Si Buyung Nantinya Bisa Mengakses Spotify Dari Amazon Echo Dot Kids

Semakin instensnya penggunaan perangkat teknologi di kalangan anak-anak menyadarkan produsen bahwa ada banyak hal bisa digarap untuk segmen ini. Inkarnasinya hadir dalam berbagai wujud: laptop, smartwatch, hingga produk-produk audio semisal headphone dan speaker pintar. Setidaknya ada dua hal yang menjadi perhatian dalam menggarap perangkat khusus si kecil: akses dan keamanan.

Di bulan April kemarin, Amazon memperkenalkan versi anak-anak dari speaker Echo Dot. Seperti penjelasan Glenn di artikelnya, Echo Dot Kids Edition mempunyai penampilan yang identik dengan varian standar; hanya saja, bundel pembelian telah dibekali case pelindung dan juga disertai garansi dua tahun yang terdiri dari layanan perbaikan hingga penukaran unit jika terjadi kerusakan.

Amazon Echo Dot Kids Edition 1

Perbedaan signifikan bisa kita lihat dari fiturnya. Echo Dot Kids Edition dibekali fitur pembatas waktu pemakaian, parental control, lalu orang tua dapat  menonaktifkan fungsi transaksi via suara. Kemampuan edukasi turut menjadi andalan Amazon di sana. Dengan membeli Echo Dot Kids Edition, Anda memperoleh akses ke layanan FreeTime Unlimited selama setahun, berisi ratusan jam konten edukasi dan audio book. Alexa di sana lebih dispesialisasikan ke DJ-DJ, komedian dan ‘pendongeng’ yang akrab buat anak-anak.

Namun mungkin Anda melihat satu kekurangan dalam penyajiannya: absennya dukungan layanan streaming musik Spotify. Spotify merupakan salah satu platform hiburan terpopuler di Bumi. Di Indonesia, kehadirannya mulai menggantikan peran music player dedicated (setidaknya di kalangan awam). Tapi di momen perilisannya, Echo Dot Kids Edition baru dibekali Amazon Music dan iHeartRadio – layanan yang boleh jadi jarang kita sentuh.

Amazon Echo Dot Kids Edition 2

Kabar gembiranya, keterbatasan ini akan berubah di waktu dekat. TechCrunch menginformasikan bahwa dukungan Spotify siap mendarat di Echo Dot Kids Edition minggu ini. Saat Spotify dibuka nanti, fitur filter ‘konten eksplisit’ secara otomatis menyala. Kemudian pengguna Spotify yang tidak berlangganan FreeTime tetap bisa menyaring lirik-lirik lagu yang tidak sesuai seperti ketika menggunakan Amazon dan Pandora.

Terhitung minggu lalu, Amazon mulai meluncurkan konten-konten baru dari Disney. Sebelumnya, Echo Dot Kids Edition telah mendapatkan Disney Dailies – berisi lelucon dan komedi sketsa berbasis jagat Zootopia. Nantinya, smart speaker Amazon itu akan kedatangan update Daily Stories dari Incredibles 2, Doc McStuffins, Wall-E, serta ‘alarm karakter’ dari film Coco dan Moana.

Amazon Echo Dot Kids Edition 3

Echo Dot Kids Edition sudah dipasarkan di Amazon, dibanderol US$ 30 lebih mahal dari varian standar, yakni US$ 80. Berdasarkan keterangan di situs eCommerce raksasa itu, produk tersebut siap dikirimkan ke Indonesia.

Sonos Beam Adalah Soundbar Pintar dengan Integrasi Alexa

Jauh sebelum voice assistant menjadi tren, Sonos sudah menggunakan istilah smart speaker untuk produk-produknya yang mampu terhubung langsung ke internet sekaligus berkomunikasi satu sama lain. Namun definisi smart speaker sekarang sudah bergeser, dan Sonos pun mau tidak mau harus beradaptasi, hingga akhirnya lahirlah Sonos One.

