PasarLaut Bantu Tingkatkan Penjualan Koperasi Perikanan dengan Konsep E-Commerce

Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang kaya akan hasil lautnya. Sama seperti komoditas lainnya, potensi hasil laut ini semestinya bisa dioptimalkan lagi dengan tren teknologi digital yang semakin hari semakin akrab dengan masyarakat Indonesia. Salah satu layanan digital yang hadir untuk memperjuangkan hal tersebut adalah PasarLaut. Sedikit berbeda dengan kebanyakan bisnis e-commerce, PasarLaut mencoba menghubungkan koperasi-koperasi perikanan dengan para pembeli iklan sekelas bisnis seperti eksportir, perusahaan pengolah ikan, termasuk juga hotel dan restoran.

PasarLaut menurut salah satu founder-nya Farid Naufal Aslam juga bisa disebut sebagai Online Trading Platform yang khusus menyediakan suplai ikan secara konsisten dan berkelanjutan dari kelompok nelayan dan koperasi perikanan. Selain itu PasarLaut juga memberikan data harga dan stok komoditas perikanan secara real-time dan membukanya untuk masyarakat luas, sehingga diharapkan masyarakat dari berbagai daerah juga bisa melakukan trading komunitas perikanan secara efisien. Saat ini PasarLaut sendiri melayani pembelian komoditas perikanan dalam jumlah besar dengan kuantitas di atas 100 Kg.

“Pasarlaut menghubungkan Koperasi Perikanan yang merupakan titik supply awal dengan pembeli B2B akhir seperti eksportir, perusahaan pengolahan ikan, juga hotel dan restoran. Koperasi perikanan ini, yang beranggotakan nelayan tradisional, mengumpulkan hasil tangkapan nelayan melalui mekanisme pelelangan ikan. Dengan begitu, PasarLaut membantu nelayan-nelayan tradisional ini mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan harga yang lebih baik. Selain itu, PasarLaut juga membantu menyelesaikan masalah Customer (eksportir, perusahaan pengolahan, hotel/restoran) yang sering mengalami masalah kesulitan mendapatkan stok berkelanjutan untuk bisnisnya,” terang Farid.

Selain itu PasarLaut juga berharap bisa membantu nelayan untuk memberikan transparansi informasi  mengenai harga dan memperpendek supply chain dari perdagangan ikan di Indonesia.

Tim PasarLaut / PasarLaut
Tim PasarLaut / PasarLaut

Hal yang menjadi tantangan PasarLaut

Farid kepada DailySocial menjelaskan saat ini PasarLaut merupakan salah satu layanan yang memang sedang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan di sektor perikanan. Terlebih dengan fokus pemerintah saat ini yang tengah getol meningkatkan produksi di sektor maritim.

“Ketika melakukan validasi market dengan menguji coba transaksi di PasarLaut saat ini, kami mendapatkan inquiry sampai 3000 ton komoditas perikanan, walaupun tidak semua bisa dipenuhi mitra koperasi kami. Ini membuktikan bahwa potensi di industri ini memang besar,” terang Farid.

Hal yang saat ini masih menjadi tantangan adalah infrastruktur. Menurut Farid dengan kurang meratanya infrastruktur membuat biaya logistik cukup tinggi. Selain itu pelayanan di sektor logistik dirasa masih perlu banyak ditingkatkan seperti permasalahan delay yang bisa berimbas pada menurunnya kualitas ikan.

PasarLaut beroperasi di bawah dukungan PT Aruna Jaya Nuswantara masih terus berusaha menyempurnakan platform sambil terus menyebarkan penggunaan PasarLaut di beberapa titik koperasi perikanan di Indonesia yang sejauh ini sudah ada 44 koperasi perikanan di seluruh wilayah Indonesia yang bergabung dengan PasarLaut.

liteBIG Messenger Andalkan Fitur dan Layanan Korporasi untuk Tetap Bertahan

Jika melihat bagaimana layanan mobile messenger berkembang saat ini di Indonesia, dominasinya secara kasat mata sudah semakin jelas. Platform seperti WhatsApp, LINE, Telegram, BBM dan Facebook Messenger tergolong yang paling banyak digunakan. Di balik hingar-bingar itu semua, sejatinya masih ada pengembang layanan mobile messenger lokal yang hingga kini masih bertahan. Nama seperti LiteBIG Messenger dan Catfiz menjadi yang masih bertahan sampai sekarang.

Mencoba menggali informasi seputar traksi layanan lokal tersebut, DailySocial mewawancarai CEO liteBIG M. Tesar Sandikapura. Sejak tahun 2014 aplikasi messenger ini sudah mulai diperkenalkan ke publik, menargetkan sekurangnya 80 juta pengguna di Indonesia.

“Untuk pemain lokal saya bisa katakan kompetitor kami belum ada yang ditakuti. Kami saat ini memang mengincar pengguna WhatsApp dan Telegram agar bisa beralih ke liteBIG. Kami sangat ingin liteBIG Messenger bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Tesar.

Keyakinannya didasari dengan paket fitur “lebih” yang akan ditawarkan. Fitur unggulan liteBIG dinilai bisa menjadi trigger agar masyarakat Indonesia berpindah menggunakan liteBIG Messenger.

Berperang memperebutkan traksi pengguna

Startup yang tahun lalu mendapatkan funding dari seorang pengusaha lokal dengan identitas dan nilai yang tidak disebutkan secara spesifik ini memang harus berjuang keras untuk menumbuhkan traksi pengguna. Berkaitan dengan traksi, saat ini liteBIG mengaku baru saja menembus 500 ribu pengunduh pada awal bulan November ini. Dari jumlah pengguna tersebut, kisaran pengguna aktif 10-20 persen. Ditargetkan tahun depan bisa menembus angka 5-10 juta unduhan.

