Tren Voice Assistant dan Kemunculan Kategori Produk Baru, Smart Display Speaker

Ada pemandangan yang tidak biasa saat perwakilan DailySocial bertandang ke Las Vegas guna menghadiri perhelatan CES 2018 dua pekan lalu: logo Alexa dan Google Assistant tampak bertebaran di mana-mana. Dari keduanya, Google tampil lebih agresif, menempatkan personil-personilnya di semua booth perangkat yang mendukung Google Assistant, sampai menyulap kereta monorel Las Vegas menjadi baliho berjalan bertuliskan “Hey Google”.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kehadiran Google begitu terasa di CES meskipun mereka sama sekali tidak membawa perangkat keras buatannya sendiri, dan ini juga bukan disebabkan oleh sejumlah smartphone Android yang dipamerkan. Virtual assistant, voice assistant, smart assistant, atau apapun nama yang lebih sreg di benak Anda, bakal menjadi kunci di balik inovasi-inovasi teknologi yang bakal kita jumpai sepanjang tahun 2018 ini.

Terlepas dari persaingan panas antara Alexa dan Google Assistant, tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh yang dibawa keduanya begitu besar. Begitu besarnya, voice assistant pada dasarnya berhasil memicu kemunculan kategori produk baru, dan produk ini lebih menjurus ke sisi lifestyle ketimbang gadget secara umum.

Tren voice assistant dan kemunculan kategori smart display speaker

Amazon Echo Show / Amazon
Amazon Echo Show / Amazon

Produk yang saya maksud adalah smart display speaker, yang sejatinya merupakan smart speaker dengan imbuhan layar sentuh interaktif. Amazon memulai kategori ini lewat Echo Show yang diperkenalkan Mei tahun lalu, kemudian Google menyusul baru-baru ini melalui mitra-mitranya seperti JBL, Lenovo, LG dan Sony. Dalam kesempatan yang sama, Baidu juga memamerkan perangkat serupa dengan voice assistant besutannya sendiri.

Bagi saya pribadi, smart display speaker semacam ini lebih cocok dikategorikan sebagai produk lifestyle. Mengapa? Ada banyak alasan. Salah satunya, hampir semuanya mengusung desain apik yang lebih pantas dijadikan dekorasi rumah ketimbang disembunyikan di sudut ruangan.

JBL Link View / Harman
JBL Link View / Harman

Foto produk Amazon Echo Show dan JBL Link View sama-sama menunjukkan skenario penggunaannya di dapur. Perpaduan layar yang menampilkan resep masakan, plus voice assistant yang bertugas membacakan konversi satuan-satuan bahan makanan yang dipakai, membuat smart display speaker begitu ideal untuk skenario ini.

Namun dalam hati saya bertanya, bukankah tablet yang didudukkan di atas unit docking sebenarnya juga bisa difungsikan serupa? Benar saja, tapi smart display speaker tetap lebih unggul soal ini karena mengemas mikrofon yang selalu aktif mendengarkan instruksi dari pengguna. Dengan tablet, pengguna harus lebih dulu membuka aplikasi voice assistant-nya.

Singkat cerita, hampir semua yang smart display speaker bisa lakukan sebenarnya juga bisa dilakukan oleh tablet. Akan tetapi menyebut smart display speaker sebagai sebuah speaker yang ditempeli tablet adalah oversimplification alias penyederhanaan yang terlalu berlebih.

Komponen spesifik seperti mikrofon yang always-on dan yang biasanya mengadopsi teknologi beam-forming (bisa menangkap suara dari kejauhan meski sedang ada musik yang diputar cukup keras), membuat kinerja smart display speaker lebih efektif untuk semua hal yang mengandalkan perintah suara sebagai interface utamanya.

Smart display speaker vs. smart speaker

Google Home Max / Google
Google Home Max / Google

Smart display speaker di sisi lain juga tidak bermaksud menjadi smart speaker versi premium. Segmen itu sebenarnya sudah diisi oleh produk seperti Google Home Max, dan tidak lama lagi, Apple HomePod. Setidaknya untuk sekarang, kualitas audio premium dan layar sentuh interaktif masih belum bisa dijadikan satu paket.

