Samsung Luncurkan The Freestyle, Proyektor Unik untuk Kalangan Milenial dan Gen Z

Samsung meluncurkan banyak produk baru di ajang CES 2022 pekan lalu, namun salah satu yang paling mencuri perhatian adalah sebuah proyektor bernama The Freestyle. Pasalnya, perangkat ini terkesan sangat berbeda dari proyektor pada umumnya.

Berwujud silindris, The Freestyle mampu berayun 180º untuk memudahkan pengaturan posisi proyeksinya. Mau ke tembok, ke langit-langit, maupun ke lantai; asalkan permukaannya datar, The Freestyle siap menjalankan tugasnya dengan baik. Ukuran proyeksinya bervariasi antara 30 inci sampai 100 inci, tergantung seberapa jauh posisi perangkatnya dari permukaan.

Secara teknis, The Freestyle mampu memproyeksikan dalam resolusi 1080p, dengan tingkat kecerahan maksimum 550 lumen dan rasio kontras 300:1. Fitur-fitur seperti auto-focus, auto-levelling, dan auto-keystone hadir sebagai standar, demikian pula dukungan terhadap konten HDR10. Tidak punya tembok putih? Tidak masalah, sebab The Freestyle dibekali fitur Smart Calibration yang akan menyesuaikan warna secara otomatis. Usia pakainya diperkirakan mampu mencapai 20.000 jam.

Fisiknya tergolong ringkas, dengan bobot di kisaran 830 gram saja. Ia memang tidak bisa dimasukkan kategori proyektor portabel karena tidak mengemas modul baterai. Namun setidaknya ia masih bisa beroperasi dengan dicolokkan ke power bank (yang memiliki output minimum 50W/20V serta mendukung spesifikasi USB Power Delivery).

Saat sedang tidak dipakai untuk menonton, The Freestyle dapat beralih fungsi menjadi sebuah smart speaker, dengan sepasang passive radiator yang menjanjikan dentuman bass yang jernih sekaligus bulat. Dalam posisi ini, penutup lensanya bahkan punya peran kedua sebagai diffuser untuk menghadirkan ambient lighting.

Satu kelebihan yang sangat unik adalah kemampuan The Freestyle untuk dipasangkan ke fitting lampu standar E26 tanpa bantuan kabel tambahan, sangat berguna ketika perlu memproyeksikan sesuatu ke atas meja (selagi rapat di kantor misalnya). Selebihnya, The Freestyle juga didukung sistem operasi Tizen, sehingga fitur-fiturnya bakal terasa cukup identik seperti lini smart TV milik Samsung.

Sesuai namanya, nilai jual utama The Freestyle terletak pada fleksibilitasnya, bukan spesifikasi maupun kualitas hasil proyeksinya, dan itulah mengapa Samsung melihat kalangan milenial sekaligus Gen Z sebagai target pasarnya. Di Amerika Serikat, perangkat ini rencananya akan dijual dengan harga $900.

Sumber: Samsung.

Apple Hentikan Produksi HomePod Orisinal

Diperkenalkan pertama kali di tahun 2017, HomePod merupakan debut perdana Apple di kategori smart speaker yang mengusung integrasi voice assistant. Seperti yang sudah bisa ditebak dari produk Apple, HomePod hanya menawarkan integrasi Siri, bukan Google Assistant dan juga bukan Amazon Alexa. Hal ini pada akhirnya justru berdampak buruk terhadap penjualan.

Meski tidak ada data pasti yang berasal dari Apple sendiri, penjualan HomePod sepertinya memang tidak begitu baik. Buktinya, Apple baru-baru ini memutuskan untuk menghentikan produksi HomePod sepenuhnya. Speaker seharga $299 itu tidak akan dilanjutkan setelah stoknya habis terjual.

Yang masih akan terus diproduksi ke depannya adalah HomePod Mini, smart speaker bertubuh mungil yang Apple perkenalkan pada bulan Oktober 2020 kemarin. Berhubung HomePod orisinal sudah di-discontinue, ini berarti Apple bisa benar-benar berfokus pada HomePod Mini, yang memang punya peluang lebih besar di pasar berkat harganya yang relatif terjangkau: $99.

HomePod Mini / Apple
HomePod Mini / Apple

Bagi sebagian besar konsumen, khususnya yang sudah berkeluarga, HomePod Mini bakal terkesan lebih menarik ketimbang HomePod orisinal. Dengan modal yang sama, mereka bisa membeli tiga unit HomePod Mini untuk disebar di dalam rumahnya, sehingga mereka dapat menggunakan fitur Intercom yang tersematkan.