“Strategi kami tentu dengan mengejar kualitas produk kami setara WhatsApp dan Telegram. Fitur ke depannya akan banyak mengincar kebutuhan komunitas besar yang jumlah member-nya 5000 lebih/grup. Dalam waktu dekat kami akan banyak melakukan roadshow ke komunitas-komunitas tersebut,” ungkap Tesar.

Tren saat ini layanan messenger banyak yang membuka API (Application Programming Interface) untuk akses pengembangan kepada pihak ketiga dan juga pembentukan sistem chatbot. Kedua hal tersebut turut akan disematkan pada pembaruan liteBIG mendatang.

Masuk ke ranah korporasi tawarkan private messenger platform

Untuk solusi korporasi, liteBIG memiliki Whitelabel Messenger Enterprise, merupakan aplikasi mobile yang memberikan solusi komunikasi dengan menyediakan layanan untuk suatu organisasi/perusahaan dalam skala kecil maupun besar. Selain menawarkan kecepatan komunikasi, kolaborasi dan penyebaran data dan informasi antar karyawan, whitelabel messenger enterprise didesain juga untuk menawarkan keamanan data yang lebih baik lagi.

Revenue stream kami ada di beberapa kategori, yakni B2B, B2G dan B2C. Selain produk publik, kami juga menyediakan kebutuhan messenger untuk kalangan korporasi. Korporasi tersebut nantinya dapat menggunakan engine kami untuk kebutuhan internal messenger mereka secara on-premise dan tentu lebih privat. Untuk B2C, ke depannya kami akan ada fitur payment dan berkolaborasi dengan banyak merchant pembayaran dan e-commerce.”

Terkait dengan kustomisasi untuk korporasi (B2B) ini, saat ini sudah ada dua portofolionya yang siap terap, yakni FIFGROUP Messenger dan Mentimun Ngobrol. FIFGROUP didesain untuk kebutuhan komunikasi intend antara kantor pusat dengan dealer, fitur seperti broadcast pesan melalui sistem back office hingga pembagian aplikasi untuk pengguna kantor pusat dan dealer disematkan. Sedangkan Mentimun adalah salah satu portofolio yang didesain untuk kebutuhan komunikasi bisnis di ranah online marketplace.

Kebiasaan pengguna messenger berkaitan dengan kultur

Tesar menerangkan dalam kurun 10 tahun ke depan diperkirakan messenger apps akan menjadi semacam SuperApps, artinya messenger merupakan salah satu aplikasi yang akan terus digunakan oleh pengguna smartphone. Tren pengguna messenger di seluruh dunia terus meningkat, karena messenger adalah salah satu kebutuhan dasar bagi para pengguna smartphone dalam berkomunikasi. Sangat mungkin operator telekomunikasi akan tergantikan dengan fungsi messenger yang semakin canggih dan murah.

Messenger juga terlihat akan berevolusi menjadi aplikasi One Stop Services, pengguna cukup memasang messenger tetapi sudah mampu memenuhi banyak kebutuhan, seperti membeli tiket, pemesanan hotel, layanan transportasi, e-commerce, online payment, bahkan juga dapat menghubungi customer services dari banyak perusahaan besar.

Jika melihat pangsa pasarnya seperti di Indonesia, mengupayakan sebuah layanan messenger seperti menanamkan sebuah kultur di masyarakat. Ketika mereka menyukai, maka lambat-laun akan terus bertumbuh secara alami. Tantangannya justru untuk memulainya. Bagaimana mengemas kesesuaian fitur, keandalan produk dan kemudahan adopsi oleh masyarakat terhadap suatu layanan messenger.

Application Information Will Show Up Here

Platform Panel ID Digitalkan Proses Tanya Jawab untuk Sebuah Acara

Interaksi aktif antara peserta dan narasumber, biasanya terlihat langsung saat sesi Q&A (tanya jawab). Sebab pada sesi itu peserta bisa menanyakan banyak hal secara rinci terkait topik yang sedang dibahas. Jawaban pun akan langsung terjawab oleh pembicara dari berbagai sudut pandang.

Akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang malu untuk menanyakannya secara langsung, sehingga pertanyaan yang muncul tidak berbobot. Permasalahan inilah yang ingin diatasi oleh Panel ID. Startup dengan lima orang anggota tim dari Surabaya dan Malang ini ingin membantu pihak Event Organizer (EO) untuk mengumpulkan pertanyaan bahkan saat seminar baru dimulai guna efisienkan sesi Q&A.

Haris Aji, Founder Panel ID, mengatakan ide awal mendirikan Panel ID dimulai sejak akhir tahun lalu. Pada saat itu, dirinya masih bekerja sebagai penyelenggara EO. Dia melihat kurangnya interaksi pertanyaan dari peserta kepada pembicara dalam tiap acara seminar.

Kalau ada pun, pernyataan yang dilontarkan sering kali kurang berbobot. Peserta pada akhirnya memilih untuk menemui langsung narasumber setelah acara selesai. Kejadian ini bila ditelusuri lebih dalam terjadi karena peserta lebih nyaman untuk menuliskan pertanyaan daripada mengucapkan secara langsung dengan mengangkat tangan di hadapan peserta lainnya.

“Fitur-fitur yang disediakan Panel ID diharapkan bisa jadi jembatan untuk EO agar seminar bisa berjalan lebih efisien dan paperless. Mereka bisa mendapat feedback dari hasil seminar,” terang Haris kepada DailySocial, Senin (7/11).