Kalau melihat tampilan layar JBL Link View misalnya, wajar apabila kita berasumsi bahwa smart display speaker menjalankan sistem operasi Android, sedangkan smart speaker tidak. Pada kenyataannya, Google sudah menyiapkan platform baru untuk smart display speaker yang dijuluki Android Things.

Lenovo Smart Display / Lenovo
Lenovo Smart Display / Lenovo

Dari kacamata sederhana, Android Things adalah varian khusus Android yang diperuntukkan perangkat IoT (Internet of Things). Anda tidak bisa menjalankan aplikasi Android seperti biasa di smart display, yang ada justru adalah tampilan berbasis web yang telah dikemas dalam interface serba kartu seperti di Google Now.

Meng-install software update di smart display pastinya lebih mudah karena bisa langsung dari layarnya sendiri, sedangkan di smart speaker seperti Google Home, dibutuhkan smartphone sebagai perantaranya. Terlepas dari itu, baik smart display maupun smart speaker sama-sama didampingi oleh voice assistant yang sama cerdasnya.

Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon
Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon

Pernyataan terakhir ini penting karena pada akhirnya semua pertimbangan bakal jatuh pada platform voice assistant yang dipilih. Sebagus apapun layar milik Amazon Echo Show, Anda tidak bisa memakainya untuk menonton video YouTube akibat keegoisan Google. Pengorbanan besar ini mau tidak mau harus diterima oleh mereka yang banyak berlangganan layanan milik Amazon, sekaligus yang merasa Alexa lebih pas di hatinya ketimbang Google Assistant.

Di sisi sebaliknya, Google mulai mengejar ketertinggalannya dari Amazon dengan menyiapkan directory khusus terkait apa saja yang bisa dilakukan Google Assistant, yang mereka sebut dengan jargon “Actions”. Amazon sendiri menggunakan istilah “Skills” untuk Alexa, dan kini keduanya sedang dalam fase adu banyak dengan menarik perhatian developer.

Tidak peduli apa mediumnya (smart display atau smart speaker), sejarah bakal mencatat 2018 sebagai babak pertempuran sengit antara Alexa dan Google Assistant. Siri dan Bixby sengaja tidak saya masukkan hitungan, mengingat keduanya dari awal sudah dikembangkan secara tertutup oleh masing-masing pencetusnya (Apple dan Samsung); sedangkan untuk Cortana, well, Microsoft masih harus bekerja lebih keras lagi dari sekadar bermitra dengan Harman.

Apple Siap Pasarkan Smart Speaker-nya, HomePod, Mulai 9 Februari

Salah satu smart speaker yang paling dinanti-nanti, khususnya oleh pengguna produk-produk Apple, adalah HomePod. Diperkenalkan di event WWDC pada pertengahan tahun kemarin, HomePod sebenarnya dijadwalkan masuk ke pasaran pada bulan Desember lalu. Namun karena merasa produknya belum benar-benar matang, Apple memutuskan untuk menunda perilisannya.

Kini, melalui sebuah siaran pers resmi, Apple mengumumkan bahwa mereka bakal mulai menjual HomePod pada tanggal 9 Februari mendatang. Harganya tetap $349 seperti saat diumumkan pertama kali, dan negara-negara yang menjadi tujuan awalnya adalah Amerika Serikat, Inggris Raya dan Australia.

Seperti halnya produk Apple lain, HomePod bakal terdengar sangat menarik apabila Anda sudah ‘terjerumus’ ke dalam ekosistem milik Apple. Siri yang mengotaki HomePod dirancang untuk menjadi semacam ‘DJ’ (disc jockey) ahli atas koleksi musik yang ada di layanan streaming Apple Music.

Apple HomePod

Ya, potensi HomePod tidak akan bisa maksimal apabila Anda bukan pelanggan Apple Music. Namun bagi yang sudah berlangganan, mereka bisa melakukan pencarian yang cukup kompleks dari katalog Apple Music di HomePod, atau sekadar menanyakan informasi-informasi seperti tahun dirilisnya suatu lagu kepada Siri.

