Jawab Tiga Pertanyaan Ini Sebelum Memutuskan Menjadi Wirausahawan

Bagi sebagian besar orang, ketika akan memutuskan memulai berwirausaha banyak hal yang harus dipertaruhkan. Pekerjaan yang sudah nyaman, penghasilan tetap, waktu bersantai hingga mental. Namun dewasa ini, khususnya di Indonesia, berwirausaha justru menjadi tren positif di kalangan usia produktif. Alih-alih sibuk mengejar capaian besar di korporasi ataupun sebagai pegawai negeri, banyak yang berminat terlibat dalam kewirausahaan, terlebih bagi para fresh graduate.

Nyatanya semangat di awal saja tidak cukup, karena selain strategi dan teknik dalam menjalankan bisnis, mental juga menjadi faktor penting yang harus dimatangkan. Untuk itu sedari awal sebelum memulai pastikan sudah tidak ada lagi keraguan.

Beberapa pertanyaan berikut bisa ditanyakan kepada diri sendiri untuk meyakinkan bahwa memilih menjadi pengusaha, dengan segala risikonya, adalah pilihan yang matang dan sempurna untuk direalisasikan.

Pertanyaan 1: Bagaimana jika saya mencoba lalu gagal?

Terkesan mematikan semangat, namun membawa imajinasi berbunga menuju realitas. Pertanyaan ini harus dijawab untuk memastikan bahwa sejak awal memutuskan untuk menjadi pengusaha sudah tahu risiko yang mungkin akan didapat. Bayangkan jika bisnis yang akan dijalankan gagal, bagaimana dengan modal yang sudah ditanamkan, tekanan sosial atas kegagalan atau carut-marut dari tatanan finansial keluarga.

Dari situ bisnis akan dimulai dengan tidak terlalu ambisius. Dijalankan secara bertahap dengan porsi yang tepat. Dan yang paling penting, selalu ada plan B, C dan seterusnya jika plan A mengalami kegagalan.

Pertanyaan 2: Lalu bagaimana jika saya berhasil?

Untuk mendefinisikan keberhasilan, perlu diketahui dulu ukuran sukses yang dimaksud seperti apa. Apakah sukses itu diukur dari uang yang didapat? Apakah capaian dalam kompetisi? Ataukah memiliki tujuan lain. Dari banyak cerita bisnis sukses, umumnya capaian tersebut memang didasarkan pada materi dan kepuasan pribadi. Siapa yang tidak senang jika perusahaan yang dibangun dari nol mendulang untung. Dan semua pasti senang jika dapat menjadi sosok menginspirasi, bagi para pegawainya maupun orang di sekitarnya karena berhasil membangun bisnis menjadi besar.

Pertanyaan ini membawa pada satu simpulan, bahwa untuk memulai suatu kegiatan wirausaha juga harus memiliki agenda yang kuat. Ini untuk memastikan bahwa di tengah perjalanan tidak goyah, karena apa yang ditargetkan sudah pasti, dan idealnya sudah tersusun roadmap-nya.

Pertanyaan 3: Lantas bagaimana jika saya memutuskan tidak mencoba?

Ini harusnya menjadi pertanyaan yang memiliki justifikasi paling kuat. Taruhan paling besar untuk seorang yang sedang memikirkan untuk memulai berwirausaha. Hal yang paling sederhana untuk menjawab dengan menanyakan kepada diri sendiri dan membandingkan dengan orang lain, misalnya “Jika Zuckerberg waktu itu memilih untuk berkarier sebagai developer di perusahaan besar, lantas apa kabar Facebook hari ini?” atau mungkin seseorang itu adalah kerabat dekat di lingkungan yang sudah sukses menjalankan bisnisnya sendiri.

Memang, tiga pertanyaan tersebut di atas membawa rasa takut ke dalam hati dan pikiran, seakan membuat perjalanan melangkah untuk berwirausaha jadi terasa makin berat. Namun di situlah cara menyeimbangkan antara angan-angan dengan realitas yang mungkin saja dihadapi, baik realitas baik ataupun buruk.

Memutuskan menjadi pengusaha memang seperti “berjudi”, namun dengan strategi dan hitungan yang matang, probabilitas hasil baik akan lebih besar.

Menentukan Tipe Pelanggan yang Tepat untuk Startup

Salah satu faktor penentu kesuksesan sebuah startup adalah ketika telah menemukan target pasar atau konsumen yang tepat. Menentukan target pasar yang tepat bukan hanya membantu startup berkembang kebih baik, namun juga berguna untuk setiap tahap yang telah dilalui oleh startup terutama jika startup mendapatkan dukungan penuh dari investor. Dalam artikel berikut akan dibahas beberapa contoh target pasar atau pelanggan yang bisa sesuai dengan produk dan layanan dari startup.