Akan tetapi Sonos One sejatinya tidak lebih dari sebatas speaker lama yang dimodifikasi dan ditambahi integrasi asisten virtual. Lain ceritanya dengan produk yang baru saja Sonos luncurkan. Namanya Beam, dan secara teknis ia merupakan sebuah soundbar. Sonos sebelumnya sudah pernah punya soundbar bernama Playbar, tapi Beam sangatlah berbeda.

Sonos Beam

Yang paling beda adalah dimensinya. Panjang Beam cuma 65 cm, dengan tinggi kurang dari 7 cm dan bobot 2,8 kg. Secara keseluruhan, ukuran Beam hanya 60% dari Playbar, sehingga ia begitu ideal untuk ruangan kecil atau sedang, seperti di apartemen misalnya.

Terkait desain, di mata saya Beam kelihatan seperti hasil perkawinan antara Playbar dan Playbase. Wujudnya tetap minimalis seperti jajaran produk Sonos lainnya, dan konsumen bisa memilih dua pilihan warna matte, yakni hitam atau putih. Selain diletakkan di atas meja, Beam juga dapat digantung di tembok.

Sonos Beam

Hal lain yang patut disoroti dari Beam tentu saja adalah kecerdasannya, terutama berkat integrasi Amazon Alexa, sehingga kontrol via perintah suara dapat dilakukan dengan mudah. Integrasi Google Assistant baru akan menyusul (dalam waktu dekat kata Sonos), sedangkan Siri juga dapat dipanggil berkat dukungan AirPlay 2, sehingga Beam juga ideal untuk para pelanggan Apple Music.

Interaksi dengan asisten-asisten virtual ini dipastikan berjalan mulus berkat lima buah mikrofon beamforming yang telah tertanam di bodi Beam, di mana suara pengguna masih bisa ditangkap dengan baik walaupun audio sedang berjalan dalam volume cukup keras. Streaming langsung ke berbagai layanan via Wi-Fi atau Ethernet turut didukung, seperti halnya produk Sonos lainnya, demikian pula kemudahan untuk membuat setup multi-room.

Sonos Beam

Perihal kualitas suara, Sonos tidak mau kita meremehkan Beam akibat tubuh kecilnya. Di balik sasisnya bernaung empat full-range woofer, tiga passive radiator, satu tweeter dan lima amplifier Class-D. Beam juga mendukung teknologi Trueplay, yang memungkinkan perangkat untuk menyesuaikan equalizer-nya dengan kondisi akustik ruangan secara otomatis.

Pre-order Sonos Beam saat ini sudah dibuka di harga $399, hampir separuh harga Playbar. Sonos bilang bahwa Beam bakal tersedia secara global mulai 17 Juli mendatang.

Sumber: Sonos.

Smart Speaker Buatan Huawei Bernama iDol Home?

Tren smart  speaker rupanya membuat Huawei kepincut. Pabrikan asal Tiongkok itu dilaporkan sudah mengamankan nama “iDol” dan “Huawei iDol Home” melalui paten yang mereka ajukan ke European Union Intellectual Property Office pekan lalu.

Tak hanya mengamankan kedua nama tersebut, dokumen paten Huawei juga menjelaskan fungsi dari perangkat yang akan menggunakannya. Keduanya dijelaskan terkait dengan perangkat audio yang terhubung ke perintah suara dan asisten kecerdasan buatan. Di dalamnya disebutkan juga tentang solusi rumah pintar antara lain kunci yang terhubung ke internet, lampu pintar, set-top box dan kamera keamanan. Selanjutnya, referensi dibuat untuk beberapa fungsi, seperti kemampuan untuk mengontrol berbagai perangkat IoT melalui input suara.

Huawei Idol Home

Terjunnya Huawei di sektor smart speaker bukanlah tanpa alasan, mengingat beberapa kompetitornya seperti Amazon, Google dan Apple sudah menguasai pasar. Sebelum nantinya terlibat secara langsung, Huawei sendiri sudah mulai membagi fokus ke ranah IA melalui integrasi yang mereka hadirkan di sejumlah flagship Androidnya. Di sektor audio, Huawei memang sudah memiliki beberapa portofolio namun tak satupun yang secara penuh mengadopsi asisten digital seperti yang dilakukan oleh Amazon.

