Servolia Releases Online Platform to Find Photographer

SocioBuzz, an endorse service company delivers its new innovation by introducing Servolia, a site to help those who are looking for photographer in a fast way and at affordable price. It is for those millennials who like to capture moments or business in need for photographer.

The CEO & Co-Founder Rade Tampubolon in the press release said the need to take the best and attractive photos is increasing, either for business or millennials. An ineffective searching process and one by one selection from existing portfolios become an obstacle.

“In this current social media era, the need to take the best and attractive photos is increasing, not only for business but also millennials. However, looking for a photographer online has its own challenge where we have to check on every site or social media and contact them one by one to ask for the price list, also negotiate,” Tampubolon explained.

SociaBuzz saw an opportunity to provide solution by introducing Servolia. To those in need for photographer service, only have to enter the site and fill a short questionnaire, furthermore they will get up to five price listings from the interested photographers.

Servolia

So far, there are not much marketplace for photographers. An existing one and quite mature in Indonesia is Frame A Trip, a service for tourists to get easier access for a photographer in a destination cities, including overseas. Either Servolia or Frame A Trip has the same vision, to help consumers, on the other side they also help those photographers in getting easily find and being hired.

Servolia is off with a vision to help customer and photographer. Consumer can easily get a photographer match to the budget, they can review the details of consumer’s need and budget before proposing a deal. Servolia is trying to cut the negotiation oftenly happened between consumer and photographer. Currently, Servolia provides several photography needs such as pre-wedding, products, company profile, traveling and also typical selebgram photos.

“SociaBuzz mission is to advance the creative economy players and creators in Indonesia by using technology. We are making the best effort in realizing our mission by providing products as SociaBuzz, Pixamola (photo selling service) and Servolia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

InfraDigital Mudahkan Pembayaran Biaya Pendidikan Secara Online

Kemudahan yang ditawarkan oleh bank hingga layanan e-commerce untuk melakukan transaksi hingga membayar tagihan secara online, menjadikan rutinitas yang mulai digemari oleh masyarakat saat ini. Melihat makin besarnya potensi tersebut, startup lokal bernama InfraDigital hadir untuk memudahkan pembayaran biaya pendidikan anak memanfaatkan layanan e-commerce secara online.

Kepada DailySocial, salah satu pendiri InfraDigital Ian McKenna mengungkapkan, ide didirikan InfraDigital berawal dari pengalaman pribadi Ian bekerja di Fusion Payments, perusahaan yang mendirikan BerUang, aplikasi untuk pembayaran tagihan. Bersama rekan kerjanya, Indah Maryani, mereka kemudian memutuskan untuk menghadirkan pilihan pembayaran baru, untuk memudahkan orang tua melakukan pembayaran sekolah anak secara online.

“Ketika kami berdua bekerja di BerUang, kami menemukan masalah yang saat ini masih terjadi yang bisa diatasi oleh InfraDigital. Dengan makin besarnya peranan dari pembayaran melalui aplikasi saat ini, kami melihat InfraDigital bisa merevolusi pemabayaran pendidikan.”

Untuk memperkuat validasi model bisnis tersebut, InfraDigital melakukan survei kepada 1000 orang tua murid di kawasan Depok. Hasil dari survei tersebut adalah sebanyak 83% orangtua telah melakukan pembayaran untuk tagihan PLN, PDAM hingga multifinance secara online. Sementara 78% orangtua mengklaim ingin memanfaatkan layanan serupa untuk pembayaran biaya pendidikan anak.

Bekerja sama dengan merchant hingga sekolah

Untuk memudahkan pengguna melakukan pembayaran melalui layanan e-commerce seperti Tokopedia hingga transfer bank, bisa menggunakan kode khusus yang diberikan InfraDigital dengan produk yang bernama Jaringan IDN. Kode unik tersebut kemudian bisa digunakan oleh pengguna untuk melakukan pembayaran.

Selain kode unik, pengguna juga bisa langsung menuliskan nama sekolah dalam aplikasi terkait dilanjutkan dengan memasukkan Nomor Induk Siswa. Nantinya secara langsung tagihan biaya pendidikan siswa tersebut akan muncul, dan orang tua bisa langsung melakukan pembayaran.