Pelanggan yang bersedia

Jenis pelanggan yang satu ini ternyata cukup efektif untuk mendapatkan feedback secara cepat serta kesediaan mereka untuk mengikuti dan mencoba layanan dan produk yang ada. Untuk startup yang masih dalam tahap awal, jenis pelanggan seperti ini bisa membantu startup menentukan strategi selanjutnya sekaligus melakukan koreksi terhadap kekurangan atau kesalahan yang ada dalam produk.

Sebagai contoh ketika Periscope baru saja meluncur, pengguna yang bersedia untuk mencoba dan mengikuti semua live stream yang ada, cukup membantu untuk melihat sejauh mana keberhasilan produk tersebut. Semakin besar keinginan pelanggan yang bersedia untuk mencoba, semakin besar kesempatan produk untuk berkembang dengan baik.

Pelanggan yang pemaaf

Jenis pelanggan yang satu ini cukup efektif untuk melihat kesalahan namun tetap bersedia untuk menggunakan. Terutama untuk startup yang baru saja meluncurkan produk terbaru atau startup yang baru saja melakukan rebranding, penambahan fitur dan inovasi. Pastinya bakal ada kesalahan, kekurangan dan hal-hal yang terlewat dalam produk tersebut.

Jika pelanggan yang ada cukup pemaaf dan mengoreksi kesalahan yang ada namun tetap bersedia untuk menggunakan produk atau layanan startup, untuk seterusnya pelanggan tersebut akan menjadi pelanggan yang setia, selama Anda menerima semua masukan dan kritikan yang ada.

Pelanggan yang viral

Ketika startup telah menemukan product-market fit cara paling tepat selanjutnya adalah dengan melakukan pendekatan kepada pelanggan yang memiliki pengaruh atau influential customers. Sebelum melakukan kegiatan tersebut, pastikan produk telah berfungsi dengan baik, karena ketika pelanggan yang viral akan menggunakan dan mempromosikan produk yang ada, akan tidak dengan mudah menerima toleransi atau menjadi pemaaf ketika produk atau layanan tidak berfungsi dengan baik.

Pelanggan setia

Anda akan mendapatkan keuntungan besar dari pelanggan setia yang bersedia menghabiskan uang dan waktu untuk produk Anda. Jika pelanggan setia telah cukup banyak jumlahnya, upayakan untuk selalu menghadirkan inovasi, fitur dan pilihan terbaru untuk mereka, dan pastikan untuk selalu memberikan layanan terbaik kepada pelanggan setia.

Banyak perusahaan membuat kesalahan dengan menampung satu jenis pelanggan dengan mengorbankan pelanggan baru. Tantangannya adalah untuk mendorong nilai dari pelanggan setia Anda tanpa mengasingkan mereka yang belum memberikan kontribusi atau cukup berharga bagi perusahaan.

Pelanggan yang menguntungkan

Akhirnya untuk bisnis yang matang, pendorong utama adalah mendapatkan profit. Anda akan lebih memilih pelanggan yang membutuhkan sumber daya paling sedikit untuk menjangkau dan mempertahankan mereka dari waktu ke waktu. Pelanggan yang membayar lebih dan menuntut lebih sedikit, setidaknya akan mendorong margin keuntungan perusahaan.

Pada tahap ini, banyak perusahaan yang mulai melupakan cara tepat untuk memberikan layanan terbaik kepada pelanggan setia dan pelanggan baru, sehingga memberikan peluang kepada kompetitor untuk menjangkau lebih banyak pelanggan yang dinilai kurang memiliki potensi.

Beberapa Pola Pikir yang Membentuk Jiwa Pengusaha

Banyak yang mengira menjadi pengusaha itu hanya membutuhkan modal nekad dengan strategi bisnis yang abal-abal. Malah beberapa di antaranya hanya mengetahui bahwa menjalani bisnis itu apabila Anda bekerja untuk orang, artinya Anda akan mendapat gaji dan membayar tagihan. Padahal sebenarnya bukan seperti itu.

Orang yang baru pertama kali terjun ke bisnis umumnya hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup dan membayar tagihan. Maka dari itu, Anda mulai memikirkan bisnis seperti apa yang sudah dapat mendulang untung di tahun pertama.

Dalam artikel ini secara mendalam akan membahas beberapa pola pikir seperti apa yang harus Anda bentuk untuk menjadi pengusaha, berikut ulasannya:

1. Manajemen berbagi pekerjaan

Anda tidak harus melakukan semua pekerjaan sendirian karena Anda bisa melimpahkannya ke bawahan Anda. Dengan demikian, Anda mampu bekerja selama 90 jam dalam seminggu namun berhasil menyelesaikan pekerjaan senilai 300 jam kerja dalam seminggu.

2. Melakukan lebih dari apa yang sudah dijanjikan

Ketika bertemu konsumen, Anda sebaiknya berikan janji yang bisa meningkatkan ekspektasi mereka. Misalnya janji bahwa Anda dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan kurang dari dua minggu, siap dipanggil sepanjang waktu, akan memecahkan masalah pribadi Anda, memberikan desainer terbaik untuk proyek tersebut dan lain sebagainya.

