Kurikulum di Universitas dan Relevansinya dengan Industri Teknologi (Bagian 1)

Beberapa waktu lalu, bersama ADITIF (Asosiasi Digital Kreatif) di Yogyakarta, saya berkesempatan mengikuti sebuah diskusi membawakan tema “Managing People for Tech-Startup”. Salah satu yang menjadi bahasan hangat dalam sesi diskusi adalah seputar kesulitan para tim HR (Human Resources) untuk menemukan kandidat yang memiliki kualifikasi mumpuni untuk masuk dalam timnya. Yang menjadi sorotan salah satunya terkait dengan lulusan universitas jurusan Teknologi Informasi (TI) yang justru belum maksimal dalam men-supply lulusan yang berkompetensi baik.

Dalam diskusi tersebut, pemateri GM Operations Sebangsa Andri Wardhana dan Co-Founder Sale Stock Indonesia Stanislaus Mahesworo mengungkapkan kegelisahan tersebut. Pihaknya begitu sulit untuk menemukan sosok pekerja IT (developer, designer, hingga data scientist) yang bisa siap terap ketika baru lulus dari universitas. Keduanya banyak melakukan strategi “jemput bola”, mengadakan training secara mandiri dan mendidik para lulusan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan.

Di akhir diskusi, ada sebuah pertanyaan dari salah satu peserta, “Apakah kurikulum yang ada di kampus sudah tidak relevan lagi dengan kompetensi yang dibutuhkan di industri?”

Sayangnya, kedua pemateri menjawab: “Iya”.

Dari situ saya berinisiatif menanyakan langsung kondisi di kampus berjurusan teknologi informasi. Bagaimana kondisi yang ada saat ini. Saya berkesempatan mewawancarai tiga orang dosen, yang menurut saya sangat capable untuk memberikan pandangannya, karena selain aktif di dunia akademik, ketiga dosen tersebut juga aktif mengikuti perkembangan teknologi informasi, termasuk di sektor industri.

Saya berkesempatan mewawancara Romi Satrio Wahono (dosen di beberapa universitas TI di Indonesia dan Founder Brainmatics), Agus Kurniawan (dosen TI di Universitas Indonesia, Microsoft Valuable Professional, dan penulis aktif buku seputar pengembangan software serta IoT), dan Rianto (dosen di Universitas Teknologi Yogyakarta).

Berikut hasil wawancara saya:

Apakah Anda setuju bahwa materi yang ada di universitas di Indonesia saat ini kebanyakan menggunakan bahan yang kurang relevan dengan kebutuhan industri?

Mengawali perbincangan Romi mengatakan secara umum setuju bahwa dalam aspek kurikulum masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Dalam aspek materi ajar juga memiliki masalah di kebaruan, karena pembaruan memang jarang sekali dilakukan. Begitu pun dengan Rianto, ia memberikan pendapat yang sama, hanya saja ia meyakini bahwa tidak semua universitas seperti itu.

Menurut Agus Kurniawan, di suatu universitas memang tidak semua materi relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan industri. Kebanyakan tidak relevan itu di ranah implementasi, tapi tatanan teori dan konsep harus tetap relevan. Industri di Indonesia lebih banyak “bermain” di ranah praktis. Menjadi pakar praktis tanpa memiliki dasar yang cukup akan melahirkan para praktisi yang sama seperti pengguna, bedanya jam terbang yang dimiliki saja.

Di sisi universitas lebih banyak diajarkan teori, misalnya untuk jenjang S1 dengan 8 semester, biasanya 4 semester dihabiskan untuk teori dan selanjutnya spesialisasi. Kasus yang diangkat akan sangat tergantung dari pengajarnya dan kurikulum yang ditentukan. Ini umum dilakukan termasuk di universitas luar negeri. Berbeda dengan tempat kursus, peserta hanya diajarkan cara menggunakan (how and what) tapi kadang kalanya “why”-nya tidak diajarkan.

