Sony Disebut Meminta Rp365 Juta pada Developer Game untuk Posisi Strategis PS Store

Sony tentunya sangat menyayangi judul-judul eksklusifnya karena dari situlah sumber pendapatan sekaligus pujian dari para fans. Namun Sony kelihatannya punya perlakuan yang cukup berbeda kepada pengembang dan penerbit game indie.

Salah seorang pengembang game indie akhirnya buka suara mengenai Sony yang membebani para pengembang indie biaya sebesar $25,000 atau Rp363 juta agar game mereka bisa mendapatkan posisi strategis (featured) di PlayStation Store.

Pengakuan ini diutarakan oleh co-founder dari Neon Doctrine. Pengembang dan penerbit game indie asal Inggris ini menjelaskan tanpa menyebut Sony maupun PlayStation namun menyebutnya sebagai ‘Platform X’.

Iain menjelaskan panjang lebar pengalamannya dalam merilis game miliknya di platform PlayStation tersebut. Mulai dari proses peluncuran pada platform tersebut yang memiliki banyak tahapan sulit hingga bagaimana PlayStation tidak memberikan para pengembangnya kemampuan untuk mengatur game-nya ketika sudah meluncur di Store.

Kesulitan tersebut berlanjut ketika game-nya telah diluncurkan. Karena Sony memiliki kendali penuh dalam berbagai hal mulai dari memberikan diskon dan bahkan menampilkan game tersebut di toko mereka.

Semua kendali tersebut berada di pemegang platform (Sony) yang akan melakukan evaluasi ke pada produk game mereka. Iain juga menjelaskan bahwa tidak ada kejelasan dan transparansi bagaimana proses evaluasi tersebut dilakukan.

Dari situlah Iain menjelaskan bahwa ada jalan untuk memastikan game miliknya ditampilkan yaitu membayar nominal besar yang telah disebutkan di atas. Bahkan dari sumber lain disebutkan bahwa biaya ‘featured‘ tersebut bisa mencapai $200.000 atau Rp2,9 miliar.

Image credit: Sony

“Jika Platform X tidak menyukai game Anda, tidak ada gembar-gembor, tidak ada perhatian, tidak ada cinta,” ujar Iain dalam cuitannya.

Iain juga menambahkan pernyataannya kepada media Kotaku dengan menyebut Sony telah mengecewakan pengembang indie dalam skala besar sambil masih menggunakan mereka sebagai bagian dari pemasarannya.

“Telepon baru-baru ini yang saya lakukan menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai kami, pendapat kami, atau mata pencaharian kami. Yang lebih buruk adalah (Sony) memastikan bahwa pelanggan mereka mendapatkan pilihan yang lebih buruk dan memiliki lebih sedikit pilihan. Saya tidak memahami logikanya tetapi tampaknya buruk bagi semua orang termasuk mereka sendiri.” Tutup Iain.

Sony Luncurkan WF-1000XM4 di Indonesia, TWS Premium dengan Noise Cancelling dan Berfitur Melimpah

True wireless earbuds atau biasa disingkat TWS merupakan perangkat yang wajib dimiliki oleh pengguna smartphone. Karena menurut saya, pertama penggunaannya praktis dan kedua sangat fungsional ideal digunakan untuk segala aktivitas.

Selain untuk menikmati musik, saya biasanya mengenakan TWS untuk mendengarkan podcast. Buat saya, hal ini sebuah terobosan karena memungkinkan saya tetap dapat belajar atau memperbarui informasi di tengah kesibukan bekerja.

Bicara soal TWS, ada begitu banyak pilihan di pasaran dengan rentang harga bervariasi, Anda bisa memilih sesuai budget. Namun bila yang Anda butuhkan adalah TWS premium dengan noise cancelling terdepan dalam industri, TWS terbaru Sony mungkin yang Anda cari.

Ya, hari ini Sony telah meluncurkan perangkat TWS terbarunya WF-1000XM4 di Indonesia. Headphone nirkabel dengan noise cancelling yang lebih kuat ini dibanderol dengan harga Rp3.999.000.

Tersedia di Tanah Air pada bulan Agustus 2021 dalam opsi warna hitam dan silver, pemesanan secara pre-order dapat dilakukan mulai tanggal 1 hingga 25 Juli 2021 di seluruh Sony Authorized Dealer baik online maupun offline. Konsumen akan mendapatkan special bundling berupa pengisi daya nirkabel jika melakukan pembelian dalam masa pre-order.

Headphone selalu menjadi sahabat yang setia dalam menemani kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, bepergian, bersantai dan masih banyak lagi. Ditambah lagi, di masa pandemi yang menerapkan work from home, masyarakat sering melakukan meeting seharian secara virtual. Untuk menunjang kegiatan masyarakat, Sony menghadirkan headphone WF-1000XM4 dengan noise cancelling terdepan di industri,” ujar Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Headphone WF-1000XM4 didukung dengan Integrated Processor V1, mikrofon berperforma tinggi dengan sensor kebisingan ganda, desain baru pada unit driver 6mm, mode Automatic Wind Noise Reduction, serta peningkatan kualitas pada fitur-fitur lainnya, sehingga cocok digunakan saat work from home. Headphone WF-1000XM4 diharapkan dapat menjadi sahabat setia yang selalu menemani pengguna dalam menjalani hari-hari yang produktif,” tambahnya.

Dibanding pendahulunya, WF-1000XM4 telah didesain ulang dan 10% lebih kecil tanpa mengorbankan kualitas suara atau masa pakai baterai. Bobotnya juga lebih ringan dengan tempat pengisi daya berukuran 40% lebih kecil.