Pengusaha itu pada dasarnya selalu melakukan lebih dari apa yang dijanjikan sebelumnya. Contohnya Anda memberikan fitur tambahan secara gratis yang sebenarnya tidak diminta konsumen, tapi Anda tahu mereka bakal membutuhkannya. Ketika Anda melakukan ini, secara otomatis Anda dapat meruntuhan semua kompetisi untuk waktu yang lama. Bahkan kompetitor pun tidak sempat berpikir tentang kompetisi.

3. Diversifikasi

Ketika Anda pertama kali membuat bisnis, Anda pasti tidak bisa melepaskan secara penuh pekerjaan tetap Anda. Sebab Anda tidak bisa melepas risiko tagihan tidak bisa terbayar karena pekerjaan yang belum tetap tersebut.

Dengan diversifikasi seperti ini Anda harus pikirkan bagaimana cara mengurangi risiko pribadi, agar berikutnya Anda dapat fokus apa yang penting. Cara menemukannya Anda perlu melakukan hal apa yang bisa menciptakan lebih banyak uang daripada tagihan.

4. Sukai sekaligus bencilah bisnis Anda

Ketika Anda sukses saat pertama kali memulai bisnis, pastinya Anda yakin mampu menyelesaikan dan menghadapi berbagai permasalahan setiap harinya. Kemampuan Anda pun dalam memecahkan masalah dan mindset mendapat klien setiap hari akan semakin terlatih.

Namun pada saat yang sama Anda sangat membenci bisnis Anda dan cepat-cepat ingin menjualnya demi mendapatkan uang yang banyak. Bagaimana solusinya? Yang terbaik adalah sukai bisnis Anda setiap harinya dan pastikan ada nilai tambah yang selalu Anda bangun dalam perusahaan, dengan kondisi perusahaan selalu siap dijual kapan saja.

Taktik seperti ini dianggap lazim untuk beberapa pengusaha, misalnya Mark Cuban yang menjual perusahaan software pertamanya sebelum memulai Audionet/Broadcast.com atau Elon Musk yang menjual Zip2 dan Paypal sebelum memulai Tesla, SpaceX dan lainnya.

5. Jangan pernah marah

Anda tidak boleh marah ke siapapun itu, mulai dari konsumen, mitra, karyawan, pemilik tanah, konsumen hingga pesaing. Perhatikan rumus ini, bahwa marah = ketakutan yang ditutupi. Artinya Anda harus bertanya ke diri sendiri, apa yang Anda takutkan? Apakah Anda takut karena klien akan berhenti? Atau Anda takut karena karyawan akan merusak pekerjaan?

Sebaiknya Anda pecahkan rasa takut itu. Lihat skenario terburuknya, misalnya buat rencana apabila klien tiba-tiba meninggalkan Anda dan cara berkompromi dengan rekanan.

Akan tetapi apabila penyebab pekerjaan tidak berjalan mulus karena kesalahan karyawan, mungkin itu bukan hal terburuk karena membuat Anda tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi sepanjang waktu.

Empat Alasan Memperlakukan Venture Capital sebagai “Frenemies”

Sebelum Anda berencana untuk melakukan penggalangan dana tahap awal atau tahap lanjutan, baiknya cermati terlebih dahulu relasi atau hubungan yang bakal tercipta antara Anda dengan Venture Capital (VC) yang akan memberikan investasi kepada startup. Jika di awal Anda menilai hubungan baik yang telah tercipta adalah atas dasar pertemanan, ternyata tidak demikian.

Artikel berikut ini akan mengupas hubungan yang bersifat frenemies antara Anda dengan VC.

Siapkan agenda pertemuan

Hubungan baik dengan VC terkadang membuat Anda pemilik startup dengan mudah menerima tawaran makan siang bersama atau pertemuan mendadak dengan VC. Cara tersebut dinilai salah, karena ketika Anda sudah merasa nyaman dan memperlakukan VC layaknya teman baik, akan mempengaruhi hubungan jangka panjang. Idealnya tanyakan dengan jelas pertemuan apa yang telah ditawarkan oleh VC baik secara formal atau informal, pastikan pertemuan tersebut memiliki agenda yang jelas.

Startup Anda harus berkompetisi dengan startup lainnya

Faktanya setiap VC biasanya telah mengantongi beberapa startup yang telah di danai, hal tersebut tentunya wajib Anda ketahui terutama jika startup Anda saat ini mengalami pertumbuhan yang lambat dan masih mencoba mencari formula yang tepat untuk mendapatkan profit. Pada dasarnya VC akan mendukung bisnis dari startup yang ternyata mengalami pertumbuhan yang positif dan cepat. Untuk startup yang terbilang berjalan lambat dan tidak mengalami pertumbuhan yang positif, bisa dipastikan bakal ditinggalkan oleh VC, dengan kata lain pendanaan lanjutan tidak diberikan dan kerja sama akan segera dihentikan.