Untuk menyisipkan elemen pintar di speakernya, Huawei dilaporkan sedang menguji kecerdasan buatan bernama HiAssistant yang ditargetkan bisa mulai dikomersilkan sebelum akhir tahun 2018 ini. Huawei juga mengaku terus melakukan eksplorasi sejumlah mesin pembelajar dan teknologi terkait, salah satunya mesin pintar yang mampu memahami emosi manusia.

Huawei jelas sedang dalam mode ngebut untuk merealisasikan rencananya ini. Sebab rivalnya seperti Amazon, Google dan Apple tak akan diam menunggu.

Sumber berita Mobielkopen via Ubergizmo.

Smart Speaker SpeakEasy Usung Integrasi Google Assistant Tanpa Korbankan Kualitas Suara

Dari sekian banyak smart speaker yang beredar di pasaran, cukup jarang yang mengedepankan kualitas suara ketimbang fitur pintarnya. Hal ini tampaknya menjadi motivasi tersendiri bagi Como Audio, produsen perangkat audio asal Amerika yang masih berusia muda, meski pendirinya sudah cukup berpengalaman.

Lewat Kickstarter, mereka memperkenalkan smart speaker bernama SpeakEasy. Yang langsung mengundang perhatian dari speaker ini adalah desainnya yang tergolong retro dan jauh dari bayangan kita soal speaker berbekal voice assistant. Namun justru itulah yang menjadi nilai jual tersendiri dari SpeakEasy.

Como Audio SpeakEasy

Jeroannya dihuni oleh sebuah tweeter 3/4 inci, woofer 3 inci dan sebuah bass port di belakang guna semakin meningkatkan responnya di frekuensi rendah. Sumber tenaganya berasal dari amplifier Class D yang mampu menyuplai daya sebesar 25 watt per channel.

Semua itu dikemas dalam kabinet berbahan MDF yang cukup tebal, dengan lapisan kayu asli pada bagian terluarnya. Guna memenuhi selera konsumen yang bervariasi, Como Audio juga menyediakan varian dengan balutan warna hitam atau putih yang mengkilat.

Como Audio SpeakEasy

Terkait kecerdasannya, SpeakEasy telah dibekali integrasi Google Assistant. Konektivitasnya pun cukup melimpah, SpeakEasy bahkan mendukung fitur multi-room dengan perangkat besutan Como Audio yang lain. Bluetooth 4.2 juga tersedia, dan konsumen bisa membeli modul baterai opsional untuk menyulap perangkat menjadi portable.

Di Kickstarter, SpeakEasy dibanderol paling murah seharga $219, sedangkan harga retail-nya diestimasikan berkisar $349. Sayang sekali Como Audio sejauh ini hanya bisa memenuhi pesanan dari beberapa negara saja.

Amazon Luncurkan Smart Speaker Echo Dot Versi Anak-Anak

Berkat harganya yang begitu terjangkau, Amazon Echo Dot bisa dibilang merupakan salah satu smart speaker paling laris di pasaran. Produk ini pun cukup populer di kalangan anak-anak. Buktinya, Amazon baru saja memperkenalkan versi khusus bernama Echo Dot Kids Edition.

Secara fisik, perangkat ini sama persis seperti Echo Dot biasa, hanya saja Amazon telah menyertakan sebuah case supaya umurnya setidaknya bisa lebih panjang di tangan anak-anak. Tidak hanya itu, Echo Dot Kids Edition juga datang membawa garansi selama dua tahun, yang mencakup reparasi maupun penukaran gratis.

Amazon Echo Dot Kids Edition

Perbedaan utamanya terletak pada segi fitur. Yang pertama adalah fitur bernama FreeTime, yang memungkinkan para orang tua untuk membatasi durasi penggunaan perangkat, maupun mengutak-atik pengaturan parental control secara lebih komprehensif, termasuk yang krusial seperti mematikan fungsi voice purchasing, demi menyelamatkan tagihan kartu kreditnya.

