Peduli Keberlanjutan Bisnis di Indonesia, Samsung Luncurkan Galaxy A32 Enterprise Edition

Untuk pertama kalinya di Indonesia, Samsung menghadirkan perangkat dari lini Galaxy Enterprise Edition. Model yang diluncurkan adalah Galaxy A32 Enterprise Edition, yang mengusung spesifikasi serupa dengan Galaxy A32, tapi dengan tambahan kemudahan konfigurasi, update, dan pengoperasian aplikasi bisnis dengan proteksi teknologi manajemen dan keamanan perangkat seluler.

Samsung melihat Galaxy A32 Enterprise Edition sebagai perangkat kerja yang versatile sekaligus aman untuk berbagai keperluan organisasi bisnis di era digital. Aspek keamanan ini penting mengingat banyak perusahaan yang memberlakukan kebijakan hybrid atau remote working di masa new normal. Namun sayangnya tren tersebut rupanya juga diikuti oleh peningkatan serangan siber yang cukup drastis.

Selama tahun 2020, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat telah terjadi lebih dari 495 juta serangan siber yang bersifat teknis, alias naik dua kali lipat dibanding tahun 2019. Beberapa serangan terbesar di antara adalah infeksi trojan, pengumpulan informasi secara ilegal, dan kebocoran data.

“Sistem hybrid working di era digital ini membuat masalah keamanan jaringan dan data perusahaan menjadi sangat krusial. Samsung menghadirkan solusi dalam Galaxy Enterprise Edition yang memudahkan perusahaan mengkonfigurasi, memperbarui, menggunakan teknologi mobile dalam skala besar, memastikan karyawan senantiasa connected secara aman dan produktif di mana saja,” tutur Lukman Basuki selaku IT & Mobile B2B Business Senior Manager Samsung Electronics Indonesia. “Samsung Galaxy A32 Enterprise Edition adalah paket lengkap solusi bisnis yang dirancang untuk mendukung upaya perusahaan menjaga keberlanjutan bisnis di era new normal.”

Sejumlah keunggulan Galaxy A32 Enterprise Edition mencakup dukungan security update secara teratur selama 4 tahun, plus update sistem operasi Android tiap bulan selama 3 tahun pertama, dan setiap 3 bulan untuk tahun terakhir.

Samsung pun menjanjikan manajemen perangkat yang simpel sekaligus komprehensif. Berkat Enterprise Firmware-over-the-air (E-FOTA), admin IT di perusahaan dapat menerapkan software update beserta security patches secara terpusat, sekalipun perusahaan sedang menjalankan remote working. Tidak ketinggalan adalah perpanjangan product lifecycle hingga dua tahun sehingga perusahaan bisa dengan mudah melanjutkan penggunaan perangkat dan deployment aplikasi di tahun berikut bagi karyawan baru, tanpa perlu uji coba dan pengaturan pada perangkat baru setiap tahunnya.

Terakhir, Samsung Galaxy A32 Enterprise Edition juga menyertakan paket berlangganan Galaxy Knox Suite selama satu tahun, solusi manajemen dan keamanan perangkat yang didesain untuk mengamankan mulai dari chip hingga data aplikasi bisnis milik perusahaan secara real-time. Lagi-lagi semua ini dapat diatur dari satu lokasi terpusat demi memudahkan pekerjaan para admin IT perusahaan.

Dari segi spesifikasi, Galaxy A32 Enterprise Edition dipastikan mampu menunjang produktivitas secara efisien berkat kehadiran komponen-komponen seperti layar Super AMOLED 6,4 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz, sensor sidik jari di balik layar, serta baterai berkapasitas 5.000 mAh yang mendukung fast charging 15 W.

Perangkat turut dibekali empat kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 5 megapixel, dan kamera depth 5 megapixel. Kamera depannya sendiri dibekali sensor 20 megapixel. Lebih lengkapnya mengenai Galaxy A32 Enterprise Edition bisa langsung ditinjau di situs resmi Samsung.

Suksesor Reno5 Bersiap, OPPO Reno6 Terdaftar di Postel dan Kemenperin

Pada tanggal 12 Januari 2021, OPPO Indonesia pertama kalinya meluncurkan smartphone Reno5 series yakni Reno5. Kini usianya hampir setengah tahun, yang berarti sudah waktunya penerusnya bersiap-siap. Hari ini, OPPO mengonfirmasikan bahwa smartphone Reno6 series akan segera diperkenalkan di Indonesia.

Sebagai informasi, OPPO telah memperkenalkan smartphone Reno6 series pada tanggal 27 Mei yang lalu di Tiongkok. Ketiganya merupakan smartphone dengan konektivitas 5G, meliputi Reno6 5G, Reno6 Pro 5G, dan Reno6 Pro+ 5G. Suksesor Reno5 series ini menghadirkan berbagai keunggulan dan peningkatan baik dari sisi perangkat keras maupun beberapa fitur terbaru pada sistem operasi ColorOS 11.

Suksesor OPPO Reno5 telah diperkenalkan resmi pada akhir Mei yang lalu di Tiongkok, tentunya kami juga segera bersiap memperkenalkan perangkat ini untuk pasar Indonesia. Saat ini, yang dapat kami pastikan, perangkat lini seri Reno6 akan memiliki varian dan spesifikasi yang berbeda untuk pasar Indonesia. Dari beberapa lini seri yang diperkenalkan sebelumnya, satu yang dapat kami pastikan adalah perangkat Reno6 yang telah memiliki sertifikasi dari Postel dan Kemenperin,” ujar Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia.

Seperti sebelum-sebelumnya, smartphone Reno series versi Tiongkok memiliki perbedaan spesifikasi dengan yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi karena penyesuaian dengan kondisi dan juga permintaan pasar tanah air. Sebelum meluncurkan perangkat baru, OPPO selalu mengadakan survei untuk menerima umpan balik dari produk yang telah dipasarkan. Sehingga, produk suksesor yang nantinya dipasarkan diharapkan sesuai dengan target pasar yang dituju OPPO di Indonesia.

Tanda kehadiran Reno6 sudah dapat dilihat memalui situs sertifikasi Postel dengan kode produk OPPO CPH2235 dan nomor sertifikat 74568/SDPPI/2021. Selain itu, perangkat ini juga tercatat jelas pada situs TKDN Kemenperin dengan nilai TKDN sebesar 31.15%. Setelah mengantongi dua sertifikat resmi ini, OPPO sudah dapat memasarkan Reno6 secara resmi di Indonesia.

