Asdos Sediakan Tempat Diskusi Seputar Dunia Perkuliahan untuk Calon Mahasiswa

Teknologi secara umum telah membuat budaya komunikasi menjadi berbeda. Menghapus sekat batasan antara jarak waktu. Ruang komunikasi inilah yang akhirnya menjadi lahan bisnis bagi mereka yang jeli. Asdos adalah salah satunya. Layanan ini hadir untuk menyediakan ruang komunikasi dan konsultasi tentang perkuliahan. Sesuatu yang diharapkan bisa membantu lulusan SMA atau sederajat untuk mendapat informasi mengenai jurusan dan segala sesuatu mengenai perkuliahan.

Sesuai dengan yang ditawarkan layanan ini menyasar siswa-siswa SMA sederajat, orang tua murid dan juga mahasiswa yang nantinya berperan sebagai sumber informasi. Khusus untuk pengguna mahasiswa terlebih dahulu harus melalui proses verifikasi. Ini dilakukan untuk memastikan mahasiswa tersebut layak atau tidak untuk memberikan informasi perkuliahan kepada pengguna siswa atau orang tua siswa.

Layanan Asdos ini dikembangkan oleh Robbani Alfan, Ali Rosidi dan Ditra Novtiansyah. Asdos baru secara resmi diluncurkan pada 13 Maret 2016 kemarin. Namun secara offline, bisnis edukasi mengenai jurusan kuliahnya sudah berjalan kurang lebih satu tahun. Salah satu program offline yang dijalankan adalah Program Jelajah Kampus (travel/semacam tour ke kampus pilihan) dan Akademi Program Studi (event/kelas interaktif untuk mendengarkan presentasi jurusan kuliah) sudah lebih dulu dilaksanakan sejak Februari 2015.

IMG-20160315-WA0004

Alfan kepada DailySocial menjelaskan Asdos secara spesifik menghadirkan ruang komunikasi untuk saling bertukar informasi mengenai perkuliahan. Namun secara layanan Asdos menerapkan dua buah tipe, yang pertama layanan atau fitur konsultasi biasa yang bersifat publik dan yang kedua adalah layanan premium atau personal coaching. Layanan inilah yang nantinya diharapkan menjadi corong pendapatan dari Asdos.

Selain dua buah layanan tersebut Alfan juga menjelaskan bahwa fitur-fitur yang ada di Asdos akan dikembangkan lagi. Rencananya Asdos juga akan dilengkapi dengan unsur gamifikasi, timeline, dan juga kemampuan berbagi foto untuk menambah wawasan siswa yang mencari informasi.

Strategi menggaet pengguna

Sebagai salah satu startup baru di Indonesia selain mematangkan kualitas layanannya tantangan terbesar Asdos adalah menarik pengguna. Salah satu strategi mereka saat ini adalah memanfaatkan momen kelulusan, UN dan pendaftaran PTN yang kemungkinan akan berlangsung periode April hingga Juli.

“Dalam waktu dekat kita juga berencana kolaborasi dengan startup edtech lokal lainnya seperti Ruangguru atau Kelaskita untuk mengadakan TryOut UN/SBMPTN bersama. Tujuannya untuk saling mengenalkan layanan kita masing-masing, mengingat target user kita sama, tapi dengan layanan berbeda, sehingga kita terbuka untuk simbiosis mutualisme apapun,” terang Alfan

Saat ini meski terbilang baru berkat bisnis yang dibangun secara offline lebih dulu Asdos telah memiliki 1.400 orang mahasiswa berkat program offline yang telah dibangun. Untuk itu Alfan tidak ragu untuk menargetkan 10.000 pengguna dalam waktu tiga bulan ke depan dan mencapai 100.000 pengguna di akhir tahun.

LokaDok OmniCare Hadirkan Fitur Mengatur Antrian Pasien Rumah Sakit

Setelah sebelumnya diluncurkan dalam sebuah situs listing dan reservasi dokter, LokaDok baru-baru ini menghadirkan layanan terbarunya yang disebut dengan LokaDok OmniCare. Layanan baru ini didesain untuk dapat membantu klinik atau rumah sakit dalam mengatur antrian tunggu pasien secara lebih efisien. OmniCare juga terhubung dengan sistem booking yang sudah pernah dirilis sebelumnya.

Untuk memberikan pengalaman yang lebih mudah, LokaDok OmniCare juga dapat dipasang secara native dengan situs yang dimiliki klinik atau rumah sakit. Secara umum di LokaDok terdapat beberapa fitur yang telah terintegrasi, di antaranya sistem manajemen pemesanan (termasuk versi online dan telepon), sistem SMS pengingat dan konfirmasi pasien, pengaturan penjadwalan dan manajemen dokter, sistem multi cabang, hingga pelaporan analisis dan performa.

