GetPlus Perkenalkan “Retail Media Network”, Papan Iklan Video Berbasis AI

Startup penyedia platform loyalitas GetPlus meluncurkan Retail Media Network, layanan papan iklan video berbasis AI. Teknologi ini hadir berkat kerja sama dengan perusahaan teknologi asal Jepang, AWL.Inc.

Dalam peresmiannya, Co-founder & COO/CMO GetPlus Indonesia Adrian Hoon menjelaskan, papan iklan ini dapat dikostumisasi dan dipersonalisasi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan durasi pelanggan melihat iklan video yang ditempatkan di jaringan ritel dengan memanfaatkan kamera.

Ketika pelanggan melewati papan iklan GetPlus, mereka akan melihat iklan yang sudah dipersonalisasi sesuai kategori tersebut. Kamera tersebut bahkan mampu mendeteksi sekalipun pelanggan tidak melihat ke kamera.

“Dalam sekejap, kurang dari satu detik kamera akan langsung mendeteksi beberapa muka sekaligus. Dan iklan yang dipersonalisasi akan muncul hanya dalam waktu kurang dari satu detik,” terangnya, Senin (15/1).

Menurutnya, solusi GetPlus Retail Media Network yang ditempatkan di jaringan ritel terkemuka, memungkinkan para mitra ritel mendapatkan first party data yang lebih akurat dari platform iklan berbasis AI yang dapat dipersonalisasi secara real time dan terukur.

“Misi kami adalah bekerja dengan mitra ritel kami dan merek untuk sepenuhnya mengelola strategi loyalitas mereka, mengidentifikasi wawasan dan tren pelanggan utama, memaksimalkan ROI pemasaran mereka untuk meningkatkan penjualan.”

Inovasi ini sudah diterapkan di Ranch Market Grand Indonesia dan Farmers Market Summarecon Mall Kelapa Gading. Ranch Market dan GetPlus merupakan portofolio dari Grup Djarum.

Teknologi AI milik AWL.Inc disebutkan memiliki akurasi hingga 70%. Di negara asalnya, sejak pertama kali beroperasi di 2016, solusi AWL telah diterapkan luas oleh berbagai global ritel modern, seperti AEON, Lawson, Family Mart. Sebanyak 15 ribu kamera di 3 ribu lokasi telah di-install oleh AWL.

President Representative Director and CEO AWL.Inc Muneharu Kitade menambahkan, teknologi yang disiapkan untuk GetPlus mampu mengenali wajah, usia, jenis kelamin, serta durasi pelanggan melihat iklan video secara real time dan akurat. “Sehingga dapat memberikan wawasan mendalam tentang demografi dan perilaku pelanggan yang terukur,” katanya.

Walau teknologi ini masih sangat baru di Indonesia, lanjut Adrian, dalam lanskap ritel yang dinamis saat ini, pelaku industri membutuhkan solusi yang melebihi periklanan tradisional dan dapat diukur efektivitasnya. Ia berharap, keberadaan saluran ini tidak hanya sebagai solusi, namun juga berkontribusi pada pertumbuhan ekosistem industri ritel di Indonesia.

Pemilik brand dapat menerima manfaat berupa engagement dari pelanggan yang memicu konversi dan penurunan preferensi terhadap merek tertentu. Sedangkan bagi ritel, dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dan meningkatkan pengalaman berbelanja pelanggan. Terakhir, keuntungan bagi pelanggan sendiri adalah mendapatkan iklan yang telah dipersonalisasi sehingga lebih relevan.

“Kami menawarkan Retail Media Network yang canggih yang dapat menciptakan audiens yang sesuai dengan menggunakan data pihak pertama, sehingga memungkinkan brand untuk menargetkan pesan yang tepat kepada audiens yang tepat di lokasi yang juga tepat, sehingga dapat menghasilkan ROAS yang optimal,” pungkasnya.

Satu tahun sebelumnya, GetPlus bermitra dengan Mil.k, startup sejenis GetPlus asal Korea Selatan yang memanfaatkan teknologi blockchain dan mengintegrasikan dengan berbagai perusahaan jasa, seperti industri perjalanan, rekreasi, mode, budaya, dan gaya hidup lainnya.

