Rift S Adalah Versi Baru Headset VR Oculus Dengan Teknologi Pelacakan Lebih Canggih

Tes sesungguhnya bagi para pemain di industri VR dimulai dua tiga tahun setelah tersedianya perangkat kelas konsumen. Head-mounted display standalone kini dianggap banyak orang sebagai solusi paling ideal dalam mengakses konten virtual reality karena dibekali hardware pengolah data mandiri serta tidak mengunci pengguna di satu titik. Di kelas ini, Facebook sudah menyiapkan produk bernama Oculus Quest.

Namun konsep ‘tetheredvirtual reality tetap belum bisa disingkirkan. Untuk sementara, lewat metode inilah dunia maya bisa tersaji optimal karena dukungan PC. Dan di Game Developers Conference 2019, Facebook resmi memperkenalkan versi baru Oculus Rift, kini mengusung teknologi pelacakan ruang serta sistem optik yang lebih canggih demi mendongrak kualitas grafis. Headset anyar itu dinamai Oculus Rift S.

Anda bisa segera melihat perbedaan Rift S dari penampilannya. Headset ini tidak lagi menggunakan strap lentur, digantikan oleh headband melingkar dengan struktur menyerupai PlayStation VR. Itu berarti pemasangannya lebih mudah dilakukan sendiri. Anda tinggal mengenakan headband lalu menarik bagian visor. Arahan desain ini katanya dipilih karena lebih baik dalam mendistribusikan beban di kepala. Perancangan Rift S dilakukan tim Oculus bersama Lenovo.

Potongan bagian luarnya sedikit berbeda dan Anda akan melihat modul-modul lensa. Ia merupakan komponen dari sistem pelacakan berskala ruang Oculus Insight, yang memungkinkan headset bekerja tanpa membutuhkan sensor eksternal. Berbekal Insight dan lima lensa (dua di depan, masing-masing di kiri dan kanan, dan satu lagi di atas), Rift S dapat melacak dan menangkap objek yang ada di sekitar pengguna. Dan ketika dikombinasikan bersama periferal Oculus Touch barunya, pengalaman pemakaiannya jadi jauh lebih natural.

Oculus Rift S 2.

Oculus sebetulnya belum secara resmi mengungkap spesifikasi Rift S, tapi UploadVR menginformasikan pemanfaatan resolusi 2560×1440p – setara Oculus Go. Itu berarti ia punya kepadatan pixel 40 persen lebih tinggi dari Rift standar di 2160x1200p, kemudian bagian optiknya diperbarui buat mengurangi efek screen door dan menghilangkan god rays. Perlu dicatat bahwa layar HMD masih mengusung LCD dan menggunakan backlight sehingga belum bisa menampilkan hitam yang benar-benar pekat. Lalu saya juga baca ada sedikit penurunan refresh rate dari 90Hz ke 80Hz.

Oculus Touch Rift S.

Selain itu, periferal Touch yang menemani Rift S juga mendapatkan modifikasi. Desainer memindahkan bagian ‘cincin pelacak’ dari bawah ke atas, dimaksudkan agar pemancar inframerah dapat mudah terdeteksi headset. Penempatan tombol-tombolnya sendiri masih sama.

Oculus Rift S 1.

Oculus Rift S rencananya akan mulai dipasarkan di ‘musim semi’ tahun ini. Satu unitnya dibanderol US$ 400 untuk varian dengan penyimpanan internal 64GB. Akan tersedia pula opsi ber-storage 128GB.

Facebook Perkenalkan Headset VR Standalone High-End Spesialis Gaming Oculus Quest

Tersedianya headset virtual reality kelas konsumen membuka begitu banyak skenario pemakaian, dari mulai di ranah hiburan, edukasi hingga medis. Namun terlepas dari kian canggihnya teknologi pendukung VR, HMD kelas high-end masih mengikat penggunanya di satu lokasi. Dan sebagai jalan keluarnya, para produsen berlomba-lomba menyediakan perangkat berkonsep standalone.

