Direktori Makanan “Traveloka Eats” Resmi Diluncurkan

Hari ini Traveloka meluncurkan fitur Traveloka Eats di aplikasinya. Fitur yang secara khusus dihadirkan untuk pengguna Traveloka tersebut berisi food directory delapan ribu restoran di tujuh kota besar di Indonesia. Di antaranya adalah, Jakarta, Tangerang, Bandung, Bali, Yogyakarta, Surabaya dan Medan.

Kepada media, Senior VP Business Development Traveloka Christian Suwarna menyebutkan, diluncurkannya fitur terbaru ini diharapkan bisa membantu pengguna yang ingin menemukan rekomendasi kuliner lokal saat sedang travelling langsung dari aplikasi Traveloka.

“Fokus Traveloka saat ini baru tujuh kota, namun ke depannya kami akan menambah jumlah kota dan restoran di food directory Traveloka Eats,” kata Christian.

Selain menghadirkan review dari TripAdvisor, Traveloka juga memiliki fitur review untuk pengguna yang ingin berbagi pengalaman kulinernya. Traveloka juga telah melakukan kolaborasi dengan food blogger ternama untuk memberikan rekomendasi restoran favorit di berbagai daerah.

“Saat ini kami belum menghadirkan fitur point atau loyalty program untuk pengguna yang memberikan review atau ulasan restoran di aplikasi Traveloka. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pilihan tersebut akan kami hadirkan,” kata Christian.

Penawaran harga spesial

Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Traveloka Eats adalah, fitur penawaran atau Special Offer yang dimiliki oleh Traveloka. Bekerja sama dengan partner yang ada. Traveloka Eats menyediakan harga khusus yang bisa dinikmati langsung dari aplikasi.

“Saat ini kita sudah menjalin kemitraan dengan sekitar 600 partner yang menyediakan penawaran khusus berupa diskon dan harga istimewa, yang bisa di-redeem di aplikasi Traveloka,” kata Christian.

Disinggung strategi monetisasi yang dilancarkan, untuk tahap awal Traveloka tidak mengenakan biaya kepada pihak restoran. Semua masih dilakukan secara cuma-cuma guna melengkapi informasi restoran yang ada.

Namun demikian ke depannya bisa dikembangkan sistem komisi berdasarkan kemitraan dengan partner untuk pemberian Special Offer. Hal ini menyesuaikan perjanjian dengan masing-masing partner.

“Traveloka ingin menjadi one stop solution untuk pengguna setia Traveloka, mulai dari pembelian tiket pesawat dan transportasi lainnya, penginapan hingga rekomendasi kuliner seru dengan penawaran khusus dari Traveloka,” kata Christian.

Application Information Will Show Up Here

PergiUmroh Hadirkan Marketplace Terkurasi untuk Layanan Haji dan Umroh

Belakangan ini di Indonesia muncul berbagai berita mengenai penipuan agen perjalanan travel yang sudah merugikan konsumen. Banyak yang tergiur janji berangkat umroh dengan biaya murah namun belum mendapat kepastian keberangkatan. Permasalahan ini tampaknya yang coba diselesaikan oleh PergiUmroh dengan layanannya. Mereka menghadirkan curated marketplace untuk jasa perjalanan umroh dan haji.

PergiUmroh sendiri menawarkan kemudahan akses dan sistem yang bisa dipantau langsung oleh pengguna. PergiUmroh akan melakukan kurasi kepada agen travel yang menjadi mitra untuk kemudian disajikan ke para penggunanya.

“Kami memberikan layanan yang mudah diakses calon jamaah dari laman web. Calon jamaah dapat memilih paket yang diinginkan berdasarkan preferensi, memantau prosesnya secara mandiri dari awal pendaftaran hingga akhir menuju keberangkatan. Tanpa harus diribetkan mengenai proses yang menyusahkan,” terang Public Relations PergiUmroh Salwa Shahab.

Untuk memastikan kualitas layanannya proses seleksi agen pihak PergiUmroh menganut ketentuan “5 Pasti” yang dicanangkan oleh Kemendagri, yakni pasti berizin travelnya, pasti jadwalnya, pasti terbangnya, pasti hotelnya dan pasti visanya. Selain itu pihak PergiUmroh juga berusaha menyaring agen perjalanan didasarkan dari histrorical track record selama beberapa tahun terakhir.

