Emtek Dikabarkan Ambil Porsi Kepemilikan di KapanLagi Network

Raksasa media Emtek, menurut informasi yang kami terima, dikabarkan telah mengambil porsi kepemilikan di KapanLagi Network (KLN). Belum ada informasi berapa besar kepemilikan Emtek di grup media tersebut, tapi kabarnya memiliki potensi mayoritas. Grup media Singapura MediaCorp Singapura sebelumnya telah mengakuisisi 52% saham KLN di tahun 2015.

KLN disebutkan sebagai grup media hiburan dan gaya hidup terbesar di Indonesia. Selain KapanLagi dan Merdeka, sejumlah properti media lain menyasar segmen niche, seperti Bola.net, Fimela, Vemale, dan lain-lain.

KLN awalnya didirikan oleh Steve Christian dan Eka Wiharto di tahun 2003, kemudian merger dengan Fimela Group di tahun 2014 membawa Ben Subiakto dan Dian Mulyadi ke jajaran manajemen.

Menurut informasi yang kami terima, media unggulan seperti KapanLagi dan Merdeka akan tetap menjadi properti independen. Sementara properti yang memiliki irisan dengan milik grup Emtek, misalnya Bola.net (KLN) dan Bola.com (Emtek) akan digabungkan (merger).

Kami telah menghubungi pihak KLN untuk meminta komentarnya tentang hal ini.

Emtek sendiri saat ini bertransformasi menjadi konglomerasi media dan teknologi. Selain media televisi dan online, mereka berinvestasi di sejumlah perusahaan teknologi, termasuk Bukalapak dan BBM. Properti media online-nya sendiri berada di bawah naungan Liputan6.com yang dipimpin Karaniya Dharmasaputra.

Betulkah Developer Pencipta The Elder Scrolls Sedang Garap Permaian Game of Thrones?

Hari ini merupakan momen penayangan episode terakhir season tujuh serial Game of Thrones. Bagi saya, kontennya cukup memuaskan, tapi tentu saja satu fakta pahit tak bisa dihindari: season delapan baru akan hadir di akhir 2018 atau awal 2019. Tapi ada satu berita gembira jika Anda masih ingin mendalami politik dan intrik yang mewarnai Westeros.

Ada beberapa alternatif untuk bertualang secara interaktif di sana. Hingga kini, ada dua permainan video yang diangkat dari kisah A Song of Ice and Fire, yaitu Game of Thrones: The Role-Playing Game (2012) dan Game of Thrones: A Telltale Games Series (2014). Sayang sekali, keduanya mendapatkan kritik cukup pedas dari pemain terkait buruknya gameplay hingga jalan cerita yang sama sekali tidak memuaskan.

Namun belum tentu seluruh upaya mengangkat Game of Thrones ke game berakhir mengecewakan. Usaha adaptasi ketiga kabarnya sedang dilakukan, tapi kali ini digarap oleh nama yang sangat berpengalaman di bidangnya. Berdasarkan laporan dari user forum NeoGAF, permainan Game of Thrones selanjutnya akan dikembangkan oleh tim pencipta seri The Elder Scrolls dan pemilik franchise Fallout, Bethesda.

Game of Thrones

Informasi diperoleh dari page yang belum jadi di situs Target. Belum ada info ataupun gambar di sana, dan belum diketahui juga apakah memang betul proses pengembangannya ditangani oleh Bethesda Game Studios atau mereka hanya berperan jadi publisher saja (Bethesda Softworks). Laman tersebut cuma menyebutkan judul (sementara) ‘Bethesda: Game of Thrones’.