LokaDok sendiri diinisiasi oleh pengembang aplikasi dengan latar belakang kedokteran. CEO & Founder LokaDok Dannie Yo mengatakan bahwa pelayanan kesehatan di tanah air perlu menyadari betapa pentingnya sistem manajemen antrian, sebagai salah satu bentuk konkret peningkatan pelayanan kesehatan di tanah air. Dengan sistem manajemen antrian yang memadai, hal ini dapat diatur lebih baik, dan waktu menunggu per rata-rata pasien dapat dikurangi.

“Kami berharap dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di tanah air. Dimulai dari sistem manajemen antrian ini, karena merupakan pintu awal dari alur penanganan pasien,” jelas Dannie.

Disampaikan juga oleh Dannie bahwa dari penelitian yang ia baca, dikutip dari “The Journal of Medical Practice Management”, waktu menunggu ternyata mendapatkan peringkat #1 sebagai keluhan terbesar para pasien. Hal ini bukan menjadi masalah di Indonesia saja, tetapi di negara maju lainnya juga. Hanya saja di negeri kita masalah ini lebih buruk karena tidak adanya sistem manajemen antrian yang memadai. Berbeda dengan cara masyarakat seperti di Australia atau Singapura, di sana pasien dituntut untuk melakukan booking perjanjian terlebih dahulu sebelum bertemu dengan dokter.

Sebelumnya, bersama dengan produk awal LokaDok, Dannie memiliki visi untuk menjadikan layanan LokaDok sebagai portofolio dokter online di Indonesia. Data-data ini dinilai penting untuk menjadi bahan analisis, salah satunya untuk meratakan persebaran dokter yang telah terkualifikasi di penjuru Indonesia. Portal Lokadok sendiri sudah dikembangkan sejak Juli 2015 dan saat ini telah menghimpun sebanyak 1.500 dokter.

Marketplace Pekerja Konstruksi Arsitag Peroleh Pendanaan Awal dari East Ventures

Setiap pekerjaan nampaknya kini perlu marketplace-nya sendiri. Seiring dengan mulai berkembangnya marketplace layanan on-demand, Arsitag mencoba mengakomodasi pasar niche arsitek dan desainer interior dengan layanan yang rencananya bakal diluncurkan akhir bulan ini. Untuk mendanai realisasi ide ini, Arsitag telah mengamankan pendanaan awal dari East Ventures.

Didirikan oleh tiga orang yang pernah tinggal di kawasan San Francisco, Edward Harjanto, Steven Gomedi, dan Michael Gani, Arsitag melihat adanya kesenjangan ketika masyarakat di Indonesia ketika membangun rumah langsung berhubungan dengan kontraktor dan tidak menggunakan jasa arsitek. Diperkirakan hanya 10-15% proyek konstruksi yang menggunakan jasa arsitek. Pun jika menggunakan jasa arsitek biasanya berbasis referensi, karena ternyata menjangkau arsitek, yang cocok dengan selera, tidak mudah.

Disebutkan pada tahun 2014 biaya konstruksi di Indonesia mencapai $100 miliar, atau hampir 10% GDP Indonesia. Para ahli memperkirakan pertumbuhan di sektor ini 50% lebih cepat ketimbang pertumbuhan nilai GDP.

Sasaran utama marketplace ini adalah 15 ribu arsitek dan 3000 desainer interior di Indonesia.

CTO Michael Gani, yang pernah bekerja sebagai Engineer Apple, berkomentar, “Industri konstruksi sangat tradisional – kondisinya tidak teorganisir dan kurang transparan. Sulit dibayangkan, di masa digital ini, referensi menjadi hal paling umum, jika tidak menjadi satu-satunya cara untuk menjangkau profesional di bidang konstruksi. Bahkan dengan begitu, kualitas pekerjaannya tidak terjamin. Aristag ini mengubah ini dan menginginkan pengguna menjelajahi direktori kami dan menemukan profesioanal yang cocok dengan kebutuhannya. Pencarian pintar kami memudahkan pengguna untuk mempersempit pencarian melalui filter praktis, seperti lokasi, gaya, dan lain sebagainya.”