Saat ini PergiUmroh sudah memiliki enam mitra agen perjalanan yang tergabung, di antaranya Madinah Iman Wisata, UMI Tour and Travel, Pena Tour, Patih Indo Permai, Sarana Tour, dan Basmah Tour. PergiUmroh juga juga menyediakan fitur Pantau untuk memudahkan pengguna memantau rencana ibadah mereka.

“Melihat pasar Indonesia sebagai pasar jamaah umroh yang terbesar yaitu sebanyak 634.990 orang memberikan kesempatan baik bagi kami. Kini umroh cenderung menjadi tren traveling di Indonesia. Beberapa insiden penipuan pada agen haji dan umroh menyadarkan kami bahwa umat muslim di Indonesia butuh jasa yang bisa diandalkan,” imbuh Salwa.

Saat ini PergiUmroh dikomandoi oleh Faried Ismunandar sebagai CEO, Abdul Almaujudy sebagai COO, dan Daus Gonia sebagai Head of Technology. Di tahun 2018 PergiUmroh tengah mengupayakan untuk menambah lebih banyak mitra dan produk yang ditawarkan, menambah metode pembayaran dan tipe pembiayaan untuk lebih mudahkan penggunanya.

Online Bus Ticketing is Now Available Within Traveloka App

Traveloka is getting closer to provide ticketing for all modes of transportation. One of the latest features is online bus ticket booking. Currently, the service available in app (both Android and iOS). DailySocial observes that the bus ticket booking feature is not available in Traveloka’s site.

With this new feature, there are three types of transportation to be booked via Traveloka. The flight, train (intercity and airport rail), and bus ticket. Sea transportation becomes the only mode that’s yet to be available. According to Traveloka team, further detail of this new feature is to be available next week.

For now, the workflow isn’t perfectly working and still redirects users to contact the bus company’s agent for ticket purchasing.

Besides Traveloka, there are other players in online bus ticketing services, such as Bosbis, Redbus, and BusTiket. Unlike other mode of transportation, online bus ticketing is quite obstructed. The biggest obstacle is to partner with a number of bus companies and terminals.

In our previous report on Bosbis, Organda (local transportation association) is said to be authorized by Ministry of Transportation to organize e-ticketing solutions for large scale terminal and all bus operators.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Traveloka Perkenalkan Fitur Pemesanan Tiket Bus

Traveloka semakin dekat sebagai aplikasi yang menyediakan pemesanan tiket untuk segala jenis transportasi. Salah satu fitur terakhir yang disematkan Traveloka adalah pemesanan tiket armada bus. Sementara ini layanan hanya tersedia di aplikasi Android dan iOS. Menurut pantauan DailySocial, menu pemesanan tiket bus belum ditemukan di situs resmi Traveloka.

Dengan hadirnya fitur baru ini, sudah ada tiga moda transportasi yang bisa dipesan melalui Traveloka. Tiket pesawat, kereta api (umum dan kereta api bandara), dan tiket bus. Yang belum tersedia adalah moda transportasi air. Sejauh ini, menurut pihak Traveloka, keterangan lebih lanjut tentang fitur ini baru bisa diperoleh minggu depan.

Ketika mencobai fitur ini, secara umum workflow-nya belum bekerja dengan sempurna dan masih mengarahkan konsumen mengontak kantor agen perusahaan otobus terkait untuk pembelian tiket.

Selain Traveloka, layanan pemesanan tiket bus juga diramaikan sejumlah pemain, seperti Bosbis, Redbus, dan BusTiket. Dibanding moda transportasi lainnya, pemesanan bus secara online memang lumayan tertinggal. Kendala terbesar adalah banyaknya perusahaan otobus dan terminal bus yang perlu diajak bermitra.

Dalam liputan terdahulu terhadap Bosbis, disebutkan bahwa Organda diberi mandat oleh Kemenhub untuk mengembangkan solusi e-ticketing untuk terminal bus tipe A (skala besar) dan seluruh operator.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Layanan Pembelian Tiket Bosbis Tahun Ini

Saat ini hampir semua pembelian tiket transportasi umum bisa dilakukan dengan secara online. Salah satu yang ambil peran di dalamnya adalah Bosbis. Di tahun 2018 ini Bosbis ingin mengembangkan bisnisnya dalam bentuk e-ticketing solution dan membuka API Bus Integration System (B.I.S) untuk memudahkan masyarakat mendapatkan tiket bus.