“Tentunya tampilan tersebut akan berbeda menyesuaikan pilihan aplikasi atau platform yang digunakan oleh pengguna. Untuk pembayaran melalui Indomaret misalnya, pengguna cukup memasukkan nama sekolah dan Nomor Induk Siswa saja,” kata Ian.

Saat ini InfraDigital telah menjalin kemitraan dengan 70 sekolah dan lembaga kursus. Selain dengan Indomaret kemitraan yang baru saja diresmikan, InfraDigital juga telah menjalin kemitraan dengan 5 hingga 10 mitra terkait.

“Untuk ke depannya Anda bisa melihat pilihan pembayaran sekolah muncul di aplikasi pembayaran favorit, demikian juga melalui ATM atau mobile banking dalam waktu beberapa bulan ke depan,” kata Ian.

InfraDigital juga menghadirkan fitur lainhya seperti SMS broadcast, WhatsApp hingga email untuk memberikan notifikasi pembayaran tagihan pendidikan anak kepada pengguna.

Rencana dan target InfraDigital di tahun 2018

Saat ini InfraDigital telah memiliki angel investor dan berencana untuk melakukan fundraising. Masih fokus kepada rencana mereka untuk segera meluncur, InfraDigital memiliki target bisa menjalin kemitraan dengan 300 ribu sekolah.

“Kami ingin menciptakan jaringan kanal pembayaran agar bisa menjaring lebih banyak orang tua. Apakah itu untuk pembayaran kuliah menggunakan kartu kredit melalui layanan e-commerce, hingga orang tua yang memiliki penghasilan menengah ke bawah yang masih melakukan pembayaran tunai di warung terdekat,” kata Ian.

GoHajj Tawarkan Solusi Tingkatkan Pelayanan Agen Travel Haji dan Umroh

Indonesia saat ini tercatat sebagai negara dengan jamaah haji (dan umroh) terbesar di dunia. Melihat peluang ini, layanan GoHajj hadir untuk mencoba membawa pengalaman berbeda bagi pengelola agen travel dan juga peserta umroh atau haji. GoHajj menghadirkan layanan dalam bentuk web dan aplikasi Android. Kedua diperuntukkan bagi travel agent yang ingin meningkatkan pelayanan keagenannya. Selain itu GoHajj juga menyediakan aplikasi gratis yang bisa diunduh di Google Play.

Co-founder GoHajj Satriyo Pamungkas kepada DailySocial menjelaskan, ada dua layanan yang ditawarkan GoHajj, yakni GoHajj Pro dan GoHajj Travel. Untuk GoHajj Pro, pelanggan, dalam hal ini pihak agen, akan mendapatkan paket aplikasi mobile dan web, tetapi tetap menggunakan brand GoHajj dalam semua fiturnya. Agen travel bisa mengganti konten-konten di dalamnya dan juga memasukkan banner ke aplikasi GoHajj Pro, hanya saja nama aplikasinya tidak bisa diubah.

Sedangkan untuk paket GoHajj Travel, selain dua buah platform tersebut pelanggan bisa melakukan perubahan brand dan nama aplikasi, termasuk logo dan konten. Diharapkan paket ini bisa membantu branding agen travel dengan lebih baik.

Di dalam aplikasi GoHajj disediakan beberapa fitur yang bisa memudahkan jamaah umrah, misalnya fitur kumpulan doa, tips-tips saat umrah, fitur navigasi, pengecekkan visa, penghitung Thawaf dan Sa’i, kamus sederhana, dan juga fitur SOS yang bisa digunakan untuk menghubungi rombongan ketika tersesat saat menjalankan umroh atau haji.

“Fitur yang akan sangat berguna adalah fitur SOS karena mengingat perjalanan suci ini bagi sebagian besar orang belum pernah melakukan, maka kemungkinan tersesat dan bingung arah akan banyak terjadi. [Selain itu] Fitur panduan pastilah menjadi yang utama karena buku panduan bisa tergantikan dengan smartphone yang bisa digunakan kapan saja. Dari sisi travel agent juga akan diuntungkan karena bisa menghemat biaya cetak serta kemudahan dalam menggelar proses manasik yang bisa dilakukan secara jarak jauh,” terang Satriyo.