Sejak beroperasi di 2019, diklaim kini GetPlus memiliki lebih dari 1 juta pengguna dan lebih dari 500 merchant yang terdaftar. Sebagai program loyalitas, pengguna GetPlus bisa mendapatkan poin dari kegiatan berbelanja sehari-hari baik secara online dan offline di berbagai kategori merchant.

Poin tersebut dapat ditukar dengan banyak pilihan, misalnya voucher belanja, jasa, atau produk fisik dari berbagai partner. Startup ini beririsan dengan Shopback dan Snapcart.

GetPlus menggunakan model coalition yang berbeda dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-loop (contoh: MAP Club). Model ini dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Di saat yang sama, membantu merek memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja.

Application Information Will Show Up Here

Platform Pongo Jembatani Kebutuhan Konten “Live Streaming” untuk Promosi E-commerce

Platform Pongo Indonesia mantapkan debut di pasar lokal, hadir menjembatani kebutuhan video pendek dan live streaming untuk promosi produk e-commerce. Upaya mereka melakukan penetrasi pasar juga makin serius setelah induk perusahaannya membukukan pendanaan seri A $7,7 juta dari SMZDM, Lenovo Venture Capital, dan Grift Ventures.

Startup asal Tiongkok tersebut ingin membawa kisah sukses dari negara asalnya. Di sana konten promosi berbasis video dapat menghasilkan traksi yang bagus untuk produk e-commerce, jugadalam meningkatkan brand awareness. Untuk memaksimalkan bisnis di Indonesia, mereka juga telah membentuk tim lokal yang dinakhodai oleh Nathasya Kristianto sebagai direktur.

Menghubungkan pembuat konten dengan brand

Dalam sebuah wawancara kepada DailySocial.id, Nathasya menjelaskan Pongo Indonesia memosisikan diri sebagai perusahaan Multi-Channel Network (MCN). MCN dapat dikatakan menjadi penghubung antara pembuat konten dengan brand. Untuk menaungi dan memaksimalkan performa para talent/creator, mereka akan mendapatkan fasilitas dan dukungan yang diperlukan.

“Pongo juga menawarkan cara baru untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat Indonesia sebagai pelaku live streaming. Melalui konten-konten yang dibuat para pelaku streaming, diharapkan tidak hanya membantu brand dalam menjual produk mereka, tetapi juga bisa membantu para konsumen mendapatkan barang dengan kualitas yang bagus,” imbuhnya.

Berbagai kalangan bisa bergabung, Pongo akan membekali mereka dengan berbagai pelatihan, seperti public speaking, personal branding, hingga ke hal-hal teknis yang mendetail di dalam dunia live streaming.

Tim Pongo Indonesia / Pongo

“Selain itu, kami memberikan peluang kepada penjual tradisional sebagai pengguna kami untuk dapat menjangkau konsumen secara online sekaligus meningkatkan hasil penjualan produknya. Rekomendasi video pendek kami dan juga mode penjualan secara live akan membantu brand mendapatkan efek ganda dari publisitas brand dan penjualan,” jelas Nathasya.

Pongo sendiri sebenarnya sudah hadir di Indonesia pada tahun 2020 lalu. Saat ini mereka telah memiliki lebih dari 20 pelaku live streaming dari berbagai kategori yang siap membantu para penjual tradisional atau brand dalam melakukan penjualan. Mulai dari produk olahraga, kecantikan dan perawatan, pakaian, aksesoris dan masih banyak kategori lainnya lagi.

Sementara itu, Pongo juga secara bertahap menjalin kerja sama dengan berbagai brand, seperti Taotronics, Eraclean, Baseus, Meiling, Ravpower, Dazzle Me, Life Space, D.S.M, Acome, Joyseus, Perfin, dan masih banyak lagi.

Potensi pemasaran lewat video

Dari data yang disampaikan, fenomena streaming di e-commerce tengah mengalami lonjakan popularitas di Tiongkok dan juga berkembang pesat di Asia Tenggara, terutama di era pandemi. Menurut Forbes, industri tersebut diperkirakan menghasilkan $60 miliar per tahun atau sama dengan Rp856 triliun. Pada tahun 2019, sekitar 37% pembeli online di Tiongkok (265 juta orang) melakukan pembelian melalui sesi live streaming.

