Lintasarta Tanda Tangani Nota Kesepahaman dengan Platform Analitik Media Kazee

PT Lintasarta Lintasarta (Lintasarta) mengumumkan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan CHARM (Customer Handling, Analytic and Relationship Management), kini dengan brand Kazee. MoU ini disebut jadi langkah nyata Lintasarta mendukung program pemerintah dalam memanjukan TIK di Indonesia.

Kazee adalah salah satu dari tiga pemenang yang telah diumumkan dalam kompetisi Lintasarta Appcelerate 2016, hasil kerja sama Lintasarta dan Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (LPIK ITB).

“Kami bangga karena Kazee merupakan karya anak bangsa, salah satu pemenang Appcelerate 2016, memberikan solusi data analitik untuk kebutuhan industri. Melalui kerja sama dengan perusahaan rintisan Lintasarta dan LPIK ITB ini, jadi salah satu wujud kontribusi Lintasarta terhadap program pemerintah memajukan TIK di Indonesia,” ucap Teddy Sis Herdianto, Strategy & Business Development General Manager Lintasarta dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Selasa (13/12).

Bersamaan dengan MoU tersebut, CHARM mengumumkan re-branding melalui soft launching Kazee. Kazee adalah platform yang dikembangkan untuk analisis berbagai media, mulai dari media sosial, forum, media berita, media online, dan lainnya. Kata Kazee berasal dari Bahasa Indonesia “kaji”, bermakna analisis, memahami, atau mengetahui lebih lanjut.

Soft launching dilakukan untuk memperkenalkan Kazee kepada pelaku bisnis baik B2B maupun pemerintah. Sekaligus menandakan sinyal dan langkah awal Kazee siap bersaing dengan berbagai perusahaan analitik media lainnya di Indonesia maupun kancah global.

Startup ini didirikan untuk membantu perusahaan melakukan analisis berbagai media dengan lebih mudah dan murah. Walaupun baru diluncurkan, pihak Kazee mengklaim telah digunakan oleh beberapa perusahaan BUMN, swasta, dan pemerintah kota untuk uji coba.

“Kazee hadir untuk melakukan disrupsi pasar media analytics di Indonesia dengan model bisnis media analytics as a service. Keunggulan yang ditawarkan adalah perusahaan dapat menentukan sendiri harga dan fitur yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan,” ucap Ariya, Founder Kazee.

Kazee sementara ini baru tersedia aplikasi versi mobile untuk Android. Ke depannya Kazee akan mengembangkan versi iOS dan siap bersaing dengan perusahaan besar yang bermain di pasar big data analytics.

Application Information Will Show Up Here

Pencapaian dan Target Portal Perencanaan Keuangan Independen Finansialku

Pertumbuhan startup yang bergerak di bidang finansial pada periode 2015-2016 telah mengalami ledakan yang luar biasa. Berdasarkan data Asosiasi Fintech Indonesia angkanya mencapai 78 persen dan itu lebih tinggi 69 persen di banding periode tahun sebelumnya. Berbagai layanan pun mulai naik ke permukaan, baik yang lama maupun baru. Salah satunya adalah Finansialku yang menyediakan layanan perencanaan keuangan pribadi dan keluarga.

Finansialku sendiri sebenarnya sudah berdiri sejak akhir tahun 2013, tetapi ketika itu wujudnya masih berupa website perusahaan keuangan yang konsisten memberikan edukasi tentang keuangan. Melvin Mumpuni dan Alvin Augusto Saputra, yang merupakan teman kuliah di Universitas Katolik Parahyangan Bandung, adalah dua tokoh yang berperan dalam menginisiasi layanan Finansialku ini.

Sekarang Finansialku sendiri telah bertransformasi menjadi sebuah portal perencana keuangan dengan fokus dua layanan utama, layanan Edukasi dan Pelatihan Keuangan dengan layanan Aplikasi Finansialku.

Melvin mengatakan, “Finansialku adalah portal perencanaan keuangan yang memberikan informasi dan pendidikan keuangan kepada masyarakat, khususnya para karyawan, freelance, entrepreneur, ibu rumah tangga, dan mahasiswa. Kami berbagi informasi dan edukasi mengenai perencanaan keuangan, cara mengelola keuangan, investasi, asuransi dan lain sebagainya.”

Lebih jauh, Melvin menjelaskan bahwa ada dua fokus layanan yang coba ditawarkan oleh Finansialku. Layanan pertama adalah Edukasi dan Pelatihan Keuangan yang diberikan baik secara online maupun offline. Layanan kedua adalah Aplikasi Finansialku yang berfungsi untuk mengelola dan merencanakan keuanan pribadi dan keluarga.

Untuk layanan pertama, Edukasi dan Pelatihan Keuangan, pihak Finansialku sendiri saat ini sedang dalam tahap pengembangan fitur pelatihan online dengan harapan agar pelatihan pendidikan keuangan dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sementara untuk layanan kedua, Aplikasi Finansialku, pihak Finansialku sedang dalam tahap pemantapan untuk versi mobile yang rencananya akan dirilis pada tahun 2017 nanti.

Terkait dengan monetisasi layanan, Melvin menjelaskan bahwa ada charge biaya untuk pelatihan online dan fitur-fitur premium yang disediakan dalam aplikasi Finansialku.

Pencapaian di tahun 2016 dan kerja sama dengan pihak Bareksa

Di tahun 2016 ini memang telah terjadi ledakan layanan fintech di Indonesia dan Melvin sendiri menyadari bahwa saat ini sudah ada beberapa website fintech di Indonesia yang memberikan layanan serupa, edukasi keuangan. Pun begitu, Melvin menegaskan bahwa dirinya enggan menyebut mereka sebagai kompetitor karena ia melihat masing-masing perusahaan memiliki tujuan yang berbeda.

“Alih-alih sebagai kompetitor, kami lebih memilih bekerja sama dengan beberapa fintech untuk meningkatkan literasi keuangan,” ujar Melvin.