Dengan FreeTime, Alexa pun juga jadi lebih ramah terhadap anak-anak, serta siap menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar pendidikan, entah itu mengenai sains, hitung-hitungan atau bahasa. Sebaliknya, anak-anak pun juga didorong untuk berkomunikasi dengan lebih sopan, di mana mereka harus menyebutkan kata “please” setiap kali bertanya ke Alexa.

Amazon Echo Dot Kids Edition

Fitur yang kedua adalah FreeTime Unlimited, yang pada dasarnya merupakan layanan berlangganan berisikan bermacam konten untuk anak-anak, semisal lebih dari 300 audiobook, serta playlist musik khusus anak dari iHeartRadio, semuanya tanpa diselipi iklan.

FreeTime Unlimited juga bakal menambah skill yang dimiliki Alexa, yang bersangkutan dengan brandbrand seperti Disney, Nickelodeon maupun National Geographic. Konsumen Echo Dot Kids Edition bakal mendapat semua ini secara cuma-cuma selama setahun, sedangkan pengguna seri Echo lain harus membayar biaya berlangganan $3 per bulan.

Amazon Echo Dot Kids Edition rencananya bakal dipasarkan mulai 9 Mei mendatang seharga $80, lebih mahal $30 daripada Echo Dot standar. Perlu diingat, dana ekstra ini bukan sebatas untuk gratis berlangganan FreeTime Unlimited itu tadi saja, tapi juga garansi lengkap selama dua tahun.

Sumber: Recode dan Business Wire.

[Video] Memutar Musik via Perintah Suara di Smart Speaker Itu Praktis, Tapi Kurang Keren

Di era smart speaker ini, memutar musik dapat dilakukan semudah mengucapkan judul lagunya saja. Kendati demikian, kepraktisan yang ditawarkan smart speaker rupanya belum bisa membuat seorang geek dengan nickname “hoveeman” lepas dari jeratan nostalgia masa-masa keemasan perangkat jukebox.

Dia memutuskan untuk membangun sebuah sistem unik di mana musik dapat diputar di Google Home dengan cara seperti mengoperasikan jukebox. Hasilnya sangat keren, kreatif, dan patut mendapatkan apresiasi, termasuk dari mereka yang kurang bisa memahami cara kerja teknisnya.

Dalam video di bawah, tampak bahwa musik akan langsung diputar di tiga speaker (sebuah soundbar yang mendukung Chromecast, Google Home dan Google Home Mini) sesaat setelah selembar kartu didekatkan ke sisi meja. Kartu yang digunakan tentu bukan sembarangan, melainkan yang dilengkapi chip RFID (radio frequency identification).

RFID bisa dianggap sebagai metode untuk mengenali suatu objek berdasarkan gelombang radionya. Teknologi NFC yang lebih dikenal sejatinya memiliki cara kerja yang hampir sama, dan memang dibangun dengan basis protokol yang sama dengan RFID.

Di balik sisi mejanya, terpasang perangkat RFID reader yang menyambung ke Raspberry Pi 3. Raspberry Pi inilah yang pada akhirnya mengirim instruksi ke speaker untuk memutar lagu dari layanan Google Play Music, dengan bantuan platform automasi Home Assistant.

Jujur saya salut dengan niat dan kreativitas orang ini. Apalagi ternyata dia juga berbaik hati membagikan panduan lengkapnya via GitHub buat mereka yang tertarik membangun sistem serupa.

Sumber: Android Police.

Usung Konsep Open Source, Smart Speaker Mycroft Mark II Pastikan Privasi Anda Tetap Terjaga

Lewat perangkat speaker pintar seperti Google Home atau Amazon Echo, kita bisa mengaktifkan serta menggunakan segala macam perangkat elektronik dan perabotan di rumah lewat perintah suara. Tapi efek negatif yang dapat terjadi adalah data-data Anda yang dikumpulkan oleh device itu dijual lagi oleh produsen, dan dimanfaatkan untuk menyodorkan iklan.