Bodi earbud-nya dilengkapi sertifikasi IPX4, untuk ketahanan terhadap percikan air dan keringat. Serta, memiliki fitur pengaturan kontrol sentuh yang intuitif untuk mengontrol dengan cepat seperti mengaktifkan noise cancellation, ambient sound, mode quick attention atau sekadar melewati, menjeda, dan memutar lagu.

Untuk ketahanan baterainya, WF-1000XM4 dapat digunakan seharian selama 24 jam yang terdiri dari 8 jam dari headphone dan tambahan 16 jam lagi dari tempat pengisian daya. Bila TWS kehabisan baterai, berkat fitur pengisian daya cepat, cukup mengisi 5 menit  dapat memberikan waktu putar musik hingga 60 menit.

Saat tempat pengisian daya turun di bawah 30%, aplikasi Sony Headphones Connect di smartphone akan mengingatkan pengguna untuk mengisi ulang. Karena didukung teknologi pengisian daya nirkabel Qi, kita dapat mengisi daya headphone dan tempat pengisian daya menggunakan fitur berbagi baterai dengan smartphone berteknologi Qi.

Kunci utama TWS WF-1000XM4 ialah Integrated Processor V1 dengan desain baru yang meningkatkan kemampuan noise cancellation secara signifikan, chip baru ini mengintegrasikan prosesor ANC dan SoC Bluetooth. Memiliki sirkuit konversi Digital ke Analog baru, amplifier, dan DSEE Extreme (Digital Sound Enhancement Engine) yang meningkatkan kualitas berkas musik digital yang terkompresi secara real time dan menggunakan Edge-AI untuk mereproduksi frekuensi yang hilang.

Lebih lanjut, WF-1000XM4 didukung dengan mikrofon berperforma tinggi dengan sensor kebisingan ganda. Unit driver 6mm punya desain baru dengan peningkatan 20% pada volume magnet. Peningkatan volume magnet dan diafragma yang sesuai akan memberikan peningkatan kinerja dalam frekuensi rendah.

WF-1000XM4 juga sudah dilengkapi LDAC, teknologi coding audio Sony. LDAC mengirimkan data tiga kali lebih banyak (pada kecepatan transfer maksimum 990 kbps) dari audio Bluetooth konvensional, sehingga memungkinkan pengguna menikmati konten Audio Resolusi Tinggi semirip mungkin dengan headphone kabel.

Meski noise cancelling merupakan fitur yang sangat inovatif, tetapi pada praktiknya pengguna harus memanfaatkannya secara bijak. Oleh sebab itu, Sony telah menyematkan serangkaian fitur cerdas untuk kenyamanan dan sekaligus keamanan.

Mulai dari Speak-to-Chat yang memungkinkan pengguna melakukan percakapan singkat tanpa melepas earbud. Berkat Precise Voice Pickup Technology, pengguna WF-1000XM4 dipastikan mendapatkan pengalaman panggilan hands-free lebih baik.

Kemudian ada mode ‘Quick Attention’ yang memungkinkan pengguna untuk mendengarkan pengumuman atau berbicara singkat. Pengguna dapat mengaktifkan mode ini dengan meletakkan jari di atas earbud kiri untuk langsung menurunkan volume dan membiarkan suara sekitar masuk.

Lalu, ada Adaptive Sound Control yang mendeteksi keberadaan dan aktivitas pengguna. Misalnya bepergian, berjalan atau menunggu, lalu menyesuaikan pengaturan suara sekitar untuk pengalaman mendengarkan yang ideal.

Selain itu, WF-1000XM4 mendukung fitur Fast Pair baru dari Google. Dalam satu ketukan, WF-1000XM4 memungkinkan koneksi Bluetooth yang cepat dengan perangkat Android dan memungkinkan menemukan lokasi TWS. Bagi pengguna laptop, WF-1000XM4 juga dilengkapi dengan Microsoft Swift Pair yang memudahkan untuk terhubung dengan perangkat Windows 10.

7 Aksesoris PlayStation 5 Paling Laris yang Wajib Dimiliki

Mendapatkan konsol PlayStation 5 di Indonesia dengan harga normal tentu terasa seperti keberuntungan. Setelah Anda telah memiliki konsol dan game-nya, mungkin Anda bisa mempertimbangkan untuk mulai membeli aksesoris-aksesoris pendukung PS5 untuk meningkatkan pengalaman bermain.

Di pasaran pun kini aksesoris untuk PlayStation 5 sudah semakin banyak. Mulai yang resmi dijual oleh Sony sejak PS5 pertama kali diperkenalkan hingga dari perusahaan-perusahaan pihak ke-3. Ragamnya pun bermacam-macam mulai dari headset, charging station, hingga cooler.

Dalam daftar ini, kami telah merangkum 7 aksesoris PlayStation 5 paling laris yang wajib dimiliki bila Anda ingin melengkapi konsol atau bisa juga membeli aksesorisnya terlebih dahulu sembari menunggu harga dan stok konsolnya kembali normal.

Sony PULSE 3D Wireless Headset

Harga: Rp1.699.000 – Rp2.000.000

Aksesoris pertama yang bisa dipertimbangkan untuk dibeli adalah headset official PS5, terutama bagi Anda yang tidak ingin membuat keramaian saat bermain. Headset ini juga mendukung kemampuan 3D audio yang dimiliki oleh konsolnya.

Headset yang memiliki desain senada dengan PS5 ini dapat digunakan secara wireless selama 12 jam. Namun sayangnya untuk mencarinya cukup sulit karena headset ini cepat habis terjual.