Apakah relevansi kurikulum yang kurang baik ini ada kaitannya dengan regulasi, misal di tingkat Kementerian?

Romi menerangkan bahwa yang memiliki kewajiban menyusun kurikulum, termasuk mengembangkan silabus dan memilih buku teks adalah universitas. Jadi ini tidak ada urusannya dengan kementerian yang hanya membuat peraturan garis besar tentang pendidikan nasional.

Kalau mau dianalisis sumber permasalahannya, ini merupakan permasalahan multidimensi. Yang pertama, universitas sering terlambat merespon timpangnya kebutuhan industri dan kapasitas dosen dan mahasiswa. Yang kedua, dosen sebagai aktor utama pendidikan dan pembimbingan mahasiswa tidak memiliki kreativitas untuk memperbaiki materi ajar dan memperbarui buku teks yang digunakan.

Yang ketiga, mahasiswa juga memiliki kontribusi masalah, karena sering tidak kreatif dan tidak kritis ketika mendapatkan materi dari dosen. Mahasiswa Indonesia lebih cenderung mendengarkan dan menaati apa yang disampaikan dosen. Padahal sudah merupakan fatsun dalam pendidikan bahwa “jangan pernah menjadikan dosen sebagai sumber utama referensi”.

Terkait regulasi ini Agus juga menyampaikan bahwa regulator seperti Dikti hanya memberikan petunjuk dan arahan saja yang ingin dicapai, serta lebih ke arah strategis pendidikan nasional secara umum. Di sinilah aneka ragamnya perbedaan dari satu universitas ke universitas lainnya dalam menyusun kurikulum, walaupun regulator mungkin sudah memberikan “template curriculum“.

Bagi universitas yang memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang bagus dengan pengalaman industri yang cukup maka kurikulum berkualitas dapat dihasilkan. Namun ada beberapa kasus, mungkin penyusun kurikulum tahu bagaimana menyusun kurikulum yang bagus tapi melihat infrastruktur yang dimiliki bisa jadi kurikulum “ideal” tersebut disesuaikan.

Sebagai pendidik, apa inisiatif dan saran Anda untuk memastikan peserta didik mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu dinamis?

Bagi Agus belajar tidaklah dimaknai sekedar belajar di kelas. Hal ini yang selalu disampaikan kepada para mahasiswanya. Belajar dari buku, jurnal dan sumber internet lainnya dapat menjadikan rujukan.  Selain itu, berdiskusi dan menghadiri seminar/workshop dari topik yang disenangi dari para pakar dapat mempercepat proses belajar tersebut. Bergabung ke suatu komunitas TI juga mempercepat proses belajar tersebut.

Komunitas ini bisa berada di lingkungan akademis seperti kemahasiswaaan, IEEE, ACM, Science Direct atau komunitas di lingkungan industri seperti komunitas Java, .NET, PHP, Ruby, Python, Linux, Windows dan lain-lain. Atau yang memang ingin meningkatkan skill entrepreneurship, dapat mengikuti meetup yang diselenggarakan di komunitas tersebut. Intinya semangat untuk belajar di topik yang disenangi.

Romi memaparkan bahwa secara periodik dari sisi pendidik harus rajin melakukan pembaruan materi ajar. Pilih dan gunakan buku yang baik dengan standar internasional. Selain itu dosen juga harus memberi kesempatan mahasiswa untuk mengerjakan proyek-proyek riil yang ada di dunia industri. Untuk memungkinkan hal ini terjadi, dosen harus memiliki kapasitas tidak hanya sebagai akademisi, tetapi juga sebagai technopreneur atau praktisi.

Dari sisi penyampaian materi Rianto turut menambahkan, bahwa penting untuk dilakukan klasifikasi, misalnya materi taraf fundamental, skill, dan pasar. Dulu pendidik selalu bilang berilah kail supaya bisa memancing ikan dan jangan diberi ikan. Namun saat ini itu tidak cukup karena peserta didik harus diberi pengetahuan tentang ikan.


