Aplikasi Titipku Didesain untuk Libatkan Masyarakat Bantu UKM “Go-Digital”

Penetrasi internet dan ponsel pintar membuat Indonesia menjadi pangsa pasar digital yang sangat menjanjikan. Ini menjadi kesempatan emas bagi para pebisnis untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Sayangnya kesempatan ini tidak serta merta bisa dinikmati oleh semua pemilik bisnis, khususnya para UKM yang belum memiliki literasi digital tinggi — mereka belum paham bagaimana konsep marketplace bekerja, pemasaran melalui layanan on-demand dan lainnya.

Melihat kondisi tersebut, Titipku hadir membawa misi untuk membantu UKM melakukan digitalisasi. Caranya menarik, yakni dengan melibatkan masyarakat berkontribusi langsung membantu UKM di sekitarnya. Aplikasi Titipku didesain layaknya media sosial, setiap pengguna dapat mengunggah informasi mengenai UKM yang telah ditemui. Setiap konten yang diunggah akan dikurasi dan diverifikasi.

Konten tersebut ditampilkan pada fitur Jelajah di aplikasi. Umumnya berisi foto dan cerita mengenai pedagang kecil atau UKM yang disorot. Tidak hanya itu, para pengunggah konten juga bisa membuatkan toko online di platform Titipku dan memberikan jasa titip (jatip). Sehingga pengguna lain bisa membeli barang yang disediakan UKM tadi. Proses transaksi difasilitasi melalui aplikasi Titipku.

“Misalnya di sekitar rumah ada seorang pedagang jajanan, pengguna Titipku bisa mengunggah profil dan cerita mengenai pedagang tersebut dan bertindak sebagai jatiper (orang yang dititipi untuk membelikan). Pengguna lain bisa menikmati cerita tersebut dan turut berpartisipasi membeli dagangan yang dimiliki. Kurang lebih seperti itu gambaran sederhana bagaimana Titipku membantu UKM di daerah-daerah yang belum tersentuh layanan online,” ujar Founder & CEO Titipku Henri Suhardja saat ditemui di sela-sela acara Australia Awards Startup Ecosystem 2019.

Aplikasi Titipku
Tim pengembang layanan Titipku / Titipku

Mekanisme bagi hasil ke pengguna

Henri turut menjelaskan mengenai nilai bagi hasil yang diberikan kepada pengguna untuk setiap transaksi yang terjadi melalui Titipku. Komisi yang diberikan kepada jatiper diambil dari biaya kirim ke tempat tujuan, sehingga UKM mendapatkan nominal penuh atas pembelian barang yang dilakukan. Titipku turut menyediakan rekening bersama untuk memastikan proses transaksi berjalan dengan baik.

Tidak hanya itu, untuk setiap transaksi yang berhasil diciptakan di aplikasi Titipku, pengguna akan mendapatkan voucher kepemilikan saham perusahaan Titipku (PT Terang Bagi Bangsa). Salah satu target Titipku adalah membawa perusahaan IPO. Konsep ini dinilai dapat meningkatkan rasa memiliki bagi para pengguna, sehingga dapat bersama-sama mewujudkan visi misi yang telah ditentukan.

“Kami sudah mendapatkan pendanaan awal dari angel investor. Belum ada rencana fundraising, pengennya bisa IPO,” ujar Henri.

Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 800 pengguna yang telah berkontribusi untuk membantu 6.000 UKM untuk go-digital. Aplikasi yang sudah diluncurkan juga telah diunduh lebih dari 15 ribu kali. Adapun kategori UKM yang sudah ada saat ini meliputi pengrajin, penjual makanan/minuman, pedagang sembako, pedagang produk fesyen, dan lain-lain.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Aplikasi Pencarian Bakat Lakon

Aplikasi Lakon dikembangkan untuk membantu pencari bakat menemukan talenta baru di dunia hiburan. Bernaung di bawah PT Kreasi Kreatif Muda, aplikasi Lakon dikembangkan untuk memberikan solusi di dunia hiburan. Dengan memanfaatkan teknologi machine learning Lakon berupaya mempertemukan antara talenta baru dengan pencari bakat.