Langkah untuk bekerja sama ini pun sebenarnya sudah direalisasikan oleh Finansialku melalui kerja sama mereka dengan Bareksa. Melvin menjelaskan bahwa Bareksa kini adalah salah satu rekan dari Finansialku dengan tujuan untuk mengenalkan masyarakat tentang investasi reksa dana online.

Selain kerja sama, di tahun 2016 ini juga ada beberapa milestone yang dicapai oleh Finansialku dari sisi trafik layanan. Melvin mengungkapkan bahwa saat ini pihak Finansialku telah berhasil meningkatkan jumlah kunjungan ke layanan yang angkanya mendekati ratusan ribu visitor per month. Sementara untuk pengguna aplikasi web based, Melvin mengungkap telah merengkuh ratusan pengguna terdaftar.

Perubahan logo untuk mempertegas visi dan misi perusahaan

Ada satu hal menarik lagi yang terjadi pada Finansialku di tahun 2016 ini. Mereka (Finansialku –red), telah memiliki logo baru untuk layanannya. Tujuan dari perubahan logo ini menurut Melvin adalah untuk mempertegas visi dan misi Finansialku sebagai portal perencanaan keuangan di Indonesia.

Melvin menjelaskan bahwa shape berbentuk ‘chatbox’ berarti mendiskusikan sesuatu, sedangkan tulisan ‘F’ di tengah menggambarkan huruf ‘F’ yang mewakili kata Finansial. Lalu warna kuning yang menghadap ke kanan atas menunjukkan tujuan ke depan dan arah yang lebih baik.

Menurut Melvin, filosofinya sama seperti konsep perencanaan keuangan, yaitu membantu klien untuk  mewujudkan tujuan keuangan di masa yang akan datang.

Melvin mengatakan, “Jadi secara keseluruhan logo Finansialku berarti Finansialku akan mendiskusikan hal-hal tentang finansial [keuangan] individu dan keluarga, agar pembacanya dapat mewujudkan tujuan keuangannya dan memiliki kondisi keuangan yang lebih baik.”

“Kami [akan] terus melakukan perbaikan berkelanjutan agar dapat memberikan yang terbaik untuk masyarakat Indonesia dan customers kami. […] Di tahun 2017, Finansialku menargetkan untuk bisa dikunjungi jutaan visitors dan [memperoleh] ribuan pengguna aplikasi,” tandas Melvin.

Mengenal Platform P2P Lending Sofis dan Upayanya Mendampingi UKM Lewat Penerapan Laporan Keuangan

Kehadiran pemain usaha pinjam meminjam uang secara perorangan atau lebih dikenal peer-to-peer lending (P2P Lending) di Indonesia sebagai alternatif perolehan dana selain perbankan, rupanya diklaim masih menyisakan sejumlah permasalahan umum yang belum dipecahkan oleh pemain P2P Lending.

Misalnya, masih banyaknya pemain UKM -bahkan yang sudah masuk ke ranah online, belum menerapkan laporan keuangan (financial statement) dalam bisnis mereka. Padahal, ilmu akuntansi dasar ini sangat penting untuk mengontrol keuangan perusahaan. Untuk itulah, Sofis sebagai pemain platform fintech yang juga bergerak di P2P Lending hadir menyelesaikan masalah itu lewat program pemberdayaan UKM selama 8 bulan.

Startup fintech yang baru berdiri di Oktober 2016 ini, bertekad tidak hanya ingin dikenal sebagai pemain P2P Lending yang bertugas menjembatani peminjam dengan pemodal, tapi juga sebagai perusahaan yang menyejahterakan UKM.

Pada dasarnya, ada tiga isu permasalahan yang ingin dipecahkan Sofis lewat program pemberdayaan tersebut. Pertama, penerapan laporan keuangan yang dinilai masih minim untuk dilakukan. Bagaimana efek dari disiplin pencatatan laporan keuangan secara periodik dapat membantu pengusaha saat mengambil keputusan pengembangan bisnis.

Kedua, kurangnya akses bantuan bagi UKM untuk mendapatkan sertifikasi. Misalnya, Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta label izin halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ketiga, UKM yang masih kesulitan saat melakukan pemasaran produk. Lewas Sofis, akan ada kolaborasi dengan Bukalapak, Jakarta Consulting, Grow Asia Capital, dan lainnya.

“Program pemberdayaan (empowerment) tidak hanya bahas ilmu akuntansi saja. Selama delapan bulan dengan pertemuan offline setiap sebulan sekali, akan ada tugas yang akan kami berikan untuk UKM binaan kami. Tujuannya untuk membantu menyejahterakan mereka. Kita tantang mereka untuk mengubah kebiasaan, menanamkan nilai dalam produk, agar bisnisnya tetap terus tumbuh,” terang CEO Sofis Sendra Wong kepada DailySocial, Selasa (13/12).

Menerapkan laporan keuangan sebagai credit scoring acuan utama

Tampilan situs Sofis / Sofis
Tampilan situs Sofis / Sofis

Sendra melanjutkan, laporan keuangan menjadi acuan utama Sofis dalam menentukan grade bunga pinjaman untuk suatu UKM. Pasalnya, laporan keuangan menjadi tiang pancang suatu perusahaan untuk mengontrol kesehatan keuangannya dan proses auditnya guna mencegah potensi terjadinya tindakan kejahatan korupsi.

Mulai dari pengetahuan mengenai laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan neraca yang harus masuk ke dalam kertas kerja (worksheet), hingga pengertian aktiva passive dan aktif serta komponen apa saja yang masuk ke dalamnya. Di mana, belum banyak pelaku usaha yang sudah paham dengan hal tersebut dan masih mencatat secara manual.

Akibatnya, dengan pengetahuan yang masih minim, mereka masih menerapkan prinsip gali lubang tutup lubang. Secara profil risiko, mereka memang layak mendapatkan pinjaman dan mampu membayar cicilannya. Namun sumber dananya itu jadi tidak jelas, sebab bisa saja mengambil dana dari tempat yang bukan seharusnya.

“Pengetahuan akuntansi ini masih sangat dasar dan umum, banyak dari pelaku UKM yang belum paham. Kadang mereka juga tidak bisa membedakan mana profit, mana omzet. Makanya, mereka masih menerapkan prinsip gali lubang, tutup lubang. Bayar cicilan bisa, tapi sumbernya itu jadi berantakan karena tidak ada pencatatan.”

Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan startup akuntansi online Yonk.io dalam pengadaan laporan keuangan. Yonk.io diklaim sudah terkoneksi dengan bank, sehingga semua standar pencatatan keuangan dapat dijadikan acuan credit scoring seluruh penyedia jasa P2P lending saat menentukan grade bunga pinjaman.

“Dalam Yonk.io seluruh laporan keuangan untuk UKM sudah disediakan dengan lengkap, tinggal diisi saja. Mereka (UKM) akan kami bina untuk berlaku disiplin dalam pencatatan laporan keuangan, sebab dari sini bisa mengukur forecast, cash flow ke depannya bagaimana.”

Untuk menentukan grade bunga pinjaman, Sofis menerapkan acuan dari Pefindo Biro Kredit dengan membaginya mulai dari grade A1 sampai C3. Adapun kisaran bunga yang ditetapkan antara 12%-30% per tahunnya, dengan minimal pinjaman Rp10 juta sampai Rp200 juta.

Sementara itu, untuk menjamin kualitas kreditnya Sofis memberlakukan reserved fee (dana cadangan) sebesar 1%-2% per transaksi dan menggunakan jasa Jamkrindo untuk kredit penjaminan. Serta, menggunakan rekening bersama (escrow) untuk keperluan pencairan dana dari pemodal ke peminjam.

Selain itu, ada dua jenis fee yang diberikan Sofis kepada peminjam. Yaitu origination fee sebesar 2%-5% di potong dari awal transaksi, dan servicing fee yang dipotong tiap bulan dari nominal cicilan sebesar 0,5%. Adapun jaminan pencairan dana yang diberikan ke peminjam, maksimal tiga hari kerja setelah pengajuan dilakukan.

Target Sofis jangka pendek dan panjang

Sekadar informasi, Sofis belum resmi beroperasi. Saat ini startup fintech tersebut masih membangun fondasi dasar dengan mengadakan kerja sama strategis dengan berbagai institusi jasa keuangan (IJK) sebagai pihak pemodal (lender). Di antaranya, BNI Syariah, Bank Artha Graha, Radana Finance, CSU Finance, Stockbit, dan Bareksa.

Tak hanya itu, kerja sama dengan berbagai asosiasi terkait seperti HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) dan IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Pusat). Serta, startup layanan e-commerce semisal Bukalapak dan Tokopedia.

“Ke depannya, kami akan menyediakan pemodal dari perseorangan. Tapi sementara ini kerja sama dengan IJK tujuannya agar bisa lebih cepat ada traksi. Dengan Bareksa, nanti akan ada opsi beli loan di dalam platform mereka yang bisa dipilih untuk investor yang berminat. Sementara, dengan Tokopedia untuk pengadaaan e-financing. Semuanya masih on progress.”

Dalam pipeline, Sofis akan soft launching di Januari 2017 namun masih beta dan belum bisa melakukan menyalurkan pinjaman. Diharapkan dua bulan kemudian, sudah mulai menyalurkan pinjaman dari pemodal ke peminjam. Lalu, di Juni 2017 diharapkan Sofis sudah mulai stabil.

Ditargetkan setahun kemudian Sofis sudah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp 130 miliar dengan prediksi jumlah peminjam 5 ribu orang dan 1.000 pemodal, dengan total workshop mencapai 60-100 workshop.

Sofis menargetkan mengeluarkan produk baru, dalam bentuk penawaran saham untuk pemodal yang berminat berinvestasi di UKM yang sudah memiliki sejarah keuangan yang baik. Rencananya, produk ini baru bisa dikeluarkan di 2019 mendatang. Tak hanya itu, Sofis menargetkan bisa berekspansi ke kawasan Asia Tenggara.

Startup Titip-Menitip Barang Asal Singapura Airfrov Resmi Meluncur di Indonesia

Meleburnya teknologi dalam bisnis semakin memungkinkan banyak konsep bisnis yang dijalankan, termasuk salah satunya adalah bisnis “titip-menitip” barang kepada siapa pun yang bepergian, utamanya ke luar negeri. Salah satu bisnis dengan konsep ini yang masuk ke Indonesia adalah Airfrov. Startup yang pertama kali meluncur di Singapura ini siap menjadi platform titip-menitip barang di Indonesia dengan mengandalkan pengalaman bertransaksi yang mudah dan aman bagi penggunanya. Baik travellers (orang yang keluar negeri yang bisa dititipi barang) dan requesters (orang yang menitip barang).

Kebutuhan produk-produk luar negeri dan kapasitas bagasi traveller yang kurang terutilisasi menjadi salah satu alasan di balik dikembangkannya ide Airfrov ini. Setelah resmi berjalan 1,5 tahun di Singapura dan melihat peluang dari banyaknya jumlah wisatawan dari dan ke luar negeri, Airfrov akhirnya memutuskan untuk beroperasi di Indonesia.

CEO Airfrov Cai Li mengatakan bahwa tren titip belanja barang dari luar negeri menjadi semakin populer, namun ada kendala dari proses titip belanja konvensional seperti terbatasnya produk yang dapat dikirimkan, lamanya durasi pengiriman, kepastian pembayaran dan tingginya biaya pengiriman. Airfrov berusaha mereduksi hal-hal tersebut dengan mencoba memberikan pengalaman titip belanja yang lebih aman.

Layanan Airfrov saat ini bisa diakses melalui dua platform, yakni situs dan aplikasi mobile. Melalui Airfrov requester bisa langsung memposting barang yang mereka inginkan dan menawarkan harga barang, kemudian traveller yang bersedia akan memenuhi permintaan tersebut. Sebagai pihak ketiga atau mediator Airfrov akan menagih pembayaran dari requester dan menahan biaya tersebut di dalam escrow sebelum barang dibeli. Traveller akan mendapatkan uangnya jika barang sudah sampai ke tangan requester.  Sistem seperti ini dinilai membantu requester dan traveller mendapatkan kepastian transaksi yang aman.