Bethesda memang telah diketahui sedang mengerjakan setidaknya lima proyek baru. Di awal tahun ini, game director Todd Howard sempat berkomentar bahwa dua di antaranya merupakan proyek besar. Memang sudah saatnya Bethesda menyiapkan The Elder Scrolls VI, tapi kita juga tidak akan menolak kehadiran permainan Game of Thrones dari Bethesda

Developer sama sekali belum mengomentari rumor ini, tapi bayangkan saja seandainya ternyata info tersebut benar: sebuah permainan role-playing single-player open-world berskala masif yang menghidangkan gameplay berdurasi ratusan jam ala Skyrim. Tapi tentu saja ada PR yang harus Bethesda benahi. Narasi dan karakter bukanlah bagian terkuat di permainan mereka; sedangkan dua hal itu merupakan elemen paling menonjol di Game of Thrones.

Tapi sebelum Anda terlalu bergembira, ingat bahwa kemunculan ‘Bethesda: Game of Thrones’ di situs Target boleh jadi hanya merupakan kesalahan tak disengaja. Buat sekarang, kita hanya bisa memohon pada Lord of Light agar kabar ini benar adanya…

Via Gamespot.

[Rumor] Gear Sport Berpeluang Untuk Jadi Wearable Terunik Buatan Samsung

Samsung bukan lagi pemain baru di segmen wearable. Keluarga Gear yang pertama kali diperkenalkan di bulan September 2013 sebagai spin-off telah melahirkan banyak smartwatch dan berekspansi dengan menciptakan smart neck band, headset VR, earphone hingga kamera 360 derajat. Kini konsumen sedang menunggu pengumuman resmi dari smartwatch anyar mereka.

Menariknya, ada kemungkinan bahwa ‘Gear S4‘ bukanlah satu-satunya perangkat wearable yang sedang digarap raksasa elektronik asal Korea Selatan itu. Di bulan Agustus ini, sebuah device dengan nomor seri SM-R600 tercatat masuk di database  FCC (Federal Communications Commission). Kemunculannya disertai ilustrasi dan nama ‘Samsung Gear Sport’. Ia dideskripsikan sebagai ‘perangkat pergelangan tangan’ yang memiliki konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi.

Samsung Gear Sport

Berdasarkan gambar tersebut, Gear Sport mempunyai tubuh kotak membulat, dan boleh jadi merupakan perangkat yang sempat Samsung bahas di survei SmartLab Plus awal tahun ini. Jika memang benar, maka lewat Gear Sport, Samsung mencoba memadukan teknologi tracking dan penampilan stylish familier ala smartwatch Gear. Dengan begini, Anda bisa mengenakannya baik saat meeting serta sewaktu berolahraga di gym.

Produsen bilang, Gear Sport memiliki ukuran tubuh dan strap lebih kecil dibanding Gear S3 serta Gear Fit 2, dengan watch face bundar. Ia didesain agar memberikan kenyamanan maksimal, mengusung tubuh berstruktur modular, serta tahan air ke titik dapat dipakai berenang agar fungsi fitness tracker-nya bekerja sempurna. Konsep modular memang terdengar menjanjikan, tapi belum diketahui sampai sejauh mana kustomisasi dapat dilakukan.

Survei SmartLab Plus juga menyingkap bagaimana sisi software turut menjadi perhatian utama Samsung. Fungsi Gear Sport kabarnya difokuskan untuk memudahkan kita mengelola kalori dan berat badan, melacak aktivitas, menakar kualitas olahraga, serta dibekali pula oleh fitur pelatihan. Selanjutnya, Gear Sport turut dibekali user interface baru. Samsung mendesainnya agar notifikasi serta widget lebih mudah dibaca.

Produsen tampaknya punya agenda buat membekali Gear Sport dengan fitur Smart Inactivity yang ada di device wearable Samsung sebelumnya. Smart Inactivity memberikan kemampuan bagi perangkat untuk mengingatkan pengguna saat sudah waktunya mereka buat beristirahat sejenak dari pekerjaan dan menggerakkan tubuh.

Waktu rilis Gear Sport masih belum diketahui jelas. Menurut Digital Trends, waktu pengajuan di FCC mengindikasikan bahwa pengumuman resmi perangkat ini akan dilakukan di waktu dekat. Ada probabilitas cukup besar Samsung berencana mengungkapnya di IFA Berlin 2017 yang dilangsungkan pada tanggal 1 sampai 6 September besok.