Layanan Lakon didirikan oleh beberapa co-founder, di antaranya adalah Roy Prawira, Rina Dwi Utami, dan Jonathan Nasution. Ketiganya memiliki pengalaman cukup lama di bidangnya masing-masing, Roy dengan pengalaman di bidang digital product, bisnis, dan teknis sejak tahun 1999, Rina dengan latar belakang IT yang sudah digeluti selama 12 tahun, dan Jonathan Nasution yang sudah berkecimpung di dunia kreatif lebih dari 10 tahun.

Salah satu Co-Founder Lakon, Jonathan Nasution kepada DailySocial mengatakan, aplikasi Lakon dikembangkan untuk membantu pencarian bakat baru di dunia hiburan, baik itu pemeran film sampai dengan komedian. Layanan yang dikembangkan Lakon diklaim lebih aman dan terpercaya karena didukung oleh Bekraf dan Asosiasi Casting Indonesia.

Melalui aplikasi Lakon, pengguna bisa membuat video yang menunjukkan bakatnya sebagai seorang talenta baru di dunia hiburan. Selanjutnya rumah produksi, stasiun televisi, dan pihak-pihak yang membutuhkan talenta baru dengan mudah mencari dan menghubungi talenta.

Ada beberapa permasalahan utama yang coba diselesaikan oleh Lakon, pertama adalah kebutuhan rumah produksi mencari talenta baru yang memadai, sementara di tengah banyaknya permintaan konten video diperlukan banyak talenta. Di sinilah Lakon akan berperan. Membantu menghubungkan talenta baru di daerah dengan rumah produksi atau pencari bakat yang ada. Lakon juga mencoba membantu mengurangi praktek perdagangan manusia yang berkedok hiburan.

“Dengan menggunakan Lakon, para talenta baru di daerah dapat dengan mudah bersaing dengan para talenta di kota besar melalui aplikasi ini. Selanjutnya, apabila masuk ke dalam daftar piihan untuk diaudisi, para talenta baru dapat datang melakukan audisi yang lebih jelas, aman, dan lebih terpercaya,” terang Jonathan.

Lakon memiliki beberapa fitur unggulan, seperti Lakon Impersonation, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna menirukan potongan adegan-adegan singkat, dengan durasi kurang dari 30 detik, sehingga pengguna bisa memamerkan kemampuan menghibur.

Fitur lainnya adalah Tantang, sebuah fitur memungkinkan pengguna menantang video impersonate yang dilakukan oleh pengguna lain. Membuktikan pengguna bisa melakukan lebih dari yang telah dilakukan pengguna lain.

Sementara itu fitur yang tengah dikembangkan adalah fitur Lakon Lakonan, sebuah fitur yang ditujukan untuk pengguna tahap lanjut yang berguna untuk menaikkan kemampuannya. Dimulai dari menerima tantangan yang diberikan oleh para selebritas yang sudah berpengalaman.

Aplikasi Lakon saat ini masih dalam fase open beta sambil mengumpulkan masukan sebanyak-banyaknya dari pihak pengguna dalam berupaya terus meningkatkan kualitas dan pengalaman pengguna. Rencananya aplikasinya akan diluncurkan penuh pada akhir tahun 2019 ini.

Di bawah bendera PT Kreasi Kreatif Muda, Lakon saat ini sedang melakukan penjajakan untuk pendanaan di tahap awal.

“Lakon menargetkan setidaknya bisa mencapai 500.000 pengguna terdaftar di dalam aplikasi di tahun 2019 ini. Nantinya diharapkan dapat bertambah seiring waktu. Lakon percaya dengan kerja sama yang terjadi dengan semua stakeholder di dalam dunia hiburan seperti rumah produksi, stasiun televisi dan lainnya.”

“Lakon ingin mencapai target pengguna melebihi satu juta orang pengguna aktif dalam waktu dekat. Untuk itu Lakon membuka lebar-lebar pintu kerjasama untuk semua pihak dari rumah produksi sampai stasiun televisi untuk bisa melakukan kolaborasi lebih banyak lagi,” tutup Jonathan.