“Di Indonesia, kami sedang fokus untuk membangun user experience yang terbaik kepada para pengguna kami, dan membangun tim lokal yang kuat untuk memahami budaya serta tren lokal secara lebih mendalam demi mampu memenuhi kebutuhan para pengguna di Indonesia,” jelas CTO Airfrov Robi Ng yang juga warga negara Indonesia.

Selain mengumumkan peluncurannya di Indonesia Airfrov juga melakukan pembaruan aplikasi yang kini mendapatkan beberapa fitur baru. Fitur baru tersebut meliputi fitur Trending Request dan Recommendations Bay Travellers untuk memberikan informasi mengenai tren produk-produk di luar negeri.

Sejak diluncurkan di Singapura pada kuartal pertama tahun 2015, Airfrov saat ini telah memiliki lebih dari 95,000 pengguna aktif, termasuk di antaranya berasal dari Indonesia. Di Indonesia sendiri, Airfrov melaksanakan soft launching pada Agustus 2016 dan mengklaim telah mendapatkan lebih dari 1,000 tawaran dari 150 travellers.

Di Indonesia sendiri bisnis titip menitip barang sudah dilakukan lebih dulu oleh Bistip. Menarik menilik persaingan mereka, terutama dalam hal mengenalkan konsep bisnis mereka agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas.

Application Information Will Show Up Here

Promogo Tawarkan Layanan Iklan dalam Wujud Fisik di Kendaraan

Populasi kendaraan di negara berkembang seperti Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan dan mobil menjadi salah satu penyumbang terbesarnya. Pun begitu, hal ini justru menjadi peluang bisnis baru dan Promogo adalah salah satu layanan yang hadir untuk mengoptimalkan itu. Promogo adalah platform iklan luar ruangan yang menghubungkan brand (pengiklan) dengan pengendara mobil. Sederhananya, pengemudi dapat menjadikan mobilnya sebagai media publikasi iklan dari sebuah brand dan performanya dapat dimonitor melalui Promogo oleh brand bersangkutan.

Di tahun 2013 silam, berdasarkan data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia, jumlah kendaraan di Indonesia tercatat mencapai 104,2 juta unit. Jumlah tersebut disebutkan mengalami peningkatan 11 persen dari tahun sebelumnya dengan motor sebagai penyumbang terbanyak. Sementara mobil penumpang mengikuti di peringkat kedua dengan jumlah mencapai 10,54 juta unit.

Meski angka tersebut terus naik dan memberikan dampak siginifikan terhadap lalu lintas, tetapi para entrepreneur di dunia digital melihat ini sebagai peluang baru untuk diatasi. Sebagai contoh, ada Uber, Grab, dan Go-Jek yang kini menjadi raksasa di layanan on-demand dengan memanfaatkan jumlah kendaraan yang terus meningkat. Lainnya, mulai meramaikan kolam dari sisi periklanan digital yang dibawa ke ranah fisik seperti yang dilakukan oleh Promogo.

Beroperasi di bawah naungan PT Lintas Promosi Global, Promogo memposisikan diri sebagai sebuah platform iklan luar ruangan yang menghubungkan brand dengan pengendara mobil. Artinya, pengemudi bisa menjadikan mobilnya sebagai media publikasi iklan dari sebuah brand dan dapat dimonitor perfomanya oleh pengiklan melalui Promogo.

Hal tersebut dimungkinkan dengan dukungan GPS tracking yang akan memonitor, mulai dari posisi dan rute mobil, hingga jarak tempuh dalam kilometer (Km). Nantinya pengemudi akan dibayar per-Km untuk membawa kendaraan mereka yang telah dibungkus stiker merek pengiklan. Sementara pengiklan dijanjikan akan mendapatkan yang hasil yang maksimal dari model iklan luar ruang yang dijalankan oleh Promogo ini.

Layanan Promogo sendiri usianya masih belum genap satu tahun, karena baru lahir dan berjalan di awal tahun 2016. Penggagasnya adalah Sergio Rusli yang kini menjabat sebagai CEO dan Andrew Tanyono yang kini menjabat sebagai COO.  Keduanya memutuskan untuk mendirikan Promogo karena melihat adanya kebutuhan akan pilihan untuk beriklan di luar ruangan yang lebih murah, dapat dipantau, dan aktif di tengah-tengah maraknya iklan digital yang ada.

Meningkatnya kegelisahan dari perusahaan dan para pemasar akibat banyaknya anggaran iklan mereka yang hampir terbuang sia-sia karena online Ad-blocker, bot-view, dan penempatan yang hampir tersembunyi juga menjadi alasan lainnya untuk mendirikan Promogo sebagai solusi alternatif.

Andrew mengatakan, “Kami memposisikan diri sebagai periklanan luar ruang [offline outdoor] dengan kehadiran fisik dari iklan pada kendaraan dan juga periklanan digital [online] karena kemudahan dan kesederhanaan yang kami sediakan bagi para pengiklan dengan website dan aplikasi Promogo.”

Sementara itu Sergio menyampaikan, “Kami percaya bahwa medium advertising ini akan lebih efektif daripada billboard. Karena harganya yang terjangkau, pengiklan dapat menjalankannya dalam jumlah yang banyak. Menurut saya, kecil, namun banyak, lebih baik daripada besar, namun sedikit. Orang-orang lebih cenderung ingat dan percaya pada suatu brand yang sering mereka lihat atau dengar.”

Sebagai informasi, Promogo tidak sendirian bermain di ranah periklanan digital yang memberdayakan mobil sebagai media publikasi iklan. Masih ada Sticar yang digawangi oleh Gede Rio Darmawan yang memiliki model bisnis serupa.

“Influencer Marketing Platform” Sociabuzz dan Rencana Bisnis di Tahun 2017

Implementasi media sosial untuk sebuah brand telah membawa cara baru dalam mengembangkan bisnis untuk menyentuh pasar dalam pendekatan yang lebih ramah. Peluang ini dimanfaatkan oleh SociaBuzz yang memposiskan dirinya sebagai influencer marketing platform. Setelah mendapatkan pendanaan awal di tahun 2015 silam, kini SociaBuzz berencana untuk memperluas jaringan influencer mereka yang berasal dari luar Indonesia dan merambah platform media sosial baru di tahun 2017 nanti.