Facebook memang sempat memperkenalkan dan meluncurkan Oculus Go di awal tahun ini. Namun mereka yakin masih bisa menggarap perangkat standalone dengan kapabilitas yang lebih baik darinya. Dalam konferensi Oculus Connect 5, Mark Zuckerberg resmi mengumumkan Oculus Quest, head-mounted display VR all-in-one standalone yang sengaja difokuskan pada ranah gaming.

Oculus Quest merupakan inkarnasi versi konsumen dari proyek Santa Cruz, dan kemandirian merupakan aspek andalan yang ditawarkan olehnya. Headset bisa bekerja tanpa PC, bebas kabel, dan sama sekali tidak membutuhkan sensor eksternal. Seperti Rift, Anda hanya tinggal mengenakannya di kepala dengan bagian visor menutup mata. Lalu untuk berinteraksi dengan konten digital, Quest turut dibundel bersama controller motion Oculus Touch model baru.

Oculus Quest 1

Hal paling menarik dari Quest adalah janji Facebook terhadap kemampuannya menghidangkan kualitas visual hampir setara Rift. Di waktu peluncurannya nanti, Quest rencananya siap menghidangkan lebih dari 50 judul game VR -beberapa yang paling terkenal di antaranya Robo Recall, The Climb dan Moss. Oculus Studios juga sempat mengumumkan Star Wars: Vader Immortal Episode I buat memeriahkan perilisan Quest.

Facebook belum menginformasikan spesifikasi Quest secara lengkap, namun head of VR Oculus Hugo Barra menjelaskan bahwa headset ini mendukung sistem tracking seluas 370 meter persegi. Quest juga ditunjang oleh teknologi Oculus Insight yang mengusung kapabilitas pelacakan luar-dalam. Dipadu kebebasan bergerak enam-derajat, HMD dapat tahu saat Anda berdiri, jongkok, atau memiringkan kepala. Lewat Insight, Oculus bisa menerapkan fitur pengaman ‘Guardian’ yang memungkinkan kita mengetahui keadaan di sekitar meski sedang berada di alam virtual.

Quest menyimpan aspek optik serupa Oculus Go, menyuguhkan layar beresolusi 1600x1440p untuk masing-masing mata. Selain itu, headset turut dibekali sistem audio built-in yang menjanjikan output berkualitas tinggi dengan bass bertenaga.

Facebook punya agenda untuk mulai memasarkan Oculus Quest di musim semi 2019. Produk akan dijajakan seharga US$ 400 untuk model dengan penyimpanan 64GB – dua kali lipat harga Oculus Go. Perilisan Quest di tahun depan itu kabarnya menandai akhir dari pengembangan perangkat VR Oculus generasi pertama.

Sumber: Oculus.

Oculus Rift Kini Bisa Jalankan Game Steam Lewat Portal Aplikasi Bawaannya

Faktor pembeda utama Oculus Rift dan HTC Vive – selain desainnya tentu saja – adalah platform yang dijalankan masing-masing headset. Kendati demikian, hal ini bukan berarti Rift cuma bisa menjalankan game dari Oculus Store saja. Game VR yang dibeli dari Steam maupun GOG juga bisa selama memang kompatibel, tapi pengguna bakal sedikit direpotkan.

Repot karena setiap kali pengguna hendak memainkan game yang dibeli di luar Oculus Store tadi, mereka harus melepas headset terlebih dulu, lalu mengakses game yang bersangkutan lewat interface PC tradisional. Bukan masalah besar memang, tapi cukup membuat frustasi banyak pengguna Rift.

Beruntung Oculus telah meluncurkan software update yang menjadi solusi atas problem ini. Update versi 1.17 ini memungkinkan pengguna Rift untuk mengakses game yang dibeli di luar Oculus Store langsung melalui portal aplikasi bawaannya, tanpa harus melepas headset sama sekali.

Oculus Home

Pembaruan lain yang tak kalah menarik adalah kompatibilitas fitur Parties yang sebelumnya sudah hadir terlebih dulu untuk Gear VR. Dengan Parties, pengguna dapat tergabung dalam percakapan suara bersama tiga pengguna lain, dan percakapan ini akan terus berlanjut meski masing-masing tengah mengakses aplikasi yang berbeda.