GoHajj sudah memulai layanannya sejak delapan bulan lalu untuk versi gratis dan tiga bulan yang lalu untuk versi komersial. Teknologi yang dikembangkan GoHajj menjamin keamanan data pengguna agen travel sehingga memimalisir kebocoran data atau tertukar antara agen satu dengan yang lain.

“Saya sendiri beruntung bisa melakukan ibadah umroh sekitar satu setengah tahun yang lalu, menyusul setelah ibu serta mertua saya di tahun sebelumnya. Di situ saya melihat banyak sekali improvement yang bisa dicapai dengan menggunakan teknologi mobile app (apalagi saat ini mayoritas jamaah juga mengantongi smartphone) untuk jemaah umroh dan haji.”

“Tentunya challenge-nya adalah bahwa jamaah yang sudah senior akan membutuhkan waktu untuk belajar. Meskipun demikian, kami juga melihat pergeseran umur dari ibadah umroh, di mana kaum muda dan millennial juga meningkat secara volume. Ke depan kami optimis layanan kami akan tetap banyak digunakan,” pungkas Satriyo.

Application Information Will Show Up Here

Startup Fintech DuitHape dan Ambisinya Dorong Akses Finansial untuk Kalangan “Unbanked”

Kemudahan akses keuangan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, terutama kalangan ekonomi menengah ke bawah. Atas dasar semangat itulah, startyp fintech DuitHape didirikan. DuitHape adalah aplikasi yang bergerak melayani sistem pembayaran online dan bisnis remitansi, diusung oleh PT Virtual Online Exchange (VOX).

Managing Director DuitHape Sara Dhewanto menuturkan, perusahaan ini lahir karena kesulitan mengirimkan dana hibah untuk masyarakat kalangan ke bawah saat masih bekerja untuk lembaga G2G. Bahkan, bank pelat merah dengan jaringan mikro terbesar di Indonesia pun dinilai belum bisa menjangkau penerima dana hibah.

“Berbagai macam cara telah kami coba, tetapi tidak bisa. Akhirnya solusi yang dipilih adalah membawa uang tunai di dalam koper, memasukkan ke dalam ratusan amplop dan membagikan satu persatu. Itu sudah tahun 2015, tidak mungkin ini jadi satu-satunya cara. Akhirnya saya putuskan untuk keluar dan membangun DuitHape di akhir 2015,” terang Sara kepada DailySocial.

Karena pengalaman tersebut, DuitHape menjadi perusahaan yang bersifat “social for profit” dengan tujuan akhir ingin melancarkan arus keuangan hingga daerah terpencil sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat kalangan bawah.

Secara model bisnis, DuitHape beroperasi di multiplatform dengan menjalankan menu dial UMB, aplikasi, dan situs desktop. Jadi setiap orang yang punya ponsel, baik itu smartphone atau feature phone dapat memiliki “rekening” dan melakukan aktivitas jasa keuangan. Aktivitas tersebut termasuk menabung, tarik uang, dan belanja di toko atau warung milik agen DuitHape.

Di sana, masyarakat dapat membeli pulsa, token listrik dengan harga murah, serta membayar tagihan menggunakan ponsel. Masyarakat juga bisa menggunakan DuitHape sebagai sarana mentransfer dana (melalui agen). Bagi pemilik toko, menjadi agen adalah salah satu cara menambah pemasukan.

Sejauh ini, DuitHape sudah memiliki 1700 agen dan menjaring 4 ribu pengguna dengan lokasi mayoritas di daerah Jawa Barat. DuitHape juga memiliki beberapa agen di Aceh, Makassar, hingga Maluku. Produk yang dijual adalah pulsa, paket data, token, dan berbagai pembayaran tagihan maupun belanja dan tarik setor di toko agen.

“Kami terus bekerja untuk semakin memperluas jaringan kami dan menambah produk kami.”

Untuk monetisasinya, lanjut Sara, pihaknya mengutip komisi. Meskipun demikian, DuitHape tidak mengenakan biaya bulanan maupun minimum deposit. Jika pengguna memiliki saldo sebesar Rp100 ribu, jumlah itu tidak akan berkurang hingga mereka menggunakannya untuk transaksi.

Ditargetkan sampai akhir tahun ini, DuitHape ingin memperluas jaringannya ke seluruh Pulau Jawa dan beberapa daerah terpilih di luar pulau lain.

