ASSA Rent Perkenalkan Unit Usaha Logistik “Last Mile” Anteraja

ASSA Rent (PT Adi Sarana Armada) memperkenalkan unit usaha teranyarnya yang bergerak di bidang logistik last mile Anteraja Peresmian perusahaan sudah dilakukan sejak Februari 2019 dan sebulan kemudian soft launch dengan pilot project layanan di Tokopedia.

CEO ASSA Prodjo Sunarjanto menerangkan, perusahaan sudah didirikan sejak Agustus 2018 berbentuk perusahaan patungan bersama layanan logistik asal Tiongkok SF Express dan PT Semangat Bambu Runcing yang sahamnya dimiliki oleh salah satu pemegang saham di layanan e-commerce terbesar di Indonesia. ASSA menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 55%, SF Express 20%, dan Semangat Bambu Runcing 25%.

Prodjo menegaskan Tokopedia tidak bergabung sebagai pemegang saham di Anteraja, sekaligus mengoreksi pemberitaan DealStreetAsia yang menyebutkan Tokopedia memiliiki saham 25% di Anteraja. PT Semangat Bambu Runcing disebut sebagai investasi pribadi co-founder sebuah perusahaan e-commerce ternama.

Kepada DailySocial, VP of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak menyampaikan perusahaan tidak berkomentar atas rumor pasar terkait pendirian Anteraja ini.

Tahun ini Tokopedia bakal lebih fokus mengembangkan IaaS (Infrastructure-as-a-Platform), bermitra dengan sejumlah pemain smart warehouse dan logistik.

Anteraja nantinya bukan cuma untuk serving Tokopedia saja, tapi open juga untuk melayani [e-commerce] yang lain dan online retail trading,” terang Prodjo kepada DailySocial.

Menurutnya, pertimbangan ASSA untuk ikut terjun ke layanan logistik karena perdagangan ritel dunia sudah berubah menjadi ekonomi digital. Layanan e-commerce dan perdagangan via sosial media meningkat secara eksponensial. Hal itu perlu didukung oleh pengantaran last mile, pick up, dan fulfillment yang harus mengikuti perkembangan teknologi.

Perseroan ikut mengambil peluang tersebut karena sudah didukung oleh cabang, divisi logistik transporter dan pelanggan yang sudah tersebar secara nasional. Anteraja bisa memanfaatkan seluruh jaringan tersebut.

“Teknologinya memanfaatkan keunggulan SF Express yang telah berpengalaman dan proven sebagai perusahaan teknologi yang berkaitan dengan logistik dan last mile. Mereka sudah one step ahead dari pemain lainnya yang memanfaatkan algoritma untuk menentukan density market.”

SF Express disebutkan mampu mengelola sumber daya kurir dengan teknologi dan pemetaan, sehingga utilisasi dan routing menjadi efisien dan efektif untuk mengantisipasi dinamika pergerakan pasar. Dukungan tersebut diharapkan bisa membuat Anteraja lebih cepat memperdalam penetrasi pasarnya di Indonesia. Terlebih pemain last mile sudah ramai hadir dengan segala solusi yang ditawarkan.

Menurut situsnya, Anteraja memiliki layanan regular dan next day. Untuk pengiriman regular, barang akan sampai dalam kurun waktu 1-2 hari. Sedangkan untuk next day lebih cepat, hanya 1 hari. Ada dua moda kendaraan yang tersedia, roda empat dan roda dua.

Sementara ini, Anteraja baru tersedia di Tokopedia. Ketika konsumen memilih Anteraja, kurir akan mengambil pesanan tersebut dari merchant, lalu mengantarkan ke gudang untuk proses internal. Berikutnya baru diantarkan oleh kurir ke end user. Cakupan layanan baru menjangkau seluruh Jakarta.

Ritase Segera Bangun Pusat R&D dengan Pabrikan Truk Asal Jepang, Kembangkan “Autonomous Trucking”

Startup manajemen logistik Ritase mengungkapkan segera membangun kantor R&D untuk pengembangan teknologi autonomous trucking. Rencana ini bakal dilakukan tahun ini, pasca mengumumkan pendanaan seri A yang bakal diumumkan secara resmi pada akhir Mei 2019.