Dari segi kualitas suara, HomePod Mini jelas tidak akan bisa mengalahkan HomePod orisinal. Namun mayoritas konsumen mungkin sudah cukup puas dengan suara yang dihasilkan oleh HomePod Mini, dan sejumlah ulasan yang beredar di internet memang banyak yang memberikan nilai positif terkait kualitas suaranya, terutama jika mempertimbangkan ukurannya.

Sama seperti kakaknya, kekurangan terbesar HomePod Mini adalah terkait integrasi voice assistant-nya. Lagi-lagi yang dapat diajak berinteraksi cuma Siri, dan tidak sedikit konsumen yang menyayangkan absennya Google Assistant maupun Alexa. Pun begitu, dengan banderol cuma $99, kekurangan tersebut jauh lebih bisa dimaafkan di HomePod Mini daripada di HomePod orisinal yang berharga tiga kali lipat lebih mahal.

HomePod adalah produk kedua yang Apple discontinue dalam satu bulan terakhir ini. Sebelumnya, mereka sudah lebih dulu menghentikan produksi iMac Pro.

Sumber: TechCrunch.

[Bahas Gadget] Widya Wicara, Speaker Pintar Lokal Berbahasa Indonesia

Salah satu tren teknologi yang bertujuan untuk melengkapi pengalaman beraktivitas adalah smart speaker. Dengan teknologi AI dan voice recognition, kita bisa dengan mudah melakukan beberapa kegiatan secara langsung. Beraktivitas dan melakukan perintah dengan suara ke perangkat speaker pintar.

Jika kita mengenal beberapa perangkat speaker pintar seperti Alexa dan Google Home, pengguna yang ingin mengakses perangkat serupa tetapi dengan perintah bahasa Indonesia dan dukungan aplikasi lokal, Anda bisa mencoba perangkat yang satu ini, Widya Wicara.

Widya Wicara Prima

Model yang saya coba adalah Widya Wicara Prima dengan warna putih. Perangkat ini sejatinya adalah smart speaker atau speaker yang bisa digunakan untuk melakukan kegiatan tambahan untuk memudahkan penggunanya. Widya Wicara hadir dalam dua warna, hitam dan putih. 

Sebagai speaker pintar tentu saja perangkat ini memungkinkan pengguna untuk menginput suara dan memintanya melakukan berbagai fungsi tertentu. Sebelum ke beberapa fiturnya, kita bahas dulu salah satu bagian yang sebenarnya di luar fungsi utama tetapi cukup penting dalam penggunaan sehari-hari. Yaitu tentang desain. 

Karena smart speaker dewasa ini telah menjadi bagian dari interior sebuah ruang, maka desain menjadi salah satu bagian penting untuk dibahas. Widya Wicara tampil dengan model tower, dimensi ke atas lebih panjang dari dimensi ke pinggir. Tampilannya secara menyeluruh tidak neko-neko alias cukup sederhana saja. Bagian atas terdapat beberapa fungsi tombol dan pengatur volume, bagian bodinya ada akses bolong-bolong, lalu untuk colokan power dan untuk usb ada di bagian bawah. 

Desain body dari perangkat ini menurut saya cukup manis dari sisi desain. Efek bolong kecil yang ada memberikan kesan yang menarik. Sisa tampilan desain lain adalah ada logo Widya Wicara di bagian depan. Kesan polos yang ada di perangkat ini justru malah menurut saya pilihan yang tepat, akses bolong yang tidak merata juga memberikan aksen yang pas dengan segmen yang disasar, yaitu smart speaker.

Untuk bagian atas kita disuguhkan beberapa tombol manual seperti play, forward – backward tombol menyalakan mematikan mic dan tombol CH yang berguna saat pertama kali melakukan setting. 

Salah satu yang menurut saya menarik dan menyenangkan dari sisi desain adalah letak lampu bicara yang ada di bagian atas, cukup tipis berada melingkar dan memberi aksen yang sangat pas. Lampu bicara ini maksudnya adalah lampu yang akan menyala ketika Widya berbicara setelah kita beri perintah. Lampu ini juga sebagai penanda saat kita melakukan pairing saat pertama kali. 