Yang jelas di bulan Juni ini kami berupaya melakukan persiapan menyeluruh untuk meluncurkan perangkat Reno6 di Indonesia, terutama kesiapan dari sisi produksi, distribusi dan juga dalam memberikan program menarik sebagai nilai tambah untuk konsumen di Indonesia,” tutup Aryo.

Seperti yang diketahui, smartphone Reno5 series sendiri di Indonesia terdiri dari tiga model. Pertama Reno5 original yang ditenagai oleh chipset Snapdragon 720G dan saat dirilis dibanderol Rp4.999.000. Kemudian Reno5 versi 5G dengan Snapdragon 765G 5G seharga Rp6.999.000 dan Reno5 F yang paling terjangkau dengan Mediatek Helio P95 yang dibanderol Rp4.299.000. Jadi, smartphone Reno6 series juga kemungkinan akan diluncurkan secara bertahap.

OPPO Store Diresmikan, Aplikasi Belanja Online dengan Konsep Smart One-stop-shopping Solution

OPPO telah memperkenalkan kembali toko online-nya di Indonesia, dengan nama OPPO Official Online Store atau disingkat OPPO Store (sebelumnya bernama HeyTap Store). Apa itu OPPO Store dan apa bedanya dengan layanan OPPO Official Store yang sudah ada?

OPPO Store merupakan toko online resmi yang dihadirkan untuk memasarkan produk-produk OPPO, serta berbagai pilihan aksesoris dan perangkat cerdas dari merek ternama lainnya yang telah terseleksi kualitasnya dan direkomendasikan kepada pengguna untuk mendukung gaya hidup masa kini, toko ini akan menghadirkan sebuah konsep smart one-stop-shopping solution untuk pengguna OPPO,” tutur Aryo Meidianto A. PR Manager OPPO Indonesia.

Jadi, OPPO Store yang mengusung tagline “The Smarter Way to Shop” ini adalah aplikasi belanja online yang juga dapat diakses lewat website OPPO Store. OPPO Store menjadi aplikasi bawaan di smartphone OPPO, tetapi juga dapat diunduh oleh pengguna smartphone non-OPPO lewat Play Store. Sementara, OPPO Official Store merupakan toko online resmi OPPO yang ada di e-commerce.

Indonesia terpilih menjadi salah satu negara pertama di kawasan Asia Tenggara untuk peluncuran perdana OPPO Store sekaligus membuka pintu bagi OPPO untuk masuk ke industri e-commerce,” tambah Aryo.

Lalu, apa yang melatarbelakangi pengembangan OPPO Store? Berdasarkan data dari wearesocial.com, Indonesia merupakan negara yang menempati posisi ke 4 untuk pengguna internet terbesar di dunia dengan pangsa pasar mencapai 73% di tahun 2020 dan semakin meningkat setiap tahunnya.

Penelitian menemukan data bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktunya selama 4,3 jam/hari untuk menggunakan smartphone. Data tersebut mendorong OPPO untuk memperkuat pemasaran produknya melalui online. Pandemi Covid-19 yang terjadi mulai tahun 2020 turut dan mempercepat perubahan perilaku konsumen untuk berbelanja melalui platform online.

OPPO menemukan bahwa smartphone merupakan salah satu produk yang paling dicari oleh konsumen selama pandemi berlangsung untuk mendukung kebutuhan kerja dan sekolah yang dilakukan dari rumah. Bahkan, 10% dari hasil penjualan produk OPPO pada tahun 2020 berasal dari e-commerce.

OPPO Store ini tidak hanya menjual produk bermerek OPPO saja. Selain tersedia smartphone OPPO dan perangkat digital lain seperti OPPO Watch, OPPO Band dan Enco Series, OPPO Store juga menyediakan perangkat-perangkat dari merek ternama seperti OASE, Olike, Anker, Baseus, JOYSEUS, dan Uneed.

Lalu, apa keunggulan yang ditawarkan oleh OPPO Store? Selain pastinya menjual produk orisinal dan resmi OPPO, juga tersedia layanan khusus untuk smartphone OPPO berupa trade-in service, harga terbaik sesuai di pasaran, pilihan berbagai macam perangkat pintar eksklusif, dan layanan gratis ongkos kirim untuk pesanan diatas Rp500.000.

Di masa mendatang, OPPO akan menyediakan perpanjangan garansi untuk produk-produk yang dibeli lewat OPPO Store. OPPO juga mempermudah transaksi melalui cicilan 0%, transfer bank atau bayar di tempat atau Cash on Delivery (COD).

Selain menjadi hari peresmian OPPO Store, hari ini juga sekaligus menjadi hari ulang tahun OPPO Store di Indonesia, berbagai macam promosi diberikan kepada konsumen yang berlangsung pada 31 Mei 2021 mulai pukul 00:00. Seperti, potongan voucher hingga Rp10.000, Mystery Box, dan berbagai flash sale yang diadakan di jam tertentu.

Promo Mystery Box akan dimulai pada 31 Mei 2021 mulai pukul 08.00-21.00 WIB dan 1 Juni 2021 mulai pukul 13.00-14.00 WIB dan 21.00-22.00 WIB. Untuk mengikuti promo Mystery Box ini, konsumen cukup membayar Rp39.000/box untuk bisa berkesempatan mendapatkan produk-produk elektronik dengan kualitas terbaik dan bernilai lebih dari Rp39.000 yang sudah disediakan oleh OPPO Store. Proses pengiriman produk Mystery Box ini akan memakan waktu 2-8 hari kerja.

Selain itu, hari ini OPPO Store juga mengadakan flash sale tebus murah Rp1.000 untuk OPPO A12 yang akan berlangsung pada 31 Mei 2021 mulai pukul 13.00 WIB. Penawaran ini terbatas hanya satu pesanan per pengguna. OPPO juga menggelar promo Super Flash Sale dengan diskon hingga 83% yang akan dibagi dalam tiga putaran, yaitu mulai pukul: 00.00-10.00, 10.00-20.00, dan 20.00-24.00 WIB. Selama periode putaran, tersedia banyak produk berbeda yang ditawarkan ke konsumen.

Selain itu, OPPO pada hari ini juga meluncurkan program OPPO Day untuk memberikan nilai tambah kepada pengguna sekaligus untuk meningkatkan penjualan produk di toko online resmi OPPO yang ada di e-commerce di Indonesia. Program ini berupa pemberian diskon harga spesial setiap hari Rabu di situs e-dagang Akulaku, Blibli, JD.ID, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.

OPPO Day menjadi salah satu bentuk apresiasi OPPO Indonesia kepada konsumen setia dan O-Fans dengan memberikan banyak penawaran menarik dan harga spesial terhadap produk-produk OPPO sehingga meningkatkan antusiasme dan lebih mengenal jaringan penjualan toko resmi OPPO di situs e-dagang Indonesia,” tutur Aryo Meidianto A. PR Manager OPPO Indonesia.