(ki-ka) Founders Panel ID Harisyah Agam dan Haris Aji dalam acara di TV lokal / Panel ID
(ki-ka) Founders Panel ID Harisyah Agam dan Haris Aji dalam acara di TV lokal / Panel ID

Dalam penggunaannya, pihak EO yang sudah bekerja sama dengan Panel ID akan mendapat link panel khusus untuk dibagikan ke peserta saat seminar dimulai. Panel ID juga memberikan passcode khusus bertujuan untuk menyaring pertanyaan dari orang-orang yang tidak berkepentingan.

Secara real time, peserta sudah bisa mengajukan pertanyaan kepada pembicara sebelum sesi Q&A. Mereka pun bisa melakukan voting pada pertanyaan yang masuk, bila pertanyaannya relevan dengan penanya sebelumnya.

Pertanyaan dengan voting tertinggi kemungkinan besar akan dijawab terlebih dalu oleh pembicara. Seluruh pertanyaan akan tercatat dan data penanya akan terekam otomatis, bahkan pertanyaan bisa terpajang di akun media sosial penanya. Pihak EO juga bisa melakukan survei dan bisa terespons secara langsung apabila ada feedback membangun yang masuk.

Panel ID, sambung Haris, masih berbentuk situs. Ke depannya, pihaknya akan terus mengembangkan potensi lainnya untuk mendukung kebutuhan seminar. Salah satunya, peserta bisa mendapatkan slide presentasi dari pembicara tanpa harus mengambil foto per slide.

“Untuk itu, kami masih melakukan validasi dan riset pasar lebih dalam apakah kebutuhan di sana besar. Kami juga masih mempertimbangkan apakah perlu dibuat aplikasi Panel ID, kemungkinannya ada kebutuhan juga di situ.”

Sementara ini, Panel ID sudah bekerja sama dengan penyelenggara EO yang mengadakan acara Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital dan Pesta Wirausaha Nasional 2017 diadakan oleh Komunitas Tangan di Atas.

Layanannya pun masih digratiskan, mengingat produk Panel ID baru diresmikan pada pertengahan tahun ini. Panel ID juga berencana untuk memulai proses monetisasi pada akhir tahun ini. Nantinya, pihak EO akan ditawarkan beberapa paket dengan fitur yang berbeda sesuai kebutuhan masing-masing.

Malang Segera Miliki Layanan E-commerce dan Platform Pembayaran Malang Pay

Industri ekonomi kreatif di Indonesia tengah menjadi sorotan banyak pihak. Semangat mengembangkan ekonomi kreatif ini sudah sampai ke daerah-daerah. Salah satu yang berusaha turut membantu menumbuhkan ekonomi kreatif ini adalah Pemerintah Kota Malang. Dalam pemberitaan di berbagai media, Pemkot Malang dikabarkan akan membentuk sebuah situs e-commerce lengkap dengan platform pembayaran untuk mengembangkan ekonomi kreatif, khususnya di Malang.

Upaya ini ditempuh setelah melihat tanda-tanda bahwa ekonomi kreatif tengah bergeliat di Malang. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang Tri Widyani seperti dikutip dari Bisnis menyatakan bahwa ekonomi kreatif di Kota Malang sudah menunjukkan sinyal positif dengan dibentuknya Malang Creatif Fusion (MCF) dan digelarnya Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) beberapa waktu lalu.

Sebagai salah satu industri yang cukup menjanjikan e-commerce dinilai menjadi langkah yang tepat untuk membangkitkan semangat ekonomi kreatif. Di Indonesia industri e-commerce memang sudah mulai matang, terlihat dari mulai terbiasanya masyarakat melakukan transaksi online dan kolaborasi-kolaborasi yang dilakukan para pemain e-commerce dengan layanan logistik.

Situs e-commerce yang direncanakan Pemkot Malang ini ke depan akan berfungsi sebagai media jual beli produk ekonomi kreatif Malang. Sehingga distribusinya bisa lebih luas dan menjangkau seluruh Indonesia. Selain e-commerce Pemkot Malang juga akan mengembangkan Malang Pay, sebuah platform pembayaran yang tampaknya akan diintegrasikan dengan layanan e-commerce.

Belum ada informasi lebih lanjut mengenai bagaimana Pemkot Malang membangun Malang Pay, apakah kerja sama dengan vendor atau membangun sistemnya sendiri. Yang jelas Malang Pay akan menjadi salah satu alat pembayaran digital yang bisa memudahkan tidak hanya pembeli tetapi juga pemilik produk ekonomi kreatif.

Optimisme Kartoo Sebagai Aplikasi Mobile yang Menawarkan Promo dan Diskon

Semua tentu sepakat bahwa aplikasi mobile adalah salah satu cara untuk mendekat dengan pengguna. Setidaknya menambah lebih banyak kanal untuk menghubungkan sebuah layanan dengan pengguna smartphone yang semakin hari semakin meningkat di Indonesia. Adalah Kartoo, sebuah startup yang berusaha menghadirkan sebuah layanan yang memberikan promosi dan penawaran kartu kredit menarik bagi penggunanya melalui layar smartphone mereka.

Sederhananya Kartoo menyuguhkan sejumlah promo atau diskon dari berbagai jenis kartu kredit atau layanan pembayaran lainnya melalui platformnya. Kartoo menargetkan dua tipe pengguna, yang pertama bagi solusi pembayaran seperti penyelenggara kartu kredit, kartu debit, atau jenis pembayaran lainnya yang mengharapkan target promosi tepat sasaran dan loyalitas pengguna. Sedangkan yang kedua adalah pengguna usia matang yang ingin mencari sesuatu yang menguntungkan dari penawaran atau promosi-promosi.

