Alasan Spotify Gandeng Riot Games dan Masuki Industri Esports

Spotify sedang sibuk melakukan ekspansi global. Mereka ingin agar platform streaming musik mereka dikenal oleh semua orang, termasuk gamer dan fans esports. Untuk mendekatkan diri dengan para gamer, Spotify bekerja sama dengan PlayStation, Xbox, dan Discord. Sementara untuk terjun ke dunia esports, Spotify memutuskan untuk menggandeng menggandeng Riot Games. Melalui kerja sama ini, Spotify akan menjadi sponsor dari beberapa turnamen global League of Legends, termasuk League of Legends World Championship, Mid-Season Invitational (MSI), dan All-Star Events.

Kenapa Spotify Memilih Riot Games?

League of Legends bukan satu-satunya game esports di dunia. Di Indonesia, game MOBA buatan Riot Games tersebut masih kalah pamor dari Dota 2. Namun, tak bisa dipungkiri, di dunia, League of Legends masih menjadi game esports terpopuler saat ini. Tak hanya itu, jika dibandingkan dengan game esports lainnya, skena esports League of Legends punya jangkauan global paling luas. Hal ini akan memudahkan Spotify yang ingin memperkenalkan platform mereka ke fans esports di dunia.

“Berdasarkan riset kami, Riot Games adalah salah satu perusahaan terbaik untuk kami ajak kerja sama. Kompetisi esports yang mereka adakan punya jangkauan global paling luas. Mereka juga menyiarkan kompetisi mereka menggunakan belasan bahasa dan kompetisi mereka memiliki viewership yang konsisten,” ujar Global Head of Marketing Strategy, Spotify, Neal Gorevic, seperti dikutip dari Esports Insider.

Alasan lain mengapa Spotify memutuskan untuk menjadi sponsor dari kompetisi esports League of Legends adalah karena kebanyakan pemain game MOBA itu juga menonton pertandingan esports. Jadi, dengan mendukung skena esports League of Legends, Spotify bisa menargetkan baik para pemain League of Legends maupun para fans esports.

alasan spotify masuk esports
League of Legends World Championship jadi salah satu turnamen yang disponsori oleh Spotify. | Sumber: LOL Esports

Menurut data dari Statista, pada 2019, sekitar 68% dari total pemain League of Legends juga menonton pertandingan esports dari game tersebut. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan game esports lainnya. Misalnya, pada Counter-Strike: Global Offensive, yang dianggap sebagai game esports terpopuler kedua di dunia, hanya 51% pemain yang juga menonton kompetisi esports dari game FPS tersebut. Selain itu, kompetisi League of Legends juga ditonton oleh orang-orang yang tidak memainkan game buatan Riot itu. Sekitar 26% orang yang menonton kompetisi esports League of Legends mengaku tidak pernah memainkan game itu.

Keputusan Spotify untuk masuk ke dunia esports merupakan bagian dari strategi mereka untuk menjadikan Spotify sebagai platform streaming musik yang kaya konten dan dikenal semua orang, termasuk gamer dan fans esports. Karena itulah, podcast jadi salah satu fokus Spotify di tahun ini.

Pada Mei 2020, Spotify menandatangani kontrak dengan komedian Joe Rogan. Melalui kontrak yang bernilai lebih dari US$100 juta itu, Spotify akan menampilkan acara Rogan, The Joe Rogan Experience, secara eksklusif di platform mereka. Podcast juga menjadi salah satu produk hasil kolaborasi Spotify dengan Riot Games.

Hasil Kolaborasi Spotify dengan Riot Games

Salah satu hasil kerja sama Spotify dengan Riot Games adalah Untold Stories, seri podcast yang bercerita tentang momen-moment penting dalam sejarah turnamen League of Legends World Championship. Tak hanya itu, di Spotify, Anda juga akan menemukan beberapa playlist League of Legends yang sudah dipilih secara khusus, seperti “This is League of Legends” dan “Road to Worlds 2020”. Gorevic mengungkap, di masa depan, mereka akan menambahkan playlist League of Legends baru.

Dengan menyediakan podcast dan playlist lagu League of Legends, Spotify ingin memastikan mereka menyediakan semua konten audio yang menarik bagi para gamer. Mereka berharap, para gamer akan terus mendengarkan Spotify, tak peduli dimana mereka berada dan apa yang sedang mereka lakukan.

alasan spotify masuk esports
Spotify membuat seri podcast tentang League of Legends, berjudul Untold Stories.

Spotify juga menjadi sponsor dari beberapa turnamen esports League of Legends. Dengan begitu, mereka bisa memperkenalkan merek mereka pada audiens. Salah satu metode yang mereka gunakan adalah memasang banner dalam game. Memang, dalam pertandingan esports, perhatian penonton akan lebih sering tertuju pada segala sesuatu yang terjadi dalam game daripada ke para pemain profesional. Jadi, in-game banner menjadi salah satu cara marketing yang efektif bagi sponsor.

Riot Games dan Musik

Keputusan Spotify untuk berkolaborasi dengan Riot Games memang sudah sangat tepat. Pasalnya, Riot memang serius dalam membuat konten musik. Buktinya, pada 2018, mereka membuat girl band virtual yang dinamai K/DA. Sampai sekarang, girl band itu masih aktif. Malahan, pada Oktober 2020 kemarin, K/DA baru merilis mini-album yang diberi judul All Out.

Tak hanya itu, pada akhir November 2020, Riot Games bekerja sama dengan grup musik elektronik asal Indonesia, Weird Genius, dan Tabitha Nauser, penyanyi dan penulis lagu dari Singapura, untuk meluncurkan lagu berjudul “All In”. Riot mengungkap, tujuan mereka merilis lagu itu adalah untuk merayakan peluncuran mobile game MOBA mereka, League of Legends: Wild Rift.

alasan spotify masuk esports
Riot Games baru saja bekerja sama dengan Weird Genius.

