Beragam Fitur LapangBola yang Permudah Pecinta Sepak Bola

LapangBola adalah satu dari banyak layanan yang dihadirkan karena hobi para pendirinya. Startup yang digawangi alumni ITB ini hadir untuk memudahkan masyarakat pehobi sepak bola untuk mencari dan memesan lapangan, mulai dari lapangan sepak bola, futsal hingga mini soccer.

Tim pendiri LapangBola terdiri dari 5 orang alumni ITB. Mereka adalah Ahmad Zamakhsyari Sidiq, Ali Bagus Antra, Prabu Riansyah, Odit Ekwardo, dan Adam Hermawan.  Mereka meluncurkan LapangBola pada Januari 2019 sekaligus bertepatan dengan liga tim komunitas Liga Lapangbola yang diselenggarakan di Bandung, aplikasi LapangBola membuat pertandingan-pertandingan digelar dilengkapi fitur-fitur layaknya pertandingan profesional, seperti siaran langsung, livescore, dan real time statistik pertandingan, tim hingga pemain.

“Berawal dari rutinitas tim sepak bola alumni PS IA-ITB di Bandung dalam bermain sepak bola di setiap akhir pekan, kami sering mengalami kesulitan terutama dalam mencari lawan tanding dan lapangan. Setelah lapangan didapat juga belum tentu lawan tanding yang ada merasa cocok dengan ketersediaan lapangan. Rutinitas ini merupakan sebuah pekerjaan yang sangat menyita waktu. Dari situlah beberapa punggawa PS IA-ITB sepakat untuk membuat platform sepak bola,” cerita Ali Bagus.

Ali menambahkan bahwa fokus LapangBola ada pada sepak bola amatir. Mereka percaya bahwa untuk meningkatkan kualitas sepakbola profesional di Indonesia dimulai dari merapikan pengelolaan sistem sepak bola amatir dan menghubungkannya dengan sepak bola profesional.

Belum genap satu tahun usia LapangBola pada April 2019 ini mereka berkesempatan mewakili Indonesia dalam ajang Startupcup-World Football Summit (WFS) Asia yang akan diselenggarakan di Malaysia. Bersama dengan 7 finalis lainnya dari Australia, Malaysia, hingga India.

Tahun ini LapangBola masih akan fokus pada peningkatan jumlah kerja sama dengan penyedia lapangan untuk mendambah daftar lapangan yang bisa disewa. Untuk saat ini, Bandung dan sekitarnya akan menjadi fokus utama.

“LapangBola akan menggaet berbagai turnamen amatir di berbagai kota di Indonesia, untuk menggunakan aplikasi pengelolaan turnamen dan statistik. Benefit yang akan didapat oleh para pengelolan turnamen tersebut adalah setiap pemain dan pengamat liga dapat mengikuti hasil pertaningan langsung dari aplikasi LapangBola,” imbuh Ali.

Application Information Will Show Up Here

Introducing Foodmagz, New Restaurant Directory Platform in the Market

Currently, there are few restaurant directory services in Indonesia, such as Zomato and Qraved. In an effort to compete in the market, Foodmagz claims to present better feature and complete information.

“Foodmagz is a restaurant directory service providing recommendation and complete information to help people finding the best restaurant and help the business to get valuable customers, also profitable for the second-layer customer (restaurant) and the end-customer (people),” Hendra Cokki, Foodmagz’s CEO explained.

He’s quite optimist for the startup to compete among the similar services. In his opinion, Foodmagz was developed focusing on product, feature, promotion, and filter of registered restaurant that allows user to get qualified restaurant recommendation.

The new startup also claims to have the complete information on restaurant’s facilities. They sort the compatible restaurant directly to be in Foodmagz directory.

Some methods they’ve conducted are direct surveys [visiting] and direct contact [through various channels]. To date, they have more than 1,500 restaurant on the list and still counting.

As a new startup, Foodmagz is said to be supported by angel investor and ready to launch a mobile app in the third quarter.

In order to get a place in community, they’ve planned some new features, such as personalized recommendation with different experience for each user.

“The new website is to launch in March 1st, 2019, but the company has been established since January 2019. We’re still operating in Jakarta area and to ensure the product succeed in capturing people’s interest before scale-up to other cities. Expansion is planned in the Q4 2019,” Cokki added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengenal Jasa Transportasi Antar Jemput Ala PickMe

Membawa konsep mirip transportasi on demand, PickMe secara khusus melayani masyarakat yang membutuhkan jasa antar dan jemput, baik untuk sekolah maupun kerja dengan konsep berlangganan. Startup asal Semarang ini fokus memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi yang membutuhkan jasa antar jemput.