Application Information Will Show Up Here

Treasury App Introducing Gold Investment Platform

A gold-based online investment platform is introduced in the industry, starting from November 2018, to accommodate gold transaction online and jewelry & gold bar storage.

In today press release, Treasury’s Head of Brand Development, Narantara Sitepu said by targeting unserved customers, the company intends to be the favorite app for gold investment.

“Using only Rp20 thousand, people can buy gold via Treasury app starts from 0,5 grams. It’s for more people to be able to invest by purchasing gold online.”

In order to guarantee gold sales, Treasury partners with UBS as ISO-certified gold provider and clearing institutions. Treasury is currently registered in OJK. In the meantime, Treasury is only available for Indonesian citizen.

“To guarantee users, we comply with the regulation from related parties. It was to gain higher trust of the customers,” he said.

Similar to other services providing online gold transaction, Treasury is accessible through mobile via Android platform. The iOS version is soon to be launched. In terms of payment options, Treasury has partnered up with some banks and Doku payment gateway.

“”We have plans for additional payment options to facilitate customers. Aside from BNI, we’ll also partner with BCA in the near future,” he added.

Collaborates with Finansialku

Treasury is said to have around 2 thousand users. In order to increase users, expand marketing activities and education to the related society of online gold investment, Treasury collaborates with Finansialku.

As a financial planning portal, Finansialku provides education related to financial management and starts to sell some financial products.

“Based on the background, Treasury decided to partner with Finansialku. We see the same vision and mission with Finansialku,” Sitepu said.

Using #PunyaSimpenan campaign, Finansialku and Treasury will held a roadshow for broaden information and education related to online gold investment. If according to the plan, by the third quarter 2019, Treasury is accessible through Finansialku.

“I’m very positive that the #PunyaSimpenan campaign can improve literacy, boost interest, and for millennials to aware of building a better future,” Finansialku’s CEO, Melvin Mumpuni said.

This year’s business target

Currently, Treasury is only available in Jabodetabek, however, there’s plan to expand this year to other big cities in Indonesia. The company also targets to increase app downloads up to 100 thousand by the end of this year.

“The aim is to increase users according to target in 2019,” he added.

Regarding fundraising, the three-month old startup is said to have no plan yet. Treasury is still in the seed funding stage.

“We guarantee, with Treasury app, everyone can purchase gold whenever, wherever by viewing gold rate in real time. We also guarantee all investment are in a form of gold, ready to be issued and delivered to the customers,” he finished.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Treasury” Hadirkan Platform Investasi Emas

Sebuah platform investasi online berbasis emas kembali hadir meramaikan industri. Treasury mulai beroperasi sejak November 2018 untuk mengakomodasi transaksi jual beli emas secara online dan penyimpanan emas batangan serta perhiasan.

Dalam acara temu media hari ini, Head of Brand Development Treasury Narantara Sitepu mengungkapkan, dengan menyasar unserved customer perusahaan ingin menjadi platform pilihan untuk investasi di emas.

“Hanya dengan Rp20 ribu kini semua orang sudah bisa secara langsung membeli emas langsung dari aplikasi Treasury mulai dari 0,5 gram. Harapannya agar semakin banyak lagi masyarakat umum melakukan investasi dengan membeli emas secara online.”

Untuk menjamin keamanan pembelian dan penjualan emas, Treasury bermitra dengan UBS sebagai penyedia emas dengan sertifikasi ISO dan bermitra dengan lembaga kliring. Saat ini Treasury juga sudah tercatat di OJK. Untuk sementara waktu, Treasury hanya terbuka untuk warga Indonesia.

“Untuk menjamin semua keamanan kepada pelanggan, kami mematuhi semua peraturan dari regulator terkait. Hal ini kami lakukan agar lebih besar lagi rasa kepercayaan dari pelanggan,” kata Narantara.

Serupa dengan layanan lain yang melakukan penjualan dan pembelian emas secara online, Treasury bisa diakses secara mobile melalui platform Android. Untuk versi iOS rencananya akan segera diluncurkan dalam waktu dekat. Untuk pilihan pembayaran, Treasury menjalin kerja sama dengan sejumlah bank dan payment gateway Doku.