Kombinasi HomePod dan Siri juga dimaksudkan untuk menjadi semacam asisten pribadi di kediaman pengguna. Yang cukup menarik, selain terintegrasi dengan platform smart home Apple HomeKit, HomePod juga mendukung sejumlah aplikasi pihak ketiga, sehingga pengguna bisa meminta tolong Siri untuk, misalnya, mengirim pesan melalui WhatsApp atau membuat reminder di Evernote.

Apple HomePod

Spesifikasi HomePod sendiri bisa Anda baca pada artikel pengumumannya, namun yang pasti Apple menjanjikan kualitas suara premium lewat sejumlah komponen hasil rancangannya sendiri. Tidak hanya itu, proses setup awalnya juga diklaim semudah dan sepraktis AirPods.

Ke depannya, Apple juga berencana menghadirkan kapabilitas multi-room pada HomePod melalui software update gratisan. Namun semua itu bakal sia-sia apabila pertanyaan berikut tidak terjawab: apakah HomePod nantinya juga akan masuk ke Indonesia?

Menurut perbincangan saya dengan seorang teman yang bekerja di Erafone – yang saat ini merupakan distributor tunggal atas beragam produk Apple di Indonesia – HomePod dipastikan masuk ke tanah air, hanya saja belum bisa dipastikan kapan. Di Perancis dan Jerman, HomePod baru akan tersedia mulai musim semi, jadi ini mungkin bisa menjadi indikasi bagi konsumen untuk sedikit bersabar.

Sumber: Apple.

Selamat Datang Era Asisten

Di film “2001: A Space Odyssey”, sebuah karya masterpiece Stanley Kubrick yang dirilis tahun 1968, HAL 9000 dibuat sebagai sentient computer yang mengontrol sistem pesawat luar angkasa dan berkomunikasi dengan para krunya. Saat itu HAL dibayangkan sudah tersedia 20-30 tahun setelah film dibuat.

Di tahun 2018, utopia itu belum benar-benar terwujud. Meskipun demikian, Consumer Electronics Show 2018, salah satu showcase produk elektronik terbesar di dunia, menunjukkan bahwa arah pengembangan teknologi adalah “mengembangkan HAL yang realistis” berbasis Artificial Intelligence. Membantu kehidupan kita untuk mengatur segala perangkat rumah dan kendaraan.

Menurut pengamatan DailySocial, yang berkesempatan hadir secara langsung, logo Alexa (yang dibuat oleh Amazon) dan Google Assistant bertebaran di berbagai perangkat dan berbagai merk, dari televisi, smart speaker, sampai perangkat dapur air fryer.

Google, meskipun tidak menunjukkan satupun produk elektronik buatan sendiri, memanfaatkan ajang ini untuk menunjuk kapabilitas Google Assistant, termasuk dalam bentuk instalasi besar yang ditempatkan di pintu utama. Google juga menempatkan tim, di semua booth yang mendukung Google Assistant, seandainya ada pengunjung yang ingin tahu lebih lanjut tentang fitur ini.

Amazon, meskipun tidak seagresif Google, telah menggandeng setidaknya 50 brand yang bisa memanfaatkan “kepintaran” Alexa.

Di luar keduanya, masih ada Siri dari Apple, Bixby dari Samsung, Clova dari LINE, dan Cortana dari Microsoft yang bermain di ranah yang sama.

Tahun 2020 menjadi tipping point

Dalam sesi keynote-nya, President dan Kepala Divisi Consumer Electronics HS Kim memberikan komitmen bahwa Samsung, saat ini produsen perangkat consumer electronics terbesar di dunia, akan menerapkan konsep IoT untuk semua produknya di tahun 2020.

Itu artinya tidak ada lagi produk elektronik di rumah yang “tidak pintar”. Semua produk akan terhubung dan asisten akan menjadi perekat yang memudahkan komunikasi antara produk satu dan lainnya. Bixby, asisten yang dikembangkan Samsung, akan menjadi “bintang” jika semuanya mulus sesuai rencana.