PickMe secara konsep tak ubahnya layanan transportasi online dengan konsep berlangganan. Diharapkan metode ini bisa membantu pengguna yang membutuhkan sekaligus bisa menambah pemasukan mitra pengemudi.

Di kuartal pertama 2019, PickMe mengklaim sudah beroperasi di lima kota besar di Pulau Jawa, meliputi Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Dengan total mitra pengemudi mencapai 500 orang. Targetnya di penghujung tahun ini mereka bisa hadir di 27 ibukota provinsi di Indonesia dengan total driver mencapai 5.000 orang.

PickMe digagas Susanto Wibowo dan Simon Surianto. Menjalani bisnis dengan bootstrap, mereka cukup optimis untuk bisa terus berkembang sambil membuka kesempatan bagi investor untuk bergabung.

Pengguna yang memanfaatkan PickMe untuk antar jemput anak sekolah terlebih dulu akan membuat janji dengan driver untuk bertemu di rumah orang tua dan anak. Selanjutnya pengguna bisa menentukan apakah melanjutkan berlangganan dengan driver tersebut atau tidak.

Untuk memastikan kenyamanan, PickMe memiliki kebijakan setiap driver untuk antar jemput anak sekolah adalah perempuan yang ditinggal dan memiliki keluarga di kota setempat. Saat ini ada dua jenis layanan yang ditawarkan oleh PickMe, pertama paket antar jemput sekolah (PickMe School) dan antar jemput untuk profesional atau pekerja kantoran (PickMe Pro).

Acara peluncuran PickMe

PickMe dibuat untuk menjawab problem pemerintah dalam mengatasi kemacetan di kota besar. Pada waktu jam kerja dan waktu jam sekolah pasti semua jalanan macet karena semua orang memakai kendaraan masing-masing. PickMe dibuat dengan konsep bahwa ibu-ibu yang sekarang mengantar anaknya berangkat sekolah sendiri dapat memanfaatkan mobilnya untuk mengantar anak-anak lain yang sejalan dengan sekolah anaknya, aktifitas ibu tetap jalan dan ibu mendapat tambahan uang jajan setiap bulannya,” ujar Co-Founder PickMe Simon Surianto.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Foodmagz, Platform Direktori Restoran yang Siap Meramaikan Persaingan

Saat ini di Indonesia sudah beroperasi beberapa layanan direktori restoran, contohnya adalah Zomato dan Qraved. Mencoba meramaikan segmen yang sama, Foodmagz hadir dengan klaim informasi dan fitur yang lebih lengkap.

“Foodmagz adalah penyedia layanan direktori restoran yang memberikan rekomendasi tempat makan dan informasi restoran yang lengkap untuk membantu masyarakat dalam menemukan restoran yang terbaik dan membantu restoran untuk mendapatkan customer yang valueable sehingga memberikan keuntungan baik untuk second-layer customer (pihak restoran) dan end-customer (masyarakat),” terang CEO Foodmagz Hendra Cokki.

Hendra cukup optimis startup besutannya bisa bersaing dengan penyedia layanan sejenis. Menurutnya, Foodmagz dikembangkan dengan fokus pada pengembangan produk, fitur, promosi dan filter restoran terdaftar yang memungkinkan pengguna mendapat rekomendasi restoran berkualitas.

Startup yang baru dikembangkan awal tahun ini juga mengklaim memiliki informasi terlengkap mengenai fasilitas yang dimiliki sebuah restoran. Mereka melakukan penyaringan restoran yang akan dimasukkan ke dalam direktori Foodmagz.

Beberapa metode penyaringan yang dilakukan perusahaan adalah survei langsung ke lokasi dan menghubungi pihak restoran melalui berbagai kanal. Sejauh ini Foodmagz sudah memiliki lebih dari 1.500 daftar restoran yang diklaim terus bertambah.

Sebagai startup baru, Foodmagz menyebut telah didukung angel investor dan siap meluncurkan aplikasi mobile di kuartal ketiga tahun ini.

Untuk mendapatkan tempat di masyarakat, Foodmagz tengah merencanakan sejumlah fitur baru, seperti personalized recommendation yang bisa memberikan pengalaman berbeda-beda untuk setiap pengguna.

“Platform website baru launching di 1 Maret 2019, Namun company-nya sendiri established di Januari 2019. Kami masih menjangkau area Jakarta terlebih dahulu dan ingin memastikan bahwa pengembangan produk memiliki tingkat kepuasan masyarakat yang tinggi sebelum kami scale up ke kota-kota lain. Direncanakan di Q4 2019 bisa ekspansi di beberapa kota,” jelas Hendra.

JakMall Bertahan di Tengah Kompetisi Marketplace yang Memanas

JakMall bukanlah nama baru di industri e-commerce. Telah beroperasi dan bertahan selama hampir tiga tahun, ia mencoba menawarkan hal yang berbeda di tengah-tengah persaingan marketplace besar yang begitu ketat.