“Kita juga memiliki rencana untuk menambah pilihan pembayaran untuk memudahkan pelanggan. Selain BNI kita juga akan menambah kemitraan dengan BCA dalam waktu dekat,” kata Narantara.

Menggandeng Finansialku

Saat ini Treasury mengklaim telah memiliki sekitar dua ribu pengguna. Untuk menambah jumlah pengguna, memperluas kegiatan pemasaran, dan edukasi ke masyarakat terkait investasi emas secara online, Treasury menggandeng Finansialku.

Sebagai sebuah portal perencana keuangan, Finansialku memberikan edukasi terkait manajemen keuangan dan mulai menjual beberapa produk finansial.

“Dengan alasan itulah akhirnya Treasury memutuskan untuk menjalin kemitraan dengan Finansialku. Kami melihat adanya kesamaan visi dan misi dengan Finansialku,” kata Narantara.

Mengusung kampanye #PunyaSimpenan, nantinya Finansialku dan Treasury akan menggelar roadshow yang bertujuan untuk memperluas informasi dan edukasi seputar investasi emas secara online. Jika sesuai rencana, di kuartal ketiga 2019, produk Treasury juga bisa diakses di aplikasi Finansialku.

“Saya sangat optimis kampanye #PunyaSimpenan emas ini bisa menambah literasi, mendorong minat dan menyadarkan generasi millenial untuk merencanakan masa depan yang lebih baik,” kata CEO Finansialku Melvin Mumpuni.

Target tahun ini

Saat ini Treasury baru tersedia di kawasan Jabodetabek, namun di tahun ini ada rencana untuk memperluas area jangkauan di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Perusahaan juga memiliki target menambah jumlah unduhan aplikasi hingga 100 ribu di akhir tahun.

“Harapannya tahun ini kami bisa menambah jumlah pengguna sesuai dengan target dari Treasury tahun 2019 ini,” kata Narantara.

Disinggung apakah ada rencana melakukan penggalangan dana, startup yang baru berusia sekitar tiga bulan ini disebut masih belum memiliki rencana terkait ini. Treasury masih berada di tahapan pendanaan seed.

“Kami pastikan dengan aplikasi Treasury, semua orang bisa membeli emas kapan saja dan di mana saja dengan melihat pergerakan harga emas secara real time. Kita juga menjamin semua investasi sudah dalam bentuk emas dan siap untuk dicetak dan diantarkan langsung ke rumah pelanggan,” tutup Narantara.

Application Information Will Show Up Here

Techinlabs Ingin Sederhanakan Proses Rekrutmen Talenta Teknologi Informasi

Mendapatkan talenta bagi startup masih menjadi sebuah tantangan. Terlebih talenta di bidang teknologi informasi (selanjutnya disebut “IT”) yang berkualitas. Berangkat dari permasalahan ini, Moch Ardyansah dan Niken Purwiyanto mengembangkan Techinlabs — sebuah hiring platform yang diharapkan bisa membantu startup dan perusahaan mencari talenta IT berkualitas.

Kepada DailySocial, Ardy menjelaskan bahwa ia dan tim berusaha mengembangkan sebuah solusi fast hiring talenta yang bisa membantu perusahaan teknologi baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara.

“Techinlabs sendiri didirikan oleh saya [Ardy] dan Niken, mantan karyawan Circledoo, yang khawatir melihat teman-teman yang ingin membuat startup kesulitan untuk membangun karena tidak mempunyai talenta yang berkualitas di bidang IT. Berangkat dari keresahan ini, akhirnya kami memutuskan untuk membuat platform yang menghubungkan perusahaan dengan talenttalent berkualitas,” cerita Ardy.

Lebih jauh Ardy menjelaskan bahwa saat ini mereka tengah mengembangkan sebuah platform yang nantinya akan mempermudah HR untuk mendapatkan talenta IT dengan cara yang cepat dan mendapatkan kandidat yang tepat.

Tiga fitur utama yang ada di platform Techinlabs adalah Talent Searching yang akan memudahkan tim HR mencari calon karyawan, Talent Processing, dan Talent Dealing yang akan membantu HR menindaklanjuti sampai ke proses rekrutmen.