Disclosure: Pendapat yang disampaikan pemateri bersifat pribadi, tidak mewakili institusi tempat ia mengajar atau bekerja.

TopiToga Tawarkan Wadah Interaksi Antar Sesama Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa, wadah berkomunitas dan berinteraksi antar sesama mahasiswa bisa dikatakan menjadi hal yang cukup wajib dilakukan untuk saling bertukar informasi seputar dunia perguruan tinggi. Di ranah online, hal ini tentu mudah dilakukan dengan platform sosial media, namun jika platform tersebut dirasa kurang pas, ada baiknya mencoba layanan satu ini yang bernama TopiToga. Layanan ini menyediakan wadah interaksi lengkap antar mahasiswa dan juga dosen. Continue reading TopiToga Tawarkan Wadah Interaksi Antar Sesama Mahasiswa

BlackBerry Jam Camp 2013 di ITB, Rangkul Mahasiswa Unjuk Kebolehan Kembangkan Aplikasi

Minggu ini BlackBerry mengadakan Jam Camp 2013 di Pusat Inovasi BlackBerry di kampus Institut Teknologi Bandung. Acara yang diadakan pada hari Kamis dan Jumat ini mengajak mahasiswa untuk berkompetisi mengembangkan aplikasi BlackBerry disertai pelatihan secara intensif yang bersifat hands-on. Peserta yang berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian acara ini akan berkesempatan untuk diikutsertakan pada BlackBerry Jam Asia 2013 di Hong Kong.
Continue reading BlackBerry Jam Camp 2013 di ITB, Rangkul Mahasiswa Unjuk Kebolehan Kembangkan Aplikasi

BlackBerry Jam Camp Kembali Diadakan, Ajak Mahasiswa Kembangkan Aplikasi BlackBerry 10

Ada informasi menarik bagi Anda para mahasiswa pencinta teknologi. Pasalnya, gelaran BlackBerry Jam Camp akan kembali diadakan! BlackBerry Jam Camp 2013 kali ini menurut rencana akan diselenggarakan pada tanggal 4-5 Juli 2013 di Bandung. Continue reading BlackBerry Jam Camp Kembali Diadakan, Ajak Mahasiswa Kembangkan Aplikasi BlackBerry 10

Google Adakan I/O Extended di Universitas Gunadarma Jakarta

Untuk pertama kalinya, event akbar Google I/O 2013 Extended hadir di Indonesia. Pada tanggal 15 Mei 2013 besok, bagi Anda yang penasaran ingin tahu seperti apa perkembangan Google dalam developing berbagai produknya bisa mengunjungi event tersebut di Universitas Gunadarma mulai  dari pukul 7 malam hingga selesai. Continue reading Google Adakan I/O Extended di Universitas Gunadarma Jakarta

Bagaimana Universitas Memicu Inovasi (Bagian 1) – Antusiasme

Catatan Editorial: Artikel ini adalah bagian pertama dari artikel Guest Post yang ditulis oleh Sigit Purnomo, Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), tentang pengalamannya mendapatkan fellowship di Baylor University, Texas – Amerika Serikat.

Tulisan saya di DS sebelumnya menyatakan bahwa antusiasme, idealisme dan kultur adalah tiga hal yang menurut saya sekarang sangat penting bagi universitas di Indonesia untuk picu inovasi. Tulisan ini akan mencoba memberikan contoh nyata dari apa yang dilakukan oleh Baylor University dalam memicu inovasi yang muaranya adalah untuk membangun entrepreneurship/technopreneurship culture di universitas. Saya akan membagi tulisan ini menjadi 3 bagian yaitu Antusiasme, Idealisme, dan Kultur. Harapan saya, tulisan ini akan lebih memperjelas bagaimana universitas di Indonesia kelak dapat melakukan hal yang sama atau bahkan lebih baik untuk memicu inovasi di lingkungan kampus.