“Arsitag adalah platform jaringan tempat profesional menunjukkan gambar pekerjaan mereka, berkoneksi dan menginspirasi satu dengan yang lain. Di masa mendatang, Arsitag akan memperkenalkan fitur analitik data yang bisa membantu profesional mengefisienkan usaha penjualan dan pemasaran. Kami berharap bisa membantu mereka fokus ke hal yang berarti – desain [itu sendiri],” tambah COO Steven Gomedi.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, tentang pendanaan ini, menyebutkan, “Kita membangun 400 ribu unit rumah setiap tahun dan Jakarta saat ini memiliki hampir 1000 menara [perkantoran dan apartemen]. Jelas saja ini merupakan kategori besar lain yang perlu ‘diganggu’.”

7 Startup Pendidikan Asal Indonesia yang Bikin Pintar dengan Cara Pintar

Mungkin banyak dari sobat yang belum mengetahui, bahwa di Indonesia ada banyak startup di bidang pendidikan yang punya cara pintar membuat pelajar makin pintar, cerdas dan kreatif. Mereka punya platform yang unik, melibatkan teknologi, internet dan gadget guna menghadirkan banyak kemudahan. Dan yang terpenting, mereka asli godokan orang asli Indonesia.

Berikut adalah daftar startup pendidikan di Indonesia yang bisa jadi pilihan mencerdaskan diri, anak atau murid Anda.

7Pagi

Selaras dengan definisi dari sebuah startup, 7Pagi mengadopsi teknologi di tiap-tiap sekolah untuk menyajikan sebuah media digital yang mudah dan efektif untuk digunakan para guru dan orangtua. 7Pagi menawarkan alternatif yang lebih modern guna menggantikan aktivitas pelaporan dan interaksi antara guru dan orang tua konvensional. Fitur unggulannya melingkupi Diary, Portfolio, Information, dan Report.

Dengan penggunaan smartphone yang kian merata, platform yang ditawarkan 7Pagi dapat menjadi solusi komunikasi via digital nan praktis untuk orang tua dan guru. 7Pagi juga menyediakan aplikasi mobile berbasis Android.

Application Information Will Show Up Here

 

PesonaEDU

startup pendidikan di indonesia_pesonaEdu

PesonaEDU bisa dibilang sebagai pemain lama yang secara konsisten melahirkan dan mengembangkan produk edukasi digital di Indonesia. Beroperasi sejak tahun 1986, PesonaEDU telah melahirkan banyak produk, dan untuk menjangkau lebih banyak pasar, mereka menyediakan toko online yang menawarkan alat-alat pendidikan untuk berbagai jenjang pendidikan.

RuangGuru

RuangGuru merupakan salah satu startup pendidikan di Indonesia yang memperoleh banyak sorotan positif. Kesuksesan inilah yang membuat mereka berhasil mendapatkan pendanaan luar biasa besar beberapa waktu yang lalu. Di RuangGuru, pengguna yang targetnya adalah pelajar dapat menemukan guru private yang berkualitas berdasarkan mata pelajaran yang diinginkan. RuangGuru juga menyediakan berbagai alat untuk melatih diri dan memantau hasil latihan untuk mengetahui progres dalam setiap latihan.

Zenius

Zenius mencoba mengubah cara belajar konvensional melalui layanan pendidikan online dan juga offline yang dikombinasikan dengan modul serta video tutorial. Secara khusus Zenius membantu pelajar mempersiapkan diri menghadapi tes masuk perguruan tinggi, menghadapi ujian nasional, ujian-ujian sekolah, serta tools belajar yang dapat diakses kapanpun dan di manapun secara online.

Kelase

Startup pendidikan Indonesia_Kelase

Kelase merupakan situs media sosial yang secara khusus diperuntukkan bagi lembaga dan institusi pendidikan, sehingga mempunyai platform belajar online secara mandiri namun meluas.

Di dalamnya pelajar dan tenaga pengajar dapat saling berinteraksi dan bersosialisasi terkait pelajaran tertentu. Dengan kata lain, Kelase menjadi dunia kedua di mana para murid, guru, orang tua dan staff sekolah dapat berinteraksi selain di ruang belajar sekolah.

Application Information Will Show Up Here

 

CodingIndonesia

Dari namanya tentu tak sulit menangkap layanan apa yang ditawarkan oleh startup pendidikan asal Indonesia ini. Yap, CodingIndonesia merupakan startup pendidikan yang menyuguhkan tempat di mana anak-anak dan remaja bisa belajar pemograman atau coding. Dalam prosesnya, nanti peserta akan dipandu oleh tenaga-tenaga pendidik yang handal di bidangnya.

HarukaEdu

harukaedu

Agak berbeda dengan enam startup pendidikan di atas, HarukaEdu menyasar orang-orang yang sudah bekerja dengan keterbatasan waktu tapi berkeinginan memperoleh gelar S1 atau S2. Pendidikan yang ditawarkan HarukaEdu juga bervariasi, dari yang formal seperti program S1 Manajemen dan S1 Komunikasi. Hingga kelas informal meliputi technopreneurship dan kelas mencari kerja yang dirancang untuk meningkatkan skill aplikatif.