Nucky Djatmiko, Founder dan CEO Bosbis, kepada DailySocial mengklaim bahwa pihaknya saat ini sudah menjadi online bus ticketing terbesar di Indonesia. Dari sisi jumlah, operator yang telah bergabung tercatat ada 300, lebih dari 140 kota keberangkatan, lebih dari 300 kota tujuan, dan lebih dari 5000 trayek. Bosbis saat ini juga dipercaya sebagai exclusive tech partner Organda untuk menerapkan e-ticketing system untuk 140 terminal bus tipe A di Indonesia.

“Sesuai dengan Instruksi Menteri Perhubungan No. 11 tahun 2017, Kemenhub memberikan mandat kepada Organda untuk segera melakukan implementasi e-ticketing solution untuk semua Terminal Bus Tipe A di Indonesia dan juga untuk seluruh operator. Bosbis adalah satu-satunya exclusive tech partner dari Organda. Peluang sekaligus tantangan yang kami hadapi untuk 5 tahun ke depan sangat luar biasa. B.I.S diposisikan sebagai ‘rumah besar’ e-ticketing solution untuk industri bus AKAP dan AKDP di Indonesia,” terang Nucky.

Ia melanjutkan tugas Bosbis, Organda, dan sejumlah partner lainnya adalah untuk memastikan bahwa e-ticketing harus selesai diimplementasikan dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang.

“Target kami dalam tiga tahun sudah selesai. Kami juga berharap bahwa sebanyak mungkin operator juga akan menggunakan sistem B.I.S kami,” imbuhnya.

Inovasi di tahun 2018

Di awal tahun ini Bosbis bermitra dengan DOKU untuk menambah ragam solusi pembayaran dan Adira Insurance untuk penyediaan asuransi kecelakaan diri.

“DOKU memberikan opsi metode pembayaran beragam, sehingga calon penumpang dapat memilih metode pembayaran yang paling nyaman untuk mereka,” terang Chief Marketing Officer DOKU Himelda Renuat mengomentari kerja sama dengan Bosbis.

Sistem Bosbis saat ini sudah terkoneksi ke Bus Integration System (B.I.S) yang digunakan oleh Perusahaan Otobus (PO) untuk melakukan manajemen armada, harga, penjatahan kursi, keagenan tiket dan lain-lain. Kondisi ini memudahkan penumpang untuk bisa memesan tiket, memilih kursi dan membayar hanya dalam hitungan detik.

“Target utama [untuk tahun ini] adalah roll out eticketing solution untuk sekitar 10 terminal bus tipe A di Indonesia sesuai dengan rencana Kemenhub. Target yang kedua adalah untuk memastikan bahwa Open API B.I.S bisa tersebar seluas-luasnya sehingga nantinya penumpang bus akan semakin mudah untuk beli tiket bus di mana saja. Selain bisa beli dari website atau aplikasi Bosbis, juga bisa dibeli di Alfamart, jutaan agen PPOB, 300.000 lebih agen BRILink, dan marketplace atau e-commerce yang terkenal di Indonesia,” tutup Nucky

Application Information Will Show Up Here

Awali Bisnis Rental Modem Portabel, Passpod Siap Ramaikan Industri Pariwisata

Ceruk bisnis pariwisata di Indonesia kian menarik, seiring makin meningkatnya jumlah pelancong outbound dan inbound dari tahun ke tahun. Menjawab potensi tersebut, kian beragam perusahaan berlomba-lomba terjun ke sana, termasuk Passpod.

Pendekatan awal yang dilakukan Passpod sedikit berbeda lantaran model bisnis yang ditawarkan adalah bisnis rental modem 4G portabel, dapat digunakan untuk perjalanan ke luar negeri.

“Solusi [industri pariwisata] yang hadir saat ini masih fokus pada transportasi dan hotel. Masih lack of travel knowledge yang sebenarnya ini berkaitan dengan isu konektivitas. Kami ingin jadi rekanan outbound dengan menyediakan kemudahan koneksi W-Fi sehingga pelancong bisa menjangkau daerah atraksi lokal,” terang CEO Passpod Hiro Whardana kepada DailySocial.

Model bisnis ini sudah dilakukan Passpod sejak setahun lalu. Perusahaan menyewakan modem 4G yang dapat berfungsi di lebih dari 60 negara di seluruh dunia, dipakai bersama oleh lima perangkat, dan harga paket yang diklaim lebih murah dibandingkan roaming atau membeli paket kartu prabayar di negara lain.

