahaya bulat juga dahulu harus melalui proses editing. Sekarang di realme 8 Pro hanya tinggal satu kali klik, Anda akan mendapatkannya.

Pengujian

Realme 8 Pro menggunakan Snapdragon 720G. Snapdragon 720G sendiri menggunakan dua core kencang Kryo 465 Gold dengan kecepatan 2.3 GHz. Enam inti prosesor lainnya bernama Kryo 465 Silver yang merupakan turunan dari Cortex A55 dengan kecepatan 1,8 GHz dan menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Adreno 618 yang sama digunakan pada Snapdragon 730G.

SoC yang satu ini sudah terbukti mampu menjalankan banyak game dengan cukup lancar. Selain itu, Snapdragon 720G juga sudah terbukti tidak akan menimbulkan lag saat digunakan dalam menjalankan aplikasi-aplikasi yang ada pada Google Play.

Untuk bekerja

Dailysocial selalu menggunakan Trello dan Slack untuk berhubungan satu sama lainnya saat bekerja. Selain itu, aplikasi Gmail juga setiap saat digunakan dalam mengambil surat elektronik yang setiap menitnya muncul pada inbox. Whatsapp serta Telegram untuk berkomunikasi secara pribadi kerap saya gunakan hampir setiap detiknya. Dan tentu saja aplikasi sosial media seperti Facebook dan Tiktok sudah menjadi makanan setiap istirahat.

Lag bukan sesuatu yang saya rasakan saat menggunakannya untuk bekerja. apalagi, mengetik artikel yang Anda baca saat ini pun juga sebagian saya lakukan pada realme 8 Pro dengan menyambungkan keyboard pada konektivitas bluetooth. Dengan RAM 8 GB yang saat ini sudah menjadi standar tertinggi perangkat mainstream tentu membuat saya bisa berpindah antar aplikasi pekerjaan dengan cukup nyaman tanpa harus mengulang dari mula.

Realme 8 Pro juga saya gunakan untuk membuat video saat anak-anak sedang ada tugas yang membutuhkan perekaman video. Hasilnya memang video yang ada terlihat bagus. Editing dengan menggunakan SoLoop juga tidak memakan waktu yang lama. Jadi saya cukup nyaman saat menggunakannya.

Syntethic Bench

Pada pengujian kali ini, saya akan menghadirkan Snapdragon 730G serta 662 yang saat ini sudah banyak ditemukan di pasaran. Hal ini untuk mengetahui seberapa baik kinerja dari Snapdragon 720G yang digunakan pada realme 8 Pro. Pada artikel ini juga saya pertama kali menggunakan Antutu 9 yang bakal menggantikan Antutu 8. Berikut adalah hasilnya

Uji baterai 4500 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan realme 8 Pro yang memiliki kapasitas sebesar 4500 mAh. Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, realme 8 Pro bisa bertahan hingga 20 jam 58 menit. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.

Dengan menggunakan pengisian baterai 50 watt, realme 8 Pro tentu saja kita tak perlu lagi mengisi ulang baterai dari malam hari. SuperDart menjanjikan 47 menit untuk mengisi baterai dari 0 hingga 100%. Namun pengujian saya hanya terpaut 1 menit saja karena waktu yang didapat adalah 48 menit dari 0 hingga 100%. Cepat banget ya?

Verdict

Namanya bukan realme jika tidak mengeluarkan perangkat mainstream yang bisa bersaing dengan smartphone flagship. Hal ini dikarenakan realme 8 Pro memiliki hampir semua fitur yang hanya ditemukan pada perangkat premium dan flagship. Tentunya hal ini akan membuat semua kalangan terutama anak muda melirik realme 8 Pro untuk dimiliki.

Mungkin semua orang tahu bahwa Snapdragon 720G memiliki kinerja yang tinggi di antara seri 7 lainnya. Dengan kinerja itu, membuat realme 8 Pro menjadi sangat responsif dan nyaman digunakan baik untuk bekerja, sosial media, mau pun bermain game. Semua bisa dilakukan tanpa harus khawatir kehabisan baterai karena kapasitasnya yang besar bisa bertahan seharian.