“Melalui All In, kami melihat peluang untuk menciptakan sesuatu yang istimewa bagi para pemain kami di Indonesia,” kata Marc Johns, Head of Marketing Asia Tenggara, Riot Games dalam pernyataan resmi Riot.

Salah satu anggota Weird Genius, Reza Oktovian menganggap, kerja sama dengan Riot Games ini adalah kesempatan yang menarik. Sementara Eka Gustiwana, anggota Weird Genius lainnya, mengungkap bahwa dia berharap, lagu All In akan bisa mendorong para gamer Indonesia untuk mencoba Wild Rift.

Ecommerce di Esports, Mau Apa?

Jika ditanya apa kesamaan antara ecommerce dan esports, saya akan menjawab, keduanya sama-sama menambahkan unsur “e” — electronic — pada sebuah kegiatan. Di kasus ecommerce, kegiatan tersebut adalah dagang (commerce) dan di esports, olahraga (sports). Keduanya memanfaatkan internet untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah ada sebelumnya. Namun, selain itu, saya rasa, tidak ada kesamaan lain di antara keduanya.

Meskipun begitu, banyak perusahaan ecommerce yang menjajaki industri competitive gaming. Tak percaya? Buktinya, pada 2014, Amazon mengakuisisi platform streaming game Twitch. Pada 2016, raksasa ecommerce Tiongkok, Alibaba, menanamkan investasi sebesar US$150 juta di esports. Perusahaan ecommerce asal Tiongkok lainnya, JD juga punya tim esports sendiri. Dan jangan salah, di Indonesia, perusahaan-perusahaan ecommerce juga mulai menjajaki esports, mulai dari yang hijau, biru, oranye, sampai merah.

 

Bukti Keterlibatan Ecommerce Lokal di Esports

Berikut daftar turnamen yang disponsori atau didukung oleh perusahaan ecommerce, serta kerta kerja sama antara perusahaan ecommerce dengan tim esports Indonesia:

2017
– Tokopedia mengadakan Revival E-sports Festival

2018
– Tokopedia mengadakan Battle of Fridays (TBOF)
– JD.id jadi sponsor dari High School League (HSL) Season 1

2019
– Blibli mendukung Piala Presiden 2019
– Blibli mengadakan Blibli Esports Championship (BEC)
– JD.id jadi sponsor dari High School League Season 2
– Shopee kerja sama dengan Louvre
– Shopee mengadakan Shopee Fire Cup
– Tokopedia mengadakan Indonesia Esports National Championship (IENC)

2020
– Blibli mendukung Piala Presiden 2020
– Lazada menggandeng EVOS Esports

Battle of Fridays jadi salah satu turnamen esports dengan hadiah terbesar pada 2018. | Sumber: Bolalob
Battle of Fridays jadi salah satu turnamen esports dengan hadiah terbesar pada 2018. | Sumber: Bolalob

Dari semua turnamen di atas, Tokopedia Battle of Fridays menawarkan total hadiah paling besar, yaitu Rp1,9 miliar. Memang, turnamen itu menjadi salah satu kompetisi esports dengan hadiah terbesar pada 2018. Menggunakan format tertutup, TBOF mengadu beberapa game sekaligus, yaitu Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, Mobile Legends, dan Point Blank. Mereka mengundang 12 tim esports profesional untuk ikut serta, termasuk Bigetron Esports, BOOM Esports, dan EVOS Esports.

Bukan hanya TBOF, Indonesia Esports National Championship juga menawarkan hadiah yang cukup besar, mencapai Rp750 juta. Walau IENC memiliki total hadiah yang jauh lebih kecil dari TBOF, turnamen ini juga tak kalah pamor, karena dijadikan sebagai ajang kualifikasi untuk memilih atlet esports yang akan maju di SEA Games 2019. Turnamen esports yang melibatkan ecommerce lain juga menawarkan hadiah yang cukup fantastis. Misalnya, total hadiah Blibli Esports Championship mencapai Rp500 juta, sementara JD.id High School League bahkan mencapai Rp1,2 miliar.

Oke, mari beralih untuk membahas kerja sama antara perusahaan ecommerce dan tim esports. Salah satu ecommerce yang pernah mendukung organisasi esports profesional adalah Shopee. Pada tahun lalu, mereka memutuskan untuk menjadi sponsor dari Louvre karena mereka menganggap, tim tersebut memiliki potensi untuk menang. Selain sponsorship, kerja sama keduanya juga meliputi pengadaan official store dari Louvre di Shopee.

EVOS punya official store di Lazada. | Sumber: Lazada
EVOS punya official store di Lazada. | Sumber: Lazada

Sementara itu, pada April 2020, Lazada mengumumkan kolaborasinya dengan EVOS Esports. Sama seperti Shopee, salah satu bentuk kerja sama antara Lazada dan EVOS adalah pembukaan official store EVOS di Lazada. Hanya saja, Lazada dan EVOS juga punya kerja sama lain, yaitu EVOS harus mengisi program live streaming Lazada Cyber Combat.

 

Ecommerce Adakan Turnamen Esports, Memang Bisa?

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Pepatah ini tampaknya cocok digunakan untuk menggambarkan Blibli, yang memutuskan untuk menangani penyelenggaraan Blibli Esports Championship sendiri. “Pelaksanaan turnamen BEC tersebut disiapkan dan dilakukan oleh tim khusus yang dimiliki oleh Blibli,” ujar Lani Rahayu, Associate Vice President Social Media and Community Blibli dan Project Lead Blibli Esports Championship. “Kami juga berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk gaming provider para mitra brand yang menyediakan produk-produk terkait dengan esports, komunitas, juga akademisi (HIMA di universitas Jadetabek).”