Salah satu yang menjadi andalan utama dari Kartoo ini adalah personalisasi. CEO Kartoo Michael Luhukay menjelaskan bahwa salah satu hal yang menjadi keunggulan Kartoo adalah personalisasi. Kartoo memberikan kesempatan para penggunanya mengirimkan data-data yang tidak sensitif seputar kartu debit atau kartu kredit mereka untuk mendapatkan informasi dan promosi yang disesuaikan. Mereka juga bisa mencari informasi dan promosi berdasarkan kategori, dan informasi lain seperti lokasi ATM dan bank.

Anggota tim Kartoo / Kartoo
Anggota tim Kartoo / Kartoo

Kartoo yang sejak April lalu sudah merilis versi betanya saat ini sudah menawarkan lebih dari 2618 promosi dari 16 bank di Indonesia dengan cakupan lebih dari lima ribu outlet. Selain itu Michael juga menjelaskan sejauh ini mereka sudah bekerja sama dengan 3 bank untuk kerja sama yang lebih mendalam dan juga tengah menjajaki kerja sama dengan semua bank yang sudah ada di dalam database Kartoo.

Di tengah banyaknya layanan promosi dan diskon yang gulung tikar bisnis Kartoo termasuk yang memiliki risiko tinggi. Meski demikian Michael yakin bahwa dengan layanan dan strategi yang mereka susun pihaknya bisa terus bertahan dan mendapatkan banyak pengguna.

“Semua orang ingin memecahkan permasalahan loyalitas dan promosi, itu akan menajdi strategi yang pada akhirnya melahirkan pemenang. Sekarang kebanyakan startup berfokus pada pemecahan masalah loyalitas dari sudut pandang pedagang, sistem manajemen poin B2B untu bank atau aplikasi kartu kredit berbasis web. Dengan strategi kami sekarang dan memanfaatkan platform mobile sebagai fondasi bisnis kami memiliki keuntungan dalam menciptakan loyalitas dan pengalaman penggunaan aplikasi kartu kredit yang berbeda dari apa yang sudah ada di pasar,” terang Michael.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Trax Center, Aplikasi yang Membuat Kendaraan Anda Menjadi Pintar dan “Berbicara”

Minggu lalu, Indigo mengumumkan bahwa ada empat startup binaan program inkubasi batch pertama 2016 mereka yang berhasil membukukan pendanaan awal, bahkan sebelum program inkubasi selesai. Salah satu di antaranya adalah startup bernama Trax Center yang dibangun oleh Hadi Darmanto (CEO & CTO), Ganjar Satyanagara (COO), dan Hendy Wijaya (CMO). Dana segar tersebut akan digunakan untuk penguatan dan pengembangan, untuk server, aplikasi, sumber daya manusia, dan aktivitas marketing dengan menargetkan pertumbuhan , minimal, 20% Month-on-Month.

Pada dasarnya Trax Center adalah sebuah aplikasi mobile berbasis Android yang memiliki kemampuan untuk membuat kendaraan penggunanya menjadi cerdas dan dapat berbicara. Saat ini kemampuan yang ditawarkan adalah monitoring kendaraan, baik itu pribadi atau operasional, secara real time dan memberikan berbagai pemberitahuan kepada pemilik kendaraan bila terjadi sesuatu. Contohnya ketika pintu terbuka, kontak ACC on/off, melebihi batas kecepatan, pengingat waktu untuk perawatan dan bayar pajak, dan lainnya.

Namun, Hadi menyampaikan bahwa goal yang ingin dicapai oleh Trax Center di masa depan adalah menjadi pusat monitoring atau pelacakan semua hal yang bergerak dan terkait kendaraan. Hadi juga menegaskan bahwa Trax Center adalah platform dan pihaknya tidak menjual ataupun menyediakan jasa pemasangan alat. Untuk urusan tersebut, ada mitra bisnis yang bisa dihubungi.

“Konsep yang kami usung adalah Smart Vehicle System, membuat kendaraan menjadi pintar dan bisa bicara. Mobil akan terhubung dengan server dan app milik user, sehingga kendaraan dapat memberitahukan berbagai macam kejadian seperti pintu terbuka, mesin menyala atau mati, melebihi batas kecepata, pengingat waktu perawatan, dan lainnya melalui pemberitahuan email, text, dan suara. […] Kelebihan utama kami adalah user experience dan simplicity,” jelas Hadi.

Agar kendaraan pengguna bisa tehubung, ada satu alat yang perlu terpasang pada kendaraan, yakni GPS tracker. Melalui GPS tracker yang di dalamnya terdapat SIM card dan beberapa input & output digital inilah data terkait kondisi kendaraan akan dikirim ke server yang akan berujung pada pemberitahuan ke pengguna Trax Center.

Hadi mengatakan, “Dalam GPS tracker ini terdapat SIM card untuk mengirim data ke server melalui jaringan internet.[…] Dalam alat tersebut juga terdapat beberapa input & output digital yang melalui rekanan nanti akan dipasang ke kendaraan agar semua itu berfungsi. Tentang pemberitahuan ganti oli atau ban, itu berdasarkan kalkulasi pergerakan kendaraan. Semua sistem backend kami yang proses.”