Jangan samakan bisnis Anda dengan bisnis dari VC

Idealnya adalah Anda bisa menemukan VC yang memiliki latar belakang yang sama dengan produk yang Anda miliki, dengan demikian kesepakatan hingga visi dan misi yang sama bisa diwujudkan dengan lancar. Namun ketika bisnis sudah berjalan dan produk sudah siap untuk diluncurkan, fokuslah kepada ide produk, rencana yang telah Anda miliki, dan jangan menjadi “bias” dengan keinginan atau gangguan dari VC.

Tujuan akhir dari VC adalah keuntungan atau jalan menuju likuiditas

Pada umumnya kerja sama yang terjalin antara startup dengan VC bisa mempercepat pertumbuhan, dengan bantuan berupa mentoring, strategi perekrutan, koneksi dan lainnya. Jika startup memiliki produk yang baik dan mampu menunjukkan peluang untuk melakukan monetisasi yang cepat dan lancar, VC pun akan terus mendukung pertumbuhan startup, sesuai dengan tujuan akhir dari VC yaitu likuiditas.

Untuk itu pelaku startup wajib untuk mencermati bahwa VC adalah investor finansial yang juga dituntut untuk memberikan hasil terbaik kepada investor mereka. Jika startup Anda sukses, VC yang tepat akan membantu startup lebih sukses lagi.

Menciptakan Budaya Belajar di Lingkungan Kerja

Salah satu pertimbangan yang sering diambil seseorang ketika memilih tempat kerja ialah adanya kesempatan untuk mengembangkan karier atau kompetensi yang dimiliki. Terkadang kebijakan atau sistem perusahaan yang ketat membuat proses tersebut menjadi lama, bahkan sering dirasa tidak mungkin. Keadaan ini dapat menjadi sebuah siasat bagi startup yang sedang mengembangkan kultur bisnis, untuk menawarkan dan membuat jalur yang lebih jelas bagi pengembangan kompetensi para pegawainya.

Tidak harus secara blak-blakan, peningkatan kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui proses berkesinambungan. Yang diperlukan manajemen ialah mengembangkan budaya yang pas dalam proses penugasan dalam lingkungan bisnis.

Berikut ini beberapa hal yang dapat dipertimbangkan:

Perhatikan perbaikan yang berkesinambungan dalam kinerja

Menjadi hal yang sangat wajar ketika bisnis melibatkan seorang pegawai untuk berpartisipasi dalam pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi atau pencapaian akreditasi tertentu. Ini juga sering kali digunakan sebagai salah satu indikator dalam penilaian kualitas kompetensi seseorang dalam tim. Sebenarnya pencapaian hasil yang diberikan pekerja tersebut untuk bisnis lebih tepat dijadikan acuan. Ini juga akan menciptakan budaya tentang peningkatan prestasi yang perlu dilakukan secara terus menerus dan menjadi sesuatu yang membanggakan.

Memberikan kesempatan belajar secara terus-menerus

Kadang insiatif tersebut harus dikondisikan. Sering seseorang memilih untuk pasif dalam keinginannya mengembangkan kompetensi diri, sejatinya mereka sangat memerlukannya. Penugasan dapat menjadikan strategi yang baik, misalnya meminta pekerja tersebut untuk mengikuti kegiatan workshop atau bahkan terjun langsung ke lapangan untuk mengerjakan sesuatu yang mungkin baru baginya. Dengan menyediakan sumber daya belajar yang tepat juga dapat meningkatkan kapabilitasnya. Sumber daya juga bisa dilakukan dengan strategi internal, bisanya saling bertukar keahlian yang dilakukan secara rutin atau dengan memberikan akses ke berbagai koleksi pembelajaran.

Pemimpin menjadi contoh

Budaya belajar untuk meningkatkan kompetensi kadang juga didorong dari apa yang dicontohkan pemimpinnya. Pemimpin dalam bisnis menjadi role model bagi para pekerjanya. Dengan memberikan contoh yang baik untuk mau selalu belajar dan meningkatkan kompetensi, ketika pemimpin meminta mereka untuk melakukan hal yang serupa, dengan mudah para pekerja tersebut mampu melihat hasil seperti apa yang didapat dengan melihat kompetensi cemerlang yang dimiliki pemimpinnya.

Empat Pertanyaan Mengenai Kesuksesan yang Harus Dijawab Founder Startup

Semua startup pasti ingin mencapai target terus meningkat dibandingkan pencapaian di tahun sebelumnya. Bentuk nyata dari kesuksesan itu, tidak melulu dari target pertumbuhan laba saja, tetapi bisa berupa berapa besar tingkat awareness konsumen terhadap produk Anda, bagaimana market share-nya di industri, dan beragam faktor lainnya.