Dengan tagline “Lebih Murah, Langsung dari Pusatnya”, fokus JakMall adalah memberikan satu harga informasi dari pelapak terpilih untuk setiap jenis barang dengan konsep best deal. Selain itu platform juga membuka kesempatan bagi para reseller yang mau mengambil barang dari lapak yang ada di platform ini. Reseller ini juga disebut affiliate. Tidak ada biaya tambahan bagi penjual, namun pihaknya menerapkan komisi per transaksi untuk program ini.

“JakMall ini muncul pertama kali karena kita punya visi untuk memberikan pengalaman belanja terbaik. [..] Kami tidak mau ada penjual yang menaikkan harga karena membuka lapak di platform ini. Karena itu kami melakukan seleksi ketat bagi para pelapak untuk menyediakan produk-produk dengan harga terbaik mereka,” ungkap Co-Founder dan CMO JakMall Reza Aggi Prasetyo.

Di akhir tahun lalu, JakMall merilis aplikasi berbasis Android dan iOS. Untuk mengkurasi pelapak, JakMall mewajibkan seleksi ketat, termasuk penyertaan NPWP dan SIUP.

“Kita punya kelebihan pada reseller yang banyak. Bahkan pada Harbolnas kemarin omset tembus 75% dari reseller. Namun dari sisi pengguna, nama JakMall seringkali tertutup oleh banyaknya reseller yang juga menawarkan harga kompetitif,” jelasnya.

Diawali dengan 20 orang personel, kini perusahaan telah memiliki 70 orang pegawai dan memiliki jangkauan basis konsumen hingga Surabaya, Bandung, Medan, Palembang, Makassar, dan NTT.

Fokus pada affiliate tahun ini

Selama dua tahun pertama, JakMall fokus pada pada pemeliharaan pengguna dan penjual. Di tahun ketiga ini, mereka ingin memberikan nilai tambah bagi para reseller atau affiliate. Jumlahnya kini berkembang pesat melebihi seller yang membuka lapak di marketplace itu sendiri.

Bermodalkan pendanaan awal dari angel investor yang tidak disebutkan jumlahnya, Jakmall kini telah mendulang profit dan sudah bisa menjalankan operasional bisnis secara mandiri. Dua segmen yang paling banyak menyumbang profit adalah komisi pengiriman dan affiliate.

Ketika disinggung mengenai penggalangan dana, Reza mengungkapkan, “Untuk fundraising, kita tidak menutup kemungkinan. Saya sudah sempat ngobrol dengan beberapa pihak, tetapi belum ada yang cocok. Karena kita mau cari bukan yang hanya sekedar kasih dana, tetapi juga satu visi.”

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Ride Sharing” Tron Digitalkan Angkot, Bekasi Jadi “Pilot Project”

Menurut data Kementerian Perhubungan, total perjalanan di Jabodetabek sepanjang 2015 tercatat ada 47,5 juta perjalanan per hari. Sekitar 50 persen di antaranya merupakan perjalanan dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menuju Jakarta. Sementara itu, perjalanan di dalam Jakarta sendiri hanya 40 persen.

Pasar tersebut saat ini makin didominasi Grab dan Gojek, sementara di sisi lain pemain angkutan umum resmi terus tertinggal karena tidak ramah dengan teknologi.

Isu tersebut membuat terjadinya “perlawanan” dari pengemudi angkot yang masih kerap terjadi di lapangan. Tron (berasal dari kata Transportasi Online) menyadari permasalahan ini dengan merilis aplikasi ride sharing khusus untuk angkutan umum yang baru dirilis pada awal April 2019.

“Angkutan umum itu sudah ada tarif resmi, yang pasti lebih murah daripada bawa kendaraan pribadi. Kita mau menghidup mereka karena belum tersentuh digital sama sekali, secara regulasi pun jelas sekali. Mereka ada izin resmi,” terang CEO Tron David Santoso kepada DailySocial.

Tron merupakan produk PT Teknologi Olah Rancang Nusantara yang merupakan afiliasi Digiasia Bios. David sendiri sebelumnya adalah CFO PayPro. Untuk implementasinya, Tron menggandeng Via, perusahaan teknologi Amerika Serikat. Tidak ada saham Via yang ditempatkan ke perusahaan.

David menjelaskan, Via adalah mitra yang tepat untuk memodifikasi sistem transportasi umum dari sistem teregulasi dengan rute terjadwal menjadi angkutan yang sesuai permintaan dan dinamis. Via memiliki algoritma khusus untuk itu semua. Alhasil, konsumen bisa mendapat kepastian waktu tempuh, kapan supir sampai ke tujuan, dan sebagainya.