“Faktor kunci yang menyebabkan keberhasilan live streaming ini adalah memicu kesegeraan atau sense of urgency untuk membeli produk tertentu melalui promosi penjualan besar-besaran, seperti flash sale,” terangnya.

Jika kita melihat beberapa aplikasi e-commerce populer di Indonesia, seperti Shopee atau Bukalapak, secara rutin mereka mengagendakan kegiatan live streaming  (baik di dalam platform atau di media sosial) dalam mengiringi momen-momen tertentu, misalnya saat pesta belanja online. Secara khusus aplikasi mereka juga dibubuhi dengan kapabilitas untuk menampilkan sesi tersebut, dilengkapi fitur interaktif untuk konsumen. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, secara khusus Blibli juga meluncurkan fitur Blibliplay di dalam aplikasinya.

“Dengan meningkatnya tren video pendek dan live streaming, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi terkenal. Selain itu, menjadi pelaku live streaming juga menghadirkan peluang besar bagi mahasiswa, ibu rumah tangga, maupun penjual tradisional untuk menghasilkan pendapatan baru yang stabil. Kami sedang mempersiapkan peluncuran program pelatihan bagi para pelaku live streaming dalam waktu dekat,” kata Nathasya.

Era promosi video

Dari hasil survei terhadap pengguna e-commerce di Amerika Serikat yang dipublikasikan Sales Layer, menunjukkan tren mengesankan tentang sumbangsih konten berbasis video untuk kegiatan promosi. Dari sisi konsumen, 96% calon pembeli terbantu penjelasan video untuk mempelajari tentang produk yang dibeli. Sementara 85% pebisnis juga mulai memanfaatkan alat berbasis video untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan mereka.

Konten promosi berbasis video sangat diminati oleh pengguna layanan e-commerce / Sales Layer

Di sisi lain, bisnis juga ditawarkan oleh pendekatan pemasaran berbasis influencer atau oleh selebriti media sosial melalui konten-kontennya. Di ranah ini, beberapa startup juga menyajikan alat untuk menghubungkan talenta dengan pemilik brand. Dari catatan DailySocial.id, sejauh ini ada beberapa platform yang aktif di pasar Indonesia, di antaranya Partipost, Ranena, AnyMind, Hiip, Verikool, Socialbuzz — bahkan secara khusus Gojek juga menggandeng platform Allstars untuk memberikan opsi pemasaran serupa bagi mitranya.

Menengok Kekuatan Besar YouTube sebagai Alat Beriklan

Tidak terbantah lagi bahwa YouTube menempati posisi teratas sebagai destinasi utama hiburan gratis yang menyediakan beragam konten, sampai-sampai dilabeli sebagai mini TV. Praktis, karena banyak kunjungan yang datang ke YouTube, bisa menjadi tempat beriklan yang efektif untuk menjangkau calon konsumen baru.

Menurut data termutakhir YouTube dari ComScore VMX, dikatakan ada 93 juta pengunjung unik di Indonesia yang berusia di atas 18 tahun yang menonton video di YouTube setiap bulannya selama setahun terakhir. Alias, 91% orang Indonesia setidaknya mengunjungi YouTube sekali dalam setiap bulannya.

Jumlah tersebut begitu fantastis karena tidak seberapa kalau digabung antara populasi di Inggris dan Australia. Kenaikan ini meningkat hingga 10% dari tahun sebelumnya sebesar 79 juta.

Jenis konten yang banyak ditonton orang Indonesia dalam rentang 12 bulan hingga Juni 2020 adalah video tentang sains, humaniora, bisnis, dan hukum tumbuh lebih dari 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penelusuran untuk “drama korea”, “korea drama”, dan “drakor” juga naik 130% untuk periode yang sama.

Lalu, terjadi peningkatan penelusuran hingga 2 kali lipat untuk “cookies” dan “cakes” dan peningkatan lebih dari 50% untuk waktu tonton video multiplayer online battle arena. Meledaknya jumlah kunjungan ini selaras juga dipicu oleh bertambahnya channel kreator yang mendapat subscriber.

