Audi Gandeng Huawei untuk Kembangkan Teknologi Konektivitas Khusus Mobil

Tanpa harus terkejut, ada banyak komponen esensial yang membentuk sebuah mobil kemudi otomatis selain mobilnya itu sendiri. Sering kali pabrikan mobil pun harus mengandalkan pihak lain demi mengintegrasikan komponen-komponen ini. Tidak terkecuali Audi, yang baru saja menyepakati kerja sama dengan Huawei.

Sebelum ini, Audi sudah lebih dulu bekerja sama dengan Nvidia dalam pengembangan mobil kemudi otomatisnya, spesifiknya untuk menggunakan sistem berbasis AI yang dikerjakan oleh produsen kartu grafis tersebut. Kemitraannya dengan Huawei ini agak berbeda, di mana yang menjadi fokus adalah seputar konektivitas.

Seperti yang kita tahu, sebelum menjadi pemain besar di industri smartphone, Huawei mengawali kiprahnya sebagai produsen modem dan sejenisnya. Selama beberapa tahun terakhir ini, Huawei rupanya juga sibuk mengembangkan teknologi jaringan baru bernama LTE-V, di mana imbuhan “V” di sini tentu saja merujuk pada kata “vehicle“.

Koneksi yang optimal tentu sangat esensial kalau kabin mobilnya secanggih milik e-tron Quattro / Audi
Koneksi yang optimal tentu sangat esensial kalau kabin mobilnya secanggih milik e-tron Quattro / Audi

Varian baru LTE ini pastinya dirancang demi mengoptimalkan keluar-masuknya data yang berlangsung selama mobil berjalan. Data dalam konteks ini juga cukup spesifik, semisal informasi lalu lintas yang dikalkulasikan berdasarkan data dari lampu lalu lintas dan kamera CCTV di perempatan atau pertigaan jalan.

Kolaborasi ini memungkinkan Audi dan Huawei untuk mengembangkan dan menguji LTE-V ke tingkat lebih lanjut. Di samping itu, ada pula visi terkait digitalisasi berbagai layanan yang termasuk dalam ekosistem mobil. Rencananya, mobil hasil kerja sama keduanya nanti bakal dipasarkan lebih dulu di dataran Tiongkok.

Selain karena alasan di atas, Anda mungkin masih bingung mengapa harus Huawei yang dipercaya Audi? Well, Huawei sendiri sebenarnya sudah punya banyak inisiatif terkait masa depan industri otomotif. Salah satunya sempat mereka pamerkan di ajang MWC 2018 lalu dalam bentuk Porsche Panamera yang ‘disopiri’ oleh smartphone.

Sumber: TechCrunch dan Audi.

Spion Virtual Jadi Salah Satu Fitur Unggulan SUV Elektrik Audi e-tron Quattro

Debut Audi di segmen mobil elektrik hanya tinggal menunggu waktu. Mobilnya, Audi e-tron Quattro, sudah hampir siap diproduksi. Penampakan finalnya memang masih disamarkan, akan tetapi Audi telah menyingkap interiornya secara lengkap. Kabinnya yang amat canggih ini pada dasarnya merupakan alasan mengapa mobil ini juga pantas dijadikan bahan pembicaraan media teknologi, bukan hanya media otomotif saja.

Salah satu bagian dari kabin e-tron Quattro yang paling mengundang perhatian adalah kehadiran layar sentuh OLED 7 inci di ujung panel pintu kiri dan kanan, tepat di sebelah ventilasi AC. Lalu kalau kita menengok ke sisi luar pintu kiri dan kanan mobil, rupanya kaca spion yang kita kenal selama ini telah digantikan oleh sepasang kamera.

Audi e-tron Quattro virtual side mirrors

Melalui kedua layar berbentuk trapesium itulah pengemudi e-tron Quattro bisa melihat ke belakang. Kalau kaca spion biasa umumnya dapat diatur sudutnya menggunakan tombol atau joystick, di sini kita tinggal mengusap layar untuk melakukan hal yang sama. Jangan khawatir, spion virtual yang berada di sisi penumpang juga bisa diatur melalui sisi pengemudi.

Karena merupakan touchscreen, tampilan kedua spion virtual ini juga dapat diperbesar atau diperkecil jika perlu. Audi sendiri menyediakan tiga jenis tampilan yang berbeda, tergantung situasinya; apakah pengemudi sedang melaju di jalan tol, sedang menikung, atau sedang parkir.