“Dalam jangka panjang kami menargetkan bisa melayani secara nasional, bisa melayani bisnis remitansi untuk TKI di luar negeri yang ingin mengirim uang ke keluarga mereka di pelosok Indonesia,” pungkas Sara.

Saat ini DuitHape menjadi satu dari 13 startup terpilih yang berhak mengikuti program akselerator Plug and Play Indonesia batch kedua.

Application Information Will Show Up Here

XDana Hadirkan Platform untuk Bantu Masyarakat Memahami dan Mengakses Reksa Dana

Industri teknologi finansial (fintech) adalah salah satu yang bertumbuh cepat dalam 2-3 tahun belakangan. Berbagai produk atau jasa finansial mulai dikemas dengan pendekatan teknologi, memungkinkan masyarakat lebih mudah menjangkaunya. Salah satu contoh layanan teknologi finansial yang belum lama ini muncul adalah XDana. Sebuah platform yang memudahkan masyarakat mengelola reksa dana, termasuk membantu mereka yang belum begitu paham dengan investasi reksa dana dengan informasi yang disediakan.

XDana sendiri mengklaim menjadi platform yang menawarkan produk reksa dana berkualitas dan juga dikelola oleh manajer investasi terpercaya, sekaligus juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Konsep yang usung XDana sebenarnya bukan hal baru, nama-nama seperti DanaReksa hingga BukaReksa (bagian dari Bukalapak) juga melakukan hal serupa dengan tujuan yang sama. Memudahkan masyarakat mengakses transaksi dan informasi mengenai reksa dana.

XDana sendiri saat ini memiliki fokus pada kenyamanan konsumen dengan menyuguhkan multi platform (tersedia dalam bentuk aplikasi web dan mobile). Platform yang dikembangkan diklaim mudah digunakan, dimengerti dan diakses oleh orang yang baru mempelajari reksa dana, sehingga tujuan investasi bisa tercapai.

Didirikan oleh Denny Thaher yang berpengalaman lebih dari 20 tahun di sektor Wealth Management dan saat ini juga masih menjabat sebagai CEO Maybank Asset Management, XDana berusaha menjadi salah satu platform yang bisa memberikan manfaat bagi mereka yang ingin berinvestasi reksa dana.

Chief Marketing Officer XDana Anita Abdulkadir kepada DailySocial menjelaskan:

“XDana sebagai perusahaan yang memasarkan reksa dana menggunakan pendekatan Perencanaan Keuangan/Wealth Management kepada investor dengan memberikan pilihan investasi yang terbaik dari manajer investasi yang terpercaya dan profesional.”

Anita melanjutkan, “Secara terus menerus kami memberikan edukasi pengetahuan seputar pasar modal khususnya reksa dana kepada setiap calon investor. Edukasi diberikan oleh para pakar yang tergabung di XDana. Kami memiliki integrated platform yang berbasis teknologi website dan mobile, sehingga memudahkan untuk setiap investor berinteraksi dengan kami.”

Saat ini disebutkan bahwa jumlah investor reksa dana di Indonesia masih di bawah 1% dari total jumlah penduduk. Hal ini disebabkan banyak aspek, mulai dari edukasi dan informasi yang terbatas hingga saluran distribusi yang tidak menyentuh banyak lapisan masyarakat, seperti saat ini distribusi reksa dana masih didominasi oleh bank-bank besar, penyebarannya pun masih terpusat di pulau Jawa.

Dengan apa yang mereka suguhkan, XDana berusaha mencapai tujuan untuk menjadi perusahaan penyedia jasa distribusi reksa dana terbaik dan terbesar di Indonesia, baik melalui offline maupun online dengan dukungan teknologi yang dikembangkan.

Application Information Will Show Up Here

Pendekatan Berbeda Startup “Car Advertising” PayRide Jangkau Pengiklan dan Pemilik Kendaraan

Meski startup yang bergerak di bidang “car advertising” sudah banyak, tak lantas membuat peluangnya jadi sempit. Justru ada celah di dalamnya yang dimanfaatkan startup PayRide untuk mulai meramaikan segmen ini.

PayRide didirikan di Surabaya oleh Agus Widjaja selaku Founder dan CEO bersama temannya, terinspirasi dari kemacetan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Yang berbeda dengan pemain lainnya, menurut Agus adalah PayRide memanfaatkan pembayaran jasa iklan berdasarkan jumlah impresi yang dihasilkan, bukan dari jarak per kilometernya.