Widya Wicara Prima

Sekarang kita langsung bahas aja tentang fitur yang ada di speaker pintar ini. Pada dasarnya, layaknya speaker pintar lain, Anda bisa memberikan berbagai perintah ke perangkat ini lewat suara. Enaknya, Widya tidak seperti beberapa speaker pintar lain yang masih menggunakan bahasa Inggris, perintah di perangkat ini menggunakan bahasa Indonesia. 

Widya Wicara yang merupakan produk lokal ini telah mampu mengenali perintah suara dengan bahasa Indonesia. Meskipun saat saya mencoba perangkat ini, kita diharuskan menggunakan template perintah tertentu. Sesuai dengan aplikasi yang dikoneksikan ke speaker pintar. Selain perintah suara bahasa Indonesia, yang juga menarik adalah aplikasi yang bisa terkoneksi dengan perangkat ini juga adalah buatan Indonesia. Jumlahnya memang masih terbatas tetapi tentu saja dalam pengembangannya akan bertambah. 

Di perangkat ini kita bisa mengkoneksikan berbagai model perintah, misalnya untuk musik kita bisa terkoneksi dengan aplikasi bernama Svara. Lalu kita juga bisa mendapatkan informasi berita ter-update, pengingat waktu, alarm bahkan sampai dengan humor.  

Beberapa perintah yang tersedia juga bisa disesuaikan dengan momen yang ada di Indonesia, misalnya resep Ramadhan, pantau Corona atau bahkan jadwal Sholat. Saya tidak sempat mencoba semuanya memang, tetapi beberapa fitur yang sekiranya cukup diperlukan sehari-hari, misalnya saja, musik, radio dan berita sudah saya coba. 

Pengalaman mencoba perintah berkaitan dengan audio yang saya coba adalah untuk mendengarkan radio, dan pengalamannya cukup oke. Meski demikian ada kalanya perintah suara saya tidak bisa terdengar dengan baik sehingga radio yang diputar bukan di wilayah yang saya inginkan. Tetapi radio tetap bisa diputar dan saya bisa mendengarkan siaran dari radio tersebut. 

Untuk musik, Anda harus mengkoneksikan dengan aplikasi Svara, salah satu aplikasi streaming musik lokal. Ketika saya mencoba perangkat tidak ada layanan musik luar populer lain, karena sepertinya Widya memang ingin mengkhususkan untuk layanan-layanan yang semuanya lokal. 

Pengalaman lain adalah melakukan perintah untuk membacakan berita. Cukup menarik pengalamannya, karena kita akan disuguhkan pilihan beberapa berita lalu kemudian kita bisa memilih berita mana yang ingin dibacakan secara lebih detail. Skenario ini sepertinya cocok dilakukan sambil menyeruput kopi di pagi hari, dibacakan berita oleh Widya. 

Salah satu yang harus di highlight dari perangkat ini adalah tentang kualitas suaranya. Widya Wicara menurut saya memiliki kualitas suara yang cukup baik, meski tidak sebagus speaker bluetooth untuk audiophile, namun untuk kualitas smart speaker ini sudah lebih dari cukup. Bass cukup terasa, suara juga cukup kencang meski hanya menggunakan sedikit volume. 

Widya Wicara versi Prima yang saya coba ini dilengkapi dengan 6 buah microphone yang letaknya di bagian atas, fasilitas ini memungkinkan kita memberikan input suara dari berbagai sisi perangkat, sehingga speaker bisa menangkapnya dengan cukup baik. Perangkat ini juga dilengkapi dengan penyimpanan internal 8GB. Dalam kotak Anda juga akan mendapatkan charger untuk mengisi daya sekaligus mengaktifkan speaker. Sebagai informasi, Widya Wicara Prima tidak memiliki baterai di perangkatnya, jadi Anda harus selalu menghubungkan speaker pintar ini ke daya listrik. 

Salah satu fitur lain yang bisa dinikmati di perangkat ini adalah selain untuk speaker pintar jika Anda hanya ingin menggunakan perangkat ini sebagai speaker tanpa menikmati fitur pintarnya, Anda bisa menghubungkan perangkat pemutar musik, smartphone (misalnya) lewat bluetooth. Nantinya speaker akan berfungsi sebagai bluetooth speaker biasa. 