Dimulai sejak awal tahun 2018, Techinlabs melewati tahun pertama dengan klaim capaian yang membanggakan. Di awal Maret ini mereka memiliki 6528 talenta IT dengan jumlah klien mencapai 70 lebih dengan sukses rasio mencapai 93%. Techinlabs juga berusaha mendapatkan lebih banyak talenta dengan aktif masuk ke komunitas-komunitas developer yang ada.

“Untuk mendapatkan talenta banyak dalam waktu sebentar, kami memulai dengan masuk ke dalam ekosistem/komunitas, aktivasi kampus, dan lewat Developer Talks, salah satu produk Techinlabs untuk mempertemukan developer expert dengan tech enthusiast, baik junior maupun senior, bisa belajar banyak dari developer, bisa live coding dengan developer expert juga,” imbuh Ardy.

Dari segi bisnis, di akhir tahun 2018 Techinlabs mendapat suntikan dana dari IDTalent, sebuah bisnis penyedia platform talent management. Ardy tidak menjelaskan angka pasti yang diterima Techinlabs, hanya saja tahun ini mereka tengah menyiapkan platform hiring process dan aktif menjaring lebih banyak talenta.

“Untuk tahun ini kami sedang mempersiapkan platform hiring process untuk mempermudah perusahaan mendapatkan talenta IT dengan cepat dan tepat dan kami berharap menjadi platform hiring terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, sehingga bisa membantu talenta yang butuh kerja dan membuat ekosistem terus maju. Untuk mencapai hal ini, Techinlabs juga menangani talenta lulusan SMA/SMK atau lulusan non-IT yang mempunyai skill di bidang IT bahkan melatihnya lagi agar lebih siap dan berkualitas untuk perusahaan yang membutuhkan talenta IT dengan adanya Codemy by Techinlabs yang segera kami rilis,” tutup Ardy.

HaloServis Ingin Jadi Marketplace Jasa Perbaikan Perangkat Elektronik Terbaik di Semarang

Berangkat dari permasalahan sulitnya menemukan tempat servis atau perbaikan perangkat elektronik seperti komputer, laptop, dan printer di Semarang empat orang pemuda mengembangkan HaloServis. Sebuah layanan online yang bisa menghubungkan pengguna dengan teknisi yang mumpuni untuk menyelesaikan masalah perangkat elektronik mereka. HaloServis juga menyediakan layanan antar jemput perangkat yang ingin diperbaiki.

Berkantor di gedung UKM lantai 2 UKM Riptek UNNES, HaloServis saat ini merintis bisnis di sebagai marketplace jasa perbaikan di Semarang. Didirikan oleh Oky Putra Pamungkas, Arindi Imanindi, Jahidin, dan Moh Minhajul Mubarok, mereka menyasar anak-anak muda usia produktif yang kesulitan menemukan tempat perbaikan yang mudah dan berkualitas.

“HaloServis ini adalah startup layanan jasa servis/perbaikan elektronik on demand, yang saat ini masih memfokuskan layanannya pada jasa servis laptop dan printer. HaloServis terbentuk melalui program pemerintah yaitu gerakan nasional 1000 startup digital yang oleh kominfo,” terang Co-Founder HaloServis Minhajul Mubarok.

Saat ini HaloServis memiliki dua fitur utama, yakni fitur konsultasi online mengenai masalah elektronik dan fitur perbaikan. HaloServis menyediakan fitur tracking untuk memudahkan pengguna memantau perkembangan perangkat mereka, termasuk menyediakan jasa antar jemput bagi mereka yang menghendakinya.

“Untuk jumlah pengguna sendiri saat ini kamu sudah ada 50 lebih pengguna yang menggunakan layanan kami, yang mana masih didominasi oleh layanan servis laptop daripada printer, hal ini mengingat tingginya jumlah pengguna laptop di usia produktif,” terang Minhajul.

Untuk model bisnisnya, HaloServis memosisikan diri sebagai layanan yang menghubungkan antara teknisi dan para pengguna yang membutuhkan jasa teknisi. HaloServis akan mendapatkan komisi 15% dari setiap transaksi perbaikan yang dilakukan oleh teknisi.

