Bagaimana Cara Mengoptimalkan Social Commerce untuk Meningkatkan Penjualan?

Social commerce saat ini menjadi salah satu platform andalan masyarakat untuk berbelanja. Social commerce menjadi pilihan yang tepat bagi para pedagang untuk memasarkan produknya secara online.

Sekecil apapun bisnisnya, akan lebih baik jika merambah ke pasar digital karena konsumen di era digital saat ini cenderung lebih memilih belanja online daripada belanja offline yang dianggapnya lebih efektif dan efisien dari segi apapun, terutama waktu. Terlebih, situasi pandemi yang telah membatasi mobilitas masyarakat membuat masyarakat semakin mengandalkan belanja online sekaligus mendorong UMKM untuk beradaptasi dengan platform digital.

Berbagai kategori mulai dari fashion, home and living, beauty and care, electronic, hingga food and beverage sekalipun bisa memperluas pasarnya di platform digital. Namun, pedagang yang ingin merambah ke pasar digital perlu memperhatikan platform mana yang tepat untuk produknya.

Pemilihan yang tepat ini tentunya perlu mempertimbangkan berbagai aspek dengan tujuan agar pedagang dapat mengoptimalkan platform tersebut untuk memperluas pemasarannya sekaligus meningkatkan penjualan. Selain mengenali karakter konsumen dari produk, Anda juga perlu mempertimbangkan karakter dari masing-masing platform yang akan dipilih apakah cocok untuk karakter konsumen produk Anda atau tidak. Simak tips pemilihan social social commerce berikut.

Tips Memilih Media Sosial sebagai Social Commerce yang tepat

  • Tentukan target konsumen Anda

Bukan hanya sebelum merambah ke pasar digital, bahkan target konsumen sudah harus ditentukan sejak awal pada saat Anda merencanakan bisnis yang akan Anda jalankan.

Menentukan pasar dan target konsumen serta mengenali karakter dan preferensi target konsumen menjadi hal yang sangat penting karena hal tersebut akan menjadi dasar penentuan strategi pemasaran ke depannya, termasuk menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memilih platform social commerce yang tepat untuk memperluas pasar dan penjualan.

  • Kenali karakter pengguna setiap media sosial

Dalam memilih media sosial sebagai platform penjualan online, Anda perlu mempertimbangkan pengguna dari setiap media sosial. Pilihlah media sosial yang penggunanya sesuai dengan target konsumen untuk produk Anda, baik itu kesesuaian usia, jenis kelamin, profesi, demografi, preferensi, dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, Instagram didominasi oleh pengguna dibawah 35 tahun dan memiliki fokus pada konten berbentuk foto atau video. Maka dari itu Instagram cocok untuk bisnis dengan kategori produk yang membutuhkan penekanan pada visual seperti produk kecantikan atau pakaian.

  • Pilih platform yang sesuai dengan jenis bisnis Anda

Lihat kecocokan platform yang akan dipilih dengan jenis bisnis Anda. Tentunya semua jenis bisnis dapat merambah ke pasar digital, tetapi dengan melihat kesesuaian jenis bisnis dengan platform digital yang dipilih akan membantu anda memfokuskan kegiatan dan strategi pemasaran. Misalnya produk Anda membutuhkan penekanan visual, maka Anda dapat lebih mengoptimalkan penggunaan Instagram dan Tiktok.

Merambah pasar digital berarti memperluas target konsumen potensial Anda. Melalui platform yang dipilih, Anda dapat menjangkau lebih banyak calon konsumen, berinteraksi secara langsung dengan mereka, dan mempersuasi mereka melalui konten yang Anda sajikan. Setelah memilih platform mana yang tepat, Anda perlu menentukan strategi untuk dapat mengoptimalkan platform tersebut.

Strategi Mengoptimalkan Social Commerce untuk Meningkatkan Penjualan

  • Mengunggah konten secara berkala

Buat konsumen Anda selalu terhubung dengan produk Anda melalui konten yang diunggah. Konten bisa berupa produk/katalog baru atau sekedar konten interaktif dengan konsumen Anda.

Jika Anda mengunggah konten, tentunya konten akan muncul di halaman media sosial konsumen dan membuat konsumen selalu mengingat brand Anda. Anda dapat membuat konten kreatif dalam bentuk foto, video, atau bahkan dalam bentuk teks.

  • Perhatikan kualitas konten yang diunggah

Jika platform yang Anda gunakan mengutamakan visual seperti Instagram, maka Anda perlu memperhatikan kualitas foto atau video yang dibagikan. Jangan sampai membagikan konten dengan resolusi rendah yang akan membuat citra produk Anda menurun.

  • Responsif dan Interaktif

Pelayanan Admin yang mengelola platform online akan turut mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Salah satu kemudahan yang ditawarkan social commerce adalah dimana brand dapat berinteraksi langsung dengan konsumennya, baik melalui kolom komentar atau fitur direct message.

Maka dari itu, penting untuk memberikan pelayanan yang ramah dan responsif kepada konsumen yang mengajukan pertanyaan atau mengadukan keluhan.

  • Mengikuti tren yang sedang naik

Mengikuti tren akan membantu Anda dalam membuat konten yang menarik. Orang cenderung ingin tahu apa yang sedang menjadi tren saat itu, dengan membuat konten sesuai tren akan mendorong konten Anda untuk menjangkau lebih banyak audiens.

Evermos Bukukan Pendanaan Rp584 Miliar, Perkuat Kehadiran di Kota Tier-2 dan 3

Setelah mengantongi pendanaan seri B senilai $30 juta tahun 2021 lalu, startup social commerce Evermos kembali merampungkan pendanaan seri C senilai $39 juta atau setara 584 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini dipimpin International Finance Corporation (IFC).

Investor lainnya yang terlibat di antaranya Jungle Ventures, Shunwei Capital, UOB Venture Management, dan Telkomsel Mitra Inovasi. Putaran pendanaan ini juga melibatkan investor mitra baru seperti SWC Global, Endeavour Catalyst, dan Uni-President Asset Holdings.

Selanjutnya Evermos akan menggunakan dana segar untuk memperkuat jaringan reseller dengan memperdalam penetrasi di pulau Jawa dan melakukan ekspansi ke Sumatera, agar bisa mempercepat brand menjangkau lebih banyak lagi kota tier 2 dan tier 3.

Memberdayakan para reseller

Selain mengembangkan jaringan reseller-nya, Evermos akan terus memberdayakan keterampilan pengecer untuk memperluas pelanggan mereka melalui iklan digital. Perusahaan mencatat penjualan 18x lebih tinggi untuk reseller yang memanfaatkan digital tools, dibandingkan dengan yang mengandalkan jaringan pribadi saja. Evermos rencananya juga akan menerapkan teknologi yang didukung oleh AI.

“Kami tetap berpegang pada komitmen kami untuk mendukung brand lokal sejak hari pertama. Dalam proses memecahkan masalah logistik yang dihadapi brand Indonesia akibat tantangan geografis dan ekonomi yang unik di negara ini, kami menyadari brand menghadapi berbagai tantangan selain distribusi. Oleh karena itu, kami akan terus memanfaatkan inovasi untuk menghubungkan brand lokal dan pelanggan di kota-kota tingkat rendah dengan lebih efisien,” kata Co-founder & CEO of Evermos Ghufron Mustaqim.

Ditambahkan olehnya, prestasi ini mencerminkan kepercayaan investor Evermos dalam menjalankan misi dan dedikasi mereka untuk memberdayakan komunitas, dengan memberikan sumber pendapatan yang berkelanjutan dan fleksibel melalui jaringan distribusi terhubung dan layanan commerce Evermos.

Sejak awal berdirinya, mereka telah berkomitmen untuk mengatasi tantangan logistik, dengan tujuan memastikan adanya kesempatan yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa memandang lokasi geografis, tingkat pendapatan, atau gender.

Ini termasuk menjalin hubungan langsung dengan brand lokal untuk mendekatkan mereka dengan konsumen dan menawarkan solusi komprehensif untuk kebutuhan perdagangan khusus setiap brand. Dengan bergabung ke dalam ekosistem Evermos, brand dapat memanfaatkan 500 kota.