Widya Wicara Prima

Secara singkat, pengalaman saya menggunakan perangkat ini dan menikmati beberapa fiturnya cukup baik. Selain desain, elemen yang saya suka dari Widya Wicara Prima ini adalah hasil suaranya, cukup baik untuk urusan smart speaker. Sedangkan usulan yang bisa diberikan dalam pengembangan selanjutnya untuk perangkat ini adalah, penambahan aplikasi serta perintah yang lebih natural. Penambahan aplikasi tentunya akan menambah kaya pengalaman penggunaan perangkat, sedangkan pengembangan perintah yang lebih naturan akan membuat pengguna bisa dengan mudah memberikan perintah dan atau melanjutkan perintah kedua jika diperlukan.

Itu saja bahas gadget kali ini, jika Anda ingin menonton tampilan visual dalam membahas perangkat ini, bisa menuju video di bawah ini. 

 

Informasi tentang Widya Wicara bisa diakses lewat tautan ini: IG – @widyawicara.id. www.widyawicara.com. Atau https://linktr.ee/widyawicara.

Apple Luncurkan HomePod Mini, Smart Speaker Mungil Seharga $99

iPhone 12 Mini bukanlah satu-satunya produk bertubuh mungil yang Apple ungkap pada acara peluncuran iPhone 12 semalam. Pada kenyataannya, event tersebut dibuka dengan pengumuman HomePod Mini, alternatif ringkas dari smart speaker bernama sama yang Apple perkenalkan tiga tahun silam.

Tidak seperti HomePod orisinal yang berwujud silindris, bentuk HomePod Mini hampir menyerupai bola. Desainnya langsung mengingatkan saya pada Amazon Echo generasi keempat yang dirilis bulan lalu, akan tetapi bagian atasnya dibuat mendatar sebagai tempat untuk panel sentuh, dan yang juga akan menyala ketika Siri berbicara.

Meski mungil dengan tinggi tidak lebih dari 8,4 cm, HomePod Mini tetap memprioritaskan kualitas suara di atas segalanya, sama kasusnya seperti HomePod standar. Di balik kain bermotif jaring-jaringnya, bernaung satu unit full-range driver racikan Apple sendiri, dibantu oleh sepasang passive radiator untuk menghasilkan bass yang mantap dan treble yang jernih.

HomePod Mini turut dibekali chip Apple S5, yang menurut Apple akan bekerja menganalisis karakteristik dari musik yang dimainkan, lalu mengoptimalkan berbagai parameter secara real-time, termasuk halnya mengatur pergerakan driver dan passive radiator-nya. Seperti halnya HomePod, HomePod Mini juga dirancang supaya dapat menyajikan suara yang konsisten terlepas dari penempatannya di dalam ruangan.

Total ada empat mikrofon yang disematkan pada HomePod Mini. Tiga di antaranya bertugas mendengarkan mantra “Hey Siri”, lalu mikrofon yang keempat berfungsi untuk mengisolasi suara yang keluar dari speaker sendiri agar perangkat dapat mendeteksi suara pengguna dengan lebih baik meski ada musik yang tengah mengalun.

Ya, tentu saja smart speaker non-portable ini masih mengandalkan Siri dan bukan asisten virtual yang lain. Kendati demikian, Apple percaya Siri sudah jauh lebih cerdas daripada sebelumnya, serta mampu mengidentifikasi suara dari beberapa pengguna yang berbeda secara otomatis, sehingga respon yang diberikan akan selalu tepat sasaran.

HomePod Mini juga dapat berperan sebagai sebuah smart home hub, dengan catatan perabot-perabot pintar yang digunakan memang termasuk dalam ekosistem Apple HomeKit. Lalu yang cukup lucu adalah fitur Intercom, yang dirancang supaya pengguna di satu rumah bisa saling berinteraksi lewat beberapa unit HomePod Mini yang tersebar.

Menariknya, Apple juga merancang agar fitur Intercom ini bekerja di perangkat lain seperti iPhone, Apple Watch, MacBook, bahkan AirPods. Jadi kalaupun hanya ada satu HomePod Mini di rumah, semestinya fitur Intercom ini akan tetap berguna, terutama buat konsumen yang memang sudah terlanjur ‘terjerumus’ dalam ekosistem produk Apple.

Rencananya, HomePod Mini akan dipasarkan mulai 16 November mendatang seharga $99. Harganya ini tentu sangat menarik, tapi sayangnya tidak ada integrasi Spotify di sini, yang berarti pelanggan Spotify hanya bisa memutar musik dari layanan tersebut dengan menggunakan metode streaming Bluetooth ketimbang langsung berbicara dengan Siri.

Sumber: Apple.