PlayStation 5 Media Remote

Image credit: Youtube: TK Bay

Harga: Rp500.000 – Rp750.000

Bagi Anda yang sering menggunakan PS5 lebih dari sekadar bermain game, maka Media Remote ini bisa membantu kenyamanan Anda saat berselancar di internet atau menonton film. Remote ini bahkan memiliki 4 tombol langsung untuk mengakses Disney+, Netflix, Spotify, dan juga YouTube.

Namun layaknya remote normal, Anda juga tetap bisa mengatur volume, play-pause, dan bahkan mengatur TV Anda langsung lewat remote ini.

DualSense Wireless Controller

Harga: Rp830.000 – Rp1.300.000

Ketika membeli konsol PlayStation 5 Anda memang mendapatkan satu buah DualSense, namun bila Anda sering memainkan game local multiplayer seperti FIFA, NBA, hingga Call of Duty: Black Ops Cold War maka ada baiknya untuk membeli satu lagi DualSense untuk bermain bersama.

Tidak ada salahnya berjaga-jaga dengan memiliki DualSense cadangan. Fitur haptic feedback yang membuat permainan di PS5 punya pengalaman baru tentu menjadi pembeda joystick ini dengan lainnya.

DualSense Charging Station

Image credit: Sony

Harga: Rp499.000 – Rp750.000

Bila Anda telah membeli DualSense tambahan maka membeli Charging Station resmi dari Sony adalah pilihan yang tepat. Charger sekaligus docking ini dapat mengisi daya hingga 2 DualSense sekaligus. Charger ini juga membebaskan port USB di PS5 Anda dari kabel untuk mengisi daya DualSense.

Selain mempermudah dalam bergantian menggunakan joystick DualSense, charger ini juga menjadi tempat yang tepat untuk meletakkan DualSense ketika tidak digunakan.

Sony PlayStation HD Camera

Harga: Rp999.000 – Rp1.100.000

Aksesoris yang satu ini biasanya dianggap tidak penting bagi gamer biasa namun akan banyak membantu bagi mereka yang juga menjadi streamer dan juga content creator.

Webcam ini menawarkan tangkapan gambar Full HD 1080p dan fitur menghapus background juga tersedia di dalamnya. Tentunya webcam ini bekerja sempurna dengan konsol PS5 ketika Anda memutuskan untuk melakukan streaming langsung dari konsolnya.

WD_Black P10 4TB Game Drive

Harga: Rp1.999.000 – Rp2.200.000

Salah satu hal yang disayangkan dari PlayStation 5 adalah ketersediaan penyimpanan internal yang hanya 667 GB. Ruang penyimpanan ini tentu akan segera penuh ketika game-game PS5 terbaru nanti mulai dirilis.

Untuk saat ini memang belum ada penyimpanan eksternal yang mampu memainkan game secara langsung. Namun setidaknya dengan adanya penyimpanan eksternal yang mumpuni seperti Western Digital P10 Game Drive ini Anda tidak perlu mengunduh ulang game bila di masa depan ingin memainkannya kembali.

iPega 6 in 1 Vertical Stand PS5 Charging and Cooling Base

Image credit: ipega

Harga: Rp 225.000-Rp255.000

Terakhir, bagi Anda yang ingin meletakkan konsol PlayStation 5 anda bersama dengan aksesoris-aksesorisnya. Maka anda dapat membeli aksesoris yang mampu menampung dan menyatukan konsol PS5 beserta aksesorisnya menjadi lebih rapi dan tertata.

Mulai dari docking untuk konsol yang dilengkapi kipas pendingin, docking untuk DualSense sekaligus dengan charger, headset stand, dan juga rak penyimpan kotak game. Salah satu yang menawarkan adalah iPega yang bisa dibeli dengan harga yang cukup terjangkau.

Penutup

Image credit: Sony

Itu tadi adalah daftar 7 aksesoris PlayStation 5 yang paling laris dan wajib dimiliki oleh mereka yang sudah memiliki PS5 maupun yang masih berencana membeli konsolnya. Beberapa aksesoris yang kami rekomendasikan adalah aksesoris resmi dari Sony yang tentunya lebih aman dan sudah pasti teruji kompatibilitasnya.

Namun aksesoris seperti hardisk eksternal tentunya akan dibutuhkan oleh para pemain PlayStation 5 cepat atau lambat. Apalagi mengingat ukuran game baru terus membesar dari tahun ke tahun.

Tentunya masih ada berbagai aksesoris lain untuk PlayStation 5 yang belum kami masukkan. Namun setidaknya daftar ini bisa menjadi pertimbangan Anda untuk berbelanja aksesoris PS5 tersebut sekarang.

App Annie & IDC: 1 Tahun Setelah Pandemi, Gamers Tetap Doyan Belanja

Pandemi COVID-19 justru memberikan dampak positif pada industri game. Selain mendorong penjualan konsol, hardware, dan game, pandemi juga membuat para gamers menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bermain game. Menariknya, meskipun kehidupan sudah mulai kembali normal di beberapa negara, tren yang muncul karena pandemi — seperti mengunduh lebih banyak game dan menonton streaming game lebih lama — juga tetap bertahan.

Mobile Jadi Pendorong Pertumbuhan Industri Game

Mobile game menjadi pendorong utama pertumbuhan spending konsumen di digital game. Menurut laporan App Annie dan IDC, total belanja dari para mobile gamers mencapai US$120 miliar, 2,9 kali lipat dari total belanja gamers di PC/Mac, yang hanya mencapai US$41 miliar. Sementara itu, total belanja dari pemain konsol mencapai US$39 miliar dan konsol handheld US$4 miliar.