Didirikan pada bulan November 2018 oleh Ghufron Mustaqim, Arip Tirta, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq, Evermos mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Sejak pandemi, bisnis mereka telah menunjukan pertumbuhan GMV sebesar 17x lipat dari tahun keuangan 2020 hingga 2022. Tercatat sebanyak 160 ribu reseller yang melakukan transaksi setiap bulannya per Januari 2023.

Produk yang disediakan kebanyakan adalah komoditas busana muslim, produk kesehatan/kecantikan halal, makanan dan minuman, dan lain-lain — sebagian besar mengutamakan produk bernuansa halal. Namun Ghufron menegaskan, tersedia juga kategori fesyen, home & living, herbal & health. Menjadikan produk mereka inklusif untuk semua.

“Investasi kami di Evermos tidak hanya akan mendorong kemakmuran bersama, inklusi keuangan dan digital, tetapi juga akan memberikan kontribusi signifikan dalam memajukan ekonomi digital yang terus berkembang pesat di Indonesia,” kata Country Manajer IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Randall Riopelle.

Application Information Will Show Up Here

Potensi Social Commerce untuk Bantu UMKM Perluas Kanal Distribusi Produk

Social Commerce bukan lagi menjadi hal baru bagi para pelaku bisnis, terutama UMKM. Fitur social commerce yang dihadirkan oleh media sosial membuat pelaku UMKM banyak memanfaatkannya. Terlebih, tingginya jumlah pengguna media sosial membuat social commerce menjadi potensi yang baik bagi UMKM untuk mengembangkan bisnisnya. Artikel ini akan membahas potensi social commerce bagi bisnis UMKM. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini, ya!

Apa itu Social Commerce?

Dalam Social Commerce Report 2022 oleh DailySocial, Social Commerce didefinisikan sebagai proses jual beli barang atau jasa yang dilakukan melalui platform media sosial. Kini, media sosial tidak hanya sebagai platform yang memungkinkan antar pengguna untuk bercengkrama secara virtual, namun juga menawarkan pengalaman berbelanja bagi penggunanya.

Media sosial sebagai social commerce memberikan kesempatan kepada para pelaku bisnis UMKM untuk menghubungkan brand mereka dengan para pelanggan potensial. Penjual juga bisa berinteraksi dan memberikan feedback secara langsung kepada pelanggan, baik melalui kolom komentar maupun fitur direct message.

Melalui social commerce, pelanggan disajikan berbagai visual dari katalog produk yang ditawarkan. Social commerce memberi kesempatan kepada pelanggan untuk meminta rekomendasi, berdiskusi dengan teman, dan melakukan pembelian sekaligus tanpa perlu keluar dari aplikasi.

Sebagai platform yang menjembatani proses transaksi, pelanggan social commerce juga bisa memberikan ulasan mereka terhadap setiap produk yang dibeli atau jasa yang disewa. Menurut survei oleh Nielsen, 84% konsumen mempercayai ulasan online sebanyak rekomendasi pribadi (MSME Empowerment Report, 2022).

Dengan begitu, social commerce tidak hanya memberikan kemudahan transaksi bagi pelanggannya tetapi juga mengubah semua pengalaman tersebut menjadi pengalaman sosial di mana pelanggan akan merasa terhubung dengan brand.

Di sisi lain, tingginya jumlah pengguna media sosial dari tahun ke tahun membuatnya menjadi peluang tersendiri bagi UMKM yang ingin menjangkau lebih banyak pelanggan baru, bahkan dalam lingkup global. Menurut survei We Are Social dan Hootsuite, pada tahun 2021, terdapat lebih dari 132 juta pengguna media sosial aktif di Indonesia, yang merupakan peluang pasar yang signifikan bagi para pelaku UMKM (MSME Empowerment Report, 2022).

Pelaku UMKM bisa memanfaatkan media sosial sebagai social commerce untuk memperluas jangkauan pelanggan potensial, terhubung langsung dengan pelanggan, meningkatkan web traffic, penjualan, brand awareness, dan mengumpulkan berbagai feedback pelanggan sebagai bahan data analisis.

Gambaran Pengadopsian Teknologi Digital dan Social Commerce oleh UMKM

Dalam hal pengadopsian teknologi digital untuk bisnis, UMKM Indonesia memiliki tingkat adopsi yang cukup tinggi, terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi dalam proses digitalisasinya. Kepala Bidang Kemudahan Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM, Berry Fauzi, dalam MSME Empowerment Report 2022 menyampaikan jumlah penetrasi internet di masyarakat Indonesia mencapai 73,7%.

Selama masa pandemi, UMKM juga banyak memanfaatkan berbagai marketplace untuk memasarkan produknya. Sebanyak 40% UMKM menggunakan media sosial, 38% menggunakan instant messaging, 13% menggunakan e-commerce, dan ride-hailing sebesar 5%

Dalam survei yang dilakukan oleh We Are Social and Hootsuite, Indonesia menjadi negara tertinggi ke-6 dengan 65,1% dari pengguna media sosialnya memanfaatkan media sosial mereka untuk mencari informasi terkait suatu brand. Indonesia juga menjadi negara tertinggi (87,1%) yang mengadopsi ecommerce sebagai platform penjualan online. Termasuk dalam hal pengadopsian mobile ecommerce, Indonesia menempati posisi pertama dengan persentase 79,1%.

Masih dalam hasil survei yang sama, TikTok menjadi mobile app yang paling banyak diunduh, disusul dengan Facebook dan WhatsApp. Dalam laporan lain bertajuk The Social Commerce Landscape in Indonesia 2022, TikTok Shop (54%) menjadi platform digital yang paling banyak digunakan untuk berbelanja, diikuti oleh WhatsApp (39%), Instagram Shop (24%), dan Facebook Shop (21%).

Melalui ekosistem holistiknya, TikTok membantu pelaku bisnis untuk meningkatkan brand awareness melalui TikTok For Business, meningkatkan interaksi dengan pelanggan melalui live stream, dan meningkatkan penjualan melalui TikTok Shop. Tidak hanya itu, pendekatan Shoppertainment yang digunakannya memungkinkan pengguna untuk mengemas konten jualan mereka menjadi konten video hiburan yang akan menarik perhatian pelanggan untuk kemudian mendorong pembelian.

Keuntungan Penggunaan Social Commerce bagi UMKM

Penggunaan social commerce untuk bisnis UMKM tidak hanya dilakukan untuk meningkatkan brand awareness. Media sosial yang dimanfaatkan sebagai social commerce juga memiliki fitur lain yang menguntungkan pengguna bisnis, yaitu fitur analitik.

Melalui fitur analitik, pelaku UMKM bisa mengukur performa dari bisnisnya di media sosial yang digunakan tersebut. Analitik akan membantu UMKM untuk memahami performa, mulai dari performa konten hingga karakteristik pelanggan. Dengan begitu, pelaku UMKM bisa memanfaatkan hasil analitik tersebut untuk menetapkan strategi bisnis yang tepat.\

(MSME Empowerment Report 2022, hal 51)

Survei yang dilakukan oleh DailySocial menunjukkan beberapa manfaat yang dirasakan UMKM Ketika mereka menggunakan social commerce. Peningkatan omzet (19,4%) menjadi manfaat yang paling banyak dirasakan oleh UMKM yang mengadopsi social commerce, diikuti oleh terbukanya pemasaran yang luas (17,6%), mendapat banyak pelanggan (13,1%), peningkatan jumlah pesanan baru (9,5%), dan kemudahan pemasaran produk (9,3%).

(MSME Empowerment Report 2022, hal 48)

Survei yang dilakukan oleh DailySocial menunjukkan pemanfaatan media sosial sebagai social commerce paling banyak digunakan untuk marketing, selling, interacting, dan paid feature. Dalam hal marketing, media sosial membantu UMKM untuk memasarkan produk, meningkatkan brand awareness, terhubung dengan pelanggan potensial, dan mengevaluasi strategi serta performa pemasaran mereka melalui fitur analitik tanpa perlu boros biaya. Media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk penjualan/selling.