Dalam proses bisnisnya, pemilik kendaraan diberi kebebasan untuk memilih iklan yang ditawarkan PayRide beserta desain stiker iklannya. Dari sisi pengiklan, mereka berhak memilih jenis wrapping untuk materi promosi.

Kemudian kendaraan akan diberi pelacak GPS khusus sehingga tidak bergantung pada GPS dari smartphone pengemudi. Di dalam GPS tersebut, memanfaatkan algoritma untuk mengalkulasikan jumlah impresi dari berbagai unsur, seperti klasifikasi jalan, kapan pengemudi ada di jalan, jenis wrapping untuk materi promosi, asal kota dan lainnya.

Kemudian diperkuat dengan analisis yang berisi penjelasan lebih mendalam mengenai impresi, heat map, pengemudi terbaik, dan demografi masyarakat di daerah tersebut. Seluruh gambaran ini diyakini dapat memberikan proyeksi yang lebih jelas bagi target sasaran.

“Dengan cara itu menurut kami adalah solusi win-win, pengiklan dapat melakukan pendekatan unik dan pemilik kendaraan bisa memperoleh penghasilan tambahan dari waktu yang mereka habiskan di jalan,” kata Agus kepada DailySocial.

Sejauh ini, lanjut Agus, PayRide baru menyediakan layanan iklan untuk pemilik kendaraan roda empat saja. Telah bekerja sama dengan lebih dari 1000 pemilik mobil namun hanya sekitar 300 di antaranya yang terdaftar dalam campaign PayRide. Lokasinya tersebar di Surabaya dan Jakarta. Setiap pemilik mobil, secara rerata mendapat imbal jasa iklan sekitar Rp1,5 juta per bulannya.

Meski baru beroperasi di dua kota, rencananya PayRide akan ekspansi ke kota besar lainnya seperti Bandung, Bali, dan Semarang, ditambah kota tingkat dua dan tiga. Di samping itu, PayRide juga akan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pemberian update demografi untuk kelancaran pelaporan kepada pengiklan dan penambahan medium iklan di luar stiker.

Agus juga mengungkapkan pada tahun ini rencana untuk mencari pendanaan baru agar dapat mendukung eskalasi bisnis. Hanya saja, pihaknya masih mengejar target tertentu dengan tujuan ingin memperkuat fondasi bisnis sekaligus mendapatkan kepercayaan investor di masa mendatang.

“Kami masih bootstrapping untuk operasional PayRide. Memang ada rencana untuk cari investor dari pihak eksternal, tapi kami ingin capai target dulu agar fondasi bisnis bisa lebih kuat di mata investor,” pungkas Agus.

Di Indonesia, selain PayRide ada pemain sejenis lainnya yang sudah lebih dahulu beroperasi, di antaranya Promogo, DoQar, Stickearn, Wrapmobil, Sticar, Inmobi, dan Klana.

Application Information Will Show Up Here

Servolia Luncurkan Platform Online untuk Mencari Fotografer

SociaBuzz perusahaan jasa endorse mengeluarkan inovasi terbarunya dengan mengenalkan Servolia, sebuah situs yang diperuntukkan untuk mencari jasa fotografi dengan cepat dan terjangkau. Layanan ini ditujukan bagi kalangan millennials yang gemar mengabadikan momen atau bisnis yang membutuhkan jasa fotografi.

Dalam keterangan persnya CEO & Co-Founder Rade Tampubolon mengungkapkan kebutuhan untuk menyajikan foto terbaik dan menarik semakin meningkat, baik untuk kalangan bisnis maupun juga kalangan millennials. Proses pencarian yang kurang efektif dan harus menyeleksi satu per satu dari portofolio yang ada menjadi kendala tersendiri.

“Di era media sosial seperti sekarang, kebutuhan untuk menyajikan foto terbaik dan menarik semakin meningkat, tidak hanya untuk bisnis namun juga kalangan millennials. Namun mencari jasa fotografi yang dibutuhkan di internet memiliki kendala tersendiri di mana kita harus cek berbagai situs atau media sosial suatu per satu menghubungi berbagai fotografer untuk menanyakan biaya, sampai proses negosiasi,” papar Rade.

