[Review] Samsung Galaxy M32, Smartphone ‘Mungil’ dengan Refresh Rate Kekinian

Samsung Galaxy M32 adalah perangkat yang dijual dengan harga 3.299.000 rupiah (untuk ROM 8GB dan RAM sebesar 128GB). Perangkat ini hadir membawa beberapa fitur yang diunggulkan seperti baterai 5000 mAh, refresh rate 90Hz serta 4 kamera di bagian belakang.

Bagi saya perangkat ini ditujukan untuk mereka yang membutuhkan beberapa fitur yang memang (hanya) ditawarkan perangkat ini. Sebagai perangkat kelas menengah, tentu saja perangkat ini tidak bisa melayani banyak segmen konsumen. Ada banyak hal yang terasa kurang tetapi ada berbagai fitur juga yang cukup menyenangkan hadir di perangkat seharga 3.3 juta rupiah (versi memory 8GB).

Untuk lebih jauh, mari kita bahas lebih dalam perangkat Galaxy M32 ini. Mari kita mulai.

Samsung Galaxy M32

Sebelum memulai, saya harus menyebutkan bahwa proses penyusunan review atau uji perangkat yang saya lakukan kurang lebih selama 2 minggu saja. Bisa jadi akan ada banyak perbedaan pengalaman bagi mereka yang mencobanya dalam jangka waktu yang lebih lama. Unit yang saya coba berwarna hitam dan memiliki spesifikasi ROM dan RAM 8/128GB.

Spesifikasi perangkat

Untuk kali ini saya tidak akan memulainya dengan membahas desain tetapi melihat spesifikasi teknis dari Galaxy M32. Salah satu alasannya adalah untuk menunjukkan bagian mana yang menarik dari perangkat ini serta bagian mana yang harus diterima saja keadaannya karena memang ini adalah perangkat kelas menengah. Yang sejatinya memiliki kemampuan yang terbatas. 

Rangkuman dari spesifikasi teknis adalah sebagai berikut:

Samsung Galaxy M32
SoC  Mediatek Helio G80
CPU Octa-core (2×2.0 GHz Cortex-A75 & 6×1.8 GHz Cortex-A55)
GPU Mali-G52 MC2
RAM 8 GB
Internal 128 GB
Layar  6,4  inci Super Amoled 1080 x 2400 (FHD+) 90Hz
Dimensi 159.3 x 74.0 x 8.4
Bobot 180 gram
Baterai 5000 mAh
Kamera 64 MP main, 8 MP wide, 2 Macro, 2 MP depth, 20 MP Selfie Camera
OS Android 11 One UI 3.1

 

Saya tidak akan membahas semua detail spesifikasi secara mendalam tetapi akan fokus ke beberapa spesifikasi yang menurut saya menarik untuk dibahas. Beberapa diantaranya adalah departemen layar, baterai, desain, sedikit tentang kamera dan prosesor. 

Layar menjadi salah satu yang pertama kali membuat kesan di perangkat ini. Hadir dengan hanya sebesar 6.4 inci, M32 menghadirkan Super Amoled 1080×2400 (FHD+). Dengan spesifikasi ini sebagai perangkat menengah yang akan sering diakses layarnya, entah itu untuk produktivitas, untuk hiburan atau untuk fotografi sehari-hari, tampilan layar yang menyenangkan seperti ini menjadi salah satu fitur yang cukup bisa diunggulkan. 

Kenyamanan ketika menjelaskan media sosial atau web. Lalu pengalaman yang cukup menyenangkan ketika menonton video, seperti di Youtube misalnya, atau ketiga bermain game, menjadi pengalaman yang didapatkan di perangkat ini. Kekurangan (tetapi kelebihan di sisi lain) adalah ukuran layarnya yang cukup kecil, kurang ideal sebenarnya untuk menonton. Tetapi menjadi ideal untuk kegiatan lain. 

Kegiatan yang ideal dengan layar hanya 6.4 ini adalah dengan ukurannya yang relatif kecil dibandingkan, dengan Galaxy M62 misalnya – yang belum lama ini saya review juga, menjadikan perangkat ini nyaman dalam genggaman. Menyenangkan digunakan untuk scrolling media sosial (Twitter misalnya) atau menjelajah web untuk membaca konten. Dan bisa juga untuk menonton video meski karena ukuran kecil kurang nyaman, namun kualitas display-nya yang HD+ cukup baik.

Beratnya yang cukup ringan juga menambah kenyamanan Galaxy M32. Grip karena ukuran kecil ditambah ringan, memberikan pengalaman tersendiri ketika menggunakan M32 untuk kegiatan sehari-hari. 

Dukungan spesifikasi lain seperti RAM dan ROM serta sistem operasi sudah cukup mendukung untuk kelasnya. Unit yang saya coba memiliki RAM 8GB dan ROM-nya 128GB, untuk ruang penyimpanan bisa diperluas sampai 1TB. 

Galaaxy M32

Untuk kesan penggunaan kamera, sama seperti M62 saya tidak akan membahas terlalu dalam karena bagi saya dua perangkat ini memang bukan dititikberatkan untuk kegiatan fotografi. Meski demikian, 4 kamera yang ada di perangkat M32 ini sudah bisa dibilang cukup jika dilihat dari spesifikasi di atas kertas. 

Galaxy M32 hadir dengan 4 kamera dengan layout sama persis dengan Galaxy M62 tetapi spesifikasi yang dikurangi cukup banyak. Galaxy M32 memiliki kamera Macro 2MP, Ultra Wide 8MP lalu Depth camera 2MP, dan kamera utama 64MP (ini saja yang spesifikasi sama dengan M62). 

Kalau melihat dari halaman resmi, salah satu promosi yang ditawarkan untuk kamera belakang adalah macro dan wide angle. Meski derajat wide angle hanya 80 derajat dan ultra wide angle 123 derajat tetapi hasilnya cukup baik meski saya menemukan ada sedikit proses yang lambat ketika berubah antara satu pengaturan kamera ke kamera lain, misalnya dari kamera utama ke mode wide. 

Untuk aplikasi kamera sendiri cukup familiar seperti One UI Samsung lainnya. Anda bisa menemukan pengaturan kamera seperti Macro, model Pro atau malam serta gerak lambat dan hyperlapse dengan mengakses menu kamera yang lebih lengkap. Galaxy M32 juga sudah memiliki fitur coretan air atau AR yang cukup menarik untuk membuat konten di jelas smartphone 3 jutaan.

Galaaxy M32

Lalu untuk macro, saya cukup penasaran, padahal hanya disediakan 2MP dan sebenarnya fitur macro ini kadang kurang berguna untuk sehari-hari. Untuk menguji, saya mencoba dengan setup studio (artinya lighting artificial dan beberapa setup lain) hasilnya cukup. Cukup dalam arti memang tidak bisa mendapatkan detail yang sangat detail tetapi cukup untuk bisa menunjukkan objek foto. Untuk upload ke media sosial sih menurut saya sudah cukup. 

Untuk kamera sehari-hari tentu saja spesifikasi yang dihadirkan sudah cukup di kelasnya, meski jika disandingkan dengan merek lain, Galaxy M32 akan mendapat saingan yang lumayan berat untuk kisaran harga 3 – 5 juta rupiah. 

Seperti yang dijelaskan di atas, bagi saya perangkat ini bukan unggul dari sisi kamera jadinya pengujian kamera hanya untuk beberapa keperluan saja, fokus review pada hal lain yang menurut saya cukup unggul di perangkat ini.

