PakarHero Jadi Marketplace Konsultasi Online untuk Berbagai Bidang

Popularitas penggunaan search engine menginspirasi pengembangan sebuah startup lokal. Bernama PakarHero, startup tersebut mencoba menghadirkan platform marketplace yang didesain khusus untuk memudahkan masyarakat mencari dan menawarkan jasa konsultasi profesional di beragam bidang. Jasa yang ditawarkan mulai dari bidang pendidikan, finansial, teknologi, hingga perjalanan.

PakarHero sengaja mendesain sistemnya untuk bisa berkembang dengan beragam kategori yang menyesuaikan kebutuhan pengguna. Target pasar PakarHero cukup luas, yakni mereka yang membutuhkan informasi, konsultasi, dan jawaban permasalahan-permasalahan yang membutuhkan saran dari profesional dengan cara yang mudah dan cepat.

Digawangi oleh Dony Ang dan Minanto Angkawijaya, PakarHero mulai diluncurkan pertengahan September 2018 dengan jumlah pakar 25 orang profesional dengan bidang keahlian masing-masing.

“Kami melihat potensi di sini cukup besar, ini terlihat ada beberapa layanan konsultasi dengan bidang spesifik yang muncul, hanya saja banyak orang yang maunya lebih praktis daripada mengingat dan/atau meng-install masing-masing layanan tersebut,” terang Director of Program dan Product Management Radicallabsinc (perusahaan pengembang PakarHero), Ju Ming.

Untuk model bisnis, jasa konsultasi yang ditawarkan melalui PakarHero akan dikenakan biaya. Setiap pakar berhak menentukan tarifnya sendiri namun akan ada potongan 10% untuk setiap transaksi yang dilakukan di sistem.

Hal yang harus dilakukan pengguna untuk bisa mengakses menu konsultasi adalah dengan melengkapi tahap pendaftaran, kemudian mengirimkan pesan atau pertanyaan kepada pakar yang dipilih.

Setelah mendapat konfirmasi bahwa pakar bisa menjawab pertanyaan tersebut, pengguna akan mendapatkan tautan untuk bisa menyelesaikan pembayaran baik menggunakan kartu kredit atau pun Paypal untuk tarif yang dipatok dengan USD. Baru setelah pembayaran dikonfirmasi pengguna bisa terhubung langsung dengan pakar melalui media chat.

Untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat, para pakar di PakarHero akan dinilai juga kinerjanya oleh pengguna melalui sistem rating.

“Target kami ke depan tentunya dengan menambahkan jumlah bidang dan pakar sehingga customer bisa lebih mudah mencari dan memilih pakar. Selain itu juga membuat PakarHero menjadi platform konsultasi all in one yang mudah diingat penggunanya,” imbuh Ming Ju.

Kini untuk menyempurnakan petualangan di industri marketplace konsultasi, PakarHero akan menyiapkan beberapa inovasi untuk memudahkan pengguna dan meningkatkan kualitas layanannya. Beberapa di antaranya yang tengah disiapkan adalah peluncuran aplikasi berbasis Android dan akan menambahkan fitur voice chat dan video chat sehingga lebih memudahkan dalam berkonsultasi.

Warph Berharap Bisa Gantikan Peran Path yang Sudah Ditutup

Path resmi mundur dari kancah persaingan media sosial. Namun kepergian Path justru dilihat sebagai peluang oleh Abdur Rabbi Arrasul Sayaf. Pria yang akrab di sapa Aif tersebut berinisiatif mengembangkan Warph, aplikasi media sosial yang didesain mirip dengan Path. Sebelumnya ia pernah mengembangkan Cupslice, sebuah aplikasi fotografi.

“Sejak mengembangkan Cupslice sebenarnya ide awal kita sudah mengarah ke media sosial. Ingin membuat media sosial yang bisa bersaing dengan pemain lokal maupun global. Path sudah resmi meninggalkan pasar, cukup banyak user yang merasa kehilangan, kita melihat ini sebagai peluang. Kita ingin user tidak merasa asing dengan aplikasi Warph, makanya dibuat secara user experience mirip dengan Path,” terang Aif.