SociaBuzz melihat adanya peluang untuk menghadirkan solusi dengan menghadirkan Servolia. Sehingga siapa pun yang membutuhkan fotografer tinggal masuk ke situs dan mengisi kuesioner singkat, selanjutnya mereka akan mendapatkan hingga lima penawaran harga dari fotografer yang tertarik untuk bekerja sama.

Servolia

Sejauh ini marketplace untuk fotografer memang belum banyak. Salah satu yang ada di Indonesia dan sudah cukup matang debutnya adalah Frame A Trip, sebuah layanan yang memudahkan wisatawan untuk mendapatkan fotografer di kota-kota yang dituju, termasuk di luar negeri. Baik Servolia maupun FrameATrip memiliki visi yang sama yakni mencoba membantu konsumen, namun di sisi lain mereka sedikit banyak juga membantu mengekspose para fotografer untuk mudah ditemukan dan tentunya di-hire.

Servolia berangkat dengan visi membantu konsumen dan fotografer. Konsumen bisa dengan mudah mendapatkan fotografer yang sesuai dengan budget yang dimiliki, fotografer pun bisa meninjau rincian kebutuhan dan budget konsumen terlebih dahulu sebelum mengajukan ketertarikan kerja sama. Bisa dikatakan Servolia mencoba memangkas proses negosiasi yang kerap terjadi antara konsumen dan fotografer. Untuk saat ini Servolia menyediakan beberapa keperluan fotografi seperti foto prewedding, foto produk, foto company profile, foto traveling, hingga foto ala-ala selebgram.

“Misi SociaBuzz adalah untuk memberdayakan para kreator dan pelaku ekonomi kreatif di Indonesia dengan menggunakan teknologi. Kami terus memberikan upaya terbaik dalam mewujudkannya misi kami dengan menghadirkan produk seperti SociaBuzz, Pixamola (layanan untuk menjual foto) dan Servolia,” papar Rade

KopiTani Hubungkan Pecinta Kopi dengan Petani Kopi Nusantara

Industri perdagangan kopi Indonesia dinilai cukup menarik bagi KopiTani untuk menyediakan solusi berupa platform penjualan. Secara sederhana solusi KopiTani merupakan tempat jual beli kopi asli Indonesia secara online, termasuk memberdayakan petani kopi dengan fitur DokterKopi yang ada di dalamnya. Sejauh ini ada dua produk yang ditawarkan, yakni greenbeans dan roasted beans.

Green beans merupakan biji kopi yang diambil langsung dari petani binaan KopiTani. Di sana tidak ada peran tengkulak sehingga harga lebih layak. Sedangkan roasted beans, yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, akan diambilkan dari para roaster independen untuk kemudian di-rebranding KopiTani sehingga bisa langsung dipasarkan melalui platform yang ada. Untuk pembelian roasted beans ini ke depan akan disediakan model pembayaran berlangganan sehingga nanti para pencinta kopi tanah air bisa langsung memesan dan berlanggan.

“Untuk yang berlangganan itu kami masih dalam pengembangan, itu untuk produk roasted beans yang langsung B2C. Jadi nanti para pencinta kopi jika berlangganan bisa kami kirimkan per bulan sesuai kebutuhan konsumsinya dengan kopi nusantara. Kami akan acak, misalkan bulan pertama kami akan kirimkan kopi Toraja kualitas bagus, kemudian bulan kedua kami akan kirimkan kopi Flores Bajawa dari beberapa roaster independen yang sudah kami kurasi,” terang CEO KopiTani Arif Rahmat.

CEO KopiTani

Sejauh ini KopiTani lebih fokus ke lapangan untuk pendampingan sambil terus melakukan sosialisasi terhadap aplikasi DokterKopi sebagai bagian dari platform KopiTani. Melalui aplikasi DokterKopi nantinya petani bisa langsung berkonsultasi mengenai penanganan masalah yang ditemui sebelum dan sesudah panen. Saat ini KopiTani sudah memiliki 50 mitra petani aktif dan tengah dalam masa penjajakan dengan Gapperindo Sulawesi Selatan yang memiliki jaringan 5000 petani.

Dan dalam upayanya terus melengkapi layanan KopiTani, pihaknya tengah melakukan penjajakan kolaborasi dengan Habibie Garden, startup yang menyuguhkan solusi IoT (Internet of Things) untuk perawatan tanaman.