DSCF4235

Kehadiran konektivitas 5G, yang ditargetkan mulai tersedia tahun 2019 mendatang, menjadi katalisator penting. Seharusnya tidak ada lagi penghalang di jalan tol bebas hambatan 5G untuk menghubungkan televisi, kulkas, mesin cuci, kamera pengintai, AC, hingga mobil kita.

Kerentanan teknologi

Tentu saja tidak ada teknologi yang tanpa celah. Isu BlueBorne atau Dolphin Attack adalah dua hal awal yang bisa digunakan untuk meng-exploit teknologi seperti ini. Dengan semakin banyaknya pemanfaatan asisten di berbagai perangkat, diyakini akan semakin banyak serangan yang terjadi.

Jika kita sudah “pusing” seandainya sebuah perangkat komputer yang kita miliki terkena hack atau virus, apa yang terjadi jika seluruh perangkat elektronik di rumah dikuasai oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?

Suatu utopia lain adalah seandainya asisten menjadi terlalu pintar dan justru malah memiliki pikiran tersendiri. Di film 2001: A Space Odyssey, HAL berubah menjadi tokoh antagonis utama karena merasa terancam dengan potensi pemutusan daya karena adanya malfungsi. Sebagai asisten, manusia haruslah tetap menjadi pengontrol utama setiap kegiatannya.

Tak Lagi Andalkan Bantuan Bing, Siri Pindah Haluan ke Google Search

Secerdas apapun asisten virtual, ada kalanya mereka tidak bisa langsung memberikan jawaban yang tepat, dan sebagai gantinya menyuguhkan deretan hasil pencarian web yang relevan. Untuk Google Assistant, sudah pasti hasil pencariannya berasal dari Google Search. Namun untuk Siri, mungkin tidak banyak yang tahu kalau ia selama ini mengandalkan bantuan Bing.

Di saat browser Safari memakai Google sebagai search engine bawaannya, Siri malah mempercayakan posisi itu kepada Bing. Apple menyadari bahwa ini sama sekali tidak konsisten. Untuk itu, mulai sekarang Siri juga akan menggunakan Google sebagai penyedia hasil pencarian web-nya.

Bukan cuma Siri, Spotlight di Mac maupun iOS pun juga telah pindah haluan ke Google Search. Google pastinya akan tersenyum lebar dengan perubahan ini, apalagi mengingat selama bertahun-tahun mereka telah membayar miliaran dolar ke Apple agar Google Search bisa tetap menjadi search engine bawaan browser perangkat iOS.

Kendati demikian, Bing tidak benar-benar sirna begitu saja dari iOS. Hasil pencarian gambar dari web yang disuguhkan Siri rupanya masih berasal dari Bing, dan ini telah dikonfirmasi oleh Microsoft sendiri. Di sisi lain, hasil pencarian video bakal langsung diambil dari YouTube.

Apa artinya ini buat pengguna? Saya kira perubahan ini bisa menjadi alasan untuk kembali menggunakan Siri, terutama bagi mereka yang sebelumnya enggan karena Siri mengandalkan Bing sebagai search engine-nya – dan tidak seperti di browser, search engine di Siri tidak bisa diganti-ganti sesuka hati.

Dengan dukungan Google, Siri setidaknya bisa memberikan hasil pencarian yang lebih akurat dan relevan ketika ia tak mampu memberikan jawaban langsung. Konsumen senang, Google senang, Apple pun, well, Apple mungkin baru senang ketika mereka berhasil menaikkan tarifnya untuk Google tahun depan.

Sumber: TechCrunch.

HomePod Adalah Debut Apple di Segmen Smart Speaker

iOS 11 sudah, macOS High Sierra sudah, iPad Pro 10,5 inci sudah, iMac Pro juga sudah, namun ternyata Apple masih mengumumkan satu produk baru lagi dalam event WWDC semalam. Produk tersebut santer dibicarakan di situs-situs rumor belakangan ini sebagai speaker bertenaga Siri. Yup, inilah Apple HomePod, penantang Amazon Echo dan Google Home – juga Harman Kardon Invoke – di segmen smart speaker.