Realme 8 Pro - with box

Kamera menjadi hal yang sangat menarik pada realme 8 Pro. Hal tersebut dikarenakan sensor baru ISOCELL HM2 membuat tangkapan gambar pada realme 8 Pro menjadi sangat bagus untuk ukuran smartphone mainstream. Pokoknya, pengguna tinggal point and click pada satu obyek dan hasil fotonya bahkan bisa dicetak untuk ukuran poster. Hal ini juga akan membantu para pegiat UMKM dan pedagang ecommerce yang membutuhkan foto produk berkualitas tinggi tanpa harus memiliki kamera profesional.

Harga realme 8 Pro dijual dengan harga Rp. 4.499.000. Dengan harga tersebut, tentu saja tidak terlihat tinggi karena fitur-fitur yang ada pada smartphone di harga enam juta hingga 18 jutaan sudah ada pada perangkat ini. Oleh karena itu, mari kita berkarya dengan membuat konten yang indah dengan bantuan realme 8 Pro.

Realme 8 Pro bisa didapatkan melalui pre-order mulai 7 April di JD.id (http://bit.ly/pre-order-realme-8-pro-jd), situs resmi realme (http://bit.ly/pre-order-realme-8-pro), dan seluruh realme official store secara offline.

Rangkuman keunggulan smartphone realme 8 Pro

  • Hasil kamera apik berkat ISOCELL HM2 dan resolusi 108MP
  • Kinerja kencang dengan Snapdragon 720G
  • Layar Super AMOLED dengan warna yang bagus
  • Fitur-fitur kamera yang membuat kreasi lebih baik lagi
  • Pengisian cepat dengan 50 watt
  • Kapasitas baterai 4500 mAh yang memastikan daya hidup lebih dari seharian
  • NFC khusus pasar Indonesia

Disclosure: Artikel ini didukung oleh realme. 

Review Razer Blackshark V2 Pro Wireless: Lebih Garang Dari Razer Biasanya

Menjadi yang terbaik di ranah gaming kompetitif terkadang bukan hanya butuh kemampuan saja. Apabila sudah punya bekal kemampuan bermain yang hebat, melengkapi diri dengan berbagai perlengkapan terbaik juga tak kalah penting untuk mengurangi peluang kekalahan. Ibaratnya, tentara dengan kemampuan paling hebat tentu akan butuh persenjataan yang lebih baik juga.

Ketika bicara gaming kompetitif, kebutuhan perangkat terbaik bukan hanya dari sisi mouse atau keyboard saja. Produk audio yang mumpuni juga tak kalah penting, mengingat bermain game adalah kegiatan yang tidak hanya mengutamakan respon visual tapi juga respon audio. Kali ini saya dipinjamkan satu unit headset gaming Razer Blackshark V2 Pro. Kira-kira, sebagus apa headset yang diberi julukan sebagai “The Sound of Esports” ini?

Setelah beberapa saat saya menggunakannya untuk berbagai aktivitas gaming dan produktivitas sehari-hari, jujur saya cukup kagum dengan kemampuan reproduksi suara ataupun kualitas produk ini secara keseluruhan. Lebih lengkap dan tanpa berlama-lama lagi, berikut hasil ulasan saya untuk Razer Blackshark V2 Pro.

 

Produk Razer yang Terasa “Kurang Razer”

Apa yang Anda ingat apabila saya mengatakan produk peripheral gaming buatan Razer? Warna hijau mencolok dan LED RGB warna-warni yang manis dari teknologi Razer Chroma mungkin jadi dua hal paling khas yang akan Anda ingat dari produk buatan Razer. Menariknya, dua hal tersebut tidak hadir sedikitpun di dalam Razer Blackshark V2 Pro. Karenanya saya mengatakan bahwa produk ini terasa kurang Razer.

Razer Blackshark V2 Pro ini seperti ingin menunjukkan kesan serius dan terlihat ingin menyasar segmentasi gamer esports. Pada Razer Blackshark V2 X dan Razer Blackshark V2, Anda masih bisa melihat elemen warna hijau khas Razer pada kabel ataupun earcup. Namun Razer Blackshark V2 Pro memberi warna seluruh material headset dengan warna hitam doff, mulai dari bagian headband yang terbuat dari kulit sintetis, kabel-kabel yang bersifat detachable, hingga bagian earcup yang terbuat dari plastik. Walau berwarna hitam doff, kedua bagian tersebut tetap memiliki branding Razer berupa logo ular khas yang dibuat reflektif pada bagian earcup dan tulisan Razer di bagian headband.