“Secara global, teknologi Tron itu sudah diakui. Mereka sudah beroperasi di lebih dari 60 kota di 15 negara. Kita mau masuk per kota karena petanya untuk masing-masing [trayek] itu berbeda sehingga butuh waktu untuk mengintegrasikannya ke Tron.”

Model bisnis Tron

Aplikasi ride sharing khusus angkutan umum Tron / Tron
Aplikasi ride sharing khusus angkutan umum Tron / Tron

David menjelaskan pengguna yang ingin menggunakan Tron cukup mengunduh aplikasi, kemudian menentukan lokasi penjemputan yang dilalui oleh angkutan tersebut atau menunggu di halte virtual yang telah ditentukan oleh Tron. Halte virtual ini bisa berupa lokasi yang umum dipakai pengemudi untuk menunggu dan mengangkut penumpang. Pengemudi akan menjemput sesuai titik penjemputan apabila ada konsumen yang melakukan permintaan.

Pengguna dapat memesan bangku lebih dari satu untuk rekan yang pergi bersama. Nanti Tron akan memberi rekomendasi moda transportasi yang sesuai dengan permintaan.

“Konsep ini kami sebut fleksibilitas yang terkontrol. Ada rute khusus yang dibuat untuk mendekatkan supir dengan penumpang di pemukiman. Jadi opsi ini hanya bisa dilalui supir apabila ada permintaan saja.”

Cara kerja supir pun akan jadi berubah. Mereka tidak perlu fokus mencari penumpang dengan berlama-lama mengetem di satu titik karena penumpang sudah pasti didapat lewat Tron. Mereka tidak lagi dikejar-kejar setoran, hanya perlu meningkatkan pelayanannya agar pengguna nyaman.

Saat ini aplikasi baru mengakomodasi pembayaran menggunakan uang tunai. Rencananya dalam waktu dekat akan segera terintegrasi dengan KasPro dan pemain uang elektronik lainnya.

Menurut David, apabila opsi tanpa tunai ini tersedia, tarifnya akan mengikuti aturan yang berlaku. Tidak ada tarif buatan dari Tron khusus untuk penggunanya. Pengguna akan dikenakan biaya pemesanan ditambah tarif yang langsung dipotong setiap kali bertransaksi.

“Supir akan mendapat insentif dan upah harian yang besarannya sesuai aturan. Biaya sewa dan bensin pun kami tanggung. Tidak ada biaya berlangganan untuk supir. Kami tidak memperbolehkan supir tembak untuk mengoperasikan Tron. Ada verifikasi yang harus dilakukan.”

Bekasi dipilih sebagai pilot project Tron, lantaran merupakan kota satelit yang berdekatan dengan Jakarta. Ketersediaan angkutan umum di kota ini tergolong di ambang kepunahan. Meskipun demikian, Pemerintah Kota Bekasi tertarik dengan konsep Tron karena berkeinginan menghidupkan kembali angkutan umum.

Tron dimulai dengan 150 unit angkutan umum yang terbagi dari dua trayek, K-11 yang terbagi jadi tiga rute dan K-12 yang terdiri dari satu rute. Secara bertahap implementasi Tron akan menyasar seluruh kota Bekasi agar bisa dinikmati seluruh warga.

Strategi dan rencana Tron

Tron akan memperluas penetrasinya ke lima kota pinggiran Jakarta, seperti Tangerang dan Depok. Perusahaan tengah bersiap gandeng berbagai pengelola angkutan umum, seperti Koasi (Koperasi Angkutan Bekasi), Organda (Organisasi Angkutan Darat), dan sebagainya untuk menjaring para pemilik angkutan umum.

David menargetkan setidaknya pada tahun ini perusahaan dapat mendigitalkan 7 ribu unit angkutan umum, yang terdiri atas berbagai jenis moda, seperti angkutan kota, bajaj, bus, mikrolet, dan lainnya yang belum tersentuh implementasi digital.

“Investor kami cukup serius untuk mengembangkan Tron supaya terintegrasi dengan berbagai jenis angkutan umum yang menghubungkan jalur MRT dan KRL. Bahkan kami siap rekrut ahli tata kota untuk bantu sistem pemetaan di tiap kota agar semakin cepat tersedia di Tron.”

Terkait strategi dengan para pemain besar, David menyebut perusahaan memiliki proposisi yang cukup kuat karena memiliki visi mendigitalkan angkutan umum agar tetap memiliki nilai di lapangan. Angkutan umum adalah moda transportasi berpelat kuning yang resmi dari pemerintah sehingga Tron diharapkan tidak menambah penuh kendaraan di jalan.