“Ke depannya kami juga akan melakukan penjajakan kolaborasi dengan Habibie Garden untuk menerapkan sistem teknologi IoT di perkebunan kopi, karena salah satu masalah petani kopi yaitu biaya produksi yang tinggi karena saat ini masih menggunakan perkebunan konvensional. Di samping itu kami juga akan menyisihkan keuntungan yang didapat untuk donasi bibit kopi untuk replanting pohon kopi. Data dari kementerian pertanian sekitar 300 ribu hektar sudah tidak produktif lagi karena sudah terlalu tua,” papar Arif.

Amproker Bawa Konsep Lelang ke Sistem Mobile Marketplace

Model layanan e-commerce terus diminati oleh pasar Indonesia. Bagi beberapa inovator, ini menjadi kesempatan emas untuk berkreasi menciptakan model layanan baru. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Amproker. Startup ini mengembangkan sebuah aplikasi mobile yang memfasilitasi konsumen untuk menemukan barang yang ingin dia beli. Konsepnya konsumen mengunggah informasi barang yang sedang dicari, lalu merchant dapat memberikan penawarannya masing-masing.

Dengan aplikasi mobile yang dapat diunduh gratis, pengguna Amproker bisa memesan produk dengan kriteria yang spesifik atau dengan mengunggah foto produk yang telah ditemukannya di tempat lain untuk mendapatkan penawaran yang lebih baik. Unik, karena startup ini coba melihat habit masyarakat Indonesia pada umumnya, ketika berbelanja ingin dilayani sebagai “raja”.

Membawa konsep lelang ke ranah ritel

Konsep Amproker layaknya proses tender atau lelang proyek, umumnya dilakukan di sektor pemerintahan. Para vendor atau penjual memberikan penawaran untuk kebutuhan belanja. Amproker mempertajam dan menerapkan konsep ini ke kalangan konsumen ritel. Proses tender dinilai akan membawa efek disruptive yang signifikan ketika diterapkan di segmentasi ritel, yang mempunyai lebih banyak partisipan dan volume transaksi.

“Idenya timbul dari pengalaman tidak efisien dan mengecewakan yang pernah kami alami sebagai konsumen. Amproker sejalan dengan psikologi generasi millenial yang mengharapkan semuanya tersedia on-demand.  Shopping dengan Amproker jauh lebih efisien dan lebih bergaya.  Cukup posting apa yang ingin kita beli dan tidak perlu lagi repot mencari penjual, membandingkan harga, atau rumit bernegosiasi,” ujar Eron Young selaku Co-Founder Amporker.

Versi Andoroid untuk Amproker sudah tersedia sejak Desember 2017 lalu, sedangkan untuk versi iOS sudah dirilis sejak awal Januari ini. Dari data statistik yang disampaikan, saat ini aplikasi (versi beta) Amproker sudah diunduh lebih dari 5000 pengguna. Sementara saat ini sudah ada lebih dari 1000 merchant yang terdaftar dengan berbagai jenis produk. Rata-rata berdomisili di Jabodetabek.

“Awalnya Amproker dimulai secara bootstrap.  Beberapa bulan kemudian, Amproker mendapatkan angel investment dari direksi sebuah management consultant firm (belum bisa disebutkan detailnya). Di bulan Desember 2017, Amproker terpilih sebagai peserta Top 15 program Visio Incubator,” lanjut Eron.

Percaya diri dengan konsep unik yang dimiliki

Persaingan bisnis e-commerce di Indonesia sudah sangat alot saat ini, pihak Amproker pun sadar betul akan hal ini. Namun menurut Eron dengan mekanisme yang unik, Amproker memosisikan diri sebagai “pembela” para pembeli. Di saat marketplace lain berlomba-lomba untuk memperbanyak penjual, Amproker fokus untuk mempersatukan pembeli. Sementara marketplace lain bersaing dengan memberikan subsidi  dan diskon, Amproker cukup mengandalkan persaingan sehat antara para penjual dan kekuatan pasar untuk memberikan harga yang terbaik bagi pembeli.