Baterai dan refresh rate serta tampilan layar depan

Untuk baterai sendiri, M32 hadir dengan 5000mAh yang seharusnya sudah cukup besar dan sesuai dengan peruntukkan perangkat ini. Untuk penggunaan sehari-hari dan hiburan termasuk juga sudah cukup untuk menopang refresh rate perangkat yang bisa sampai dengan 90Hz. 

Galaaxy M32

Berbicara tentang refresh rate, fasilitas ini adalah salah satu fasilitas yang menurut saya menjadi kelebihan utama di Galaxy M32. Perangkat terjangkau, ukuran dan berat ponsel yang pas di grip tangan lalu didukung pula dengan refresh rate 90Hz. Kombinasi yang memberikan pengalaman nyaman, smooth untuk menjelajah konten serta tidak membosankan. 

Namun ada kekurangan dari tampilan layar yang hanya 6.4 inci. Bagian dagu di perangkat ini terlihat cukup lebar sehingga tampilan depan memang kurang kekinian karena biasanya, perangkat terbaru akan menjual tampilan depan yang terasa full atau minim bezel. 

Galaaxy M32

Prosesor yang loyo?

Sayangnya, prosesor malah jadi departemen yang kurang menarik di perangkat ini karena pengalaman yang diberikannya terasa kurang smooth.

Berbicara tentang performa, sebenarnya secara keseluruhan perangkat ini secara umum baik-baik saja untuk segmen yang disasarnya. Namun dalam pengalaman penggunaannya saya menemukan ketimpangan spesifikasi yang ada di perangkat ini. Prosesor yang digunakan, Mediatek Mediatek Helio G80 terasa kendor untuk mengimbangi refresh rate yang sampai 90Hz. 

Ketika layar 90Hz memberikan performa yang menyenangkan ketika menjelajah konten, sayangnya saat ingin berpindah-pindah aplikasi, kinerja terasa lambat, terasa ada gap ‘tipis’ namun cukup kentara saat ponsel digunakan. Pengalaman yang jauh berbeda dengan M62 misalnya yang memang didukung prosesor mantan flagship. 

Prosesor ini tetap bisa diandalkan untuk performa secara keseluruhan. Bermain game, melahap kegiatan sehari-hari termasuk hiburan serta juga tetap bisa diandalkan menjelajah konten di internet. Namun karena hadir dengan refresh rate tinggi maka pengalaman smoothness-nya agak berkurang karena pengguna sudah dihadirkan dengan pengalaman yang sangat baik dengan 90Hz refresh rate. Jika refresh rate perangkat ini sama dengan M62 yaitu hanya 60Hz saja, mungkin saya tidak akan mengeluh. 

Pengalaman penggunaan

Galaaxy M32

Untuk pengalaman penggunaan kegiatan sehari-hari dan hiburan, beberapa hal sudah saya bahas di atas. Satu catatan yang penting adalah kualitas display, refresh rate dan grip handle dari perangkat. Memberikan kesan yang cukup menyenangkan. 

Namun, sama seperti keluhan saya pada review Galaxy M62 di artikel lain, kualitas audio memang sangat biasa saja di perangkat ini. Speaker hanya 1 dan kualitasnya memang tidak bisa dibahas alias cukup ada saja. Galaxy M32 juga masih menyediakan jack audio untuk digunakan sebagai panggilan telepon meeting atau mendengarkan hiburan seperti musik atau video. 

Untuk urusan kemanan, perangkat ini menggunakan sensor sidik jari yang diletakan bersama tombol power di bagian pinggir perangkat. Tepat di bawah tombol volume. Kecepatan sensor sidik jari di perangkat ini juga biasa saja, tidak terlalu cepat.

Lalu untuk pengalaman gaming, kesan yang melekat bagi saya tetap pada display. Memainkan dua game FPS di perangkat ini cukup menyenangkan karena bisa disuguhkan tampilan warna dan aset dalam game yang cukup baik. Ukuran layar yang tidak lebar cukup menyenangkan saat dipegang tetapi tidak cukup menyenangkan untuk mengakses menu-menu yang ada di dalam game. Terutama untuk game FPS yang saya coba seperti PUBGM dan Super Mecha Champions.

Bisa jadi, M32 akan cocok untuk game-game casual yang tidak membutuhkan untuk menekan banyak tombol saat bermain. Atau bisa juga untuk memainkan game side scrolling dan game yang bisa dimainkan hanya dengan satu tangan saja seperti Dragon Ball Legends.

Untuk pengaturan sendiri pada game PUBGM di Galaxy M32 bisa Smooth – Ultra. Untuk kualitas mentok kanan hanya bisa frame rate di High dan grafisnya mentok di HD.

Untuk Super Mecha Champion pengaturannya bisa cukup tinggi. Antara lain refresh rate bisa sampai 90Hz tetapi kualitas gambar di paling rendah alias hemat daya dan resolusi serta pengaturan lain bisa sampai mentok kanan. Jika ingin mendapatkan kualitas gambar serta pengaturan lain semua mentok kanan maka refresh rate harus diturunkan jadi 60Hz atau 30Hz.

Secara keseluruhan, pengalaman gaming dengan dua game pilihan di atas cukup baik di perangkat ini. Dengan catatan bahwa ukuran layar kecil saja yang memang perlu penyesuaian tetapi untuk urusah kualitas layar cukup baik. 

Kesimpulan

Secara keseluruhan pengalaman penggunaan yang saya dapatkan di perangkat ini agak berimbang, antara memuji tetapi menyayangkan beberapa hal. 

Galaaxy M32

Tampilan layar dan refresh rate dan grip di tangan adalah pengalaman terbaik yang didapatkan dari Galaxy M32. Menjelajah konten, menikmati kemulusan scrolling layar adalah kesan yang membekas di perangkat ini. Namun sayangnya kurang diimbangi dengan dukungan prosesor yang menjadikan agak sedikit terhambat kemulusan penggunaan, karena terkadang ketika berpindah aplikasi saya merasakan sedikit slow, terutama ketika ingin berpindah cukup cepat di beberapa aplikasi. 

Saya membayangkan, kalau saja refresh rate yang ada di Galaxy M32 diletakkan di Galaxy M62 (yang memiliki prosesor mantan flagship), maka pengalaman yang didapatkan, saya prediksi akan terasa baik secara keseluruhan. 

Tapi itulah namanya perangkat kelas menengah, kita tidak akan bisa menikmati fitur yang lengkap dalam satu perangkat, ada beberapa pengorbanan yang harus dilakukan. Galaxy M32 hadir dengan harga jauh lebih murah dari M62, namun ukuran dan berat yang pas untuk kegiatan sehari-hari. Memiliki refresh rate yang lebih tinggi tetapi dukungan prosesor dan baterai yang lebih rendah. 

Perangkat ini bisa cocok untuk akses media sosial dan menjelajah internet. Akses konten visual yang memerlukan tampilan yang wah. Atau bisa juga untuk membantu pekerjaan saat WFH seperti untuk video call – karena kamera depan sudah 20MP – serta dukungan baterai 5000mAH. Mereka yang membutuhkan perangkat kedua dengan ukuran yang compact juga bisa memilih produk ini

Galaaxy M32

Sparks

  • Refresh rate 90Hz
  • Baterai 5000mAh
  • Ukuran compact
  • Display Super Amoled 1080×2400 (FHD+)

Slacks 

  • Prosesor kurang balance dengan refresh rate
  • Layar kecil kurang cocok untuk game dengan banyak tombol

WhatsApp Rilis Fitur Transfer Riwayat Percakapan dari Android ke iOS

WhatsApp memang merupakan aplikasi lintas platform, dan pengguna perangkat Android maupun iOS memang bisa saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya tanpa ada batasan tertentu. Yang kerap jadi masalah adalah ketika pengguna hendak berpindah dari platform Android ke iOS, ataupun sebaliknya, sebab data riwayat percakapannya tidak bisa dipindah.