Progam OPPO Day dimulai perdana pada Rabu, 2 Juni 2021 secara serentak di enam e-commerce dengan berbagai aktivitas di antaranya:

  • Followers Giveaway: OPPO akan membagikan hadiah khusus untuk para follower yang beruntung di OPPO Official Store, dengan catatan target jumlah penambahan follower tercapai saat menggelar OPPO Day.
  • Free Gift: Apabila konsumen melakukan pembelian OPPO A11K pada hari Rabu (OPPO Day) maka akan mendapatkan hadiah gratis berupa true wireless earphone headset TW01.
  • Diskon 30%: Konsumen berkesempatan untuk memperoleh diskon hingga 30% untuk produk terpilih pada setiap hari Rabu (OPPO Day) pukul 10.00 WIB, 18.00 WIB dan 20.00 WIB.

Melalui kegiatan menarik dan harga spesial yang ditawarkan di program OPPO Day ini, OPPO berharap juga bisa menjaring calon konsumen potensial melalui marketplace OPPO Official Store yang tersebar di berbagai situs e-commerce terkemuka di Indonesia.

ARM Perkenalkan Prosesor Baru: Cortex X2, A710, dan A510 Berbasis ARMv9

Mungkin tidak semua orang mengetahui bahwa hampir setiap smartphone yang digunakan saat ini menggunakan teknologi dari ARM. Untuk sistem operasi Android, SoC yang digunakan seperti Snapdragon, Mediatek, dan Unisoc menggunakan arsitektur yang disebut ARMv8. Tampaknya sebentar lagi arsitektur ini bakal pensiun.

 

ARM baru saja memperkenalkan sebuah arsitektur baru yang diberi nama ARMv9. Pada arsitektur yang satu ini, ARM ingin agar semua aplikasi yang masih ada pada 32 bit berakhir. ARM berencana untuk jalan pada 64 bit secara penuh pada tahun 2023. Bahkan, sebuah prosesor yang mereka rilis menghilangkan dukungan terhadap instruksi 32 bit.

Prosesor pertama yang diperkenalkan adalah Cortex X2 yang memiliki kinerja paling tinggi. Penerus dari Cortex X1 ini akan memiliki kinerja 16% lebih baik jika ada pada clock yang sama. Prosesor inilah yang sudah tidak lagi mendukung instruksi 32 bit pada ARM. Untuk kinerja AI, prosesor yang satu ini bahkan memiliki peningkatan 2x lipat dibandingkan X1.

Cortex X2 menggunakan Out of Order execution dengan 10 tahap pipeline. Prosesor ini juga mendukung SVE-2 (Scalable Vector Extension 2) yang merupakan sebuah set instruksi Single Instruction Multiple Data (SIMD) baru yang digunakan sebagai ekstensi untuk arsitektur 64 bit, untuk memungkinkan pemrosesan data dalam jumlah sangat besar. ARM juga meningkatkan L3 cache menjadi 16 MB pada Cortex X2.

Kinerja dari Cortex X2 juga ternyata sangat kencang. Bahkan mereka mengklaim bahwa kinerja single thread-nya 40% lebih baik jika dibandingkan dengan Intel Core i5-1135G7. Dengan DSU-110 baru (DynamIQ Shared Unit) memungkinkan Cortex-X2 digunakan hingga 8 core dalam sebuah SoC. Tentunya, hal tersebut untuk penggunaan laptop atau server dan bukan untuk smartphone.

Prosesor selanjutnya adalah sang penerus dari Cortex A78, yaitu Cortex A710. Cortex-A710 memiliki kinerja 10% lebih cepat daripada A78 frekuensi yang sama, tetapi memiliki efisiensi 30% lebih hemat dan 2x lipat pada AI. Berbeda dengan Cortex X2, Cortex A710 ini ternyata masih mendukung instruksi 32 bit. Walaupun begitu, kemungkinan Cortex A710 akan menjadi yang terakhir karena pada tahun 2023 ARM akan berjalan pada 64 bit.

Terakhir adalah prosesor yang memiliki pemakaian daya yang paling hemat, yaitu sang penerus dari Cortex A55. Prosesor yang selalu berada pada cluster LITTLE ini bakal digantikan dengan Cortex A510.  Arm mengatakan Cortex-A510 menghadirkan peningkatan kinerja 35%, efisiensi 20%, dan peningkatan AI sebesar 3x dibandingkan dengan Cortex-A55 pada proses yang sama. Instruksi yang digunakan juga masih In-Order seperti pada Cortex A55.

Desain dari Cortex A510 juga mendapatkan pembaruan dari ARM. ARM memperkenalkan desain merged-core atau inti prosesor yang digabungkan pada Cortex A51. Hal tersebut mirip dengan apa yang dilakukan oleh AMD dengan CMT (Clustered Multithreading) pada prosesor Bulldozer, walaupun cukup berbeda pada implementasinya. Dua inti prosesor akan dimasukkan ke dalam satu kompleks dan satu cluster LITTLE bisa terdiri dari beberapa kompleks.

Setiap inti prosesor akan memiliki L1 cache sendiri-sendiri. Akan tetapi, nantinya pada sebuah complex akan berbagi L2 antara prosesor. Cortex A510 sendiri juga dibuat seperti Cortex X2, di mana sudah tidak lagi mendukung instruksi 32 bit.

DSU-110 (DynamIQ Shared Unit) juga diperkenalkan oleh ARM. Pada DSU-110, ARM mengusung desain untuk meningkatkan ukuran cache dan bandwidth. ARM meningkatkan konfigurasi cache L3 menjadi 16 MB. Mereka juga meningkatkan bandwidth secara agregat hingga 5x dibandingkan dengan desain yang lama.

Lalu kapan perangkat-perangkat dengan ARMv9 diluncurkan? ARM berjanji akan menghadirkan chipset-nya pada akhir tahun 2021. Kemungkinan besar, perangkat yang memakai ARMv9 akan beredar pada tahun 2022.

Sumber dan gambar: Anandtech 

[Review] Poco X3 Pro: Smartphone Murah untuk Bermain Game

Saat ini banyak sekali smartphone yang diklaim mampu menjalankan game-game kelas berat. Padahal, perangkat tersebut menggunakan system on chip yang bisa dikatakan dibuat untuk smartphone mainstream dan bahkan entry level. Namun berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Poco. Saat ini, Poco X3 Pro merupakan smartphone mainstream yang menggunakan chipset flagship.