HomePod boleh Anda anggap sebagai buah kelatahan Apple dalam menghadapi kategori produk yang masih tergolong baru ini. Akan tetapi Apple sejatinya juga hendak menarget Sonos, apalagi mengingat mereka juga baru saja memperkenalkan protokol wireless AirPlay 2 yang mendukung setup audio multi-room.

Selain putih, HomePod juga tersedia dalam pilihan warna space gray / Apple
Selain putih, HomePod juga tersedia dalam pilihan warna space gray / Apple

HomePod mengadopsi desain yang sangat minimalis. Tingginya tidak sampai 18 cm, dengan diameter berkisar 14 cm dan bobot 2,5 kilogram. Berat sekali? Ya, karena di dalamnya penuh sesak dengan komponen audio berkualitas.

Di bagian dasar, ada total tujuh tweeter yang masing-masing dilengkapi unit amplifier-nya sendiri, kemudian di tengahnya ada enam buah mikrofon untuk menangkap instruksi pengguna secara akurat. Duduk di paling atas adalah sebuah woofer berukuran cukup besar yang siap mengguncang ruangan dengan dentuman bass-nya.

Bagian dalam HomePod yang penuh sesak / Apple
Bagian dalam HomePod yang penuh sesak / Apple

Semua ini dibalut dengan material kain bermotif jaring yang kelihatan mulus – tidak ada jahitan yang tampak di sisi-sisinya. Anda juga tak akan menjumpai tombol sama sekali di tubuh HomePod; selain menggunakan sentuhan pada panel atasnya, pengoperasiannya juga mengandalkan perintah suara, tentunya dengan bantuan sang asisten virtual, Siri.

Fungsi Siri pada HomePod sama seperti Alexa pada Echo dan Assistant pada Google Home. Berbagai pertanyaan Anda siap Siri jawab, entah itu sekadar informasi cuaca atau kondisi lalu lintas, atau malah konversi satuan dan informasi umum lainnya. Duet HomePod dan Siri ini juga siap membantu Anda mengendalikan beragam perangkat smart home yang tergabung dalam platform Apple HomeKit.

Bagian atasnya merupakan panel sentuh, yang akan menyala ketika Anda mengucapkan mantra "Hey Siri" / Apple
Bagian atasnya merupakan panel sentuh, yang akan menyala ketika Anda mengucapkan mantra “Hey Siri” / Apple

Yang agak mengejutkan adalah keputusan Apple untuk menanamkan chip A8 pada HomePod, persis seperti yang terdapat pada iPhone 6. Chip inilah yang bertugas untuk memastikan kualitas suara HomePod tetap optimal dalam berbagai kondisi.

Pada prakteknya, HomePod bisa mendeteksi posisinya dalam ruangan. Jadi meskipun ia Anda letakkan di pojok ruangan, suara yang dihasilkannya tetap bisa mengisi ruangan tersebut dengan seimbang, semuanya berkat proses komputasi dan beragam kalkulasi yang dilakukan oleh chip A8 itu tadi.

Singkat cerita, kalau menurut klaim Apple sendiri, HomePod adalah sebuah smart speaker yang tidak mau kompromi soal kualitas suara. Perangkat ini rencananya akan dipasarkan di AS, Inggris dan Australia terlebih dulu seharga $349, dengan dua pilihan warna, yakni putih dan space gray.

Sumber: Apple.

Apple Umumkan Aplikasi Baru Bernama TV untuk Apple TV, iPad dan iPhone

Selain memperkenalkan MacBook Pro berdesain baru, Apple juga sempat mengumumkan sedikit pembaruan untuk Apple TV dalam event semalam. Yang pertama datang dalam wujud aplikasi baru bernama TV.

Aplikasi ini merupakan upaya Apple dalam memberikan kemudahan untuk mengakses segudang konten yang tersedia untuk Apple TV. Seperti yang kita tahu, konten-konten ini tersebar di beberapa aplikasi, sehingga terkadang kita bisa lupa aplikasi apa yang menyimpan serial TV atau film yang hendak kita lihat.

Aplikasi TV dirancang untuk menyelesaikan masalah ini. Caranya dengan mengumpulkan segala konten yang pengguna miliki di bawah satu ‘atap terpadu’, yaitu aplikasi TV itu sendiri. Dengan demikian, pengguna bisa lebih berfokus pada koleksi konten ketimbang aplikasinya.