SociaBuzz adalah influencer marketing platform yang pada dasarnya mengusung konsep online marketplace yang menghubungkan bisnis dengan social media influencer. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pemasaran word-of-mouth di media sosial seperti Instagram, Blog, Youtube, dan Twitter.

SociaBuzz sendiri sebenarnya sudah hadir sejak 2012 dalam versi beta, tetapi baru berbentuk PT dan operasional secara penuh mulai dari Maret 2015. Sebulan setelahnya, SociaBuzz berhasil mendapatkan pendanaan awal sebesar $62.500 dari angel investor. Adalah Rade Tampubolon yang kini menjabat sebagai CEO dan Eddy Yansen sebagai CTO yang menginisiasi lahirnya SociaBuzz di Indonesia.

Rade mengatakan, Awal terbentuknya SociaBuzz adalah karena masalah yang saya alami sendiri saat masih bekerja di brand dalam menjalankan influencer marketing secara manual. Banyak waktu dan tenaga yang terbuang hanya untuk menjalankan campaign dengan beberapa influencer dan untuk melakukannya dengan banyak lagi akan lebih painful. Maka dari itu, tercetus ide untuk automate semua prosesnya. Lalu saya menghubungi rekan saya Eddy Yansen untuk membuat sebuah influencer marketing platform.”

Pencapaian dan operasional di tahun 2016

Tidak lama setelah mendapatkan pendanaan tahap awal, SociaBuzz sendiri berhasil menjadi salah satu startup terpilih yang berhak untuk mengikuti batch ketiga program akselerator Ideabox. Di tahun 2016, Rade menyampaikan bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan program tersebut hingga ke ajang DemoDay. Ini merupakan salah satu pencapaian SociaBuzz di tahun 2016.

Di sisi operasional, Rade juga mengklaim bahwa kini jumlah brand  yang menggunakan layanan SociaBuzz telah mencapai lebih dari 550 brand. Sedangkan untuk jumlah influencer, SociaBuzz berhasil merangkul lebih dari 10.000 akun social media influencer dalam platform mereka.

Terkait dengan monetisasi layanan, Rade mengungkapkan bahwa pihak SociaBuzz akan menerima komisi dari setiap penghasilan yang didapat oleh influencer yang terdaftar. Sementara itu bagi influencer yang ingin bergabung akan ada proses penyaringan secara manual oleh pihak SociaBuzz dengan melihat konten dari masing-masing akun yang ada. Namun, Rade menekankan bahwa siapa saja sebenarnya bisa bergabung dengan Sociabuzz, mulai dari selebriti, selebgram, youtuber, blogger, buzzer, sampai micro-influencer.

Dari sisi advertiser, SociaBuzz menyediakan layanan escrow yang dapat di top-up melalui metode transfer antar bank. Jadi, saat advertiser mempekerjakan influencer, biayanya akan akan ditahan SociaBuzz terlebih dahulu yang kemudian baru diteruskan ke pihak influencer jika pekerjaannya sudah selesai. Sementara kinerja dari para influencer sendiri, menurut Rade, secara umum dapat diukur dengan melihat beberapa parameter seperti engagement dan clicks.

“Secara ROI, studi dari luar membuktikan bahwa untuk setiap $1 yang di spend advertiser, ROI – adalah $6,50. Pengukuran yang umum dilakukan di influencer marketing adalah jumlah engagement yang terjadi [likes, comments, re-tweet, shares], impressions, views, reach, dan clicks,” jelas Rade.

Rencana SociaBuzz untuk tahun berikutnya

Saat ini influencer yang bergabung dengan SociaBuzz kebanyakan memang berasal dari tanah air. Pun begitu, Rade menyebutkan bawah ada beberapa influencer dari luar negeri yang bertanya apakah mereka bisa bergabung di SociaBuzz. Hal ini yang kemudian menjadi rencana selanjutnya SociaBuzz untuk mengarungi tahun 2017.

Rade mengatakan, “Kami berencana untuk menambah influencer dari luar Indonesia [tahun depan]. Kami akan bekerja sama dengan freelancer di negara-negara lain untuk membantu merekrut influencer  untuk bergabung di platform SocaBuzz dan juga melakukan partnership dan integration dengan platform atau network influencer lainnya di negara-negara tersebut.”

“Negara yang ingin kami fokuskan terlebih dahulu adalah yang berada di South East Asian. Namun, kami juga mau tes negara-negara lain karena beberapa waktu lalu sudah ada beberapa influencer dair Italia, Africa, dan lainnya yang menanyakan ke kami apakah mereka boleh bergabung di SociaBuz,” lanjutnya.

Di samping menambah jaringan influencer dari luar Indonesia, Rade juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan mulai mencoba menambah jaringan media sosial yang akan terintegrasi. Namun, ini akan disesuaikan dengan kebutuhan advertiser dan juga perkembangan yang ada. Saat ini, menurut Rade, pihaknya tertarik untuk mengeksplorasi kemungkinan di platform seperti Snapchat, LINE, BBM, Pinterest, dan juga Bigo.

Rencana lainnya yang akan dijajaki kemungkinannya adalah penambahan metode pembayaran untuk top-up saldo di rekening escrow yang saat ini baru bisa menerima transfer antar bank. Di samping itu, untuk memudahkan kolaborasi antara advertiser dan influencer, Rade juga ingin SociaBuzz nantinya akan menghadirkan sebuah mobile application.

“Untuk memudahkan kolaborasi antara advertiser dan influencer, kami ingin menghadirkan mobile apps. Selain itu, kami juga ingin menghadirkan layanan atau fitur yang bisa membuat influencer dan content creator lebih menghasilkan dan sejahtera. Saat ini itu semua baru ide saja dan masih perlu kami validasi ke depannya,” ujar Rade.

Sebagai informasi, SociaBuzz sebenarnya tidak sendirian di ranah ini. Masih ada Blogmint, influencer marketing platform asal India, yang juga bermain di kolam yang sama dengan SociaBuzz di Indonesia.