Perusahaan menyewa sekitar 3-4 ribu unit modem per bulannya dengan total pengguna sekitar 100 ribu orang sepanjang tahun lalu. Negara utama tujuan pemakaian Passpod adalah Jepang, Singapura, dan negara-negara di Eropa.

Bila melihat dari periode masa sewa, setiap bulannya penyewaan modem Passpod mengalami kenaikan yang drastis. Pada Desember 2017 secara total angkanya mencapai 32.420 hari.

Untuk pemesanan modem, pengguna dapat melakukannya di situs Passpod, kemudian menyelesaikan pembayaran. Modem bisa diantar lewat kurir atau di bandara. Pengembaliannya juga bisa melalui kurir.

Setiap paket sudah dilengkapi dengan USB charger, kabel USB, pouch, dan power bank untuk menambah daya baterai modem.

Di Indonesia, pemain serupa Passpod yang turut mewarnai industri pariwisata di antaranya adalah Wi2Fly dan JavaMifi.

Siap meluncurkan aplikasi

Hiro melanjutkan, melalui model bisnis ini perusahaan akan mendapatkan data pengguna yang bisa dimanfaatkan untuk database mengembangkan layanan perencanaan perjalanan. Hal ini akan dikombinasikan dengan chatbot untuk memudahkan pengguna merencanakan perjalanan dan memberikan referensi terbaik sesuai profil masing-masing.

Layanan tersebut akan tersedia dalam bentuk aplikasi pada April 2018. Di fitur ini, pengguna bisa memesan tiket atraksi dan mendapatkan direktori transportasi menuju lokasi wisata.

“Tak hanya itu pengguna nantinya juga bisa langsung beli kuota paket dari aplikasi sesuai kebutuhan mereka. Aplikasi ini masih kita develop rencananya April ini mau diluncurkan.”

Untuk bentuk kemitraannya, perusahaan akan bekerja sama dengan berbagai pihak pendukung, seperti maskapai penerbangan, hotel hingga penyedia layanan atraksi.

“Sekarang kami baru memiliki kantor di Jakarta dan Singapura, rencananya kami akan cari mitra lagi di negara favorit atau buka kantor di sana.”

Sedangkan untuk kemitraan dengan lokal, Passpod akan memperbanyak kerja sama dengan penyedia jasa agen perjalanan untuk memasukkan penyewaan modem dalam paket tur mereka. Saat ini perusahaan telah bermitra dengan 10 agen perjalanan, seperti Bayu Buana dan Panorama Tours.

Ingin jual modem secara ritel

Sementara ini, menurut Hiro, fokus bisnis penyewaan modem baru diperuntukkan ke wisata outbound. Mengenai peluang pengembangan ke tahap lebih lanjut, seperti penjualan modem sendiri, menurutnya Passpod masih menunggu lulus proses TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dari pemerintah.

Apabila sudah lulus TKDN, Passpod akan mulai menjual modem secara ritel. Untuk pengadaan modem itu sendiri, Passpod merakit sendiri dengan komponen yang dibeli dari luar negeri.

“Ketika kami sudah lulus TKDN, kami bisa jual modem untuk wisata inbound. Itu potensinya akan sama besarnya dengan wisata outbound.”

Buka opsi untuk IPO

Sejauh ini operasional bisnis Passpod masih dilakukan secara bootstrap (dari kantong sendiri), belum pernah menerima investasi dari pihak luar sejak pertama kali berdiri di tahun lalu. Tentunya, untuk eskalasi bisnis lebih cepat dan mewujudkan ambisinya, perusahaan harus segera mencari investasi dari pihak ekternal.

Oleh karenanya, perusahaan sedang membuka peluang pencarian dana dari berbagai opsi. Mulai dari bertemu dengan perusahaan modal ventura, atau melakukan penawaran saham baru (IPO).

“Kami sudah ada rencana untuk raise funding tahun ini. Masih buka pelajari semua opsi yang ada, dari berbicara dengan modal ventura, atau melakukan IPO terlebih bursa saat ini cukup gencar promosikan IPO,” pungkas Hiro.