TV app akan tersedia di Apple TV, iPad dan iPhone, dan semuanya tersinkronisasi / Apple
TV app akan tersedia di Apple TV, iPad dan iPhone, dan semuanya tersinkronisasi / Apple

Saat aplikasi TV dibuka, pengguna akan langsung disambut label bertuliskan “Up Next” di bagian paling atas. Di sini akan ditampilkan semua serial TV maupun film yang sedang ditonton pengguna, termasuk yang belum ditonton sampai selesai. Untuk serial TV, setiap episode barunya akan disuguhkan di bagian ini ketika sudah tersedia.

Pilih satu serial TV atau film, maka pengguna akan langsung dibawa ke aplikasi yang menyediakannya secara otomatis. Menariknya, aplikasi ini juga bakal dirilis di iPhone dan iPad, dan semuanya akan disinkronisasikan sehingga pengguna bisa lanjut menyelesaikan suatu episode atau film dari satu perangkat ke yang lainnya.

Bersamaan dengan itu, Siri di Apple TV juga semakin pintar dengan kemampuannya mencari dan memutar konten bersifat live, baik siaran berita atau pertandingan olahraga. Cukup sebutkan tipe siaran yang hendak ditonton, maka Siri akan mencarikan aplikasi yang menyediakannya secara otomatis.

Fitur ini sudah bisa dinikmati oleh pengguna Apple TV generasi keempat mulai hari ini. Khusus untuk aplikasi TV, Apple akan merilisnya bersama software update pada bulan Desember mendatang, diawali oleh pasar Amerika Serikat terlebih dulu.

Sumber: Apple.

[Video] Google Assistant atau Siri, Siapa yang Lebih Pintar?

Peluncuran Google Pixel kemarin mengingatkan saya dengan peluncuran iPhone 4S di tahun 2011, dimana Apple untuk pertama kalinya memperkenalkan asisten virtual Siri. Dalam kasus Pixel, Google Assistant memang mendapat porsi presentasi yang paling besar.

Sejatinya ada banyak persamaan antara Google Assistant dan Siri karena memang fungsinya tidak berbeda. Keduanya sama-sama bisa dipanggil menggunakan kata kunci; “OK Google” untuk Assistant, “Hey Siri” untuk Siri. Namun di atas semua itu, ada pertanyaan yang paling membuat penasaran: siapa yang lebih pintar, Google Assistant atau Siri?

YouTuber kondang Marques Brownlee alias MKBHD baru-baru ini mengunggah video perbandingan Google Assistant dan Siri di Pixel XL dan iPhone 7 Plus. Kedua perangkat menjalankan versi terbaru OS-nya masing-masing, jadi konteksnya bisa dikatakan cukup adil.

Secara garis besar, kinerja Assistant dan Siri cukup berimbang. Baik dari segi akurasi maupun kecepatan, tidak ada satu asisten virtual yang lebih menonjol di sini. Keduanya pun juga bisa digunakan untuk mengakses konten dari aplikasi lain.

Namun perbedaan utama Assistant dan Siri terletak pada pemahaman konteks. Di sinilah Google terlihat jauh lebih unggul, dimana pengguna bisa lanjut bertanya dan bertanya tentang berbagai hal terkait satu topik, misalnya tim football atau figur ternama.

Dari segi penyajian informasi, keduanya juga mengadopsi cara yang berbeda. Assistant cenderung lebih vokal, mengucapkan hampir semua hasil pencariannya; sedangkan Siri lebih condong ke sisi visual, dimana hasil pencarian akan ditampilkan secara merinci di layar dan pengguna dipersilakan memantaunya sendiri.

Lalu mana yang lebih baik? Menurut saya jawabannya tergantung selera dan kebutuhan. Pastinya ada skenario dimana sifat Assistant yang lebih vokal terkesan terlalu cerewet, tapi di sisi lain, ia sangat ideal digunakan ketika sedang mengemudikan mobil.

Silakan tonton sendiri demonstrasi dan penjelasan dari MKBHD di bawah ini.