“[GPS tracker] Bisa didapat pada rekanan-rekanan kami yang lokasi dan sebarannya bisa dilihat melalui situs resmi kami. Harga pemasangan awal itu variatif [1-2 juta Rupiah] sesuai kendaraan dan lainnya. Selanjutnya ada subscription bulanan Rp50 ribu untuk paket data [GPS] dan layanan, yang sudah kami fasilitasi di aplikasi secara online melalui transfer angka unik. Paket data ini sendiri sedang kami usahakan agar turun harganya dan sekarang sedang negosiasi dengan Telkomsel,” tambah Hadi.

Upaya monetisasi layanan Trax Center sendiri saat ini memang baru berjalan melalui subscription model. Biayanya sekitar Rp10 ribu per bulannya. Namun, Hadi mengungkap ke depannya ia ingin mengembangakan model monetisasi seperti marketplace dan juga  business API.

Tantangan dan fokus setelah pendanaan

Dalam perjalananya, Trax Center juga menemui beberapa tantangan yang cukup menantang. Hadi menceritakan bahwa  berdasarakan segmentasi usia pemilik kendaraan, pemilik kendaraan roda empat yang usianya di atas 40 tahun cukup menantang untuk didekati. Di samping itu ia juga menemukan bahwa awareness pemilik kendaraan tentang keamanan kendaraannya saat ini masih belum tinggi.

“Banyak juga yang salah kaprah bahwa kendaraannya aman 100 persen karena sudah di-cover oleh asuransi. Padahal, klaim [asuransi] tidak mungkin diganti 100 persen jika hilang,” ujar Hadi.

Saat ini, Trax Center sendiri telah berhasil membukukan pendaaan awal dalam jumlah yang tidak ungkap. Dana segar tersebut menurut Hadi berasal dari MDI Ventures dan Angel Investor yang tidak diungkapkan lebih jauh.

Hadi menyampaikan bahwa dana yang baru diperolehnya ini akan digunakan untuk penguatan dan pengembangan platform dari sisi, server, aplikasi, sumber daya manusia, dan juga aktivitas marketing. Sementara itu, bila bicara mengenai target, Hadi ingin Trax minimal dapat mengalami pertumbuhan 20 persen Month-on-Month yang saat ini diklaim rata-rata telah tercapai, dua bulan setelah investasi masuk. Rencana lainnya adalah mengembangan added value service lain untuk pemilik kendaraan seperti marketplace dan juga business API untuk klien perusahaan.

“Ke depan, kami sedang kembangkan juga added value services yang memudahkan pemilik kendaraan dalam melakukan maintenance kendaraannya lewat model marketplace. Untuk corporate, kami sedang siapkan business API agar backend mereka dapat terhubung dengan sistem kami sehingga lebih leluasa untuk generate reports, live tracking melalui aplikasi, dan lainnya,” pungkas Hadi.

Application Information Will Show Up Here

Plomo Mencoba Permudah Pengguna Cari Info Promosi Berbasis Lokasi

Mendengar kata promo dan diskon, biasanya orang akan berbondong-bondong datang ke tempat tersebut. Namun bila dilakukan dengan cara yang salah, justru orang tidak akan tertarik sama sekali. Kemungkinan besarnya dikarenakan lokasi merchant yang jauh dari posisi konsumen. Hal inilah yang menjadi lahan bisnis baru untuk Plomo kembangkan.

Plomo adalah aplikasi yang diharapkan memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mencari informasi mengenai promosi di sekitar lokasi pengguna. Belum benar-benar tersedia untuk publik, CEO Plomo Ryan Ramadhanta menerangkan sekitar 47% pengguna mobile internet menginginkan informasi mengenai promosi ketika mereka berada di dalam atau di dekat tempat mereka berada.

Plomo bekerja berdasarkan lokasi konsumen, dengan radius sekitar kelurahan dan kecamatan akan mendeteksi tempat mana saja yang sedang menyelenggarakan promosi. Konsumen bisa memilih sendiri sesuai preferensi masing-masing yang mana mereka sukai.

Menurut Ryan, kelemahan saat ini adalah promosi yang dilakukan oleh brand belum tepat sasaran karena berdasarkan retention rate. Perbandingan antara promosi dari berbagai channel marketing dengan orang yang menggunakan iklan tersebut kurang dari 10%.

“Ambil contoh, ada 1000 info yang disebarkan oleh brand ke potential customer dari berbagai channel marketing, akhirnya yang benar-benar pakai promo tersebut kurang dari 100 orang. Artinya ini kurang efektif bagi brand, makanya perlu solusi yang baru,” terangnya kepada DailySocial, Rabu (2/11).

(tengah) CEO Plomo Ryan Ramadhanta, beserta tim Plomo lainnya / Plomo
CEO Plomo Ryan Ramadhanta anggota tim Plomo lainnya / Plomo

Dengan pengembangan berawal dari ide sampai produk jadi, Ryan mengaku timnya yang berjumlah enam orang ini membutuhkan waktu selama enam bulan. Founder MalesBanget Christian Sugiono turut bergabung sebagai advisor yang memberikan masukannya kepada tim Plomo.

Saat ini Plomo sudah menjalin kerja sama dengan beberapa brand dari food and beverages (F&B), entertainment, dan apparel. Kendati demikian, Ryan belum bersedia menyebutkan identitas mitranya.

Dia bilang ke depannya pihak Plomo menargetkan kemitraan dengan berbagai brand F&B sebagai market potensial Plomo untuk menjaring banyak pengguna. Kemudian menyusul kemitraan dengan sektor lainnya seperti retailer, restoran, apparel, tour and travel agent.

Plomo sendiri direncanakan akan resmi diluncurkan dalam ajang internasional Web Summit 2016 di Portugal, pada tanggal 7-10 November mendatang.