Dari segi tampilan, Warph didesain menyerupai Path, lengkap dengan dominasi warna merah di aplikasinya. Warph pun dilengkapi dengan fitur-fitur standar khas aplikasi media sosial, mulai dari lini masa postingan teman, menu pencarian, dan lain-lain.

Keputusan Aif mengembangkan aplikasi yang berperan sebagai substitusi Path di pasar bukan tanpa alasan. Ia dan tim sudah melakukan survei, hasilnya banyak masyarakat yang masih menginginkan media sosial yang bersifat personal dan hanya mencakup lingkaran pertemanan terdekat.

“Setelah kita lakukan beberapa survei dan riset hasilnya sebagian besar masyarakat masih menginginkan media sosial yang bersifat lebih personal dan hanya berbagi dengan circle terdekatnya. Selain itu social media besar yang sudah ada sekarang lebih condong ke arah media, dengan didominasi konten citizen journalism dan sedikit demi sedikit konsep social-nya mulai terkikis. Sehingga saya yakin Warph akan menjadi eksklusif,” jelas Aif.

Warph masih berada di tahap awal. Fitur-fiturnya belum sebanyak Path versi terakhir. Saat ini Warph masih di dalam tahap beta, rencananya akan diluncurkan secara resmi pada akhir tahun berbarengan dengan peluncuran aplikasi iOS mereka.

Application Information Will Show Up Here

LapakTrip Ingin Bantu Agen Perjalanan Konvensional Adopsi Teknologi

Semakin maraknya dinamika layanan OTA di Indonesia membuat perusahaan travel agent mulai kesulitan untuk bersaing, khususnya karena keterbatasan penerapan teknologi. Melihat permasalahan tersebut, LapakTrip hadir menawarkan solusi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan travel agent saat ini.

“Ide situs LapakTrip sendiri berawal dari melihat semakin tergerusnya bisnis agen travel konvensional yang tidak dapat bersaing di era digital ini dengan menjamurnya Online Travel Agents (OTA), serta ketidakpahaman mengenai teknologi ataupun tidak mempunyai dana marketing yang mumpuni untuk dapat bersaing dengan para raksasa,” kata Senior Business Development Manager LapakTrip Hendry Prianto kepada DailySocial.

Cara kerja LapakTrip

Dengan menjadi mitra, para agen travel konvensional berkesempatan menjual produk-produk perjalanan yang mereka miliki secara online di situs LapakTrip. Produk ini kemudian didistribusikan kembali ke pihak ketiga. Saat ini ada tiga partner besar yang akan menjadi saluran distribusi produk-produk LapakTrip. Dua perusahaan berbasis di Indonesia dan satu perusahaan di Taipei.

“Saat ini belum dapat kami berikan detailnya karena masih dalam tahap review perjanjian komersial kedua belah pihak,” kata Hendry.

Untuk memudahkan mitra atau supplier LapakTrip mengakses platform, mereka dapat menggunakan beberapa fitur unggulan. Contoh fitur yang tersedia adalah Widget yang dapat dipasang di berbagai situs.

Kemudian tersedia WebApps Builder. Masih dalam tahap pengembangan, nantinya para mitra LapakTrip dapat memiliki situs sendiri atau aplikasi mobile dengan domain mereka sendiri. Transaksi akan di-handle payment gateway milik LapakTrip.

“Komisi yang kami ambil dari mitra LapakTrip adalah di rentang 12%-18% dari setiap transaksi. Begitu WebApps Builder kami selesai, kami akan berlakukan model SaaS (software-as-a-service). Untuk angkanya masih belum final saat ini,” kata Hendry.

Target LapakTrip

Saat ini LapakTrip telah memiliki 60 mitra aktif. Perusahaan sendiri baru live bulan Juni 2018 lalu. Per bulan jumlah pengguna aktif baru mencapai sekitar 3 ribu pengguna di bulan September 2018.

“Sekarang ini sedang kami perkuat partnership dengan pihak ketiga, seperti BliBli, GO-JEK, AirAsia Big Points, dan lainnya supaya dapat memperkuat posisi branding dari LapakTrip sendiri,” kata Hendry.

Meskipun masih belia, LapakTrip sudah memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, termasuk akuisisi lebih banyak mitra yang akan berpengaruh pada jumlah produk dan destinasi. Destinasi utama yang menjadi fokus adalah seluruh destinasi wisata di Indonesia dan di negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.