Tentu saja, pendekatan masing-masing ecommerce tak harus sama. Berbeda dengan Blibli, Tokopedia memilih untuk bekerja sama dengan pelaku industri esports. Pada 2018, untuk mengadakan Battle of Fridays, Tokopedia bekerja sama dengan IESPL. Sementara untuk menyelenggarakan Indonesia Esports National Championship, mereka menggandeng IESPA.

“Lewat berbagai kolaborasi dengan para tournament organizer ini, Tokopedia dilibatkan dalam pemilihan game yang akan dipertandingkan. Penentuan game dilakukan berdasarkan popularitas, skena kompetitif dan komunitas game tersebut,” ujar Jonathan Gilbert Tricahyo, Top-up Digital Singular Senior Lead Tokopedia.

Sementara itu, JD.id tak mau repot dan lebih memilih untuk menjadi title sponsor dari High School League. Untuk membahas tentang pengadaan HSL lebih lanjut, saya menghubungi Chief Marketing Officer dan Founder Yamisok, Diana Tjong.

“JD.id merupakan title sponsor kita, tapi event-nya, High School League, memang punya kita,” ujar Diana ketika dihubungi melalui pesan singkat. Dia menjelaskan, JD.id tertarik untuk mensponsori HSL karena perusahaan ecommerce tersebut memang tertarik dengan konsep HSL. Namun, JD.id tidak ikut campur tangan dalam memilih game yang akan ditandingkan dalam HSL. “Segala sesuatunya jadi tanggung jawab Yamisok dan MoobaTV,” katanya.

High School League pada 2018. | Sumber: Kastara
High School League pada 2018. | Sumber: Kastara

Jika dibandingkan dengan turnamen esports lainnya, salah satu keunikan HSL adalah karena liga ini menyasar pemain amatir di tingkat SMA dan setara. Hanya saja, kepuutsan ini juga menimbulkan masalah tersendiri, seperti keengganan pihak sekolah atau orangtua mengizinkan anak mereka berpartisipasi dalam kompetisi tersebut. Untuk mengatasi masalah itu, Yamisok lalu mengundang psikolog dan mengadakan roadshow ke berbagai sekolah.

“Tujuan kami melakukan roadshow adalah sebagai pendekatan dan edukasi pada orangtua dan pihak sekolah, agar bisa menjadi jembatan antara dunia pendidikan dengan esports,” jelas Diana. “Sekarang pun, kita buat program-program lanjutan. Di Yamisok, ada student representative. Sekarang, kita lagi buat trial class untuk akademi esports buat ekskul esports di sekolah.”

 

Media dan Dokumentasi Kompetisi Esports

Yamisok bukan satu-satunya pihak yang memiliki andil dalam penyelenggaraan HSL. EsportsID juga punya campur tangan sebagai media partner. Salah satu tugas mereka adalah melakukan dokumentasi dari kegiatan HSL, termasuk saat grand final dan wawancara pemenang setelah turnamen berakhir.

“Sebagai media partner, tugas kami pastinya untuk mempromosikan event-nya,” kata Michael Samuel, Editor-in-Chief, EsportsID, saat dihubungi melalui pesan singkat. “Dalam dokumentasi, kita juga bantu membuat video perjalanan tim-tim finalis saat mereka di Jakarta, sampai mereka bertanding di grand final. Kami juga buat video after event ke sekolah yang juara, mengenai dampak dan pandangan positif tentang esports dari pihak sekolah. Jadi, kita wawancara guru dan timnya.” Dia menjelaskan, mereka dapat melakukan hal ini karena sekolah yang keluar sebagai juara HSL akhirnya memutuskan untuk mengadakan program ekstrakurikuler esports.

Jumlah penonton menjadi salah satu daya tarik turnamen esports. Semakin banyak orang yang menonton turnamen esports, semakin menarik pula turnamen itu di mata sponsor. Untuk turnamen esports profesional, seperti Mobile Legends Professional League, kemampuan bermain para pemain profesional jadi salah satu daya jualnya. Sayangnya, hal ini tidak berlaku untuk turnamen amatir seperti HSL. Namun, hal itu bukan berarti tidak ada hal yang pantas untuk diangkat dari pertandingan amatir.

Michael berkata, “Untuk turnamen pro dan amatir, topik yang diangkat juga berbeda. Kalau pro kan yang diangkat pasti tim atau player-nya. Sedangkan pertandingan amatir, kita bisa tampilkan perjuangan mereka, background tim atau sisi lainnya.”

Terkait HSL, Michael menjelaskan bahwa salah satu hal yang mereka coba highlight adalah usaha para tim untuk mendapatkan izin sekolah. Mereka juga menampilkan bagaimana para tim berjuang keras untuk bisa lolos babak kualifikasi hingga juara. Selain itu, EsportsID juga mengangkat topik tentang esports itu sendiri. Pasalnya, dia mengaku, masih banyak stigma buruk terkait esports yang beredar di masyarakat.

 

Tujuan Ecommerce Masuk ke Dunia Esports

Ketika ditanya tentang alasan Tokopedia terjun ke dunia esports, Jon menjawab, mereka masuk ke industri esports untuk membangun ekosistem competitive gaming sehingga orang-orang yang memiliki impian untuk berkarir di dunia esports akan bisa mencapai mimpinya.

“Mengingat potensi industri gaming di Indonesia masih sangat besar, baik dari sisi pemain maupun tim Indonesia yang sudah banyak berprestasi di level internasional. Esports bahkan saat ini menjadi industri baru yang banyak membuka kesempatan kerja kepada para peminatnya,” ujar Jon. “Kami berharap, dengan adanya dukungan Tokopedia terhadap industri esports di Indonesia, akan lebih banyak lagi talenta-talenta terbaik negeri yang nantinya bisa mendunia.”