Secara konsep HaloServis mirip dengan Go-Fix dari Gojek dan menjadikan layanan servis iFixit sebagai role model. Mereka saat ini juga tengah mengembangkan panduan-panduan perbaikan untuk membantu para pengguna membantu memperbaiki sendiri perangkatnya.

“Untuk ke depannya HaloServis akan meningkatkan layanan konsultasi gratis dan artikel Service Guide untuk menarik dan membantu pengguna dalam mengatasi masalah elektronik mereka HaloServis juga akan menambah jumlah partnership dengan teknisi yang tersebar di berbagai titik supaya memudahkan dalam pick up point layanan,” lanjut Minhajul.

Tahun ini pihak HaloServis masih akan fokus pada peningkatan layanan dan memperluas jangkauan pasar. Mereka berusaha menjalin kerja sama dengan lebih banyak teknisi di Semarang demi mewujudkan cita-cita sebagai startup jasa perbaikan elektronik nomor satu di Semarang.

Platform Media Busana dan Gaya Hidup “The Shonet” Umumkan Pendanaan Awal dari Maloekoe Ventures

The Shonet (akronim dari “Shopping Network”) merupakan platform media sosial yang fokus pada konten busana, kecantikan, dan gaya hidup di Indonesia. Baru-baru ini startup tersebut mendapatkan pendanaan awal (seed funding) dari Maloekoe Ventures. Tidak disebutkan detail nilai pendanaan. Rencananya modal tambahan tersebut akan digunakan untuk meningkatkan teknologi, pemasaran, dan tim.

Melalui layanannya, The Shonet ingin menyatukan semua pihak yang terlibat dalam tren busana, mulai dari pakar, jurnalis, dan penikmat sehingga dapat saling berbagi dan menginspirasi. Merek atau pengusung busana pada akhirnya dapat turut menjual atau mengiklankan produknya melalui platform tersebut. Konten The Shonet saat ini juga sudah diintegrasikan dengan beberapa aplikasi, termasuk Grab Daily dan Line Today.

Startup ini didirikan oleh Elisabeth Kurniawan bersama dengan Erick Soedjasa dan beberapa pakar lain di dunia media. Elisabeth sendiri sebelumnya bekerja untuk beberapa merek busana internasional seperti Cartier, Van Cleef & Arpels, dan Saint Laurent. Ia juga menjadi salah satu sosok pendiri portal Popbela.com, media khusus perempuan di jaringan IDN Media.

Selain itu The Shonet juga diperkuat jajaran direksi, termasuk Bing Chen mantan Global Head of Creator Development & Management YouTube, yang akan membantu merancang dan memberi arahan berkaitan dengan pengembangan ekosistem influencer di platform.

“Bersama The Shonet kita akan mendefinisikan kembali kultur masa depan dan komersialisasi busana, kecantikan, dan gaya hidup di wilayah Asia Tenggara,” ujar Elisabeth yang juga menjabat sebagai CEO.

Mengenai pendanaan yang diberikan, Managing Partner Maloekoe Ventures Andrien Gheur mengatakan, The Shonet menghadirkan platform unik yang dapat memberdayakan influencer dan konsumen penggemar dunia busana, sembari memungkinkan merek dan pengiklan untuk mencapai target pasar secara spesifik. Platform ini juga didesain untuk mengakomodasi kebutuhan milenial dan gen Z dalam menemukan informasi berkaitan dengan tren busana.

Indonesia saat ini diperkirakan memiliki 43 pengguna internet aktif dari kalangan milenial dan gen Z. Demografi pengguna tersebut diprediksi akan menghasilkan pendapatan dari pembelian online hingga $16,5 miliar di tahun 2021 mendatang. Kategori utama yang paling diminati ialah terkait busana dan gaya hidup. Peluang tersebut yang ingin digali lebih dalam oleh The Shonet.

DanaLaut Hadirkan Layanan P2P Lending Khusus Sektor Kelautan

DanaLaut menyajikan layanan p2p lending untuk sektor kelautan, dimulai dengan memfasilitasi permodalan untuk sektor usaha bahari di Indonesia bagian timur. Sejak 8 Juni 2018 lalu, DanaLaut sudah terdaftar dan diawasi operasionalnya oleh OJK.