Kehadiran Parties ini juga bisa menjadi pertanda kalau peluncuran fitur Rooms untuk Rift sudah semakin dekat, dan konsumen tak perlu khawatir fitur tersebut bakal digantikan oleh Facebook Spaces, yang secara fundamental memiliki tujuan yang berbeda.

Sumber: Gamasutra dan Oculus Forums.

Developer Lebih Memilih HTC Vive Ketimbang Oculus Rift?

Menakar dari tingginya harga produk, saat ini headset VR sekelas Rift dan Vive memang masih di luar jangkauan kebanyakan konsumen di Indonesia. Mereka yang punya modal pun dihadapkan pada satu pertanyaan: device mana yang akan mendapatkan konten lebih banyak? Oculus VR memang merupakan pionir, tapi beberapa raksasa teknologi tak ragu mendukung Vive.

Untuk mencari tahu, tentu semuanya kembali ke keputusan developer, dan laporan dari UBM Game Network siap memandu Anda. Tim pelaksana Virtual Reality Developers Conference itu merilis VR/AR Innovation Report, berisi respons dari para profesional di bidang virtual serta augmented  reality mengenai platform favorit mereka.

Tahun ini adalah momen penting bagi VR dan AR: Vive dan Rift dilepas di saat yang tidak begitu berjauhan, Samsung merilis versi up-to-date dari Gear VR, Microsoft lagi sibuk menggodok HoloLens, lalu kabarnya Google juga sedang menggarap headset VR baru. Di kuesioner, UBM Game Network bertanya pada developer, saat ini platform apa yang mereka pilih buat mengembangkan konten?

HTC Vive vs Oculus Rift 1

Sebanyak 48,6 persen developer menjawab HTC Vive, sedangkan Oculus Rift hanya menghimpun 43,2 persen. Di kelas mobile VR, Samsung Gear VR mengungguli Google Cardboard dengan 33,8 versus 29,2 persen. Peminat PlayStation VR dan HoloLens juga cukup kecil, masing-masing 12,9 dan 8,8 persen, sedikit di bawah Google Daydream (14,6 persen). Meski persentasenya terlihat kecil, Google sendiri punya satu proyek VR lagi, yaitu Tango.

HTC Vive vs Oculus Rift 2

Menjawab pertanyaan ‘di mana Anda akan mengembangkan konten VR/AR selanjutnya?’, jarak antara Vive dan Rift kian melebar. 34,6 persen developer percaya diri  pada headset besutan HTC dan Valve itu, dan cuma 23,4 persen dari mereka yang memilih Vive. Untuk pertanyaan ini, Google Cardboard berhasil menghimpun lebih banyak pendukung dari Gear VR, angkanya di 14 persen dan 10,3 persen. Namun tak seperti pertanyaan pertama, ada lebih banyak responden tidak menjawabnya, boleh jadi menandai ketidakyakinan mereka.

Anda mungkin sempat mendengar langkah kontroversial Oculus VR buat menyajikan konten eksklusif dengan cara mem-block pemilik Vive sehingga mereka tidak dapat membeli dan memainkan game khusus Rift. Tenang saja, 78,1 persen developer memilih untuk melepas karya digital mereka di lebih dari satu platform.

Tidak sedikit orang merasa ragu, apakah VR merupakan lompatan besar di bidang hiburan, ataukah hype-nya pelan-pelan akan memudar? Anda tidak perlu khawatir, 95 persen developer yakin virtual reality mampu terus tumbuh. Dalam mengembangkan ekosistemnya, 49,7 persen responden memanfaatkan modal sendiri dan 33,4 persen menggunakan dana perusahaan.

Sumber: Gamasutra.

Siap Tanding di Ranah VR, Dell Menjagokan XPS Tower Virtual Reality

Orang mungkin akan segera mengingat Alienware begitu mulai membahas perangkat gaming dari Dell, namun tak berarti sang produsen PC Amerika itu melupakan gagasan yang dahulu membuat keluarga XPS terkenal. Meneruskan kiprah XPS 8900 sebagai gaming desktop sekaligus workstation, Dell juga telah menyiapkan produk buat menopang tren populer saat ini: VR.