Sumber gambar header Pixabay.

Mengenal haiDokter, Portal Kesehatan Untuk Generasi Muda

Startup teknologi Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan secara perlahan namun pasti kini mulai menjamur di Indonesia. Dari yang berperan sebagai portal informasi kesehatan hingga yang terjun ke dunia e-commerce sebagai portal jual beli obat sesuai resep dokter. Dan baru-baru ini hadir satu lagi pemain baru bernama haiDokter yang memposisikan diri sebagai portal informasi kesehatan untuk generasi muda.

Cerita di balik lahirnya haiDokter

Startup Indonesia dengan fokus sebagai portal informasi kesehatan haiDokter beroperasi di bawah payung AMPlified Digital Media Production bersama dengan AppsCo dan juga Labbaik. Sebenarnya haiDokter sendiri sudah diinisiasi pada Februari 2015 sebagai portal informasi kesehatan dengan gaya penyampaian dewasa. Namun pada Oktober 2015 haiDokter memutuskan untuk pivot dan lahir sebagai portal kesehatan yang membidik generasi muda lewat gaya penyampaian yang lebih ringan.

Dari sini Adji Dara Vania (Dara) yang telah bergabung dengan haiDokter sejak Maret 2015 dipercaya sebagai CEO. Dara menyebutkan, lewat konsep barunya ini haiDokter coba membidik kalangan muda di usia 15-35 tahun.

Kepada DailySocial Dara mengatakan:

“Konten yang kami angkat di sini, walaupun bentuknya fun, tapi tetap dapat dipercaya. Kami ingin ‘mendangkalkan’ yang dalam, [seperti] konten-konten kesehatan sehari-hari dari dokter kami ubah menjadi konten yang menyenangkan dan [diterima] anak muda.”

Dengan konsep barunya ini, haiDokter juga melakukan penyebaran konten melalui berbagai saluran media sosial yang secara garis besar dihuni oleh generasi muda, seperti Facebook, Twitter, Intagram, Youtube, dan SoundCloud. Selain itu, masih ada juga layanan live streaming.

Operasional haiDokter

Saat ini portal haiDokter sendiri sebenarnya belum benar-benar meluncur meski konten-kontennya sudah banyak tersebar di media sosial yang bersangkutan. Dara menjelaskan bahwa situs yang saat ini bisa diakses oleh pengguna sebenarnya masih berupa landing page saja. Untuk portalnya sendiri masih dalam tahap pengembangan  dan rencananya akan diluncurkan pada akhir Maret 2016 ini.

Landing page sudah ada, […] di landing page itu [juga] sudah ada attachment [konten] seperti podcast juga video-video kami di YouTube. Tapi, itu semua nantinya kami masukan dalam portal haiDokter yang lebih rapi [dan] Itu masih di develop,” ujar Dara.

Dara juga menjelaskan bahwa konsep kerja haiDokter dapat dibagi menjadi tiga hal, yaitu media, teknologi, dan services. Media adalah pada dasarnya adalah sisi yang dilihat oleh masyarakat, teknologi adalah pengembangan perangkat lunak untuk haiDokter, dan terakhir services yang berkaitan erat dengan marketing dan partnership.

Di sisi media, haiDokter akan bekerja sama dengan dokter-dokter untuk mengisi konten kesehatan dalam bentuk artikel, podcast, hingga video. Di sisi teknologi, Dara mengungkap bahwa ada rencana untuk mengembangkan aplikasi kesehatan untuk konsultasi. Sedangkan di sisi services haiDokter akan bekerja sama dengan merek-merek yang ingin beriklan atau memberi info terkait kesehatan melalui portal haiDokter.

Fokus dan rencana-rencana haiDokter

Dara masih muda, dan mimpinya untuk membangun haiDokter sebagai portal untuk menjembatani informasi kesehatan ke anak muda pun masih banyak. Namun untuk saat ini fokus utamanya adalah merampungkan portal haiDokter yang direncanakan meluncur pada akhir Maret 2016. Selain itu juga mengupayakan agar haiDokter lebih dikenal oleh masyarakat.

“Kami ini new born. […] Di 2016 setelah portalnya kami launch, kami ingin ada exposure yang tinggi untuk haiDokter itu sendiri. Kami mau fokus di konten-kontennya, mau diisi lebih banyak, partnership dengan lebih banyak dokter juga, muda atau spesialis, untuk bisa berkontribusi di sini dalam bentuk artikel, podcast, dan video. Dokter-dokter yang sudah berkontribusi di sini akan kami buat digital asset, ada profilnya,” jelas Dara.