Samsung Akuisisi Viv, Kreasi Baru Para Perancang Siri

Perkembangan dan juga integrasi teknologi kecerdasan buatan belakangan kian menarik untuk diikuti. Sejumlah perusahaan dari yang sekaliber Apple, Google, dan Amazon hingga yang berstatus pemain kelas ringan seperti Prisma Labs secara agresif mendorong adopsi teknologi ini ke dalam produk yang mereka hasilkan.

Di antara sekian nama, sebuah saja Google Assistant, Siri, Cortana dan Alexa, ada satu nama yang mulai mendapatkan perhatian, yaitu Viv. Seperti halnya asisten virtual tersebut, Viv dibangun dengan teknologi kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh Dag Kittlaus, Adam Cheyer dan Chris Brigham.

Tiga tokoh ini bukan orang asing di ranah ini, mereka adalah sosok yang berada di balik lahirnya Siri, teknologi asisten virtual yang kini dipunyai Apple. Meski lahir dari “bapak” yang sama, tetapi Viv diklaim sebagai teknologi asisten yang lebih baik dan lebih punya kemampuan ketimbang Siri.

Hanya saja nasib kedua asisten ini tampaknya tak jauh berbeda. Seperti halnya Siri, Viv juga segera berpindah kepemilikan setelah raksasa Korea Selatan, Samsung disebut setuju untuk membeli perusahaan yang mengembangkannya.

Tidak diketahui secara pasti berapa mahar yang harus digelontorkan oleh Samsung untuk mengikat Viv. Sebagai perbandingan, di tahun 2010 silam ketika para pentolan Siri menerima pinangan Apple, mereka mengantongi mahar sebesar $200 juta.

Untuk sementara ini, Viv masih akan beroperasi sebagai perusahaan independen sembari mengabdikan karyanya untuk Samsung. Bagi Samsung, akusisi ini menjadi amunisi tambahan untuk terus mengokohkan dominasi mereka di pasar mobile.

Terlebih setelah Google resmi menghadirkan duo smartphone Pixel yang dipersenjatai fitur kecerdasan buatan Google Assistant yang lebih powerful dari Google Now. Teknologi ini juga secara eksklusif hadir di perangkat Pixel, sehingga bergabungnya Viv akan mengurangi ketergantungan Samsung terhadap Google.

Sumber berita Techcrunch dan gambar header Futuristgerd.

Di Hotel Ini, Anda Bisa Meminta Tolong Siri untuk Menyesuaikan Suhu Ruangan Atau Menyalakan TV

Premis yang diusung Apple dalam mengembangkan platform HomeKit adalah untuk memudahkan pengguna dalam mengontrol berbagai macam perangkat smart home. Salah satu caranya adalah dengan mengandalkan Siri; dimana pengguna dapat menyala-matikan lampu, menaik-turunkan suhu ruangan atau mengunci pintu depan hanya dengan menggunakan perintah suara.

Sepintas skenario ini juga terdengar sangat ideal untuk diterapkan di hotel. Bayangkan saja, ketimbang harus mengutak-atik thermostat demi menurunkan suhu ruangan saat tubuh sedang menggigil, Anda tinggal memanggil “Hey Siri” dan biarkan sang asisten virtual tersebut mengerjakan tugasnya.

Inisiatif inilah yang sedang diterapkan oleh Aloft Hotel, bagian dari Starwood Hotels and Resorts yang merupakan perusahaan induk dari Westin, Sheraton dan berbagai hotel ternama lainnya. Aloft mengembangkan sebuah aplikasi untuk iPad yang bisa mengontrol berbagai perangkat di dalam kamar hotel menggunakan perintah suara.

Jadi ketika tamu masuk ke dalam ruangan, TV akan menampilkan instruksi terkait langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fitur perintah suara. Selanjutnya, tamu diminta untuk mengambil iPad yang tersedia di dalam ruangan dan mengucapkan beberapa kalimat supaya Siri bisa mengenali suaranya dengan baik.