Kabar baiknya, WhatsApp diam-diam rupanya telah menggodok fitur transfer riwayat percakapan lintas platform. Fitur ini mereka umumkan bersamaan dengan peluncuran Samsung Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3, sekaligus menjadikan kedua ponsel foldable terbaru Samsung tersebut sebagai yang pertama kebagian jatahnya.

Berkat fitur baru ini, para pengguna iPhone jadi bisa memindahkan seluruh chat history WhatsApp mereka, termasuk halnya foto dan voice memo, menuju ke Z Fold3 atau Z Flip3. Namun ketimbang mengandalkan koneksi internet, prosesnya mengharuskan pengguna menghubungkan kedua perangkat via kabel Lightning ke USB-C. Sepertinya ini memang merupakan taktik Samsung untuk menarik minat pembeli, termasuk halnya para pengguna iPhone.

Satu hal yang perlu dicatat adalah, data chat history yang ditransfer dari iPhone ke perangkat Android ini akan menimpa (overwrite) seluruh data cloud backup yang pengguna miliki. Jadi jangan harap riwayat percakapan di kedua platform dapat digabung menjadi satu. Sepertinya ini memang terkendala sistem enkripsi end-to-end yang WhatsApp terapkan.

Dalam beberapa minggu ke depan, fitur ini juga akan tersedia untuk deretan ponsel Samsung yang menjalankan minimal sistem operasi Android 10. Sayangnya WhatsApp sejauh ini masih bungkam terkait ketersediaan fitur ini di perangkat Android lain. WhatsApp juga tidak menjelaskan apakah ke depannya pengguna juga dapat melakukan hal sebaliknya, yakni memindah data chat history dari perangkat Android ke iPhone.

Sumber: The Verge.

Samsung Galaxy Watch4 dan Watch4 Classic Datang Membawa OS Baru, Prosesor Baru, dan Sensor baru

Bersamaan dengan peluncuran Samsung Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3, Samsung turut memperkenalkan dua smartwatch terbaru mereka, yakni Galaxy Watch4 dan Galaxy Watch4 Classic. Lewat kedua perangkat ini, Samsung pada dasarnya ingin memulai babak baru di segmen smartwatch.

Untuk mewujudkannya, Samsung tak lagi menggunakan Tizen sebagai sistem operasi smartwatch-nya. Sebagai gantinya, Samsung dan Google telah melebur Tizen dengan Wear OS. Samsung menamai hasil kolaborasinya ini “Wear OS Powered by Samsung”, sedangkan Google memilih menggunakan nama Wear OS 3. Apapun itu, yang pasti Tizen sudah tinggal kenangan.

Samsung menjanjikan peningkatan dari segi kinerja maupun efisiensi berkat penggunaan sistem operasi baru ini. Namun yang lebih penting mungkin adalah aspek kompatibilitas. Berkat Wear OS, duo Galaxy Watch4 ini pada dasarnya bisa mengakses berbagai aplikasi atau layanan Google yang tidak tersedia pada pendahulunya, contohnya Google Maps.

Spesifikasi dan fitur Samsung Galaxy Watch4 dan Galaxy Watch4 Classic

Beralih ke hardware, satu perbedaan terbesar antara Watch4 dan Watch4 Classic terletak pada bezel-nya. Watch4 mengemas bezel standar yang bisa mengenali sentuhan, sedangkan Watch4 Classic mengusung bezel berputar yang sudah menjadi ciri khas smartwatch Samsung selama ini.

Bahan yang digunakan untuk membuat case masing-masing juga berbeda; aluminium untuk Watch4, stainless steel untuk Watch4 Classic. Otomatis, bobot Watch4 jelas lebih ringan ketimbang Watch4 Classic. Tingkat ketebalan keduanya juga berbeda; Watch4 dengan ketebalan 9,8 mm, sedangkan Watch4 Classic dengan 11 mm. Semuanya tahan air hingga kedalaman 50 meter dan dengan sertifikasi IP68.

Watch4 hadir dalam ukuran 44 mm atau 40 mm, sedangkan Watch4 Classic dalam ukuran 46 mm atau 42 mm. Pada varian besarnya, baik Watch4 maupun Watch4 Classic sama-sama mengandalkan layar sentuh Super AMOLED 1,4 inci dengan resolusi 450 x 450 pixel. Untuk varian kecilnya, keduanya menggunakan panel Super AMOLED 1,2 inci beresolusi 396 x 396 pixel.

Mengotaki kedua smartwatch ini adalah prosesor dual-core Exynos W920 yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nm. Dibanding generasi sebelumnya, prosesor ini menjanjikan kinerja CPU 20% lebih cepat dan kinerja GPU 10 kali lebih gegas. Samsung tidak lupa meningkatkan kapasitas RAM-nya menjadi 1,5 GB, dan perangkat turut dibekali storage internal sebesar 16 GB. GPS maupun NFC juga tersedia sebagai fitur standar.

Terkait fitur-fitur kesehatannya, Watch4 dan Watch4 Classic hadir membawa BioActive Sensor, sensor generasi baru yang pada dasarnya mencakup tiga sensor yang berbeda: Optical Heart Rate, Electrical Heart Rate, dan Bioelectrical Impedance Analysis, sehingga perangkat dapat memonitor tekanan darah, mendeteksi fibrilasi atrium, sekaligus kadar oksigen dalam darah.

Juga baru adalah kemampuan untuk mengalkulasikan komposisi tubuh dengan mengukur parameter-parameter seperti otot rangka, laju metabolisme basal, kadar air maupun kadar lemak dalam tubuh. Semua data tersebut dapat direkam dengan cara menempelkan dua jari ke dua tombol di sisi kanan smartwatch selama 15 detik.

Semua itu tanpa memberikan pengaruh negatif terhadap daya tahan baterai perangkat. Berkat kinerja prosesor yang lebih efisien, Samsung berani mengklaim daya tahan hingga 40 jam per charge. Fitur fast charging pun turut didukung; pengisian selama 30 menit sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 10 jam.

Harga dan ketersediaan

Di pasar tanah air, Samsung saat ini sudah membuka gerbang pre-order Galaxy Watch4 beserta Galaxy Watch4 Classic. Keduanya bakal hadir dalam varian Bluetooth-only dan LTE. Untuk Watch4, Samsung mematok harga mulai Rp2.999.000, sementara Watch4 Classic dijual dengan harga mulai Rp4.499.000.

Samsung menawarkan empat pilihan warna untuk Galaxy Watch4, yakni Black, Green, Silver, dan Pink Gold. Untuk Watch4 Classic, opsi warna yang tersedia hanya Black atau Silver. Alternatifnya, Samsung juga akan menghadirkan Galaxy Watch4 Classic Thom Browne Limited Edition yang berlapis rhodium pada akhir bulan September.

Sumber: Samsung.

Samsung Singkap Galaxy Z Fold3, Z Flip3, dan Galaxy Buds2, Semuanya Lebih Murah dari Pendahulunya

Setelah cukup lama dinantikan, Samsung akhirnya resmi memperkenalkan dua ponsel foldable terbarunya, yakni Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3. Keduanya menghadirkan beragam penyempurnaan dalam harga yang lebih terjangkau.