Gambaran lebih jelasnya bisa Anda dapatkan lewat video first look dari Auditography di bawah. Video yang diunggah Audi ke Facebook juga sempat memperlihatkan spion virtual ini beraksi meskipun hanya dalam sekejap saja.

Sumber: Autoblog.

SUV Elektrik Audi e-tron Quattro Usung Kabin Bernuansa Mewah Sekaligus Futuristis

Semakin ke sini, mobil semakin mirip dengan gadget berkat seabrek fiturnya, ditambah lagi dengan bertambah maraknya pengembangan mobil elektrik. Contoh yang paling pas untuk mengilustrasikan mobil sebagai gadget berjalan adalah Tesla Model 3, di mana hampir semua fungsinya harus dioperasikan melalui sebuah layar sentuh masif di tengah dashboard.

Keputusan Tesla ini jelas mengundang banyak kontroversi mengingat sudah puluhan tahun kita terbiasa berhadapan dengan kontrol fisik di dalam kabin sebuah mobil. Namun dominasi digital tidak akan terelakkan dari industri otomotif, dan prototipe SUV elektrik Audi sejatinya akan semakin mempertegas hal tersebut.

SUV bernama Audi e-tron Quattro itu pertama kali muncul sebagai mobil konsep di tahun 2015, dan dijadwalkan bakal mengaspal paling cepat tahun depan. Seperti apa penampilan versi produksinya masih belum ada yang tahu, namun Audi berbaik hati memamerkan isi kabinnya baru-baru ini, yang ternyata dipenuhi oleh layar – meski belum seekstrem konsep Audi Prologue Allroad.

Audi e-tron Quattro

Pendekatan yang diambil Audi berbeda 180° dari Tesla, sebab masing-masing layar di kabin e-tron Quattro punya fungsi yang berbeda. Kita mulai dulu dari yang paling konvensional, sebuah layar sentuh besar di tengah dashboard, yang bisa digunakan untuk mengakses fungsi navigasi dan multimedia, termasuk halnya fungsi ponsel yang tersambung.

Tepat di bawahnya, terdapat satu layar lagi yang berfungsi untuk mengatur kenyamanan dalam kabin, utamanya fungsi climate control. Selain itu, layar kedua ini juga berfungsi untuk menginput teks, baik menggunakan tampilan keyboard QWERTY virtual atau dengan gesture menulis menggunakan jari.

Audi e-tron Quattro

Di bawahnya lagi, pengemudi dibawa kembali ke ranah konvensional lewat sebuah tuas persneling. Namun berhubung ini mobil elektrik – yang sama sekali tidak membutuhkan sistem transmisi – tuas tersebut hanya sebatas untuk mengatur pergerakan maju dan mundur, serta berhenti (netral), plus sebuah tombol untuk parkir.

Yang cukup unik, ukuran tuasnya terkesan terlalu besar untuk kontrol seminim itu. Ini dikarenakan tuasnya yang berlapis kulit itu juga merangkap fungsi sebagai tatakan tangan ketika pengemudi mengakses layar kedua di tengah dashboard itu tadi. Sepele, namun sangat praktis.

Audi e-tron Quattro

Beralih ke balik lingkar kemudi, Audi Virtual Cockpit kembali menyapa pengemudi. Bagi yang belum tahu, panel instrumen ini sebenarnya merupakan sebuah layar berukuran masif yang tampilannya bisa dikustomisasi. Tentu Audi sudah menyempurnakannya dari yang sudah ada pada mobil-mobilnya sekarang.

Audi e-tron Quattro

Lalu sampailah kita ke bagian yang paling menarik, yakni sepasang layar 7 inci di panel pintu kiri dan kanan, tepat di sebelah ventilasi AC di bagian ujung. Kedua layar OLED ini, dipadukan dengan kamera yang terpasang di sisi kiri dan kanan, bakal menggantikan peran kaca spion sepenuhnya, dengan tampilan yang akan disesuaikan dengan kondisi berkendara, semisal apakah pengguna sedang parkir atau melaju di jalan tol.

Memangnya apa yang salah dari kaca spion biasa? Audi bilang bahwa penggunaan kamera bakal membantu meningkatkan aerodinamika. Kendati demikian, spion digital ini hanya akan tersedia sebagai opsi bagi konsumen di kawasan yang undang-undangnya memperbolehkan, seperti di Eropa misalnya.