Dari situ tamu bisa memanggil Siri dari manapun di dalam kamar hotel. Mereka dapat meminta tolong Siri untuk menyesuaikan suhu ruangan, atau dengan mengucapkan kata-kata singkat yang telah dijadikan preset: “reset” untuk mengembalikan mode pencahayaan seperti semula, “relax” supaya lampu menguning dan jadi lebih cozy, “review” untuk menyalakan televisi, dan “revive” untuk menyalakan lampu secara perlahan di pagi hari.

Layanan room service berbasis emoji pada Aloft Hotel / Aloft Hotel
Layanan room service berbasis emoji pada Aloft Hotel / Aloft Hotel

Ini sebenarnya bukan pertama kali Aloft Hotel bereksperimen dengan teknologi. Sebelumnya mereka sudah menerapkan layanan room service berbasis emoji, kemudian ada juga pelayan robot bernama Botlr yang tengah ditugaskan di Aloft Cupertino dan Aloft Silicon Valley.

Starwood selaku perusahaan induk pada dasarnya memperlakukan Aloft sebagai laboratorium inovasi untuk bereksperimen dengan teknologi terbaru sebelum akhirnya diterapkan ke hotel lain jika memang terbukti efektif. Untuk sekarang, integrasi HomeKit dan Siri ini baru tersedia di dua hotel, yakni Aloft Boston Seaport dan Aloft Santa Clara.

Ke depannya, Aloft berencana menerapkan teknologi yang sama pada semua jaringan hotelnya jika terbukti populer di kalangan para tamu. Semoga saja lima Aloft Hotel yang hendak dibuka di Jakarta dan Bali dalam dua tahun ke depan ini ikut kebagian jatah selagi teknologinya terus dimatangkan.

Sumber: Fast Company dan USA Today. Gambar header: Starwood Hotels and Resorts.

Lupa Perintah Apa Saja yang Bisa Diberikan ke Siri atau Google Now? Dua Situs Ini Siap Membantu

Siri yang kita kenal sekarang sudah sangat berbeda dibanding yang dulu hadir pertama kali bersama iPhone 4S. Kecerdasannya telah meningkat pesat; bahkan di iOS 10 nanti, Siri malah bisa berinteraksi dengan aplikasi pihak ketiga macam Uber atau WhatsApp, plus siap menyapa pengguna Mac.

Google Now pun juga demikian. Pada dasarnya, kedua asisten virtual ini sudah bisa melakukan jauh lebih banyak ketimbang versi awalnya, sehingga terkadang sebagai pengguna kita lupa apa saja instruksi-instruksi yang bisa diberikan kepada masing-masing.

Baik Siri maupun Google Now sama-sama tidak keberatan menunjukkan contoh hal yang bisa mereka lakukan beserta instruksinya di perangkat. Namun contoh ini belum seberapa dibandingkan potensi mereka sebenarnya. Untuk itu, Anda bisa mengandalkan situs bernama Hey Siri dan OK Google.

Keduanya dibuat oleh tim yang berbeda, namun tujuannya sama, yakni menampilkan ratusan perintah yang bisa pengguna berikan pada Siri dan Google Now. Perintah-perintah ini juga dikelompokkan ke dalam kategori tertentu untuk memudahkan pengguna, dan pengguna juga bisa melakukan pencarian secara spesifik.

Tampilan situs OK Google mengadopsi gaya Material Design
Tampilan situs OK Google mengadopsi gaya Material Design

Dalam Hey Siri, terdapat opsi pengaturan untuk menampilkan perintah yang bisa diberikan pada Siri di Mac. Anda juga dapat melihat variasi dari tiap-tiap perintah di kedua situs – daftar milik Hey Siri mencakup 513 perintah dan 1.267 variasi.

Untuk OK Google, pengembangnya berencana menyediakan cara supaya komunitas pengguna bisa ikut berkontribusi. Pengembangnya mengaku bisa menemukan lebih dari 150 perintah dan 1.000 variasi hanya dalam hitungan hari.

Terlepas dari itu, sekarang Anda punya situs referensi lengkap seandainya ingin memaksimalkan kehadiran masing-masing asisten virtual. Pengguna perangkat iOS silakan berkunjung ke hey-siri.io, sedangkan Android ke ok-google.io.

Via: TheNextWeb.