Pearl RearVision Ialah Kamera Parkir Canggih yang Menyamar Sebagai Bingkai Pelat Nomor

Kamera belakang untuk mempermudah parkir mundur saat ini sudah umum dijumpai pada kebanyakan mobil. Akan tetapi tentu saja tidak semua mobil memilikinya, dan jika pemiliknya berencana melakukan modifikasi untuk menambahkan sistem serupa, biaya yang dibutuhkan bisa cukup mahal.

Namun menurut sebuah startup baru bernama Pearl, semestinya tidak harus seribet itu. Mereka telah merancang solusi yang lebih terjangkau, lebih mudah dipasang, dan di saat yang sama efektif membantu pengguna memarkir mundur mobilnya.

Solusi tersebut bernama Pearl RearVision, sepasang kamera parkir yang bingkai aluminiumnya bisa disekrupkan begitu saja ke bagian pelat nomor. Selain gambar dalam resolusi HD, sepasang kamera ini juga akan menyajikan sudut pandang seluas 180 derajat.

Kamera milik Pearl RearVision meneruskan rekaman live-nya ke adapter sebelum diterima oleh aplikasi pendamping di smartphone / Pearl
Kamera milik Pearl RearVision meneruskan rekaman live-nya ke adapter sebelum diterima oleh aplikasi pendamping di smartphone / Pearl

Lalu apakah ada bagian mobil yang harus dibor guna menyambungkan kabel dari RearVision? Sama sekali tidak, semuanya berlangsung secara nirkabel dengan mengandalkan sebuah adapter yang menancap ke port ODB (on-board diagnostic) mobil. Dari situ adapter tersebut akan meneruskan rekaman live-nya ke aplikasi pendamping di smartphone.

Karena menyambung ke port ODB, RearVision pun bisa mengakses sejumlah data, seperti misalnya kecepatan atau pergerakan mobil. Dengan demikian, rekaman live akan otomatis ditampilkan di layar smartphone ketika Anda bergerak mundur, dan mati dengan sendirinya ketika Anda mulai bergerak maju dalam kecepatan di atas 16 km/jam.

Menariknya RearVision turut dibekali sejumlah sensor untuk mendeteksi rintangan di belakang mobil. Selanjutnya aplikasi pendampingnya akan memberikan dua jenis peringatan suara yang berbeda: satu ketika ada mobil atau seseorang yang sedang lewat di belakang Anda, dan satu lagi untuk memastikan Anda berhenti sebelum terbentur sesuatu.

Hebatnya lagi, RearVision tidak perlu Anda isi ulang baterainya secara manual. Di bagian bingkai bawahnya tertanam panel surya yang sanggup memberikan daya yang cukup untuk seminggu, plus unit baterainya sendiri bisa menyimpan daya hingga satu bulan.

Pearl RearVision datang bersama sebuah mount magnetik untuk smartphone / Pearl
Pearl RearVision datang bersama sebuah mount magnetik untuk smartphone / Pearl

Akan tetapi inovasi Pearl rupanya masih belum berhenti sampai di situ saja. Mereka juga akan menyertakan sebuah mount magnetik untuk smartphone dalam paket penjualan RearVision. Mount ini dapat dijepitkan di AC dashboard dengan mudah, lalu pengguna tinggal menempelkan smartphone-nya begitu saja.

Pearl saat ini sudah menerima pre-order untuk RearVision seharga $500. Sekadar informasi, Pearl bukanlah startup sembarangan, melainkan yang dibentuk oleh tiga mantan engineer Apple yang kini telah mengajak sekitar 50 mantan koleganya di Cupertino.

Sumber: The Verge dan Pearl.

Mobil Konsep Mini Vision Next 100 Gambarkan Tren Car Sharing di Masa Depan

Lewat BMW Vision Next 100 dan Rolls-Royce 103EX, pabrikan asal Jerman tersebut ingin memberikan gambaran kepada kita mengenai masa depan dunia otomotif. Akan tetapi dua mobil konsep itu rupanya masih belum cukup, mereka turut mengungkap konsep lain di bawah bendera Mini, dengan visi yang lebih spesifik.