Via Forbes.

JD.com is Rumoured to Acquire Tokopedia

Chinese e-commerce giant JD.com is rumored to have acquired majority stake in Tokopedia, according to our trusted sources. This news, if true, will put an end to speculation about the possibility of any Chinese e-commerce company investing in one of the largest local marketplace services in Indonesia. It will ensure Tokopedia’s position as Southeast Asia’s unicorn, following Go-Jek and Traveloka’s earlier announcement. For JD.com, the acquisition of Tokopedia is an important ammunition in competition against its closest competitor, Alibaba.

In the last 3 months, rumors about who invested in Tokopedia became a hot topic in the industry. In early May, it was JD.com who was in talk, but then at the end of July there was a shocking news if Alibaba was interested in injecting funds up to $500 million (over 6.6 trillion Rupiah) for the company founded by William Tanuwijaya and Leontinus Alpha Edison in 2009. Alibaba previously has acquired Lazada, a leading player in the Indonesia’s e-commerce market.

It would be logical if finally JD.com dare to offer hard-to-reject acquisition preposition. In order to compete with Alibaba, JD.com needs support from large market, Indonesia in this case, and Tokopedia is indeed the most ideal player. It would be a big loss for JD.com if its closest competitor controls the # 1 and # 2 players in Indonesia’s e-commerce scene, the third largest market in Asia, after China and India.

Uniquely, Tokopedia’s business that focuses on the marketplace sector is much closer to Alibaba than JD.com.

We still have not received confirmation about this and will update once there is certainty from related parties.

Tokopedia’s last publicly announced funding was in 2014 when it received $100 million funds from Softbank Japan and Sequoia Capital. Meanwhile, JD.com has already operated its own Jakarta-based JD.id since the end of 2015.

Application Information Will Show Up Here

Betulkah Nintendo Berencana Membuat Versi Baru Console N64?

Dalam pembahasan lebih dalam mengenai SNES Classic Editionconsole ‘retro modern’ yang Nintendo siapkan sebagai penerus NES mini – saya sempat bilang bahwa kecil kemungkinan perusahaan Jepang itu berencana meluncurkan versi baru dari sistem permainan Nintendo 64. Saat itu alasan saya ialah karena N64 tidak memiliki koleksi permainan selegendaris Super Nintendo.

Tapi bisa jadi asumsi saya tersebut keliru. Dua bulan sebelum tanggal peluncuran SNES Classic Edition, terdengar kabar soal gerak-gerik Nintendo melakukan ‘remaster‘ pada N64 agar dapat dinikmati para gamer muda. Sumber informasinya adalah pengajuan paten sejumlah controller yang dilakukan Nintendo ke European Union Intellectual Property Office, salah satunya menampilkan ‘Nintendo 64 controller‘.

Info ini berhasil diperoleh seorang user NeoGAF, dan melihat data-data yang ia lampirkan, keabsahannya terlihat cukup meyakinkan. Pengajuan tersebut memiliki nomor 016991325, dilakukan belum lama ini pada tanggal 20 Juli 2017. Dengan masuk ke situs EUIPO, Anda bisa melihat ilustrasi familier: unit gamepad dari console N64. Sebelumnya, langkah serupa sempat Nintendo lakukan sebelum mereka resmi mengumumkan NES serta SNES Classic Edition.

Controller N64

Berpedoman dari cara produsen menyajikan versi mini Nintendo Entertainment System dan console penerusnya, besar kemungkinan ‘N64 Classic’ mengusung wujud yang lebih mungil, juga dilengkapi controller wired serta port-port klasik. Anda juga tak bisa menambah jumlah game (semoga dugaan ini salah), dan harus puas dengan koleksi permainan yang sudah ditentukan Nintendo.

Melihat NES dan SNES Classic Edition, Nintendo kemungkinan membundelnya bersama 20 sampai 30 judul permainan, menyajikan judul-judul kebanggaan mereka di era console 64-bit itu seperti Mario Kart 64, Super Mario 64, The Legend of Zelda Ocarina of Time hingga Majora’s Mask.