Misalnya, melalui fitur TikTok Shop, pelaku bisnis bisa membuat konten video produk dengan langsung menambahkan detail informasi produk sehingga pelanggan bisa dengan mudah menemukan produk dan langsung melakukan pembelian tanpa perlu berpindah aplikasi. Penjual juga bisa berinteraksi dan memberikan feedback secara langsung kepada pelanggan. Hal tersebut dapat membangun kepercayaan dan kredibilitas suatu brand di benak pelanggan. Jika menginginkan hasil yang optimal, pelaku bisnis bisa memanfaatkan fitur berbayar misalnya ads.

(MSME Empowerment Report 2022, hal 52)

Sebagai pemain baru yang memiliki pertumbuhan pesat di kalangan generasi milenial dan generasi Z, sebanyak 22,4% responden dalam surevi MSME Empowerment Report 2022 mengaku menggunakan TikTok Shop sebagai sarana penjualan mereka. Survei menunjukkan manfaat dari penggunaan TikTok Shop sebagai strategi dalam bisnis UMKM adalah untuk meningkatkan penjualan (17,1%), media promosi (12,5%), membuat brand lebih populer (8,6%), mendapat target pasar baru dan penjualan lebih luas (8,2%), dan mendapat pelanggan baru (7,7%).

Tantangan Penggunaan Social Commerce yang dihadapi UMKM

Hasil survei dalam MSME Empowerment Report oleh DailySocial dan TikTok menunjukkan beberapa tantangan dalam upaya pengadopsian teknologi digital bagi UMKM, di antaranya:

Akses ke keuangan

Dalam survei tersebut, menurut International Finance Corporation, penghalang utama adopsi digital bagi UMKM di negara berkembang (termasuk Indonesia) adalah kurangnya akses ke keuangan. Dalam laporan tersebut, diperkirakan sekitar 60% UMKM di negara berkembang tidak memiliki akses ke kredit formal, sehingga sulit bagi UMKM untuk berinvestasi dalam teknologi digital.

Kurangnya keterampilan dan keahlian digital

Sumber daya UMKM cenderung terbatas. Bahkan, tak jarang satu orang harus mengerjakan beberapa tugas sekaligus demi menghemat pengeluaran. Padahal, penting untuk memiliki seseorang yang andal dalam teknologi digital dan fokus untuk mengelola platform digital.

Kurangnya infrastruktur digital yang memadai

Masih ada beberapa daerah yang belum memiliki akses internet yang memadai, terutama daerah pedesaan. Padahal, akses internet adalah kunci utama bagi UMKM yang akan merambah ke ekosistem digital.

Keamanan

Selain sumber daya manusia yang terbatas, sulitnya akses keuangan membuat modal UMKM juga terbatas. Tidak adanya anggaran untuk melindungi aset digital dan kurangnya pengetahuan tentang ancaman keamanan siber membuat UMKM rentan terhadap bahaya kejahatan siber.

Tantangan lainnya yang dihadapi UMKM dalam pemanfaatan teknologi digital adalah pemasaran. Sebanyak 70,2% responden dalam MSME Empowerment Report mengalami kendala dalam pemasaran produk secara digital. Laporan tersebut menyebutkan bahwa kendala utama yang dihadapi UMKM dalam pemasaran digital adalah kebutuhan akan brand yang kuat di benak pelanggan. Tanpa brand image yang kuat, akan sulit bagi UMKM untuk bersaing dengan brand lain. Sumber daya keuangan yang terbatas juga membuat UMKM kesulitan mengalokasikan anggaran untuk iklan atau promosi digital. 

Tips Memanfaatkan Social Commerce untuk Bantu Perluas Kanal Distribusi Produk UMKM

Manfaatkan fitur analitik

Media sosial sebagai social commerce menyediakan fitur analitik yang dapat digunakan oleh pelaku bisnis sebaga dasar melakukan evaluasi dan mengecek performa dari konten, feedback pelanggan, strategi pemasaran yang diterapkan, serta penjualan.

Salah satu fitur analitik yang dapat digunakan adalah TikTok Insight. Melalui TikTok Insight, pelaku bisnis bisa menemukan berbagai informasi yang dapat membantu mereka menentukan strategi pemasaran yang tepat, misalnya wawasan mengenai komunitas, cara pelanggan berinteraksi dengan brand, dan pengaruh dari TikTok ads. Dengan begitu, pelaku UMKM bisa menargetkan pelanggan dengan tepat, mengoptimalkan konten dan meningkatkan strategi pemasaran agar mendapat hasil yang maksimal.

Gunakan Hashtag

Penggunaan hashtag bisa dilakukan dengan mencantumkan hashtag yang relevan dengan konten maupun menggunakan hashtag sesua dengan tren. Tujuannya agar konten bisa muncul di pencarian hashtag yang sedang menjadi tren.

TikTok adalah aplikasi yang sering menaikkan konten melalui hashtag. Penggunaan hashtag adalah cara ampuh untuk meningkatkan visibilitas konten, dimana konten memiliki peluang besar untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.

Tunjukkan testimoni pelanggan

Konsumen cenderung lebih tertarik untuk menggunakan produk yang telah digunakan oleh banyak orang dan akan melihat testimoni sebelum memutuskan pembelian. Testimoni pelanggan akan membantu meyakinkan calon pelanggan agar membeli produk Anda. Karenanya, testimoni pelanggan merupakan salah satu hal penting jika UMKM ingin meningkatkan omzet penjualan. Pelaku UMKM bisa menunjukkan testimoni melalui berbagai cara, misalnya dengan melakukan repost jika testimoni disampaikan di Instagram dan mengemasnya dalam bentuk video jika testimoni akan diunggah di TikTok.

Gunakan layanan Ads

Social commerce menawarkan layanan iklan yang dapat membantu UMKM untuk menjangkau lebih banyak calon pelanggan potensial. Dengan iklan, pelaku UMKM dapat menargetkan demografi tertentu sesuai karakteristik target pelanggan yang didapat melalui fitur analitik sehingga potensi untuk mendapatkan hasil yang optimal semakin besar.

Responsif

Memberikan feedback yang cepat kepada pelanggan dapat meningkatkan citra merek yang baik. Sebagian besar calon pelanggan cenderung akan mengurungkan niat pembeliannya jika penjual tidak responsif. Feedback yang dimaksud bisa dalam bentuk komentar di kolom komentar maupun direct message. Dengan begitu, penjual bisa membangun dan menjaga relasi yang baik dengan para pelanggannya.

Manfaatkan fitur tautan, challenge dan live stream

Fitur tautan dalam konten akan memudahkan pelanggan untuk melihat produk yang terdapat dalam konten. Misalnya dalam konten video TikTok, pelaku bisnis dapat menautkan informasi produk dalam kontennya sehingga konsumen bisa langsung melakukan pembelian dari aplikasi jika tertarik.

Fitur challenge dan live stream dari TikTok bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan dengan brand. Pelaku UMKM bisa membuat tantangan yang berkaitan dengan produk dan mengajak para pengikutnya untuk berpartisipasi dalam challenge tersebut. Challenge TikTok merupakan cara ampuh untuk membuat konten viral. Sedangkan melalui live streaming, penjual bisa berinteraksi langsung dengan pelanggan sembari menampilkan produk yang ditawarkan.

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa social commerce bisa membantu bisnis UMKM untuk memperluas kanal distribusi produk mereka. UMKM bisa memilih platform yang paling cocok dengan bisnisnya atau platform yang paling banyak digunakan oleh target konsumennya. 

DS/innovate bersama dengan TikTok bekerja sama merilis laporan bertajuk MSME Empowerment Report 2022 yang berisi tentang analisis digitalisasi dan pemberdayaan UMKM di era digital. Anda dapat menggunakan hasil laporan tersebut sebagai salah satu acuan dalam memilih dan menentukan strategi pemanfaatan social commerce. Unduh laporan lengkapnya di sini. Semoga bermanfaat!