Application Information Will Show Up Here

Pendanaan.com Ramaikan Industri Pembiayaan Online, Saat Ini Fokus ke Pinjaman Konsumtif

Masih rendahnya inklusi keuangan di Indonesia menjadi pekerjaan bersama seluruh stakeholder. Keberadaan teknologi finansial diharapkan menjadi pendongkrak agar penetrasi meningkat. Pendanaan.com turut meramaikan pasar ini dengan menyajikan pinjaman tunai untuk sektor konsumsi.

Startup ini sebenarnya sudah hadir di Indonesia sejak akhir 2016 di bawah kendali perusahaan induk Hadoop Fintech dari Hong Kong. Salah satu pendirinya adalah Dino Martin (CEO) yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pembiayaan Multiguna di AFPI.

“Pendanaan didirikan atas semangat untuk menciptakan inklusi keuangan yang lebih baik di Indonesia karena inklusi keuangan yang lebih baik akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk capai ke sana, butuh pemahaman big data yang baik,” terang Dino kepada DailySocial.

Pendanaan.com dengan brand KTAKilat memiliki layanan bisnis yang tidak jauh berbeda dengan pemain pembiayaan lainnya. Untuk tahap awal, Pendanaan baru menyediakan pinjaman yang bersifat konsumtif.

Dino beralasan, segmen ini dipercaya dapat melatih mesin pintar untuk “belajar” lebih cepat. Semakin banyak data yang terkumpul, mesin akan lebih pintar menganalisis profil risiko konsumen dengan prediksi yang lebih akurat. Saat ini setiap pengajuan di Pendanaan.com hanya bisa lewat smartphone.

Calon peminjam cukup meluangkan waktu sekitar 15 menit mengisi informasi yang diperlukan, seperti foto KTP, BPJS/NPWP, slip gaji, dan bukti transaksi bank. Berikutnya dalam kurun waktu 24-48 jam sistem akan memverifikasi seluruh data yang masuk — apakah disetujui atau tidak. Ketika disetujui, dana akan ditransfer ke rekening bank peminjam kurang dari dua hari.

“Kami tidak melakukan penimbunan dana nasabah, karena mengacu proses bisnis yang telah diatur OJK [..] dalam waktu kurang dari satu hari dana yang diterima dari pemberi pinjaman melalui escrow account harus sudah diterima oleh penerima pinjaman.”

Nominal dana pinjaman yang bisa diberikan Pendanaan.com mulai dari Rp1 juta dengan tenor dari tujuh hari sampai 30 hari. Kupon yang ditetapkan maksimal 14% per tahun. Untuk membayar cicilan, tersedia berbagai pilihan opsi mulai dari transfer bank, online banking, mobile banking, minimarket, atau e-wallet.

Meski belum mau membeberkan lebih jauh mengenai kinerja perusahaan, Dino memastikan penyaluran pinjaman sudah menyebar ke seluruh Indonesia — walau masih didominasi konsumen yang berdomisili di Jawa.

Rencana bisnis

Untuk mendukung ambisi perusahaan sebagai layanan pembiayaan online terdepan, Dino mengatakan perusahaan akan terus menyempurnakan kemampun mesin analisa risiko kredit agar semakin pintar dan akurat dalam memberi rating. Mereka juga berusaha memperbanyak kemitraan dengan berbagai pihak, salah satunya perbankan nasional.

Pendanaan.com segera merilis pinjaman untuk segmen produktif tahun ini agar semakin banyak pelaku usaha di kalangan UMKM, yang belum tersentuh layanan perbankan, dapat mengembangkan bisnisnya ke tingkatan lanjutan.

Kendati demikian, perusahaan belum membuka kesempatan untuk pendana dari kalangan ritel berpartisipasi dalam setiap pendanaan setidaknya untuk tahun ini. Istilah ini bisa disebut sebagai closed loop atau lebih dikenal super lender. Artinya, pendana masih terbatas dari kalangan institusi atau perorangan saja yang sifatnya eksklusif.

Para pendana yang ada di Pendanaan ini datang dari kalangan pribadi Dino yang jumlahnya dari beberapa orang. Menurutnya, dengan konsep ini perusahaan akan lebih mudah memantau dan proses KYC ke pendana juga lebih aman.

“Kita enggak buka lender untuk umum, masih closed loop atau istilahnya super lender karena lebih enak memantaunya.”

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Lebih Jauh FishOn, Startup yang Coba Digitalisasi Ekosistem Nelayan

Mencoba mengubah sektor perikanan menjadi lebih baik, FishOn menyediakan solusi lengkap untuk kebutuhan nelayan dan ekosistem perikanan di dalamnya. Sebagai sebuah startup FishOn mengembangkan ekosistem digital untuk nelayan yang terdiri dari perangkat, konektivitas, aplikasi, dan platform.