Nintendo N64 dilepas pertama kali di tahun 1996 dan segera menjadi pesaing utama Sony PlayStation serta Sega Saturn. Saat itu, beberapa reviewer memujinya sebagai console game paling canggih, dan juga mengacungkan jempol pada desain unit controller-nya. Hingga Nintendo menghentikan dukungannya pada perangkat ini, N64 telah terjual sebanyak 32,93 juta unit.

Meskipun indikasi kehadiran ‘N64 Classic Edition’ cukup kuat, perlu diingat bahwa boleh jadi, pengajuan paten tersebut tidak memiliki kaitan dengan pelepasan versi anyar Nintendo 64. Siapa tahu, Nintendo bermaksud menyediakan controller ala N64 untuk Switch. Apalagi sejauh ini, sang perusahaan hiburan asal Jepang itu sama sekali belum membuat pengumuman…

Via TechRadar.

Indikasi Razer Sedang Menggarap Smartphone Semakin Kuat

Dalam wawancaranya bersama South China Morning Post di pembukaan Razer Store Hong Kong bulan lalu, CEO Min-liang Tan menuturkan keinginan Razer untuk menyediakan platform ideal buat tempat menikmati permainan-permainan mobile serta agenda ‘mengganggu pasar’. Hal ini memperkuat prediksi orang mengenai rencana Razer berkecimpung di ranah perangkat bergerak.

Anggapan tersebut mulai muncul setelah sang perusahaan periferal gaming ternama itu mengakuisi Nextbit, perusahaan startup dan produsen handset Robin, di akhir bulan Januari 2017 silam. Dan berdasarkan bocoran narasumber terpercaya pada Bloomberg belum lama ini, Razer dikonfirmasi sedang menggarap smartphone, didanai oleh pemasukan yang mereka dapatkan dari penjualan gaming gear.

Buat sekarang, detail mengenai produk masih sangat minim. Sang informan hanya bilang bahwa ‘Razer saat ini sedang mengembangkan perangkat bergerak yang ditujukan bagi gamer hardcore sebagai konsumen utama mereka’. Untuk melakukannya, Razer kabarnya membutuhkan modal antara US$ 3 sampai US$ US$ 5 miliar. Selanjutnya, device itu akan ‘didaftarkan’ pada bulan Oktober 2017 nanti.

Razer memanfaatkan toko pertama di Hong Kong sebagai lokasi pendaratan pertama, agar mereka bisa lebih leluasa melebarkan jaringnya di kawasan Tiongkok. Perusahaan ini melirik potensi pemasukan yang sangat besar di sana, nilainya mencapai US$ 25 miliar. Razer kini sudah mulai memasarkan produk-produk mereka lewat raksasa-raksasa eCommerce semisal JD.com dan Alibaba. Berbicara mengenai modal, Razer didukung oleh beberapa nama besar seperti Intel dan Temasek Holdings Pte.

Walaupun sangat potensial, belum ada tanda-tanda Razer ingin mengubah fokusnya ke produksi smartphone. Gaming gear masih jadi perhatian utama mereka, dan Razer baru memperoleh pencapaian penting: selama tiga tahun ke belakang ini, perusahaan berhasil menjual aksesori gaming dengan nilai total mencapai US$ 1 miliar.

Tak cuma aksesori gaming, Razer juga mensponsori lebih dari 300 atlet eSport, dan dikabarkan sedang membangun platform software yang bisa menyambungkan dan meluncurkan permainan untuk 35 juta user di komunitas Razer. Selain itu, tim tengah mengembangkan mata uang virtual bernama zGold buat mendukungnya.

Jika memang benar Razer berkeinginan untuk menggarap smartphone, langkah ini sama sekali tidak mengherankan. Kehadiran brand Razer di ranah mobile sudah pasti akan mencuri perhatian gamer, lalu kepopularitasan eSport di smartphone juga sedang meroket. Pertanyaannya, produk seperti apa yang akan Razer perkenalkan? Apakah handset kelas flagship, atau perangkat yang lebih terjangkau?