Melalui blog yang dipublikasi hari Kamis kemarin, general manager XPS dan Alienware Frank Azor membahas lebih lengkap rangkaian sistem XPS Tower. Sebelumnya, line up produk ini telah diperkenalkan di akhir bulan Juli. Mereka terdiri dari beberapa varian dengan penampilan hampir serupa, diramu buat memenuhi kebutuhan berbeda: untuk bekerja sehari-hari, mainstream  gaming, sampai menangani HTC Vive ataupun Oculus Rift lewat XPS Tower Virtual Reality.

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, anggota keluarga XPS Tower mempunyai wujud identik, mengusung case berbahan aluminium dengan ujung diamond cut, memiliki dimensi 286,5x180x356mm dan berat kurang lebih 10kg. Azor menyampaikan, ukuran XPS Tower lebih kecil 27 persen dibanding perangkat sekelas tanpa menyulitkan pengguna dalam meng-upgrade. Tim Dell mengadopsi sejumlah faktor desain Alienware Aurora sehingga gonta-ganti komponen berjalan sederhana tanpa memerlukan obeng dan peralatan lain.

Khususnya di XPS Tower VR, Dell menjelaskan bahwa sistem tersusun atas ‘teknologi grafis tercanggih, audio sejernih kristal, dan sudah memenuhi daftar kebutuhan hardware untuk menyajikan pengalaman virtual  reality via Oculus Rift’. Saya penasaran apakah penuturan Azor mengenai bagaimana XPS Tower dapat bekerja secara hening berkat sistem kipas yang pintar juga diterapkan di tipe VR tersebut.

Dell XPS Tower VR terbagi dalam tiga model. Varian standarnya dipersenjatai prosesor Intel Skylake i5-6400 berkecepatan hingga 3,3GHz, kartu grafis Nvidia GeForce 970, memori RAM 2133MHz 8GB, penyimpanan berbasis hard  drive 1TB, dan power  supply yang sanggup menopang GPU 225W. Tentu saja Anda diberi kebebasan mengonfigurasi sistem, melakukan upgrade (atau downgrade).

Versi ‘termahal’ disertai prosesor Intel i7-6700K, menyimpan RAM sampai 64GB, SSD plus HDD 2TB, dan jika GTX 970 belum memuaskan Anda, tersedia pilihan kartu grafis GeForce GTX 1070 dan GTX 1080. Sayangnya, Dell belum menyingkap detail tipe XPS Tower Special Edition di website mereka.

Tiga XPS Tower VR dijajakan di harga US$ 1.100, US$ 1.500, dan US$ 1.800; jumlah tersebut belum termasuk uprade GPU ke GTX 1070 atau 1080.

Sumber: Dell.

Lebih Bertenaga Dari GTX Titan X, AMD Luncurkan GPU Radeon Pro Duo Untuk Developer VR

Tahun lalu AMD memperkenalkan empat GPU Fiji: R9 Fury, R9 Fury X, R9 Nano, kemudian tipe terakhir diperkenalkan dengan nama Radeon Pro Duo. Ia seharusnya dilepas tak lama setelah Nano, namun AMD memutuskan buat menundanya, baru merilis Pro Duo beberapa jam lalu. Ternyata diketahui, varian tercanggih Fiji tersebut disiapkan bukan untuk ‘konsumen biasa’.

Kita melihat sendiri bagaimana virtual reality menyita perhatian khalayak, terutama sesudah Rift dan Vive tersedia. Produsen berlomba-lomba menyiapkan produk pendukung VR. Tapi khususnya Pro Duo, ia tidak diramu buat menikmati, melainkan untuk pembuatan konten. AMD mengklaim, Radeon Pro Duo menyimpan performa 1,5 kali lebih tinggi dari GeForce GTX Titan X, serta 1,3 kali lebih mumpuni dibanding Radeon R9 295X2.