Yang paling utama adalah dari segi ketahanan fisik. Baik Z Fold3 maupun Z Flip3 sama-sama mengemas bodi tahan air dengan sertifikasi IPX8, sanggup bertahan di kedalaman 1,5 meter sampai selama 30 menit. Rangka aluminiumnya juga diklaim lebih kokoh ketimbang yang digunakan sebelumnya.

Samsung juga telah melengkapi kedua smartphone ini dengan lapisan film pelindung baru berbahan PET (polyethylene terephthalate) yang dapat meregang dan panel layar utama yang lebih optimal sehingga menciptakan layar yang 80% lebih tahan lama dibanding pendahulunya.

Spesifikasi Samsung Galaxy Z Fold3

Kalau dilihat sepintas, penampilan Z Fold3 memang tidak kelihatan terlalu berbeda dibanding Z Fold2. Meski begitu, dimensi Z Fold3 sedikit lebih ringkas ketimbang pendahulunya, dengan ketebalan 16 mm dalam posisi terlipat, atau 6,4 mm dalam posisi terbuka, serta bobot 271 gram.

Ukuran layar AMOLED di sisi luarnya masih sama, yakni 6,2 inci, demikian pula resolusinya yang cuma naik sedikit menjadi 2268 x 832 pixel. Bedanya, layar luar milik Z Fold3 ini sudah mengandalkan refresh rate 120 Hz.

Layar utamanya di bagian dalam juga sama, masih menggunakan panel AMOLED 7,6 inci dengan resolusi 2208 x 1768 pixel dan refresh rate 120 Hz. Yang berbeda, Anda tidak akan menemukan lubang kamera di layar utama Z Fold3 ini, sebab kameranya sudah disembunyikan di balik layarnya. Ini memang bukan teknologi baru, tapi pertama kalinya ada di smartphone Samsung.

Untuk pertama kalinya juga, Samsung menghadirkan dukungan S Pen pada ponsel foldable-nya. Perlu dicatat, yang bisa dicorat-coret hanyalah layar utama Z Fold3, dan pengguna wajib menggunakan varian spesifik S Pen Fold Edition atau S Pen Pro yang dijual terpisah, tidak boleh sembarang S Pen.

Perkara dapur pacu, Z Fold3 merupakan ponsel flagship tulen. Ia ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 12 GB, pilihan penyimpanan internal 256 GB atau 512 GB, dan baterai 4.400 mAh. Tiga kamera belakangnya mempunyai konfigurasi sebagai berikut: kamera utama 12 megapixel dengan OIS dan Dual Pixel AF, kamera ultra-wide 12 megapixel, dan kamera telephoto 12 megapixel dengan 2x optical zoom yang juga dilengkapi OIS.

Untuk kamera depannya, ada kamera 10 megapixel di layar bagian luar, dan kamera 4 megapixel di balik layar utamanya. Idealnya, kamera di layar utamanya ini dipakai untuk video call saja, sedangkan kalau butuh selfie sebaiknya menggunakan kamera di layar luarnya.

Spesifikasi Samsung Galaxy Z Flip3

Sebelum membahas lebih jauh, sebagian dari Anda mungkin bakal bertanya dalam hati, “Di mana Z Flip2?” Entahlah. Mungkin Samsung bermaksud memudahkan kita semua dengan menyamakan penamaan kedua ponsel foldable-nya, tapi di sisi lain Z Flip3 memang mempunyai cukup banyak kesamaan dengan Z Fold3, terutama dari segi spesifikasi.

Seperti halnya Z Fold3, Z Flip3 turut dibekali chipset Snapdragon 888, naik level cukup jauh dibanding Z Flip generasi pertama yang cuma mengemas Snapdragon 855+. Prosesor tersebut ditemani RAM 8 GB dan pilihan storage internal 128 GB atau 256 GB. Sayang kapasitas baterainya tidak berubah; masih 3.300 mAh, padahal bodinya justru sedikit lebih tebal daripada sebelumnya; 15,9 mm saat terlipat, 6,9 mm saat terbuka.

Pembaruan yang paling menarik bisa ditemukan di layarnya, terutama layar berada di sisi luar. Ukurannya jauh membesar dari cuma 1,1 inci menjadi 1,9 inci, dengan resolusi di angka 260 x 512 pixel. Berhubung lebih besar, layar luarnya ini dapat dijadikan viewfinder selagi mengambil selfie menggunakan kamera di sampingnya (yang secara teknis merupakan kamera belakang milik Z Flip3).

Beralih ke layar utamanya, ukuran dan resolusinya memang tidak berubah — AMOLED 6,7 inci, 2640 x 1080 pixel — akan tetapi refresh rate-nya sudah dilipatgandakan menjadi 120 Hz. Tidak seperti Z Fold3, layar utama Z Flip3 rupanya masih mengemas lubang kamera tradisional.

Lubang tersebut dihuni oleh kamera 10 megapixel, sedangkan dua kamera belakangnya adalah kamera utama 12 megapixel dengan OIS dan Dual Pixel AF, serta kamera ultra-wide 12 megapixel. Selfie menggunakan Z Flip3 bakal lebih ideal dilakukan dalam posisi perangkat sedang tertutup (menggunakan kamera utama dan layar luarnya tadi).

Samsung Galaxy Buds2

Dalam kesempatan yang sama, Samsung turut menyingkap TWS baru bernama Galaxy Buds2. Desainnya cukup mirip seperti Galaxy Buds Pro, akan tetapi ukurannya lebih ringkas, dengan bobot masing-masing cuma 5 gram. Juga mirip adalah konfigurasi dual driver yang melibatkan sebuah woofer dan tweeter di tiap earpiece.

Kalau dibandingkan dengan pendahulunya, daya tarik utama Galaxy Buds2 adalah fitur ANC alias active noise cancellation, yang diklaim mampu meredam suara di sekitar hingga 98%. Mode ambient untuk mengamplifikasi suara di sekitar pun juga tersedia, dan pengguna bisa mengaktifkannya dalam tiga level amplifikasi yang berbeda.

Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa bertahan sampai 5 jam dengan ANC, atau sampai 7,5 jam tanpa ANC. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat sebanyak empat kali, memberikan total daya tahan baterai hingga 20 jam dengan ANC, atau 29 jam tanpa ANC.

Harga dan ketersediaan

Seperti yang saya bilang di awal, seluruh pembaruan ini justru malah bisa didapatkan dalam harga yang lebih terjangkau daripada sebelumnya. Galaxy Z Fold3 bakal dijual dengan banderol mulai Rp24.999.000, sedangkan Z Flip3 mulai Rp14.999.000. Pre-order kedua perangkat ini sudah bisa dilakukan dari 11-29 Agustus 2021.

Untuk varian warnanya, Z Fold3 bakal hadir dalam tiga opsi (Phantom Black, Phantom Green, Phantom Silver), sedangkan Z Flip3 dalam tujuh opsi yang berbeda (Cream, Green, Lavender, Phantom Black, Gray, White, Pink). Seperti sebelumnya, Samsung juga bakal menjual edisi khusus Thom Browne dalam jumlah terbatas.

Untuk Galaxy Buds2, Samsung menetapkan banderol Rp1.799.000, lagi-lagi lebih murah daripada generasi sebelumnya meskipun lebih baru. Pilihan warna yang tersedia ada empat, yakni Olive, Lavender, White, dan Graphite.