Dalam jangka panjang, Dara ingin haiDokter dapat menjadi one stop portal for health yang dapat dipercaya untuk anak muda. Dara juga bermimpi ke depannya haiDokter dapat mengarah pada integrasi IoT dalam pengembangan aplikasi. Tak menutup kemungkinan juga untuk berkolaborasi dengan startup lain di bidang kesehatan seperti yang memberikan layanan jual beli obat secara online.

Sebelum haiDokter, ranah portal informasi kesehatan di Indonesia sendiri telah lebih dahulu diramaikan oleh AloDokter, DokterSehat, dan juga UDokter dari Telkom.

Menyorot Berbagai Regulasi Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Digital

Tak dipungkiri bahwa ketidaksigapan regulasi pemerintah akan kehadiran berbagai layanan baru (digital) menimbulkan gejolak yang cukup berimbas di industri digital. Beberapa contoh telah membuktikan, sebelumnya di pertengahan tahun lalu Kementerian Perdagangan sempat merilis RPP E-Commerce. Salah satu pasal yang dirumorkan di RPP tersebut adalah bagaimana siapapun yang ingin menjadi penjual ataupun pembeli online, harus melalui tahap verifikasi atau yang biasa disebut KYC (Know Your Customer). Sontak rumusan ini membuat industri resah, karena justru akan mempersulit dalam melebarkan pangsa pasar. Namun dewasa ini rumusan tersebut tak berlanjut, kini sudah ditindaklanjuti dengan lebih bijak dengan rancangan Roadmap E-Commerce yang tengah digulirkan oleh pemerintah.

Tak hanya di ranah e-commerce, sebelumnya keputusan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga menyulut kemarahan publik. Berlandaskan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan, pihaknya melarang layanan transportasi berbasis aplikasi ala Go-Jek, Grab Bike, Uber, dan lain-lain, untuk beroperasi. Kemarahan rakyat membuat presiden akhirnya turun tangan untuk meluruskan masalah yang ada. Dua hal ini setidaknya sudah dapat menjadi contoh bagaimana sikap pemerintah yang masih harus dibenahi dalam mengayomi industri digital yang sedang bertumbuh di tanah air.

Kendati masih sering terjadi keributan terkait regulasi dan layanan digital sampai saat ini, namun sejatinya pemerintah menginginkan tatanan yang baik dalam lanskap digital nasional. Sebagai salah satu wujud dari dukungan tersebut, pada pemerintahan sekarang ini secara khusus presiden membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang ditugaskan untuk mengakomodir industri kreatif dan digital, termasuk bertugas menjembatani komunikasi antara pemain industri dengan pemerintah sebagai penyusun regulasi. Hasilnya cukup efektif, beberapa terobosan mulai terlihat matang, salah satunya terkait dengan HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

Kepada DailySocial, secara khusus Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari pernah menyampaikan bahwa pihaknya ingin selalu mendorong startup dan industri kreatif lainnya untuk memperhatikan tentang HKI. Bahkan inisiatif tersebut kini menjadi salah satu program unggulan yang sedang digencarkan oleh Bekraf.

Dukungan pemerintah terhadap industri startup saat ini masih menjadi diskusi menarik. Penting bagi kita pelaku industri untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana pandangan pemerintah selaku penentu regulasi untuk mendukung industri yang sedang berkembang. Hal inilah salah satu yang ingin diangkat dalam diskusi workshop yang akan diselenggarakan idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) menghadirkan para regulator (Kemenkominfo dan Bekraf) serta industri digital (idEA dan DailySocial). Mengangkat tema besar “Investasi di E-Commerce Menyorot Berbagai Regulasi Pemerintah”, bersama para pakar akan diperbincangkan tentang nasib industri digital di tangan pemerintah.

Diawali dengan pengantar materi dari asosiasi industri dan media yang menyoroti industri digital (dalam hal ini menggunakan studi khasus e-commerce), workshop akan dibuka dengan menggali kondisi industri dan regulasi yang ada saat ini. Dilanjutkan dengan memahami poin-poin penting yang dapat dijadikan pembelajaran dari kegiatan industri dan penyusunan e-commerce yang telah berjalan. Dan akan dilengkapi dengan tanggapan pemerintah seputar pandangan dan dukungan yang akan diberikan untuk industri terkait, termasuk dalam kaitannya dengan perizinan, konten dan investasi.