Radeon Pro Duo berisi sepasang kartu grafis R9 Nano di satu board. Masing-masing GPU difokuskan untuk satu mata ketika head-mounted display sedang dioperasikan. Metode ini memberikan level performa yang belum mampu ditawarkan kartu grafis tunggal. Selain itu, GPU sekunder bisa menopang chip utama buat proses pengolahan grafis berat, memastikan sistem bekerja mulus.

AMD Radeon Pro Duo 02
Radeon Pro Duo dari samping-depan.

Tentu saja Anda bisa menggunakan Pro Duo untuk menikmati game, meskipun dari pengamatan The Inquirer, ia masih belum efektif menangani Grand Theft Auto V dan Rise of the Tomb Raider di 4K. AMD telah menyediakan driver Radeon standar serta FirePro khusus bagi pencipta konten. Pro Duo sendiri tidak terbaca sebagai kartu FirePro sejati, tapi ia secara resmi didukung app-app semisal Autodesk, Maya, dan Blackmagic Davinci Resolve.

Dua buah GPU R9 Nano berarti Pro Duo menyuguhkan performa serta mengonsumsi daya dua kali lebih besar. Buat menghilangkan panas, kartu grafis dibekali cooler berberbasis cairan mirip Radeon R9 Fury X, menutupi modul regulator voltase serta unit GPU. Di sana terdapat tiga connector DisplayPort ditambah satu HDMI, lalu di sampingnya ada connector power PCIe delapan-pin – menyedot listrik sebesar 350W.

AMD Radeon Pro Duo 03
Bagian dalam Radeon Pro Duo.

Salah satu fitur unik dari kartu grafis anyar adalah kehadiran teknologi LiquidVR, yang bertugas meminimalisir latency dan stuttering saat sistem terpasang ke Oculus Rift maupun HTC Vive. Selain mengungkap Radeon Pro Duo, AMD juga telah memprakarsai sejumlah program sebagai cara mereka berkiprah di ranah virtual reality.

Menariknya, di website, AMD menyebut Pro Duo sebagai ‘kartu grafis untuk gaming paling cepat di dunia’. Nyatanya, harga produk sangat jauh di atas kemampuan mayoritas gamer PC. Ia dibanderol US$ 1.500.

Via AnandTech. Sumber: AMD.

Siap Bersaing di Ranah Virtual Reality, Asus Umumkan Program Beyond VR Ready

Menyusul pelepasan dua headset high-end di era kelahiran virtual reality, produsen berlomba-lomba menyiapkan perangkat yang sanggup menopangnya. Daftar kebutuhan hardware telah tersedia, dan bermunculanlah sejumlah sertifikasi ‘VR ready’. Asus sendiri mengamankan nama mereka di ranah itu dengan menjadi salah satu penyedia Oculus Ready PC.

Tapi persaingan dari rival senegaranya memang cukup sengit. MSI lebih dulu meluncurkan notebook gaming dan workstation VR ready pertama di dunia, lalu disusul oleh Acer lewat Predator 17 X. Kali ini, Asus mencoba menyamai kedudukan dengan memprakarsai program baru. Saat kompetitor menetapkan virtual reality sebagai sebuah standar, produsen Taiwan itu mengumumkan Beyond VR Ready.

Asus menjelasan bahwa Beyond VR Ready adalah sebuah tanda kesanggupan dan rasa percaya diri mereka buat menyediakan perangkat-perangkat pendukung virtual reality. Untuk mencapai keinginannya, Asus berkolaborasi bersama perusahaan-perusahaan ternama di industri, sehingga produk seperti motherboard dan kartu grafis bekerja optimal dengan headset serta aksesori VR.

Asus Beyond VR Ready 0
Badge Beyond VR Ready.

Kehadiran Badge Beyond VR Ready mempermudah konsumen buat mengetahui hardware apa saja yang kompatibel ke Oculus Rift dan HTC Vive. Dengan mengusung lencana itu, Asus berjanji hardware-hardware tersebut sanggup menyuguhkan pengalaman virtual reality maksimal. Komponennya diuji demi memastikan semua beroperasi secara mulus begitu game atau aplikasi diluncurkan. Lalu selanjutnya, Asus berencana untuk memperbanyak varian produk.