Akan tetapi, pada dasarnya kesuksesan itu tidak terjadi secara kebetulan. Hanya akan terjadi, apabila Anda sendirilah yang mewujudkannya. Maka dari itu, Anda perlu membuat target dan mimpi yang belum pernah dibuat sebelumnya. Bagaimana caranya?

Artikel berikut akan membahas lebih lanjut pertanyaan apa saja yang perlu Anda tanyakan ke diri sendiri demi membangun kesuksesan bisnis seperti yang diinginkan.

1. Bagaimana cara Anda memandang sebuah kesuksesan?

Anda harus tahu jelas target seperti apa yang ingin Anda capai. Tutup mata dan bayangkan ketika Anda berhasil mencapainya menjelang tutup tahun. Ketika masa itu tiba, Anda akan merasa luar biasa karena Anda berhasil meraih beberapa kesuksesan yang indah.

Pikirkan hal apa yang memungkinkan itu bisa terjadi. Tuliskan dalam secarik kertas dan buat rencana kerjanya. Kemudian buatlah jadi potongan yang bisa Anda kerjakan satu per satu. Jadikan kertas tersebut menjadi hal pertama yang Anda lihat pada pagi hari sebelum memulai aktivitas.

2. Bagaimana Anda mengerjakan bisnis ini?

Dalam rangka menciptakan pertumbuhan bisnis di tahun ini, Anda harus umumkan perusahaan Anda ke hadapan calon konsumen. Apa target utama yang ingin Anda capai untuk tahun ini? Bagaimana strateginya? Sebaiknya Anda tidak melakukan semua hal di luar kemampuan.

Lebih baik, temukan cara menemukan target konsumen dan berkomitmen untuk melakukan satu atau dua strategi agar target utama tercapai.

3. Bagaimana membuat konsumen terkesima dengan produk Anda?

Anda perlu membuat rencana bagaimana melayani seluruh konsumen di tahun ini. Pikirkan bagaimana nilai spesifik yang bisa berarti bagi kehidupan konsumen Anda. Produk seperti apa yang bisa membuat konsumen jadi bergantung dengan Anda, malah menjadi penggemar, sekaligus jadi pelanggan dan konsumen tetap?

4. Hal seperti apa yang menghambat Anda?

Kehidupan pengusaha tidak selalu mulus. Terkadang ada hal yang membuat Anda jadi luar biasa, bahkan putus asa. Sehingga seringkali untuk melangkah maju Anda dikepung oleh rasa ketakutan dan keraguan.

Untuk memastikan Anda tidak menahan diri dapat maju di 2017, Anda perlu mengondisikan diri agar dapat melewati berbagai perlawanan yang terus muncul. Mulai fokus dengan apa yang Anda inginkan, bukan apa yang Anda mau. Langkah awalnya dengan memvisualisasikan bisnis dan kehidupan yang ingin Anda buat dan bagaimana cara membangunnya.

Kemudian carilah beberapa referensi buku motivasi dari sosok pengusaha yang Anda kagumi dan gabungkan kebiasaan mereka ke dalam rutinitas Anda. Lalu temui rekan kerja untuk mendapat motivasi lainnya, sebab pada akhirnya sukses itu bukan kecelakaan. Anda sendirilah yang perlu melangkah ke sana.

Menjalin Hubungan dengan Investor Tidak Bisa Dilakukan Secara Instan

Pendekatan kepada investor, baik itu Venture Capital atau Angel Investor, biasanya dilakukan mendadak dan sporadis oleh startup menjelang kebutuhan untuk mendapatkan pendanaan. Kegiatan pitching diikuti dari berbagai kesempatan. Jika startup tidak memiliki hubungan yang kuat dengan investor tersebut atau memiliki rencana investasi yang kuat, maka itu bukan menjadi pendekatan yang baik.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan startup ketika membangun hubungan dengan investor. Karena selain kesiapan materi, strategi yang bersifat soft-skill juga dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Yang sering terjadi pada pendekatan startup terhadap investor

Venture Capital ternama akan selalu dibanjiri dengan pitching-deck dari banyak startup. Diibaratkan jika seminggu ada 3-5 startup baru, maka selama satu tahun mereka akan bertatap muka dengan lebih dari 150 startup. Artinya akan sedikit kemungkinan mereka mengingat secara detail tentang nuansa ketika pertama kali bertemu, mereka mengingatnya sebagai sebuah pitching.

Pada kasus kebanyakan startup, pertemuan untuk membangun hubungan dalam dua atau tiga bulan sebelum penggalangan dana justru berubah menjadi pematangan produk atau pitch-deck.

Lima menit pertama adalah waktu krusial untuk memberikan kesan dalam presentasi, namun seringkali justru banyak masukan yang diberikan, bahkan startup jadi menemukan improvisasi mayor yang harus menjadi agenda pembenahan. Akibatnya justru akan menjadi bumerang karena kurang matangnya persiapan tersebut.