Branding Razer yang terselubung di bagian headband dari Razer Blackshark V2 Pro. Foto oleh Akbar Priono - Hybrid.co.id
Branding Razer yang terselubung di bagian headband dari Razer Blackshark V2 Pro. Foto oleh Akbar Priono – Hybrid.co.id

Lalu apa kabar dengan LED RGB? Elemen tersebut juga absen dari headset ini. Satu-satunya bagian yang memancarkan cahaya lampu hanyalah indikator on-off yang ada di bawah kiri headset saja, warnanya bahkan biru standar bukan hijau khas Razer.

Seperti yang saya sebut barusan, headset ini terlihat ingin menyasar gamer esports profesional. Karena segmentasi yang dikejar, Blackshark V2 Pro tampil sangat serius bahkan sampai-sampai menghilangkan warna hijau yang jadi ciri khas. Bentuknya sekilas juga mirip seperti headset untuk komunikasi di dalam helikopter yang mungkin tidak keren bagi beberapa kalangan gamers.

Walaupun headset Blackshark V2 Pro terlihat kurang keren, namun Razer menyajikan material solid yang membuatnya terasa premium ketika dipegang. Lalu bagaimana rasa material-material tersebut ketika dikenakan. Kesan saya saat pertama kali menggunakan headset tersebut adalah niqmaaat

Beberapa kontrol yang ada di sisi kiri headset. (Dari atas ke bawah) ada tombol power, on-off microphone, micro-usb untuk charging, jack 3.5mm untuk audio output, dan jack 3.5mm untuk detachable mic.
Tampak dekat bantalan headset dan beberapa kontrol yang ada di sisi kiri. (Dari atas ke bawah) ada tombol power, on-off microphone, micro-usb untuk charging, jack 3.5mm untuk audio output, dan jack 3.5mm untuk detachable mic. Foto oleh Akbar Priono – Hybrid.co.id.
Sisi kiri headset tanpa mic.
Sisi kiri headset tanpa mic.
Sisi kiri headset dengan mic.
Sisi kiri headset dengan mic.

Terlepas dari bentuknya yang garang, headset ini ternyata terasa ringan saat dikenakan di kepala. Usut punya usut, Razer memang merancang Blackshark V2 Pro jadi bersifat lightweight dengan bobot sebesar 320 gram saja. Pelapis cushion atau bantalan headset terbuat dari kain. Mengutip dari laman resmi Razer, kain tersebut dirancang menggunakan teknologi Flowknit untuk meminimalisir rasa panas yang terasa apabila kita menggunakan headset dalam jangka waktu lama.

Setelah saya mencobanya, ternyata benar. Saya sempat mengenakan headset selama kurang lebih 5 jam non-stop. Selama durasi tersebut, saya tidak merasakan panas ataupun clamping (rasa terjepit di area kepala) yang berlebihan. Panas tetap ada, begitupun rasa berat di telinga setelah penggunaan durasi yang lama. Tapi seperti yang saya bilang, rasanya tidak berlebihan dan masih sangat bisa ditoleransi. Dalam hal clamping, Razer sendiri memang menggunakan memory foam sebagai isi bantalan headset yang membuatnya terasa empuk di telinga.

Tampak jelas dari apa saja yang ada di dalam box Razer Blackshark V2 Pro. (Dari kiri ke kanan) Micro-USB untuk charging, unit headset, USB Wireless 2.4 Ghz, dan detachable 3.5mm untuk audio output.
Tampak jelas dari apa saja yang ada di dalam box Razer Blackshark V2 Pro. (Dari kiri ke kanan) Micro-USB untuk charging, unit headset, USB Wireless 2.4 Ghz, dan detachable 3.5mm untuk audio output.