“VR Ready memberi tahu kita spesifikasi dasar yang diperlukan buat memperoleh pengalaman VR memuaskan. Walaupun bagi konsumen hal tersebut mudah dipahami, mengonfirmasi kompatibilitas komponen merupakan pekerjaan sulit,” jelas Asus di website. “Program Asus Beyond VR Ready memastikan hardware telah dites dan menjamin semuanya tersambung.”

Beyond VR Ready meliputi dua tipe produk, terdapat 30 motherboard dan 17 GPU. Namun saya belum dapat memastikan apakah Asus turut memasukkan notebook Republic of Gamers serta PC desktop G11CD dan ROG G20CB yang mendapatkan titel Oculus Ready PC.

Sayangnya, deskripsi Asus mengenai apa yang dimaksud dengan ‘Beyond VR ready’ masih belum jelas. Pertanyaan saya adalah, kira-kira apa yang akan menjadi fokus utama Asus? Apakah produsen lebih menitikberatkan kemampuan produk mereka untuk menangani virtual reality, atau condong pada upaya kerjasama demi mengembangkan ekosistem VR?

Info lebih lengkap Beyond VR Ready bisa Anda peroleh di situs resmi.

Sumber: Asus.

Harapan Oculus VR Terhadap Virtual Reality di Waktu Dekat

Pengumuman Oculus Rift di 2012 menandai era baru virtual reality setelah beragam ‘eksperimen ‘yang dilakukan belasan tahun sebelumnya. Kesuksesan Oculus VR di Kickstarter menarik perhatian seisi industri, termasuk programmer game legendaris John Carmack. Developer sudah merilis beberapa versi DK, dan tak terasa, pelepasan resmi Oculus Rift menanti di penghujung bulan ini.

Bukan tanpa alasan 2016 disebut sebagai tahunnya virtual reality. Selain Oculus VR, HTC (bersama Steam) dan Sony berencana meluncurkan headset virtual reality dalam waktu dekat; ditambah lagi perangkatperangkat unik yang belum lama diungkap. Namun tema VR masih meninggalkan tanda tanya besar: apa rencana produsen selanjutnya setelah produk tersedia untuk publik?

Dalam wawancara bersama Gamasutra, founder Oculus VR Palmer Luckey menuturkan harapan dan ekspektasi mereka mengenai virtual reality, terutama satu tahun sesudah peluncuran Rift. Luckey belum mempunyai gambaran pasti, tapi ia yakin banyak orang akan menciptakan terobosan baru dan memperoleh banyak keuntungan dari VR. Selain Oculus Rift, ia memperkirakan ada banyak konsumen menggunakan Gear VR dan headset produsen lain.

Luckey juga optimis, konten akan sangat diminati konsumen meskipun ia bukanlah game atau aplikasi yang betul-betul inovatif. Itu karena VR merupakan ranah baru dan banyak sekali hal terjadi di sana. Buat sekarang, jumlah konten memang terbatas, apalagi jika dibandingkan dengan console game. Luckey percaya diri, banyak developer jadi sukses berkat VR.

Sang founder turut menyampaikan bagaimana idealnya perilisan Oculus Rift. Luckey ingin semua orang (yang sudah memesan) segera mendapatkan unit Rift, lalu ketika disambungkan ke PC, device berjalan tanpa masalah, baik di sisi software maupun hardware. Selanjutnya ‘mereka menghabiskan minggu dengan menikmati game-game virtual reality non-stop.’ Nyatanya, kendala pasti ada, dan tim developer telah bersiap-siap menghadapinya lewat bug fix, perubahan-perubahan, dan siap siaga membantu konsumen jika muncul problem.

Dan walaupun era kehadiran VR ada di depan mata, tak berarti ia jadi merakyat. Luckey mengakui, headset virtual reality mungkin tidak akan sepopuler iPhone dalam sekejap. Butuh proses cukup lama untuk mengumpulkan jutaan user. Namun Luckey juga bilang, Oculus tidak perlu mencapai status mainstream buat sukses. Yang penting, ekosistemnya terus berkembang.