Dijuluki Mini Vision Next 100, mobil konsep ini secara khusus dirancang untuk menggambarkan tren car sharing di masa yang akan datang. Car sharing yang dimaksud tidak melulu yang berbasis aplikasi, tetapi juga berlaku dalam suatu rumah tangga dimana anggota keluarga menggunakan satu mobil secara bergantian.

Menurut Mini, pengalaman car sharing di masa depan harus bisa memenuhi selera pengguna tanpa terkecuali. Untuk itu, bagian eksterior Mini Vision Next 100 diperlakukan sebagai sebuah kanvas digital yang dapat berganti rupa sesuai kebutuhan dan secara otomatis.

Sasis Mini Vision Next 100 merupakan kanvas digital yang bisa memproyeksikan konten sesuai kebutuhan / BMW Group
Sasis Mini Vision Next 100 merupakan kanvas digital yang bisa memproyeksikan konten sesuai kebutuhan / BMW Group

Proyeksi konten yang tampak pada sasis mobil ini akan berubah-ubah berdasarkan siapa yang tengah berada di dalam mobil, mood-nya seperti apa, atau bagaimana kondisi jalanan pada saat itu. Dengan begitu, sang pengemudi akan merasa seakan-akan mobil yang mereka kemudikan adalah kepunyaan pribadi, padahal aslinya meminjam dari sebuah layanan car sharing.

Kustomisasi ini tidak hanya sebatas penampilan visual saja, tetapi juga mencakup performa mobil, mulai dari empuk-tidaknya suspensi sampai handling mobil secara keseluruhan. Pergantiannya pun berjalan secara otomatis, mengingat mobil dilengkapi sensor eksternal untuk mengenali siapa yang hendak menggunakannya.

Geser setirnya ke tengah, maka Mini Vision Next 100 akan langsung mengaktifkan mode kemudi otomatis / BMW Group
Geser setirnya ke tengah, maka Mini Vision Next 100 akan langsung mengaktifkan mode kemudi otomatis / BMW Group

Kabin Mini Vision Next 100 terasa amat lapang walau dimensi sasisnya seukuran city car. Tepat di tengah-tengah kaca depan, terdapat sebuah panel membulat yang merupakan representasi sistem kecerdasan buatan bernama Cooperizer. Cooperizer tak cuma berperan sebagai asisten pribadi sang pengemudi, tetapi juga pengatur nuansa kabin dan mode kemudi yang dapat beradaptasi dengan selera pengguna secara otomatis.

Tampak jelas bahwa sama sekali tidak ada panel instrumen pada dashboard minimalis milik Mini Vision Next 100. Sebagai gantinya, semua informasi yang relevan akan disajikan dalam wujud augmented reality di kaca depan.

Tak seperti Rolls-Royce 103EX yang tidak memiliki lingkar kemudi sama sekali atau BMW Vision Next 100 yang setirnya bisa disembunyikan, konsep milik Mini ini punya setir permanen. Namun hal itu bukan berarti ia tak bisa menyetir dengan sendirinya. Kapan pun Anda mau, Anda bisa mengaktifkan mode kemudi otomatis.

Dipadukan semuanya, fitur-fitur Mini Vision Next 100 membuatnya sangat ideal untuk konsep car sharing, dimana mobil akan bergerak dan menjemput klien berikutnya dengan sendirinya. Begitu tiba, sang klien akan mendapati semua pengaturan mobil telah disesuaikan dengan preferensinya, membuat mobil pinjaman itu jadi serasa milik sendiri.

Sumber: Autoblog dan BMW Group.

SUV Terbaru Land Rover Dibekali Integrasi Teknologi Pelacak Barang Berbasis Bluetooth

Berangkat terburu-buru umumnya bisa berakibat pada sejumlah barang penting yang tertinggal. Untuk itulah perangkat Bluetooth tracker eksis. Sederhananya, perangkat semacam ini dirancang agar pengguna bisa melacak lokasi benda-benda penting seperti kunci, dompet, paspor dan lain sebagainya menggunakan smartphone.