Kini ada 19 channel dari Indonesia yang mendapat lebih dari 10 juta subscribers (Diamond button) dan 600 channel yang mendapat lebih dari 1 juta subscribers (Gold button). Seluruh channel ini datang dari beragam konten, seperti hiburan, smartphone, edukasi, label musik, dan kreator individu.

Pencapaian ini begitu menakjubkan bila diartikan buat para marketer. YouTube mengembangkan tools terbaru untuk membantu mereka dalam menjangkau target audiensnya. Yakni CPM Masthead, YouTube Director Mix, dan TrueView Discovery on Search.

“Inovasi terbaru dari tools ini untuk membantu brand mengembangkan bisnis mengembangkan bisnis,” ucap Head of Large Customer Marketing YouTube Indonesia Muriel Makarim dalam konferensi pers secara virtual, kemarin (15/9).

Jangkau konsumen secara online

Dalam tips pertama ini, Muriel menerangkan bahwa beriklan digital adalah suatu keharusan buat brand terlebih di tengah pandemi ini. Tools CPM Masthead ini bisa berguna karena iklan ditempatkan di posisi teratas dari laman utama. Spot tersebut dapat dimanfaatkan brand dan dipersonalisasi sesuai target audiensnya.

“Jadi iklan tersebut hanya akan ada bila target audiensnya sesuai dengan kriteria yang disasar brand, bahkan bisa pilih lokasi audiensnya sehingga budget marketing spend akan lebih efektif.”

Pengalaman untuk terjun ke dunia online juga dilakukan oleh brand FMCG Enesis Group pemilik brand Adem Sari. CMO Adem Sari Ryan Tirta menerangkan, Adem Sari adalah salah satu produk pertama yang diluncurkan grup selama puluhan tahun lalu. Meski secara brand sudah dikenal masyarakat, tapi Adem Sari mulai kehilangan relevansinya dengan kondisi saat ini karena pengguna loyalnya sudah berusia lanjut.

Dengan kata lain, Adem Sari harus terjun ke iklan digital untuk mendapatkan pengguna loyal baru yang datang dari generasi muda. Maka dari itu cara komunikasinya harus diubah.

“Di YouTube kita memasukkan campaign yang lebih appealing ke younger generation. Yang kita selipkan komunikasinya tetap sama, bagaimana mencegah panas dalam karena ini insiden yang sering terjadi, tapi dibuat lebih relevan dengan target audiensnya,” terang Ryan.

Melalui strategi ini yang mendukung periklanan konvensional sebelumnya, Adem Sari berhasil mempertahankan pertumbuhan penjualan meski adanya penutupan toko ritel selama pandemi. Mereka berhasil menjangkau 6 juta pengguna unik melalui kampanye dan memberi dampak pertumbuhan penjualan sebesar 33%. Sementara cost per click vs benchmark turun sampai 4,6 kali lipat.

Berbicara dengan bahasa konsumen

Terkait hal ini menggunakan tools YouTube Director Mix yang dapat mengenali 75 jenis audiens yang berbeda dan 200 materi iklan yang disesuaikan dengan minat individu. Telkomsel termasuk salah satu brand yang memanfaatkan tools tersebut.

VP of Branding and Marketing Communications Telkomsel Nirwan Lesmana menjelaskan bahwa permainan, film, dan musik merupakan beberapa genre yang paling populer di YouTube. Telkomsel melihat peluang untuk berekspansi ke layanan gaya hidup digital untuk mendorong kesadaran terhadap tiga produk yang sudah dimiliki perusahaan.

Untuk itu, perusahaan perlu menyampaikan pesan yang relevan dengan minat setiap individu dengan Director Mix. membuat 200 materi iklan yang disesuaikan dengan minat individu dengan menargetkan lebih dari 75 audiens yang berbeda. Bagi penggemar musik, disuguhi pesan “Streaming semua lagu favorit Anda melalui satu platform,” sementara bagi penggemar permainan disuguhi pesan “Beli kuota game dengan mudah melalui MyTelkomsel”.