Babak akhir Blibli Esports Championship. | Sumber: Blibli
Babak akhir Blibli Esports Championship. | Sumber: Blibli

Sejalan dengan Tokopedia, Blibli mengungkap bahwa salah satu alasan mereka tertarik mengadakan BEC adalah karena mereka melihat betapa tingginya minat akan esports di Indonesia. Hal ini mendorong mereka untuk ikut serta dalam membangun ekosistem esports.

“Kami mendukung esports karena sejalan dengan semangat serta komitmen Blibli sebagai ecommerce lokal yang ingin terus mendorong pemberdayaan kepada masyarakat,” kata Lani. “Melalui esports, Blibli berharap anak-anak muda dapat menggunakan konten teknologi atau games untuk pengembangan diri, seperti membentuk sportivitas, teamwork, kemampuan strategic thinking, dan membuka lapangan pekerjaan baru serta membangun karir untuk para gamers muda Indonesia, termasuk salah satunya menjadi atlet esports.”

Singkatnya, baik Blibli maupun Tokopedia mendukung esports dengan harapan industri ini bisa berkembang lebih besar lagi. Dengan begitu, semakin banyak gamer Indonesia yang bisa unjuk gigi. Tak hanya itu, semakin besar industri esports, semakin banyak pula lowongan pekerjaan baru yang muncul.

Tak ada yang salah dengan semua tujuan altruistik ini. Hanya saja, Blibli, Tokopedia, atau ecommerce lainnya tetaplah perusahaan yang dibangun untuk mendapatkan untung. Mustahil rasanya mereka rela mengeluarkan uang hingga beratus-ratus juta atau bahkan bermiliar rupiah jika tak ada untung yang bisa didapat perusahaan.

Jadi, pertanyaannya adalah keuntungan apa yang bisa didapatkan oleh perusahaan ecommerce jika mereka masuk ke dunia esports? Jawabannya sederhana: perhatian penonton. Pada 2018, jumlah penonton esports di dunia mencapai 395 juta orang, menurut data dari Newzoo. Angka ini terus naik, menjadi 443 juta pada 2019, dan diperkirakan menjadi 495 juta pada 2020. Jadi, tidak heran jika perusahaan non-endemik, seperti ecommerce, tertarik untuk aktif di industri esports.

Pertumbuhan jumlah penonton esports dari tahun ke tahun. | Sumber: Newzoo
Pertumbuhan jumlah penonton esports dari tahun ke tahun. | Sumber: Newzoo

Jika tujuan ecommerce masuk esports untuk menarik perhatian fans esports, hal ini sesuai dengan penjelasan Diana. Dia berkata, salah satu KPI (Key Performance Indicator) yang mereka harus capai saat menyelenggarakan HSL adalah impresi. “Impression itu mencakup semua, dari viewer, Instagram, influencer, dan media juga,” ujar Diana. “Tapi, target offline-nya berbeda.”

Memang, dalam konferensi pers High School League Season 2, pihak JD.id mengungkap, menjadi sponsor dari turnamen esports ini merupakan bagian dari strategi marketing mereka. Pasalnya, dengan menjadi title sponsor, nama JD.id akan selalu disandingkan dengan HSL. Tak hanya itu, logo mereka juga akan ditampilkan di semua atribut HSL. Jadi, melalui HSL, JD.id akan dapat meningkatkan brand awareness masyarakat, khususnya di kalangan siswa SMA atau setara, orangtua, dan pihak sekolah.

Setelah mengadakan turnamen esports sendiri, Blibli berhasil menjangkau penonton esports. Ketika ditanya tentang dampak yang telah Blibli rasakan setelah mereka masuk ke dunia esports, Lani menjawab, “Dampak dari penyelenggaraan esports bagi kami tentunya bisa menjangkau audience millenials yang lebih muda menjadi pelanggan Blibli. Selain itu, kami juga melihat penjualan khususnya voucher game terus meningkat, partner-partner yang menyediakan perlengkapan gaming semakin bertambah.”

Memanfaatkan hype esports sebagai alat marketing, apakah ini salah? Tentu tidak. Tak bisa dipungkiri, esports tengah populer, apalagi di tengah pandemi. Jika perusahaan ecommerce — atau perusahaan non-endemik lain — tertarik untuk mendukung pelaku esports agar mereka bisa memperkenalkan brand mereka para penonton esports, tak ada yang salah dengan itu. Toh, semakin banyak perusahaan yang tertarik mendukung pelaku esports, semakin baik.

Namun, tidak semua turnamen esports mendewakan view. Setidaknya, hal inilah yang dipercaya oleh Michael. Dia berkata, “Kalau dari saya pribadi, sebenarnya setiap event esports pasti punya tujuan masing-masing. Memang benar, tujuan itu bisa jadi view, awareness, dan lain-lain. Tapi, nggak sedikit juga event yang memang tujuan utamanya untuk mencari bibit baru dan tidak sekadar viewers sih.”

 

Penutup

Bayangkan jika Anda sedang jatuh cinta pada seseorang yang punya ketertarikan yang berbeda dengan Anda. Bukankah Anda juga akan berusaha untuk memahami hal yang disukai oleh gebetan Anda? Tujuannya, agar Anda dan si dia punya bahan obrolan. Dan mungkin, dari sana, kalian bisa jadi lebih dekat dan berakhir menjadi sepasang kekasih.

Perusahaan non-endemik, dalam hal ini ecommerce, juga begitu. Mereka tahu bahwa target konsumen mereka di masa depan — generasi Milenial dan Gen Z — kini tengah sangat suka dengan konten game dan esports. Tentu saja, mereka tak akan melewatkan kesempatan ini. Mereka ikut masuk ke dunia esports sebagai bentuk pedekate dengan fans esports. Dari sana, mungkin saja ada yang berakhir dengan checkout keranjang belanja.