Salah satu Bluetooth tracker yang cukup populer adalah Tile. Begitu populernya, pabrikan mobil Land Rover tidak segan mengintegrasikan teknologinya ke dalam dashboard salah satu SUV andalannya, Discovery Sport.

Integrasi ini hadir dalam wujud aplikasi Tile yang tertanam di sistem InControl besutan Land Rover. Saat pengguna mengakses lewat layar sentuh di dashboard, semua objek yang telah di-tag dengan Tile akan ditampilkan. Dan ketika salah satu benda itu tidak ada di dalam mobil, pengguna akan langsung mendapat peringatan sekaligus petunjuk terkait di mana lokasi terakhirnya.

Kunci yang di-tag dengan Tile seperti ini bisa dipastikan tidak akan tertinggal berkat integrasi pada dashboard / JLR
Kunci yang di-tag dengan Tile seperti ini bisa dipastikan tidak akan tertinggal berkat integrasi pada dashboard / JLR

Lebih lanjut, pengguna juga bisa membuat daftar barang-barang yang wajib dibawa pada aplikasi. Dengan begitu, keberadaan barang-barang itu akan langsung dicek setiap kali aplikasi dibuka, memastikan pengguna tidak meninggalkannya di dalam rumah.

Integrasi Tile ini juga memungkinkan pengguna untuk mencari benda yang telah di-tag seandainya hilang di dalam mobil. Perangkat Tile yang terpasang akan membunyikan alarm dengan volume 90 dB untuk membantu pengguna menemukannya.

Sumber: Jaguar Land Rover via Engadget.

Honda dan Hitachi Kembangkan Kunci Mobil Pintar yang Dapat Mendeteksi Kadar Alkohol dari Nafas Pengguna

Sudah bukan rahasia apabila kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di beberapa negara. Sebagian di antaranya disebabkan oleh pengemudi yang sedang di bawah pengaruh alkohol, alias mabuk. Lalu bagaimana caranya mencegah hal tak diinginkan ini terjadi?

Cara yang paling tepat mungkin berasal dari kesadaran diri sang pengemudi itu sendiri. Namun seandainya hal itu tidak memungkinkan, Honda tengah menyiapkan solusi menarik bersama dengan Hitachi.

Duo perusahaan asal Jepang tersebut sedang mengembangkan sebuah perangkat unik yang merupakan gabungan dari kunci mobil pintar dan breathalyzer, alat untuk mendeteksi kadar alkohol dari nafas seseorang.

Honda Hitachi breathalyzer smart key
Prototipe perangkat kunci mobil pintar sekaligus breathalyzer garapan Honda dan Hitachi / Car and Driver

Prototipenya sejauh ini terlihat lebih mirip seperti sebuah ponsel ketimbang kunci mobil. Pun begitu, Honda mengklaim perangkat ini mampu mendeteksi kadar alkohol secara akurat hanya dalam waktu tiga detik.

Lebih lanjut, perangkat ini sengaja dirancang supaya bisa membedakan antara nafas manusia dan jenis-jenis gas lainnya. Lalu apa fungsi sebenarnya? Well, apalagi kalau bukan mencegah pengemudi berkendara selagi mabuk.

Jadi ketika kadar alkohol dalam nafas pengguna terdeteksi lebih tinggi dari batas yang telah ditetapkan, perangkat yang sekaligus kunci mobil tersebut akan menolak untuk menyalakan mobil. Cara kerjanya mirip seperti teknologi Driver Alcohol Detection System for Safety yang pernah kita bahas tahun lalu, meski dalam kasus itu teknologinya terintegrasi langsung ke dalam mobil.

Sejauh ini perangkat tersebut memang masih berupa prototipe. Akan tetapi Honda dan Hitachi bertekad untuk terus bekerja sama demi mengomersialkan breathalyzer berbasis kunci mobil ini.

Sumber: Autoblog dan Car and Driver.