Smartphone mainstream mengindikasikan bahwa Poco X3 Pro diposisikan pada rentang harga tersebut. Akan tetapi, Poco menggunakan SoC baru rasa lama dari Qualcomm yang pernah memberikan tenaga untuk smartphone-smartphone flagship. Poco pertama kalinya menggunakan SoC Snapdragon 860 pada smartphone mereka pada X3 Pro.

Snapdragon 860 merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang pernah digunakan pada smartphone-smartphone gaming dengan harga 8 hingga 10 jutaan. Xiaomi sendiri menegaskan bahwa lini Poco memang dibuat khusus untuk memberikan performa tinggi pada harga yang terjangkau.

Jika dibandingkan dengan saudaranya, Poco X3 NFC, perangkat ini juga memiliki kemiripan dari segi desainnya. Akan tetapi jika melihat dari spesifikasinya, keduanya terlihat cukup berbeda. Ada beberapa bagian pada Poco X3 NFC, seperti kamera, yang lebih unggul dibandingkan dengan Poco X3 Pro. Namun dari segi kinerja, Poco X3 Pro memang lebih unggul.

Spesifikasi lengkap dari Poco X3 Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Poco X3 Pro
SoC Snapdragon 860
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3×2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4×1.78 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2400 x 1080 120 Hz
Dimensi 165.3 x 76.8 x 9.4 mm
Bobot 215 gram
Baterai 5160 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 20 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12 POCO

Pemindaian yang dilakukan pada CPU-Z, AIDA 64, dan Sensor Box adalah seperti di bawah ini

Pada beberapa aplikasi, SoC yang digunakan pada Poco X3 Pro masih terdeteksi sebagai Snapdragon 855+. Keduanya memang sebenarnya kembar. Hal ini terjadi karena CPU-Z belum mengenali karakteristik dari Snapdragon 860. Sebaliknya, AIDA-64 sudah bisa mengenali SoC yang satu ini dengan akurat.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya. Charger yang diberikan oleh Xiaomi pada paket penjualan Poco X3 Pro memiliki kemampuan untuk menghantarkan daya hingga 33 watt.

Desain

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, perangkat yang satu ini seperti saudara kembar dari Poco X3 NFC. Jika diletakkan bersebelahan, maka saya yakin kita tidak bisa membedakan antara keduanya karena desain kameranya sama persis, yaitu bundar berada di tengah. Logo Poco juga tertulis cukup besar pada bagian belakang bawahnya. Warna yang saya dapatkan adalah Metal Bronze.

 

Layar Poco X3 Pro memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,67 inci ini serta memiliki refresh rate 120 Hz. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 6 sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Hal ini lah yang membedakannya dengan X3 NFC yang masih menggunakan Gorilla Glass 5.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan sebuah ruang bundar dengan empat buah kamera dan sebuah LED Flash. Kamera utama dengan 48 MP berada pada sisi kanan atas dan LED berada pada kiri atas. Kamera ultrawide ada pada bagian tengah dari bundaran ini. Kamera makro ada pada sebelah kiri bawah dan diseberangnya adalah depth sensor.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker,  port audio 3,5mm, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (slot hibrid) terletak pada bagian kirinya.

Karena kembar dengan Poco X3 NFC, X3 Pro juga memiliki masalah yang sama. Bagian belakang dari Poco X3 NFC dan X3 Pro akan bergetar cukup keras saat pengguna mendengarkan musik dengan kedua speaker-nya. Walaupun sebenarnya tidak terlalu mengganggu, namun beberapa orang akan merasa tidak suka. Menggunakan case bawaan akan sedikit meredam getaran tersebut.

Unit yang saya dapatkan sudah memakai MIUI untuk Poco versi 12.0.3. Sistem operasi yang digunakan sudah memakai Androi 11 R. Bagi pengguna Xiaomi, Anda tidak akan bingung saat menggunakannya karena MIUI untuk Xiaomi dan Poco hampir tidak ada bedanya, hanya pemilihan default untuk tema dan app drawer. Jadi, semua itu dapat diatur langsung dari setting-nya.

Jaringan

Poco X3 Pro menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas flagshipSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X24 yang sudah masuk dalam Catergory 20. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 7 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hingga 2000 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Perlu diingat bahwa perangkat ini belum bisa terkoneksi pada jaringan 5G. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel serta akan mendapatkan kecepatan tinggi saat menjelajah internet.

Kamera: 48 MP hasil trade-off SOC kencang

Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia selalu mengatakan bahwa dalam meramu spesifikasi, selalu ada yang diunggulkan dan juga dikorbankan (trade off). Pada Poco X3 NFC, kamera yang digunakan memiliki sensor 64 MP dan pada X3 Pro sensornya “hanya” 48 MP. Namun pada Poco X3 Pro, sensor yang terpasang adalah buatan Sony dengan IMX 582 yang tidak mendukung perekaman 4K 60 fps.

Sony IMX 582 juga memiliki fitur quad bayer. Hal ini berarti bahwa saat fitur tersebut dinyalakan, hasil tangkapan kamera akan memiliki resolusi 12 MP. Saat dimatikan, semua piksel akan mengambil gambar, sehingga hasil foto akan memiliki resolusi 48 MP. Gambarnya akan menjadi lebih besar, namun hasilnya mungkin tidak akan sebaik saat menggunakan 12 MP.

Kamera utamanya dapat menangkap gambar pada siang hari dengan apik. Warnanya cukup akurat, tingkat noise cukup rendah, dan ketajamannya yang cukup baik. Walaupun begitu, beberapa kali algoritma pengurang noise-nya sedikit menghilangkan detail gambar. Namun, trade off yang diambil Poco sepertinya tidak terlalu mengecewakan.

Kamera ultrawide pada Poco X3 Pro ternyata dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Hasil yang tertangkap ternyata cukup tajam dan memiliki noise yang cukup rendah. Warnanya juga cukup akurat saat dibandingkan dengan aslinya. Walaupun begitu, dengan resolusi 8 MP belum tentu bisa memuaskan semua orang.

Kamera makro yang terpasang mungkin akan membuat pengguna (termasuk saya) kecewa. Dengan resolusi hanya 2 MP, mungkin hanya akan menjadi bagus pada saat ingin melihat tulisan-tulisan yang kecil. Hasil gambarnya tidak terlalu tajam dan sering melewatkan beberapa detail gambar.

 

Untuk penggemar swafoto, ternyata mengambil gambar sendiri pada Poco X3 Pro bisa cukup terpuaskan. Hal tersebut dikarenakan detail gambar yang diambil cukup baik. Akan tetapi, hasilnya terasa kurang kontras sehingga warnanya agak sedikit lebih pudar.