Layanan Pengantaran Grocery Kebutuhan Harian Mumu.id Berkomitmen Sajikan Fleksibilitas Berbelanja

Mumu.id merupakan layanan pengantaran grocery online (belanja bahan rumah tangga/dapur) di supermarket dan pasar tradisional. Setelah setahun memperkenalkan diri, Mumu.id kini telah hadir di lima kota meliputi Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya dan Medan.

Layanan ini muncul memanfaatkan tren on-demand yang saat ini ada, tatkala orang-orang sering merasa enggan untuk belanja harian ke luar rumah dengan alasan kemacetan lalu lintas, antre yang berkepanjangan dan terlalu sibuk dengan aktivitas karier.

Berusaha menyelaraskan fitur dengan kebiasaan berbelanja sehari-hari

Mumu.id tak hanya menyediakan platform belanjanya saja, baik dari website ataupun aplikasi, melainkan juga kuris pengantar yang disebut dengan Muver Mumu. Pihaknya mengklaim mampu memberikan pelayanan belanja dalam waktu 1 jam, dengan jaminan kualitas produk segar dan biaya yang lebih hemat. Demikian seperti yang diungkapkan oleh Marketing Manager Mumu.id Richard Haris.

“Mumu.id hadir untuk memudahkan hidup setiap orang dengan memberi kemudahan dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari secara online. Dan untuk menunjukkan komitmen kami pada konsumen, kami pun melakukan pembaruan platform dengan menambahkan sejumlah fitur menarik yang bermanfaat.”

Perjalanan di tahun pertama memberikan banyak hal pada Mumu.id, termasuk menyesuaikan fitur layanan terhadap kebiasaan orang dalam berbelanja kebutuhan sehari-harinya. Saat ini beberapa fitur baru turut dihadirkan, mulai dari Mumu Deals, Daftar Belanja dan Pesan Kembali.

Melengkapi sistem berbasis e-commerce yang telah ada di platformnya, Mum Deals menjadi salah satu fitur andalan menawarkan beragam penawaran spesial, baik dalam bentuk kupon belanja, kode promo ataupun informasi diskon. Hal ini senada dengan kegemaran pembelanja kebutuhan sehari-hari yang didominasi oleh ibu rumah tangga, menyukai diskon dan perbandingan harga.

Pada fitur Daftar Belanja pengguna dapat membuat sebuah pengingat produk apa saja yang ingin dibeli pada saat belanja nanti, sehingga tidak perlu mencari ulang produk tersebut. Hal ini mengadopsi dengan catatan belanja yang umumnya dibuat sebelum pergi ke pasar. Kemudian yang terakhir ada Pesan Kembali, yakni memanfaatkan daftar belanja yang sudah pernah digunakan sebelumnya untuk memesan kembali barang atau produk yang sama.

Fleksibilitas ingin diunggulkan untuk menggaet konsumen secara lebih luas

Mulai dari sembako, produk segar, keperluan rumah tangga, kebutuhan pribadi hingga perkakas kantor menjadi produk yang disajikan pada Mumu.id. Selain berkomitmen memberikan produk lengkap, Mumu.id ingin memanjakan pelanggannya dengan fleksibilitas dalam hal pengantaran. Pengantaran produk oleh Muver sendiri dapat dilakukan dalam waktu 1 jam ke depan, di hari yang sama atau dijadwalkan kapan pun sesuai kebutuhan.

Variasi metode pembayaran turut menjadi perhatian, selain menggunakan mode elektronik, layanan bayar di tempat atau cash on delivery dihadirkan dalam opsi aplikasi. Saat ini pihak Mumu.id juga masih terus memperluas cakupan kerja sama, dengan supermarket ataupun toko-toko spesialis produk tertentu seperti daging, buah atau sayuran.

Mumu.id juga menyatakan siap bekerja sama dengan pemain e-commerce lokal pada layanan delivery atau armada pengantaran logistik (dinamakan Mumuve). Mumuve didesain untuk siap membantu pebisnis lokal memenuhi kebutuhan logistik yang lebih fleksibel.

Application Information Will Show Up Here

Bidik Pasar Enterprise, Bornevia Tambah Pilihan Paket Produk dan Siap Sematkan Fitur-Fitur Baru

Bertempat di D.LAB by SMDV, Jakarta, hari ini (1/12) startup Indonesia penyedia layanan CRM Bornevia mengumumkan kehadiran dua paket produk terbarunya, Enterprise Plan dan Lite Plan. Bersamaan dengan itu, berbagai fitur baru juga mulai disematkan dalam layanan Bornevia seperti Personal Messages dan 360 degree review yang lebih ditujukan untuk pasar enterprise. Ke depannya, selain mengejar target untuk profitable dan menggelar event offline rutin, Bornevia juga berencana untuk menambah kanal yang dapat terintegrasi seperti Facebook Messenger dan LINE.

CEO Bornevia Benny Tjia mengatakan bahwa salah satu alasan dari diluncurkannya paket Enterprise adalah karena melihat adanya kebutuhan Brands dan Digital Agency dalam menangani jumlah akun media sosial yang banyak dalam satu waktu. Sementara itu paket Lite Plan diluncurkan untuk membidik pasar startup yang masih baru meluncur dan tanpa modal pendanaan. Lite Plan sendiri ditawarkan gratis dan tanpa batasan waktu, tetapi terbatas untuk satu mailbox, satu widget, dan tiga pengguna.

Paket layanan baru Bornevia / DailySocial
Paket layanan baru Bornevia / DailySocial

“Kami meluncurkan Lite Plan ini karena melihat ada banyak startup baru yang masih kecil dan belum mampu menggunakan software dengan harga $10 per user per month [Standard Plan Bornevia],  sedangkan mereka butuh untuk menaikkan trafik layanan. [Di sisi lain] Live chat itu terbukti bisa menaikkan conversion, jadi kami gratiskan itu [layanan Live Chat Bornevia]. Namun, kami tetap batasi hanya untuk satu mailbox, satu widget, dan tiga user,” jelas Benny.