Jaring kemitraan brand secara online

Ryan menerangkan, teknik akusisi brand yang akan ditempuh oleh Plomo tidak akan bersifat manual, dengan menemui klien satu per satu. Pihaknya menyediakan situs yang bisa diakses baik oleh brand maupun konsumen individual.

Untuk brand yang berminat, mereka bisa mengakses situs Plomo kemudian mengisi brand profile. Mereka perlu mengisi berapa lama promosi diselenggarakan dan lokasi toko mana yang akan dipromosikan.

“Ini sekaligus langkah monetisasi kami. Berapa lama promosi kemudian dikalikan dengan jumlah gerai yang akan dipromosikan, lalu dikalikan lagi dengan flat rate dari Plomo. Dalam dashboard akan langsung tertera biaya iklan yang mereka perlu bayar. Kami upayakan cara ini lebih mudah bagi brand, sebab tidak perlu proses tatap muka dengan perwakilan kami.”

Ryan menargetkan dalam setahun mendatang jumlah pengguna Plomo bisa mencapai di kisaran angka 10 ribu orang. Nantinya aplikasi Plomo tersedia untuk pengguna Android dan iOS.

Cerita Founder Asal Ambon Natasia Malaihollo dan Kesuksesan Startup Wyzerr di Amerika Serikat

Wyzerr merupakan sebuah startup yang memberikan layanan berupa enterprise-level market research untuk semua kalangan yang membutuhkan, baik bisnis ataupun personal. Dengan memanfaatkan keandalan Artificial Intelligence (AI), Wyzerr dinilai mampu melakukan tugas dan analisis mendalam yang umumnya sulit dilakukan secara manual. Namun siapa sangka di balik nama startup yang sedang ramai dibincangkan di lanskap usaha rintisan di Amerika Serikat tersebut ada seorang pendiri asal Indonesia. Namanya Natasia Malaihollo, seorang perempuan kelahiran Ambon, Maluku.

Keberhasilan Wyzerr yang banyak diberitakan dewasa ini nyatanya bukanlah sebuah proses yang instan. Bercerita kepada DailySocial, Natasia memulai Wyzerr sekitar dua tahun lalu setelah perusahaan teknologi yang pertama dirintis mengalami kegagalan. Kejelian memberikan inspirasi sekaligus semangat kepada Natasia untuk bangkit. Kegagalan tersebut berhasil menyadarkan bahwa ia tidak mengumpulkan berbagai umpan balik ketika perusahaan tersebut didirikan.

Sempat mencoba beberapa platform untuk mengumpulkan beberapa umpan balik untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan pelanggan di startup pertamanya tersebut, namun Natasia mengaku bahwa dirinya tidak puas dengan apa yang disajikannya. Dari situ ia bertekad untuk membangun sebuah sistem survei yang menyenangkan, terlihat seperti sebuah games.

“Otak platform kami adalah data umpan balik yang kami kumpulkan melalui gammified surveys. Semua survei Wyzerr bisa menangkap 25 pertanyaan tak lebih dari 60 detik,” ujar Natasia.

Memaknai kegagalan dengan menemukan kesempatan baru

Natasia lahir di Ambon, orang tuanya pun keduanya asli Ambon. Ia datang ke Amerika Serikat ketika berumur 1 tahun, tepatnya di Southern California. Di Berkeley ia mengambil kuliah jurusan hukum. Sempat bekerja di beberapa firma hukum dengan berbagai jabatan, pada akhirnya Natasia merasa dirinya lebih cocok untuk menjadi seorang pengusaha.

Pada Juni 2011 ia mendirikan Sooligan bersama rekannya Nikka Umil. Sooligan pada dasarnya mengusung sistem berbasis media sosial untuk menyuarakan berbagai kicauan terkait dengan aktivitas perkuliahan. Sebagai Co-Founder, di startup ini Natasia banyak mencurahkan pemikirannya untuk memimpin inovasi dan pengembangan produk. Namun tak jarang juga harus menyelaraskan kebutuhan operasional, mulai mendapatkan investor hingga strategi pemasaran.

Namun takdir berkata lain, pada Mei 2014 akhirnya Natasia tidak bisa melanjutkan Sooligan. Tak putus asa, bulan Juni 2014 Wyzerr terlahir menawarkan berbagai kemampuan untuk mendapatkan insight mendalam seputar umpan balik yang dibutuhkan untuk berbagai kepentingan.

“Ketika saya memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha, saya berpindah ke sebuah kota di mana startup pertama saya dilahirkan. Saya tinggal di Northwest Arkansas, New Orleans, New York, San Francisco. Dan sekarang (bersama Wyzerr) saya tinggal di Kentucky,” cerita Natasia tentang perjalanannya.

Nataisa mempelajari ilmu komputer sejak berada di bangku sekolah, meskipun ia tidak memilih jurusan tersebut pada kuliahnya. Saudara laki-lakinya kebetulan juga seorang insinyur di bidang komputer. Namun ia mengaku dorongan terbesar untuk mempelajari ilmu komputer justru karena yang ia sempat kuliah dan belajar di bidang hukum, fokusnya di bagian paten.

Melalui firma hukum yang sebelumnya menjadi tempat Natasia bernaung, ia seingkali melihat banyak inovasi dari kliennya di perusahaan teknologi, seperti Samsung dan IBM. Dari situ ia terus mengasah kemampuannya, dan terus belajar secara mandiri dan praktik terkait dengan pengembangan produk dan inovasi digital.