Pengujian

Poco X3 Pro menggunakan Snapdragon 860 yang saat ini mungkin menjadi chipset 4G terkencang. Snapdragon 860 sendiri merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang digunakan pada beberapa smartphone gaming. Perbedaan antara keduanya hanyalah penggunaan RAM maksimal, di mana 855+ hanya mendukung hingga 12 GB dan 860 hingga 16 GB. Kinerja yang diusung juga seharusnya sama aja, asal tidak ada tweak kinerja seperti pada smartphone gaming.

Snapdragon 860 menggunakan sebuah prime core dengan kecepatan 2,96 GHz ditambah tiga prosesor Kryo 485 Gold (Cortex A76) berkecepatan 2,42 GHz serta empat inti prosesor Kryo 485 Silver (Cortex A55) berkecepatan 1,8 GHz. Hal tersebut membuat Snapdragon 860 memiliki total delapan inti prosesor. SoC ini menggunakan Adreno 640 sebagai GPU-nya.

Menguji untuk bermain

Menguji bermain game dengan perangkat yang menggunakan Snapdragon 860? Sepertinya hal ini mudah dilakukan karena SoC yang satu ini sudah terbukti pada saat kembarannya digunakan pada perangkat gaming. Jadi, hal tersebut tidak akan berubah: game yang lancar pada setting tinggi.

Banyak game yang saya uji pada saat menggunakan Poco X3 Pro. Akan tetapi, mari kita kerucutkan pada tiga buah game, yaitu Genshin Impact, PUBG Mobile, dan LifeAfter. Genshin saya pasang pada mode High 60 fps, PUBG Mobile pada HDR Extreme, dan LifeAfter pada mode Movie. Saya tidak menemukan kendala yang berarti saat bermain ketiganya dengan setting tersebut.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari ketiga game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Rasa puas bermain pada sebuah perangkat yang memiliki harga hanya tiga jutaan, namun lancar. Jika ada beberapa kendala, coba turunkan setting ke satu level di bawahnya agar menjadi lebih lancar lagi. Sayangnya, belum banyak game yang bisa berjalan pada 120 Hz di perangkat ini.

Untuk Bekerja

Jika untuk bermain game saja sudah lancar, tentunya saat dipakai untuk bekerja juga akan lancar. Betul saja, tidak ada kendala sama sekali saat menggunakan perangkat ini untuk bekerja. Aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat. Hal tersebut juga dikarenakan oleh spesifikasi Poco X3 Pro yang tinggi.

Saat melakukan edit video, banyak resource yang digunakan pada smartphone ini. Akan tetapi, semuanya terasa cepat saat melakukan rendering video. Tugas-tugas sekolah di rumah anak-anak saya pun juga menjadi lebih cepat dikumpulkan. Rasanya seperti menggunakan perangkat flagship.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan Poco X3 NFC. Selain itu, saya juga menghadirkan Snapdragon 855+ dari salah satu smartphone gaming yang dinyalakan tweak-nya. Saya juga akan membandingkan dengan Snapdragon 865 sehingga akan cukup terukur bagaimana kinerja dari Poco X3 Pro ini.

Artikel ini juga membawa perdana benchmark PCMark versi 3.0 untuk Android. Dua benchmark pendahulunya juga saya ikut sertakan agar pengguna tidak bingung saat membandingkan dengan perangkat lamanya. Berikut adalah hasil benchmarking-nya

Uji baterai: 5000 mAh lebih sedikit

Pengujian baterai dari Poco X3 Pro memang memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pengujian ini harus dilakukan pada saat saya akan tidur (he he he). Dengan SoC yang membutuhkan tenaga ekstra, refresh rate 120Hz,  dan layar FullHD+, tentunya perangkat ini akan sedikit lebih boros jika disandingkan dengan smartphone yang memiliki rentang harga yang sama.

Benar saja, saat saya mengujinya dengan menggunakan sebuah video MP4 yang diputar berulang-ulang, perangkat ini hanya bisa mencapai 11 jam 58 menit saja. Pengisian ulang pada perangkat ini menggunakan charger bawaan yang mampu mengisi 33 watt. Poco X3 Pro pun dapat diisi dalam waktu sekitar 70 menit dari 0% hingga 100%.

Verdict

Ada banyak tipe konsumen smartphone. Oleh karena itu, vendor smartphone harus benar-benar pintar dalam menyuguhkan perangkatnya kepada masing-masing pengguna. Salah satunya adalah Xiaomi yang menawarkan Poco X3 Pro kepada para gamer dan mereka yang membutuhkan sebuah smartphone yang mulus dalam bermain game namun murah.

Dengan menggunakan Snapdragon 860, membuat perangkat yang satu ini bisa melahap hampir semua game yang ada di Play Store dengan setting tertinggi. Kinerjanya sudah tidak perlu lagi dipertanyakan, apalagi untuk bekerja dan melakukan rendering video. Baterai yang terpasang juga besar sehingga bisa bertahan seharian.

Kamera yang memiliki resolusi 12 MP dan hingga 48 MP juga bisa diandalkan untuk momen sehari-hari. Perangkat ini juga sudah memiliki fitur-fitur yang lengkap seperti NFC, infra merah, speaker stereo, dan lain sebagainya. Layar 120 Hz juga akan menjadi satu hal yang membuat penggunanya merasa nyaman.

Xiaomi menjual Poco X3 Pro dengan harga Rp. 3.499.000 untuk versi 6/128 GB dan Rp. 3.999.000 untuk versi yang saya dapatkan, yaitu 8/256. Harganya akan naik Rp. 100.000 jika Anda membelinya secara offline seperti pada Mi Store. Dengan harga tersebut, Anda akan mendapatkan sebuah smartphone gaming dengan harga paling murah.

Sparks

  • Kinerja tinggi pada harga 3 jutaan
  • Responsif
  • Layar 120 Hz membuat tampilan mulus
  • Speaker stereo
  • Kamera yang walaupun hanya 48 MP, tapi bisa mengambil gambar dengan baik
  • Daya tahan baterai yang cukup baik

Slacks

  • Area kamera yang terlalu menonjol
  • Desain yang sama dengan X3 NFC
  • Bagian belakang bergetar saat memainkan musik
  • Kamera makro 2 MP yang kurang tajam

Xiaomi Kenalkan Poco M3 Versi Pro dengan 5G dan Layar 90Hz, Harga Rp3 Jutaan

Masih ingat dengan Poco M3? Smartphone entry-level yang disiapkan oleh Xiaomi pada awal tahun 2021 tersebut dibekali spesifikasi tinggi di kelasnya tetapi dengan harga terjangkau, mulai dari Rp1.799.000 ditenagai chipset Snapdragon 662.