IDC: Pasar Smartphone Global Naik 13,2% di Q2, Samsung Memimpin & Xiaomi Tumbuh Signifikan

Pada kuartal kedua 2021, pasar smartphone global tumbuh 13,2% dari tahun ke tahun. Menurut laporan lembaga riset IDC, pada periode bulan April sampai Juni tersebut, vendor smartphone mengirimkan sekitar 313,2 juta unit.

Samsung memimpin dengan volume pengiriman 59 juta unit dan menguasai pangsa pasar 18,8%. Xiaomi menempel cukup ketat di posisi kedua dengan pengiriman 53,1 juta unit dan pangsa pasar 16,9%. Namun yang mengesankan adalah pertumbuhan tahunan Xiaomi yang melejit 86,6%.

Company 2Q21 Shipment Volumes 2Q21 Market Share 2Q20 Shipment Volumes 2Q20 Market Share Year-Over-Year Change
1. Samsung 59.0 18.8% 54.0 19.5% 9.3%
2. Xiaomi 53.1 16.9% 28.5 10.3% 86.6%
3. Apple 44.2 14.1% 37.6 13.6% 17.8%
4. OPPO 32.8 10.5% 24.0 8.7% 37.0%
5. vivo 31.6 10.1% 23.7 8.6% 33.7%
Others 92.4 29.5% 109.0 39.4% -15.2%
Total 313.2 100.0% 276.6 100.0% 13.2%
Source: IDC Quarterly Mobile Phone Tracker, July 28, 2021

Apple berada di posisi ketiga, dengan volume pengiriman 44,2% dan menguasai pangsa pasar 14,1%. OPPO keempat dengan 32,8 juta unit dan 10,5%, serta vivo 31,6 juta unit dan 10,1%. Sisa pasar gabungan vendor smartphone di bawah top lima menyumbang 92,4 juta unit dan memperebutkan pangsa pasar 29,5%.

Hal yang tidak biasa pada kuartal tersebut ialah pasar China tidak mengalami pertumbuhan. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain tidak adanya peluncuran smartphone flagship baru dan permintaan yang berkelanjutan untuk smartphone Huawei.

IDC menjelaskan bahwa pasar smartphone bisa dibilang cukup beruntung, karena tidak mengalami kendala pasokan yang parah seperti yang terjadi di industri PC, display, dan otomotif. Meski pandemi masih jauh dari kata usai, namun konsumen di seluruh dunia terus menunjukkan kebutuhan akan mobile device.

Selain itu, meski perangkat 5G sedang meningkatkan, terutama karena munculnya smartphone 5G dengan harga yang terjangkau, namun masih belum menjadi urgensi bagi konsumen membeli smartphone 5G. Ke depan IDC memprediksi peningkatan yang lebih besar dalam pengiriman untuk smartphone dari vendor China yang pada akhirnya dapat memotong dominasi Samsung dan Apple.

Sumber: GSMArena

Samsung Galaxy Tab S7 FE 5G Resmi Dijual Seharga Rp9,5 Juta, Sudah Termasuk S Pen

Tuntutan untuk bekerja dan belajar dari rumah selama pandemi memaksa kita untuk mengevaluasi kembali seberapa optimal gadget yang kita gunakan bisa menunjang aktivitas harian. Sebagian mungkin tidak mendapati satu pun problem, tapi sebagian lain mungkin ada yang merasa sudah saatnya untuk upgrade ke perangkat yang lebih gres, atau yang lebih sesuai dengan kebutuhan.

Alhasil, perangkat seperti laptop atau tablet cukup banyak diburu konsumen dalam setahun terakhir. Menurut Elvira Dwi Anggraeni selaku IT & Mobile Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia, tren penjualan tablet masih terus mengalami peningkatan. Dari kubu Samsung sendiri, tercatat ada pertumbuhan penjualan tablet sebesar 37% pada paruh pertama 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Melihat tren yang positif seperti itu, Samsung Indonesia pun kembali memperkenalkan tablet baru, yakni Galaxy Tab S7 FE 5G. Perangkat ini sebenarnya sudah hadir sejak awal bulan Juli kemarin, dan Samsung mengklaim antusiasme konsumen sangat tinggi terhadapnya.

Fitur dan spesifikasi Samsung Galaxy Tab S7 FE 5G

Selain untuk menunjang kegiatan bekerja maupun belajar dari rumah, tablet dengan ketebalan 6,3 mm dan berat 608 gram ini sebenarnya juga difokuskan untuk menjadi wadah pengasah kreativitas. Itulah mengapa Samsung turut menyertakan aksesori S Pen pada paket penjualannya.

Stylus tersebut cukup istimewa karena sejumlah alasan. Pertama, ia mendukung 4.096 tingkatan sensitivitas tekanan, sehingga pengguna dapat membuat goresan tipis atau tebal tergantung seberapa kuat ia menekan stylus di atas layar. Kedua, latensinya kurang dari 30 milidetik, dan itu membuatnya terasa begitu responsif kalau menurut pengakuan Hari Prast, ilustrator profesional yang berkesempatan mencobanya langsung selama beberapa hari.

Hari juga sangat mengapresiasi kemudahan menyimpan S Pen pada Tab S7 FE 5G. Beliau mengaku trauma karena sudah beberapa kali menghilangkan aksesori stylus, dan menurutnya mekanisme menempelkan stylus secara magnetis ke sisi belakang tablet seperti ini betul-betul membantu rutinitas hariannya sebagai seorang visual artist. Juga sangat memudahkan adalah fakta bahwa stylus ini tidak perlu di-charge sama sekali.

Selain S Pen, ukuran layar Tab S7 FE 5G juga menjadi bagian favorit buat Hari. 12,4 inci menurutnya sangat pas; tidak kelewat besar, tapi tetap cukup luas untuk dipakai multitasking dengan membuka hingga tiga aplikasi sekaligus secara bersamaan. Resolusinya pun tinggi di angka 2560 x 1600 pixel.

Buat yang lebih terbiasa dengan tampilan ala perangkat desktop, Tab S7 FE 5G mendukung fitur Samsung DeX. Pengguna tidak harus menyambungkan perangkat ke TV atau monitor untuk mengaktifkan fitur ini, sebab tampilan ala desktop tersebut juga bisa langsung dinikmati di layar Tab S7 FE 5G.

Terkait dapur pacunya, Tab S7 FE 5G ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon 750G, RAM 6 GB, dan penyimpanan internal sebesar 128 GB (plus slot kartu microSD yang mendukung kapasitas maksimum 1 TB). Sesuai namanya, perangkat ini dipastikan bakal bisa terhubung ke jaringan 5G di Indonesia, namun untuk sekarang Samsung masih dalam tahap optimasi bersama kalangan operator.

Namanya tablet, konsumsi konten multimedia tentu juga menjadi aspek yang diprioritaskan. Selain visual, audio juga turut mendapat perhatian ekstra dari Samsung. Tab S7 FE 5G dibekali sepasang speaker yang ditempatkan di sebelah kiri atas dan kanan atas (dalam orientasi landscape), posisi yang ideal karena tidak mudah tertutupi tangan yang biasanya agak ke bawah. Dukungan Dolby Atmos pun turut hadir untuk menyajikan kualitas audio yang lebih baik.

Tab S7 mengemas kamera depan 5 megapixel dan kamera belakang 8 megapixel. Menutup rincian spesifikasinya adalah baterai berkapasitas 10.090 mAh yang mendukung fast charging dalam kecepatan 45 W, sehingga dapat diisi dari kosong hingga penuh dalam waktu sekitar 90 menit saja. Sayangnya, yang terdapat dalam boksnya adalah adaptor 15 W, dan Anda harus membeli adaptor 45 W itu secara terpisah kalau mau memaksimalkan kapabilitas charging-nya.