Sumber header: Blibli

T1 Kerja Sama dengan Hana Bank, Buat Produk Finansial untuk Fans Esports

T1 Entertainment & Sports, organisasi esports joint venture dari SK Telecom dan Comcast, mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kerja sama dengan Hana Bank. Melalui kerja sama ini, keduanya akan mengembangkan produk finansial untuk fans esports yang masih relatif muda. Selain itu, T1 juga akan mempromosikan aplikasi dari Hana Bank, Hana 1Q, pada jersey mereka.

“Dengan melakukan kolaborasi bersama T1, Hana Bank berusaha untuk menjangkau konsumen muda, meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan aplikasi Hana 1Q, dan memperluas cakupan industri finansial melalui esports,” kata Head of Future Finance Projects, Hana Bank, Yeom Jeong-ho, seperti dikutip dari Esports Insider.

t1 hana bank
Hana Bank boleh menamai lantai pertama dari markas T1 di Seoul.

Dari kerja sama dengan T1, Hana Bank juga mendapatkan hak untuk menamai lantai pertama dari markas T1 di Gangnam, Seoul. Mereka memutuskan untuk menggunakan nama Hana 1Q-T1 Hall of Fame. Terakhir, para pemain T1 akan mendapatkan layanan finansial dan asuransi untuk cedera dari Hana Bank.

“Saya senang karena saya dan teman-teman pemain profesional di T1 mendapatkan kesempatan untuk mempersiapkan masa depan kami melalui kerja sama dengan Hana Bank ini,” kata Lee “Faker” Sang-hyeok, pemain League of Legends dari T1. Faker dianggap sebagai salah satu pemain League of Legends terbaik dunia. Dia memperpanjang kontraknya dengan T1 selama tiga tahun pada Februari 2020. Setelah dia pensiun sebagai pemain profesional, dia akan langsung masuk menjadi bagian tim eksekutif dari T1.

Beberapa tahun belakangan, semakin banyak perusahaan non-endemik yang tertarik untuk menjadi sponsor esports. Misalnya, perusahaan otomotif BMW yang menjadi sponsor dari T1 dan beberapa organisasi esports lainnya. Sama seperti Hana Bank, tujuan BMW bekerja sama dengan T1 adalah untuk meningkatkan kesadaran generasi muda akan merek mereka.

Tim League of Legends T1 dianggap sebagai salah satu tim terbaik dunia. Pasalnya, mereka telah memenangkan tiga League of Legends World Championships. Selain itu, mereka juga telah memenangkan League of Legends Champions Korea sebanyak delapan kali. Tak hanya di League of Legends, T1 juga memiliki tim yang bertanding di StarCraft II, PUBG, dan Fortnite.

Gen.G Kerja Sama dengan Puma untuk Buat Merchandise Baru

Perusahaan sportswear asal Jerman, Puma, baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan tim esports asal Korea Selatan, Gen.G. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kontrak tersebut. Satu hal yang pasti, kerja sama antara Puma dan Gen.G akan berjalan selama lebih dari satu tahun. Melalui kerja sama ini, Puma akan menyediakan jersey untuk atlet profesional dan streamer dari Gen.G. Tim pertama yang mendapatkan jersey dari Puma adalah tim League of Legends Gen.G yang berlaga di League of Legends Champions Korea (LCK).

“Saya bangga karena Gen.G menjadi rekan esports pertama Puma di Asia,” kata Chief Operating Officer Gen.G, Arnold Hur, seperti dikutip dari Inven Global. “Melalui kerja sama dengan Puma, saya tidak sabar untuk melihat kolaborasi antara pelaku esports, fashion, dan gaya hidup. Meskipun sekarang adalah waktu yang sulit bagi semua orang, industri esports masih akan terus tumbuh dan Gen.G akan memimpin jalan untuk menumbuhkan dan mempopulerkan industri esports.”

Melalui kerja sama ini, Puma dan Gen.G juga akan berkolaborasi untuk membuat merchandise berupa pakaian dan aksesori yang akan bisa dibeli oleh masyarakat. Sebelum ini, Puma juga telah menjalin kerja sama dengan organisasi esports lain. Pada 2019, Puma berkolaborasi dengan Cloud9, khususnya dengan tim League of Legends mereka yang berlaga di liga Amerika Utara. Perjanjian kerja sama keduanya lalu diperluas sehingga mencakup semua tim esports Cloud9, kecuali tim Overwatch League, London Spitfire.

“Gen.G adalah salah satu pemimpin di industri esports dan kami sangat senang karena dapat bekerja sama dengan mereka,” kata Head of Puma Korea, Rasmus Holm. “Kami akan bekerja sama untuk terus mendukung industri esports dengan menyediakan produk dan layanan terbaik bagi para pemain profesional, streamer, dan fans.”

Saat ini, Gen.G telah menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan dan organisasi. Pada Maret 2020, mereka baru saja menandatangani kontrak dengan dealer Mercedes-Benz di Korea Selatan. Sementara pada tahun lalu, mereka telah bekerja sama dengan University of Kentucky, Bumble, serta LA Fitness dan Simple Habit.

Pringles Perpanjang Kerja Sama dengan ESL

Penyelenggara turnamen esports ESL mengumumkan bahwa kerja sama mereka dengan Pringles akan diperpanjang. Dengan ini, Pringles akan tetap mendukung semua turnamen ESL National Championship di Jerman dan Polandia selama satu tahun ke depan.