Selain itu isolasi yang diberikan headset cushion juga tergolong cukup kedap. Ketika saya menggunakan headset, suara di sekitar jadi berkurang mungkin sekitar 30% dari biasanya. Suara yang besar akan tetap tembus ke dalam headset, tetapi suara kecil seperti suara hujan di luar kamar cenderung jadi tidak terdengar dengan isolasi yang diberikan oleh bantalan headset.

Sedikit kekurangannya mungkin adalah posisi headset yang kadang melorot apabila digunakan dalam durasi waktu yang lama. Tetapi patut diketahui bahwa hal tersebut terjadi bukan semerta-merta hanya gara-gara headset-nya saja. Bisa jadi memang ukuran kepala saya yang cenderung lebih kecil, sehingga hal tersebut terjadi. Melorotnya headset juga tergolong tidak berlebihan, hanya perlu menaikkan sedikit saja headset-nya.

Setelah mengulas soal material dan kulit luar si Blackshark V2 Pro, mari kita beralih ke urusan suara Blackshark V2 Pro.

 

Suara Menggelegar THX Spatial Audio dan Razer Triforce Titanium

Kalau harus menjelaskan bagaimana suara Razer Blackshark V2 Pro dalam satu kalimat, jawaban saya adalah “suaranya sangat membohongi”. Sebelum menjelaskannya, satu yang patut diketahui juga bahwa Razer menawarkan dua jenis audio output.

Anda bisa menggunakan jack 3.5mm untuk menikmati audio output driver sang headset yaitu Razer Triforce Titanium 50mm. Anda juga bisa menggunakan USB Wireless 2,4 Ghz untuk bisa menikmati audio output dari DAC eksternal milik Razer dan bantuan software THX Spatial Audio. Selain itu sebagai tambahan informasi juga, sejujurnya ini adalah kali pertama saya menulis ulasan sebuah produk audio. Walaupun begitu, saya mengamati betul kualitas produk audio yang saya miliki dan juga sedikit banyak mengikuti perkembangan hobbyist audio melalui beberapa forum.

Oke, saatnya kembali ke pembahasan. Lalu kenapa suaranya membohongi? Maksud bohong di sini bukan dalam artian negatif, tetapi maksudnya begini. Sesaat setelah menerimanya unit review-nya, saya langsung menggunakan si Blackshark V2 Pro untuk mendengarkan musik sembari menyelesaikan artikel-artikel saya di Hybrid.co.id.

Razer Hyperspeed Wireless yang menggunakan teknologi radio 2.4 Ghz.
USB untuk menghubungkan headset dengan PC yang menggunakan Razer Hyperspeed Wireless berteknologi radio 2.4 Ghz.

Pada percobaan pertama, jujur saja, rasanya kecewa berat mendengar kualitas reproduksi suara yang dihasilkan Razer Blackshark V2 Pro. Kualitas suaranya tidak jelek, hanya saja tidak mencerminkan banderol harga Rp2,999 juta yang ditawarkan oleh headset tersebut. Ketika baru keluar dari kotak, reproduksi suara yang dihasilkan cenderung v-shape, hanya kuat di sisi bass dan treble, cempreng, dan cenderung lemah dari sektor suara mid (biasanya suara vokal).

Hari demi hari berlalu, saya pun mulai merasa “dibohongi” karena suaranya berubah ke arah yang lebih baik. Seiring dengan waktu, treble cempreng yang menusuk jadi terkendali. Kini sektor mid mulai mengimbangi sehingga suara artikulasi vokal jadi semakin jelas. Sektor bass tetap kuat, namun berkat sektor mid yang meningkat, suara bass-nya jadi bergaung nikmat (sedikit boomy) namun tetap mendentum (tetap punchy) pada saat mendengarkan musik-musik rock keras yang punya suara bass drum cepat.

Deskripsi suara di atas saya rasakan pada saat saya menggunakan audio output berupa jack 3.5mm (ke laptop ataupun smartphone) dan menggunakan Razer Hyperspeed Wireless 2.4 Ghz untuk mendengar musik. Lalu bagaimana dengan gaming? Blackshark V2 Pro pun kembali membuat saya kagum pada saat digunakan untuk gaming.