Oculus VR mengonfirmasikan prediksi pemakaian VR di waktu ke depan. Konten diperkirakan terbagi rata antara game dan non-game. Namun tidak berarti penggunaan headset VR buat permainan jadi berkurang: pemanfaatan device untuk fungsi selain video game-lah yang akan meningkat.

Oculus Umumkan Deretan Sistem Oculus Ready PC Generasi Pertama

Seperti lompatan di bidang hiburan sebelumnya, kecanggihan virtual reality menuntut performa hardware yang tinggi. Dari jauh-jauh hari, Oculus VR sudah memublikasikan daftar komponen pendukung Rift. Dan berbarengan dengan pengumuman pre-order headset VR tersebut, developer juga mengungkap program Oculus Ready PC untuk menyederhanakan penyajiannya.

Oculus Ready PC merupakan program kerjasama antara tim Oculus VR dan para produsen PC untuk menyediakan sistem yang mampu menangani Rift. Dan baru saja developer mengumumkan deretan Oculus Ready PC generasi pertama secara lebih rinci, hasil racikan Asus, Alienware serta Dell. Dan sesuai janji mereka, sebentar lagi publik bisa memesan PC-PC canggih ini.

Oculus VR menyampaikan bahwa semua produk yang tersertifikasi sudah lulus uji coba; didesain dan dirakit demi menyuguhkan pengalaman virtual reality istimewa. Oculus Ready PC dibundel bersama unit head-mounted display, sensor, remote, sebuah controller Xbox One, game EVE: Valkyrie Founder’s Pack dan Lucky’s Tale. Jika konsumen telah pre-order Rift, Oculus Ready PC akan dikenakan potongan harga.

Oculus Ready PC 01

Saat ini ada lima produk yang memperkuat lini Oculus Ready PC. Mereka adalah Asus G11CD, Asus Republic of Gamers G20CB (Intel i5-6400 atau i7-6700), Alienware Area 51, Alienware X51 R3 (Nvidia GeForce GTX 980 atau 970), serta Dell XPS 8900 SE. Berdasarkan spesifikasinya, G11CD ialah tipe paling ekonomis, dapat dimiliki seharga mulai dari US$ 1.500, sedangkan Area 51 merupakan model ter-high-end. Oculus VR bilang, mereka akan terus menambah variannya.

Masa pre-order Oculus Ready PC plus bundel Rift kabarnya akan dimulai pada tanggal 16 Februari jam 8:00 pagi Waktu Pasifik (pukul 23:00 WIB) melalui Best Buy, Amazon dan Microsoft Store. Namun sepertinya baru konsumen di 20 negara ini saja yang bisa melakukan pemesanan, dan Indonesia belum ada di sana.

Solusi sederhananya, silakan manfaatkan software compatibility tool dari Oculus buat mengetahui apakah PC Anda sanggup menangani Rift, atau gunakan daftar hardware rekomendasi di bawah ini sebagai patokan:

  • Prosesor Intel Core i5-4590
  • Kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970 atau AMD R9 290
  • Memori RAM 8GB atau lebih
  • Output video HDMI 1.3
  • Port USB 3.0 sebanyak tiga buah plus satu USB 2.0
  • Sistem operasi Windows 7 SP1 64-bit atau yang lebih baru

Alternatif praktis lainnya juga masih ada. Belum lama MSI menyingkap deretan notebook gaming bersertifikasi Nvidia VR Ready pertama di dunia, sempurna jika Anda menginginkan perangkat penopang headset virtual reality yang lebih mobile dan ringkas.

Seperti Inilah Penampilan Versi Retail Oculus Rift

Sudah enam bulan berlalu semenjak berita besar terakhir mengenai perangkat virtual reality Oculus Rift. Waktu itu di konferensi Oculus Connect, tim developer memamerkan prototype teranyar ber-codename Crescent Bay, sebagai penggambaran teknologi dan fitur varian retailnya. Dan di awal bulan Mei ini, Oculus VR mengumumkan kabar yang kita tunggu-tunggu. Continue reading Seperti Inilah Penampilan Versi Retail Oculus Rift