Tentu startup mengharapkan jika mereka senang dengan apa yang dipresentasikan, di lain waktu investor tersebut akan memberikan kesempatan lebih intend dalam memperdalam pemahaman tentang bisnis startup tersebut. Jika pun ada masukan yang harus menjadi pembenahan, diharapkan dalam selang waktu menuju kesempatan berikutnya para investor masih bergairah menerima dan mendengarkan improvisasi dari perbaikan yang disarankan.

Waktu ideal pendekatan adalah 6-12 bulan sebelum penggalangan dana

Menjalin hubungan sejak jauh-jauh hari bukan berarti startup harus menemui semua investor. Pilihlah calon investor yang sekiranya cocok dan bisa menerima proses bisnis yang dimiliki. Biasanya investor memiliki sebuah sistem manajemen relasi (bisa melalui investment partner) yang dapat memberikan intro kepada startup terkait ketertarikan mereka. Idealnya maksimal 5 investor yang dijalin hubungannya dalam kerangka waktu tersebut.

Elad Gil mengatakan dalam pengelamannya ketika startup sudah memiliki hubungan terlalu dekat dengan investor, misalnya sudah sampai pada pertemanan yang akrab, justru tidak akan memberikan investasi dalam jumlah besar. Karena pada dasarnya apa yang ingin dibangun investor adalah bisnis, bukan sebuah hal yang berkaitan dengan pribadi. Jadi kesimpulannya menjalin hubungan juga secukupnya, untuk meyakinkan kesamaan visi dan memberikan pemahaman produk secara mendetail.

Bagaimana Meningkatkan Loyalitas Pengguna

Persaingan bisnis di lini startup semakin ketat. Sama-sama merintis, dan sama-sama berjuang di pasar yang belum stabil membuat startup wajib untuk mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan yang sudah mereka dapat. Tidak mudah memang, tetapi ada beberapa cara yang bisa diupayakan. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan loyalitas pengguna.

“Muat” penggemar produk ke dalam sebuah konten

Produk digital atau produk konvensional sekarang sudah lazim memiliki akun media sosial untuk berkomunikasi dengan para penggemarnya. Salah satu cara yang mudah untuk meningkatkan loyalitas pelanggan dalam media sosial ada menghargai keberadaan mereka. Cara yang bisa dilakukan adalah memuat mereka dalam konten akun resmi. Ini bisa membuat mereka merasa “dikenal” dan semakin dekat dengan produk Anda.

Mendengarkan masukkan

Dari berbagai cara memperlakukan pengguna dengan baik mungkin ini yang paling dasar. Mendengarkan masukkan para pengguna. Biasanya loyalitas tumbuh karena pengguna dekat dan merasa didengar oleh pengelola produk. Jangan lupa untuk memberikan apresiasi bagi mereka yang meluangkan waktu untuk memberikan masukkan kepada produk Anda. Satu cara lain untuk menghargai mereka yang memakai produk Anda.

Ada saat dibutuhkan

Salah satu kunci loyalitas ada pada pelayanan. Customer service. Jika Anda menyediakan pelayanan yang prima, ramah, dan membantu. Pelanggan akan merasa sangat nyaman jika ada tempat untuk mereka bertanya mengenai permasalahan yang mereka hadapi. Standar pelayanan pelanggan yang baik bisa memuaskan pengguna dan bisa berubah menjadi loyalitas.

Beri sesuatu yang lebih baik yang tidak diberikan kompetitor

Pengguna cenderung memilih sebuah produk karena kelebihan, baik itu fitur yang lebih komplit atau pun pelayanan pelanggan yang lebih baik. Intinya secara umum, berikan apa yang kompetitor tidak punya. Berikan dengan kualitas yang baik tentunya. Tidak hanya berbeda, tetapi berguna.

Jadikan kualitas sebagai yang utama

Ini dari loyalitas pengguna adalah pengalaman yang baik. Jika ingin meningkatkan loyalitas ke level yang lebih tinggi pastikan Anda meningkatkan kualitas terlebih dahulu.  Baik kualitas produk maupun kualitas pelayanan.

Strategi Mendapatkan Umpan Balik Konsumen Melalui Email

Konsumen adalah raja, raja berhak menentukan, konsumen itu menentukan. Silogisme tersebut terkesan sangat klasik, namun masih sangat relevan jika dihubungkan dengan proses bisnis sampai era digital saat ini. Konsumen masih tetap menjadi prioritas, dalam capaian target dan tujuan bisnis. Secara sederhana hal tersebut membawakan sebuah simpulan bahwa bisnis yang ideal harus mampu memberikan solusi atas kebutuhan konsumen melalui produk/layanan yang dikembangkan. Lalu pertanyaannya bagaimana untuk mencapai titik ideal tersebut? Jawabannya dengan mengikuti apa yang diinginkan oleh konsumen.