Traksi yang tinggi dan prestasi gemilang diraih bersama Wyzeer

Di Wyzerr sebagai CEO, Natasia juga bertanggung jawab untuk menyelaraskan pengembangan teknologi pendukung survei umpan balik yang dipasarkan. Apa yang ia kerjakan didasarkan pada misi untuk membuat teknologi umpan balik yang digunakan dapat menyenangkan, cepat, tanggap dan mudah digunakan baik oleh responden ataupun perusahaan yang membutuhkan analisis data tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Wyzerr kini terdiri dari dua varian produk, Wyzerr Questionnaires dan Wyzerr Insight. Sistem kuesioner yang diterapkan dalam survei didesain dengan user experiences yang menyenangkan, mengadopsi bagaimana permainan digital menjadi tidak membosankan untuk dibuka oleh pengguna ponsel atau komputer. Berbasis gamifikasi, pengisian umpan balik dilakukan seefektif mungkin, rata-rata responden membutuhkan waktu tidak lebih dari 60 detik untuk menyelesaikan 25 pertanyaan.

Implementasi produk Wyzerr untuk survei beberapa perusahaan ternama
Implementasi produk Wyzerr untuk survei beberapa perusahaan ternama

Hasil isian dari responden dianalisis melalui Wyzerr Insight, sebuah dashboard visualisasi data dengan algoritma analisis mendalam. Visualisasi data ini dirancang menggunakan beberapa teknologi kognitif terbaik untuk memberikan wawasan dengan instan dari volume data yang besar. Beberapa konsep analisis big data turut diadopsi dalam pengembangan sistem ini.

Kepercayaan pelanggan terhadap kinerja Wyzerr membawanya pada putaran pendanaan senilai $1,5 juta beberapa waktu terakhir. Saat ini Wyzerr telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan global, termasuk Walmart, Volkswagen dan Unilever. Kabar terakhir Wyzerr baru saja meraih runner-up di kompetisi Forbes Change the World, sebuah ajang bagi startup yang memberikan solusi untuk mengubah dunia.

Pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan, kegagalan dan keberhasilan Natasia dalam menjadi founder startup

Saat ini Wyzerr juga telah tersedia untuk beberapa wilayah di Asia. Cita-citanya untuk melakukan ekspansi lebih luas masih terus diupayakan, dan tak menutup kemungkinan juga Indonesia akan menjadi salah satu tempat singgahnya. Dari perjalanan Natasia bersama bisnis rintisan yang dibentuknya, ada beberapa hal yang menurutnya penting untuk disiasati oleh pemula dalam startup. Natasia mengungkapkan ada tiga poin penting yang harus diperhatikan dengan saksama.

Pertama terkait dengan melakukan pengujian. Selalu lakukan pengujian. Founder seringkali terjebak pada aliran ide yang begitu banyak, dan eksekusi cepat bisanya menjadi tren di kalangan pemimpin muda. Bagi Natasia melakukan pengujian sebelum membangun sesuatu menjadi sebuah ritual yang harus dijalankan. Baik sebelum mengeksekusi ide, produk ataupun inovasi lainnya.

Natasia dalam sebuah pagelaran bertajuk startup di Amerika Serikat / Dok. Pribadi Natasia
Natasia dalam sebuah pagelaran bertajuk startup di Amerika Serikat / Dok. Pribadi Natasia

Kedua ia menceritakan, di Wyzerr pihaknya tidak membangun apapun yang belum berhasil dijual kepada pelanggan. Dicontohkan seperti yang dilakukan Apple, mereka bisa menjual iPhone sebelum mereka menyelesaikan produk tersebut. Artinya di sini kepercayaan dan keyakinan konsumen telah dibangun sebelum produk tersebut benar-benar dirilis.

“Jangan pernah membangun sesuatu sebelum kamu berhasil menjualnya. Kalau Apple bisa, jadi kita harus bisa juga,” ujar Natasia.

Terakhir adalah kemauan untuk menyesuaikan dan mengubah ide dan produk jika pangsa pasar tidak merespon dengan baik apa yang telah dikreasikan. Karena kadang yang terlihat menarik bagi kita, ketika dipasarkan produk tersebut tidak menjadi kebutuhan urgen untuk calon konsumen kita. Membuka pikiran untuk terus belajar dan berinovasi menjadi peranan kunci di sini.

Aplikasi Sehati, Platform Informatif Khusus Ibu Hamil

Kualitas hidup manusia salah satu penentunya adalah saat 1000 hari pertama kehidupan. Periode ini merupakan momen krusial, terjadi percepatan tumbuh kembang anak yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Bagaimana orang tua bisa membangun fondasi kesehatan jangka panjang untuk anaknya berperan besar di sini.

Keterbatasan sumber informasi bisa dibilang jadi salah satu kendala utama bagi orang tua untuk mendukung kesehatan anak saat ini. Padahal di era digital, semestinya mereka bisa mengaksesnya dengan mudah, dan informasi yang didapat pun adalah valid. Sehati, sebuah aplikasi informasi untuk ibu hamil mencoba untuk memberikan solusi tersebut.

Anda Sapardan selaku CEO dan Founder Sehati menerangkan informasi yang diberikan oleh Sehati untuk penggunanya bersumber dari Dr. Ari Waluyo, SpOG selaku Co-founder Sehati dan dokter kandungan di RS Ibu dan Anak Asih, Jakarta. Lalu informasi juga dihimpun dari Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia (POGI), dan National Health Service (NHS).

“Informasi yang kami sediakan bersifat umum dan pengetahuan dasar, namun sumbernya valid. Biasanya informasi seperti ini jarang disampaikan oleh dokter kepada pasiennya. Untuk permasalahan yang butuh tindakan medis dan bersifat spesifik, tetap harus bicara ke dokter langsung sebab itu bukan domain kami. Sehati hanya sebagai pendamping,” terang Anda kepada DailySocial, Selasa (1/11).