Kini Xiaomi telah memperkenalkan versi Pro dari Poco M3 dengan konektivitas jaringan 5G. Perangkat ini ditenagai chipset lebih powerful, refresh rate layar lebih tinggi, dan desain baru.

Dapur pacu Poco M3 Pro 5G mengandalkan chipset 5G dari MediaTek yakni Dimensity 700. SoC ini dibuat pada proses pabrikasi 7nm dan punya modem 5G yang menawarkan kecepatan download hingga 2,77Gbps.

Di dalam Dimensity 700 terdapat dua core Cortex-A76 yang berjalan pada 2,2GHz, enam core Cortex-A55 pada 2GHz, serta GPU ARM Mali-G57 MC2. Sebagai pembanding, Snapdragon 662 pada Poco M3 merupakan chipset 11nm dengan empat core besarnya menggunakan Cortex-A73 dan GPU Adreno 610.

Lebih lanjut, Poco M3 Pro 5G mengusung layar IPS 6,5 inci beresolusi FHD+ dalam rasio 20:9. Panelnya memiliki refresh rate lebih tinggi, 90Hz dengan kecerahan maksimum 400 nits, dan diproteksi Corning Gorilla Glass 3.

Beralih ke belakang, Poco M3 Pro 5G punya tampilan baru dalam balutan warna Poco Yellow, Power Black, atau Cool Blue. Lis yang membingkai modul kamera belakangnya kini memanjang vertikal dan permukaan covernya punya sentuhan akhir glossy.

Konfigurasi kameranya masih identik, ada tiga unit kamera belakang dengan kamera utama 48MP, 2MP macro, dan 2MP depth, serta 8MP untuk kamera depan. Peningkatan yang dibawa Poco M3 Pro 5G ialah kini didukung Dual-LED dual-tone flash dan perekaman videonya sudah mencapai 4K 30fps.

Selain itu, Poco M3 Pro 5G sudah langsung menjalankan MIUI 12 berbasis Android 11. Kapasitas baterainya turun dari 6.000 mAh menjadi 5.000 mAh dengan fast charging 18W. Fitur lainnya meliputi sensor sidik jari di samping, infrared blaster, slot microSD, jack headphone 3.5mm (dengan radio FM), dan NFC di beberapa wilayah.

Harga Poco M3 Pro 5G dibanderol dengan harga €180 (Rp3,1 jutaan) dengan RAM 4GB LPDDR4X dan penyimpanan internal UFS 2.2 64GB. Sementara, versi memori 6GB/128GB dijual €200 (Rp3,5 jutaan). Kita nantikan saja kehadirannya di Indonesia, bulan lalu Xiaomi juga meluncuncurkan Poco X3 Pro dan Poco F3.

Sumber: GSMArena

Xiaomi Luncurkan Redmi Note 10S: Helio G95 dengan Kamera 64 MP, NFC, serta MIUI 12.5

Seri Xiaomi Redmi Note 10 sudah diperkenalkan pada akhir bulan Maret 2021 yang lalu.  Akan tetapi, sepertinya Xiaomi ingin menutup gap antara  harga dari Redmi Note 10 dan Redmi Note 10 Pro. Oleh karena itu pada tanggal 18 Mei 2021, Xiaomi kembali meluncurkan sebuah perangkat yang ditempatkan pada rentang harga yang belum tertutup tersebut. Smartphone yang diluncurkan memiliki nama Redmi Note 10s.

“Dengan hadirnya Redmi Note 10S ini, kami ingin rangkaian Redmi Note 10 series semakin menjangkau berbagai Mi Fans Indonesia sesuai dengan pilihannya. Redmi Note 10 akan menjadi pilihan yang tepat bagi pengguna yang mencari produk value for money, lalu Redmi Note 10S kami hadirkan untuk pengguna yang ingin upgrade performa lebih baik, sedangkan Redmi Note 10 Pro kami dedikasikan bagi para Mi Fans yang ingin merasakan pengalaman dan performa terbaik di kelas mid-range.”, ujar Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia.

Redmi Note 10s memiliki bentuk yang sama persis dengan Redmi Note 10. Perbedaannya hanya ada pada spesifikasi yang dibawanya. Jika Xiaomi mempercayakan Redmi Note 10 pada chipset baru Snapdragon 678, Redmi Note 10s datang dengan cip buatan Mediatek, yaitu Helio G95. Smartphone ini juga merupakan yang pertama menggunakan MIUI 12.5 terbaru.

Xiaomi juga melengkapi smartphone ini dengan teknologi UFS 2.2, walaupun Helio G95 hanya mendukung hingga 2.1 saja. Selain itu, Xiaomi juga kembali menggunakan layar Super AMOLED dengan dimensi 6,43 inci yang hanya diproduksi oleh Samsung pada perangkat ini. Layar yang terpasang juga menggunakan DotDisplay yang diklaim oleh Alvin lebih mahal jika dibandingkan dengan model waterdrop.

Redmi Note 10s yang diluncurkan di Indonesia juga cukup berbeda dengan yang ada pada negara lain, yaitu memiliki Near Field Communication atau NFC. Fitur ini cukup penting mengingat kartu uang elektronik sangat digunakan untuk membayar parkir dan juga jalan tol. Berbeda dengan kedua saudaranya, kamera yang terpasang pada smartphone ini menggunakan sensor 64 MP buatan OmniVision. Baterai yang terpasang juga memiliki kapasitas 5000 mAh yang bisa diisi dengan charger 33 watt.

Redmi Note 10S hadir dalam tiga pilihan warna yakni Ocean BlueOnyx Gray, dan Pebble White. Xiaomi menjual perangkat ini dengan harga Rp. 2.899.000 untuk varian 6/64 GB dan Rp. 3.299.000 untuk varian 8/128 GB. Seperti biasa pada saat flash sale, harga perangkat ini dipotong Rp. 100.000. Xiaomi menunjuk Akulaku dan Lazada sebagai ecommerce untuk menjual perangkat ini pertama kalinya pada tanggal 24 Mei 2021.

Masih 60 Hz?

Sudah saya sebut sebelumnya bahwa perangkat ini memiliki desain yang sama dengan Redmi Note 10. Perbedaan yang dapat ditemukan hanya pada kamera, NFC, serta SoC yang digunakan. Oleh karena itu, Xiaomi juga menggunakan layar Super AMOLED 60 Hz yang sama dengan Redmi Note 10. Padahal, harga jualnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan saudaranya tersebut.