Audi e-tron Quattro

Hasil akhirnya, kabin e-tron Quattro tampak begitu mewah sekaligus futuristis, namun tidak sampai ke titik kelewat sci-fi seperti yang biasa terdapat pada mobil konsep. Sebagai pelengkap, Audi tak lupa menyematkan sistem audio premium garapan Bang & Olufsen, yang terdiri dari total 16 speaker dan amplifier berdaya 705 watt.

Seperti yang saya bilang, mobilnya sendiri baru siap dipasarkan paling cepat tahun depan. Berdasarkan laporan Elektrek, banderol harganya dimulai di angka €80.000 untuk varian terendahnya di Jerman.

Sumber: 1, 2, 3.

Land Rover Kembangkan Sistem Kemudi Otomatis Khusus Off-Road

Bukan hal yang mengejutkan lagi apabila banyak pabrikan mobil tengah sibuk mengembangkan sistem kemudi otomatisnya masing-masing. Namun saya yakin penggemar otomotif bakal sedikit heran mendengar nama Land Rover sebagai salah satunya.

Alasannya simpel: Land Rover identik dengan mobil off-road yang sangat jago menerjang banjir, melintasi medan terjal, atau sesinting mendaki ratusan anak tangga. Kalau mereka memutuskan untuk mengerjakan sistem kemudi otomatisnya sendiri, sudah pasti ada hubungannya dengan off-road, bukan?

Benar. Bukan Land Rover namanya kalau tidak mengedepankan aspek off-roading, dan proyek baru mereka yang bernama Cortex ini punya tujuan untuk merealisasikan sebuah SUV yang sanggup mengemudikan dirinya sendiri di medan off-road. Tidak tanggung-tanggung, dana sebesar nyaris 5 juta dolar mereka kucurkan hanya untuk proyek ini.

Ini jelas bukan pekerjaan mudah bagi Land Rover, sebab di medan off-road tidak ada alat bantu seperti marka jalan yang dapat dimanfaatkan sistem untuk memprediksi pergerakan mobil selanjutnya. Itulah mengapa mereka memutuskan untuk meminta bantuan para ahli machine learning dari Myrtle AI dan University of Birmingham.

Land Rover Project Cortex

Untuk sekarang, yang sedang dikembangkan adalah bagaimana sistem dapat memaksimalkan potensi radar pada mobil. Land Rover ingin sistemnya bisa memanfaatkan lebih dari sebatas sepuluh persen data radar seperti kasusnya pada sistem active cruise control sekarang.

Untuk itu, diperlukan komponen radar yang mampu menangkap data dalam resolusi lebih tinggi, dan yang lebih sulit adalah bagaimana sistem dapat mengolah data berukuran masif tersebut setiap detiknya. Ini tentu baru sebagian cerita, sebab masih ada faktor penting lain seperti misalnya optimasi algoritma prediktif.

Ketika tujuan akhir Cortex terwujud nanti, dua premis unggulan Land Rover pun dapat semakin dipertegas, spesifiknya kapabilitas off-road dan kenyamanan dalam kabin, sebab seseorang yang berada di balik lingkar kemudi bisa bersantai menjadi penumpang dan menikmati keindahan alam selagi mobilnya melintasi medan tak bersahabat.

Sumber: Wired dan Land Rover.

Head Unit Terbaru Pioneer Dapat Tersambung ke Android Auto atau Apple CarPlay Tanpa Kabel

Di awal-awal peluncurannya, baik Android Auto maupun Apple CarPlay sama-sama sangat pilih-pilih soal mobil. Namun seiring berjalannya waktu, kompatibilitas tidak lagi menjadi masalah berkat penawaran dari produsen head unit aftermarket. Atau dengan kata lain, konsumen tak lagi diharuskan membeli mobil baru hanya untuk bisa menikmati Android Auto atau Apple CarPlay.

Yang terbaru, konsumen bahkan bisa menikmatinya tanpa bantuan kabel sama sekali. Kepraktisan ini diwujudkan oleh produsen asal Jepang, Pioneer, yang belum lama ini meluncurkan tiga head unit istimewa: AVIC-W8400NEX, W6400NEX dan W4400NEX, yang diklaim sebagai head unit pertama yang mampu terhubung ke Android Auto maupun Apple CarPlay secara wireless.

Menggunakan kabel pun sebenarnya juga bisa seandainya pengguna ingin perangkatnya sambil di-charge. Yang perlu diperhatikan tinggal apakah ponselnya kompatibel atau tidak. Untuk Android Auto, sejauh ini baru Google Pixel, Pixel 2, Nexus 5X dan Nexus 5P, akan tetapi jumlahnya bakal bertambah seiring diluncurkannya Android P nanti.