Harga dan promo terbatas

Samsung Galaxy Tab S7 FE 5G saat ini sudah bisa dibeli seharga Rp9.499.000 di berbagai platform e-commerce maupun toko online Samsung.com sendiri. Konsumen bisa memilih di antara empat variasi warna yang tersedia: Mystic Black, Mystic Silver, Mystic Green, dan Mystic Pink. Masing-masing varian hadir bersama S Pen dalam warna yang sama.

Untuk pembelian hingga 5 Agustus 2021, konsumen bakal langsung mendapatkan bonus senilai hampir tiga juta rupiah dalam bentuk aksesori book cover keyboard, Samsung Care+ untuk 12 bulan, dan cashback langsung. Khusus bagi yang belum pernah berlangganan, mereka juga bisa mendapatkan akses gratis YouTube Premium selama 4 bulan, serta Clip Studio Paint selama 6 bulan.

Samsung Umumkan Odyssey Neo G9, Monitor Gaming High-End dengan Panel Mini LED

Dengan bentang layar seluas 49 inci, resolusi Dual QHD, refresh rate 240 Hz, dan harga 25 juta rupiah, tidak salah apabila Odyssey G9 menyandang gelar monitor gaming paling high-end yang bisa kita beli dari Samsung saat ini. Namun rupanya tidak perlu waktu lama buat titel tersebut dioper ke monitor lain yang bahkan lebih high-end lagi. Perkenalkan, Samsung Odyssey Neo G9.

Kuncinya terdapat pada kata “Neo” yang tertera pada namanya. Sama seperti jajaran TV Neo QLED yang Samsung hadirkan belum lama ini, Odyssey Neo G9 juga mengunggulkan teknologi display Quantum Mini LED yang sama persis. Dibandingkan panel QLED standar yang terdapat pada Odyssey G9, panel Mini LED milik Odyssey Neo G9 menjanjikan kontras sekaligus reproduksi warna yang jauh lebih superior.

Sesuai namanya, Mini LED punya ukuran lebih kecil ketimbang LED tradisional, persisnya cuma 1/40-nya. Alhasil, jumlah yang ditanamkan pun bisa lebih banyak, sehingga pada akhirnya dapat dikelompokkan menjadi lebih banyak local dimming zone.

Sebagai perbandingan, Odyssey G9 punya 10 dimming zone, sedangkan Odyssey Neo G9 punya 2.048 dimming zone. Dipadukan dengan kontrol cahaya 12-bit, jumlah dimming zone yang bertambah drastis ini membuat area gelap di Neo G9 kelihatan lebih gelap, dan area terang kelihatan lebih terang. Lagi-lagi kalau mau dibandingkan, Odyssey G9 punya rasio kontras 2.500:1, sedangkan Odyssey Neo G9 punya 1.000.000:1.

Lebih lanjut, panel Mini LED milik Neo G9 juga sanggup menyala dua kali lebih terang daripada panel milik pendahulunya. Tingkat kecerahan maksimumnya mencapai angka 2.000 nit, dan ia pun juga sudah mengantongi sertifikat Quantum HDR 2000 dari VDE (Verband Deutscher Elektrotechniker).

Selebihnya, Odyssey Neo G9 cukup identik dengan pendahulunya. Luas layarnya sama-sama 49 inci, resolusinya tetap di angka 5120 x 1440 pixel, dan refresh rate maksimumnya pun masih 240 Hz, dengan waktu respon 1 milidetik (GTG). Kurvatur layarnya pun tidak berubah, masih 1000R dan setara lengkungan bola mata manusia.

Perihal konektivitas, Neo G9 hadir mengusung satu port DisplayPort 1.4 dan dua port HDMI 2.1, lengkap beserta kompatibilitas dengan Nvidia G-Sync maupun AMD FreeSync Premium Pro. Sistem pencahayaan di bagian belakangnya yang kelihatan begitu futuristis masih eksis, malahan kini warnanya dapat disinkronisasikan secara otomatis dengan apa yang sedang tampil di layar.

Samsung berencana memasarkan Odyssey Neo G9 mulai tanggal 9 Agustus mendatang seharga $2.500, atau kurang lebih setara 36 jutaan rupiah. Selisih harganya cukup jauh dari Odyssey G9, yang ketika pertama diluncurkan dibanderol $1.480.

Sumber: GSM Arena dan Samsung.

Teknologi Display MicroLED Besutan Samsung Bakal Dipakai dalam Studio Produksi Film

Serial The Mandalorian memopulerkan tren baru di industri perfilman lewat teknik produksi yang mengandalkan studio virtual. Ketimbang menggunakan green screen, tim produksi The Mandalorian justru membangun studio khusus dengan layar LED sebagai dinding sekaligus langit-langitnya, menyederhanakan alur produksi sekaligus memaksimalkan kemampuan akting masing-masing pemeran.

Tren ini membuka peluang bisnis baru bagi produsen panel display seperti Samsung. Baru-baru ini, Samsung mengumumkan kontrak kerja samanya dengan rumah produksi asal Korea Selatan, CJ ENM, untuk membangun studio produksi virtual yang dibekali teknologi MicroLED besutan Samsung.

Diumumkan di tahun 2018, salah satu keunggulan teknologi MicroLED adalah sifatnya yang modular, yang berarti teknologi ini dapat diaplikasikan menjadi display dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dalam konteks studio film, MicroLED dapat diaplikasikan ke dinding atau langit-langit studio yang datar, cekung, ataupun cembung, menyesuaikan dengan rancangan internal studio itu sendiri.

Untuk display utamanya, Samsung dan CJ ENM sudah merencanakan display yang berbentuk oval, dengan diameter 20 meter dan tinggi sekitar 7 meter atau lebih. Kalau mau diukur, Samsung bilang panel ini mempunyai ukuran melebihi 1.000 inci, serta mampu menampilkan konten dalam resolusi maksimum 16K dan format HDR10+.

Juga tidak kalah penting adalah pilihan frame rate yang telah dioptimalkan untuk kebutuhan produksi film, termasuk halnya opsi-opsi populer macam 23,976 Hz, 29,97 Hz, maupun 59,94 Hz. Sebelum ini, CJ ENM juga sudah lebih dulu meneken kontrak kerja sama dengan Epic Games untuk memanfaatkan game engine Unreal Engine dalam proses produksinya, sama seperti yang dilakukan oleh tim produksi The Mandalorian.

Pengamat industri dari Göteborg Film Festival memprediksi bahwa proses produksi virtual semacam ini bakal menjadi standar baru di industri perfilman dalam lima tahun ke depan, dan Samsung pun bukan satu-satunya produsen panel display yang terlibat langsung sebagai pemasok teknologi display untuk studio produksi virtual.

Belum lama ini, Sony juga dikabarkan sudah mulai menggunakan teknologi Crystal LED besutannya dalam membangun studio virtual untuk rumah produksi mereka sendiri, Sony Pictures. Sony bahkan juga sempat membeli saham Epic Games senilai $250 juta.

Sumber: Engadget dan Samsung.