(kiri) Co-founder Sehati Dr. Ari Waluyo, SpOG , (tengah) CEO dan Founder Sehati Anda Sapardan, dan (kanan) COO Sehati Rizky Rakhmat Oentoe / Sehati
(kiri) Co-founder Sehati Dr. Ari Waluyo, SpOG , (tengah) CEO dan Founder Sehati Anda Sapardan, dan (kanan) COO Sehati Rizky Rakhmat Oentoe / Sehati

Anda mengaku, pertimbangan untuk mendirikan Sehati sudah mulai dipikirkan konsepnya sejak 2014. Kemudian melakukan riset awal dengan menerbitkan panduan awal manual untuk ibu hamil di RSIA Asih.

Dari kajian yang dilakukan oleh tim Sehati, dalam setahunnya ada lima juta ibu hamil di Indonesia. Dari jumlah itu, sekitar 50% di antaranya menggunakan smartphone. Jadi target pengguna Sehati diperkirakan bisa menebus angka 2,5 juta ibu hamil.

Untuk capai target pengguna, dalam tahap awalnya tim Sehati akan giat promosi secara online dan offline. Misalnya, bekerja sama strategis dengan pemerintah daerah, rumah sakit, puskesmas, POGI dan lainnya.

“Kami ingin menimbulkan dampak sosial bagi pengguna Sehati di manapun mereka berada. Sebab pengetahuan tentang pentingnya 1000 hari pertama kehidupan adalah kunci utama peningkatan kualitas hidup manusia ke depannya.”

Saat ini, aplikasi Sehati masih berbentuk versi alpha. Direncanakan versi resmi sudah mulai bisa diunduh paling cepat pada akhir November ini. Anda menargetkan pada tiga bulan pertama aplikasi Sehati sudah diunggah oleh 3000 orang.

Direncanakan ke depannya Sehati bisa diakses lewat platform desktop. Kemudian bisa meluncurkan trilogi lainnya seperti aplikasi Anakku dan Keluargaku.

Bertujuan Bantu Masyarakat yang Membutuhkan, Social Startup Geevv Didirikan

Berawal dari ide untuk menciptakan kehidupan lebih baik bagi masyarakat yang kurang mampu di Indonesia, social startup Geevv didirikan. Diinisiasi oleh dua mahasiswa yaitu CEO dan Founder Azka A Silmi dan Co-founder Andika Deni Prasetya, Geevv adalah situs mesin pencari yang bisa digunakan oleh masyarakat umum untuk mendapatkan informasi secara online sekaligus memberikan donasi kepada mereka yang membutuhkan.

“Setelah melalui berbagai pertimbangan, saya melihat saat ini sudah banyak social startup yang muncul, namun kebanyakan dari mereka hanya menjembatani orang-orang yang membutuhkan dengan orang yang memiliki resource untuk menolong. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang ingin membantu sesama, tapi tidak memiliki resource (dalam hal ini uang). Muncullah gagasan untuk mengawinkan konsep search engine dan donasi,” kata Azka kepada DailySocial.

Geevv tidak hanya memberikan informasi yang dicari tapi juga kesempatan untuk berdonasi tanpa mengeluarkan uang secara langsung. Geevv berkomitmen untuk mendonasikan 80% profit dari penghasilan iklannya untuk program sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan.

Iklan, sebagai sumber penghasilan Geevv, nilainya bergantung pada setiap pengguna yang melakukan pencarian. Artinya setiap pengguna secara tidak langsung telah melakukan donasi dengan menggunakan Geevv. Ketika ikut berkontribusi melalui Geevv, selain mendapatkan keuntungan bisnis melalui iklan, pihak swasta secara tidak langsung telah berdonasi dan melakukan tindakan pro sosial.

“Monetisasi bisnis kami adalah menggunakan iklan seperti adwords dan ads banner. Ke depannya, kami akan terus mengembangkan potensi monetisasi yang ada untuk memperbesar manfaat sosial yang ingin kami ciptakan,” kata Azka.

Investor dan target Geevv tahun 2017

Dua pendiri Geevv, Azka A Silmi dan Andika Deni Prasetya

Saat ini, Geevv menjalankan usahanya secara bootstrapping dan telah mendapatkan pendanaan dengan angka yang tidak bisa disebutkan. Pendanaan tersebut berasal dari sebuah perusahaan Family Office Investment di Indonesia bernama RnB Fund. Untuk mempromosikan Geevv kepada masyarakat Indonesia, Geevv merupakan bisnis yang memfokuskan diri pada niche market. Strategi marketing yang digunakan berfokus pada audiences yang sangat spesifik. Oleh karena itu, walaupun channel-channel yang digunakan adalah channel mainstream namun penargetannya lebih spesifik.

“Kami tidak hanya menggantungkan diri pada digital marketing tapi juga upaya-upaya below the line marketing yang bisa digunakan efektif karena target yang jelas dan terasa lebih dekat,” kata Azka.

Di tahun 2017 mendatang, Geevv menargetkan dapat mengambil 1% market share mesin pencari di Indonesia. Selain itu, belajar dari pengalaman beberapa mesin pencari lokal di negara-negara seperti Rusia, Vietnam dan Tiongkok, Geevv berharap di tahun 2017 bisa mendapatkan dukungan pemerintah secara langsung.

“Diharapkan Geevv nantinya dapat menjadi media sinergis antara pemerintah, swasta, masyarakat dan organisasi sosial untuk menciptakan Indonesia dengan akses kesehatan dan kualitas pendidikan yang baik,” tutup Azka.