FishOn berusaha memberikan solusi mulai dari lokasi untuk menangkap ikan, menjaga kualitas tangkapan, hingga memberikan akses permodalan ke para nelayan.

“Kami membantu nelayan mulai dari memberikan petunjuk lokasi ikan, memberi teknologi agar ikan tidak mudah membusuk tanpa bahan kimia dan mesin pembeku, membantu menjual hasil tangkapan nelayan, hingga membantu akses pemodalan nelayan melalui skema Kredit Usaha Rakyat dan Program Kemitraan dengan BUMN,” ujar CEO FishOn Fajar Widisasono ketika dihubungi DailySocial.

Dijelaskan Fajar, nelayan yang ingin bergabung dengan FishOn harus mendaftarkan diri melalui aplikasi dengan melengkapi berkas dan dokumen yang diperlukan seperti KTP, KK, dan SKU Nelayan.

Selanjutnya pihaknya akan melakukan verifikasi data bekerja sama dengan koperasi nelayan setempat. Setelah semua proses selesai nelayan akan disahkan menjadi anggota baru dan mendapat starter kit FishOn dan saldo FishPay sebesesar 1 juta Rupiah sebagai modal melaut.

Modal awal yang diberikan tersebut tidak dapat ditarik tunai, namun bisa digunakan untuk membeli beberapa perbekalan melaut seberti bahan bakar, es batu, larutan fishFresher, beras, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Untuk menjaga kualitas tangkapan ikan yang sudah ditangkap harus dilakukan treatment di atas kapal dengan merendam ikan ke larutan fishFreasher selama 5 menit. Baru disimpan di cooler box.

Pihak FishOn juga melakukan sosialisasi agar nelayan mengisi log book di setiap daerah tangkapan untuk memudahkan FishOn menjaga kelestarian ikan dan menghindari over fishing.

“Setelah di darat, ikan di terima oleh koperasi nelayan, kami sebut sebagai gerai FishMart, ikan dipisah dan ditimbang sesuai jenis dan beratnya lalu dimasukkan ke sistem lelang (Tempat Pelelangan Ikan online). Jadi pedagang ikan di luar ekosistem FishOn bisa ikut membeli ikan member FishOn dengan harga yang fair bagi nelayan,” imbuh Fajar.

Dalam proses lelang FishOn melalui FishMart.id juga akan bertindak sebagai salah satu peserta lelang. Skema lelang ini diharapkan akan menguntungkan semua pihak, terutama nelayan karena bisa mencapai harga yang terbaik. Semua dilakukan secara online dengan transaksi menggunakan FishPay.

Acara FishOn

Menilik seputar teknologi dan dukungan dari pemerintah

Untuk menjadi penyedia solusi yang lengkap untuk ekosistem digital bagi nelayan tentu tidak mudah. Startup yang digawangi Fajar Widiasasono, Ibrahim Aghythara, dan Muhammad Ikramullah ini menggunakan beberapa teknologi mutakhir dan yang paling penting mendapat restu dan dukungan dari pemerintah.

Menjalankan operasinya dari modal sendiri FishOn sejauh ini sudah beroperasi di Sukabumi dan berencana membuka layanan di tempat selanjutnya, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara.

Berbekal 2 satelit (oceanography dan connectivity) untuk forecasting posisi ikan dan menjaga konektivitas nelayan di tengah laut,  teknologi pengawet alami dari bahan herbal (daun kesemek, selada air dan garam) laut hasil kerja sama dengan guru besar ITB dan FishPay yang menggunakan digital banking dari BNI FishOn secara terbuka telah didukung oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu sektor kemaritiman.

“Bekerja sama dengan pemerintah kami inisiasi karena kami merasa permasalahan nelayan ini begitu kompleks, tidak mungkin kami bisa menyelesaikannya sendiri sehingga kami harus menggandeng regulator. Alhamdulillah Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi 1 Bidang Kedaulatan Maritim menyambut baik konsep kami dan menjagikan ini sebagai program unggulan/prioritas untuk menuju kedaulatan maritim dan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” jelas Fajar.

Saat ini di tahun 2019 FishOn tengah fokus pada kerja samanya dengan pemerintah, bahu-membahu untuk mensukseskan program Satu Juta Nelayan Berdaulat dengan target membantu 300.000 nelayan hingga akhir tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Nanobubble Ingin Tingkatkan Potensi Budidaya Perikanan Melalui Nanoteknologi

Besarnya potensi perikanan d Indonesia ternyata masih memiliki kendala dalam produktivitas budidaya, serangan virus atau penyakit, kondisi air tambak yang rusak, dan lainnya sehingga menyebabkan gagal panen di mana-mana. Di sisi lain, kebutuhan pasar lokal maupun ekspor sangat tinggi, khususnya udang.