Ikuti kemauan konsumen

Banyaknya ibu-ibu yang bekerja dari rumah karena Covid-19, semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk memasak. Kesempatan tersebut diambil Frisian Flag untuk meningkatkan konsumsi susu bubuk dengan menginspirasi para ibu melalui berbagai resep membuat kue di rumah.

Terlebih query penelusuran untuk “baking”, “kue”, dan “cookie” melonjak 100% di YouTube sekitar bulan April, Frisian Flag membuat 17 video resep yang mudah dengan menggunakan susu bubuknya. Dengan menggunakan fitur baru di YouTube Search, video resep satu menit ini dapat menjangkau pengguna yang mencari “kue” dan 6 ribu kata kunci relevan lainnya.

Marketing Director Frisian Flag Felicia Julian mengungkapkan, respons penonton terhadap video satu menit yang ditayangkan pada Mei 2020 sangat baik. Secara rata-rata, pengguna menonton 90% dari setiap video, menghasilkan impresi 60% lebih tinggi dengan setengah dari biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan kampanye sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

UC Ads Perkenalkan Platform Iklan Video Durasi Pendek

UC Ads, anak usaha Alibaba yang menyediakan solusi mobile marketing, melengkapi layanan beriklan dengan inovasi terbaru berupa video durasi pendek. Tambahan layanan ini diharapkan menjadi ambisi perusahaan sebagai penyedia solusi mobile marketing terdepan di Indonesia.

Dalam format iklan ini, video akan disematkan di dalam feeds artikel berita di UC Web atau UC Browser dan di dalam artikel berita. GM Mobile Monetization UC Ads, Morden Chen, menuturkan video merupakan media yang lebih interaktif karena berisi informasi yang padat dan tampilan gambar bergerak dengan durasi singkat, sehingga lebih mudah menangkap perhatian target konsumen.

Terlebih, Morden mengklaim rata-rata pengguna UC News menghabiskan waktunya untuk membaca konten di dalam aplikasi mencapai 40 menit dalam seharinya. Angka ini jauh lebih besar dari kebiasaan konsumen membuka aplikasi GO-JEK dan LINE.

“Tidak sekadar menghadirkan platform video saja, kami melakukannya dengan mindset yang berbeda. Sebab iklan yang ditampilkan sudah d sesuaikan dengan preferensi pembaca kami di UC News yang merupakan platform UGC,” terangnya di sela-sela konferensi Mobile Marketing Associasion Forum 2018, kemarin (17/10).

Pihaknya akan mengedepankan lebih jauh inovasi yang bisa dilakukan dalam platform video ke depannya, sehingga baik pengiklan maupun pengguna UC bisa mendapatkan lebih banyak nilai tambah.

Platform teranyar ini sudah lebih dulu UC Ads perkenalkan di India. Di sana, para pemain operator saling “berperang” menurunkan tarif paket data sehingga sangat murah dibandingkan Indonesia.

Menjadikan orang India lebih sering menatap layar smartphone-nya daripada menonton TV. Namun fokusnya jadi terpecah-pecah, sehingga membuat durasi menatap suatu konten jadi lebih singkat.

Kehadiran iklan video durasi pendek pun akhirnya semakin populer dengan peningkatan konsumsi informasi dari teks murni, menjadi teks gambar ditambah video.

Peluang tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengiklan karena kehadiran iklan video ini memperlihatkan adanya kebiasaan baru konsumen yang lebih banyak menghabiskan aktivitasnya di layar kecil.

UC Ads siap mengembangkan platform video ini bersama para mitra pengiklannya. Di Indonesia, perusahaan bermitra dengan Lazada, Shopee, Tokopedia, Elevenia, Blibli, Vivo, Oppo, dan Indosat Ooredoo.

Beberapa layanan bentuk placement yang disediakan UC Ads diantaranya interstitial screen, banner, push notification, recommendation, native ads, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Tren Penggunaan “Video Marketing” bagi Startup

Salah satu kegiatan pemasaran yang saat ini makin marak dilakukan sartup berbentuk video marketing. Konsepnya yang menghibur mampu untuk menciptakan brand awareness dan edukasi kepada target pengguna. Bentuk video kini tak hanya berupa video yang dipublikasi di YouTube atau di Facebook. Modelnya juga bisa berupa Stories yang hanya muncul dalam jangka waktu tertentu. Dalam waktu singkat, popularitas Stories yang baru  diperkenalkan sekitar setahunan di Instagram, Facebook, dan WhatsApp meningkat pesat.