Hal ini menjadi perhatian Joshua Montgomery dan tim Mycroft AI. Setelah meluncurkan sistem voice assistant open source pertama di dunia pada tahun 2015, tim memperluas teknologinya dan memperkenalkan Mycroft Mark II. Dideskripsikan sebagai alternatif lebih terbuka dari Home dan Echo, Mark II merupakan speaker pintar yang memungkinkan Anda berinteraksi dengan perangkat di tempat tinggal via suara – misalnya mencari info tentang sesuatu atau memutar musik.

Smart speaker Mycroft Mark II mempunyai wujud seperti kapsul, memiliki diameter 105mm dan berdiri setinggi 196mm. Desainnya yang simpel namun stylish memastikan Mark II bisa ditaruh di berbagai tempat di rumah. Dalam menyampaikan informasi semisal tanggal atau cuaca, perangkat memanfaatkan suara dengan opsi karakter berbeda (Mycroft, Trinity, Indigo dan Victoria) serta layar.

Mycroft Mark II dibekali enam microphone yang diposisikan secara melingkar, sehingga dapat mendengar jelas perintah sang user meski Anda berada cukup jauh darinya atau ketika musik sedang dijalankan. Mic juga bisa menyingkirkan bunyi-bunyian mengganggu berkat dukungan fitur Acoustic Echo Cancellation dan noise reduction. Keenam mic juga memungkinkan Mark II mengetahui arah datangnya suara Anda.

Hal yang membedakan Mycroft Mark II dari produk Google dan Amazon itu ialah pada aspek privasi. Dengan mengusung prinsip open source, data-data Anda dijamin tetap aman. Mycroft AI menyatakan bahwa mereka merupakan pemain netral di ranah ini. Platform pintar tersebut dibangun oleh komunitas inovator, menjaga teknologi voice assistant-nya tetap ‘jujur dan tidak lebih menguntungkan pihak tertentu’.

Mycroft Mark II 1

Pengalaman penggunaannya bisa Anda kustomisasi sendiri. Mycroft AI berjanji untuk tidak menaruh data-data suara Anda di server mereka, kecuali jika Anda mempersilakannya. Namun walaupun user memberikan izin, tak berarti Mycroft segera membuat profile Anda untuk dijual ke pengiklan. Data tersebut direkam secara anonim, fungsinya hanya buat menyempurnakan teknologi deteksi kata dan speech-to-text.

Mycroft Mark II sudah bisa Anda pesan sekarang juga via situs Kickstarter. Versi development kit dijual seharga US$ 100, sedangkan versi konsumen dibanderol US$ 130. Produk akan mulai didistribusikan di bulan Desember 2018.

Menurut saya, anonimitas pengguna adalah hal yang pertama kali memperoleh ancaman dari kehadiran smart speaker dan asisten digital. TechCrunch sempat memperkirakan bahwa akan ada lebih dari 10 miliar percakapan terekam oleh perangkat-perangkat seperti ini di tahun 2022 nanti – dan angka tersebut baru mencakup wilayah Amerika Serikat saja.

Apple Siap Pasarkan Smart Speaker-nya, HomePod, Mulai 9 Februari

Salah satu smart speaker yang paling dinanti-nanti, khususnya oleh pengguna produk-produk Apple, adalah HomePod. Diperkenalkan di event WWDC pada pertengahan tahun kemarin, HomePod sebenarnya dijadwalkan masuk ke pasaran pada bulan Desember lalu. Namun karena merasa produknya belum benar-benar matang, Apple memutuskan untuk menunda perilisannya.

Kini, melalui sebuah siaran pers resmi, Apple mengumumkan bahwa mereka bakal mulai menjual HomePod pada tanggal 9 Februari mendatang. Harganya tetap $349 seperti saat diumumkan pertama kali, dan negara-negara yang menjadi tujuan awalnya adalah Amerika Serikat, Inggris Raya dan Australia.