Startup Chat Commerce Mimin Umumkan Pendanaan Awal dari Otto Digital

Mimin, startup chat commerce enabler dan asisten virtual pengoperasian bisnis, hari ini (05/5) mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan dari Otto Digital, bagian dari Salim Group. Nantinya Mimin akan menggarap komunitas UMKM dari Otto Digital yang tersebar di seluruh Indonesia, sejalan karena menjadi target utama dari layanan Mimin.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk dan fitur baru demi melayani para UMKM dan penjual online, serta memperkuat infrastruktur teknologi dan software manajemen pesanan.

CEO Otto Digital Reginald Hamdani menyampaikan, ketertarikan Otto Digital terhadap Mimin karena startup tersebut memberikan solusi yang relevan bagi para UMKM dan membantu pelaku usaha dalam meningkatkan efisiensi penggunaan WhatsApp sebagai sarana jualan.

“Investasi ini sejalan dengan visi Otto Digital dalam membangun ekonomi dengan memberdayakan masyarakat dan memperluas pertumbuhan ekonomi hingga pedesaan. Mimin adalah salah satu enabler yang kita butuhkan untuk mewujudkannya. Karena itu, investasi kami merupakan salah satu bentuk komitmen dalam membangun UMKM Indonesia yang lebih kuat,” ungkap dia dalam keterangan resmi.

Reginald melanjutkan, pihaknya juga menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap rekam jejak pendiri Mimin, yakni Joseph Simbar (CEO) dan Bayu Eka Putra (COO). Joseph merupakan serial entrepreneur yang berpengalaman dalam dunia teknologi, terutama SaaS enterprise selama 15 tahun. Sementara itu, Bayu memiliki pengalaman lebih dari 17 tahun sebagai manajemen eksekutif di berbagai perusahaan multi-industri.

“Pendiri Mimin mempunyai visi besar dan komitmen yang kuat. Kombinasi dari dua hal inilah yang menjadi kunci kesuksesan. Dengan usia yang relatif muda, kapasitas dan energi yang tinggi, kami percaya mereka dapat menyetir pengembangan Mimin ke jalur yang tepat,” tambah Reginald.

Industri chat commerce

Mimin mengutip dari dua sumber laporan, bahwa menurut Research and Markets, dalam lanskap industri jual-beli di Indonesia, social commerce diperkirakan tumbuh sebesar 17,9% per tahun dari 2022-2028. Didukung dari laporan Populix pada 2022, sebanyak 86% masyarakat Indonesia sudah pernah berbelanja melalui media sosial dan aplikasi chat, seperti TikTok Shop (45%), WhatsApp (21%), Facebook (10%), dan Instagram (10%).

Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas penjual online di Indonesia memiliki berbagai kanal penjualan. Tidak hanya membuka toko online di platform e-commerce, banyak penjual yang berfokus mempromosikan jualannya melalui media sosial dan aplikasi chat. Untuk mengelola penjualan social commerce ini, rata-rata penjual mengandalkan pencatatan order, pengecekan ongkir, dan penerimaan pembayaran secara manual. Proses manual ini cenderung memakan waktu dan rentan dengan risiko human error.

Mimin menawarkan automasi chat commerce dan platform pengelolaan pesanan agar para pelaku bisnis dapat lebih mudah menjalankan tokonya. Melalui Mimin, penjual dapat dengan mudah memasukkan pesanan dari format order yang telah tertulis melalui WhatsApp pada aplikasi Mimin dan secara otomatis memberikan invoice dan konfirmasi pembayaran.

Dengan solusi tersebut, pelaku usaha dapat memproses pesanan 70% lebih cepat dan akurat. Tidak hanya itu, setiap pembeli yang pernah melakukan transaksi pun dapat dengan mudah dihubungi kembali untuk diberikan penawaran yang sifatnya lebih personal dan relevan.

CEO Mimin Joseph Simbar menuturkan, berdasarkan temuan di lapangan, banyak penjual dan pembeli yang lebih nyaman melakukan transaksi secara conversational, misalnya melalui WhatsApp atau DM Instagram. Mimin hadir untuk membantu penjual online dengan mempermudah pemrosesan setiap pesanan melalui solusi otomatis, sehingga penjual bisa menghemat waktu dan tenaga, serta mengembangkan bisnis mereka lebih jauh.

“Kami pun memberikan insight relevan bagi para pelaku usaha agar mereka bisa berinovasi berdasarkan insight tersebut,” kata dia.

Saat ini, aplikasi Mimin telah digunakan oleh para UMKM di 20 provinsi dan 55 kota di Indonesia yang bergerak di berbagai industri, terutama F&B rumahan, fesyen, serta kebutuhan sehari-hari. Untuk memperbesar jangkauannya, Mimin berkolaborasi dengan pemerintah daerah di beberapa daerah seperti Sragen dan Kep. Riau serta mendekati komunitas UMKM lokal dengan memberikan pelatihan dan pendampingan. Salah satunya, pelatihan Mimin yang tengah berlangsung di Sragen dan Kep. Riau berhasil mengundang 10.000 UMKM untuk bergabung dan menggunakan Mimin untuk mengelola bisnis mereka.

Untuk melayani perusahaan ritel dengan skala lebih besar, Mimin juga menyediakan layanan Mimin Pro, penjual bisa dengan mudah memproses pesanan yang datang melalui chat, lalu mendelegasikan penyelesaian transaksi tersebut kepada cabang terdekat. Hal ini membantu meningkatkan omzet bagi perusahaan, serta menguntungkan pembeli karena membuat biaya ongkir menjadi lebih terjangkau. Layanan ini telah digunakan oleh brand ritel ternama seperti Hero Supermarket, Bumame Farmasi, dan LotteMart untuk menghubungkan pembeli dengan cabang terdekat.

Startup Social Commerce “Shox” Resmi Tutup dan PHK Seluruh Karyawan [Updated]

Startup social commerce Shox Rumahan resmi menutup operasional dan melakukan PHK kepada seluruh karyawannya per 25 Februari 2023. Berdasarkan informasi yang dilaporkan oleh Tech in Asia, Chief Commercial Officer Shox Mari Octavyani Manao hanya menyatakan alasan “merugi” tanpa penjelasan lebih lanjut.

Sebagai informasi, Shox beroperasi dengan entitas legal PT. Soyaka Cerdas Kaya sejak 2019. Shox didirikan oleh Sonat Yalcinkaya (Kaya) dan Mari Octavyani Manao atau Vyani. Adapun, Vyani adalah Co-founder Pakde, startup logistik yang dicaplok oleh Shipper pada 2020.

Sebelumnya, salah satu karyawan Shox mencuit di Twitter bahwa aksi PHK menyeluruh ini dilakukan secara sepihak, dan dikarenakan alasan pailit. “PHK terjadi sepihak dan alasannya berubah-ubah. Awalnya, [kami] dipecat karena pailit, dan sebulan kemudian surat PHK diganti menjadi efisiensi karena rugi selama dua tahun,” tutur akun @prabu_yudianto di laman Twitter-nya.

Ia menambahkan, kedua alasan yang disampaikan C-level Shox, tidak disertai dengan bukti sehingga selama sebulan para karyawan merasa terombang-ambing tanpa kejelasan.

Lebih lanjut, jelas Prabu, Shox mengumumkan PHK sebanyak empat kali sejak Januari hingga 25 Februari 2023. “Puncaknya pada 25 Februari, C-level mengadakan townhall dan menyatakan semua karyawan di-PHK dengan alasan pailit. Tidak ada bukti bahwa perusahaan pailit. Hanya pernyataan sepihak perusahaan, tanpa ada kejelasan tentang skema pemecatan dan pesangon.”

Selain itu, para karyawan terdampak sempat duduk bersama dengan Co-founder Shox Vyani Manao pada 17 Maret 2023 untuk membahas perihal ketidakjelasan pesangon dan gaji. Namun, tidak ada titik temu yang jelas karena karyawan hanya dijanjikan terbit SPHK pada 23 Maret.

Sempat kantongi pendanaan

Shox belum genap setahun usai memperoleh pendanaan seri A sebesar $5,5 juta (sekitar Rp79 miliar) pada April 2022. Pendanaan ini disuntik oleh Ephesus United, AC Ventures, Teja Ventures, SGInnovate, Partech, dan sejumlah investor lainnya.