Pioneer AVIC-W8400NEX

Semisal ponselnya tidak kompatibel pun masih ada fitur mirroring Miracast yang berbasis Wi-Fi. Fitur yang tak kalah menarik adalah dukungan Google Assistant dan Siri, yang berarti pengguna juga dapat mengendalikan beragam perangkat smart home dari dalam mobil dengan ‘berbicara’ kepada head unit.

Selebihnya, trio head unit baru Pioneer ini juga sangat lengkap soal fitur, termasuk navigasi via Here Maps. Lebih lanjut, perangkat juga siap memutar koleksi audio lossless dalam format FLAC 24-bit/192kHz tanpa harus di-convert terlebih dulu, dan menurut Pioneer ini adalah yang pertama kali di segmen head unit aftermarket.

Ketiganya sudah dipasarkan saat ini juga. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran layar dan harganya: W8400NEX dengan layar sentuh 7 inci dihargai $1.200, W6400NEX 6,2 inci $800, sedangkan khusus W4400NEX menggunakan layar sentuh 7 inci tipe resistif (ala ponsel layar sentuh lawas) dan dihargai $700.

Sumber: Engadget.

Mobil Terbaru Acura Andalkan Sistem Infotainment Berbasis Touchpad yang Tidak Biasa

Mayoritas mobil zaman sekarang hampir bisa dipastikan mengemas layar besar pada bagian dashboard-nya. Meski demikian, cara mengoperasikannya berbeda-beda. Ada yang mengandalkan sentuhan langsung pada layar, ada yang memanfaatkan gesture, ada pula yang menggunakan kenop putar ala mobil-mobil mewah asal Jerman.

Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri, itulah mengapa Honda lewat divisi luxury-nya, Acura, mencoba meracik sistem baru yang mereka yakini paling ideal. Sistem ini mengandalkan pengoperasian berbasis touchpad, tapi berbeda dari yang biasa terdapat pada mobil maupun laptop.

Acura RDX True Touchpad Interface

Acura menyebut sistem barunya dengan istilah True Touchpad Interface, dengan premis utama absolute positioning. Maksudnya adalah, di mana pun jari Anda berada pada touchpad, posisinya di layar bakal sama persis. Tidak ada lagi namanya menggerak-gerakkan kursor menggunakan jari.

Jadi ketika jari Anda menyentuh ujung kiri atas touchpad, maka yang terpilih di layar juga yang berada di ujung kiri atas. Semua bagian touchpad-nya pun bisa ditekan, sehingga kita tak perlu lagi menengok ke layar untuk memastikan apakah salah satu menu sudah terakses atau belum.

Permukaan touchpad-nya ini berbentuk cekung guna membantu kita memastikan posisi jari tanpa harus menengok ke bawah. Touchpad-nya juga terbagi menjadi dua, di mana yang sebelah kanan yang berukuran lebih kecil berfungsi untuk menavigasikan bagian layar sebelah kanan yang memang juga lebih kecil.

Acura RDX True Touchpad Interface

Pengoperasian semacam ini tentunya membutuhkan adaptasi, apalagi kita sudah begitu terbiasa dengan touchpad di laptop yang cara kerjanya berbeda. Namun begitu kita sudah menguasainya, Acura yakin pengendalian sistem bisa dilakukan secara lebih mudah sekaligus aman, sebab pandangan kita tidak sedikit-sedikit teralihkan.

Rencananya sistem True Touchpad Interface ini bakal menjalani debutnya bersama SUV Acura RDX edisi 2019. Untuk lebih jelasnya, tonton video demonstrasi dari Acura di bawah ini.

Sumber: Engadget.

Wireless Charger untuk Mobil Bukan Lagi Sebatas Impian

Sama seperti smartphone, mobil elektrik juga menggunakan baterai yang bisa diisi ulang oleh aliran listrik. Kalau smartphone dapat di-charge secara wireless (induktif), mobil pun semestinya juga bisa. Kira-kira demikian cerita di balik tercetusnya ide akan sebuah wireless charger untuk mobil, namun ini bukan lagi sebatas angan-angan.

BMW adalah salah satu pabrikan yang mencoba merealisasikannya dalam waktu dekat. Wireless charger ini telah dirancang agar kompatibel dengan banyak model hybrid milik BMW sendiri, dan tahap produksinya bakal dimulai pada bulan Juli mendatang. Sayangnya, pemasarannya tidak langsung dilakukan secara luas.