Sebagai merek non-endemik, Pringles telah bekerja sama dengan ESL sejak 2017. Ketika itu, mereka mensponsori turnamen ESL One Hamburg yang diadakan di Jerman. Pada 2018, Pringles memutuskan untuk memperdalam kerja sama mereka dengan ESL dan mensponsori lebih banyak kompetisi dan kegiatan. Sepanjang kerja sama dengan ESL, Pringles telah menjadi sponsor dari berbagai turnamen, seperti IEM Katowice, ESL One Cologne, ESL One Hamburg, dan ESL Meisterschaft. Pringles akan kembali mensponsori turnamen-turnamen tersebut dengan perpanjangan kerja sama ini.

“Dalam beberapa tahun belakangan, kami mendapatkan masukan yang sangat positif dari komunitas,” kata Stephan Schröder, SVP Global Brand Partnerships EMEA, ESL tentang kerja sama antara ESL dan Pringles, menurut laporan Esports Insider. “Karnea itu, kami senang untuk melanjutkan kerja sama kami dengan Pringles. Kerja sama ini mencakup berbagai kegiatan sepanjang 2020. Kami bangga karena Pringles memutuskan untuk melanjutkan kerja sama dengan kami di tengah masa sulit seperti sekarang.”

ESL Pringles
Pringles kembali memperpanjang kontrak kerja sama dengan ESL. | Sumber: The Esports Observer

Sebelum pandemi virus corona, dalam turnamen esports yang diadakan oleh ESL, para penonton akan mendapatkan Pringles dengan gambar tim-tim esports. Ini memungkinkan merek Pringles dikenal oleh ribuan penonton. Tak hanya itu, iklan Pringles juga ditampilkan selama turnamen, baik dalam siaran maupun di atas panggung langsung. Logo Pringles juga diletakkan pada bean bags di kawasan VIP dan hotel para pemain, yang juga mendapatkan Pringles saat mereka tiba.

Sayangnya, sekarang, ESL tidak bisa mengadakan turnamen esports offline seperti biasa. Karena itu, Pringles harus mencari cara baru untuk melakukan marketing di industri esports selama pandemi. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menampilkan iklan saat siaran turnamen ESL, kerja sama dalam pembuatan konten media sosial, dan menampilkan logo Pringles dalam game, lapor The Esports Observer. Semua ini akan dilakukan pada ESL Meisterschaft dan ESL National Championship di Polandia.

“Kami adalah salah satu sponsor pertama ESL dan kami senang karena kerja sama kami dengan ESL memberikan hasil positif,” kata Doris Filseth, Market Activation Lead High Growth Markets, Kellogg Company. ESL bukan satu-satunya rekan Pringles dalam dunia esports. Pada Agustus 2019, mereka memutuskan untuk menjadi sponsor dari Overwatch League. Sementara pada Februari 2020, mereka mensponsori League of Legends European Championship.

Astralis Jalin Kerja Sama 3 Tahun dengan Aplikasi Mobile Banking Lunar

Astralis Group baru saja menandatangani kerja sama dengan aplikasi mobile banking asal Nordik, Lunar. Kerja sama ini mencakup kartu VISA dengan logo Astralis dan pembuatan konten eksklusif, seperti wawancara dan behind-the-scene, yang hanya akan bisa diakses oleh pengguna aplikasi Lunar. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai finansial dari kerja sama antara Lunar dengan Astralis ini. Menurut pernyataan resmi, nilai kerja sama yang berlangsung selama 3 tahun tersebut cukup signifikan.

Esports menarik audiens global yang jumlahnya terus beratambah. Dan salah satu kekuatan kami adalah kami dekat dengan generasi digital natives,” kata CCO dan Co-founder Astralis Group, Jakob Lund Krestensen, menurut laporan Esports Insider. “Cara Lunar untuk mengubah metode perbankan, penggunaan gamification dan hiburan digital sesuai dengan strategi kami dan juga dengan target penonton kami.”

Astralis Lunar
Kerja sama Astralis dan Lunar mencakup kartu VISA khusus. | Sumber: The Esports Observer

Astralis Group adalah organisasi esports asal Denmark yang membawahi tim Counter-Strike: Global Offensive Astralis, tim League of Legends Origen, dan tim FIFA Future FC. Namun, fokus dari kerja sama dengan Lunar adalah tim CS:GO Astralis. Menurut laporan The Esports Observer, saat ini, para fans Astralis di Denmark sudah bisa mendaftarkan diri dalam waitlist Lunar meski aplikasi mobile banking itu belum diluncurkan. Rencananya, Lunar akan dirilis pada tahun ini.

“Dalam kerja sama kami dengan Astralis Group, dengan fokus pada tim Astralis, kami mengubah model perbankan dan hiburan, menyediakan pengalaman baru untuk para fans,” kata CEO dan Founder Lunar, Ken Villum Klausen. “Kami melakukan hal ini untuk meningkatkan engagement dengan pengguna kami. Dan kerja sama dengan Astralis membantu kami dalam menciptakan aplikasi finansial super serta menarik hati para pengguna baru.”

Belakangan, memang semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk bekerja sama dengan organisasi esports dalam rangka memenangkan hati generasi milenial dan gen Z. Pada April 2020, BMW mengumumkan kerja samanya dengan 5 organisasi esports yang berlaga di League of Legends. Saat itu, perusahaan pembuat mobil itu mengaku bahwa mereka akan memfokuskan marketing mereka pada esports. Sementara pada tahun lalu, Audi juga memutuskan untuk menjadi sponsor dari Future FC di bawah Astralis. Future FC menjadi perwakilan dari klub sepak bola Italia, Juventus dalam liga PES eFootball.

Twitter dan Angkatan Darat AS Jadi Sponsor Call of Duty League

Twitter dan Angkatan Darat Amerika Serikat menjadi sponsor terbaru dari Call of Duty League. Dalam tiga season ke depan, Twitter akan menampilkan highlight dari pertandingan Call of Duty League. Hal ini diharapkan akan meningkatkan interaksi para penonton Call of Duty League di Twitter. Selain itu, Twitter juga telah meluncurkan tager emoji untuk semua tim yang ikut dalam CDL. Para fans bisa menggunakan tagar tersebut untuk menunjukkan dukungannya pada tim jagoan mereka.