Menjadi sebuah kesempatan baik bagi para pelaku, pecinta dan pemerhati industri digital untuk turut serta dalam diskusi ini, sembari memberikan masukan yang pas untuk pemerintah dari perspektif industri digital untuk dijadikan pertimbangan dalam rumusan regulasi yang digarapnya. Data dan fakta yang ada di industri juga akan menjadi sebuah insight menarik untuk meneropong sejauh mana industri digital nasional berkembang.

Workshop ini, yang merupakan bagian dari rangkaian acara IESE (Indonesia E-Commerce Summit and Expo 2016), akan diadakan pada hari Kamis, 10 Maret 2016 pada jam 16.00 – 18.00 bertempat di Kaffeine Cafe & Resto, The Foundry No. 8, Zone A – SCBD Lot 8, Jl. Jend. Sudirman Kav 52 Jakarta.

Informasi lebih lanjut seputar workshop dan pendaftaran dapat dilihat melalui tautan berikut ini: http://bit.ly/publikworkshopidea.

Sinekdok Hadir Sebagai Media Sosial Yang Mengakomodir Penulis dan Seniman

Konsep media sosial kini telah direplikasi untuk berbagai macam kebutuhan, mulai dari layanan pertemanan yang umum digunakan, layanan kolaborasi bisnis, hingga kebutuhan spesifik lainnya. Baru-baru ini diluncurkan Sinekdok, sebuah portal media sosial yang mencoba mengakomodir seniman dan sastrawan untuk dapat menunagkan karya-karyanya. Berbagai tulisan sastra dan seni, termasuk konten multimedia dapat diterbitkan dan dipublikasikan melalui Sinekdok.

Tak hanya didesain sebagai tempat berkumpulnya para seniman dan sastrawan, namun Sinekdok juga berupaya membuat para penulis produktif dengan menghubungkan dengan rekanan percetakan. Saat ini sudah ada percetakan Elex Media Komputindo yang telah menjalin kerja sama dengan Sinekdok. Hal ini memungkinkan para pemilik karya di Sinekdok menrbitkan tulisan-tulisannya dalam sebuah buku.

Penulis di portal Sinekdok memiliki hak cipta atas karyanya. Bagi karya yang telah diterbitkan, maka royalti sepenuhnya telah menjadi hak penulis dan penerbit yang telah bekerja sama dengan Sinekdok. Sinekdok juga memberikan apresiasi karya pengguna dengan mentransformasikan karyanya dalam produk bernilai jual yang sebagian royaltinya akan menjadi hak pengguna. Produk tersebut dapat berupa kaos, jaket, wood painting, dan lain-lain.

Sementara itu, bagi penulis yang sudah melakukan self-publish atas karyanya, Sinekdok juga memberikan bantuan untuk melakukan penjualan secara online di fitur Sinestore (online store untuk penjualan karya yang diterbitkan dari Sinekdok). Sinestore ini yang nantinya membantu penulis untuk menjual karya-karya mereka, termasuk penjualan buku dan merchandise.

“Sinekdok mengajak semua masyarakat untuk terus berkreasi serta membangkitkan budaya literasi dan seni musik di Indonesia,” ujar Founder Sinekdok Shofa Mh.

Shofa juga menambahkan bahwa saat ini banyak penulis muda yang berbakat dan memiliki potensi dalam bidang ini. Namun sulitnya menembus pasar penerbitan menjadi salah satu penghalangnya. “Karena itulah Sinekdok hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan platform media sosial, Sinekdok membantu penulis dan penerbit untuk melihat selera masyarakat melalui feedback yang diberikan antar sesama pengguna terhadap karya yang di-posting,” tuturnya.

Sinekdok

Sinekdok memiliki visi ke depan untuk dapat menjadi sebuah referensi masyarakat luas mengenai pengetahuan sastra dan musik, serta melahirkan seniman-seniman dan sastrawan-sastrawan yang dapat bersaing di kancah Internasional. Sebelumnya, mereka yang tertarik menghasilkan karya di Sinekdok dapat membuat akun dan berbagi karya dengan pengguna lainnya. Ada banyak kategori karya yang telah disediakan di fitur Sinekdok. Pengguna dapat berbagi ide berupa novel, cerpen, puisi, dan lain-lain.

Untuk tahun ini, Sinekdok menargetkan untuk mendapatkan pengguna sebanyak 100.000 pengguna. Upaya yang telah dilakukan salah satunya dengan mensosialisasikan secara online-offline, termasuk berkunjung ke komunitas di kampus-kampus. Startup ini juga sedang menjajaki kerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud untuk memudahkan langkahnya menjadi portal sastra online #1 di Indonesia.