Tesla Luncurkan Versi Baru Model S

Menyusul pengumuman Tesla Model 3, perusahaan pimpinan Elon Musk tersebut belum lama ini memperkenalkan versi anyar sedan elektrik kebanggaannya, Model S, sekitar empat tahun sejak ia menjalani debutnya.

Tesla Model S 2017 membawa sejumlah perubahan, utamanya dari segi desain bagian depannya. Wajahnya kini semakin mirip dengan Model X, dimana tak ada lagi grille berukuran besar yang memisahkan kedua lampu depannya.

Apakah absennya grille ini bakal berdampak pada performa Model S? Tentu saja tidak, mengingat ia sama sekali tak mengemas mesin di bawah kap mesinnya, sehingga grille yang berperan sebagai ventilasi udara pun hampir tidak ada gunanya.

Bentuk lampu depannya sendiri agak berubah, dan kini mengemas bohlam LED adaptif secara menyeluruh. Lampu sein-nya sendiri terdiri dari 14 bohlam LED yang bisa menyala dalam tiga mode yang berbeda.

Tesla Model S 2017

Pembaruan lain terletak pada sistem filtrasi udara Model S, dimana sekarang sudah memenuhi standar medis HEPA (high-efficiency particulate arrestance). Secara teori, sistem ini mampu menyaring 99,97 persen partikel udara berukuran 0,3 mikron.

Dari segi performa, sepertinya tidak ada yang berubah. Pilihan baterainya masih terbatas sampai 90 kWh. Pun demikian, Tesla akan menawarkan charger dengan daya pengisian yang lebih cepat, sanggup menyalurkan arus listrik sebesar 48 ampere (naik dari 40 ampere), dan tersedia pula varian 72 ampere.

Charger baru ini sejatinya akan sangat ideal untuk konsumen di negara-negara yang belum tersentuh jaringan Tesla Supercharger, seperti di Indonesia. Wahai Tesla, kapan kalian akan menjejakkan kaki secara resmi di nusantara?

Sumber: CNET dan Tesla.

Dongle Samsung Connect Auto Ubah Mobil Biasa Jadi Smart Car

Di era saling terhubung ini, produsen otomotif dunia mulai menyadari pentingnya dukungan teknologi mobile dalam kendaraan. Mereka berlomba-lomba memasukan segala macam fitur pintar, sampai meraciknya agar mobil bisa berjalan sendiri. Namun bagaimana nasib kendaraan-kendaraan tua yang terlahir tanpa kapabilitas ‘smart‘? Samsung punya solusinya.

Di Mobile World Congress 2016, sang raksasa consumer electronics asal Korea Selatan itu menyingkap Samsung Connect Auto, sebuah dongle yang bisa mengubah kendaraan normal menjadi mobil pintar. Samsung mencoba menawarkan tiga hal: peningkatan faktor keamanan, membuat mobil lebih ramah lingkungan, serta memberikan pengalaman lebih menyenangkan dalam berkendara.

Samsung Connect Auto tersambung ke port OBD (on-board diagnostics) II di bawah setir. Setelah terkoneksi, device memberikan panduan real-time bagi pengemudi untuk memperbaiki kebiasaan mereka, contohnya membimbing kita menghemat pemakaian bensin atau mengawasi kesehatan mobil. Selain itu, topangan jaringan 4G memastikan para penumpang selalu online.

Samsung Connect Auto 02

Samsung menjelaskan, tulang punggung dari Connect Auto adalah platform Tizen dan sistem hasil racikan Knox, fasilitator solusi keamanan enterprise. Knox menyediakan hardware maupun software, termasuk aplikasi. Dengannya, Connect Auto mendorong kita untuk selalu mengutamakan keselamatan di jalan. Namun seandainya kecelakaan tidak terelakkan, sistem langsung mengubungi orang-orang terdekat dan layanan darurat.