Untuk segmen mobile game, Asia Pasifik masih menjadi kawasan dengan kontribusi terbesar pada total spending gamers. Sekitar 50% dari total belanja mobile gamers berasal dari Asia Pasifik. Namun, dari persentase kontribusi Asia Pasifik tidak bertambah. Alasannya karena total belanja mobile gamers di kawasan lain juga mengalami kenaikan. Di kawasan Amerika Utara dan Eropa Barat, dua negara yang menjadi pendorong pertumbuhan spending mobile gamers adalah Amerika Serikat dan Jerman. Walau Asia Pasifik memberikan kontribusi besar pada total spending mobile game, total belanja dari gamers PC/Mac justru mengalami penurunan, sekitar 4%. Hal ini terjadi karena banyak warung internet yang tutup akibat pandemi.

Total spending gamers berdasarkan platform. | Sumber: App Annie

Secara global, total belanja di segmen konsol diperkirakan akan mengalami kenaikan berkat peluncuran PlayStation 5 dan Xbox Series X/S pada akhir tahun 2020. App Annie dan IDC juga menyebutkan, segmen konsol punya potensi besar untuk tumbuh di kawasan Asia Pasifik. Pasalnya, Xbox Series X baru saja diluncurkan di Tiongkok pada 10 Juni 2021 dan PlayStation 5 bahkan telah dirilis pada 15 Mei 2021. Sementara di segmen konsol handheld, saat ini, Nintendo Switch Lite menjadi satu-satunya konsol yang mendorong pertumbuhan spending di segmen ini. Memang, pada September 2020, Nintendo telah mematikan 3DS. Meskipun begitu, e-shop dari 3DS masih bisa diakses oleh kebanyakan gamers.

Di Amerika Serikat, penjualan konsol meningkat pesat pada April 2020, setelah pemerintah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan lockdown. Bersamaan dengan meningkatnya penjualan konsol, semakin banyak pula orang yang mengunduh aplikasi pendamping — seperti Steam, PlayStation App, Nintendo Switch, dan Xbox. Tren ini muncul karena aplikasi pendamping memudahkan para gamers untuk mengatur akun game PC/konsol mereka melalui smartphone. Selain itu, aplikasi pendamping juga punya fitur sosial sehingga para gamers bisa mengobrol dengan teman-teman mereka via aplikasi tersebut. Ada juga aplikasi yang menawarkan fitur cloud gaming. Sehingga para gamers bisa memainkan game konsol mereka via smartphone.

Fitur Cross-Platform Buat Game Jadi Populer

Salah satu kebiasaan gamers yang tetap bertahan satu tahun setelah pandemi COVID-19 muncul adalah kebiasaan untuk mengunduh mobile game. Pada Q1 2021, jumlah download mobile game per minggu mencapai 1 miliar game setiap minggunya, naik 30% jika dibandingkan pada total download pada Q4 2019. Total spending mobile gamers di periode yang sama juga mengalami kenaikan. Pada Q1 2021, total spending para gamers mencapai US$1,7 miliar per minggu, naik 40% dari masa sebelum pandemi. Hal ini membuat publisher tertarik untuk meluncurkan game mereka di mobile untuk menumbuhkan jumlah pemain mereka. Saat ini, beberapa mobile game dengan pemasukan terbesar antara lain Lineage M, Lords Mobile, Roblox, dan PUBG Mobile.

Total download dan spending per minggu di tingkat global. | Sumber: App Annie

Sama seperti segmen mobile game, segmen PC gaming juga mengalami pertumbuhan selama pandemi. Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah concurrent users dan players di Steam. Sejak Oktober 2019 sampai April 2020, jumlah concurrent users harian di Steam mengalami peningkatan 46%, menjadi 24,5 juta orang. Dan jumlah concurrent players harian Steam bertambah 61%, menjadi 8,2 juta orang. Sementara para periode Oktober 2019-Maret 2021, jumlah concurrent users harian Steam mencapai 26,85 juta orang — naik 46% — dan jumlah concurrent players mencapai 7,4 juta orang — dengan tingkat kenaikan 60%. Hal ini menunjukkan, peningkatan jumlah pengguna dan pemain di Steam yang terjadi selama pandemi masih akan bertahan.

Lalu, apa yang membuat game menjadi populer? Menurut App Annie dan IDC, fitur real-time online — seperti PvP — merupakan fitur yang banyak ditemui di game-game populer, terlepas dari platform game tersebut. Dengan kata lain, banyak gamers yang ingin bisa bermain dengan gamer lain. Tampaknya, bermain game membantu para gamers untuk tetap terhubung dengan teman-teman mereka dan mengatasi perasaan terisolasi akibat pandemi. Fitur lain yang menjadi populer adalah cross-play, fitur yang memungkinkan gamers untuk memainkan satu game di beberapa platform. Contohnya, pemain bisa memainkan sebuah game di PC dan melanjutkannya di mobile atau sebaliknya.

Jumlah conccuret users dan players di Steam. | Sumber: IDC

Salah satu contoh game yang bisa mengeksekusi fitur cross-play dengan baik adalah Genshin Impact. Memang, ketika diluncurkan pada September 2020, developer miHoYo langsung merilis game tersebut di beberapa platform sekaligus: PC, konsol, dan mobile. Dan keputusan miHoYo untuk mengutamakan fitur cross-play — seperti cross-save dan co-op mode antar platform — menjadi salah satu alasan mengapa Genshin Impact berhasil menjadi populer secara global.

Contoh game lain yang punya fitur cross-platform adalah Among Us. Pada 2020, hanya dalam beberapa bulan, jumlah concurrent players dari game tersebut meningkat drastis. Pada Januari 2020, jumlah concurrent players dari Among Us kurang dari seribu orang. Sementara pada September 2020, angka itu naik menjadi lebih dari 400 ribu orang. Tak hanya itu, Among Us juga sukses di mobile. Buktinya, game itu pernah menjadi game dengan jumlah download terbanyak di Amerika Serikat, Inggris, dan Korea Selatan.