Penilaian kredit (credit scoring) dipadukan dengan kearifan lokal, sehingga memberikan jaminan lebih kepada masyarakat yang ingin menginvestasikan dananya. Sistem bagi hasil diterapkan, peminjam tidak dibebankan bunga, sementara pendana tetap mendapatkan hasil dengan persentase menarik.

“DanaLaut saat ini beroperasi dengan mengenakan marketplace fee pada setiap pendanaan — kepada pendana dan peminjam, masing-masing 3% seperti yang tertera dalam fact sheet. Saat ini Danalaut sudah mendapatkan dukungan dari beberapa angel investor,” jelas Head of Marketing Communication DanaLaut Assed Lussak.

Sepanjang tahun 2018, DanaLaut mengklaim telah menyalurkan pendanaan senilai lebih dari 1 miliar Rupiah, dengan fokus awal penyaluran di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Beberapa pengusaha laut daerah di sekitarnya juga sudah mulai mendapatkan penyaluran dana, meliputi wilayah Evu, Letuvuan, Satean, Hoat, dan Faan.

Rata-rata nelayan/petani/pedagang mendapatkan pinjaman 10-20 juta Rupiah. Sementara unit usaha yang meminjam rata-rata mengajukan 100-300 juta Rupiah. Pencapaian tersebut membuat tim optimis untuk mengembangkan sektor kelautan melalui jalur inklusi keuangan.

Menurut tim DanaLaut, ada tiga tantangan utama untuk mengembangkan sektor kelautan di sini. Pertama ialah soal harga yang cenderung tidak stabil. Lalu yang kedua adalah akses permodalan dan penjualan yang sulit bagi para pengusaha kecil. Dan yang ketiga rantai pasokan yang masih panjang.

Startup yang didirikan Niko Ariansyah (CEO) dan Ilham F. Novtenli (COO) tersebut mencoba menyelesaikan salah satu permasalahan utama di atas, yakni terkait akses permodalan.

Tim lapangan untuk kelancaran usaha

DanaLaut
Niko Ariansyah (CEO) & Field Manager DanaLaut di tempat budidaya rumput laut / DanaLaut

Hal yang menarik dari DanaLaut, dalam penyaluran modal kepada para nelayan/petani/pedagang, mereka turut menyertai dengan edukasi peningkatan produktivitas melalui tim pendamping lapangan.

“DanaLaut memiliki tim lapangan yang bertugas mendampingi peminjam. Tim lapangan tersebut secara rutin mengadakan diskusi dengan para peminjam terkait teknis perkembangan budidayanya, manajemen keuangan, dan pengelolaan. Mitigasi risiko kredit dilakukan dengan memperhatikan masa tanam/panen. Sehingga pemberian kredit dilakukan di waktu yang tepat,” lanjut Assed.

Disampaikan juga, selain membantu mengelola budidaya dan keuangan, tim lapangan DanaLaut juga siap membantu mencarikan pasar. Karena DanaLaut juga menggenggam misi sosial untuk turut mengembangkan dan mengakselerasi ekonomi kelautan di Indonesia.

“Tahun 2019 DanaLaut memiliki target penyaluran pembiayaan hingga 50 miliar rupiah ke lima sektor kelautan, yakni pertanian garam, budidaya rumput laut, usaha turunan produk laut, tambak, dan pusat pengolahan hasil laut. Setidaknya akan ada 150 proyek pendanaan yang akan dikerjakan sepanjang tahun 2019”, tutup Assed.

Imajin Develops “3D Marketplace” Online Platform

Imajin, a company engaged in B2B manufacturing (business to business), decided to develop Imajin.id online platform. It has a marketplace concept that connects some requirements in the 3D field.

Imajin will be a portal for 3D designers to show their artwork for share or sale. When the design continue to the production, Imajin team will facilitate due to partnership with 3D Printing vendor.

Imajin has a vision to develop the manufacturing world into the B2C (business to customer) sector by introducing 3D printing technology. This company founded by three people, Chendy Jaya, Joselin Olivia, and Stefanus Hodir.