Founder & CEO Ritase Iman Kusnadi menerangkan, pihaknya belum menentukan lokasi kantor R&D tersebut, yang pasti perusahaan akan bekerja sama dengan pabrikan truk asal Jepang untuk membentuk tim gabungan.

“Kita akan kerja sama dengan pabrikan truk di Jepang untuk pengembangan teknologi autonomous trucking. Tapi ini adalah pengembangan jangka panjang,” terang Iman kepada DailySocial.

Pendanaan seri A yang segera diumumkan perusahaan, menurut Iman bakal serentak dilakukan di Jepang, Tiongkok, Singapura, dan Amerika Serikat. Dia enggan menyebut negara tersebut merepresentasikan asal investornya.

Dalam keterangan resmi, pendanaan ini datang dari sejumlah institusi finansial maupun partner strategis dari dalam maupun luar negeri. Kombinasi tersebut diharapkan akan mendukung pertumbuhan perusahaan dan mempermudah untuk go internasional.

Di awal 2018, perusahaan mengumumkan perolehan pendanaan pra Seri A dengan nilai tidak disebutkan dari Insignia Venture Partners, Skystar Capital, dan angel investor Tarun Gandhi.

Iman melanjutkan, untuk rencana jangka pendek perusahaan akan memperkuat produk yang sudah ada demi mendukung ekosistem trucking. Beberapa di antaranya yang sudah dirilis adalah Smart Shelter (garasi singgah) dan fitur Group Buy dalam platform Ritase untuk jual beli spare parts, truk baru atau bekas.

Garasi singgah ini baru tersedia untuk para mitra pengemudi yang bekerja sama dengan Ritase di daerah Lingkar Luar Timur, Sidoarjo. Penentuan lokasi ini merujuk pada temuan bahwa Surabaya merupakan titik backhaul (menemukan muatan untuk dibawa kembali) utama di Pulau Jawa.

Ditambah pula, garasi singgah ini adalah tempat yang penting untuk para pengemudi untuk beristirahat seraya menunggu backhaul, sekaligus wadah komunitas dengan antar pengemudi.

Sementara itu, fitur Group Buy menjadi jembatan untuk para mitra Ritase agar lebih mudah melakukan transaksi jual beli di dalam platform. Tidak hanya spareparts, bahkan transaksi pembelian unit truk baik baru maupun bekas. Namun untuk sementara baru bisa diakses oleh mitra yang sudah bergabung saja.

Saat ini perusahaan memfasilitasi puluhan ribu transaksi pengiriman per bulannya menjangkau seluruh Indonesia, dengan volume terbesar didominasi pada jalur Jawa dan Sumatera. Perusahaan telah mendapat dukungan lebih dari 6.500 truk, 500 perusahaan transportasi, dan 7 ribu mitra pengemudi yang telah terkoneksi dengan aplikasi Ritase.

Startup Logistik Kargo Technologies Peroleh Dana Segar dari Sequoia India dan Pendiri Uber Travis Kalanick Senilai 107 Miliar Rupiah

Kargo Technologies, marketplace logistik yang menghubungkan perusahaan dan layanan penyedia truk, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $7,6 juta (lebih dari 107 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Sequoia India dan 10100 Fund — yang terakhir ini didirikan oleh Co-Founder Uber Travis Kalanick. Ini merupakan investasi pertama Travis di Asia Tenggara.

Pertama kali di-cover oleh DealStreetAsia, turut berpartisipasi dalam pendanaan ini sejumlah investor, yaitu Pandu Sjahrir dari Agaeti Ventures, Co-Founder Northstar Group Patrick Walujo, Intudo Ventures, Zhenfund, ATM Capital, dan Innoven Capital. Dana disebutkan akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur dan tim teknologi perusahaan.