Benny menambahkan, “Sebelum memutuskan untuk memasuki pasar Enterprise, tim kami melakukan riset terlebih dahulu. […] Kami temukan bahwa memang Brand dan Digital Agency [besar] yang terbiasa menangani banyak akun media sosial memiliki tantangan dalam memberikan social customer service yang berkualitas di saat traffic media sosial mereka sangat tinggi. Tentu menerima dan membalas semua pesan di satu platform akan lebih efisien dan meningkatkan produktivitas perusahaan.”

Peningkatan back end dan penyematan fitur-fitur baru

Dengan membidik pasar yang lebih luar, enterprise skala besar, Benny mengungkapkan bahwa mereka juga melakukan pembenahan dari sisi back – end agar platform yang ditawarkan dapat menangani trafik yang masuk dengan cost yang terjangkau. Ini demi memperoleh margin yang tinggi dan membuat platform menjadi lebih andal.

Benny menjelaskan, “Jadi di produk baru ini kami melakukan peningkatan di sisi reliability untuk [target pasar] enterprise-nya, terutama yang memiliki banyak akun media sosial untuk brand-nya [20 ke atas]. Kami harus make sure trafik yang masuk itu bisa tertahan dengan cost yang terjangkau. Meski terlihat simple, tinggal connect akun-akun tersebut dan balas pesan yang masuk, tetapi ini sebenarnya berat untuk server.”

“Untuk handle trafik API media sosial dan pesan yang masuk dari akun-akun media sosial brand itu cost-nya bisa hampir 7000 dollar. Kemarin cost kami juga sempat melambung tinggi untuk handle semua klien enterprise, trial dan yang sudah bayar. Namun, kami sudah menemukan caranya. […] Jadi, yang kami lakukan itu optimize berbagai query yang datang dari media sosial, distribute ke server, dan macam-macam lagi sih. Ini agar kami bisa mendapat margin yang tinggi,” lanjut Benny.

Jadi, menurut Benny, inovasi yang dilakukan Bornevia sebagai sebuah perusahaan itu tidak harus berada di produk depan yang terlihat oleh konsumen, tetapi juga di sisi back – end  atau infrastruktur server juga. Sementara itu dari sisi front – end sendiri, menurut Benny ada dua fitur baru yang cukup signifikan dan sudah tersemat di Bornevia.

Dashboard Bornevia / DailySocial
Dashboard Bornevia / DailySocial

Fitur pertama adalah Personal Messages yang memberikan kemudahan bagi klien Bornevia untuk membalas pesan customer yang masuk melalui kanal publik atau yang lebih personal seperti private message dan direct message.

Fitur kedua adalah 360 degree yang memungkinkan Bornevia untuk mendeteksi consumer yang mengirim pesan ke brand adalah sorang public figure dengan follower yang banyak atau bukan. Ini akan membuat brand menjadi lebih berhati-hati dalam membalas pesan nantinya.

Rencana lainnya yang diungkapkan oleh Benny adalah penambahan kanal yang dapat terintegrasi. Benny mengungkapkan bahwa Bornevia sedang menjajaki kemungkinan untuk bisa terintegrasi dengan berbagai platform messenger seperti Facebook Messenger, LINE, Kik, dan lainnya. Paling dekat, menurut Benny, yang memiliki kemungkinan terbesar untuk terintegrasi terlebih dahulu adalah Facebook Messenger karena menyediakan API terbuka.

Mengenai rencana untuk tahun depan, Benny hanya mengungkapkan bahwa pihanya masih mengejar target untuk bisa profitable. Baru setelah itu akan mencoba untuk maju ke putaran pendanaan berikutnya.

Di samping itu, Bornevia juga berencana untuk menggelar berbagai event offline ke depannya. Tujuannya, selain memberi edukasi klien yang baru bergabung, juga untuk menggaet klien-klien potensial.

Saat ini, Bornevia sendiri mengklaim telah memiliki lebih dari 3000 perusahaan yang menggunakan platform mereka secara global. Dari 3000 perusahaan tersebut, hampir 50 persennya adalah perusahaan lokal.

Sementara untuk pelanggan enterprise, Benny mengungkapkan sudah ada empat enterprise yang bergabung dan dua dintaranya adalah yang sudah menjadi klien berbayar, yaitu Kalbe Nutritionals dan Bounche. Dua enterprise lainnya saat ini masih dalam masa trial. Satu enterprise bergerak di sektor FMCG (Fast-Moving Consumer Goods) dan satu lagi bergerak di sektor penerbangan.

Mengenal Aplikasi Informasi Tempat “Nongkrong” Makassar Nongki

Aplikasi informasi tempat nongkrong Makassar Nongki resmi meluncur 28 Oktober lalu yang merupakan hasil pengembangan tim lokal Indevtekno. Kehadiran Nongki, yang merupakan karya asli sepuluh anak muda Makassar, diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan warga di era digital sekarang ini. Sementara ini Nongki baru tersedia untuk Android, sementara versi iOS-nya masih dalam pengembangan.

Kami mencoba untuk mengenal Nongki lebih jauh melalui perbincangan dengan Sudirman Jusman, salah satu pentolan Indevtekno.

Menurut Sudirman, masalah utama yang melatarbelakangi berdirinya Nongki adalah sulitnya para pencari tongkrongan di Makassar untuk menemukan tongkrongan sesuai dengan kebutuhan, fasilitas, dan budget mereka.

Aplikasi mobile untuk pengguna, dashboard berbasis desktop untuk merchant

Dengan Nongki, diharapkan mereka dapat memilih tempat/kategori tongkrongan yang mereka inginkan, memilih fasilitas yang diinginkan terdapat  di tempat tersebut, dan mencocokkan dengan jumlah budget yang  mereka miliki saat itu. Nongki akan menampilkan rekomendasi semua merchant yang memenuhi kriteria yang diinginkan tersebut.

Sudirman menjelaskan Nongki saat ini fokus pada platform aplikasi mobile untuk pengguna, sementara untuk para pemilik usaha tongkrongan (merchants) memiliki dashboard sendiri untuk mengelola data mereka melalui desktop.