Gambar header: Razer Zone.

Samsung Kabarnya Kembangkan Headset VR Baru, Kali Ini Dibekali Layar 2.000PPI

Lewat kerja sama dengan  Oculus untuk menggarap Gear VR, Samsung menjadi pionir di ranah penyajian virtual reality berbasis perangkat bergerak. Dan di bulan April kemarin, raksasa elektronik asal Korea Selatan itu meluncurkan versi refresh dari headset mereka. Device memperoleh sedikit update pada desain dan memperoleh dudukung controller dedicated.

Namun sepertinya Samsung masih belum puas dalam menggarap headset VR portable yang betul-betul ideal. Berdasarkan laporan dari narasumber PocketNow, sang produsen kabarnya telah menetapkan target baru. Mereka mencoba mengembangkan device next-gen dengan layar beresolusi super-tinggi – lebih tajam lagi dibanding panel yang dimiliki handset flagship Samsung. Jika informasi ini akurat, maka HTC dan Oculus VR akan punya kompetitor baru.

Perangkat tersebut dikabarkan mengusung layar OLED build-in dengan resolusi ‘ultra-high‘ dan menyuguhkan kepadatan 2.000-pixel per inch. Itu berarti, level PPI-nya hampir empat kali Galaxy S8 (di 570PPI), dan jauh melampaui Vive dan Rift di kurang lebih 460PPI. Device mampu bekerja secara mandiri, tak lagi memerlukan dukungan handset. Tentu saja pertanyaan terbesarnya adalah, di mana Samsung meletakkan unit prosesornya? Apakah ada di dalam atau terpisah dari headset?

Angka-angka di atas memang terdengar fantastis, tetapi sebetulnya Samsung sudah pernah memperkenalkan teknologi layar berspesifikasi hampir serupa. Di acara Society for Information Display 2017 yang diadakan di Los Angeles bulan Mei kemarin, perusahaan memamerkan panel LCD 1,96-inci buat menunjang kebutuhan virtual reality, agumented reality serta hologram. Display tersebut mempunyai resolusi 3.840×2.160-pixel berkepadatan 2.250ppi.

Selain itu, Samsung juga sempat menyingkap display OLED 5.09-inci ‘glass-free‘ untuk virtual reality, game-game 3D dan buku-buku pop-up AR; lalu ada pula layar OLED fleksibel selebar 9,1-inci yang dapat dikembangkan seperti balon dan bisa kembali ke kondisi semula.

Di tahun 2016, kepala divisi riset dan pengembangan Samsung Injong Rhee sempat mengonfirmasi bahwa timnya sedang mengerjakan head-mounted display mobile VR berkonsep stand-alone. Perangkat tersebut dipisahkan dari keluarga Gear VR, dimasukkan dalam kategori brand Odyssey. Brand ini cukup unik karena juga merangkul perangkat notebookgaming ready bersenjata prosesor Intel Core i7 Kaby Lake dan GPU GeForce GTX 10 Series.

Jika memang benar headset virtual reality baru itu jadi anggota keluarga Odyssey, maka ada probabilitas HMD tersebut dirancang agar kompatibel dengan laptop gaming.

Raksasa E-Commerce Tiongkok JD Dikabarkan Berminat Berinvestasi di Tokopedia

Bloomberg melaporkan raksasa e-commerce Tiongkok JD berminat untuk berinvestasi di Tokopedia. Disebutkan negosiasi masih di tahap awal, investasi bakal melibatkan pendanaan hingga ratusan juta dollar (triliunan Rupiah). Nilai investasi tersebut, jika direalisasikan, bakal memastikan Tokopedia sebagai layanan unicorn pertama di sektor e-commerce Indonesia. JD sendiri telah memiliki lini bisnis JD.id yang beroperasi sejak akhir tahun 2015, meskipun secara resmi baru merayakan ulang tahun pertamanya Maret lalu.