Didirikan oleh mantan Country Manager Uber Indonesia Tiger Fang (CEO) dan Yodi Aditya (CTO), Kargo Technologies melihat permasalahan selama ini truk pulang tanpa muatan setelah pengantaran di sentra-sentra produksi. Kargo Technologies berharap bisa meminimalisir hal ini sambil memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan e-commerce dan FMCG.

Berkembangnya industri e-commerce di Indonesia, diperkirakan mencapai $53 miliar di tahun 2025 menurut studi Google dan Temasek, turut mendukung berkembangnya industri logistik yang lebih efisien dan pintar.

Kargo Technologies menawarkan platform berbasis mobile, saat ini dalam beta dan akan diluncurkan dalam waktu dekat, di platform Android untuk memudahkan perusahaan pengguna dan pengirim berinterasi dan memantau pergerakan kiriman secara real time.

Cikal bakal Kargo yang sekarang adalah Kargo yang didirikan Yodi Aditya tahun 2016 dan sempat didukung oleh East Ventures. Kami mendapatkan informasi bahwa East Ventures telah full exit dan perusahaan dijual ke Tiger Fang yang menjadi CEO baru. Di segmen logistik dan pergudangan kini East Ventures mendukung Waresix.

Dalam pernyataannya, Tiger menyebutkan, “Kargo didesain untuk mengoreksi masalah ketersediaan, transparansi harga dan kurangnya kepercayaan dalam proses pembayaran melalui satu aplikasi yang gampang dipakai.”

Ninja Xpress Intends to Serve “Social Commerce” Logistics Segment

A Singapore-based logistics startup, Ninja Xpress, shared its commitment to serve social commerce segment as the main users by launching technology and supporting products. This year, Ninja Xpress business is expected to growth by three times.

Ninja Xpress Indonesia’s Country Head, Eric Saputra, becomes the new lead replacing Indra Wiralaksmana since last year. Previously, Eric led the business expansion.

The target realization will be reached through some innovations. One is to release Ninja Packs products dedicated specifically for social commerce sellers. This one is available in Indonesia.

Ninja Packs is a special package to wrap products to be delivered. The capacity is up to 3kg. When the sellers use this product, the delivery cost will be the same to all areas. Intercity delivery costs Rp19 thousand, Rp9 thousand within the city.

“Previously, we create a survey of social commerce sellers [about] difficulty. The result is, most package turned out to be disappointed, lack of branding, wrapped only by plastic bag. However, the new product includes better packaging at an affordable price,” Eric said on Tue (3/12).

Ninja Xpress also has Ninja Point product to facilitate users for package drop off. It’s only 300 units. The company plans to expand the service to Bandung in the near future.

Currently, Ninja Xpress Indonesia team has reached 300 people and occupying new office in Bidakara Tower, South Jakarta as the headquarter.

In terms of technology, the company will keep developing dashboard features that is accessible by users. Not only providing tracking order feature, Ninja Xpress shows the package position in detail.

Included also in the dashboard, one more feature, intelligence reporting that helps sellers to recap the total delivery in the past year for business development in the next year. He claims this as a leading feature of the company.

“As seen from the report, most consumers are Jakarta domicile, sellers can improve its services. The data we provide (consultant-kind) is free without charge.”

The company also develops a payment feature using COD for online transaction which hasn’t covered by banking services. Eric said this feature is very helpful for the consumer outside Java trying to shop online. Customers can submit refund if the product didn’t match their expectation.

In addition to innovation, he said the company will intensify offline education in some areas. Therefore, they can share lots of things about online business management.

He didn’t mention any further that SME sellers which becomes Ninja Xpress’ consumers have reached 80%. The number consists of sellers using marketplace and social commerce platform. The rest comes from corporate users.

It is said that Ninja Xpress owned 3 thousand units. 70% are two-wheelers, the rest are four-wheelers. They’re all in-house .