Penjual pun dinilai bisa mendapatkan keuntungan karena mendapatkan sales leads atau pelanggan baru dengan cepat tanpa perlu mengeluarkan budget iklan yang besar untuk menarik calon pembeli.  Peningkatan volume penjualan dan penghematan biaya marketing ini akan menjadi penambahan laba penjual.

“Konsep awal Amproker ialah sebagai penghubung antara konsumen dan merchant.  Namun umpan balik dari pengguna-pengguna pertama mengindikasikan proses pembayaran yang dikelola oleh Amproker akan meningkatkan secara dramatis volume dan nilai transaksi. Oleh karena itu, Amproker akan segera menambahkan fitur-fitur pengelolaan proses pembayaran dan logistik,” ujar Eron.

Co-Founder Amproker
Co-Founder Amproker

Amproker didirikian oleh dua orang co-founder, yakni Eron Young dan Johny Jugianto.  Setelah lulus kuliah dari Indiana University Bloomington di tahun 2000, Eron bekerja di Harman International, sebuah perusahaan Fortune 500 yang memproduksi speaker merek Harman/Kardon, Infinity dan JBL.

Sedangkan Johny adalah seorang profesional di bidang IT lulusan Universitas Bina Nusantara.  Kemampuannya untuk menciptakan solusi IT yang efektif telah terbukti sepanjang kariernya.  Sebelum membentuk Amproker, Johny mempunyai jabatan sebagai seorang IT Enterprise & Framework Solutions Manager di salah satu bank di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Cita-Cita AdaKopi Bantu Petani Memutus Rantai Distribusi

Masih banyak masalah di Indonesia yang bisa dipecahkan dengan teknologi. Setidaknya itu juga yang dipercaya oleh Dodi Setiawan, salah satu founder untuk AdaKopi. Layanan yang didesain untuk menghubungkan petani kopi dengan perusahaan atau siapa pun yang membutuhkan biji kopi.

Saat ini AdaKopi tengah mempersiapkan peluncurannya. Kabarnya Januari tahun 2018 AdaKopi siap untuk beroperasi dengan terjun langsung menjangkau petani kopi yang ada di Lampung,

AdaKopi seperti banyak platform hasil pertanian lain di Indonesia berusaha memangkas jarak yang selama ini ada antara petani kopi dengan mereka yang membutuhkan biji kopi seperti eksportir, pabrik dan pengusaha Kopi yang berada di Lampung. AdaKopi menjadi platfrom penghubung dengan harapan bisa memberikan harga dan kualitas terbaik bagi kedua belah pihak.

Dodi dibantu dengan dua temannya, Niki Rahmadi Wiharto yang berperan sebagai CTO dan Ahmad Taqiyudin sebagai CMO. Keduanya bahu membahu menghadirkan platform AdaKopi baik untuk web maupun untuk platform mobile. Termasuk juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk bisa lebih mendekatkan diri dengan petani kopi yang ada di Lampung.

“Kami sedang proses develop apps, jadi kami belum memiliki petani terdaftar namun kami bekerja sama dengan Nuttie Coffee yang memiliki 8000 petani kopi tersertifikasi di Tanggamus dan rencananya awal tahun depan kami mulai edukasi petani dan pada musim panen tahun 2018, kami akan mulai layanan kami,” terang Dodi.

Dodi dan kawan-kawan tampak menunggu momentum sambil menyiapkan layanannya. Ketika musim panen kopi tiba layanannya diharapkan sudah siap dan bisa digunakan oleh para petani. Selain harga ada hal lain yang juga diharapkan, salah satunya adalah menjaga kualitas biji kopi yang diperjualbelikan melalui sistem verifikasi yang dilakukan oleh tim AdaKopi. Setelah kualitas memenuhi standar baru petani kopi bisa menerima penawaran yang diajukan oleh pembeli dan petani bisa memilih penawaran yang sesuai.

“AdaKopi dibentuk untuk efisiensi rantai distribusi kopi sehingga harga kopi di tingkat petani lebih tinggi dan tidak ada praktik tengkulak. Sebenarnya petani itu hanya menginginkan kepastian harga dan itu yang tidak mereka dapat selama ini, dengan AdaKopi petani dapat melihat penawaran harga dari pembeli dan akan selalu di-update setiap waktu. Selain itu, untuk meyakinkan petani kami sedang upayakan berkoordinasi dengan Pemda atau dinas perkebunan setempat,” pungkas Dodi.