Data pengguna aktif harian Stories di WhatsApp, Instagram, Facebook, Facebook Messenger, Snapchat / TechCrunch
Data pengguna aktif harian Stories di WhatsApp, Instagram, Facebook, Facebook Messenger, Snapchat / TechCrunch

Berdasarkan data tersebut, kita bisa melihat bahwa penggunaan video mampu melancarkan kegiatan pemasaran dan brand awareness ke target pengguna. Peluang tersebut sangat ideal untuk dimanfaatkan oleh startup dan pelaku UKM.

Jangan hard selling

Kemudahan yang ditawarkan video secara langsung membuka kesempatan bagi perusahaan untuk menyampaikan pesan hingga informasi kepada orang banyak. Namun demikian, yang perlu diingat sebelum video marketing dibuat, upayakan untuk tidak terlalu hard selling di video dan fokus kepada audience yang tepat.

“Ada baiknya untuk melakukan riset terlebih dahulu, gunakan insight dan buat konten yang tepat. Yang wajib diperhatikan adalah get to the point dan sesuaikan dengan brand message dan personality,” kata CEO Brilio Joe Wadakethalakal.

Hal lain yang wajib dicermati saat membuat video marketing adalah tidak takut mencoba membuat satu pekerjaan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

“Berani keluar dari zona aman karena tren selalu tidak pernah membuat aman kita juga sebagai creator. Jangan lupa untuk berani melakukan banyak experiment. Berencana untuk tidak menggunakan rencana dalam sebuah materi video kreatif,” kata AVP Creative Marketing Division Bukalapak Lembu Wiworo Jati.

Selain menghibur, upayakan untuk membuat konten yang menarik dan menempatkan real people sebagai isi dari konten tersebut. Hal ini bisa menciptakan peluang engagement dengan target pengguna.

“Hal penting lainnya yang wajib diperhatikan adalah always have a call to action at the end of every video. Jadi setelah menonton video, pengguna akan melakukan action, misalnya meninggalkan komentar/like video atau subscribe channel dan lainnya,” kata Video Producer Female Daily Network Gyanda Agtyani.

Pisahkan pesan

Perubahan teknologi juga mempengaruhi konsep konten video marketing. Jika dulunya variasi media terbatas, kini mulai banyak pilihan untuk melakukan kegiatan pemasaran memanfaatkan video marketing. Salah satu contoh adalah Instagram Stories yang mulai dimanfaatkan untuk melancarkan kegiatan video marketing.

“Selain perubahan teknologi yang cepat, ada hal lain yang bisa dilakukan saat membuat video marketing. Contoh sederhana adalah menambahkan subtitle di video. Hal ini perlu dilakukan karena banyak orang menonton video pada perangkat mobile tanpa menyalakan suaranya [mute],” kata Joe.

Untuk itu pastikan visual sudah mampu menggambarkan dan menceritakan konten yang ingin disampaikan. Visual yang engaging bisa menarik perhatian pengguna.

“Video juga memberikan ruang buat pemirsa untuk ikut andil dalam video ini, baik dalam menikmati visual maupun audio, sekecil apapun detail yang kita paparkan. Jangan sampai kita menutup ruang bicara antara pesan kita dan audience. Karena di ruang itulah kita sengaja membuka engagement untuk target kita,” kata Lembu.

Lantas, mindset seperti apa yang idealnya wajib diterapkan saat membuat video marketing? Menurut Gyanda, idealnya perlu dibuat dua konten video yang berbeda untuk edukasi pelanggan dan brand awareness.

“Ada konten video yang fokus pada brand awareness, ada yang memang fokus pada edukasi. Jangan memaksakan dua pesan tersebut ada dalam satu konten video, karena biasanya malah pesannya tidak tersampaikan dengan baik.”

Tambah Lembu, jangan lupa untuk memasukkan value perusahaan, energi brand, serta banyak pesan dalam konteks yang menarik, informatif dan menghibur. Tren update bisa juga menjadi acuan.