Mengenal Rekruta yang Beri Solusi HR Applicant Tracking System (Updated)

Segmen business to business (B2B) meski mempunyai tantangan tersendiri bagi startup Indonesia nyatanya tidak menyurutkan nyali orang-orang kreatif Indonesia. Satu lagi startup yang baru masuk ke segmen B2B ini adalah Rekruta. Startup ini menyediakan solusi software as a services (SaaS) untuk human resources applicant tracking system bagi perusahaan-perusahaan Indonesia.

Rekruta diprakarsai oleh dua anak muda Indonesia yang telah merampungkan pendidikan di Amerika Serikat dan sempat berkarir di sana. Dua co-founder Rekruta, Silvia Pratama dan Yanuar Wibisono, mencoba menuangkan pengalaman mereka untuk mengembangkan Rekruta. Yanuar sebelumnya sempat bekerja di Quora dan Silvia bekerja di SFO Airport.

Rekruta sendiri diklaim sebagai startup pertama di bidang SaaS untuk human resources applicant tracking system di Indonesia. Secara sederhana, solusi yang ditawarkan Rekruta merupakan solusi yang dapat meringankan pekerjaan perusahaan yang mempunyai banyak pelamar kerja untuk dapat mempercepat proses perekrutan SDM dan membuat keputusan berdasarkan data yang teragregasi melalui satu set alat dan otomatisasi yang disediakan Rekruta.

Sistem otomatisasi yang tersebut disiapkan lengkap mulai dari tahap seleksi hingga tahap pelamar diputuskan diterima di perusahaan tersebut.

“Fungsi utama Rekruta adalah untuk membantu perusahaan berkembang dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengoptimalkan proses perekrutan yang lebih baik,” terang Silvia kepada DailySocial.

Rekruta dan keyakinannya diterima di pasar Indonesia

Menurut Silvia saat ini sistem perekrutan karyawan di perusahaan-perusahaan Indonsia sebagian besar masih menggunakan proses manual. Inilah yang coba dibantu oleh Rekruta dengan solusi yang mereka berikan.

“Rekruta ingin agar semua proses manual tersebut (perekrutan karyawan) dapat diotomatisasi, yakni dengan menggunakan platform kita yang sangat canggih. Para clients Rekruta dapat mendapatkan semua fitur, mulai dari analisa, interview kits, email pelamar kerja, schedule interview kerja, Gmail sync dan sebagainya hanya melalui satu platform saja,” terang Silvia.

Ia juga menjelaskan bahwa teknologi dan sistem otomatisasi yang diberikan Rekruta memiliki standar Silicon Valley, demikian juga dengan jaminan keamanan dari sistem Rekruta.

“Rekruta juga menggunakan data yang terenkripsi. Kami yakin bahwa proses otomatisasi kami dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan efisiensi kinerja perekrutan SDM mereka. Apabila perusahaan telah mencoba platform Rekruta, kami yakin mereka dapat mengerti nilai-nilai unik dan lebih yang ditawarkan Rekruta,” imbuh Silvia.

Kondisi Rekruta saat ini

Saat ini Rekruta bisa dibilang masih baru. Rekruta baru saja melakukan soft launching dan baru tersedia dalam versi private beta. Dengan kata lain Rekruta baru tersedia bagi perusahaan atau organisasi yang mengajukan permintaan demo di halaman resmi Rekruta.

“Pada saat ini fokus Rekruta adalah kepuasan klien kami. Rekruta akan terus berusaha menambahkan fitur-fitur otomatisasi yang dapat meningkatkan efisiensi perekrutan SDM di perusahaan. Rekruta berkomitmen untuk memberikan servis premium kepada para klien kami,” tutup Silvia.

Updated : Informasi mengenai dua co-founder Rekruta yang telah menyelesaikan studi di Amerika Serikat dan sempat berkarir di sana.

Qubicle Ingin Akomodir Komunitas untuk Produksi Konten Digital Bermutu

Setelah sebelumnya meluncurkan microsite untuk menghimpun pengguna dengan menghadirkan tantangan beserta kesempatan meraih hadiah, portal muda-mudi Qubicle kini telah hadir dalam versi penuhnya. Sesuai yang telah disampaikan sebelumnya, website konten besutan Codigo Cyberlin Metadata ini hadir untuk mengakomodir konten digital berbasis komunitas.

Quibicle diistilahkan sebagai social content network karena di dalamnya menggabungkan antara pendekatan media sosial dan juga content creation platform. Pengguna di sini dapat berkolaborasi mengkreasikan konten digital (berupa artikel atau konten multimedia) disesuaikan dengan minat atau hobi, sembari berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat yang sama.