Awalnya, wireless charger ini bakal dimasukkan sebagai opsi tambahan bagi konsumen yang membeli sedan hybrid BMW 530e iPerformance secara kredit. Namun sejauh ini belum ada yang tahu berapa harganya dan seberapa besar biaya cicilan mobil akan bertambah.

Kenapa tidak bisa langsung secara luas? Karena semua ini tergolong masih baru – mobil elektrik sendiri sampai sekarang belum bisa dikatakan mainstream. Langkah yang diambil BMW ini pada dasarnya untuk berjaga-jaga seandainya ke depannya bakal dibentuk semacam konsorsium untuk menetapkan standar wireless charging di industri otomotif.

BMW wireless charging

Cara kerjanya sendiri cukup mirip dengan yang Qualcomm dan General Motors kembangkan, di mana koil dalam modul yang tertanam di lantai bakal meneruskan energi elektromagnetik ke koil di bagian dasar mobil, sebelumnya akhirnya dikonversi menjadi energi listrik dan diteruskan ke baterai.

Sebelumnya, tentu saja pemilik mobil harus menempatkan tunggangannya di posisi yang tepat, dan dalam kasus BMW, mereka akan dipandu lewat live feed kamera parkir yang ditampilkan di layar dashboard. Saat memperkenalkan konsepnya tahun lalu, BMW bilang bahwa baterai 530e iPerformance bisa terisi dari kosong hingga penuh dalam waktu 3,5 jam saja.

Waktu yang dibutuhkan jelas akan lebih lama untuk mobil yang full-elektrik, tapi toh mengisinya menggunakan colokan tembok biasa juga sudah cukup lama, dan idealnya charging memang dilakukan di malam hari selagi pengguna beristirahat. Seperti halnya di smartphone, wireless charging di industri otomotif pun juga baru sebatas menawarkan kepraktisan, setidaknya untuk sekarang.

Sumber: Car Magazine.

Crossover Elektrik Tesla Model Y Bakal Diproduksi Tahun 2020

Tesla sudah mulai memproduksi sedan Model 3 sejak bulan Juli tahun lalu. Meski belum bisa memenuhi demand dari konsumen yang begitu tinggi, Tesla tentunya sudah punya rencana ke depan. Dua yang sudah pasti adalah truk Tesla Semi, yang rencananya akan diproduksi mulai tahun depan, serta mobil sport Roadster 2, yang baru akan menyusul di tahun 2020.

Apakah cuma itu saja? Tidak, sebab Tesla juga sudah berencana untuk menyiapkan mobil elektrik baru bernama Model Y. Mobil ini belum punya nama resmi, dan sketsa desainnya pun masih belum ada. Kendati demikian, mobil ini bisa dipastikan bakal masuk ke kategori crossover, atau gampangnya versi lebih ringkas sekaligus lebih seksi dari Model X.

Dalam laporan finansial kuartal pertama Tesla, Elon Musk selaku pendiri sekaligus CEO-nya menyatakan bahwa Model Y akan diproduksi mulai tahun 2020. Mobil ini juga akan dirancang menggunakan platform baru, bukan berdasarkan platform Model 3 seperti yang banyak dirumorkan sebelumnya.

Platform baru ini menurut Elon berarti Tesla bakal mengganti arsitektur baterai 12-volt pada Model Y nantinya. Mekanisme suplai daya ke komponen-komponen elektronik mobil juga akan berubah, dan ini berguna untuk menyederhanakan sistem perkabelan dalam mobil sekaligus proses produksinya.

Proses produksi yang lebih simpel pada akhirnya bakal berujung pada implementasi sistem otomasi pabrik yang lebih mudah, sehingga harapannya kecepatan produksi Tesla Model Y nanti bisa lebih baik daripada kondisi sekarang dengan Model 3. Elon tidak lupa menambahkan bahwa Model Y ini bakal merevolusi bidang manufaktur, memanfaatkan pabrik baru yang sedang mereka persiapkan.

Sumber: Electrek.

Volvo S90 Ambience Concept Ibarat Planetarium Berjalan yang Siap Memainkan Indera Penumpangnya

Sering kali yang mendefinisikan kadar kemewahan suatu mobil adalah pilihan material yang digunakan di bagian dalamnya; apakah sebatas kulit asli atau yang menyandingkan kulit, Alcantara dan berlian sekaligus? Namun menurut Volvo, masih ada cara lain, dan bahkan yang terkesan lebih ekstrem, yakni menciptakan mobil yang mampu merangsang dan menyatukan indera-indera manusia.