Dashboard yang dikelola mandiri memungkinkan merchant bisa mengolah datanya masing-masing, mulai dari perubahan harga, penambahan foto dan info lainnya, dan menambahkan event yang sedang berlangsung di tempat usahanya.

Model bisnis yang diterapkan adalah kehadiran Premium Merchant, menawarkan sejumlah fitur lebih, dengan skema berlangganan Rp. 100.000 / bulan.

Bagi pengguna, fitur utama Nongki adalah smart search, filterisasi pencarian yang lebih spesifik yang dapat menghemat waktu pencarian tempat nongkrong. Yang perlu dimasukkan adalah pilihan kategori tongkrongan yang dicari (Café/Resto, Rumah Makan, Warung Kopi, Jajanan dan Public Space), fasilitas apa saja yang diinginkan, dan budget yang dimiliki.

Buat para Nongkers (sebutan pengguna aplikasi Nongki) yang sangat suka berbagi keseruan nongkrong mereka, terdapat fitur “Timeline” yang berisi seluruh status (Foto, Review, Check in) para pengguna yang telah berteman (follow). Dibanding Instagram, Nongki memberikan detil tempat makan yang dipublikasi para pengguna, seperti halnya yang biasa dimuat di situs review makanan (Zomato atau Qraved).

Fitur lainnya adalah pencarian user Nongki, pencarian merchant atau lokasi Nongki, pencarian berdasarkan nama menu makanan/minuman yang diinginkan, dan pencarian tongkrongan terdekat (near me). Buat para pemilik usaha yang senang memberikan promo dan buat para Nongkers yang senang berburu tempat yang punya banyak promo, Nongki mempertemukan mereka di fitur promo.

Tiap merchant yang tergabung akan mendapatkan kode unik yang akan dimasukkan kasir dan menjadi laporan ke dashboard merchant. Hal ini diharapkan menjadi masukan kepada pemilik merchant tentang seberapa efektif bentuk/strategi promosi yang mereka gunakan untuk usaha mereka. Tersedia pula redeem point yang bisa ditukarkan dengan merchandise dari mitra UKM Nongki.

Target, persaingan, dan tantangan ke depan

Saat ini Nongki memiliki lebih dari 500 merchant yang kebanyakan masih berada di kota Makassar. Hingga akhir tahun targetnya memantapkan positioning sebagai aplikasi rekomendasi tempat kuliner dan nongkrong di Makassar. Berikutnya mereka mencoba merambah kota-kota lain di Sulawesi Selatan (dan jika mungkin kawasan lain di Indonesia).

“Saat ini adalah tantangan kita dalam mengedukasi peralihan bentuk promosi dari para pemilik usaha di Kota Makassar, dari yang sebelumnya masih menggunakan bentuk konvensional,” ujarnya.

Pihak Nongki menganggap pesaingnya adalah Foursquare dan Zomato yang berasal dari pengembang luar. Satu-satunya startup lokal yang memiliki irisan adalah Qraved (meskipun didirikan oleh co-founder asing). Operasional Nongki sendiri masih bersifat swadaya.

Sudirman mengatakan, “Hasil riset kami sampai hari ini, Nongki masih menjadi satu-satunya social media berbasis kuliner dan public space buatan Indonesia. So, Nongki is not only about eat, nongki is about connecting nongkers.”

Application Information Will Show Up Here

Solocon Valley Gandeng AA Investment untuk Bantu Tumbuhkan Ekosistem Startup di Solo

Beberapa waktu lalu kami sempat membagikan cerita mengenai Solocon Valley, wadah berkumpul dan beraktivitas penggiat startup Solo yang ingin membawa gegap gempita bisnis startup ke Solo dan membawa startup Solo ke permukaan dan dikenal banyak orang. Dari sekian banyak hambatan yang dirasakan penggiat startup di Solo, salah satu yang dikeluhkan adalah bantuan modal.

Meski tidak semua startup bergantung pada modal, kebanyakan startup membutuhkan bahan bakar untuk setidaknya beroperasi di awal. Solocon Valley tampaknya sudah mulai mendapatkan solusi untuk permasalahan ini. Archipelago Advisa (AA) Investment, sebuah lembaga profesional di bidang investasi dan keuangan, memutuskan untuk bekerja sama untuk membantu startup di bawah naungan Solocon Valley dalam hal strategi bisnis, pembentukan badan hukum, tata kelola manajemen, pengembangan usaha, dan tentunya pendanaan.

Kepada Dailysocial, Managing Director AA Investment Edwin Jayandaru AA Investment menilai ekosistem startup di Solo mulai bergeliat tumbuh. Kepercayaan diri dan gerakan-gerakan yang dilakukan melalui SoloconValley sedikit banyak menjadi bukti bahwa Solo memiliki potensi SDM dan bisnis yang cukup menjanjikan.

“Kami berharap dengan kehadiran kami, bisa membawa Startup yang tergabung dalam SoloconValley bisa eksis, tumbuh (going concern) dan bisa Go Publik melantai di Bursa Efek Indonesia hingga bermanfaat bagi elemen bangsa,” ujar Edwin.

Menanggapi kerja sama ini, penggiat Solocon Valley Soekma A. Sulistyo menjelaskan bahwa setelah kesepakatan dengan AA Investment terjalin, pihaknya akan terus menjalankan visi SoloconValley seperti biasanya. Mereka akan terus berusaha membangun ekosistem startup di Solo melalui pembelajaran dan saling berbagi pengetahuan terutama tentang investasi dan finansial yang selama ini mereka butuhkan.

Soekma juga mengungkapkan kegembiraan dan kebanggaannya karena dengan kerja sama ini pihak AA Investment sebagai investor potensial bisa memperhatikan anggota Solocon Valley yang kebanyakan baru memulai bisnis startup.

“Kami senang dan bangga, karena ada pihak [AA Investment] sebagai potential investor yang memperhatikan kami-kami di mana kebanyakan baru pada tahap early stage. Selain itu pihak AA Investment juga berkenan menyamakan frekuensi tentang model bisnis startup di mana selama ini bukan menjadi domain bisnisnya, dan semoga kami bisa mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020,” papar Soekma.