Amazon Ungkap Echo dan Echo Dot Generasi ke-4, Serta Echo Show 10

Tahun demi tahun, Amazon terus memperbarui lini perangkat pintar besutannya. Di tahun pandemi ini, Amazon punya tiga perangkat Echo baru – plus layanan cloud gaming bernama Luna – dan ketiganya sudah berubah drastis jika dibandingkan dengan produk yang sama dari generasi sebelumnya.

Kita mulai dari Amazon Echo standar, yang kini sudah memasuki generasi keempat. Seperti yang bisa kita lihat, wujudnya tak lagi silindris, melainkan lebih menyerupai bola sekarang. Menariknya, tahun ini tidak ada Echo Plus, sebab fitur-fiturnya sudah diwariskan ke Echo standar, termasuk kemampuan untuk merangkap peran sebagai smart home hub.

Untuk pertama kalinya juga, Amazon menanamkan sebuah chip bikinan mereka sendiri. Chip bernama AZ1 Neural Edge ini berfungsi untuk mempercepat kinerja machine learning milik perangkat. Bukan cuma itu, kehadiran chip AZ1 juga memungkinkan Alexa untuk memahami instruksi atau pertanyaan dari pengguna dengan lebih cepat.

Sebagai sebuah speaker tradisional, Amazon Echo generasi keempat ini diklaim punya kualitas suara yang jauh lebih baik berkat sepasang tweeter, woofer 3 inci, dan teknologi pengolahan audio besutan Dolby. Lebih lanjut, Echo kini juga mampu mengadaptasikan karakteristik suaranya dengan kondisi ruangan secara otomatis. Kabar baiknya, Amazon tidak mengubah harganya, dan tetap di angka $100.

Kalau itu dirasa terlalu mahal, tentu saja masih ada Echo Dot sebagai alternatif yang lebih mungil sekaligus lebih terjangkau – $50 saja. Seperti kakaknya, Echo Dot juga membulat seperti bola, akan tetapi ia tidak bisa dijadikan smart home hub, dan yang pasti kualitas suaranya juga lebih inferior daripada Echo standar.

Amazon juga menawarkan Echo Dot dalam dua varian lain; satu yang dilengkapi indikator LED untuk menampilkan jam, satu lagi Echo Dot Kids Edition yang berwajah macan atau panda. Kedua varian ini dibanderol sedikit lebih mahal di $60.

Amazon Echo Show 10

Juga ikut diperbarui kali ini adalah lini Echo Show yang masuk kategori smart display speaker. Sesuai namanya, Echo Show 10 hadir membawa layar 10,1 inci beresolusi HD. Di ujung kanan atasnya, tertanam kamera 13 megapixel untuk keperluan video call.

Satu hal yang menarik adalah, bingkai layar dan kameranya ini dapat berputar ke kiri atau kanan. Gunanya adalah supaya kameranya bisa mengatur framing secara otomatis, memastikan pengguna selalu berada di tengah frame kamera selagi sesi video call berlangsung. Cara kerjanya kurang lebih sama seperti yang ditawarkan oleh Facebook Portal.

Amazon cukup bangga bahwa perangkat ini juga dapat dipakai untuk streaming Netflix di samping layanan streaming film besutan mereka sendiri. Kualitas suaranya juga dijamin lebih baik daripada dua generasi sebelumnya, terutama terkait bass mengingat Echo Show 10 memiliki woofer berdiameter 3 inci.

Seperti halnya Echo standar tadi, Echo Show 10 turut dibekali chip AZ1 agar Alexa bisa lebih responsif dari biasanya. Di Amerika Serikat, perangkat ini sekarang sudah dijual dengan harga $250.

Sumber: Amazon via Engadget.

Sonos Singkap Soundbar Pintar Baru, Sonos Arc

Sonos Beam yang dirilis pada pertengahan tahun 2018 terlalu kecil untuk menggantikan Sonos Playbar. Suksesor sejatinya baru datang sekarang, sekitar tujuh tahun sejak Sonos memperkenalkan soundbar pertamanya tersebut. Dinamai Sonos Arc, perangkat ini rupanya juga dirancang untuk menggantikan Playbase.

Secara fisik, Arc bahkan lebih panjang lagi ketimbang Playbar, 114 cm dibanding 90 cm. Bobotnya berkisar 6,25 kilogram, dan ia juga bisa digantungkan ke tembok jika perlu. Sayang paket penjualannya tidak mencakup wall-mount, dan konsumen harus menebusnya secara terpisah seharga $79.