[Review] Samsung Galaxy M62, Smartphone dengan Prosesor Mantan Flagship dan Baterai Jumbo

Seri M dari Samsung sejatinya adalah seri untuk pasar menengah ke bawah, beberapa perangkatnya menjadi pintu masuk sebelum ke ekosistem Samsung seri lainnya. Tapi pada perkembangannya, banyak perangkat Samsung seri A dan seri M yang saling overlapping. Bahkan kini, Seri M menggunakan prosesor seri Note.

Adalah Galaxy M62 yang mencuri perhatian saya ketika diperkenalkan dengan menggunakan prosesor seri Note 10 yaitu Exynos 9825. Ini bukan prosesor terkini memang dan hitungannya termasuk jadul. Tetapi menjadi menarik ketika perangkat seri M menggunakan prosesor yang pernah digunakan seri Note 10.

Secara fisik dan beberapa spesifikasi lainnya, M62 sebenarnya mirip dengan M51 yang sudah dirilis duluan. Perbedaan mencolok hanya dari prosesor saja. Bisa jadi, ketertarikan saya pada Galaxy M62 dikarenakan saya adalah pengguna Galaxy Note 10 Plus, yang merasa bahwa perangkat ini sangat powerfull (pada waktunya) dan bahkan masih bisa diandalkan sampai sekarang, baik untuk kerja, editing (video dan audio), dan hiburan (main game).

Untuk membahas lebih lanjut, mari kita selami pengalaman penggunaan saya atas Galaxy M62.

Desain dan hal-hal terkait

Dari sisi perangkat, ada yang menyamakan M62 ini dengan seri M lain dari Samsung yang telah dirilis duluan yaitu M51. Kesamaan posisi sebagai perangkat baterai jumbo adalah salah satu yang memang mau tidak mau akan menarik kita ke Galaxy M51 jika membicarakan Galaxy M62.

Namun kalau dari sisi desain sebenarnya bisa dibedakan dengan cukup kentara. Misalnya saja dari layout kamera serta eksekusi tampilan belakang yang memberikan perbedaan atau bisa disebut juga penyegaran.

Untuk sisi desain lain memang M62 ya begitu saja, namanya juga perangkat seri M plus fokus utamanya bukan dari sisi penampilan. Meski body-nya yang cukup bongsor (tebal) karena membawa baterai 7000 mAh, tampilan belakang perangkat ini coba dihadirkan lumayan keren dengan efek gradasi warna. Setidaknya itu yang saya dapatkan dari varian yang saya coba.

Untuk layout button dan kelengkapan lain sendiri, M62 menghadirkan semua tombol di sebelah kanan, bagian kiri ada SIM tray, bagian bawah terdapat colokan jack audio dan colokan charger usb type-c dan tentu saja speaker.

Salah satu yang menarik di perangkat ini, button power berfungsi juga sebagai fingerprint jadi letaknya bukan lagi di layar tetapi di bagian kanan ponsel. Samsung menjelaskan bahwa layout fingerprint dan power button ini adalah untuk kenyamanan penggunanya.

Pengalaman menggunakan fingerprint di bagian pinggir ini memang cukup nyaman tetapi, karena jari saya sering berkeringat jadinya fitur ini jarang digunakan karena tidak bisa membaca sidik jari dengan presisi karena agak basah.

Untuk bagian belakang ponsel ada 4 kamera dengan layout kotak serta lampu flash. Dan bagian depan ada kamera depan dengan layout punch hole alias kamera depan letaknya di bagian atas tengah. Ini juga mirip dengan layout Note 10 Plus.

Spesifikasi kamera sendiri adalah macro camera 5MP, ultra wide camera 12MP, depth camera 5MP dan kamera utama 64MP. Untuk kamera depan 32MP. Namun terus terang saya sendiri tertarik dengan smartphone ini bukan karena spesifikasi kameranya, tetapi karena prosesor, baterai dan display atau layarnya.

Selanjutnya untuk tampilan display, M62 hadir dengan lebar akses layar 6.7 inci lalu resolusi 1080 x 2400 (FHD+) dengan teknologi Super Amoled Plus dan kedalaman warna 16M. Dengan layar seperti ini menggunakan perangkat M62 cukup nyaman, meski tanpa pelindung Corning Gorilla Glass, namun pengalaman menyentuh dan menjelajah aplikasi/web dengan layar ini terasa nyaman. Hanya saja memang harus hati-hati karena perlindungan bawahan dari perangkat ini cukup kurang.

Dari sisi desain memang tidak banyak yang bisa dibahas, yah namanya juga perangkat kelas menengah. Meski desain kadang jadi alat jualan tetapi perangkat kelas ini biasanya memang lebih fokus pada penggunaan alias fungsi, alih-alih estetis. Oleh karena itu mari kita masuk ke pembahasan selanjutnya, yaitu tentang pengalaman penggunaan.

Pengalaman penggunaan, termasuk gaming

Kalau mau memulai bahasan tentang pengalaman penggunaan perangkat Galaxy M62 saya akan memilihnya dari pengalaman pemakaian yang berhubungan dengan display. Sebagai perangkat kelas menengah, display dari M62 memang mencuri perhatian sejak pertama kali menggunakannya, baik untuk menjelajah konten di media sosial, menikmati hiburan lewat Youtube atau menjelajah Instagram yang katanya sudah bukan lagi aplikasi berbagi foto.

Menggunakannya untuk produktivitas seperti menjelajah web untuk mendapatkan informasi atau berganti-ganti aplikasi juga nyaman di layar M62. Pengalaman sentuhnya terasa ‘empuk’ meski layar ini tidak dilindungi pelindung kaca. Untuk kecerahan dan warna juga cukup menyenangkan mengingat segmen dari perangkat ini yang memang jauh dari flagship bahkan dari sisi penamaan seri masih di bawah seri A.

Salah satu kekurangan yang sebenarnya bisa dimaklumi yaitu adalah fitur terkait refresh rate. M62 masih membawa refresh rate 60Hz saja. Jika perangkat ini menghadirkan refresh rate sampai dengan 90Hz, menurut saya ini akan bisa jadi perangkat yang patut direkomendasikan. Bayangkan saja baterai jumbo, prosesor mantan flagship dan layar yang menyenangkan untuk digunakan. Tapi tentu saja Samsung punya pertimbahan lain dengan hanya menghadirkan refresh rate yang 60Hz di perangkat M62, bisa jadi harga, bisa jadi agar tidak overlapping dengan perangkat lain.

 

Berbicara tentang baterai. Salah satu daya jual Galaxy M62 ini memang baterai jumbo yaitu 7000mAh. Angka spesifikasi ini yang menyebabkan M62 jadi disejajarkan dengan Galaxy M51 yang memiliki angka kemampuan baterai yang sama. Dengan kemampuan baterai seperti ini tentu saja penggunaan M62 jadi bertahan lama dan menjadikannya layak untuk perangkat hiburan alias menemani kemageran Anda dengan menonton tayangan Netflix atau Youtube.

Perpaduan baterai besar dan display yang menyenangkan di M62 cukup menarik. Meski bisa jadi Anda harus menyiapkan smartphone holder karena perangkat ini cukup berat untuk dipegang terus-menerus jika menonton konten.

Kini kita akan masuk ke pembahasan bermain game dengan menggunakan perangkat Galaxy M62.

Seperti halnya hiburan, pengalaman tampilan layar untuk bermain game di perangkat ini cukup menyenangkan, dukungan prosesor serta memory yang cukup lewat 8GB/256GB juga memberikan dukungan atas pengalaman bermain game yang mulus. Saya mencoba 3 game di perangkat ini, ketiganya FPS dan merupakan game FPS favorit saya. CODM Mobile, Super Mecha Champions (SMC) dan satu lagi adalah game FPS candaan tapi serius Sausage Man.