Untuk mengetahui apa yang diinginkan konsumen, umpan balik menjadi agenda krusial yang harus dilakukan dalam riset bisnis. Ada beragam cara, mulai dari pendekatan langsung ataupun tidak langsung. Salah satu yang efektif digunakan saat ini menggunakan email survei pelanggan, dikemas dalam newsletter periodik. Perlu strategi yang pas untuk mendapatkan value maksimal, karena faktanya sebagian besar (96 persen) pelanggan umumnya tidak menyampaikan apa yang mereka keluhkan. Menjadi kontradiksi, sementara bisnis memerlukan poin-poin tersebut untuk pembenahan.

Umpan balik yang dikirim pun nyatanya tak semulus apa yang ditargetkan, persentasenya sangat sedikit (1,1 persen) dari total pelanggan yang mau melengkapi sebuah survei secara lengkap dan lugas. Sehingga diperlukan kejelian dalam penerapannya. Salah satunya dengan membuat umpan balik menjadi menarik dan efisien untuk menemukan hasil, yakni dengan melakukan improvisasi konten pertanyaan dan timing dalam penyampaian.

Tentukan tujuan rinci dalam mendesain pertanyaan

Pertanyaan survei yang baik tidak boleh berbelit dan multi-tafsir, terlebih saat mengharapkan “keikhlasan” konsumen dalam mengisikan. Buatlah pertanyaan tersebut sesimpel mungkin, namun menjawab pertanyaan besar yang dibutuhkan bisnis. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang cocok diterapkan dalam survei umpan balik sebuah bisnis dengan tujuannya yang spesifik:

(1) Dari mana Anda mendengar tentang produk/layanan kami?

Tujuannya jelas, untuk membantu bisnis menemukan kanal paling efektif dalam pemasaran. Banyak bisnis digital yang menyepelekan hal ini, dengan dalih mereka dapat menemukan tautan referral dari analytic tools yang ditanamkan dalam website. Namun alat analisis tersebut hanya memberikan informasi website terakhir yang mereka kunjungi sebelum beranjak. Kirimkan pertanyaan ini melalui email bersamaan dengan sapaan selamat datang yang didapat setelah pengguna mendaftarkan diri ke layanan tersebut, atau bisa juga dilakukan dua sampai tiga hari setelah mereka berhasil melakukan pendaftaran.

(2) Apa yang ingin Anda capai dengan produk/layanan kami?

Jawaban pertanyaan ini akan membimbing bisnis untuk memberikan prioritas pada pengembangan fitur produk, termasuk membantu bisnis dalam mendapatkan konten pemasaran terbaik. Sama dengan pertanyaan sebelumnya, pertanyaan ini cocok disampaikan di awal ketika pengguna baru selesai melakukan pendaftaran.

(3) Apa tantangan terbesar yang sedang Anda hadapi?

Ini lebih baik ketimbang pertanyaan tentang fitur apa yang mereka inginkan. Karena pada umumnya konsumen tidak bisa membayangkan dengan baik fitur tersebut sebelum mereka mencobanya. Dengan mengetahui permasalahan terbesar mereka, personalisasi dalam pemasaran akan mudah didefinisikan. Memberikan penawaran yang paling tepat untuk kebutuhan konsumen tersebut. Email ini juga cocok dikirimkan di awal kunjungan konsumen.

(4) Mengapa Anda memutuskan untuk tidak membeli/berlangganan?

Penting untuk diketahui alasan mereka tidak membeli atau berlangganan. Hal ini untuk memberikan informasi, apakah di luar sana ada produk lain yang lebih menarik, fiturnya kurang lengkap atau harga terlalu mahal. Dengan informasi ini bisnis dapat melakukan pembenahan untuk memenangkan pelanggan di masa mendatang. Pertanyaan ini bisa dikirimkan 30 – 90 hari setelah masa berlangganan gratis (trial) telah berakhir.

(5) Apa yang akan Anda lewatkan jika tidak menggunakan layanan kami?

Informasi dari pertanyaan ini membantu bisnis menemukan fitur paling dicari di dalam produk/layanan yang disajikan. Tujuannya pada penekanan saat melakukan penawaran produk. Email ini bisa dikirimkan saat pengguna tengah menikmati produk atau layanan, terlebih saat mereka mulai melakukan upgrade atau pembaruan akun yang dilanggan.

(6) Apakah Anda akan merekomendasikan produk/layanan ini kepada kolega?

Pertanyaan ini memiliki tujuan untuk membuat persentase kepuasan pelanggan. Sekaligus untuk mendorong pelanggan mempromosikan produk/layanan atas kepuasannya. Kirimkan email ini secara periodik, setiap tahun atau kuartal di masa berlangganan.

Memilih Desain Situs dan Aplikasi untuk Meningkatkan Pertumbuhan Startup

Tahukah Anda perhatian manusia terhadap sesuatu hanya berlangsung kurang lebih 8 detik saja, kemudian akan beralih kepada hal yang baru jika tidak menarik perhatian. Untuk itu menjadi penting bagi pelaku startup untuk memperhatikan tampilan situs hingga aplikasi yang mampu menyerap dengan cepat perhatian calon pengguna kemudian tertarik untuk menjelajahi lebih dalam hingga akhirnya membeli produk atau layanan yang startup Anda tawarkan.