“Hal ini dilakukan karena tidak bisa kita pungkiri bahwa behavior dari pasar domestik sendiri kalau liburan mungkin masih memilih ke luar negeri,” kata Hendry.

Target lain yang ingin dicapai adalah memperluas kemitraan dengan layanan e-commerce dan bank.

“Selain WebApps Builder, kami juga sedang mempersiapkan satu fitur untuk sisi pelanggan yang bernama TripSaving. Nantinya fitur ini dapat membantu terutama kalangan millenial untuk membantu dan mempersiapkan finansial mereka supaya bisa merencanakan liburan impian mereka,” kata Hendry.

ReCharge Sediakan Solusi Penyewaan Power Bank Berbasis Aplikasi

ReCharge, perusahaan teknologi berbasis IoT, mengumumkan kehadirannya di Indonesia dengan solusi perdananya sebagai penyedia layanan sewa power bank berbasis aplikasi. Ke depannya, akan banyak solusi berbasis IoT yang disiapkan untuk mempermudah kebutuhan sehari-hari.

“Sementara ini kami baru sediakan solusi penyewaan power bank. Namun karena kami ini perusahaan IoT, maka visi ke depannya kami mau hadirkan solusi lewat IoT yang bisa membuat kehidupan sehari-hari jadi lebih simpel,” ucap Co-Founder & CEO ReCharge, Dick Listijono, Selasa (23/10).

ReCharge memiliki model bisnis sewa power bank yang tersedia di lebih dari 200 ReCharge Station (mesin tempat menyewa power bank) di lebih dari 100 lokasi strategis di Jabodetabek. Pengguna dapat menyewa power bank dengan mengambil dari salah satu station tersedia dan mengembalikannya di station lain dalam kurun waktu 1 x 24 jam.

Fleksibilitas ini, menurut Dick, turut mendukung gerak pengguna yang kerap kali berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengguna bisa menemukan station di pusat perbelanjaan, perkantoran, restoran, sekolah, balai pertemuan, dan tempat hiburan. Beberapa di antaranya ada di Pacific Place, Pondok Indah Mall, fX Sudirman, Mal Kelapa Gading, dan lainnya.

Ada tiga jenis mesin ReCharge Station, dari mulai yang kecil, sedang, sampai terbesar dengan kapasitas slot 30 power bank. Untuk menyewa, pengguna cukup mengunduh aplikasi ReCharge.

Dari aplikasi tersebut pengguna bisa mengetahui lokasi station terdekat dan bisa langsung menyewanya dengan top up saldo baik secara tunai atau non tunai. Biaya yang dikenakan untuk satu kali menyewa sebesar Rp10 ribu.

Setelah saldo terisi, pengguna dapat memindai QR code pada layar station, memilih tipe kabel sesuai kebutuhan (Lightning, Android, atau USB Type C). Setelahnya power bank akan otomatis keluar dari station dan siap digunakan.

Top up saldo dapat dilakukan lewat berbagai penyedia layanan pembayaran, seperti Go-Pay, OVO, Tcash, BCA Virtual Account, dan transfer bank. Disediakan pula tim ReCharge yang ditempatkan di tiap station untuk pengisian saldo secara offline.

“Tidak hanya untuk charging smartphone saja, power bank bisa dipakai untuk charge berbagai device yang mendukung USB seperti kamera. Sehingga pemanfaatan power bank ini cukup luas.”

Solusi power bank yang luas ini, menurutnya, membuat perusahaan yakin dapat menarik banyak pengguna, kendati tengah berkembang solusi wireless charging yang kian dilirik oleh berbagai vendor smartphone.

Pasalnya, wireless charging itu sama halnya dengan men-charge dari kabel, tidak bisa dilakukan di mana saja. Sehingga harus tetap berada dalam satu ruangan.

Kembangkan power bank sendiri

GM Commercial & Business Development ReCharge, Soni Dharmawan, menambahkan perusahaan mendesain sendiri power bank yang mereka rilis. Hanya saja untuk sementara pembuatannya masih dilakukan oleh vendor pabrikan di luar negeri. Salah satunya ada di negara Tiongkok.