Filosofi nyeleneh itulah yang pada akhirnya melahirkan Volvo S90 Ambience Concept. Bentuk luarnya sangat mirip dengan sedan S90 Excellence, dan interiornya pun juga nyaris tidak berbeda. Perbedaannya tidak terlihat secara kasat mata, melainkan harus dirasakan menggunakan tiga indera sekaligus: penglihatan, pendengaran dan penciuman.

Volvo S90 Ambience Concept

Dari segi visual, kabinnya dapat berubah sewaktu-waktu menjadi semacam planetarium, dengan tujuh tema yang berbeda: Northern Lights, Scandinavian Forest, Swan Lake, Archipelago, Rain, Nocturnal dan Freedom. Dari yang menenangkan sampai yang menyegarkan, proyeksi yang tersaji di langit-langit kabin ini dipercaya mampu memberikan sensasi istimewa bagi penumpang, dan cara menggantinya cukup semudah menggunakan aplikasi ponsel.

Volvo S90 Ambience Concept

Pengalaman tersebut semakin diperkuat oleh alunan audio yang senada, yang berasal dari sound system premium bikinan Bowers & Wilkins, lengkap sampai ke tweeter kecil pada bagian sandaran kepala. Terakhir, indera penciuman penumpang bakal dimanjakan oleh satu dari empat aroma yang berbeda hasil racikan Byredo.

Volvo S90 Ambience Concept

Untuk sekarang, mobil ini memang baru sebatas konsep, akan tetapi Volvo sudah punya rencana untuk merealisasikan inovasi-inovasi tidak umum ini pada versi produksi S90 Excellence nantinya, khususnya untuk pasar Tiongkok – sejak 2010, Volvo telah berada di bawah naungan pabrikan Tiongkok, Geely.

Sumber: Volvo.

Konsep SUV Elektrik Buick Enspire Bisa Tempuh Nyaris 600 Km dalam Satu Kali Charge

Di titik ini saya kira semua sudah setuju kalau mobil elektrik adalah masa depan industri otomotif. Satu per satu pabrikan mulai mengejar ketertinggalannya dari Tesla, dan kalau melihat posisi Tesla sebagai pabrikan asal AS, tidak mengherankan apabila yang berambisi menyainginya adalah pabrikan yang masih satu kampung, salah satunya Buick.

Di ajang Beijing Auto Show yang bakal dihelat dalam waktu dekat, sub-brand General Motors itu akan memperkenalkan konsep SUV elektrik bernama Buick Enspire. Eksteriornya tergolong sangar, dan foto utama yang dipilih Buick menunjukkan kebolehannya menaklukkan medan berat alias off-road.

Buick Enspire

Buick belum mengungkap banyak detail mengenai Enspire, tapi yang pasti performanya cukup mengesankan. Motor elektriknya sanggup menghasilkan daya sebesar 410 kW, dan akselerasi 0 – 100 km/jam dapat ia tempuh dalam waktu 4 detik saja. Sebagai perbandingan, Tesla mengklaim varian termahal Model X (P100D) hanya butuh waktu 2,9 detik untuk mencapai kecepatan yang sama.

Namun yang jauh lebih memikat lagi adalah efisiensi dayanya. Buick mengklaim Enspire dapat menempuh jarak sejauh 595 km dalam satu kali pengisian. Sekali lagi sebagai perbandingan, varian paling irit Model X ‘hanya’ mampu menempuh jarak 475 km. Yang lebih istimewa lagi, baterai Enspire bisa terisi hingga 80% kapasitas totalnya dalam waktu 40 menit saja.

Buick Enspire

Masuk ke kabinnya, pengemudi dan penumpang bakal disambut oleh interior yang mewah sekaligus lapang. Tampak display OLED yang tersebar di mana-mana, dan heads-up display (HUD) pun juga sudah menjadi fitur standar bagi Enspire.

Tidak ada yang bisa menjamin bahwa mobil ini bakal terealisasi nantinya. Selama berpuluh-puluh tahun, mobil konsep sering kali tidak pernah bernasib lebih dari sebatas, well, konsep. Kendati demikian, setidaknya ini bisa menunjukkan bahwa persaingan pasar mobil elektrik ke depannya bakal semakin sengit.

Sumber: Engadget dan Buick.