Shox adalah aplikasi pemenuhan kebutuhan rumah, mulai dari perlengkapan dapur hingga alat elektronik. Dengan menggunakan konsep social commerce, layanan Shox memungkinkan pengguna mendapat penghasilan lewat program kemitraan/komunitas. Di dalam aplikasinya juga tersedia fitur arisan. Pantauan terakhir, aplikasi Shox Rumahan diunduh puluhan ribu di Google Play Store.

Di sepanjang 2022, DailySocial.id melihat sejumlah startup di sektor turunan e-commerce terpaksa pivot lantaran tidak menemukan unit economic ideal untuk mencapai keberlanjutan. Beberapa di antaranya adalah Bananas (tutup dan pivot ke bisnis baru), Radius (pivot ke social commerce dan rebranding menjadi Bakool), dan Brambang (tutup dan pivot ke marketplace produk elektronik)

RateS Tutup Sementara Semua Akses Pergudangan

Platform social commerce berbasis keanggotaan RateS tengah menempuh jalur efisiensi bisnis. Hal ini terlihat dari unggahan terkini perusahaan di laman media sosialnya terkait penutupan sementara semua gudang RateS per tanggal 28 Februari 2023.

Disampaikan, RateS akan tetap memproses pesanan yang masuk sebelum 28 Februari 2023 pukul 23.59 WIB. Per 2022, RateS tercatat memiliki enam gudang penyimpanan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Tim DailySocial.id sempat menghubungi Co-Founder dan COO RateS Albert Ho terkait hal ini. Ia mengaku bahwa langkah tersebut adalah bagian dari efisiensi. “Kami memutuskan untuk menghentikan order dari gudang,” ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa penutupan ini bersifat sementara. “Kami tidak berencana untuk pivot. Saat ini, kami sedang fokus pada sektor yang menghasilkan lebih banyak margin, seperti pesanan marketplace dan lainnya.”

RateS didirikan pada 2016 dengan misi awal membantu transaksi e-commerce lintas negara lebih efisien dan mudah diakses. Seiring perkembangan industri, aplikasi RateS memungkinkan siapa saja bisa berjualan (menjadi reseller) tanpa harus membeli stok barang terlebih dulu.

Pengguna bisa membuat sebuah lapak online berisi berbagai produk sesuai yang ada di katalog RateS, selanjutnya mempromosikannya melalui kanal online dan offline yang dimiliki. Sebagai mitra, reseller akan mendapatkan harga beli khusus dan harga jual ke konsumen sehingga mendapatkan keuntungan.

Startup lulusan program PayPal Incubator di Singapura ini juga telah beberapa kali melakukan penggalangan dana. Pada awal 2022 lalu, perusahaan mengumumkan pendanaan segar senilai $6 juta dalam bentuk ekuitas dan debt.

Dalam pemberitaan terakhir, Albert mengungkap investasi tersebut rencananya dilanjutkan dengan penggalangan dana seri B yang ditargetkan rampung tahun ini. Perusahaan juga tertarik untuk menjajaki produk pembiayaan menyusul bergabungnya Kasikorn Bank dalam jajaran investor.

Terkait bisnisnya di Indonesia, RateS mengaku telah mengalami pertumbuhan pesat pada 2021, dengan peningkatan 4x lipat sejak tahun 2020. Menurut data terkini, perusahaan telah memerdayakan lebih dari 500 ribu reseller di seluruh Indonesia dan mecetak keuntungan lebih dari Rp30 miliar melalui kurang lebih 1 juta pesanan di aplikasinya.

Tantangan di Indonesia

Pada 2022, DSResearch merilis laporan yang membahas perkembangan ekosistem social commerce di Indonesia. Selama satu dekade terakhir e-commerce telah berhasil menjadi lokomotif industri yang mendorong ragam inovasi digital di berbagai sektor. Namun, masih ada gap yang belum terselesaikan, khususnya terkait pemerataan jangkauan layanan.

Gap tersebut dilandasi berbagai faktor, misalnya terkait distribusi layanan di kota tier 3 atau 4. Sampai dengan literasi digital masyarakat rural yang belum maksimal. Selain itu, tantangan yang masih ditemui adalah bagaimana mereka bisa meyakinkan produsen dan principal untuk bisa bersama memberikan layanan kepada kota-kota tier 2 dan 3. Padahal, kota-kota tier 2 dan 3 saat ini disebut tengah mengalami kemajuan pesat.

Berdasarkan laporan Alpha JWC Ventures bersama Kearney terkait potensi pertumbuhan digital non-metropolitan Indonesia, ekonomi digital di area tier 2 dan 3 diproyeksi tumbuh lima kali lipat dalam lima tahun ke depan. Hal ini diperkuat sejumlah faktor, antara lain pertumbuhan makro ekonomi, adopsi layanan digital, hingga upaya pemerintah mendorong ekosistem startup digital di kota tier 2 dan 3.

Sementara, menurut proyeksi dari McKinsey, nilai GMV yang akan dihasilkan industri e-commerce di Indonesia akan mencapai $65 miliar pada 2022 mendatang. Social commerce sendiri memiliki dapat menyumbang sampai $25 miliar pada capaian tersebut.

Di Indonesia, sudah ada beberapa layanan social commerce yang beroperasi, termasuk Evermos, Dagangan atau Woobiz yang menekankan pada aspek pemberdayaan perempuan di daerah. Secara ekosistem, pemain social commerce lokal juga terus berdatangan dengan pendekatan yang unik. Namun satu hal yang menjadi misi utama, dilakukan semua platform, adalah menyasar kalangan pengguna di kota-kota kecil.

Mengulik DANA Ventures, Unit Inkubasi Bisnis Internal Milik DANA

Dalam rangka mendukung inovasi baru di dunia digital, DANA menginisiasi pendirian studio venture internal dinamai DANA Ventures. Inisiatif ini dilakukan untuk mendorong DANA dalam mengeksplorasi potensi ide, model bisnis, dan teknologi distruptif yang mampu membawa nilai tambah baru bagi ekosistem DANA, tanpa mengganggu bisnis utama dan proses yang ada di DANA.

“DANA Ventures tidak berupa VC eksternal pada umumnya dan tidak juga berupa program inkubator/akselerator eksternal. DANA Ventures berangkat dari keinginan kami untuk mengeksplorasi potensi ide, model bisnis, dan teknologi disruptif yang mampu membawa nilai tambah baru bagi ekosistem DANA,” ucap Chief Innovation Officer DANA Indonesia Darrick Rochili saat dihubungi DailySocial.id, Jumat (24/2).

Hipotesis yang melatarbelakangi kehadiran DANA Ventures ini adalah berdasarkan teori disruptif, sebuah perusahaan biasanya tidak bisa mendisrupsi dirinya sendiri. Hal ini lantaran perusahaan tersebut memiliki sumber daya, proses, dan formula laba bisnis yang membuatnya sukses.

Adapun DANA sendiri tetap berfokus pada inti bisnisnya, yakni menjadi jembatan bagi inklusi keuangan digital dan menjadi platform keuangan digital berbasis gaya hidup untuk masyarakat Indonesia.

“DANA Ventures hadir dengan proses yang berbeda untuk mengeksplorasi disrupsi yang potensial di tengah pasar tanpa mengganggu inti bisnis dan proses DANA, tetapi tetap memanfaatkan besarnya ekosistem DANA dari sisi pengguna, merchants, dan mitra.”

Secara struktur di manajemen DANA, DANA Ventures dipimpin oleh Chief Innovation Officer yang bertanggungjawab kepada CEO DANA Indonesia. Sementara itu, DANA Ventures diisi oleh beberapa tim dari bidang yang berbeda, seperti tim Bisnis, Produk, Project, dan Teknologi.

Sejak awal DANA berdiri, sudah memiliki Tim Innovation yang mengeksplorasi berbagai inisiatif seperti TIX ID, DANA Bisnis, DANA eMAS, dan proyek internal lainnya. Namun sejak 2022, Tim Innovation secara resmi berganti nama menjadi Tim Ventures dan sedikit mengubah konsep dan strateginya menjadi Ventures studio.