Sonos Arc

Desainnya juga lebih kece daripada Playbar, dengan bentuk silindris ketimbang balok, dan grille yang menyelimuti 270° permukaan hitam atau putihnya. Di baliknya tertanam 11 unit driver, dua di antaranya sengaja dihadapkan ke atas demi membantu penyajian 3D audio. Arc juga merupakan soundbar pertama Sonos yang mendukung teknologi Dolby Atmos.

Arc menyambung ke TV via HDMI ARC atau eARC. Ia tetap bisa digunakan untuk streaming musik atau podcast – atau radio – saat TV dimatikan. Arc mampu menyesuaikan karakter suaranya secara otomatis berdasarkan jenis konten yang diputar. Meski begitu, konsumen juga dibebaskan memilih profil suara yang diinginkan melalui aplikasi pendamping di smartphone.

Seperti halnya Beam, Arc turut dibekali sejumlah mikrofon beam-forming. Ya, perangkat ini juga dapat dioperasikan via interaksi dengan Google Assistant maupun Amazon Alexa, dan tentu saja ia juga bisa diadaptasikan dengan setup multi-room.

Rencananya, Sonos Arc akan mulai dijual secara global pada tanggal 10 Juni mendatang seharga $799. Namun Arc bukan satu-satunya hardware baru yang Sonos singkap hari ini.

Sonos Sub (Gen 3) dan Sonos Five

Sonos Sub

Mereka turut memperkenalkan Sonos Sub generasi ketiga, serta Sonos Five, penerus langsung speaker Play:5 generasi kedua yang dirilis lima tahun silam. Seperti sebelumnya, Sonos Sub tak ubahnya sebuah subwoofer yang dirancang untuk semakin memantapkan dentuman bass dari speakerspeaker Sonos, termasuk halnya Arc.

Secara teknis, Sub mengusung sepasang driver yang ditenagai oleh sepasang amplifier Class-D. Sonos tak lupa merancang driver-nya agar mampu meredam guncangan, dan itu penting demi menghasilkan suara frekuensi rendah yang bebas distorsi. Tentu saja, semua ini Sub lakukan selagi terhubung secara wireless, yang berarti ia bebas ditempatkan di mana saja di dalam ruangan, bahkan di bawah sofa kalau memang perlu.

Sonos Five

Sonos Five di sisi lain masih mempertahankan desain akustik yang sama seperti pendahulunya; 3 midwoofer dan 3 tweeter, lengkap beserta 6 amplifier Class-D. Sonos tak lupa membekalinya dengan memory berkapasitas lebih besar, dan secara umum Sonos Five menawarkan kinerja yang lebih responsif ketimbang sebelumnya.

Saat diberdirikan secara vertikal, Five akan otomatis bertindak sebagai speaker mono sehingga pengguna bisa langsung menambahkan unit Five lainnya. Sebaliknya, Five akan beroperasi sebagai speaker stereo saat diposisikan secara horizontal.

Seperti Arc, dua perangkat ini juga akan dipasarkan mulai 10 Juni. Sonos Sub (Gen 3) dibanderol $699, sedangkan Sonos Five dibanderol $499.

Sumber: Sonos.

Marshall Luncurkan Smart Speaker Uxbridge Voice dengan Integrasi Alexa

Zound Industries, produsen perangkat audio di balik brand Marshall Headphones, meluncurkan smart speaker baru bernama Uxbridge Voice. Layaknya Google Home atau Amazon Echo, Marshall Uxbridge punya dimensi yang ringkas, cuma 128 x 168 x 123 mm.

Desainnya tetap khas sang pabrikan amplifier gitar asal Inggris. Wujudnya tetap mirip dengan amplifier gitar, akan tetapi Uxbridge mengandalkan tombol-tombol konvensional ketimbang yang menyerupai kenop-kenop milik amplifier.

Singkat cerita, Uxbridge tampak lebih modern daripada speakerspeaker Marshall sebelumnya, tapi di saat yang sama juga masih terkesan retro. Meski ringkas, bobotnya berkisar 1,39 kg, mengindikasikan performa audionya yang mumpuni.

Marshall Uxbridge Voice

Secara teknis, Uxbridge dibekali amplifier Class D 30 W yang menenagai woofer dan tweeter-nya. Respon frekuensinya berada di kisaran 54 – 20.000 Hz, bukan yang paling detail di frekuensi rendah, tapi setidaknya pengguna dapat mengatur intensitas bass-nya dengan mudah.