“Komunitas Call of Duty adalah salah satu komunitas gaming terbesar di Twitter, dan kami senang karena kami bisa bekerja sama dengan Activision Blizzard untuk terus mendukung komunitas ini,” kata Rishi Chadha, Global Head of Gaming Content Partnership, Twitter seperti dikutip dari Yahoo. “Di 2019 saja, 3 dari 10 acara esports yang paling banyak dibicarakan merupakan acara Call of Duty. Kerja sama yang berlangsung lebih dari satu tahun ini menunjukkan komitmen kami untuk memastikan kesuksesan esports Call of Duty dalam jangka panjang.”

twitter sponsor call of duty league
Call of Duty League punya dua sponsor baru, yaitu Twitter dan Angkatan Darat AS.

Selain Twitter, Angkatan Darat AS juga menjadi sponsor dari Call of Duty League. Meskipun kontrak Angkatan Darat dengan Activision Blizzard hanya berlangsung selama satu tahun, mereka akan ikut aktif dalam berbagai acara esports Call of Duty. Selain Call of Duty League, Angkatan darat juga akan mendukung Call of Duty Challengers, turnamen yang ditujukan untuk para amatir, dan Call of Duty Collegiate, yang ditujukan untuk para mahasiswa di Amerika Serikat dan Kanada.

Saat siaran CDL, merek Angkatan Darat akan ditampilkan dalam segmen khusus yang disebut Tactical Play. Segmen tersebut berupa pembahasan para analis tentang highlight dari pertandingan di Call of Duty league. Tak hanya itu, tim esports dari Angkatan Darat juga akan ikut serta dalam kompetisi Call of Duty Challengers LAN. Tim yang terdiri dari tentara yang masih aktif itu mewakili Angkatan Darat untuk berlaga di berbagai kompetisi esports, baik amatir maupun profesional. Mereka juga pernah ikut streaming bersama dengan beberapa streamer ternama.

Angkatan Darat bukan satu-satunya badan militer AS yang ikut mendukung turnamen esports. Pada Februari 2020, Angkatan Laut AS mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi dengan DreamHack dan ESL. Pada bulan yang sama Angkatan Udara AS mengumumkan bahwa mereka akan mensponsori Intel Extreme Masters dan ESL Pro League.

Angkatan Laut AS Bekerja Sama dengan DreamHack dan ESL

DreamHack dan divisi Amerika Utara dari ESL mengumumkan kerja sama mereka dengan Angkatan Laut Amerika Serikat. Melalui kerja sama ini, Angkatan Laut AS akan menjadi rekan resmi dalam DreamHack Anaheim yang akan diadakan pada 21-23 Februari 2020 dan DreamHack Dallas pada 22-24 Mei 2020. Dalam kedua acara tersebut, Angkatan Laut AS juga akan membuka booth. Di sana, para pengunjung acara bisa menantang veteran atau perwira Angkatan Laut untuk bermain game. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama ini.

“Sama seperti Angkatan Laut, ada berbagai peran dalam esports yang membutuhkan berbagai kemampuan. Selain itu, esports membutuhkan komitmen kuat jika seseorang ingin menjadi lebih baik,” kata Rear Admiral Brendan R. McLane, Commander, US Navy Recruiting Command, dikutip dari The Esports Observer. “Kerja sama ini memungkinkan kami untuk mendekatkan diri dengan fans esport di berbagai acara DreamHack di Amerika Utara dan juga melalui konten yang disiarkan di channel ESL.” Melalui kerja sama ini, DreamHack juga akan menampilkan branding Angkatan Laut AS dalam siaran mereka, termasuk DreamHack Open.

“Kami bangga karena bisa bekerja sama dengan Angkatan Laut AS,” kata Marcus Lindmark, Co-CEO DreamHack, menurut laporan Esports Insider. “Kami tahu bahwa gaming adalah hobi dari banyak tentara. Jadi, bekerja sama dengan badan militer untuk menyelenggarakan acara di Anaheim dan Dallas memiliki arti khusus bagi kami.”

Memang, popularitas esports membuat semakin banyak merek non-endemik tertarik untuk bekerja sama dengan pelaku esports, baik organisasi esports profesional atau penyelenggara turnamen seperti ESL. Angkatan Laut bukanlah badan militer AS pertama yang mencoba untuk masuk ke esports. Pada 2018, Angkatan Darat AS membuat tim esports mereka sendiri. Tujuan mereka membuat tim tersebut adalah untuk merekrut para gamer. Namun, menurut PC Gamer, keputusan Angkatan Darat AS tersebut menuai kritik karena mereka dianggap mencoba untuk merekrut para gamer yang masih di bawah umur.

Pada Desember 2019, Angkata Laut AS memang mengumumkan bahwa mereka mulai mengalokasikan dana iklan mereka ke iklan digital, termasuk esports. Alasannya karena perkembangan esports yang sangat pesat meski industri esports sendiri masih sangat muda.

Bagaimana Industri Game Memengaruhi Fashion?

Semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk bekerja sama dengan pelaku industri game dan esports, termasuk merek fashion. Bahkan merek mewah seperti Louis Vuitton sekalipun masuk ke esports dengan bekerja sama dengan Riot Games, developer dari League of Legends. Melalui kerja sama ini, Louis Vuitton membuat travel case untuk trofi dari League of Legends World Championship, Summoner’s Cup. Tak berhenti sampai di situ, Louis Vuitton juga mendesain skin untuk karakter dalam League of Legends. Pada bulan ini, merek asal Prancis ini juga memamerkan koleksi LVxLOL dengan harga yang fantastis.