Proses inovasi

Dia melanjutkan, seluruh karyawan DANA dapat memberikan ide menarik mereka. Namun, sesuai dengan tujuan awal DANA Ventures yang ingin mengeksplorasi ide disruptif dan sebagainya, maka perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan inisiatif-inisiatif dari DANA Ventures dilakukan terpisah dari tim DANA dengan menggunakan proses yang berbeda. Tujuannya agar DANA Ventures dapat bergerak lebih agile dan tidak mengganggu proses dan bisnis DANA secara keseluruhan.

DANA Ventures memiliki sebuah kerangka kerja —yang terhubung dengan kriteria seperti UNSDG (United Nations Sustainable Development Group) dan juga tujuan DANA— yang mana setiap ide, model bisnis atau implementasi teknologi akan dievaluasi dan dianalisis sebelum dibuat dan diuji di pasar selama jangka waktu tertentu.

Apabila ide venture tersebut berhasil mencapai target tertentu selama jangka waktu itu, maka ide itu akan dilanjutkan, tapi kalau tidak, ide itu akan dihentikan. Setiap inisiatif yang diluncurkan melalui DANA Ventures juga akan terhubung dengan dompet digital DANA serta memungkinkan bisnis untuk menjangkau lebih dari 135 juta pengguna DANA.

Melalui kerangka kerja tersebut, seluruh ide bisnis internal dianalisis dan dicek. Setelah ide disetujui, tim DANA Ventures mulai membangun MVP/prototipe bisnis/ produk dan meluncurkan ke pasar, dengan memanfaatkan ekosistem DANA dan anggaran Ventures, dalam jangka waktu terbatas.

“Selama periode ini, tim kami juga akan memantau tanggapan dan validasi pasar sebelum akhirnya memutuskan untuk mengembangkan atau menutup bisnis tersebut.”

Bora Bora

Produk inkubasi pertama yang sudah dirilis adalah platform group social buying Bora Bora (Borong Rame Rame) sejak Desember 2022. Latar belakangnya hadir karena melihat dari tingginya potensi social commerce di Indonesia.

Menurut Darrick, Bora Bora hadir untuk mendorong pengguna membeli barang secara kolektif dengan pengguna lain, menawarkan produk dengan harga yang jauh lebih rendah dengan syarat jumlah minimum pembelian.

“Melihat kesesuaian pasar dan model bisnis ini untuk dieksplorasi, Bora-Bora pun diluncurkan melalui DANA Ventures. Bora Bora juga menciptakan peluang bagi bisnis di berbagai skala, termasuk UMKM, untuk menjangkau pengguna dalam ekosistem DANA yang kini berjumlah hingga 135 juta pengguna.”

Aplikasi Bora Bora sudah bisa diunduh di Play Store dan App Store. Adapun proses belanjanya, konsumen dapat memilih barang yang disukai dan mengajak teman untuk bergabung dengan membagikan link group buy supaya kuota pembelian terpenuhi. Jika kuota pas, maka konsumen dapat membeli barang yang sudah dipilih dengan harga murah.

Sementara, jika tidak akan otomatis dibatalkan dan uang kembali ke pembeli ke DANA Balance User. Kemudian merchant akan segera memproses pesanan dan dikirim ke alamat masing-masing pembeli.

Darrick dan tim terus memantau dan evaluasi berkala tentang perkembangan Bora Bora. Pihaknya berharap DANA Ventures dan Bora Bora tidak hanya mampu mengembangkan ekosistem DANA, tetapi juga turut menciptakan peluang dan memberikan pertumbuhan yang positif bagi bisnis di berbagai skala, termasuk UMKM.

“Kami yakin Bora Bora dapat membantu mendorong pertumbuhan bisnis melalui jangkauannya kepada pengguna DANA di seluruh Indonesia. Kami mengajak UMKM sebagai penggerak ekonomi digital utama Indonesia untuk menjadi bagian dari Bora Bora dan membangun kemitraan jangka panjang,” pungkasnya.

Berdasarkan laporan Cube Asia bertajuk “Social Commerce in Southeast Asia 2022” mengungkapkan, Indonesia menjadi pasar live shopping dan community group buy terbesar di Asia Tenggara dengan estimasi nilai GMV masing-masing sebesar hampir $5 miliar dan $2 miliar. Khusus untuk group buying, angka transaksinya masih relatif kecil sekitar 3% atau $5 miliar dari total GMV di Asia Tenggara.

Beberapa startup di Tanah Air yang menggunakan model ini di kota tier 2 dan 3 adalah Kitabeli, Evermos, Echo (milik Enablr), dan Bakool.

Application Information Will Show Up Here

Apa itu Social Commerce dan Bagaimana Dapat Membantu Bisnis Anda?

Social commerce merupakan upaya perdagangan dengan menggunakan media elektronik di mana pedagang menjual produknya secara online tetapi tetap memungkinkan konsumen untuk bisa berinteraksi langsung dengan brand, mencari berbagai produk, dan melakukan transaksi.

Social commerce menjadi opsi bagi para pedagang untuk bisa menjangkau seluruh konsumennya yang tersebar di berbagai daerah hanya melalui online platform. Selain itu, dari sisi pelanggan juga akan mendapat kemudahan ketika melakukan pencarian dan pembelian produk karena mereka bisa melakukan checkout langsung dari social commerce platform.

Berdasarkan data dari laporan “Social Commerce 2022” oleh DSInnovate, pasar social commerce di Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka 8,6 miliar dolar, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 55 persen, dan diperkirakan akan terus tumbuh hingga mencapai 86.7 miliar dolar pada 2028.

Hasil survei lain yang dilakukan oleh Populix pada September 2022 menunjukkan social media platform yang paling banyak digunakan untuk berbelanja adalah TiktokShop (46%), WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), Instagram Shop (10%).

Sedangkan untuk kategori yang paling banyak dibeli adalah pakaian (61%), beauty product (43%), food and beverages (38%), cellphone and accessories (31%), home appliances (24%), woman’s bag (24%), electronic equipment (21%), dan hobby (21%). Menyusul dari laporan yang sama, social commerce platform yang paling banyak diketahui dan dipakai adalah evermos (21%), kitabeli (17%), dusdusan (14%), dagangan (11%), mapan (9%). Platform social commerce lainnya adalah Selleri, Grupin, CrediMart, Woobiz, Chilibeli, dan Ibusibuk.

Manfaat Social Commerce

  • Memperluas potential consumen target. Anda dapat menjangkau seluruh target potensial Anda secara online dan akan mendorong pertumbuhan penjualan produk Anda.
  • Membantu meningkatkan brand awareness dan brand image. Anda dapat menyajikan konten dalam bentuk foto atau video dan memanfaatkan berbagai fitur serta iklan.
  • Proses transaksi yang sederhana. Proses transaksi yang cepat dan sederhana akan memberikan pengalaman belanja terbaik untuk pelanggan sehingga memungkinkan adanya pembelian ulang.
  • Jejak digital yang membekas. Target pembeli potensial Anda akan dengan mudah melihat ulasan dari produk Anda yang akan mempengaruhi keputusannya dalam pembelian produk.

Mari Kita Bahas Beberapa Platform Social Commerce yang Populer

Mapan

Startup yang didirikan Aldi Haryopratomo ini mengawali perjalanannya dengan menjadi salah satu pionir agen layanan pulsa dan PPOB (payment point online bank) yang beroperasi di Jawa dan Bali.

Kemudian pada 2015, meluncurkan Mapan Arisan, terobosan untuk memenuhi kebutuhan produk dasar rumah tangga melalui aplikasi arisan digital. Produk tersebut akhirnya menjadi flagship dan pembeda di antara pemain social commerce kebanyakan.

Echo

Echo mengusung konsep community group buying yang diharapkan bisa bersaing dengan menggerakkan komunitas yang dimiliki oleh masing-masing pelaku UMKM untuk kemudian memanfaatkan layanan dan teknologi Echo mengadopsi usaha mereka secara online.