Durasi Menonton Streaming Game Naik

Pandemi tidak hanya membuat orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu mereka untuk bermain game, tapi juga untuk menonton siaran konten gaming. Hingga April 2021, tingkat engagement pengguna dari Twitch dan Discord terus mengalami kenaikan. Sementara di Tiongkok, jumlah waktu yang orang-orang habiskan untuk menonton konten di platform streaming game seperti bilibili, Huya, dan DouyuTV, juga naik. Kenaikan terbesar terjadi pada Q1 dan Q2 2020. Memang, ketika itu, gelombang pertama COVID-19 telah muncul, memaksa orang-orang untuk tidak keluar rumah.

Jumlah waktu yang dihabiskan untuk menonton konten game per bulan. | Sumber: App Annie

Seiring dengan bertambahnya waktu yang dihabiskan orang-orang untuk menonton konten game, maka besar uang yang mereka keluarkan pun ikut bertambah. Belakangan, total spending dari pengguna Twitch dan Discord menunjukkan kenaikan yang stabil. Pada Q4 2020, Twitch berhasil masuk dalam daftar 10 aplikasi non-gaming dengan total spending terbesar. Dan pada Q1 2021, mereka bahkan naik ke peringkat 8.

Sumber header: Review Geek

Airpeak S1, Drone Pertama Bikinan Sony, Resmi Diluncurkan dengan Banderol $9.000

Setelah dinanti-nanti, Sony akhirnya secara resmi meluncurkan drone bikinannya yang pertama, Airpeak S1. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, target pasar yang dituju Airpeak S1 adalah kalangan profesional. Jadi jangan kaget melihat harganya dipatok di angka $9.000.

Nyaris semua komponen Airpeak S1 dikembangkan dan diproduksi oleh Sony sendiri di Jepang, mulai dari brushless motor, baling-baling, sampai sistem kontrolnya. Semua itu bersinergi menjadi satu sistem yang terintegrasi, dan Sony percaya ini merupakan rahasia di balik kemampuan mengudara Airpeak S1 yang begitu advanced.

Kalau bicara soal angka, Airpeak S1 mampu melesat dengan kecepatan maksimum 90 km/jam. Laju rotasi maksimumnya tercatat di angka 180° per detik, dan ia dapat bergerak dengan sudut kemiringan maksimum 55°. Seperti yang sudah didemonstrasikan sebelumnya, Airpeak S1 sanggup terbang dengan stabil meski angin tengah bertiup sekencang 72 km/jam.

Sony tidak lupa menyematkan kamera stereo dengan sensor gambar bikinannya di lima titik pada bodi drone: depan, belakang, kiri, kanan, dan bawah. Data yang direkam oleh kamera-kamera tersebut kemudian diproses oleh sebuah Vision Sensing Processor, sehingga pada akhirnya drone mampu mengestimasikan posisi sekaligus orientasinya secara real-time.

Menurut Sony, hal ini sangat krusial demi mewujudkan kemampuan terbang yang stabil di area-area yang tidak ter-cover sinyal GPS, semisal di dalam ruangan atau di bawah jembatan. Lebih lanjut, Airpeak S1 turut dilengkapi sistem obstacle detection, sehingga ia mampu mendeteksi keberadaan rintangan di jalur terbangnya.

Sony cukup bangga dengan fakta bahwa Airpeak S1 adalah drone terkecil yang mampu mengudara selagi membawa kamera mirrorless Sony Alpha. Model-model kamera yang kompatibel di antaranya adalah seri A7R, A7S, A9, A1, maupun FX3, dan semua itu bisa dengan mudah dipasangkan ke gimbal 3-axis milik Airpeak S1. Menariknya, gimbal tersebut adalah satu-satunya komponen tidak diproduksi oleh Sony sendiri.

Gimbal yang dimaksud adalah versi custom dari Gremsy T3. Gimbal ini rupanya harus ditebus secara terpisah dan tidak termasuk dalam banderol $9.000 tadi. Harga pastinya belum dirincikan, tapi kalau butuh gambaran, Gremsy sendiri menjual gimbal tersebut seharga $1.749. Semoga saja modifikasi yang dilakukan Sony bisa menekan harganya secara signifikan.

Untuk mengoperasikan Airpeak S1, pengguna perlu aplikasi bernama Airpeak Flight, yang hanya tersedia di iOS dan iPadOS, setidaknya di awal peluncurannya. Alternatifnya, Airpeak S1 juga mendukung mode dual operation, yang berarti satu orang bisa mengoperasikan drone menggunakan controller, lalu satu orang lain mengoperasikan gimbal dan kameranya via iPhone atau iPad.

Sony juga akan menghadirkan Airpeak Base, sebuah web app yang dirancang untuk keperluan manajemen perlengkapan maupun perencanaan rute mengudara. Andai diperlukan, drone bisa diprogram untuk melintasi jalur yang sama, dan bahkan mengambil foto atau video di titik dan orientasi yang sama secara berulang-ulang,

Rencananya, Airpeak S1 bakal mulai dijual pada musim semi 2021. Paket penjualan seharga $9.000 tadi mencakup dua pasang baling-baling, remote control, dua baterai, dan charger. Seperti yang sudah disinggung, gimbal-nya harus dibeli secara terpisah. Sony juga akan menawarkan layanan garansi ekstra bernama Airpeak Protect Plan, tapi sejauh ini belum ada informasi soal tarifnya.

Sumber: PetaPixel dan Sony.