Lalu jika lupa lokasi parkir, Anda dapat menggunakan app Find My Car. Aplikasi memanfaatkan GPS untuk memudahkan pemilik menemukan mobilnya. Melengkapi 4G LTE dan GPS, Wi-Fi hotspot memberikan akses internet pada penumpang, sehingga mereka bisa menikmati streaming video atau bermain game online. Fitur pendukung hiburan ini memang cocok digunakan di mobil keluarga.

Samsung Connect Auto 03

Connect Auto juga memberikan analisis terhadap konsumsi bensin melalui algoritma khusus – menghitung jarak, waktu perjalanan dan harga per galon. Hebatnya lagi, Anda bukan cuma dapat berhemat dari sisi pemakaian bahan bakar, tapi juga dalam aspek pemeliharaan komponen mobil. Device menyajikan teknisi virtual yang bertugas mengawasi keadaan kendaraan. Saat diperlukan, ia segera mengingatkan Anda untuk melakukan servis demi mengurangi biaya perbaikan.

Sebagai pelengkap, khusus buat profesional yang sering menghabiskan waktu di jalan, Connect Auto merekam perjalanan, secara otomatis merangkumnya di email untuk memudahkan user mengetahui biaya perjalanan.

Connect Auto rencananya akan diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat dengan jaringan AT&T di triwulan kedua tahun ini.

Sumber: Samsung.com.

Mulai 2017, Mobil Buatan Volvo Tak Lagi Perlukan Kunci Fisik

Dewasa ini kita sudah tidak perlu terkejut melihat integrasi perangkat mobile pada sebuah kendaraan roda empat. Salah satu yang paling umum adalah membuka pintu mobil yang terkunci menggunakan smartphone atau smartwatch. Namun bagi Volvo, semua itu barulah langkah awal. Mereka punya visi yang jauh lebih besar lagi.

Mulai musim semi tahun ini, mereka akan menguji teknologi kunci mobil digital untuk mobil. Ya, pabrikan otomotif asal Swedia tersebut berencana menghilangkan ketergantungan mobil pada kunci fisik. Mulai dari membuka pintu sampai menyalakan mesin, semuanya bisa diakses lewat aplikasi smartphone.

Teknologi ini juga akan memudahkan pengguna yang memakai mobilnya secara bergantian dengan pengguna lain. Lewat aplikasi yang sama, sang pemilik mobil bisa meminjamkan kunci digital ke anggota keluarga maupun teman dekatnya sehingga mereka bisa mengakses mobil tanpa harus bertatap muka dengan si pemilik terlebih dulu.

Volvo Digital Key

Bagi yang memiliki lebih dari satu mobil Volvo, mereka juga bisa menyimpan lebih dari satu kunci digital pada smartphone-nya. Kunci fisiknya bisa Anda tinggal saja di dalam kamar, lalu ketika tiba di garasi, mood serta keperluan Anda-lah yang akhirnya menentukan mobil mana yang bakal Anda kendarai.

Dilihat dari sudut pandang yang lebih luas lagi, teknologi kunci digital ini juga punya potensi merevolusi industri persewaan mobil. Semisal Anda sudah menyewa mobil untuk dipakai saat bertandang ke luar kota, sang rental bisa mengirimkan kunci digitalnya ke smartphone Anda. Dengan demikian, saat tiba di lokasi, Anda tinggal melacak posisi mobil dengan GPS dan langsung kendarai saja. Anda sama sekali tidak perlu berkunjung ke markas persewaan untuk serah-terima kunci fisik.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Volvo bakal segera mengaplikasikan teknologi kunci mobil digital ini mulai tahun depan. Mereka akan memasarkan mobil tanpa kunci fisik dalam jumlah yang terbatas. Konsumen bebas memilih ingin menyimpan kunci fisik mobil atau tidak sama sekali.

Sumber: Volvo.

Mobil Tanpa Sopir Jaguar Land Rover Bakal Mengemudi Seperti Manusia, Bukan Robot

Upaya pengembangan teknologi kemudi otomatis terus dijalankan. Berbagai pabrikan, mulai dari yang memang berakar di bidang otomotif sampai yang masih baru seperti Google dan Baidu, berlomba-lomba menciptakan mobil tanpa sopir versinya masing-masing.