Dia membuka kemungkinan seluruh proses akan dilakukan di dalam negeri apabila volume bisnis ReCharge sudah makin besar ke depannya. Meski tidak diungkapkan, kapan rencana tersebut bisa terealisasi.

Power bank ReCharge berkapasitas 4.000 mAh dan dilengkapi dengan fast charging technology. Cukup mengisi daya smartphone hingga dua kali sampai penuh berdasarkan kapasitas rata-rata yang tersedia di pasar. Dari segi ukuran, power bank berukuran 135x76x16mm dan berbobot ringan.

Power bank didesain tidak mudah rusak apabila jatuh secara tidak sengaja. Tidak bisa di-charging dari kabel sendiri, hanya bisa dilakukan di ReCharge Station saja. Sebab power bank tidak memiliki kabel, melainkan chip yang bisa menghantarkan daya listrik dari station ke perangkat tersebut.

Alhasil, apabila pengguna memiliki niat tidak baik, mereka tidak akan bisa menggunakan kembali power bank sampai habis. Jika power bank hilang, pengguna akan dikenakan biaya penalti sebesar Rp100 ribu. Sebab perusahaan membuat ketentuan, setiap akun hanya bisa menyewa satu power bank dalam satu waktu saja.

“Baru nanti setelah biaya penalti dibayarkan, pengguna baru bisa menyewa lagi karena sudah mengubah statusnya di sistem ReCharge.”

Rencana bisnis

Pendapatan bisnis ReCharge untuk saat ini masih berasal dari bisnis penyewaan power bank. Antara ReCharge dengan para partner dalam menyediakan ReCharge Station tidak ada pembagian komisi atau sejenisnya diantara kedua belah pihak.

Perwakilan dari Pacific Place menuturkan ReCharge merupakan nilai tambah yang diberikan untuk para pengunjung dengan penunjang inovasi teknologi terkini. ReCharge memberikan nilai tambah buat para mitra dengan menyediakan direktori mal yang dapat diakses lewat layar LCD di station.

Ke depannya, akan ada banyak inovasi dari ReCharge untuk para mitranya. Bisa untuk order menu, cetak karcis bioskop, atau sebagainya. Perusahaan juga menyediakan layanan iklan untuk pihak ketiga di layar LCD, mesin ReCharge Station, perangkat power bank, dan dalam aplikasi itu sendiri.

“Kehadiran ReCharge Station di berbagai lokasi akan disesuaikan dengan kebutuhan para partner, nanti kami yang sediakan untuk mereka sebagai bentuk layanan kepada penggunanya,” tambah Soni.

Co-Founder ReCharge, Indra Wiralaksmana, menambahkan ReCharge berencana untuk mulai ekspansi ke luar Jabodetabek mulai tahun depan. Paling tidak sampai akhir tahun ini pihaknya ingin tumbuh dua kali lipat untuk ketersediaan ReCharge Station.

Pada bulan depan, ReCharge akan hadir di berbagai lokasi seperti rumah sakit, bandara, stasiun kereta, dan acara yang padat pengunjung seperti pameran, seminar, dan konser. Sejak beroperasi pada Maret 2018 hingga kini, pengguna ReCharge diklaim telah lebih dari 50 ribu orang.

Ekspansi yang bakal lebih agresif ini, menurut Indra, juga bakal ditunjang oleh pendanaan yang cukup. Rencananya perusahaan akan mulai penggalangan dana seri A pada tahun depan. Adapun saat ini, ReCharge telah memperoleh pendanaan dari sejumlah angel investor yang tidak disebutkan identitasnya.

“Kami akan mulai penggalangan dana seri A pada tahun depan untuk menunjang rencana bisnis kami yang akan lebih agresif,” tutup Indra.

Application Information Will Show Up Here

Panggilin Ramaikan Persaingan Layanan Jasa On-Demand

Melihat pertumbuhan pangsa pasar layanan on-demand yang mengesankan membuat Fido Tria Brahma dan Lima Nady mencoba keberuntungan di lanskap tersebut. Melalui startupnya, mereka mengembangkan aplikasi “Panggilin”. Konsep yang diusung ialah memanfaatkan sistem berbasis lokasi (GPS) untuk menghubungkan penyedia jasa dengan masyarakat yang membutuhkan.