Menariknya, Louis Vuitton tidak menargetkan para gamer dengan kolaborasi mereka dengan Riot. “Koleksi LV x LoL tidak ditujukan untuk fans League,” kata Consumer Products Specialist, Mandie Roman, dikutip dari Inven Global. “Lihat berapa banyak produk yang ada dalam koleksi itu. Tapi, tidak banyak produk yang menampikan Qiyana. Demografi yang menjadi target kami tetaplah demografi yang memang biasa membeli barang mewah seperti ini.” Lebih lanjut dia menjelaskan, kerja sama antara Louis Vuitton dan Riot menjadi bahan pembicaraan di dunia marketing. “Ketika Vogue dan merek non-gamer lain membicarakan hal ini, ini memberikan dampak baik pada League,” ujarnya. Sementara itu, Louis Vuitton diuntungkan karena kolaborasi tersebut dapat meningkatkan brand awareness mereka.

Lightning menjadi model dari produk Louis Vuitton dan model yang terinspirasi oleh Lightning. | Sumber: Inven Global
Lightning menjadi model dari produk Louis Vuitton dan model yang terinspirasi oleh Lightning. | Sumber: Inven Global

Kerja sama dengan Riot bukan kali pertama Louis Vuitton masuk ke dunia game. Sebelum ini, mereka pernah membuat kolaborasi dengan Final Fantasy. Hanya saja, ketika itu, tidak ada produk Louis Vuitton yang menampilkan karakter dari game tersebut. Sebagai gantinya, Lightning — karakter dalam Final Fantasy XIII — menjadi model dari pakaian yang didesain oleh Louis Vuitton.

Louis Vuitton bukanlah satu-satunya merek fashion yang bekerja sama dengan perusahaan game. Belum lama ini, DN Handbags juga menjalin kerja sama dengan Nintendo untuk membuat koleksi tas tangan yang menampilkan karakter Super Mario dan controller NES. Produk dalam koleksi tersebut memiliki rentang harga dari US$18 (sekitar Rp250 ribu) sampai US$88 (sekitar Rp1,2 juta). Dalam koleksi LV x LoL sendiri, produk yang menampilkan gambar Qiyana memiliki harga yang relatif terjangkau jika dibandingkan dengan produk lainnya. Mengingat kecil kemungkinan para gamer rela menghabiskan puluhan juta rupiah untuk membeli jaket atau sepatu, maka keputusan Louis Vuitton masuk akal.

Selain bekerja sama dengan perusahaan game, merek fashion juga mengadakan kolaborasi dengan organisasi esports. Misalnya, Puma yang menggandeng Cloud9 untuk meluncurkan koleksi khusus bagi para gamer. Masing-masing merek biasanya memiliki strategi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Nike memutuskan untuk fokus mensponsori liga esports di Tiongkok sementara Li-Ning, merek sportswear asal Tiongkok, lebih fokus untuk menjadi sponsor dari atlet esports.

Badan Militer Juga Tertarik untuk Mendukung Esports

Di Amerika Serikat, salah satu cara badan militer untuk merekrut anggota baru adalah dengan ikut aktif dalam kompetisi olahraga, seperti Super Bowl, turnamen tahunan yang diadakan oleh National Football League (NFL). Namun, Angkatan Laut AS baru saja mengumumkan bahwa mereka akan mengalokasikan dana yang biasa mereka gunakan untuk Super Bowl ke iklan online. Selain itu, mereka juga tertarik untuk masuk ke dunia esports.

“Tiga tahun lalu, budget untuk televisi kami lebih besar daripada saat ini,” kata Sandra Muoio, Senior Partner and Group Direcor for Media di WM Global pada USNI News, menurut laporan ESTNN. “Sekarang, kita fokus pada digital. Itu karena generasi muda kini mengonsumsi konten via online. Dan jika kita memerhatikan dunia olahraga, kita melihat bahwa esports masih sangat muda.” Meskipun umur esports masih jauh lebih muda jika dibandingkan dengan olahraga tradisional, tapi perkembangan industri esports dalam sektor hiburan lebih cepat dari industri lain, termasuk film dan olahraga tradisional.

Counter-Strike: Global Offensive adalah salah satu esports yang populer. | Sumber: Steam
Counter-Strike: Global Offensive adalah salah satu esports yang populer. | Sumber: Steam

Keputusan Angkata Laut AS untuk ikut serta dalam industri esports mungkin terdengar aneh. Namun, sebelum ini, militer AS juga telah aktif dalam turnamen american football di tingkat kampus. Karena itu, tak heran jika Angkatan Laut dan Angkatan Darat AS kini mulai membuat tim esports. Selain itu, rencana Angkatan Laut untuk memfokuskan dana mereka untuk iklan online sesuai dengan strategi mereka untuk merekrut pria pada rentang umur 17-25 tahun yang lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain Call of Duty dan menonton Twitch daripada menonton televisi.

Memang, game esports banyak yang menampilkan kekerasan — yang membuat komite Olimpiade enggan untuk memasukkan game esports kecuali game simulasi olahraga. Namun, keputusan militer AS dan Inggris untuk menggunakan video game untuk merekrut tentara baru menuai pro dan kontra. Tidak hanya itu, walau game sering disebut menyebabkan para pemainnya menjadi lebih agresif, tapi pada kenyataannya, para peneliti tak pernah bisa menemukan bukti kuat bahwa bermain game mendorong seseorang untuk melakukan tindakan kekerasan.

Organisasi esports yang menerima badan militer sebagai sponsor juga berpotensi mendapatkan masalah. Tahun lalu, Cloud9 mendapatkan kecaman ketika mereka mengumumkan bahwa Angkatan Udara AS merupakan salah satu sponsor mereka.

Sumber header: military.com