Seperti halnya produk Apple lain, HomePod bakal terdengar sangat menarik apabila Anda sudah ‘terjerumus’ ke dalam ekosistem milik Apple. Siri yang mengotaki HomePod dirancang untuk menjadi semacam ‘DJ’ (disc jockey) ahli atas koleksi musik yang ada di layanan streaming Apple Music.

Apple HomePod

Ya, potensi HomePod tidak akan bisa maksimal apabila Anda bukan pelanggan Apple Music. Namun bagi yang sudah berlangganan, mereka bisa melakukan pencarian yang cukup kompleks dari katalog Apple Music di HomePod, atau sekadar menanyakan informasi-informasi seperti tahun dirilisnya suatu lagu kepada Siri.

Kombinasi HomePod dan Siri juga dimaksudkan untuk menjadi semacam asisten pribadi di kediaman pengguna. Yang cukup menarik, selain terintegrasi dengan platform smart home Apple HomeKit, HomePod juga mendukung sejumlah aplikasi pihak ketiga, sehingga pengguna bisa meminta tolong Siri untuk, misalnya, mengirim pesan melalui WhatsApp atau membuat reminder di Evernote.

Apple HomePod

Spesifikasi HomePod sendiri bisa Anda baca pada artikel pengumumannya, namun yang pasti Apple menjanjikan kualitas suara premium lewat sejumlah komponen hasil rancangannya sendiri. Tidak hanya itu, proses setup awalnya juga diklaim semudah dan sepraktis AirPods.

Ke depannya, Apple juga berencana menghadirkan kapabilitas multi-room pada HomePod melalui software update gratisan. Namun semua itu bakal sia-sia apabila pertanyaan berikut tidak terjawab: apakah HomePod nantinya juga akan masuk ke Indonesia?

Menurut perbincangan saya dengan seorang teman yang bekerja di Erafone – yang saat ini merupakan distributor tunggal atas beragam produk Apple di Indonesia – HomePod dipastikan masuk ke tanah air, hanya saja belum bisa dipastikan kapan. Di Perancis dan Jerman, HomePod baru akan tersedia mulai musim semi, jadi ini mungkin bisa menjadi indikasi bagi konsumen untuk sedikit bersabar.

Sumber: Apple.

TCL Roku Smart Soundbar Jadi yang Pertama Mengadopsi Voice Assistant Buatan Roku

Kalau Anda hendak meluncurkan gadget dengan integrasi voice assistant, langkah yang paling rasional saat ini adalah mengadopsi salah satu dari dua yang paling dominan, yakni Alexa dan Google Assistant, kecuali Anda seambisius Roku. Produsen set-top box itu memilih untuk menggarap asistennya sendiri, Roku Entertainment Assistant.

Pemilihan namanya penuh dengan unsur kesengajaan. Yang paling utama, Roku bilang bahwa asisten besutannya benar-benar dirancang untuk navigasi seputar sistem hiburan, bukan untuk mengendalikan perangkat smart home seperti Alexa dan Google Assistant. Fungsi generik seperti membacakan berita atau ramalan cuaca tetap ada, tapi sisanya difokuskan pada kemudahan mengoperasikan TV.

Salah satu produk pertama yang bakal mengemas integrasi Roku Entertainment Assistant datang dari mitra paling dekatnya, TCL. Di CES 2018, produsen TV asal Tiongkok itu memperkenalkan soundbar perdananya, sekaligus memulai lini produk baru khusus audio bernama Alto.

TCL Roku Smart Soundbar

TCL Roku Smart Soundbar, demikian nama produknya, mengusung desain yang tidak jauh berbeda dari soundbar pada umumnya, meski TCL bilang bahwa desain yang tampak pada gambar masih belum final. Ia kompatibel dengan TV apapun, tapi potensinya baru akan terasa maksimal ketika disandingkan dengan lini Roku TV besutan TCL.