Dalam beberapa kesempatan Quibicle juga menghadirkan para selebritis untuk berkontribusi dalam membuat karya, dan pengguna lain pun dapat berkolaborasi dalam proses pembuatannya. Seperti disampaikan oleh Marketing and Communications Specialist Qubicle Avi Kurwet, Qubicle begitu selektif terhadap konten yang dihimpun. Visi Qubicle ingin menghimpun dan menayangkan konten berkualitas. Oleh karenanya proses moderasi juga diterapkan dalam menyajikan konten.

“Qubicle telah bekerja sama dengan berbagai content creator dan komunitas untuk menyediakan konten-konten yang bermutu di dalam Qubicle. Saat ini juga telah terdapat berbagai Qube atau kanal dengan bermacam hobi dan ketertarikan seperti fashion, dance, party, film, art, comedy. Kami ingin menjadi panggung unjuk diri komunitas-komunitas yang sering kali dilihat sebelah mata. Saat ini kami telah meluncurkan versi penuh Qubicle untuk mulai dinikmati pengguna,” ujar Head of Qubicle Ega Praditya.

Di versi terkini dari Qubicle, pengguna yang telah melakukan pendaftaran akan disajikan pada pilihan minat. Pengguna dapat memilih opsi yang disediakan untuk menyesuaikan konten yang akan ditampilkan pada halaman beranda.

“Dengan mengusung motto ’empower one, inspire many’, Qubicle juga akan menyediakan berbagai fasilitas offline seperti galeri untuk pameran, ruang kerja bersama bagi komunitas untuk berkarya, tempat rekaman suara untuk membuat album atau single, dan rekaman video,” pungkas Ega.

Membuat Aplikasi Mobile Sendiri dengan KOLA

Saat ini pendekatan digital sudah menjadi bagian krusial di berbagai sektor bisnis. Kedekatan pola hidup masyarakat dengan teknologi menjadikan semua ingin dapat diakses secara daring. Menyikapi kebutuhan ini, pengembang solusi digital KOLA berkomitmen mempermudah pengguna untuk memiliki solusi digital, dalam hal ini aplikasi mobile untuk menunjang operasional bisnisnya.

Dituturkan Founder KOLA Dani Purnama, peluang yang coba diambil KOLA adalah saat ini jika perusahaan ingin menciptakan sebuah aplikasi mobile dengan kustom dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu pendekatan baru coba diambil. Dengan membeli aplikasi seharga Rp 3.850.000 untuk platform Android dan Rp 5.850.000 untuk platform Android dan iOS, pembeli aplikasi dapat memodifikasi dan mendesainnya sesuai yang diinginkan.

Dengan harga yang “ekonomis” ini, KOLA mengharapkan bahwa akan banyak kalangan UKM yang diuntungkan. Terutama UKM yang ingin menciptakan basis digital untuk aplikasinya. Terkait dengan skema modifikasi aplikasi, KOLA semacam telah menyiapkan template dan check list fitur yang dapat dipilih. Pengguna dapat memilih fitur apa saya yang akan dimasukkan ke dalam aplikasi, misalnya saat ini sudah ada News, Shop, Biography, Contact dan beberapa lainnya yang umum digunakan di aplikasi.

Selain itu KOLA juga telah memiliki tiga layout template yang dapat dipilih, dengan beberapa pilihan warna disesuaikan dengan brand pemesan. Terkait dengan desain ini KOLA juga membuatnya untuk dapat diubah secara dinamis, kapan pun pemesan butuhkan untuk mengubah bisa memperbarui. Saat ini tim KOLA mengaku sedang mengupayakan penambahan fitur dan pilihan desain yang ada.

Disampaikan oleh Co-Founder KOLA Idham Budiman, terkait varian aplikasi, saat ini KOLA sudah menyediakan beberapa tipe yang dapat dikerjakan. Mulai dari aplikasi untuk personal branding, aplikasi menu makanan, discography musik, katalog dan sebagainya. Beberapa waktu ke depan varian akan semakin dilengkapi oleh KOLA mengingat berbagai sektor bisnis sudah ingin mematangkan keberadaannya di ranah digital.

Idham menambahkan bahwa aplikasi mobile yang dikembangkan KOLA dijamin dapat lolos ke toko aplikasi, baik Google Play ataupun App Store dengan kredensial yang dimiliki KOLA. Setiap aplikasi yang dibuat ternyata masih di bawah publisher KOLA. Aplikasi yang dibuat dengan template yang disediakan KOLA, dikatakan Idham, sudah terverifikasi dan layak terbit di toko aplikasi, sehingga KOLA juga sangat mewanti-wanti terkait konten yang dimasukkan ke dalamnya, agar selalu di-update dan tidak melanggar aturan tiap toko aplikasi.