Saya pun menanyakan mengapa Redmi Note 10s masih menggunakan layar Super AMOLED dengan refresh rate 60 Hz dan bukan 90 Hz atau 120 Hz. Alvin mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah trade off di mana pada rentang harga yang diberikan pada Xiaomi Redmi Note 10s, ada dua pilihan. Pilihan pertama adalah menggunakan layar LCD dengan refresh rate 90 Hz dan yang kedua adalah layar Super AMOLED dengan 60 Hz.

Alvin mengatakan bahwa pada survey yang mereka lakukan, 70% orang lebih memilih layar Super AMOLED dengan 60 Hz. Untuk mendapatkan layar Super AMOLED 120 Hz, pengguna bisa membeli Redmi Note 10 Pro. Oleh karena itu, Xiaomi memilih menggunakan layar Super AMOLED yang memiliki reproduksi warna yang lebih cerah, rasio kontras yang tinggi, dan brightness yang lebih baik.

Apa bedanya MIUI 12.5 dibandingkan dengan sebelumnya?

Alvin juga mengatakan bahwa Redmi Note 10s merupakan perangkat pertama yang menggunakan MIUI 12.5. Lalu apa yang membedakan antar muka yang satu ini dengan MIUI sebelumnya? Dan mengapa bukan MIUI 13?

MIUI 12.5 dibuat khusus agar menjadi lebih ringan saat digunakan, lebih mulus, serta lebih efisien dalam menggunakan baterainya. Jadi dari pada menambahkan fitur-fitur baru, Xiaomi kembali membuka basis kode mereka dan menganalisa apa yang membuat permasalahan pada MIUI terbarunya. Hal-hal tersebut seperti baterai yang lebih boros, adanya lag pada animasi, serta penggunaan RAM yang lebih besar.

MIUI 12.5 sudah membenahi masalah-masalah yang telah disebutkan tadi. Oleh karena itu, Alvin percaya bahwa MIUI 12.5 akan memberikan pengalaman penggunaan yang lebih baik lagi. MIUI 12.5 juga nantinya akan dikeluarkan untuk beberapa perangkat Xiaomi lainnya dalam bentuk update OTA.

Realme Narzo 30 Diungkap, Unggulkan Layar 90 Hz dan Chipset Helio G95 di Harga yang Kompetitif

Realme memperkenalkan Narzo 30 Pro dan Narzo 30A pada bulan Februari lalu, dan tidak lama setelahnya, Narzo 30A langsung resmi dirilis di tanah air. Namun Realme rupanya masih belum selesai dengan seri ini, sebab mereka baru saja menyingkap Narzo 30 tanpa embel-embel.

Posisinya berada tepat di tengah-tengah Narzo 30A dan Narzo 30 Pro. Spesifikasinya lebih mumpuni daripada Narzo 30A, tapi masih lebih inferior ketimbang Narzo 30 Pro. Biasanya, yang posisinya di tengah-tengah itu selalu paling menarik karena bisa menawarkan keseimbangan antara fitur dan harga.

Prinsip tersebut berlaku untuk Realme Narzo 30. Ukuran layarnya memang sama-sama 6,5 inci seperti milik Narzo 30A, akan tetapi resolusinya sudah 1080p, demikian pula refresh rate-nya yang sudah menunjukkan angka 90 Hz. Kalau dibandingkan dengan Narzo 30 Pro, model tersebut sedikit lebih unggul berkat refresh rate 120 Hz.

Ujung kiri atas layarnya dihuni oleh kamera selfie 16 megapixel. Beralih ke belakang, kita akan menjumpai modul memanjang yang berisikan tiga buah kamera: kamera utama 48 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera portrait 2 megapixel. Realme pun tidak lupa melengkapi kameranya dengan fitur-fitur seperti UIS Video Stabilization maupun Super Nightscape Mode.

Sensor sidik jarinya tidak di belakang seperti Narzo 30A, melainkan jadi satu dengan tombol power di samping kanan. Perbedaan krusial lainnya adalah NFC; Narzo 30 sudah dibekali NFC, sedangkan Narzo 30A tidak.

Urusan performa, Narzo 30 ditenagai oleh chipset MediaTek Helio G95, menjadikannya sekelas dengan Redmi Note 10S yang juga baru saja dirilis. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 6 GB, penyimpanan internal 128 GB (plus slot kartu microSD), dan baterai 5.000 mAh yang mendukung fast charging 30 W. Menurut Realme, Narzo 30 hanya memerlukan waktu sekitar 65 menit untuk mengisi ulang baterainya dari nol sampai 100%.

Saat ini Realme Narzo 30 baru dijual di Malaysia saja. Di sana, harganya dibanderol 799 ringgit, atau kurang lebih sekitar 2,8 jutaan rupiah. Sejauh ini belum ada informasi apakah Realme juga bakal membawanya ke pasar Indonesia.

Sumber: GSM Arena.

Sharp Aquos R6 Adalah Ponsel Flagship dengan Sensor Kamera 1 Inci dan Layar 240 Hz

Tidak setiap hari Anda mendengar tentang smartphone bikinan Sharp, sebab sebagian besar memang cuma tersedia di Jepang saja. Meski begitu, ponsel bernama Sharp Aquos R6 berikut ini layak mendapat sorotan ekstra. Pasalnya, ia mengemas teknologi kamera beserta display yang selangkah lebih maju daripada yang ditawarkan oleh ponsel-ponsel flagship lainnya.

Kita mulai dari kameranya dulu. Di saat smartphone lain mengusung setidaknya dua kamera belakang, Aquos R6 justru hanya punya satu. Namun satu kamera tersebut benar-benar istimewa; sensor yang digunakan adalah yang berukuran 1 inci, alias sekitar lima kali lebih besar daripada sensor kamera utama kebanyakan smartphone flagship.

Sebagai perbandingan, Xiaomi Mi 11 Ultra — yang diklaim sebagai ponsel dengan sensor kamera berukuran terbesar ketika dirilis pada akhir bulan Maret kemarin — ‘hanya’ mengemas sensor berukuran 1/1,12 inci. 1 inci adalah ukuran yang sama persis seperti sensor yang tertanam di kamera-kamera compact premium macam seri Sony RX100 maupun Canon G7 X. Resolusi foto yang dapat dihasilkan sendiri adalah 20 megapixel.

Sharp tidak merincikan sensornya berasal dari mana, tapi dugaan kuat mengarah ke Sony mengingat mereka memang memproduksi sejumlah sensor 1 inci beresolusi 20 megapixel. Namun yang lebih istimewa lagi, sensor tersebut ditandemkan dengan lensa f/1.9 hasil rancangan Sharp bersama Leica. Ya, hak berkolaborasi dengan Leica sepertinya sudah tidak lagi eksklusif dipegang oleh Huawei.