Marketplace Jasa Fotografer Servolia Jalin Kolaborasi Pemasaran dengan Tripal

Marketplace jasa fotografer Servolia mengumumkan kolaborasi bisnis dengan Tripal.co, sebuah marketplace yang menghubungkan pelancong dengan orang lokal untuk jadi pemandu. Kemitraan ini akan dilakukan selama setahun dan ke depannya Servolia akan menggandeng kemitraan serupa dengan perusahaan lainnya.

“Ide kolaborasi ini tercetus karena ada beberapa pertanyaan dari pengguna yang memesan jasa di kami, apakah ada orang juga yang bisa menemaninya hunting spot bagus di lokasi tersebut sekaligus transportasinya. Di situ ide kolaborasi dengan Tripal muncul,” terang CEO & Co-Founder Servolia Rade Tampubolon kepada DailySocial.

Model kolaborasinya masih sebatas pada mempromosikan bisnis satu sama lain. Jadi Tripal mempromosikan tentang Servolia ke para pelancong. Servolia juga mempromosikan Tripal ke para penggunanya. Tidak ada pembagian komisi untuk saat ini, baru sebatas saling promosi untuk mendapatkan keuntungan bersama dari sisi awareness.

Servolia itu sendiri, sambung Rade, merupakan bisnis sangat baru di Indonesia, lantaran baru diluncurkan pada Januari 2018 kemarin. Akan tetapi sejauh ini animonya sudah cukup baik, sudah merangkul sekitar 500 fotografer di seluruh Indonesia dan melayani 200 pemesan jasa foto.

Selain mengandalkan situs sendiri, Servolia juga telah terintegrasi di Lazada Seller Center untuk membantu para pengguna mendapatkan fotografer di mana pun mereka berada.

“Ke depannya kita akan terus kolaborasi dengan startup lainnya yang relevan, agar kita bisa berikan added value ke para pengguna, maupun untuk dongkrak pertumbuhan bisnis.”

Secara terpisah, dalam keterangan resminya, CEO & Founder Tripal Kevin Wu menuturkan kolaborasi antar bisnis semakin penting di era sekarang. Ini bukan hanya bermanfaat bagi pemasaran dan pertumbuhan bisnis, namun yang paling penting adalah nilai tambah dan manfaat yang dapat diberikan ke pengguna dan pelanggan.

Dengan adanya kerja sama pemasaran ini, kedua perusahaan berharap bisa membantu lebih banyak masyarakat untuk mendapatkan jasa yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat. Juga memberdayakan fotografer dan orang lokal untuk lebih meningkatkan penghasilan mereka.

Dalam wawancara bersama DailySocial sebelumnya, Kevin mengungkapkan saat ini Tripal telah memiliki 5700 pengguna dengan pemandu wisata terdaftar mencapai 300 orang tersebar di 19 provinsi di seluruh Indonesia.

“Sebagai ‘Pal’ Anda tidak perlu sebagai professional tour guide untuk bisa bergabung di Tripal. Siapa saja bisa mendaftar yang penting sudah berusia 18 tahun ke atas, bisa mahasiswa, pekerja freelance, fotografer, pecinta alam, pekerja seni, guru, dan lainnya,” kata Kevin.

Secara model bisnis, pemain serupa Servolia sebelumnya telah hadir bernama Frame A Trip yang diinisiasikan oleh Dian Sastrowardoyo, Michael Tampi dan rekan-rekannya.

Strategi RedDoorz Kuatkan Bisnis Melalui Ekspansi dan Kepemilikan Properti

Hari ini (06/3) platform pemesanan budget hotel online RedDoorz mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri B senilai $11 juta atau setara dengan 151.5 miliar Rupiah. Pendanaan tersebut diperoleh sebagai suntikan dana tambahan dari Asia Investment Fund. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini investor terdahulu, yakni Sushquehanna International Group, International Finance Corporation (perusahaan investasi swasta dari World Bank Group), InnoVen Capital, dan Jungle Ventures. Juga ada investor baru yang partisipasi, termasuk DeepSky Capital, FengHe Group, dan Hendale Capital.

Pendanaan ini akan difokuskan pada dua agenda, pertama untuk melanjutkan ekspansi RedDoorz di Asia Tenggara. Saat ini perusahaan sudah beroperasi di tiga negara, yakni Indonesia, Singapura, dan Filipina. Kemudian yang kedua, dengan pendanaan ini RedDoorz juga berencana untuk membuka properti yang sepenuhnya dioperasikan RedDoorz. Ditargetkan akan ada 100 properti yang akan dioperasikan sendiri selama 18 bulan, dilengkapi dengan penambahan lebih dari 1000 yang dikelola oleh mitra.