Cara yang mereka terapkan pun berbeda-beda. Google misalnya, hingga detik ini mereka tidak berhenti menguji mobil tanpa sopirnya di jalanan-jalanan di California, melatih ketangkasan sekaligus ‘insting’ mobil tanpa sopirnya supaya bisa mengambil alih peran sopir secara penuh.

Berbeda dengan Jaguar Land Rover (JLR), mereka lebih memilih untuk melakukan riset lebih mendalam sebelum menguji sistemnya di lapangan. Dana jutaan dolar telah dipersiapkan untuk keperluan riset dengan tujuan akhir supaya mobil kemudi otomatis rancangannya dapat menyetir layaknya seorang manusia, bukan robot.

Guna mewujudkan misi tersebut, JLR bakal menugaskan sejumlah karyawannya untuk mengemudikan mobil di sejumlah lokasi di Inggris. Dari situ, sejumlah data akan dikumpulkan dan dianalisa, terutama bagaimana sang pengemudi bereaksi terhadap situasi jalanan di dunia nyata, yang pastinya akan berbeda-beda satu sama lain.

Mobil-mobil yang dikemudikan akan dilengkapi dengan sejumlah sensor yang akan merekam seluruh reaksi pengemudi terhadap kemacetan, jalan yang ditutup maupun cuaca yang tidak bersahabat. Program ini akan dijalankan selama sekitar tiga tahun, dengan dukungan dari salah satu pemasok industri otomotif terbesar, Bosch.

Menurut JLR, dengan terwujudnya misi dari program ini, konsumen bisa menjadi lebih percaya terhadap mobil kemudi otomatis. Saat ini memang masih ada kontroversi di sana-sini; sebagian optimis dengan teknologi kemudi otomatis, sedangkan sebagian lainnya merasa nyawanya terus terancam apabila bukan dirinya yang memegang kendali.

Di saat yang sama, data-data ini juga akan dimanfaatkan untuk mengembangkan standar asuransi untuk mobil kemudi otomatis di masa yang akan datang. Secanggih apapun teknologinya, intervensi manusia maupun faktor-faktor lainnya tidak akan menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan – meski Volvo optimis tidak akan ada korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2020 mendatang.

Sumber: Digital Trends. Gambar header: Jaguar Land Rover.

Bosch Kembangkan Pedal Gas Pintar yang Dapat Memperingatkan Pengemudi

Di masa yang akan datang, sudah bisa dipastikan mobil dapat mengemudi dengan sendirinya sekaligus berkomunikasi via internet. Namun sebelum era itu datang, perkembangan harus dijalani tahap demi tahap. Dan menurut Bosch selaku salah satu pemasok komponen otomotif terbesar, itu bisa dimulai dari hal sekecil pedal gas.

Perusahaan asal Jerman tersebut memperkenalkan solusi terbarunya di bidang otomotif dalam wujud Bosch Active Gas Pedal. Pedal gas ini cukup istimewa karena kemampuannya terhubung dengan sejumlah sistem dalam mobil. Misi yang hendak dituju adalah meningkatkan efisiensi bahan bakar sekaligus menjauhkan pengemudi dari marabahaya.

Bosch mengklaim inovasinya ini sanggup mengurangi konsumsi bahan bakar hingga sebesar 7 persen. Memang kedengarannya tidak banyak, namun perlu diingat juga bahwa emisi karbon pun akan ikut dipangkas.

Bosch Active Gas Pedal

Salah satu cara pedal gas pintar ini dalam mewujudkan misi tersebut adalah dengan mengirim pesan ke pengemudi berupa getaran. Dengan terhubung ke sistem transmisi mobil, pedal gas ini akan bergetar dengan pola tertentu ketika sudah saatnya menaikkan atau menurunkan gigi. Semuanya kembali ke tujuan meningkatkan efisiensi bahan bakar tadi.