Imajin has been operating more than 4 years in manufacturing sector B2B, but started to enter B2C in early 2018, making Imajin.id online platform. We’ve been operating in Jabodetabek, Bandung, and Surabaya,” Jaya said.

He also explained that Imajin marketplace was created to help anyone produce their dream products. He gave an example, if anyone has the desire to create a different phone case from others, Imajin can help, from the design to the large production. Imajin expertise should be useful for broaden network of customers.

In his observation, the current 3D technology is very common in the manufacturing world, starts from 3D design, 3D Scanning, Reverse Engineering, 3D Printing, CNC Manufacture, to the 3D Metal. To date, Imajin has made some products using 3D design, from automotive, furniture, souvenir to accessories. The methods are different according to user demand.

Regarding features on Imajin marketplace, users can directly view the 3D product models or design through 3D view. In order to produce 3D printing, users can directly upload designs, choose materials, and get the price. The 3D view feature is expected to provide a different experience that is not found in any other marketplace.

To date, Imajin has nearly 1000 users with 145 3D designers, five 3D printing partners, and 17 CNC machine partners. This year, the company plans for several innovations, including to open the Imajin center as the first 3D Printing Experience Center in Indonesia, to be located in BSD, and trying to make further penetration to B2C segment and education.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Imajin Kembangkan Platform Online “3D Marketplace”

Imajin, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur B2B (business to business), memutuskan untuk mengembangkan platform online Imajin.id. Platform ini mengusung konsep marketplace yang mempertemukan beberapa kebutuhan di bidang 3D.

Imajin akan menjadi portal bagi para Desainer 3D menunjukkan hasil karya mereka untuk dibagikan atau dijual. Jika desain tersebut dilanjutkan ke tahap produksi, pihak Imajin memberikan kemudahan karena memiliki mitra 3D Printing.

Imajin sendiri memiliki visi mengembangkan dunia manufaktur ke sektor B2C (business to customer) dengan memperkenalkan teknologi 3D printing. Perusahaan ini didirikan oleh tiga orang founder, yaitu Chendy Jaya, Joselin Olivia, dan Stefanus Hodir.

Imajin sudah berjalan lebih dari 4 tahun di bidang manufaktur B2B, namun mulai bergerak di B2C pada awal 2018, membuat platform online Imajin.id. Kami sudah beroperasi di Jabotabek, Bandung, Surabaya,” terang Chendy.

Chendy menjelaskan bahwa marketplace Imajin diciptakan untuk bisa membantu siapapun memproduksi barang yang mereka impikan. Ia mencontohkan, apabila ada yang memiliki keinginan menciptakan case ponsel yang berbeda dengan yang lain, Imajin bisa membantu, mulai dari sisi desain hingga produksi besar. Keahlian Imajin diharapkan bisa dinikmati pelanggan yang lebih luas.

Menurutnya, saat ini teknologi 3D sudah sangat umum dilakukan pada dunia manufaktur, mulai dari 3D Design, 3D Scanning, Reverse Engineering, 3D Printing, CNC Manufacture, bahkan sampai ke 3D Metal. Sejauh ini Imajin sudah menghasilkan beberapa hal menggunakan 3D Design, mulai dari otomotif, furnitur, sovenir hingga perhiasan. Metode yang digunakan berbeda-beda dengan keperluan pengguna.

Mengenai fitur di marketplace Imajin, pengguna dapat dengan langsung melihat model atau desain produk 3D melalui 3D View.  Jika ingin memproduksi 3D printing, pengguna dapat langsung melakukan upload desain, memilih material, dan kemudian mendapatkan harga yang sesuai. Fitur 3D View diharapkan memberikan pengalaman yang berbeda yang tidak ditemui di marketplace lain.

Sejauh ini, Imajin telah memiliki hampir 1000 pengguna dengan 145 3D designer, lima 3D printing partner, dan 17 CNC machine partner. Tahun ini perusahaan merencanakan beberapa inovasi, termasuk membuka Imajin Center sebagai 3D Printing Experience Center pertama di Indonesia, yang akan berlokasi di BSD, dan mencoba melakukan penetrasi lebih jauh ke segmen B2C dan pendidikan.