Aplikasi Panggilin baru diluncurkan pada 17 Oktober lalu. Melalui aplikasi tersebut, pengguna dapat melihat berbagai daftar jasa yang disaring berdasarkan lokasi terdekat. Sekilas apa yang dilakukan Panggilin sebenarnya mirip dengan startup-startup yang ada sebelumnya, misalnya Seekmi, Ahlijasa, atau Yoofix.

Panggilin memulai debut dengan menyajikan jasa yang dibutuhkan sehari-hari seperti laundry dan tukang. Sementara ini tidak ada batasan khusus untuk jenis jasa yang bisa ditawarkan di Panggilin. Hal yang coba dilakukan Panggilin sebagai penengah antara konsumen dan penyedia jasa ialah memastikan transaksi dapat lebih aman dan transparan.

“Kami melihat adanya spektrum pasar yang unik dan belum tersentuh oleh pemain di pasar on-demand lain. Jika pelanggan ingin mencari laundry, mereka mungkin bisa mencari di aplikasi pencarian laundry. Jika pelanggan membutuhkan cleaning services, perawatan AC, desain, dan lainnya pun sama. Namun jika pelanggan punya kebutuhan unik seperti menitipkan salam ke gebetannya, bantu packing barang untuk pindahan, dan kebutuhan unik lainnya, tanpa disadari sangat banyak ditemui. Jadi, untuk menjawab kebutuhan tersebut Panggilin hadir,” ujar Fido.

Sejauh ini sudah ada lebih dari 300 pengguna terdaftar dengan jumlah mitra penyedia jasa sebanyak 60 unit. Di awal kemunculannya Panggilin masih ingin berfokus pada kampanye dan promosi di kawasan Jabodetabek. Mereka juga terus berupaya memperbaiki kualitas layanan dan aplikasi mobile. Saat ini untuk versi iOS tengah dalam perkembangan dan akan segera meluncur.

Dengan banyaknya kemungkinan jasa yang bisa terdaftar, Panggilin juga membentuk tim kurator untuk menyeleksi setiap jasa yang dimasukkan ke sistem. Termasuk memastikan keamanan dengan identitas mitra yang valid.

Untuk model bisnisnya, mitra dibebaskan untuk mengatur sendiri harga layanannya, hanya saja mitra akan diminta membeli token. Fungsi token sebagai indikator bahwa mitra tersebut aktif dan siap mengambil pesanan di aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Cilsy Kembangkan Platform Marketplace Konten Belajar Teknologi

Tidak sedikit orang yang memulai bisnis berdasarkan hobi atau pengalamannya. Hal ini juga yang dilakukan Rizal Rahman bersama beberapa rekannya. Memiliki latar belakang pendidikan teknologi dan jaringan, ditambah pengalaman yang kurang menyenangkan terkait sulitnya mencari materi belajar, membuat mereka memutuskan mengembangkan Clisy.

Rizal menyebut Cilsy sebagai marketplace yang berisi tutorial seputar teknologi. Layanan tersebut menargetkan dua pengguna potensial, (1) para profesional atau praktisi yang menjual konten tutorial dan (2) siapa saja yang membutuhkan materi belajar.

Untuk menjaga kualitas materi, Rizal dan tim terlebih dulu menyusun kurikulum. Selain bahasa penyampaian juga dikelola sebaik mungkin dalam proses kurasi agar mudah dipahami pengguna.

“Bagi instruktur jauh lebih menguntungkan mengajar di Cilsy dibanding menjadi blogger atau vlogger di Youtube. Selain mereka memiliki kesempatan berbagi skill kepada ribuan murid, di Cilsy mereka akan mendapat bagi hasil penjualan tutorial secara pasti tanpa perlu harus pusing melakukan marketing, SEO, mencari viewers dan lain-lain,” jelas Rizal.

Mulai diperkenalkan pada April tahun 2017, Cilsy mengklaim sudah memiliki lebih dari 3000 pengguna. Adapun beberapa konten materi yang sudah ada meliputi jaringan komputer, sistem server, hingga devops. Untuk ke depannya Rizal juga merencanakan akan menambah konten-konten di Cilsy meliputi materi IoT, data science, dan pemrograman.