Sebagai sebuah smart speaker, Uxbridge ditawarkan dalam dua varian yang berbeda; satu dengan integrasi Amazon Alexa, satu lagi dengan Google Assistant. Mikrofon yang tertanam ada dua, dan produsen tak lupa melengkapinya dengan teknologi noise cancelling supaya suara pengguna bisa ditangkap dengan lebih jelas.

Dari segi konektivitas, Uxbridge mendukung AirPlay 2 dan Spotify Connect di samping mengemas sambungan Bluetooth 5.0. Seperti halnya speaker modern lain, Uxbridge juga bisa dilibatkan dalam setup multi-room.

Marshall Uxbridge Voice bakal dipasarkan mulai 8 April seharga $199, tapi baru varian Alexa saja. Varian Google Assistant-nya baru akan menyusul pada bulan Juni mendatang.

Sumber: New Atlas.

Bang & Olufsen Beosound Balance Adalah Smart Speaker Seharga $2.250

Bang & Olufsen tentu bukan nama yang asing lagi di industri audio, akan tetapi nama mereka bukanlah yang pertama muncul saat berbicara mengenai smart speaker. Di kategori ini, konsumen mungkin lebih familier dengan nama-nama seperti Google Home atau Amazon Echo.

B&O sebenarnya sudah punya smart speaker sejak dua tahun lalu, yakni Beosound 1 dan Beosound 2, namun keduanya tidak lebih dari sebatas speaker lama yang dijejali integrasi Google Assistant. Lain ceritanya dengan speaker bernama Beosound Balance berikut ini, yang benar-benar merupakan perangkat baru dengan integrasi voice assistant.

Bang & Olufsen Beosound Balance

Wujudnya tergolong tidak umum, dan sepintas tampak seperti furnitur premium meski tingginya cuma 38 cm. Di balik tampang minimalisnya, tertanam total tujuh unit driver: sepasang woofer berdiameter 5,25 inci (satu menghuni porsi bawahnya), dua full-range driver 2 inci dan satu tweeter 3/4 inci di sisi depan, dan dua full-range driver 3 inci di belakang.

B&O turut membekali perangkat ini dengan teknologi Active Room Compensation, yang memanfaatkan mikrofon internal untuk menganalisis penempatannya di dalam ruangan (apakah persis di depan tembok atau tidak), sebelum akhirnya mengadaptasikan karakter suaranya seoptimal mungkin. Tentu saja mikrofon ini juga berguna untuk mewujudkan interaksi pengguna dengan Google Assistant (Alexa akan menyusul ke depannya).

Bang & Olufsen Beosound Balance

Aspek menarik lain dari Beosound Balance adalah pengoperasian. Berbekal proximity sensor, ia bisa tahu ketika ada seseorang yang mendekat, lalu lampu-lampu indikator di panel atasnya akan menyala, sebelum akhirnya meredup lagi saat pengguna menjauh. Panel atasnya ini merupakan panel sentuh kapasitif, dan pengguna dapat mengusap dengan gerakan memutar untuk mengatur volumenya.

Sebagai sebuah speaker wireless, Beosound Balance tidak pelit soal konektivitas. Ia mendukung AirPlay 2 maupun Chromecast secara default, dan Spotify Connect kabarnya juga bakal menyusul nantinya. Kalau perlu, ia juga bisa diperlakukan seperti speaker Bluetooth biasa via sambungan Bluetooth 5.0. Setup multi-room pun juga dimungkinkan dengan speaker B&O lain yang mendukung.

Bang & Olufsen Beosound Balance

Satu-satunya faktor yang akan mencegah Beosound Balance bakal laris adalah harganya: $2.250. Namun ini tidak mengherankan untuk brand sepremium Bang & Olufsen.

Sumber: What Hi-Fi.

Huawei Umumkan Sound X, Smart Speaker Hasil Kolaborasinya Bersama Devialet

Di samping meluncurkan Mate Xs, Huawei juga memperkenalkan smart speaker baru bernama Sound X. Speaker ini merupakan hasil kreasi mereka bersama Devialet, ahli audio asal Perancis yang dikenal lewat seri produk Phantom-nya, yang boleh dibilang merupakan salah satu speaker wireless paling perkasa yang pernah ada.