Di sebelah kamera berukuran masif tersebut, cuma ada satu sensor ToF (Time-of-Flight) untuk membantu menghasilkan efek blur pada foto portrait yang lebih baik, serta sebuah LED flash — tidak ada kamera ultra-wide maupun telephoto. Juga absen di sini adalah OIS, yang artinya kamera Aquos R6 hanya mengandalkan sistem penstabil gambar elektronik. Buat yang penasaran dengan hasil jepretannya, Anda bisa mengikuti tur virtual yang telah disiapkan oleh Sharp sendiri.

Lanjut ke layarnya, di sini Sharp mengawinkan panel OLED dengan teknologi IGZO rancangannya. Hasilnya adalah panel 6,67 inci beresolusi 2730 x 1260 pixel yang dapat mengatur refresh rate secara dinamis dari 1 Hz sampai 240 Hz, serta yang menawarkan tingkat kecerahan maksimum setinggi 2.000 nit. Lubang kecil pada layarnya itu dihuni oleh kamera selfie 12 megapixel.

Di balik layarnya, Sharp tak lupa menjejalkan sensor sidik jari, spesifiknya sensor 3D Sonic Max besutan Qualcomm yang luas penampangnya lebih besar dari biasanya. Saking besarnya, sensor ini bisa membaca dua sidik jari secara bersamaan, memberikan opsi keamanan ekstra bagi pengguna yang membutuhkan.

Selebihnya, Aquos R6 merupakan perangkat flagship dari ujung ke ujung. Spesifikasinya mencakup chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 8 GB, storage internal 128 GB, dan baterai berkapasitas 5.000 mAh. Harganya belum dirincikan sama sekali, akan tetapi kemungkinan besar smartphone ini memang hanya akan dijual di Jepang saja.

Sharp Aquos R6 bukanlah smartphone pertama yang hadir membawa sensor berukuran 1 inci. Tahun 2014 lalu, sempat ada perangkat bernama Panasonic Lumix CM1 yang mengawinkan sensor kamera 1 inci dengan spesifikasi ala ponsel flagship kala itu — masih zaman Snapdragon 801 dan Android 4.4 KitKat. Teknologi memang sudah berkembang begitu pesat, tapi rupanya kita kembali ke konsep hybrid antara smartphone dan kamera pocket ini lagi.

Sumber: GSM Arena dan Engadget.

Asus Zenfone 8 dan Zenfone 8 Flip Dirilis, Sama-Sama Flagship tapi Beda Target Pasar

Smartphone flagship dengan ukuran yang ringkas sudah tergolong cukup langka dewasa ini. Alasannya mungkin karena memang pasarnya sudah terlalu kecil, akan tetapi hal itu rupanya tidak mencegah Asus mencoba mengisi kekosongan.

Seperti di tahun sebelumnya, Asus tahun ini kembali memperkenalkan dua smartphone flagship sekaligus. Yang berbeda, keduanya kali ini berbeda ukuran: Zenfone 8 dengan layar 5,9 inci, Zenfone 8 Flip dengan layar 6,67 inci.

Kita mulai dari Zenfone 8 terlebih dulu. Dengan dimensi 148 x 68,5 x 8,9 mm dan bobot 169 gram, ia memang tidak sampai sekecil iPhone 12 Mini, akan tetapi secara keseluruhan masih terkesan cukup ringkas untuk digunakan dengan satu tangan. Layarnya pun cukup istimewa; AMOLED dengan resolusi 1080p dan refresh rate 120 Hz, tidak ketinggalan pula tingkat kecerahan maksimum 1.100 nit dan sertifikasi HDR10+.

Di balik layarnya sudah tertanam sensor sidik jari, dan layarnya sendiri dilapisi oleh kaca Gorilla Glass Victus. Masih seputar fisiknya, Zenfone 8 mengusung sertifikasi ketahanan air dan debu IP68, dan di sisi atasnya masih ada sebuah headphone jack.

Seperti halnya iPhone 12 Mini, Zenfone 8 hanya dibekali dengan dua kamera belakang saja: kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686) dan kamera ultrawide 12 megapixel (Sony IMX363) yang bisa merangkap peran sebagai kamera macro karena mampu mengunci fokus dari jarak sedekat 4 cm. Di depan, ada kamera selfie 12 megapixel (Sony IMX663). Ketiga kameranya mendukung teknologi Dual Pixel AF.

Soal performa, Zenfone 8 mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 888, lengkap dengan pilihan RAM 6 GB, 8 GB, atau 16 GB, serta pilihan storage 128 GB atau 256 GB. Baterai yang tertanam memiliki kapasitas 4.000 mAh, serta mendukung fast charging 30 W. Sekali lagi, flagship tapi ringkas. Juga flagship adalah harganya, yang dimulai di €600 untuk pasar Eropa, atau kurang lebih setara 10,4 jutaan rupiah.

Zenfone 8 Flip

Beralih ke Zenfone 8 Flip, ponsel ini pada dasarnya merupakan Zenfone 7 yang telah menerima penyegaran spesifikasi. Keunggulan utamanya, seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, adalah modul kamera belakang yang bisa di-flip sampai menghadap ke depan. Alhasil, layarnya pun bebas poni ataupun tompel.

Yang mungkin agak disayangkan adalah, spesifikasi kameranya sama persis seperti tahun lalu: kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686), kamera ultra-wide 12 megapixel (Sony IMX363), dan kamera telephoto 8 megapixel dengan 3x optical zoom. Bukan berarti kualitas kameranya jelek, tapi semestinya akan lebih menarik lagi jika hardware kameranya diperbarui.

Juga tidak berubah adalah layarnya, masih AMOLED dengan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz, bukan 120 Hz seperti milik Zenfone 8 tadi. Beruntung sensor sidik jarinya sudah dipindah ke bawah layar.

Urusan spesifikasi, Zenfone 8 Flip ditenagai chipset Snapdragon 888, RAM 8 GB, dan pilihan storage internal 128 GB atau 256 GB. Tidak seperti adik kecilnya, Zenfone 8 Flip datang membawa slot kartu microSD. Kapasitas baterainya tentu lebih besar di angka 5.000 mAh, dan ia turut mendukung fast charging 30 W menggunakan adaptor bawaan yang termasuk dalam paket penjualannya.

Di Eropa, perangkat ini dijual dengan banderol mulai €800 (± Rp13,85 jutaan). Pemasarannya di negara-negara lain kabarnya akan segera menyusul dalam waktu dekat.

Sumber: GSM Arena.