In terms of services, per August 2018, the company has covered almost all over Indonesia. It was accomplished after two-year operation since 2016.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Ninja Xpress Berkomitmen Layani Logistik Segmen “Social Commerce”

Startup logistik asal Singapura Ninja Xpress mengungkapkan komitmennya untuk melayani segmen social commerce sebagai pengguna utamanya dengan meluncurkan teknologi dan produk pendukung. Diharapkan tahun ini bisnis Ninja Xpress di Indonesia secara keseluruhan dapat tumbuh tiga kali lipat.

Country Head Ninja Xpress Indonesia Eric Saputra menjadi pemimpin perusahaan yang baru menggantikan Indra Wiralaksmana, sejak tahun lalu. Sebelumnya Eric memimpin usaha ekspansi perusahaan.

Realisasikan target tersebut disebutkan bakal dicapai dengan beberapa inovasi. Salah satunya perusahaan merilis produk Ninja Packs yang didedikasikan khusus untuk penjual social commerce. Inovasi ini baru tersedia di Indonesia.

Ninja Packs berupa kemasan berukuran khusus untuk membungkus barang yang ingin dikirim. Kapasitasnya dapat menampung barang hingga 3 kg. Apabila penjual menggunakan produk ini, biaya pengiriman akan tetap sama kemanapun tujuannya. Khusus antar kota biayanya Rp19 ribu, sementara dalam kota sebesar Rp9 ribu.

“Sebelumnya kami survei para penjual social commerce [tentang] apa kesusahannya. Hasilnya adalah kebanyakan packaging dari mereka itu tidak bagus, kurang branding hanya dibungkus plastik hitam. Namun dengan produk baru ini mereka bisa dapat packaging yang lebih rapi dan tarifnya terjangkau,” kata Eric, Selasa (12/3).

Ninja Xpress juga memiliki produk Ninja Point untuk permudah pengguna melakukan drop off paket. Jumlahnya baru sekitar 300 unit. Perusahaan berencana memperluas layanannya tersebut ke Bandung dalam waktu dekat.

Saat ini tim Ninja Xpress Indonesia mencapai 300 orang dan menempati kantor baru di Menara Bidakara, Jakarta Selatan, sebagai kantor pusat.

Dari sisi teknologi, perusahaan akan terus mengembangkan fitur-fitur dalam dashboard yang bisa diakses oleh para penggunanya. Tidak sekadar menyediakan fitur tracking order, Ninja Xpress secara detail memperlihatkan di mana posisi paket berada.

Dalam dashboard juga diselipkan salah satu fitur lainnya, yakni intelligence reporting yang membantu penjual merekap total pengiriman selama setahun ke belakang untuk peningkatan bisnis di tahun berikutnya. Eric mengklaim fitur ini menjadi keunggulan perusahaan dibandingkan lainnya.

“Misalnya pas dilihat dari laporan konsumen dari toko online ini kebanyakan ada di Jakarta, penjual bisa meningkatkan pelayanannya. Data yang kami hadirkan ini sekelas konsultan yang bisa dinikmati tanpa tambahan biaya.”

Perusahaan juga mengembangkan fitur pembayaran dengan COD untuk melayani transaksi online yang belum terjangkau layanan bank. Eric menyebut fitur ini dirasa sangat membantu para pembeli dari luar Jawa yang ingin mencoba belanja online. Apabila calon pembeli kurang sreg dengan produk yang dibeli, ia dapat mengajukan refund.

Eric melanjutkan, selain berinovasi perusahaan bakal lebih kencang dalam hal edukasi offline bersama komunitas di tiap daerah. Di situ perusahaan akan berbagi banyak hal yang berkaitan dengan pengelolaan bisnis online.

Meski tidak dirinci oleh Eric, penjual UKM yang menjadi konsumen di Ninja Xpress mencapai 80%. Angka itu terdiri dari penjual yang memanfaatkan platform marketplace dan social commerce. Sisanya, 20%, datang dari pengguna korporat.

Saat ini disebutkan armada Ninja Xpress mencapai sekitar 3 ribu unit. Sebanyak 70% di antaranya adalah armada roda dua, sisanya roda empat. Keseluruhan armada ini adalah in house milik Ninja Xpress sendiri.