Masuknya JD ke Tokopedia bakal meningkatkan tensi persaingan layanan e-commerce di Indonesia, setelah tahun lalu Lazada diakuisisi Alibaba. Alibaba dan JD bisa dibilang ada dua raksasa e-commerce terbesar di Tiongkok dan perseteruan mereka tampaknya bakal berlanjut ke Indonesia sebagai pasar terbesar ketiga di Asia.

Data yang dihimpun Crunchbase menunjukkan hampir semua investasi JD dilakukan untuk startup Tiongkok. Jika JD berinvestasi di Tokopedia, ini adalah investasi asing kedua JD setelah investasi untuk Misfit Wearables di tahun 2014. Misfit sendiri sudah diakuisisi Fossil.

Secara terbuka, Tokopedia terakhir mengumumkan pendanaan Seri E sebesar $100 juta dari Softbank dan Sequoia Capital di tahun 2014. Setelah itu, Tokopedia belum lagi mengumumkan perolehan pendanaan, meskipun kabarnya sudah mendapatkan sejumlah pendanaan baru. Tokopedia sendiri baru menjadi anchor tenant Ciputra World 2 dan segera mentahbiskan brand-nya sebagai nama gedung (dengan nama Tokopedia Tower) yang berlokasi di kawasan Prof. Dr. Satrio.

Selain Alibaba dan JD, raksasa digital Tiongkok lainnya Tencent juga melirik kencangnya pertumbuhan startup di Indonesia. Tencent sebelumnya dikabarkan berminat berinvestasi di Go-Jek, yang disebutkan sedang mencari pendanaan baru senilai $1 miliar.

Masuknya investasi Tiongkok ke Indonesia merupakan imbas semakin matangnya ekosistem digital di negara tersebut dan masih terbukanya peluang berekspansi di Nusantara. Berdasarkan data APJII 2016, baru sekitar separuh penduduk Indonesia yang telah menggunakan internet.

Application Information Will Show Up Here

Rumornya, BioWare Sedang Garap Game Star Wars: Knights of the Old Republic Baru

Dirilis hampir 14 tahun silam, Knights of the Old Republic ialah salah satu mahakarya BioWare dan juga ditunjuk fans sebagai permainan Star Wars terbaik sepanjang masa. Game ini melahirkan satu sekuel,dan mendorong developer buat mengembangkan Star Wars: The Old Republic, di-setting 300 tahun setelah permainan pertamanya usai.

BioWare sempat bilang bahwa MMORPG Star Wars: The Old Republic diramu agar menjadi penerus seri ini, ‘merupakan Knights of the Old Republic 3, 4, 5 dan seterusnya’. Sesudah disajikan dengan metode berlangganan, The Old Republic akhirnya dapat dinikmati sebagai permainan free-to-play mulai bulan November 2012. Meski demikian, ternyata ada indikasi BioWare masih punya keinginan untuk menciptakan game ketiganya.

Berdasarkan laporan jurnalis bernama Liam Robertson, BioWare Austin, studio di belakang terciptanya Star Wars: The Old Republic, saat ini sedang berada di tahap awal pengembangan permainan Knights of the Old Republic baru. Informasi ini Robertson peroleh dari informan anonim – pertama kali diungkap dalam podcast  Patreon yang tayang minggu lalu.

Sang jurnalis menjelaskan bahwa tim BioWare Austin diberi kepercayaan buat mengerjakan beberapa permainan Star Wars secara eksklusif. Untuk sekarang, mereka kabarnya sedang menggarap pelanjut atau remake dari Knights of the Old Republic. Robertson belum mengetahui kapan proyek tersebut rampung, tetapi proses pengerjaannya sudah dimulai cukup lama.

Menariknya lagi, proyek tersebut mengalami perubahan. Dari pengakuan Robertson, game awalnya didesain sebagai remake, namun arahannya berubah. Ada kemungkinan permainan tersebut malah diracik jadi sekuel atau malah game Star Wars yang betul-betul baru.