Selain sistem transmisi, pedal gas ini juga bisa menarik data dari sistem navigasi mobil. Jadi semisal Anda mendekati tikungan dalam kecepatan tinggi, pedal gas akan bergetar dengan maksud mengingatkan Anda untuk tidak terus-terusan mengebut. Dalam kasus tertentu dimana sang pengemudi terlalu keras kepala, pedal gas akan mengeras sehingga laju mobil bisa sedikit terkendali.

Bosch Active Gas Pedal

Namun yang lebih menarik lagi adalah kemampuannya terhubung dengan jaringan cloud, menarik data dari berbagai infrastruktur terhubung seperti lampu lalu lintas atau bahkan mobil lain. Hal ini tentu saja membuka potensinya menjadi lebih luas lagi. Melalui getaran-getaran tadi, pengemudi bisa menerima informasi terkait jalan ditutup, titik-titik macet dan lain sebagainya.

Sejauh ini Bosch memang belum mengutarakan kapan dan di mobil apa teknologi pedal gas pintar ini akan mendapat tempat. Terlepas dari itu, paling tidak kita bisa mendapat gambaran bahwa hal sesepele pedal gas saja bisa membawa dampak yang besar pada pengalaman mengemudi di masa depan.

Sumber: SlashGear dan Bosch. Gambar header: Car pedals via Shutterstock.

Ford Dirikan Lab Khusus untuk Bereksperimen dengan Wearable Device dalam Konteks Otomotif

Semakin ke sini, batas antara perangkat teknologi kelas konsumen maupun yang dipakai oleh industri otomotif semakin kabur. Kemarin kita sudah membahas soal Audi Fit Driver, yang pada dasarnya merupakan visi Audi dalam memadukan kecanggihan wearable device dengan teknologi kemudi otomatis guna menciptakan pengalaman berkendara yang lebih baik.

Sekarang, giliran Ford yang unjuk gigi di ajang Detroit Auto Show 2016. Mereka rupanya juga punya visi serupa dengan membuka sebuah lab khusus untuk mengembangkan dan mengintegrasikan teknologi wearable device ke dalam mobil. Menurut Ford, hubungan antara apa yang Anda kenakan dan apa yang Anda kendarai bakal lebih harmonis lagi berkat inovasi-inovasi yang keluar dari lab ini nantinya.

Ide yang ditawarkan sebenarnya tidak jauh berbeda dari yang dicetuskan Audi lewat Fit Driver. Salah satu contoh integrasi wearable device yang dijelaskan adalah bagaimana mobil dapat mengaktifkan sejumlah fitur driver assistance berdasarkan kondisi kebugaran tubuh pengemudi – yang diperoleh dari smartwatch maupun fitness tracker.

Pada prakteknya, mobil nanti bisa menyesuaikan sistem cruise control yang dimiliki. Kalau sebelumnya mobil akan mengerem secara otomatis saat berada 5 meter di belakang mobil lain, jarak tersebut akan ditambah menjadi 10 meter atau lebih ketika pengemudi terdeteksi kurang istirahat.

Ford Wearable Lab

Tak hanya dengan smartwatch dan fitness tracker saja, riset lab wearable dari Ford ini juga membuka potensi pemanfaatan perangkat smart glasses dan semacamnya. Berbekal teknologi augmented reality, Ford nantinya bisa menawarkan pengalaman mengenal mobil yang berbeda buat para calon konsumen yang berkunjung ke showroom.

Hal ini pun juga tidak menutup kemungkinan digunakannya teknologi virtual reality untuk kepentingan test drive. Kalau sesi test drive di dunia nyata biasanya harus dibatasi kecepatannya, dalam uji virtual ini tentu saja calon konsumen akan dibebaskan mengebut sesuka hatinya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas terkait potensi performa dari mobil incarannya.

Menurut salah satu pimpinan tim riset Ford, Gary Strumolo, inovasi yang bisa dihasilkan pada dasarnya tidak terbatas. Mereka akan terus bereksperimen dengan wearable device dan potensi penggunaannya di ranah otomotif. Semuanya demi menciptakan pengalaman berkendara yang lebih menyenangkan sekaligus aman bagi para konsumen.

Sumber: Ford.