Sony Indonesia Luncurkan Bravia XR X95J dan X90J, TV 4K dengan Teknologi Kecerdasan Kognitif

Sekitar enam bulan sejak pertama kali diperkenalkan, keluarga televisi Sony Bravia XR akhirnya resmi hadir di Indonesia. Dua model yang diumumkan adalah Bravia XR X95J dan X90J. Bukan sembarang TV 4K LED, keduanya sama-sama mengunggulkan teknologi kecerdasan kognitif yang inovatif.

Teknologi tersebut diwujudkan lewat pemanfaatan Cognitive Processor XR, yang mengandalkan metode pemrosesan baru yang mampu melampaui kinerja AI konvensional. Menurut Sony, teknologi ini dirancang agar bisa meniru cara manusia melihat dan mendengar.

Dijelaskan bahwa ketika manusia sedang mengamati suatu objek, secara tidak sadar matanya akan fokus ke titik-titik tertentu. Tugas Cognitive Processor XR adalah mengetahui dan menentukan di mana letak titik-titik fokus tersebut dengan cara membagi layar menjadi beberapa zona yang berbeda.

Prosesor spesial ini pada dasarnya mampu menjalankan analisis silang terhadap berbagai elemen sekaligus, mirip seperti yang dilakukan oleh otak manusia, sehingga tiap-tiap elemen akan mendapat hasil akhir terbaiknya, serta tersinkronisasi satu sama lain hingga tampak seperti aslinya. Sony bilang ini tidak mampu dicapai menggunakan teknologi AI konvensional yang hanya dapat mendeteksi dan menganalisis elemen gambar secara individual, semisal warna, kontras, atau detail.

Selain menjanjikan visual yang lebih baik, Cognitive Processor XR juga akan menganalisis sinyal dan output suara guna menyelaraskan posisinya dengan aksi yang sedang ditampilkan pada layar. Lebih lanjut, prosesor ini juga mengemban tugas untuk mengubah suara apapun menjadi suara surround 3D.

Perihal fitur-fitur lainnya, Sony Bravia XR X95J dan X90J sama-sama mengunggulkan antarmuka terbaru Google TV. Perangkat juga sudah siap untuk disandingkan bersama console next-gen macam PlayStation 5 atau Xbox Series X, utamanya berkat dukungan HDMI 2.1 dan e-ARC. Dengan kata lain, kedua TV ini siap menampilkan konten di resolusi 4K 120 fps, dan fitur Variable Refresh Rate (VRR) maupun Auto Low Latency Mode (ALLM) pun juga sudah sepenuhnya kompatibel.

Berbagai teknologi panel, seperti Full Array LED, XR Triluminos Pro, dan XR Contrast Booster, turut dihadirkan guna menyajikan realisme visual yang sangat tinggi. Buat para penggemar tayangan-tayangan Netflix, seluruh rangkaian TV Bravia XR juga sudah mengusung sertifikasi Netflix Calibrated Mode. Melengkapi semua fiturnya adalah dukungan Dolby Vision dan Dolby Atmos.

Model X95J hadir dalam ukuran 85 inci saja, sedangkan X90J tersedia dalam tiga pilihan ukuran, yakni 75 inci, 65 inci, dan 55 inci. Harga dan ketersediaannya masih belum dipastikan, akan tetapi berdasarkan informasi yang tercantum di situs resmi Sony, X90J bakal dijual seharga Rp16.999.000 untuk varian 55 inci, Rp25.999.000 untuk varian 65 inci, dan Rp39.999.000 untuk varian 75 inci.

TWS Baru Sony Lebih Ringkas dari Sebelumnya, Tapi Kinerjanya Lebih Baik dan Baterainya Lebih Awet

Pasar TWS saat ini sudah sangat berbeda dari dua tahun yang lalu. Di tahun 2019, TWS dengan active noise cancellation (ANC) masih segelintir dan rata-rata berharga mahal. Sekarang, bahkan TWS dengan banderol di bawah satu juta rupiah pun sudah ada yang menawarkan ANC.

Singkat cerita, TWS murah semakin bagus kualitasnya, dan TWS premium pun sudah seharusnya lebih unggul lagi. Nampaknya inilah yang hendak dibuktikan Sony melalui TWS terbarunya, Sony WF-1000XM4. Sesuai namanya, ia merupakan penerus langsung dari Sony WF-1000XM3 yang dirilis dua tahun silam.

Desain fisiknya sudah berubah cukup drastis, dan ukuran beserta bobotnya telah menyusut sekitar 10% jika dibandingkan pendahulunya. Juga ikut disempurnakan adalah eartip-nya, yang kini terbuat dari bahan busa polyurethane yang lembut sekaligus elastis. Berkat perubahan-perubahan di sektor desain ini, WF-1000XM4 diklaim bisa lebih ‘lengket’ di telinga.

Berbeda dari pendahulunya, WF-1000XM4 telah mengantongi sertifikasi IPX4, yang berarti ia siap digunakan walaupun hujan tengah mengguyur. Perlu dicatat, yang tahan air cuma unit TWS-nya saja, sedangkan charging case-nya tidak. Case-nya sendiri sudah menciut sekitar 40% dibandingkan milik pendahulunya, dan kini kompatibel dengan Qi wireless charging.

Selain menjanjikan ergonomi yang lebih baik, WF-1000XM4 turut mengunggulkan kinerja ANC beserta kualitas suara yang lebih superior, salah satunya berkat penggunaan chip baru bernama V1. Menurut Sony, chip ini mampu menyuguhkan performa pemblokiran suara yang lebih efektif lagi ketimbang chip QN1e milik generasi sebelumnya.