Saya mencobanya dalam dua skenario. Skenario pertama adalah gaming di PC dengan menggunakan USB wireless. Skenario kedua adalah gaming di mobile dengan menggunakan jack 3.5mm.

Selain untuk gaming PC, Razer Blackshark V2 Pro juga menyediakan output jack 3.5mm yang bisa digunakan untuk gaming mobile ataupun konsol.
Selain untuk gaming PC, Razer Blackshark V2 Pro juga menyediakan output jack 3.5mm yang bisa digunakan untuk gaming mobile ataupun konsol.

Untuk gaming PC, saya mencoba memainkan game VALORANT sembari menggunakan teknologi THX Spatial Audio. Pada percobaan skenario pertama, awalnya saya berpikir bahwa software tidak akan sebegitu signifikan membantu memberi pengalaman audio yang imersif saat bermain game. Ternyata saya salah besar. THX Spatial Audio tidak hanya membuat reproduksi suara jadi lebih menggelegar, tetapi juga memberi reproduksi titik suara yang akurat.

Hanya bermodal audio dari Blackshark V2 Pro, saya segera bisa mengetahui di mana posisi musuh berdasarkan dari suara step yang mereka keluarkan. Reprduksi suara tidak hanya memberi informasi dari arah mana (kiri/kanan/depan/belakang) lawan akan datang, tetapi juga bisa memberi informasi jarak (jauh atau dekat) posisi lawan. Selain itu, bantuan software pada Blackshark V2 Pro Wireless juga tergolong terasa natural, tidak artificial seperti penambahan gaung-gema berlebihan seperti pada beberapa headset gaming pada kelas harga low-end.

Lalu bagaimana dengan skenario percobaan yang kedua? Untuk percobaan kedua saya mencoba bermain PUBG Mobile di smartphone dengan menggunakan jack 3.5mm. Saya pun kembali berdecak kagum kedua kalinya saat mencoba Blackshark V2 Pro untuk bermain PUBG Mobile. Kemampuan headset untuk memberi informasi arah serta jarak musuh ternyata tetap bertahan walaupun menggunakan jack 3.5mm berarti hanya mengandalkan driver milik headset saja.

Biasanya suara langkah musuh akan saling bertabrakan apabila saya bermain PUBG Mobile dengan menggunakan audio output dari earphone atau IEM. Blackshark V2 Pro dengan driver Razer Triforce Titanium 50mm ternyata berhasil mengatasi masalah tersebut. Walaupun saya melakukan hot-drop (turun di kota ramai seperti Pochinki) Blackshark V2 Pro berhasil membagi suara dengan detil. Karena headset yang saya gunakan, saya jadi tahu kondisi sekitar dengan cukup detil, berapa orang musuhnya, di mana dan seberapa jauh posisinya.

Terakhir soal mikrofon. Masih dari laman resmi Razer, dikatakan bahwa Blackshark V2 Pro menggunakan teknologi Hyperclear Supercardio Mic. Pada saat saya mencobanya, ternyata mikrofon dari Razer ini tergolong tidak sebegitu istimewa walau suaranya sebenarnya tetap bagus. Selama masa work from home, saya rutin ngobrol online dengan kawan menggunakan Discord. Ketika berganti ke Blackshark V2 Pro, saya bertanya kepada kawan-kawan saya bagaimana suaranya, dan banyak yang mengatakan bahwa hasil suaranya tidak sebegitu beda jauh. Memang agak sulit dalam membicarakan kualitas suara yang dihasilkan dari mikrofon, karenanya Anda bisa melihat video dari reviewer di bawah ini untuk mengetahui bagaimana hasil suara mikrofon dari Razer Blackshark V2 Pro.

Bagaimana dengan teknologi wireless-nya? Jawabannya satu kata, “flawless”! Saya hampir tidak pernah merasa ada delay sedikitpun pada saat menggunakan Blackshark V2 Pro, baik saat digunakan untuk mendengarkan musik ataupun bermain game. Jarak wireless-nya juga cukup jauh. Saya sempat mencoba meletakkan laptop di ruangan yang berbeda dengan posisi saya dan suara ke headset masih jelas, lancar, dan tidak putus-putus.