“Saya dulu lulusan SMK TKJ, seharusnya bisa menjadi praktisi di bidang IT. Namun kenyataannya banyak teman-teman sekelas dan sejurusan saya malah berujung menjadi buruh pabrik. Mereka bisa begitu karena selama masa belajar di sekolah sangat sulit mendapat materi-materi yang berkualitas dan mudah dipahami,” ujar Rizal menceritakan alasan dirinya mengembangkan Cilsy.

Bereksperimen dengan Kuasai.id

Memiliki visi untuk menjadi marketplace IT Tutorial terbesar pertama di Indonesia fokus Cilsy saat ini adalah terus memproduksi konten berkualitas untuk mencetak lulusan-lulusan terbaik. Salah satu usaha mewujudkan hal tersebut tim bereksperimen dengan menghadirkan Kuasai.id. Bagian dari Cilsy yang memungkinkan pengguna bertatap muka dengan instruktur secara live memanfaatkan video call.

“Karena selama berjalannya Cilsy kita menemukan dua behavior pengguna, yaitu yang ingin bisa belajar fleksibel dan yang ingin live tatap muka dengan instruktur,” terang Rizal.

Selanjutnya startup asal Bandung ini akan terus berusaha untuk memperbanyak kerja sama dengan instruktur kenamaan dari kalangan profesional dan industri. Ia menargetkan untuk bisa mempunyai 200 instruktur berkualitas tahun ini.

“Targetnya kami bisa mempunyai 200 instruktur dan merambah kategori data science, IoT, dan programming. Lebih memperkaya pilihan tutorial dan lebih banyak menjangkau user,” tutup Rizal.

NaoBun Project Receives Seed Funding From DNC

NaoBun Project, an intellectual property management agency, announced it has received seed funding from Discovery Nusantara Capital (DNC). Funding will be used to collaborate with many creators and develop derivative product lines of their business.

Naobun Project was founded by Bonni Rambatan and Naomi Saddhadhika in May 2016. Its mission is to spread positive messages such as diversity, tolerance and gender equity through pop-culture products. Currently, Naobun Project manages almost forty intellectual property and represents more than twenty creators all around Indonesia and abroad.

“NaoBun Project held a very strong business vision and social mission. We expect this investment will not only create a stronger ecosystem of Indonesia’s creative industry but also help to spread positive messages to the community, especially the younger generation of comic strips, films, music, video games and various other media,” Irene Umar, DNC’s Managing Director, said.

Since the beginning, Naobun Project has collaborated with creators having the same mission. As the manager of the intellectual property, Naobun Project attempt to make a contribution in making Indonesia’s creative industry ecosystem stronger. It’s because of many creative industry players forgot the management aspects. such as legal protection and derivative product planning. In fact, those two ensure the fulfillment of creator’s rights and capable to maintain its products.

Naobun Project, with this funding, has planned collaborations with more creators, acquire new intellectual property, develop derivative products of their business, and explore various creative media such as game and VR (virtual reality). Naobun Project also plans to expand partnership network in academic scope with schools in all over Indonesia.

“We’ll prove the social mission will not limit our work’s appeal. On the contrary, in the current social status, we do believe the positive message we convey is what Indonesia’s people needed right now,” Bonni Rambatan, Naobun Project’s CEO, explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

NaoBun Project Terima Pendanaan Tahap Awal Dari DNC

NaoBun Project, sebuah agensi manajemen kekayaan intelektual, mengumumkan telah menerima pendanaan tahap awal dari Discovery Nusantara Capital (DNC). Pendanaan kali ini akan digunakan untuk menjalin kerja sama dengan banyak kreator dan mengembangkan lini produk turunan dari karya yang mereka kelola.

Naobun Project didirikan oleh Bonni Rambatan dan Naomi Saddhadhika pada Mei 2016. Memiliki misi menyebarkan pesan positif seperti keberagaman, toleransi dan kesetaraan gender melalui produk budaya populer. Saat ini Naobun Project mengelola hampir empat puluh kekayaan intelektual dan mewakili lebih dari dua puluh kreator di seluruh Indonesia maupun mancanegara.