Artikel berikut ini akan membahas 7 desain menarik yang bisa diterapkan oleh startup untuk situs dan aplikasi mobile perusahaan.

Integrasi

Gabungkan pesan pemasaran atau promosi yang jelas dan memberikan efek langsung dengan visual atau gambar yang menarik. Tonjolkan visual serta kalimat yang jelas di halaman muka situs Anda, misalnya jika startup Anda mencoba untuk menawarkan program donasi kepada orang yang membutuhkan dan berbasis teknologi, jangan terlalu banyak menggunakan visual yang terkesan rumit dan sarat dengan visual teknologi. Hal tersebut akan membingungkan pengunjung situs Anda yang ternyata tertarik untuk memberikan donasi. Tampilkan visual yang menggambarkan jenis donasi yang ingin startup berikan dengan visual orang atau kegiatan kemanusiaan yang jelas.

Manifestasi

Tampilkan profil perusahaan Anda dengan tulisan singkat yang jelas dan mudah dicerna dengan visual yang menarik dan dapat dilihat dengan baik. Dalam hal ini menjadi hal yang relevan misalnya startup Anda mencoba untuk menawarkan stok foto atau visual yang dibutuhkan untuk kepentingan content marketing, company profile dan lainnya. Idealnya buatlah tulisan yang singkat dengan warna tampilan yang lembut, intinya tulisan tentang layanan yang ingin ditawarkan harus terlihat dengan jelas, tanpa adanya gangguan dari visual yang dipilih.

Buat desain lebih engaging

Agar pengguna merasakan kemudahan dan tertarik untuk langsung memesan layanan atau produk yang Anda tawarkan, buatlah visualiasasi dilengkapi dengan tahap atau pilihan yang jelas. Dalam hal ini dicontohkan sebuah startup yang ingin menghadirkan layanan pemesanan layanan kecantikan di salon. Agar pengguna bisa langsung menikmati fitur di aplikasi, buatlah video demo dalam bentuk animasi yang berisikan cara mudah untuk melakukan pemesanan hingga pengaturan waktu yang diinginkan. Dengan demikian pengguna akan merasa memiliki kontrol sekaligus pilihan terhadap layanan yang ingin dinikmati di salon tersebut.

Olah dari materi yang telah dimiliki

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk merubah tampilan situs atau aplikasi adalah dengan menggunakan logo atau warna yang sudah ada, yaitu dengan menonjolkan warna yang sebelumnya tidak terlalu terlihat, atau merubah desain logo menjadi sedikit lebih berbeda namun tidak keluar dari jalur yang ada. Dengan melakukan perubahan skala kecil tersebut ternyata mampu mebuat tampilan situs atau aplikasi mobile menjadi lebih segar dan tentunya berbeda.

Pilihan warna

Selain tagline yang menarik serta pilihan visual yang beragam, pemilihan warna dalam situs atau aplikasi juga bisa mempengaruhi keputusan pengguna untuk mengunjungi situs atau mencoba aplikasi yang ada. Menurut CoSchedule sekitar 90% pada akhirnya orang tertarik untuk berlama-lama di situs atau aplikasi mobile adalah karena tertarik dengan warna yang ada. Sementara berdasarkan seorang praktisi pemasaran Neil Patel, sekitar wara mempengaruhi conversion rate hingga 85%. Untuk itu perhatikan pilihan warna di situs hingga aplikasi mobile startup Anda.

Visualisasi

Gambar yang menarik dan memiliki cerita sendiri merupakan hal yang cukup berpengaruh dalam tampilan situs atau aplikasi mobile. Untuk itu tentukan pilihan visual yang paling sesuai untuk produk atau layanan yang Anda miliki. Misalnya jika startup Anda bergerak dalam sistem perekrutan talenta atau HR, idealnya tampilkan visual orang dan hindari pemilihan warna yang terlalu muda atau foto yang terlalu ‘sibuk’. Intinya adalah, lakukan proses penyaringan dan pemilihan visual yang paling tepat untuk bisnis Anda.

Pemilihan logo yang sesuai

Jika Anda telah menemukan logo yang sesuai untuk startup Anda, pastikan dilengkapi dengan visual atau tulisan yang mewakili layanan atau produk yang ditawarkan. Dalam hal ini jangan hanya menuliskan logo perusahaan namun sertai juga dengan visual yang menggambarkan dengan jelas layanan yang ingin Anda berikan. Dalam hal ini seperti yang dilakukan oleh Changejar, berupa platform mobile untuk uang tunai yang dioptimalkan untuk pembayaran ritel. Dalam logo tersebut ditambahkan ikon mata uang sesuai dengan negara asal. Pilihan tersebut tentunya akan berguna ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan ekspansi ke negara lainnya dengan hanya mengganti ikon mata uang negara tersebut.