Di Indonesia beberapa agenda RedDoorz terus digencarkan. Belum lama ini RedDoorz baru meresmikan ekspansinya ke Surabaya, ditargetkan tahun ini akan menambah sekurangnya 20 properti baru yang dikelola sendiri di wilayah tersebut. RedDoorz juga mengumumkan rencananya untuk melakukan ekspansi ke wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan target yang kemungkinan tidak jauh berbeda. Peresmiannya sendiri baru diadakan pada hari Kamis (8/3) mendatang di salah satu unit properti miliknya di Yogyakarta.

Terkait jangkauannya, di Indonesia setidaknya sudah ada 16 kota yang dirangkum platform RedDoorz, dengan jumlah properti sekitar 500 unit, meliputi wilayah Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, Palembang, Makassar, Medan, Manado, Batam, Lombok, Bali, Malang, dan Aceh. Menurut RedDoorz, returning user yang mencapai 65% akan turut mempermudah RedDoorz mencapai target 3000 kamar di tahun ini di Indonesia.

Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal menyampaikan sebuah hasil studi dari Google dan Temasek Holdings yang mengemukakan bahwa pasar regional untuk akomodasi perjalanan online termasuk maskapai penerbangan akan meningkat mendekati USD90 miliar pada tahun 2025 dan Indonesia diperkirakan akan menghasilkan sepertiga dari pertumbuhan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi KKday di Indonesia Usai Kantongi Pendanaan

Maraknya dinamika industri OTA (online travel agent) saat ini ternyata memberikan impact yang cukup positif kepada industri perjalanan wisata. Bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga mulai banyak ditawarkan perjalanan wisata atau paket wisata yang menawarkan keragaman tempat wisata lokal, dipandu oleh kalangan individu hingga grup.

KKday sebagai platform yang menyediakan berbagai paket wisata dengan cabang di Taiwan, Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, Vietnam dan Tiongkok, mencoba untuk memperkuat posisi mereka sebagai layanan yang menyediakan paket wisata di berbagai negara termasuk Indonesia.

Kepada DailySocial Country Manager KKday Indonesia Jill Bobby menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan positif.

“Meskipun kami tidak bisa menyebutkan berapa jumlah pengguna aktif KKday di Indonesia, namun bisa kami pastikan pertumbuhan KKday di Indonesia mengalami peningkatan hingga dua kali lipat selama satu tahun terakhir.”

Melakukan ekspansi memanfaatkan dana segar dari H.I.S Travel Agent

Saat ini KKday mengklaim telah menjadi platform commerce untuk travel-experience terbesar dengan kurasi 10 ribu lebih paket wisata dari 500 kota di 80 negara dengan jumlah 4 juta unique visitors dan telah melayani lebih dari ratusan ribu wisatawan.

Setelah mengumumkan pendanaan baru dari travel agent ternama asal Jepang pertengahan Februari 2018, H.I.S senilai $10,5 juta (lebih dari 140 miliar Rupiah), KKday berencana untuk melakukan ekspansi pasar dengan memfokuskan kepada seleksi produk dan menjangkau lebih banyak pengguna di Indonesia.

“Sebagai salah satu pionir dalam sektor ini, kami memiliki kesempatan untuk melanjutkan ekspansi produk, meningkatkan pengalaman pengguna memanfaatkan berbagai layanan yang kami sediakan, sekaligus mendapatkan kepercayaan dari pengguna KKday untuk kembali menggunakan layanan dari kami,” kata Jill.

Di tahun 2018 ini KKday juga masih memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di seluruh Asia, Eropa hingga Amerika Serikat. Sementara fokus KKday adalah menambah dan menyeleksi produk, demi memberikan pengalaman wisata yang terbaik untuk pengguna.

Persaingan ketat dari pemain lokal

Di Indonesia sendiri sektor ini sudah lama dikembangkan oleh berbagai startup lokal. Sebut saja Tripvisto yang awalnya sempat aktif menghadirkan layanan paket wisata lokal hingga asing, namun harus gulung tikar tahun 2017 lalu. Sementara layanan lokal lain yang mencoba untuk menghadirkan paket unik dan berbeda seperti Triprockets dan Traventure, mencoba untuk terus eksis dengan memberikan pilihan yang “niche” dengan jumlah yang terbatas.