“NaoBun Project memiliki visi bisnis sekaligus misi sosial yang sangat kuat. Kami berharap bahwa dengan investasi ini, kami bukan hanya memperkuat ekosistem industri kreatif Indonesia namun juga membantu menyebarluaskan pesan positif kepada masyarakat, khususnya generasi muda lewak komik, film, musik, video game dan berbagai media lainnya,” terang Managing Director DNC Irene Umar.

Sejak awal Naobun Project sudah menggandeng kreator yang memiliki misi yang sama. Sebagai pengelola kekayaan intelektual Naobun Project mencoba berkontribusi dalam memperkuat ekonomi industri kreatif Indonesia. Hal ini karena masih banyak pelaku industri kreatif yang melupakan aspek-aspek pengelolaan kekayaan intelektual seperti perlindungan hukum dan perencanaan produk turunan. Padahal dua hal tersebut memastikan terpenuhinya hak kreator dan dapat memelihara daya tarik karya.

Dengan pendanaan tahap awal ini, Naobun Project telah merencanakan kerja sama dengan lebih banyak kreator, mengakuisisi kekayaan intelektual baru, mengembangkan produk turunan dari karya yang dikelola dan mengeksplorasi berbagai media kreatif seperti game dan VR (virtual reality). Naobun Project juga berencana memperluas jaringan kerja sama di bidang pendidikan dengan sekolah-sekolah seluruh Indonesia.

“Kami akan membuktikan bahwa misi sosial tidak membuat karya yang kami kelola memiliki daya tarik terbatas. Justru sebaliknya, dalam situasi sosial saat ini kami percaya bahwa pesan positif yangkami sampaikan sedang amat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia,” terang CEO Naobun Project Bonni Rambatan.

Misi Founda Hadirkan “Kelas Pelatihan” untuk Calon Entrepreneur Muda

Perkembangan industri bisnis saat ini yang mulai didominasi kalangan milenial menjadi salah satu alasan mengapa FOUNDA didirikan. Kepada DailySocial, Founder FOUNDA Albert Palit mengungkapkan, dengan membuat suatu wadah yang bisa dimanfaatkan talenta muda belajar langsung dari pakarnya, hal ini diharapkan bisa menambah lebih banyak entrepreneur baru dari kalangan milenial.

Bersama dengan Christian Marpaung (Co-Founder) dan Vito Waris (Business Development Director), FOUNDA ingin meningkatkan kemampuan dan wawasan calon entrepreneur muda melalui kelas dan pelatihan.

“Misi kami memberikan ruang lebih kepada para kalangan millenial dalam menginspirasi orang melalui pesan yang ingin mereka sampaikan. Tidak hanya menginspirasi tetapi FOUNDA juga akan mengedukasi mereka dalam cara berbisnis,” kata Albert.

Jalin kemitraan strategis dengan partner

Melalui “Founda Day of Innovation”, FOUNDA mengajak para influencer, offline
influencer, community leader, dan inspirator mudah untuk bergabung sebagai partner Founda. Nantinya mereka bisa berbagi pengalaman dan wawasan kepada calon entrepreneur muda dengan memberikan coaching clinics / kelas untuk soft skill dan hard skill yang diharapkan bermanfaat untuk FOUNDA partner serta komunitas mereka.

Melihat banyaknya potensi anak muda yang ingin memiliki bisnis sendiri, FOUNDA menawarkan wadah untuk membuat bisnis tersebut ke dalam bentuk produk, mulai dari desain, produksi hingga pengiriman ke customer.

Salah satu fokus Founda adalah pemanfaatan media sosial dan bagaimana platform tersebut bisa membantu talenta muda mengembangkan bisnis. Melihat perkembangan ini, FOUNDA ingin memberikan inovasi lebih yang dapat meningkatkan aktualisasi para influencer, offline influencer, dan community leader.

Saat ini FOUNDA telah memiliki 15 partner dan masih mengembangkan bisnis secara bootstrap. Sebagai School of Founders untuk menghasilkan para entrepreneur yang kompeten, FOUNDA ingin menjadi platform yang dimanfaatkan oleh calon entrepreneur untuk belajar dan mengembangkan skill yang dimiliki.

“Tidak hanya kalangan milenial, FOUNDA juga memberikan wadah untuk para inspirator dan community leader, karena FOUNDA memiliki misi bahwa semua orang memiliki value-nya masing-masing yang bisa menginspirasi orang banyak,” kata Albert.