 

Semua game yang saya coba ini bisa dilibas dengan pengaturan mentok kanan. Pengalaman bermainnya juga tanpa masalah dari sisi performa. Display FHD+ menjadikan nyaman dalam melihat permainan. Dari sisi baterai juga rasanya tidak ada panas yang terlalu berlebihan yang saya rasakan ketika bermain.

Satu kekurangan saat bermain game (juga saat menikmati konten alias penggunaan untuk hiburan) adalah dari sisi suara atau speaker. Galaxy M62 cukup lemah di departemen speaker. Sebenarnya kalau dari sisi suara tidak jelek juga namun karena hanya menyediakan 1 speaker saja tidak stereo maka pengalaman bermain game jadi kurang maksimal. Kadang juga speaker tertutup ketika bermain game FPS. Apalagi dengan ketebalan dari perangkat yang menjadikan genggaman agak sedikit harus lebih solid yang menyebabkan speaker tertutup.

Untuk mengatasi ini salah satu caranya adalah menggunakan earphone eksternal, kabel pun bisa karena M62 menyediakan jack audio. Sayangnya di paket penjualan tidak disertakan earphone bawaan jadi harus membeli tambahan earphone.

Selain baterai, prosesor dan display salah satu spesifikasi yang menurut saya jadi andalan M62 adalah RAM dan ROM yang dihadirkan sudah cukup memberikan ketenangan saat menggunakan yaitu 8GB/256GB. Cukup aman untuk mengunduh aplikasi banyak termasuk berbagai game yang sedang ramai dimainkan dewasa ini.

Pengalaman kamera

Terus terang, saat mencoba perangkat ini saya tidak banyak melakukan test dari sisi kamera. Alasan utamanya adalah, menurut saya perangkat ini bukanlah perangkat untuk fotografi tetapi lebih ke ranah hiburan, produktivitas dan bisa pula untuk gaming.

Dari sisi baterai yang jumbo, layar yang baik, prosesor yang bisa diandalkan M62 cocok untuk produktivitas karena bisa tahan lama, hiburan dengan layar Super Amoled Plus dan untuk gaming dengan dukungan prosesor mantan flagship.

Meski demikian, sisi kamera juga tetap bisa diandalkan, setidaknya untuk kelasnya. Dari sisi spesifikasi ada 4 kamera tapi yang paling utama bisa dibilang dua yaitu kamera utama yang sampai 64MP dan kamera depan 32MP.

Ultra wide yang ada juga cukup untuk kelasnya dengan 12MP. Sedangkan kamera lain seperti macro dan depth adalah pelengkap, masing-masing 5MP.

Uji kamera yang saya lakukan juga tidak terlalu lengkap, hanya mencoba beberapa skenario yang sekiranya biasa dilakukan saat kondisi sedang di rumah saja karena pandemi. Misalnya memfoto tanaman, mainan dan mencoba untuk mode ultra wide.

 

Hasil uji dengan aplikasi

Untuk beberapa hasil uji dengan aplikasi bisa dilihat di-slide berikut ini.

Untuk spesifikasi lengkap dan hasil uji bisa dilihat di beberapa tampilan di bawah ini.

Kesimpulan

Bisa jadi ini masalah preferensi tetapi kalau saya harus memilih perangkat Galaxy M62 dari perangkat di segmennya, maka saya memilihnya karena M62 hadir dengan prosesor yang sama dengan Note 10 +. Tentu saja akan ada perbedaan dari sisi pengalaman penggunaan karena Note adalah seri teratas Samsung sedangkan M adalah seri menengah – bawah. Selain itu prosesor ini memang bukan prosesor paling anyar atau bisa dibilang jadul.

Tetapi untuk seri M menurut saya ini cukup memberikan pilihan yang menarik, prosesor Exynos 9825 lalu RAM dan ROM yang besar 8GB/256GB serta display yang sudah Super Amoled adalah beberapa keunggulan yang ingin ditawarkan perangkat ini, selain tentu saja baterai yang besar yaitu 7000 mAh.

Samsung Galaxy M62 dijual dengan harga 5.999.000 rupiah.

Sparks

  • Prosesor handal
  • Display ciamik
  • Baterai 7000 mAh
  • Ruang penyimpanan cukup besar

Slacks

  • Speaker hanya satu sisi
  • Ketebalan ponsel cukup terlihat
  • Desain biasa saja

Samsung Pangkas Harga Air Purifier-nya Demi Menyediakan Solusi Praktis di Tengah Pandemi

Meluncurkan air purifier di tengah kondisi seperti sekarang merupakan langkah yang sangat tepat bagi produsen perangkat elektronik. Anjuran untuk mengurangi mobilitas dan sebisa mungkin berdiam diri di rumah membuat kita menaruh perhatian ekstra pada faktor kebersihan, termasuk halnya kebersihan udara. Alhasil, sebagian dari kita pun mempertimbangkan untuk membeli air purifier.

Sebagai salah satu brand teknologi terbesar, Samsung tentu tidak mau melewatkan kesempatan ini. Air purifier bukanlah kategori baru buat Samsung, namun demi menghadirkan solusi praktis buat lebih banyak konsumen, mereka pun menyiapkan promo spesial untuk deretan produk air purifier-nya.

Samsung Air Purifier AX40 / Samsung

Samsung Air Purifier hadir dalam tiga tipe: AX60R, AX40R, dan AX34R. Untuk pembelian di toko online Samsung.com hingga 20 Juli 2021, konsumen bisa mendapatkan harga khusus, yaitu Rp3.299.000 untuk AX60R, Rp2.399.000 untuk AX40R, dan Rp1.999.000 untuk AX34R. Ketiganya memiliki sejumlah perbedaan dari segi fitur maupun kapasitas, tapi yang pasti semuanya efektif dalam hal memurnikan udara di dalam rumah dari berbagai macam polutan.

Menurut Samsung, keberadaan air purifier krusial bukan cuma karena manfaatnya, tapi juga karena sejumlah miskonsepsi yang beredar di kalangan konsumen. Salah satunya adalah anggapan bahwa udara indoor lebih bebas polusi daripada outdoor. Faktanya, berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat, level pencemaran udara di dalam ruangan bisa mencapai dua sampai lima kali lebih tinggi ketimbang di luar ruangan.

Samsung Air Purifier AX34 / Samsung

Sumber pencemaran di dalam ruangan bisa bermacam-macam, bisa dari emisi pembakaran api kompor atau rokok, pestisida, atau tentu saja polusi yang masuk dari luar rumah. Samsung menjamin efektivitas air purifier-nya berkat sistem penyaringan berlapis: pre-filter bekerja menyaring partikel debu besar, disusul filter karbon yang mengeliminasi gas berbahaya, dan terakhir High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter bertugas mempurifikasi hingga 99,97% debu, alergen, dan bakteri berukuran hingga 0,3 µm.

Untuk memberikan gambaran efektivitas suatu air purifier, produsen biasanya mencantumkan angka Clean Air Delivery Rate, atau biasa disebut CADR. Semakin tinggi angkanya, biasanya semakin baik kinerjanya. Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam membeli air purifier adalah ukuran ruangan yang akan ditempati. Dalam konteks trio air purifier Samsung tadi, masing-masing mempunyai kapasitas sesuai angka pada namanya: AX60R cocok untuk ruangan seluas 60 m², AX40R untuk ruangan seluas 40 m², dan AX34R untuk ruangan seluas 34 m².