Selain startup lokal tersebut, Traveloka yang awalnya dikenal sebagai layanan OTA untuk pemesanan hotel dan pembelian tiket pesawat, saat ini juga sudah mulai aktif memberikan pilihan paket wisata.

Empat yang Perlu Diperhatikan untuk Memiliki Bisnis OTA yang Sukses

Di Januari 2018, layanan OTA (online travel agency) Pergi.com mengumumkan penutupan bisnisnya. Pergi.com awalnya didirikan tahun 2016 oleh Kenneth Tanoto dan Faustine Tan, dengan dukungan KLN (KapanLagi Network). Keduanya memiliki pengalaman di industri OTA. Kenneth sempat bekerja di Tiket.com, sementara Faustine Tan sendiri sebelumnya mengusung HotelQuickly ke Indonesia.

Setelah menjalankan bisnis selama hampir dua tahun, penutupan Pergi.com (dan sebelumnya Tripvisto) mewarnai dinamika yang terjadi dalam industri OTA di tanah air yang melihat pendanaan fantastis untuk Traveloka (sekaligus memastikan statusnya sebagai startup unicorn) dan akuisisi terhadap Tiket.com dan Indonesia Flight oleh Blibli sebagai bagian konsolidasi bisnis.

Belajar dari penutupan Pergi.com, berikut adalah empat hal yang wajib untuk dicermati jika Anda ingin mendirikan layanan OTA.

Membaca persaingan

Dari permukaan, bisnis OTA memiliki potensi besar dan cukup mudah untuk diluncurkan, dilihat dari besarnya demand dari pasar yang tidak kunjung padam. Belum lagi dengan maraknya promo hingga paket khusus yang diberikan oleh perusahaan penerbangan, tempat wisata dan hotel, yang memudahkan bisnis untuk berjalan.

Meskipun demikian, faktanya bisnis ini terbilang penuh sesak, dengan persaingan sengit perusahaan besar seperti Traveloka, Tiket.com, dan Pegipegi, hingga travel agent independen dan konvensional yang sudah established menjalankan bisnis saat ini. Untuk itu pastikan layanan OTA yang bakal diluncurkan memiliki model bisnis yang unik dan Anda memiliki kesiapan mental dan tim yang solid untuk menjalankan bisnis.

Pemilihan target pasar

Pada akhirnya bisnis OTA dipengaruhi brand itu sendiri, dalam hal ini adalah perusahaan penerbangan, hotel, tempat wisata, atau perusahaan transportasi umum lainnya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah hadir dengan target pasar yang lebih niche agar bisa tampil beda dan pada akhirnya lebih unggul dari layanan serupa lainnya. Untuk itu lakukan riset, tempat wisata atau pengalaman wisata apa yang masih kurang terakomodasi layanan lokal hingga asing saat ini.

Prinsip pemasaran yang cermat

Untuk bisa menarik perhatian masyarakat menggunakan layanan OTA, banyak perusahaan yang kemudian melancarkan kegiatan promosi seperti diskon, paket murah hingga pilihan pembayaran beragam. Selama beberapa waktu, penawaran tersebut bisa jadi berhasil menarik perhatian target pasar, namun  promo murah dan penawaran diskon tersebut bisa menyebabkan kondisi keuangan yang bleeding karena terus memberikan subsidi.

Diskon hingga penawaran khusus bukanlah suatu kegiatan pemasaran yang salah, namun harus diterapkan dengan efektif dan idealny bukan menjadi andalan dari perusahaan untuk menarik perhatian target pasar. Pastikan Anda bisa menonjolkan keunggulan produk yang ditawarkan, ketimbang sekedar jor-joran memberikan harga subsidi.

Tampilan yang user friendly

Menarik perhatian pengunjung untuk mengakses situs dan aplikasi layanan OTA Anda bukan hanya satu-satunya prioritas, namun pastikan juga calon pembeli tersebut mendapatkan pengalaman yang baik dan memorable dalam waktu singkat. Pastikan tampilan UX situs Anda menarik, mudah dipahami dan digunakan.

Perjalanan dari calon pembeli saat mengakses situs atau aplikasi biasanya dimulai dari dua langkah awal, yaitu mau kemana dan kapan, Pastikan kedua proses tersebut bisa dinikmati calon pembeli yang kemudian berakhir dengan transaksi.