WF-1000XM4 juga mengemas driver 6 mm baru yang memiliki volume magnet 20% lebih besar. Dampaknya bukan cuma reproduksi suara bass yang lebih baik, melainkan juga berpengaruh terhadap kinerja ANC secara keseluruhan berkat kemampuannya menghasilkan sinyal pemblokir yang sangat presisi di frekuensi rendah. WF-1000XM4 juga mendukung LDAC, codec besutan Sony yang mampu mentransmisikan data dalam jumlah tiga kali lebih banyak (maksimum hingga 990 kbps) ketimbang codec Bluetooth konvensional.

Speak-to-Chat, fitur unik yang menjadi unggulan headphone Sony WH-1000XM4, kini juga tersedia di TWS ini. Berkat fitur ini, setiap kali pengguna berbicara dengan seseorang, audio akan dihentikan secara otomatis, dan mode transparency bakal aktif dengan sendirinya sehingga pengguna dapat mendengarkan suara di sekitarnya secara jelas. Saat percakapan telah usai, audio akan kembali diputar secara otomatis.

Sony mengklaim kinerja mikrofon di WF-1000XM4 lebih bisa diandalkan berkat penambahan sensor bone conduction, yang bertugas menangkap hanya getaran yang berasal dari suara pengguna. Alternatifnya, pengguna juga bisa mengaktifkan mode transparency dengan menyentuh dan menahan earpiece sebelah kiri.

Kabar baiknya, semua penyempurnaan ini bisa dihadirkan tanpa mengorbankan aspek yang paling penting, yakni baterai. Pada kenyataannya, WF-1000XM4 justru punya daya tahan baterai yang lebih baik lagi daripada pendahulunya: 8 jam per charge, atau total 24 jam bersama charging case-nya, dan itu dengan fitur ANC selalu menyala. Kalau ANC-nya dimatikan, perangkat malah bisa beroperasi hingga 12 jam per charge, atau total 36 jam.

Di Amerika Serikat, Sony WF-1000XM4 saat ini sudah dijual seharga $280 (± Rp3,99 juta), alias $50 lebih mahal daripada pendahulunya. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam dan silver. Semoga saja harganya di Indonesia bisa lebih murah daripada kursnya, seperti kasusnya pada Sony WH-1000XM4.

Sumber: The Verge dan Sony.

Sony Resmikan Lensa Ultra Wide FE 14mm F1.8 G Master, Tawarkan Perpekstif Baru untuk Wide-shot dan Self-vlogging

Sony telah resmi meluncurkan lensa ultra-wide G Master terbarunya di Indonesia, yaitu FE 14mm F1.8 GM (model SEL14F18GM). Lensa full frame ini menawarkan perspektif baru dalam resolusi tinggi, terutama diperuntukkan untuk pengambilan gambar landscape, arsitektur, astrograf, interior, perekaman wide-shot, dan self-vlogging.

Sebagai lensa sudut ultra lebar, biasanya ukurannya cukup besar tetapi ukuran lensa FE 14mm F1.8 GM ini ternyata cukup ringkas. Dimensinya hanya 83mmx99,8 mm dengan berat 460 gram dan bodinya sudah tahan debu dan kelembapan sehingga dapat digunakan di kondisi yang menantang.

Sony melengkapinya dengan beberapa opsi kontrol serbaguna, termasuk focus mode switch dan focus hold button yang fungsinya bisa disesuaikan lewat pengaturan di kamera. Serta, aperture ring dan focus ring dengan Linear Response MF untuk pemfokusan manual yang presisi.

Lensa ini terdiri dari dua elemen XA (extreme aspherical) yang dapat mempertahankan resolusi yang baik di seluruh area gambar bahkan di sudut. Dua elemen kaca ED (extra-low dispersion) dan satu elemen kaca Super ED untuk menghasilkan penyempurnaan optik dengan menekan aberasi kromatik, memberikan kontras yang baik, dan rendering yang baik di semua aperture.

Saat memotret dalam kondisi pencahayaan yang menantang, teknologi Nano AR Coating II asli Sony akan memaksimalkan kejernihan dengan meredam flare dan ghosting. Elemen lensa depan memiliki lapisan fluor yang dapat menangkis air, minyak, dan kontaminan lainnya. Juga memiliki built-in petal hood yang secara efektif memblokir cahaya asing yang dapat menyebabkan flare dan bayangan.

Elemen belakang juga dilapisi fluor untuk menjaga permukaan tetap bersih saat mengganti filter belakang. Selain itu, FE 14mm F1.8 GM menyertakan dudukan filter belakang yang menerima filter tipe lembar standar untuk ND, koreksi warna, filter lembut, dan lain-lain.

Sony FE 14mm F1.8 GM tetap dapat menghasilkan bokeh latar belakang yang indah tanpa efek onion-ring, bahkan dengan panjang fokus 14mm. Berkat elemen XA, mekanisme apertur 9-blade circular, dan aberasi yang dikelola secara optimal. Jarak fokus minimumnya 0,25m yang memungkinkan pengambilan gambar still dan video secara close-up.

Menggunakan dua Motor Linear XD (extreme dynamic), fokus dapat diperoleh dan dipertahankan secara akurat bahkan saat memotret dengan depth of field yang sempit di F1.8. Juga memungkinkan AF senyap dengan getaran minimal untuk transisi fokus yang mulus, yang mana penting dalam pembuatan konten video.

Hadirnya lensa FE 14mm F1.8 GM menambah koleksi lensa E-mount Sony menjadi total 64 lensa. dan akan segera tersedia di Indonesia pada bulan Juni 2021 dengan harga Rp22.999.000. Pre-order dapat dilakukan mulai tanggal 28 Mei – 13 Juni 2021 di seluruh Sony Authorized Dealers. Pembelian lensa selama masa pre-order akan mendapatkan special gift berupa Sony Exclusive Wrapping Cloth.