GO.CARE Akomodasi Kebutuhan Pengobatan di Luar Negeri

Besarnya jumlah pasien yang mencari layanan kesehatan di luar negara asalnya menjadi salah satu alasan GO.CARE didirikan. Diinisiasi sejak tahun 2018, GO.CARE telah menjalin kerja sama strategis dengan 320 klinik dan rumah sakit di Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, India, Vietnam dan Korea Selatan.

“Jumlah partner tersebut akan diperkirakan terus meningkat. Saat ini, GO.CARE fokus menyasar pasar Vietnam, Indonesia, dan Malaysia; sebelum nantinya berekspansi secara global pada 2019,” kata Director GO.CARE, Rokas Sidlauskas.

Dengan GO.CARE, pengguna atau calon pasien dapat mencari dan menemukan berbagai prosedur medis yang dibutuhkan dari sejumlah klinik dan rumah sakit. Calon pasien juga dapat membaca ulasan dan informasi lengkap mengenai klinik dan rumah sakit yang terdaftar, prosedur medis yang ditawarkan, fasilitas kesehatan yang tersedia, serta deretan dokter spesialis.

Selain itu, calon pasien dapat membandingkan biaya prosedur medis di sejumlah rumah sakit di beberapa negara. Kemudian, cukup lakukan pemesanan tindakan pengobatan secara langsung melalui GO.CARE.

Fokus di Indonesia dan Vietnam

Dalam beberapa tahun terakhir, GO.CARE mencatat jumlah pasien di Asia yang melakukan pengobatan atau perawatan medis di luar negeri semakin meningkat. Potensi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh GO.CARE bersama dengan Hello Health Group (HHG) meluncurkan platform yang komprehensif agar dapat memudahkan serta menjembatani calon pasien untuk berobat ke luar negeri, terutama di seluruh klinik dan rumah sakit di Asia.

“Kami senang memiliki kesempatan untuk membantu para pasien di seluruh Asia terhubung dengan klinik dan rumah sakit terbaik. Mereka bisa mendapatkan tindakan pengobatan berstandar internasional dengan harga terjangkau, bahkan kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan yang ditawarkan di dalam negeri,” kata Rokas.

Rokas melanjutkan, hampir setiap tahun banyak orang dari suatu negara, termasuk Indonesia, pergi berobat ke luar negeri untuk mendapatkan layanan kesehatan yang tak bisa mereka dapatkan di negara asalnya.

“Apalagi masalah akses perawatan kesehatan yang lebih berkualitas dibandingkan di negara asal menjadi pemicu banyak orang berobat ke luar negeri. Dengan kebutuhan tersebut, GO.CARE hadir menjadi website online pertama di Indonesia yang fokus terhadap layanan pengobatan ke luar negeri,” kata Rokas.

Cara kerja GO.CARE

Bagi calon pasien yang berencana untuk berobat ke luar negeri, bisa mencari dan menemukan daftar negara dan rumah sakit tujuan berobat atau tindakan pengobatan yang diinginkan. Setelah itu mereka diminta untuk memberikan data pribadi dan mendapatkan informasi selengkapnya.

Kemudian calon pasien diminta untuk mengirimkan rekam medis dan akan mendapatkan jadwal pengobatan melalui email atau telepon dari tim GO.CARE. Calon pasien kemudian juga diminta untuk memberikan deposit, yang bertujuan untuk memastikan bahwa waktu pengobatan sesuai jadwal yang ditentukan. Setelah melakukan prosedur pengobatan, calon pasien akan diminta untuk tinggal di rumah sakit selama beberapa hari untuk proses penyembuhan.

Prosedur medis yang ditawarkan terdiri dari yang paling populer, seperti pengobatan gigi, operasi, plastik, kardiologi (jantung), onkologi (kanker), hingga ratusan prosedur lainnya.

“Target kami hingga tahun 2019 dapat melayani 10 ribu pasien asal Indonesia dan membantu memudahkan masyarakat Indonesia mencari dan menemukan rumah sakit dan dokter spesialis berkualitas berdasarkan tindakan pengobatan yang diinginkan,” tutup Rokas.