Berawal dari riset, Nanobubble didirikan oleh CEO Hardi Junaedi, CBDO Dedi Cahyadi, dan CPO Rizki Nugraha Saputra. Startup ini memanfaatkan nanoteknologi yang berfokus meningkatkan produktivitas budidaya perikanan. Mereka disebut berhasil mematenkan dan membuat mesin yang dapat menginjeksi gas (baik oksigen, nitrogen, karbondioksida, maupun gas lainnya) ke dalam suatu air (atau larutan lainnya).

“Kelebihan mesin kami adalah gas yang diinjeksi akan dipecah dan dilarutkan dalam air di dalam milling zone (zona pemecahan) sehingga menghasilkan luaran air dengan kelarutan gas yang tinggi dengan ukuran gelembung (bubble) di kisaran 200-900 nanometer. Gas yang berada di dalam bubble akan mudah larut dalam air. Dampaknya kadar gas menjadi lebih tinggi daripada kondisi pada umumnya,” kata Hardi kepada DailySocial.

Gas yang dimaksud adalah oksigen dan bermanfaat meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam tambak udang sehingga pada panen pertama mampu meningkatkan hasil panen hingga empat kali lipat.

Nanobubble mendapatkan pengetahun ini setelah melakukan studi banding ke Jepang.

“Alhamdulillah sepulang dari Jepang tim kami terinspirasi untuk mengembangkan teknologi Nanobubble dengan teknologi yang dimodifikasi menggunakan material lokal dan terjangkau. Harapannya Nanobubble ini bisa menjadi bisnis teknologi yang mampu menghilirisasi hasil penelitian Nanobubble selama dua tahun ke belakang dan bisa dikomersialkan,” kata Hardi.

Fitur Nanobubble

Mesin yang dikembangkan Nanobubble secara otomatis menginjeksi oksigen ke dalam tambak saat kondisi kadar oksigen rendah dan mesin dengan timer otomatis. Diharapkan dalam waktu 2-3 bulan ke depan Nanobubble mampu melengkapi fitur dan menyelesaikan kontrol otomatis parameter DO (oksigen), suhu, dan pH sehingga petambak dan pengguna mampu mengontrol secara real time kondisi budidaya udang pada aplikasi di smartphone.

“Tim kami, selain berfokus pada fitur mesin Nanobubble untuk menunjang kadar oksigen pada air tambak udang sehingga produktivitas meningkat, juga pernah bekerja sama dengan BUMN untuk penerapan Nanobubble nitrogen untuk pengawetan ikan tuna. Hasilnya pun sangat memuaskan dan menambah masa kesegaran ikan,” kata Hardi.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai Nanobubble. Di antaranya adalah bisa merevolusi dunia budidaya perikanan dengan meningkatkan produktivitas dengan luasan tambak yang lebih kecil sehingga mendukung terciptanya optimalisasi lahan tambak di Indonesia. Kemudian membantu penyediaan stok udang atau ikan untuk pasar lokal maupun ekspor, serta mampu meningkatkan kesejahteraan petambak atau buruh tambak yang terlibat dalam proses budidaya.

“Selain itu tim research & development kami juga masih dalam tahapan penelitian penerapan di dunia pertanian, terutama terobosan pupuk cair nitrogen ataupun untuk mendukung oksigen dan nutrisi pada budidaya sistem hidroponik. Pada tahun 2017 kami sebenarnya juga sudah pernah berhasil menerapkan Nanobubble nitrogen untuk pengawetan ikan tuna. Sehingga besar harapan kami untuk mampu menjadi solusi permasalahan perikanan dan pertanian dengan terobosan nanoteknologi,” kata Hardi.

Rencana penggalangan dana

Meskipun masih baru, Nanobubble telah memiliki strategi monetisasi, yaitu berkolaborasi dengan komunitas dan praktisi budidaya udang. Untuk kegiatan pemasaran, Nanobubble memanfaatkan media sosial, situs, seminar dan workshop, serta forum berbagi teknologi lainnya.

“Untuk model bisnis kami saat ini adalah skema persewaan mesin Nanobubble dan bagi hasil kerja sama budidaya,” kata Hardi.

Nanobubble berhasil mengumpulkan pendanaan dari dewan juri Thinkubator sebesar Rp825 juta sebagai pemenang utama program. Modal tersebut nantinya akan dimanfaatkan perusahaan untuk menambah demonstration plot (demplot) ukuran tambak 1000m2, menambah talenta di bidang perikanan dan IoT, serta memproduksi sekitar 18-20 mesin untuk penerapan di tambak daerah Sukabumi dan Situbondo.

Terkait penggalangan dana, Nanobubble saat ini sedang dalam komunikasi dengan tiga mitra. Selain dari Grab, Nanobubble juga telah mendapatkan tambahan modal dari research grant PPTI Kemenristek DIKTI dan Coremap CTI LIPI.