Pendekatan ini cukup logis terkait keputusan Disney mengubah expanded universe menjadi Legends – dan mengklaim semua cerita (termasuk buku novel, komik, dan game) selain film dan hasil publikasi resmi Lucasfilm sebagai kisah non-canon. Dengan begini, developer mempunyai ruang leluasa dalam menciptakan karya orisinal. Upaya me-remake Knights of the Old Republic sendiri tengah dilakukan tim developer indie.

Satu hal lagi yang memperkuat laporan ini adalah tweet  Drew Karpyshyn di tanggal 29 Maret lalu. Karpyshyn ialah senior writer Star Wars: Knights of the Old Republic dan lead writer dari dua game Mass Effect (juga mempunyai peran dalam pengembangan Neverwinter Nights serta Baldur’s Gate II). Menjawab pertanyaan seorang follower, ia mengonfirmasi sedang mengerjakan permainan baru.

Bocoran Foto Samsung Galaxy S8 Beredar Jelang Peluncurannya pada 29 Maret

Samsung telah mengonfirmasi bahwa mereka akan memperkenalkan smartphone flagship-nya, Galaxy S8, pada tanggal 29 Maret mendatang di kota New York. Undangan telah disebar, lengkap beserta gambar dan video teaser yang bisa menjadi acuan terkait desain dari perangkat tersebut.

Tidak bisa dipungkiri, Samsung Galaxy S8 adalah salah satu smartphone yang paling ditunggu-tunggu di tahun 2017 ini. Oleh sebab itu, wajar apabila banyak pihak yang mencoba mengorek-ngorek informasi tentangnya, dan sekarang sepertinya seseorang telah berhasil.

Adalah Evan Blass, atau yang lebih dikenal dengan nickname evleaks di jagat maya dan yang sudah langganan di bidang ini, yang berhasil mendapatkan bocoran foto Galaxy S8. Meski belum bisa dikonfirmasi, desain yang tampak pada foto di atas sangat sesuai dengan gambar siluet yang Samsung sebarkan dalam undangannya.

Dari foto tersebut, bisa kita lihat perubahan desain yang amat signifikan dibanding generasi sebelumnya. Hampir seluruh wajahnya kini didominasi oleh layar, menyisakan bezel yang sangat tipis di atas dan bawahnya. Tidak lama sebelum ini, LG sebenarnya sudah mencuri start dengan G6 yang mengadopsi gaya desain serupa.

Gambar teaser pada undangan event peluncuran Samsung Galaxy S8 / Samsung
Gambar teaser pada undangan event peluncuran Samsung Galaxy S8 / Samsung

Sejauh pengamatan saya, layar Galaxy S8 ini sedikit lebih panjang ketimbang S7. Ini juga yang membuat saya berasumsi kalau aspect ratio layar yang digunakan adalah 18:9, sekali lagi sama seperti yang dihadirkan LG G6. Apakah kedua raksasa Korea Selatan ini sedang mencoba untuk menetapkan standar baru di industri smartphone? Bisa jadi.

Keuntungan dari bentuk layar seperti ini menurut saya adalah smartphone tetap bisa digenggam secara nyaman karena bodinya tidak terlalu lebar, namun di saat yang sama layar dapat menampilkan lebih banyak konten, sehingga pada akhirnya scrolling jadi lebih jarang diperlukan.

Lalu di mana letak sensor sidik jarinya kalau sudah tidak ada lagi tombol Home? Kemungkinan besar Samsung memindahnya ke belakang, mengikuti yang dilakukan oleh pabrikan-pabrikan lain. Kemungkinan juga sensor ini dapat membaca gesture seperti swipe atau long press sebagai bentuk navigasi – meski saya yakin masih ada opsi untuk menggunakan software button.

Selebihnya, sebaiknya kita tunggu event peluncuran resminya pada tanggal 29 Maret nanti.

Sumber: The Verge.