Untuk mengoperasikannya, pengguna hanya perlu mengawali dengan mantra “Hey Roku”, diikuti oleh instruksinya. Contoh kegunaannya, pengguna dapat menginstruksikan Soundbar untuk menyalakan TV dan memutar konten pilihannya tanpa memegang remote sama sekali.

TCL Roku Smart Soundbar

TCL Roku Smart Soundbar yang dijadwalkan masuk ke pasaran pada akhir 2018 ini baru satu dari ekosistem produk yang sudah direncanakan oleh Roku. Mereka mengundang produsen hardware untuk mengadopsi Roku OS sekaligus voice assistant-nya pada beragam kategori produk, mulai dari TV, soundbar sampai smart speaker.

Mengingat Roku secara eksplisit menyebut smart speaker, saya berasumsi ke depannya Roku bakal terus mengasah ‘talenta’ Entertainment Assistant hingga mampu berfungsi di luar ranah hiburan, menjadi medium interface baru pada beragam produk lifestyle seperti Alexa dan Google Assistant.

Sumber: Roku.

Altec Lansing Perkenalkan Lini Smart Speaker Google Assistant

Satu per satu produsen perangkat audio mulai menjajaki segmen smart speaker seiring bertambah agresifnya penetrasi Alexa dan Google Assistant. Tidak terkecuali Altec Lansing, pemain lama yang nyaris bangkrut di tahun 2012 sebelum akhirnya dibeli dan diselamatkan oleh investor bernama Infinity Group.

Di event CES 2018 kemarin, Altec Lansing memperkenalkan lini smart speaker perdananya yang ditenagai Google Assistant. Tidak tanggung-tanggung, lini tersebut langsung diisi oleh tiga produk sekaligus.

Yang pertama adalah GVA1 Live, yang secara konsep mirip seperti Google Home. Meski fisiknya cukup ringkas, di dalamnya tertanam woofer berdiameter 2 inci dan sepasang radiator pasif yang masing-masing juga berukuran 2 inci. Wi-Fi dan Bluetooth pastinya tersedia, demikian juga dengan kapabilitas multi-room.

GVA4 Live at Home / Altec Lansing
GVA4 Live at Home / Altec Lansing

Speaker yang kedua adalah GVA4 Live at Home yang berdimensi paling besar. Selain pastinya menawarkan performa audio yang lebih superior, speaker ini juga unik karena dilengkapi Qi wireless charger pada permukaan atasnya – meski saya pribadi penasaran apakah ponsel yang diletakkan di atasnya tidak terjatuh akibat getaran speaker yang sedang diputar dalam volume cukup keras.

Speaker yang terakhir adalah GVA3 Live To-Go, yang sesuai namanya, dimaksudkan untuk dibawa bepergian. Selain mengemas handle, speaker ini juga tahan air dengan sertifikasi IP67, serta dapat beroperasi selama 10 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Evo True Wireless Earbuds – MZX658

Altec Lansing EVO MZX658

Di samping lini smart speaker, Altec Lansing juga memanfaatkan expo teknologi terbesar itu untuk mengungkap true wireless earphone generasi terbarunya, yang dari gambarnya saja sudah kelihatan jauh lebih menarik ketimbang percobaan pertama mereka.

Dukungan voice assistant tentu saja tersedia, demikian pula dengan body tahan air bersertifikasi IPX6. Baterainya dapat bertahan selama empat jam, dan charging case-nya bisa menyuplai hingga empat kali lagi. Yang cukup unik, charging case-nya ini kompatibel dengan Qi wireless charger, sehingga pengguna benar-benar tidak perlu berhadapan dengan kabel sama sekali.

Keempat produk baru ini dijadwalkan hadir tahun ini juga, tapi belum dipastikan kapan. Harganya masing-masing adalah sebagai berikut: $100 untuk EVO MZX658, $130 untuk GVA1 Live, $150 untuk GVA3 Live To-Go dan $200 untuk GVA4 Live at Home.

Sumber: The Verge.