YouTube masih favorit

Mobilitas, kemudahan, dan popularitas yang ditawarkan YouTube masih menjadi pilihan brand dan perusahaan saat melancarkan kegiatan video marketing. Hal tersebut juga mempengaruhi conversion rate hingga popularitas (viral) video saat kampanye dilakukan.

“Di Female Daily sendiri, video-video kami di YouTube bisa dibilang sangat sukses meningkatkan brand awareness dan pengguna pada website, aplikasi, maupun aset media sosial kita yang lain,” kata Gyanda.

Dimulai dari YouTube, pengguna kemudian diarahkan untuk melihat konten di situs hingga media sosial perusahaan. Hal ini dirasa cukup ampuh mendapatkan pengguna baru, traffic, dan interaksi dengan pengguna.

Joe mendukung pernyataan ini, dengan menyebutkan jumlah views video di Brilio bisa dilihat hingga lima kali lebih banyak daripada artikel.

“Namun demikian masih sulit bagi kami untuk mengukur kesuksesan conversion rate dari video, karena kita tidak bisa memasukkan link.”

Shopee, yang selama tiga tahun cukup masif melancarkan promosi memanfaatkan video marketing, telah mendapatkan hasil yang positif. Salah satu bentuk nyatanya adalah iklan mereka (Godaan Shopee) mendapatkan penghargaan dari YouTube sebagai salah satu dari 10 iklan yang paling populer.

“Untuk tahap awal, perusahaan seperti Shopee yang baru berumur kurang dari tiga tahun, kami bisa mengatakan bahwa usaha kami di video marketing cukup berhasil. Namun bukan berarti kami berpuas diri. Dengan memanfaatkan kanalisasi konten video marketing di aset-aset digital yang kami punya, utamanya media sosial, materi video Shopee selalu mendapatkan apresiasi dan impresi yang baik dari publik,” kata Country Brand Manager Shopee Indonesia Rezki Yanuar.

Tren video marketing

Meskipun sudah terlihat cukup sesak, promosi memanfaatkan video marketing diperkirakan akan semakin besar. Tidak lagi dalam konsep biasa, video marketing nantinya juga akan berevolusi dan menghadirkan tayangan yang sarat dengan edukasi, informasi, dan menghibur.

“Saya melihat akan semakin ramai. Brand akan semakin gencar menggunakan video marketing karena tipe konten audiovisual memang paling mudah diterima dan dicerna. Apalagi aksesnya juga semakin mudah. Internet dan smartphone sudah jadi perangkat sehari-hari di semua lapisan demografi masyarakat. Karena akan semakin riuh, perang kreativitas akan semakin diuji. Konten video mana yang seperti apa yang akan stand out di antara yang lain,” kata Lembu.

Salah satu konsep atau kreativitas yang bakal banyak diterapkan perusahaan adalah meluncurkan serial atau serial dokumentasi, melibatkan talenta dalam sebuah cerita yang dikemas dalam bentuk hiburan. Selain itu penggunaan Live video streaming, Live Video, dan video pendek berdurasi 1-2 menit juga akan makin berkembang.

“Saya melihat ke depannya konsumen sudah semakin cerdas melihat video marketing apa yang menarik perhatian mereka. Tidak lagi hanya selebriti, tapi orang biasa yang memiliki konten menarik dan pengikut yang banyak di akun media sosial (influencer) juga makin banyak dilihat oleh konsumen,” kata Gyanda.

Hal senada diungkapkan Rezki. Ke depannya video akan semakin mempunyai peranan yang krusial dalam dunia marketing, karena mulai berubahnya ruang dan waktu konsumen dalam menikmati video.

“Dahulu kita hanya bisa menikmati konten video marketing di televisi. Sekarang di era digital, kita bisa menikmatinya melalui berbagi media tanpa terbatas ruang dan waktu. Untuk itu ke depannya, atensi kami terhadap video akan semakin besar. Mulai dari konten, produksi, distribusi di berbagai saluran dan yang tidak kalah penting masukan serta tanggapan dari pemirsa,” tutup Rezki.

Lengkapi informasi Anda tentang digital marketing dengan 21 strategi ini, baca selengkapnya.