Help Apps Tawarkan Jasa Harian “On Demand” untuk Pengguna di Jadetabek

Menyasar kaum urban ibukota, platform Help Apps resmi hadir di Indonesia menawarkan berbagai jasa. Mulai dari supir, perawat, pembantu rumah tangga hingga tukang kebun, semua jasa tersebut bisa dipesan melalui aplikasi secara real time menyesuaikan kebutuhan dan waktu yang diperlukan. Didirikan oleh CEO Melia Lustojoputro, Help Apps mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari layanan serupa yang sebelumnya sudah hadir.

“Kami menawarkan jasa yang lebih spesifik, misalnya asisten rumah tangga yang juga bisa diminta untuk membersihkan kandang hewan peliharaan hingga koki yang bisa dipesan jasanya untuk kebutuhan pribadi.”

Secara khusus terdapat tiga kategori jasa yang tersedia di Help Apps. Yang pertama adalah “In the house”, yang terdiri dari koki, kebersihan, cuci baju dan setrika, hingga asisten rumah tangga. Tersedia juga pilihan “Around the house” yang terdiri dari supir pribadi, asisten belanja, tukang kebun, dan tukang bangunan. Yang terakhir adalah perawatan yang terdiri dari perawat untuk bayi, balita dan anak-anak, hingga manula.

“Dalam waktu dekat kita juga akan meluncurkan layanan dokter umum yang bisa dipanggil ke rumah hingga jasa pengurusan dokumen seperti paspor, SIM, dan masih banyak lagi,” kata Melia.

Untuk jasa yang terakhir rencananya Help Apps akan menjalin kemitraan dengan biro jasa yang saat ini sudah banyak beredar di kawasan yang disasar Help Apps, yaitu Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek).

Memberikan pelatihan untuk mitra

Untuk memastikan mitra Help Apps memiliki kemampuan dan skill yang baik, Help Apps memberikan pelatihan sebelum mitra mulai aktif bekerja. Kurasi yang dilakukan untuk mitra pun cukup ketat guna memastikan mitra tersebut dapat dipercaya dan menjamin keamanan pengguna.

“Untuk jasa perawat kami menyediakan camera monitor yang bisa dilihat langsung oleh pengguna. Sementara untuk supir, kami menyediakan GPS yang bisa di-track secara real time oleh pengguna dan diawasi oleh tim Help Apps,” kata Melia.

Saat ini Help Apps mengklaim telah memiliki sekitar 132 mitra yang tersebar di kawasan Jadetabek dan lebih dari 292 pengguna. Untuk memudahkan proses pembayaran, Help Apps juga telah dilengkapi dengan sejumlah pilihan pembayaran dengan menggandeng Midtrans.

Layanan kebutuhan rumah tangga yang dihadirkan ke dalam Help Apps memiliki tarif yang bervariasi. Pengguna bisa mendapatkan layanan rumah tangga dari mitra Help Apps mulai dari harga Rp 35.000 hingga Rp 125.000 per jam-nya sesuai dengan keahlian masing-masing mitra.

“Untuk komisi yang kami ambil adalah 30% dan jumlah tersebut akan kami potong 10% untuk kebutuhan pemberian bonus sesuai dengan rating atau penilaian yang didapatkan oleh mitra. Sementara untuk mitra kami memberikan komisi sebesar 70%,” kata Melia.

Fitur donasi

Selain memberikan jasa yang beragam, Help Apps juga menyediakan fitur Charity Corner. Pengguna Help Apps dapat melakukan donasi kepada orang-orang yang membutuhkan. Pengguna Help Apps dapat memberikan donasi mulai dari Rp 20 ribu dan donasi tersebut akan diberikan tim Help Apps ke orang-orang yang membutuhkan.

“Help Apps juga membantu masyarakat yang kurang beruntung dengan menghadirkan open platform bagi siapapun yang ingin berdonasi. Donasi yang telah diberikan oleh pengguna melalui Help Apps akan kami salurkan ke orang-orang yang membutuhkan dalam bentuk dua porsi nasi bungkus dengan lauk-pauk bernutrisi lengkap,” kata Melia.

Saat ini Help Apps belum memiliki investor dan sepenuhnya memanfaatkan dana pribadi untuk membangun platform dan menciptakan teknologi yang seamless. Untuk mempercepat bisnis dan menambah jumlah mitra dan pengguna, Help Apps memiliki rencana melakukan penggalangan dana.

“Setelah Jadetabek kami juga memiliki rencana untuk menambah area layanan. Salah satunya adalah menyasar kota Bandung dalam waktu dekat,” kata Melia.

Application Information Will Show Up Here