Secara layanan, per Agustus 2018 perusahaan telah mencakup seluruh Indonesia. Pencapaian ini dicapai perusahaan setelah beroperasi selama sekitar dua tahun sejak 2016.

 

MyDHL+ Mencoba Memudahkan Pengiriman Internasional

Satu bulan sudah DHL meluncurkan MyDHL+, sebuah layanan baru yang disiapkan untuk memudahkan dan menyederhanakan proses pengiriman barang internasional. MyDHL+ didesain untuk membantu UMKM hingga perusahaan besar yang hendak melakukan pengiriman lintas batas atau internasional. MyDHL+ menggabungkan beberapa tools ke dalam sebuah platform tunggal sehingga mudah dalam melakukan pengelolaan.

Dengan menggunakan aplikasi MyDHL+, pelanggan, termasuk pengusaha UKM, akan dimudahkan dengan ada panduan proses pengiriman, koreksi kesalahan otomatis yang cerdas, dan tampilan yang intuitif dan mudah dipahami. Ada pula input alamat prediktif dan perbedaan format alamat untuk 220 negara dan wilayah yang memungkinkan pengiriman lebih akurat.

MyDHL+ sengaja diluncurkan untuk semua jenis pelanggan termasuk pelanggan baru, pelanggan yang sudah terdaftar, hingga pelanggan korporat. MyDHL+ memungkinkan pengguna dengan mudah membuat dokumen bea cukai dan disematkan fitur penyimpanan informasi untuk pengiriman berulang. Kemudahan yang ditawarkan MyDHL+ diharapkan bisa membantu industri UKM yang ingin melakukan ekspor atau pengiriman ke luar negeri.

Ada juga fitur yang membantu pengguna memproses pengembalian dan proses pengiriman yang lebih disederhanakan.

“Karena masyarakat sekarang sudah modern dan sangat dekat dengan dunia digital, sebagian besar sudah terhubung dengan internet, dan mereka menginginkan layanan yang transparan, tidak rumit, serta memberikan kemudahan pelacakan status pegiriman kapanpun dan di mana pun,” jelas Marketing & Business Development DHL Express Indonesia Jessica Ariel.

Di tahun pertamanya, MyDHL+ berharap bisa sebanyak mungkin mendapatkan pelanggan, baik itu pelanggan baru atau pelanggan lama yang mencoba bagaimana proses yang semakin sederhana menggunakan MyDHL+.

“MyDHL+ membantu pengirim lebih mudah dalam menavigasi kompleksitas perdagangan internasional. Aplikasi ini mewujudkan imajinasi pengirim, dalam melakukan bisnis dengan menatukan semua alat yang paling sering mereka gunakan dalam satu aplikasi yang pelanggan sentris,” ungkap Senior Technical Advisor DHL Express Indonesia Ahmad Mohamad.

Startup Logistik Paxel Usung Pendekatan “Same Day Delivery”

Berbicara soal logistik, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang masih banyak. Hal inilah yang menimbulkan munculnya berbagai solusi dan Paxel menjadi salah satunya.

Paxel adalah startup logistik berbasis aplikasi yang mengusung layanan same day delivery dengan ongkos kirim flat. Saat ini Paxel mengakomodasi area Jabodetabek dan Bandung. Pemesanan layanan cukup menggunakan aplikasi, maksimal dalam 8 jam barang akan sampai ke tempat tujuan.

Paxel didirikan oleh Bryant Christanto (CEO) dan Zaldy Ilham Masita (Co-Founder). Zaldy saat ini adalah Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI).

“Paxel itu ingin menjadi bagian dari hidup masyarakat, bahwa logistik itu seharusnya tidak mahal. Tak hanya fokus ke bisnis saja, kami juga peduli dengan unsur sosial. Jadi dari 20 pengiriman, kami akan jamin 1 anak penderita kanker. Ini bukan bagian dari charity atau CSR, namun bagian dari fokus kami membangun Paxel,” terang Head of Marketing Paxel Alexander Zulkarnain kepada DailySocial.