Motion Sonic Adalah Pengatur Efek Suara Berbasis Gestur Bagi Para Musisi

Tidak setiap hari kita melihat Sony memperkenalkan produk baru menggunakan metode crowdfunding. Namun ketika mereka melakukannya, bisa dipastikan produk tersebut sangatlah unik. Salah satu contohnya adalah perangkat bernama Motion Sonic berikut ini.

Wujudnya sepintas kelihatan seperti gelang pintar pada umumnya, namun perangkat ini sebenarnya ditujukan untuk para musisi dan DJ ketimbang untuk memonitor aktivitas penggunanya. Idenya adalah, dengan menggunakan Motion Sonic, musisi dapat menambahkan beragam efek suara hanya dengan menggerak-gerakkan tangan dan jari-jarinya.

Sony sendiri mendeskripsikannya sebagai musical effect generator berbasis gestur. Pengguna dapat mengangkat tangan untuk menambahkan efek delay, membalik tangan untuk mengubah pitch, dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Secara teknis, kemampuannya membaca pergerakan tangan dan jari datang dari motion sensor 6-axis yang tertanam.

Untuk bisa bekerja, Motion Sonic butuh bantuan sebuah iPhone atau iPad yang terhubung ke audio interface (entah kenapa sejauh ini belum ada dukungan untuk platform Android). Informasi gerakannya diteruskan dari Motion Sonic ke iPhone/iPad via Bluetooth, lalu aplikasi pendampingnya bertugas menerjemahkan informasi tersebut menjadi efek suara yang diinginkan secara real-time.

Potensi pengaplikasian Motion Sonic sangatlah luas. Sony bahkan telah menyiapkan channel YouTube khusus untuk mendemonstrasikan fungsi-fungsi Motion Sonic di tangan seorang gitaris, keyboardist, sekaligus DJ. Bagi para gitaris misalnya, mereka dapat mengatur supaya efek suara tertentu bisa otomatis ditambahkan mengikuti gerakan tangannya yang sedang menggenjreng (strumming).

Buat para keyboardist, Motion Sonic dapat dipakai untuk menambahkan efek-efek suara mengikuti ‘tarian’ jari jemarinya. Lalu untuk para DJ, momen selagi mereka berinteraksi dengan audiens via lambaian tangan dapat diterjemahkan menjadi beragam efek suara. Semuanya tergantung kreativitas masing-masing musisi.

Agar lebih ekspresif, Motion Sonic juga dilengkapi sebuah LED yang dapat menyala dalam berbagai warna. Dalam sekali pengisian, baterai Motion Sonic bisa bertahan selama 6 jam pemakaian, atau 2,5 jam kalau LED-nya dibiarkan menyala terus. Selain dipakai di pergelangan tangan, Motion Sonic juga dapat dikenakan di bagian punggung tangan dengan memanfaatkan strap lain yang terdapat di paket penjualannya.

Sayang sekali untuk sekarang Motion Sonic hanya akan dipasarkan di Jepang dan Amerika Serikat saja. Di Indiegogo, harganya dipatok 23.900 yen (± Rp3,1 jutaan) untuk 400 pembeli pertama. Setelahnya, para backer harus menyiapkan dana sebesar 27.200 yen (± Rp3,5 jutaan).

Sumber: Engadget.

Game Eksklusif PlayStation Uncharted 4 Direncanakan untuk Masuk ke PC

Setelah sebelumnya meluncurkan halaman resminya di Steam dengan beberapa game misterius yang masih belum diumumkan, salah satu game terbesar milik Playstation Studios yaitu Uncharted 4: A Thief’s End dikabarkan ikut hijrah juga ke PC.

Informasi ini datang dari dokumen presentasi investor Sony Group untuk tahun 2021. Dalam salah satu slide-nya tertulis bahwa Days Gone dan juga Uncharted 4: A Thief’s End masuk ke dalam daftar game yang akan dirilis untuk PC.

Terlihat dalam presentasinya bahwa info tersebut dilabeli “New Growth Vectors” atau bisa diartikan sebagai arah pertumbuhan baru yang tentunya berarti PC menjadi pasar baru bagi Sony untuk meningkatkan pendapatan mereka dari game-game 1st-party yang mereka miliki sekaligus membangun fans baru untuk judul-judul eksklusif mereka.

Selain PC, dalam presentasi tersebut Sony juga menyinggung tentang platform mobile dan juga service experience untuk game-game 1st party mereka yang tentunya memperlihatkan bahwa Sony juga akan lebih serius untuk menggarap platform mobile dan juga game as service mereka.

Bila memang nantinya diumumkan secara resmi, Uncharted 4 akan menjadi tambahan berharga untuk game-game eksklusif PlayStation yang masuk ke PC karena akan membuka kemungkinan game-game eksklusif lainnya untuk ikut masuk ke PC.

Apalagi dalam setiap perilisan game eksklusifnya di PC lewat Steam, animo dari para gamer terhadap game tersebut sangat tinggi. Sebut saja Days Gone yang baru beberapa hari yang lalu diluncurkan secara resmi dan langsung menempati peringkat pertama Top Seller di Steam. Padahal game ini mendapat respon yang tidak terlalu wah saat pertama kali dirilis di PlayStation 4 pada 2019 lalu.

Uncharted 4 sendiri dirilis oleh Naughty Dog pada 2016 lalu untuk menjadi seri penutup dari petualangan Nathan Drake. Game ini mendapat banyak pujian lewat grafis, cerita, dan juga gameplay aksi yang ditawarkan. Film adaptasinya sendiri tengah dikerjakan dan dibintangi oleh Tom Holland dan Mark Wahlberg.