Instagram

Instagram memiliki kekuatan untuk berbagi cerita dalam bentuk foto atau video sehingga cocok untuk membangun brand image dari produk Anda. Anda juga dapat menautkan akun Instagram shop Anda dengan Facebook shop dan website dari store Anda, mengunggah katalog produk, membuat kategori, memberikan deskripsi mendetail, serta menyematkan harga dari setiap produk.

Selain itu, ketika membuat instastory produk di Instagram, Anda dapat menggunakan fitur sticker berupa link yang akan mengarahkan calon konsumen Anda untuk langsung melakukan checkout. Fitur lain yang disediakan Instagram adalah Anda dapat mencantumkan tag di cerita atau postingan, menyorot produk terbaik Anda (highlight story), dan instagram Ads.

Tiktok

Tiktok memungkinkan pedagang untuk menjual produknya melalui Tiktok Shop atau berjualan melalui Tiktok livestream. Pedagang juga dapat menggunakan jasa influencer Tiktok untuk mempromosikan produknya.

Kemampuan Aplikasi ini untuk membuat konten viral dalam semalam menjadi potensi baru untuk para pedagang memperkenalkan bisnisnya kepada jutaan calon pelanggan potensial yang ada di Tiktok. Selain berbelanja melalui in-feed videos, video livestream, dan tombol ‘Shop Now’ pada bio akun pedagang yang ditautkan dengan website atau e-commerce, Tiktok saat ini juga menyediakan fitur dimana pedagang dapat menampilkan produknya dan berbelanja langsung melalui Tiktok.

Facebook

Dengan halaman Facebook bisnis, Anda dapat memasukkan katalog produk Anda dan Facebook akan menampilkan katalog tersebut berdasarkan preferensi dan riwayat pencarian atau riwayat belanja konsumen, ini akan meningkatkan pengalaman belanja konsumen.

Transaksi dapat dilakukan secara langsung melalui halaman Facebook atau Anda dapat mengarahkan pembeli ke situs khusus pembelian yang Anda miliki.

Tips Mengoptimalkan Penggunaan Social Commerce

Gunakan fitur Chat Bot

Fitur Chat Bot akan membantu konsumen Anda untuk tetap merasa terhubung dengan layanan konsumen karena chat bot dapat melayani pertanyaan konsumen 24/7. Meskipun beberapa pertanyaan tidak bisa dijawab oleh bot dan butuh dijawab langsung oleh admin, setidaknya store Anda tidak membuat pelanggan merasa diabaikan diawal.

Bangun keterikatan dengan pelanggan atau followers

Anda bisa menciptakan pengalaman belanja terbaik untuk konsumen dan membuat konsumen Anda selalu merasa terhubung dengan cara membangun hubungan yang baik dengan pelanggan, misalnya menjawab pertanyaan atau keluhan pelanggan, membalas komentar pelanggan, dan bertindak responsif.

Minta ulasan produk dari pelanggan

Banyak dari konsumen yang membaca ulasan sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Ulasan memiliki peran penting untuk mempengaruhi keputusan konsumen apakah akan membeli suatu produk atau tidak. Konsumen dapat memberikan ulasan dalam bentuk komentar, foto atau video.

Apabila konsumen memberikan ulasan dalam bentuk foto atau video di Instagram, Anda dapat melakukan repost ulasan pelanggan tersebut supaya membuat pengalaman belanja pelanggan Anda semakin berkesan.

SleekFlow Tawarkan Solusi Terlengkap Bagi UMKM Jelajahi Ranah Social Commerce

Di era modern ini, media sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Tak hanya sebagai sarana hiburan, media sosial juga telah menjadi salah satu platform yang efektif untuk berjualan. Fenomena ini disebut sebagai social commerce. Di Indonesia, social commerce menjadi tren. Berdasarkan data dari laporan “Social Commerce 2022” oleh DSInnovate, pasar social commerce di Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka 8,6 miliar dolar, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 55 persen, dan diperkirakan akan terus tumbuh hingga mencapai 86.7 miliar dolar pada 2028.

Social commerce menawarkan keuntungan yang tidak dapat diabaikan bagi para pelaku usaha kecil dan menengah, atau UMKM. Selain biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan platform e-commerce lainnya, social commerce juga memberikan peluang lebih luas bagi UMKM untuk mengembangkan pasar, serta mengaktivasi brand loyalty demi mengelola basis pelanggan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Apa saja yang dibutuhkan untuk mengelola social commerce?

Untuk dapat mengelola social commerce dengan efektif, terdapat beberapa tools yang dibutuhkan. Pertama, Anda perlu memiliki akun media sosial yang aktif dan terverifikasi. Selain itu, Anda juga perlu memiliki website atau toko online yang terintegrasi dengan media sosial tersebut.

Kedua, Anda perlu memiliki fitur yang memudahkan pelanggan untuk mengakses produk atau jasa yang Anda tawarkan. Beberapa fitur yang dapat Anda pertimbangkan adalah chatbot, link menu, atau tombol “beli” yang terdapat pada akun media sosial Anda. Terakhir, Anda perlu memiliki sistem yang dapat memantau dan mengelola pesan yang masuk dari pelanggan. Dengan demikian, Anda dapat merespon pertanyaan atau keluhan pelanggan secara cepat dan efektif.

Mengenal SleekFlow sebagai solusi untuk meningkatkan penjualan di social commerce.

Salah satu platform yang dapat membantu UMKM dalam mengelola social commerce adalah SleekFlow. SleekFlow merupakan platform omnichannel chat asal Hong Kong yang saat ini mulai memasuki pasar Indonesia dengan mengusung berbagai fitur kunci seperti pengelolaan pesan dari berbagai channel ke dalam satu inbox, smart-routing pesan ke admin yang sesuai, serta fitur auto-reply untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

Henson Tsai selaku Founder & CEO mengungkapkan, Indonesia merupakan pasar yang penting bagi SleekFlow terkait potensi industri eCommerce yang masih dinilai sangat cerah kedepannya.

“Saat ini, 80 persen merchants online di Indonesia memperoleh penjualan melalui saluran sosial dan messaging channels, dan SleekFlow bertujuan untuk membantu penjual lokal meningkatkan megatren yang sedang naik daun ini lebih jauh lagi,” ujar Henson.

Lengkapnya, platform yang telah resmi menjadi mitra WhatsApp Business Solution Provider ini menawarkan ragam produk untuk mengakselerasi upaya social commerce bagi para pebisnis. Terdapat 6 (enam) pilar produk atau layanan yang ditawarkan seperti; Omnichannel Inbox, Social Customer Relationship Management, Marketing & Broadcast Campaign, Automations & Chatbot Solutions, In-Chat Payment Links, hingga Messaging Channel & Integrations. Solusi bagi layanan WhatsApp Business yang ditawarkan SleekFlow digadang mampu memaksimalkan upaya pemasaran brand. Seperti yang dilansir oleh InsideRetail Asia, SleekFlow berhasil membantu Bossini, sebuah brand ternama asal Asia dalam meningkatkan traksi bisnisnya, melalui kampanye blast WhatsApp, yang diklaim mampu menyumbang peningkatan transaksi sebesar 18 persen.

Dalam skala global, solusi SleekFlow telah digunakan oleh lebih dari lima ribu brand, dengan rentang industri yang beragam. Dari keterangan yang kami peroleh, brand ternama seperti Lalamove, Shiseido, hingga Giordano menjadi salah satu mitra bisnis SleekFlow.

Di tanah air, bagi UMKM lokal, SleekFlow sepertinya patut menjadi opsi untuk mendorong pertumbuhan industri dan ekosistem yang berkelanjutan. Menurut data dari Statista, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 155 juta jiwa atau sekitar 70 persen dari total populasi Indonesia. Ini merupakan peluang besar bagi para pelaku UMKM yang tentu saja tidak layak untuk dilewati. Menarik untuk kita nantikan bersama seperti apa kolaborasi SleekFlow dengan industri UMKM tanah air di masa mendatang.

Artikel ini didukung oleh, SleekFlow.