Continue reading Bagaimana Universitas Memicu Inovasi (Bagian 1) – Antusiasme

Hoodemia: a Social Media with Academic Taste

Are you bored with social media invented by Indonesians yet? Let’s take a look at Hoodemia. Hoodemia is developed by Pusat Ilmu Komputer (Pusilkom) Universitas Indonesia. It might be one of few social media site  officially affiliated with education institution. What is the eminency of Hoodemia compared to Facebook or other social media sites?

Well, as predicted, Hoodemia plans to be integrated with a specific academic system. Therefore, beside having social sharing features with peers, this site can also be a reference to see academic reports or other academic activities such as class schedule at certain university. Of course, it needs to connect (through API) to get connected to academic information system of each education institution, for example to input the access data in a form of credentials.

Continue reading Hoodemia: a Social Media with Academic Taste

HackerSpace Malang Relocates and Changes Name to HackerStation

On September 27th 2011, Stasion, a startup community in Malang announced on their official blog that HackerSpace Malang will be relocated to INBIS Brawijaya University. Previously, it was in front of Muhammadiyah University of Malang. According to the decision of Stasion caretakers, they also change the name from HackerSpace to HackerStasion. This decision is to make it easy to spell the name and make it a unique identity.

Last July, Rama came to Malang and was the speaker for the Stasion 4th Meetup. I was there to join the meetup. After the meetup, Stasion caretakers like Heru, Revandi, and Amar took me to the HackerSpaceMLG in front of Muhammadiyah University of Malang. I think the place is very good. At that time, I was thinking that it might be the best and the most comfortable hackerspace in Indonesia. But because of the incompatibility with the place owner, the caretakers decided to move the HackerSpace to INBIS Brawijaya University.

Continue reading HackerSpace Malang Relocates and Changes Name to HackerStation

[Guest Post] Membangkitkan Generasi Y yang Produktif

Editorial: Generasi Y, yang kini sedang ada di bangku kuliah, bekerja di sebuah perusahaan atau sedang mengembangkan bisnis akan memegang peran penting dalam perkembangan industri dalam kurung waktu 5-10 tahun ke depan, Josep William Widjaya sebagai bagian dari universitas (dosen) memliliki pandangan menarik atas kondisi ini dan juga pendapat tentang bagaimana membangkitkan generasi Y untuk bisa menjadi generasi yang produktif.

Anda seorang Generasi Y? Iya, jika Anda terlahir di antara tahun 1980 hingga 1995, dan paling tidak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Continue reading [Guest Post] Membangkitkan Generasi Y yang Produktif

Universitas di Indonesia Harus Picu Inovasi

Selama beberapa bulan terakhir, saya bertemu dengan akademisi dari berbagai universitas di Indonesia. Obrolan yang saya lakukan menambah wawasan dan agak memperjelas teori yang telah ada dalam pikiran saya sejak tahun lalu, tentang bagaimana universitas memiliki peran besar dalam membentuk Silicon Valley menjadi seperti sekarang ini dan tentu saja bagaimana hal itu berhubungan dengan perguruan tinggi di Indonesia.

Sejarah Silicon Valley tidak dapat dipisahkan dari universitas di sekitar daerah itu, Stanford, UC Berkeley, Carnegie Mellon, dll. Jika Anda melihat di universitas ini, mereka tidak hanya berkontribusi melalui pendidikan dan sumber daya manusia, melainkan dengan semangat kewirausahaan dan inovasi, jiwa dari Silicon Valley.

Universitas-universitas ini memberikan banyak benih budaya Silicon Valley awal, saya pikir apa yang mereka lakukan secara signifikan adalah mentransfer teknologi yang diciptakan di laboratorium kampus ke perusahaan/industri. Keterampilan dan pengetahuan yang ditransfer terjadi terutama melalui perusahaan-perusahaan yang sudah ada yang mengambil lisensi, atau melalui perusahaan yang didirikan oleh mahasiswa, staf dan fakultas. Alternatif lainnya adalah kontribusi utama melalui pendidikan bagi mahasiswa teknik dan bisnis untuk terus mengisi kolam intelektual.

Continue reading Universitas di Indonesia Harus Picu Inovasi