Dia melanjutkan, karena keinginan tersebut, perusahaan juga kerap menambah kemitraan dengan yayasan. Apabila ada konsumen yang ingin mengirim barang ke yayasan tersebut, tidak ada biaya ongkos kirim yang dikenakan.

Model bisnis Paxel

Startup logistik Paxel menawarkan solusi pengiriman paket same day delivery, berbasis aplikasi dengan tarif flat untuk area pengiriman Jabodetabek dan Bandung

Paxel memiliki empat jenis model bisnis: Door to door, door to locker, locker to home, dan locker to locker. Sementara ini yang baru tersedia adalah door to door. Jadi pemesanan baru bisa dilakukan lewat aplikasi, konsumen harus mengisi sejumlah data, seperti alamat tujuan, isi barang, nama penerima, dan sebagainya.

Nanti akan ada mitra kurir terdedikasi yang datang ke rumah untuk mengambil barang dan menaruhnya di feeder Paxel terdekat. Berikutnya akan ada mitra dedicated lainnya yang akan mengirim paket sampai ke tempat tujuan.

Dengan konsep seperti ini, mitra dedicated jadi kekuatan yang diunggulkan Paxel karena mereka adalah orang-orang yang fasih dengan kondisi di lingkungan tersebut sehingga durasi pengiriman akan jauh lebih cepat.

“Jadi first mile dan last mile bukan dilakukan oleh orang yang sama, di satu sisi ini akan menjamin barang jadi lebih cepat sampai. Sebab orang yang sudah tahu dengan kondisi lapangan di suatu daerah akan paham di mana saja jalan pintasnya.”

Alex menerangkan, konsumen dapat mengecek secara real time posisi paket mereka setelah diterima tangan mitra kurir sampai diterima penerima paket. Mereka juga dapat mengatur jam pemesanan, bahkan sampai lima hari ke depan, atau reschedule. Ada fitur screenshot untuk setiap order yang bisa dibagikan ke penerima paket. Setiap pengiriman akan terlindungi dengan jaminan asuransi.

Untuk model bisnis yang memanfaatkan loker, sementara ini masih dalam tahap pengembangan dan sebatas untuk internal perusahaan. Lokernya sendiri sudah bisa dilihat secara fisik di sejumlah titik di Jakarta.

Loker Paxel membawa pendekatan berbeda untuk tahap awalnya. Perusahaan akan bermitra dengan manajamen apartemen dan perkantoran sebagai pengelola loker. Mereka bisa mengecek secara langsung mana loker yang kosong atau tidak untuk menyimpan paket. Daripada harus tercecer, lebih baik disimpan rapi.

“Pendekatan kami sedikit lebih berbeda karena ini masih belum menjadi suatu kebiasaan yang lumrah bagi orang Indonesia. Untuk itu kami mulai dulu dari apartemen dan kantor. Nanti mau ke tempat publik dan berikutnya akan diarahkan untuk pemakaian secara individu.”

Rencana setahun ke depan

Paxel tidak hanya membidik konsumen dari kalangan individu, tapi juga kalangan UKM dan layanan marketplace. Alex mengklaim perusahaan telah melayani hampir 10 ribu pemesanan dengan sekitar 15 ribu pengguna sejak pertama kali resmi diumumkan pada Februari 2018.

Cakupan layanan Paxel sementara ini baru melayani Jabodetabek dan Bandung. Jumlah armadanya mencapai lebih dari 200 untuk roda dua lima armada untuk roda empat. Diharapkan sampai akhir tahun ini Paxel dapat menambah kehadiran di lima kota lainnya.

Alex berharap operasional Paxel lambat laun akan menambah volume pengiriman sampai 20 ribu pengiriman setiap bulannya. Paxel berencana menambah kehadiran di 20 kota sampai akhir tahun depan.

“Untuk loker Paxel kami secara bertahap akan hadir di 100 titik, tersebar di convenience store, pusat belanja, apartemen, kantoran, dan lainnya yang memiliki fasilitas 24 jam dengan keamanan tinggi,” pungkas Alex.

Application Information Will Show Up Here