 

Razer Synapse dan Beragam Kustomisasinya

Seperti biasanya, selain dari segi hardware, Razer juga menawarkan kecanggihan dari sisi software lewat Razer Synapse. Walaupun tidak ada LED RGB pada headset ini, namun Razer Synapse tetap menawarkan kustomisasi yang sangat luar biasa terhadap audio output ataupun input dari Blackshark V2 Pro.

Anda bisa edit sendiri arah suara hasil reproduksi software THX Spatial Audio apabila Anda masih merasa kurang cocok dengan pengaturan default. Selain edit sendiri, Razer Synapse juga menyajikan beberapa preset untuk Anda yang tidak mau pusing. Selain itu Razer Synapse juga memberikan pengguna kebebasan untuk menentukan bagaimana output suara dari si headset. Ada fitur Enhance Bass, Normalization, Voice Clarity, dan Equalizer yang masing-masing bisa diatur kuantitasnya. Saya sempat mencoba fitur Voice Clarity, namun suara headset justru jadi cenderung kurang nikmat. Suara treble kembali menusuk tajam. Walau hal tersebut membantu kita untuk bisa mendengar suara orang berbicara dengan lebih jelas, tetapi cenderung terasa tidak enak jika digunakan untuk gaming.

Dari sisi audio input, Anda bisa mengkustomisasi volume mikrofon, Enhancement Vocal Clarity, bahkan juga punya mic equalizer. Fitur ini juga sempat saya coba-coba, tetapi kebanyakan kawan Discord saya malah mengatakan suara saya cenderung tidak berubah banyak ketika saya menggunakan fitur-fitur tersebut.

Walau Razer Synapse punya berbagai kustomisasi, jujur saya merasa Razer Blackshark V2 Pro sudah sangat baik kualitas suaranya tanpa tambahan kustomisasi apapun. Namun demikian, saya rasa kustomisasi dari Razer Synapse tetap jadi nilai tambah yang bagus

 

Kesimpulan

Apakah Razer Blackshark V2 Pro sudah mencerminkan kualitas dari banderol harga sebesar Rp2,999 juta yang ditawarkan? Jawabannya adalah iya, mulai dari sisi material yang digunakan, hingga reproduksi suara yang dihasilkan baik dari sisi DAC eksternal (USB Wireless) serta THX Spatial Audio sebagai software enchancement eksternal ataupun suara murni dari Razer Triforce Titanium 50mm Drivers.

Tetapi kalau pertanyaannya apakah Blackshark V2 Pro ini patut dibeli, jawabannya tetap tergantung dari prefrensi Anda masing-masing.

Dalam ranah competitive gaming, saya merasa Blackshark V2 Pro ini jadi patut dibeli karena menciptakan reproduksi suara yang sangat luar biasa ketika digunakan untuk gaming. Seperti yang saya ceritakan di atas, Blackshark V2 Pro mampu pinpoint arah dan jarak suara dengan akurat.

Kemampuannya untuk pinpoint arah dan jarak suara bahkan tidak terbatas hanya saat digunakan dengan USB Wireless saja, tetapi juga ketika digunakan dengan jack 3.5mm di smartphone. Razer Blackshark V2 Pro juga tergolong sudah cukup enak digunakan untuk mendengarkan musik, walau kualitasnya bisa jadi kalah dengan headset atau headphone yang memang diciptakan untuk pecinta audio.

Walau punya material kokoh dan reproduksi suara yang bagus, Blackshark V2 Pro memang bisa jadi kurang apik penampilannya. Bagi sebagian orang, headset hitam polos tanpa ornamen led RGB itu bisa jadi jelek. Bentuknya juga tergolong kuno bagi sebagian orang karena terlihat seperti headset untuk berkomunikasi di helikopter. Tapi apabila Anda memang suka dengan penampilan minimalis nan profesional, bentuk dan warna hitam doff Blackshark V2 Pro itu justru bagus dan elegan.

Sekian ulasan saya terhadap Razer Blackshark V2 Pro Wireless. Semoga ulasan ini dapat membantu untuk menentukan headset yang akan Anda beli untuk memenuhi kebutuhan gaming ataupun produktivitas sehari-hari.