Apa saja kelebihan Sound X? Suara 360 derajat dengan volume yang jauh lebih keras dari produk pesaing kalau kata Huawei dan Devialet. Tidak tanggung-tanggung, Sound X mengemas sepasang subwoofer berdaya total 60 watt dan 6 full-range driver dalam bodi kecilnya yang langsung mengingatkan saya pada Apple HomePod.

Huawei Sound X

Uniknya, kedua subwoofer tersebut diposisikan saling memunggungi guna mengeliminasi getaran yang ditimbulkan selagi masih menyuguhkan dentuman bass yang mantap – salah satu trik cerdas yang diaplikasikan Devialet selama ini. Begitu efektifnya Sound X meredam getaran, Huawei mengklaim konsumen dapat meletakkan segelas air di atasnya, dan gelasnya tidak akan tumpah meski Sound X sedang dipakai memutar musik.

Untuk voice assistant-nya, Huawei kembali memercayakan bikinannya sendiri, Xiaoyi. Ya, speaker ini memang hanya akan dipasarkan di Tiongkok, akan tetapi Huawei ternyata juga punya rencana untuk membawanya ke negara-negara lain. Di luar Tiongkok, Sound X sepertinya bakal mengusung integrasi Amazon Alexa.

Berapa harganya? Cukup terjangkau kalau dibandingkan dengan produk-produk Devialet sendiri, yakni 1.999 yuan (± Rp 3,9 jutaan). Sayang Huawei belum merincikan harga dan jadwal rilisnya di luar Tiongkok.

Sumber: 1, 2, 3.

Dapur Mainan untuk Anak Jadi Lebih Interaktif Berkat Keterlibatan Alexa

Amazon Echo dan Alexa, kombinasi smart speaker dan voice assistant ini tentu punya banyak sekali kegunaan. Namun siapa yang menyangka Alexa juga berguna di bidang permainan, semisal untuk membuat sebuah board game jadi lebih interaktif?

Bukan cuma sebagai teman main orang dewasa, Alexa rupanya juga bisa mendampingi anak-anak, seperti dibuktikan oleh produk terbaru dari produsen mainan anak KidKraft berikut ini. Dinamai Alexa 2-in-1 Kitchen and Market, sepintas ia tak kelihatan berbeda dari dapur mainan pada umumnya.

Juga tampak biasa adalah 100 bahan makanan mainan yang termasuk dalam paket penjualannya. Namun ternyata masing-masing mainan kecil ini telah dilengkapi chip RFID (radio-frequency identification) supaya bisa terdeteksi oleh sensor yang tertanam di balik meja kasir atau kompor mainannya.

Lalu apa peran Alexa? Well, informasi yang terdeteksi itu tadi akan diteruskan ke smart speaker via Bluetooth, dan dari situ Alexa bisa merespon. Jadi semisal anak-anak mengambil sepotong selada dan menempatkannya di meja kasir, Alexa bakal merespon: “Selada! Apakah kita akan membuat salad?”

Lalu jika anak-anak mengiyakan, Alexa bakal lanjut merespon: “Yay! Aku suka salad. Tambahkan alpukat juga ya.” Skenario lainnya, semisal anak-anak menempatkan wajan di atas kompor, Alexa akan bilang, “Sambil menunggu airnya mendidih, bisakah kamu mengambil sayur-sayuran dari kulkas?”

KidKraft Alexa 2-in-1 Kitchen and Market

Menurut KidKraft, total ada lebih dari 700 respon yang berbeda yang bisa dilontarkan Alexa. Selama berinteraksi, anak-anak tidak harus terus mengucapkan “Alexa” berkali-kali, sebab KidKraft telah merancang programnya (Alexa skill-nya) supaya Alexa hanya akan berbicara ketika anak-anak berinteraksi dengan mainannya sekaligus menyesuaikan konteksnya.

Singkat cerita, anak-anak masih akan berpura-pura berbelanja dan memasak seperti biasanya menggunakan produk ini, hanya saja sesi bermain mereka jadi lebih interaktif berkat keterlibatan Alexa. Tanpa speaker Echo dan Alexa, produk ini tentu tetap bisa dimainkan seperti mainan tradisional.

Di Amerika Serikat, KidKraft Alexa 2-in-1 Kitchen and Market kabarnya bakal dipasarkan seharga $300, tidak termasuk smart speaker Echo-nya. Salah satu skenario penggunaan Alexa yang paling populer selama ini adalah ketika memasak, dan ternyata sekarang juga ketika anak-anak yang ‘memasak’.

Sumber: CNET.