Startup Quick Commerce “Radius” Pivot Jadi Social Commerce

Startup quick commerce Radius mengumumkan pivot bisnis ke social commerce dan rebranding menjadi Bakool. Keputusan diambil lantaran perusahaan tidak menemukan unit economics sebagai langkah prospektif mengejar keberlanjutan, mengingat bisnis ini bersifat intensif kapital pada operasional.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Co-Founder dan CEO Bakool Ivan Darmawan menerangkan selama beberapa bulan menjalankan Radius, ternyata ditemukan sebanyak 80% transaksi itu berasal dari barang-barang segar daripada sembako kering (dry goods) lainnya.

“Radius termasuk disiplin dalam menjalankan bisnis, tanpa promo berlebihan, overhire, dan sebagainya. Hanya saja, kami lihat untuk memenuhi ekspektasi investor yang mau growth kencang ke depannya akan sulit untuk maintain growth positif karena kalau ekspansi butuh buka toko baru. Jadi perlu untuk pivot,” ujarnya, Senin (19/12).

Radius memperkenalkan diri secara publik pada awal 2022. Mereka memosisikan diri sebagai quick commerce yang menjual kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan pokok, makanan instan dan ringan, rumah tangga, kosmetik dan perawatan diri, susu dan olahan, minuman, serta kebutuhan anak. Solusi ini ditawarkan bagi masyarakat yang tinggal di kota lapis dua dan tiga, butuh pemerataan solusi digital dan selama ini terpusat di Jakarta saja.

Menurut pengakuan Ivan, produk segar itu baru diperkenalkan di Radius, tetapi dalam dua bulan transaksinya tembus ribuan, mampu menyaingi kategori non-segar. Saat ditelusuri lebih dalam, ternyata pemenuhan kebutuhan bahan segar di kota lapis dua itu menjadi masalah menahun. Lantaran untuk mendapatkan produk yang segar dan berharga murah, masyarakat harus bangun dini hari untuk belanja ke pasar.

Bakool sudah diperkenalkan sejak lima bulan lalu, setelah melalui dua bulan lewat proyek pilot. Konsepnya sama seperti ChiliBeli yang kini menjadi WeBuy pasca-akuisisi pada Maret 2022. Selain Ivan, Co-Founder Radius Stephanie Wongsoredjo juga turut bergabung di Bakool.

Bakool Mitra / Bakool

Model bisnis Bakool

Bakool adalah platform pembelian kelompok (group buying) untuk produk segar yang menargetkan kota-kota yang memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) lebih rendah dari $7.500 atau sekitar Rp117 juta per tahun. Di kota-kota ini, sebagian besar produk segar masih diakses melalui pasar basah tradisional. Kota-kota ini juga memiliki pendapatan 50% lebih rendah, tetapi membayar harga yang sama untuk mendapatkan barang dengan kualitas yang sama dengan Jakarta.

“UMR di luar Jakarta itu terpaut jauh, tapi belanja kebutuhan dapur harganya mirip-mirip. Jadi mereka itu purchasing power-nya kecil, tapi pasti tiap hari ada transaksi. Karena behaviour seperti ini, banyak provider yang enggak mau layanin karena enggak menutup [operasionalnya]. Tapi kami liat di sini ada kesempatan dan mau kami solve. Makanya, kami masuk dengan group buying.”

Dengan bekerja menggunakan model jaringan berbasis business-to-agent-to-consumer (B2A2C), Bakool memungkinkan pembelian dan pengiriman produk segar untuk rumah tangga kota lapis dua, sehingga meningkatkan produktivitas rumah tangga. Rumah tangga ini dapat menghemat hingga 15% untuk biaya barang dan transportasi, serta menghemat hingga lima jam sehari karena mereka tidak perlu lagi pergi ke pasar malam.

Agen Bakool juga diuntungkan, dengan membuat produk segar lebih mudah diakses dan nyaman bagi komunitas mereka, para agen ini yang biasanya adalah ibu rumah tangga dan tokoh masyarakat, mampu menghasilkan pendapatan hingga tiga kali lipat.

Dari sisi operasional pun jauh lebih efisien, dari awalnya untuk mencapai target pengiriman dalam hitungan menit perlu bangun hub-hub kecil, kini hanya perlu bangun satu hub di tiap provinsi. “Kontrol di Bakool berbeda sekali, kami akan banyak investasi di sini sebab kami sudah kuat di pengantaran.”

Seluruh suplai produk segar di Bakool akan disediakan oleh para petani dan pengepul yang bermitra langsung dengan perusahaan. Bakool berupaya memotong ketidakefisienan supply chain yang berdampak pada melonjaknya harga jual di konsumen akhir, bahkan naik sampai 700%. Melalui ribuan agen Bakool yang masih terkonsentrasi di Semarang dan sekitarnya, pihaknya dapat mengurangi biaya transportasi dan pasokan, tanpa mengorbankan kualitas.

“Visi kami berbeda dibandingkan pemain e-grocery atau agritech lainnya yang mau menyetarakan harga pangan, memotong tengkulang, dan bantu petani. Kami ingin meningkatkan produktivitas masyarakat dengan group buying, ibu-ibu yang menjadi agen bisa mendapatkan penghasilan tambahan.”

Dalam jangka panjang, pihaknya ingin menjadi perusahaan penyuplai makanan segar untuk pedesaan Indonesia tanpa harus memiliki atau membangun toko offline.

Menurut laporan DSInnovate, group buying menjadi salah satu model bisnis social commerce yang mulai populer di Indonesia. Selain Echo, saat ini ada sejumlah startup yang juga bermain di ranah tersebut, misalnya Grupin, Kitabeli, CrediMart, hingga Mapan.

Gambaran proses kerja umum di platform group buying / DSInnovate

Potensi social commerce di Indonesia juga cukup besar, diperkirakan tahun ini kapitalisasi pasar bisnis tersebut akan mencapai $8,6 miliar. Diproyeksikan bertumbuh dengan CAGR 47,9% hingga menghasilkan nilai $86,7 miliar di 2028. Konsep social commerce juga dapat menjembatani gap yang ada di kota lapis dua dan tiga, sebagai basis pengguna yang belum dioptimalkan sepenuhnya oleh pemain e-commerce sebelumnya.

Terima pendanaan tahap awal

Di saat yang bersama, Bakool mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan. Investor yang berpartisipasi dalam putaran tersebut di antaranya, Kleiner Perkins, Goodwater, Insignia Ventures, Global Brain, mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan lainnya.

Dalam keterangan resmi, Mari menyampaikan misi Bakool untuk meningkatkan produktivitas rumah tangga adalah fokus yang sangat dibutuhkan oleh bisnis teknologi di tanah air. Misi ini akan memberikan dampak jangka panjang bagi perekonomian nasional dan memiliki dampak potensial bagi generasi mendatang untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

“Saya menantikan kemajuan yang akan dilakukan Ivan, Stephanie, dan tim mereka untuk mewujudkan dampak ini bagi kota dan ekonomi yang kurang terlayani di seluruh Indonesia,” kata Mari.

Selanjutnya, Founding Managing Partner Insignia Ventures Yinglan Tan menambahkan, Bakool memanfaatkan peluang besar yang belum terlayani seputar aksesibilitas produk segar untuk kota tingkat 2, 3, dan pedesaan di Indonesia, yang sudah menjadi bisnis yang signifikan bahkan merebut sebagian pasar.

Ivan dan Stephanie berbekal pengalaman selama lebih dari 15 tahun di bidang ritel, pertanian, dan rantai pasokan, pengalaman kepemimpinan di unicorn, dan kemajuan serta pembelajaran signifikan untuk menumbuhkan Radius.

“Kami yakin mereka berada di posisi utama untuk berevolusi pada peran ini guna meningkatkan, tidak hanya cara orang Indonesia di kota-kota ini mengakses produk segar, tetapi juga memengaruhi produktivitas rumah tangga secara keseluruhan di negara ini, dengan penghematan biaya pembelian kelompok, penghematan waktu pengiriman, dan pendapatan untuk agen mereka.” Tutup Tan.