Jalin Kerja Sama dengan Telkom, iflix Hadir di Indonesia

Telkom baru-baru ini mengumumkan jalinan kerja samanya dengan penyedia layanan streaming video iflix. Kerja sama ini memberikan kemudahan kepada para pelanggan IndiHome untuk mengakses lebih dari 50.000 judul film koleksi iflix melalui sambungan yang dimiliki.

Dipaparkan oleh CEO iflix Indonesia Cam Walker bahwa Indonesia sejatinya memang menjadi target pasar yang penting, karena Indonesia memiliki populasi penduduk muda (di bawah 30 tahun) yang tinggi. Mereka sudah akrab dengan internet dan menonton video online streaming secara intensif.

Di Asia Tenggara sebelumnya iflix telah menginjakkan kaki untuk beroperasi di Malaysia, Filipina dan Thailand. Kehadiran iflix di Indonesia nampaknya mensiasati betul berbagai regulasi yang sering diributkan seputar layanan internet. Untuk itu Walker terus menekankan bahwa pihaknya bersedia mengikuti peraturan pemerintah, termasuk untuk membuka kantor permanen dan mengikuti standar sensor seperti regulasi yang diterapkan.

Sebelumnya Telkom resmi memblokir Netflix, dengan dalih banyaknya konten dewasa yang tidak disensor. iflix mengaku bahwa pihaknya akan rutin melakukan sensor internal terhadap konten dewasa setiap bulan. iflix mengungkapkan pihaknya cukup dinamis dalam menanggapi urusan sensor, dan kebijakan perusahaan berbeda-beda di negara satu dengan yang lain, menyesuaikan kultur.

Dari pihak Telkom, diwakili oleh Project Director TV Video Business Telkom Joddy Hernady disampaikan bahwa salah satu landasan Telkom mebuka pintu kepada iflix karena pihaknya sudah melihat testimoni dari operasional iflix tahun sebelumnya di Malaysia. Menurutnya di sana proses sensor sangat ketat, dan iflix dinilai mampu mengimbangi kebutuhan tersebut. Sehingga Telkom merasa yakin bahwa iflix bisa dibawa untuk menghibur masyarakat di Indonesia.

“Kita sudah seleksi sekitar 30 OTT, dipilih nanti 4 yang mewakili segmen streaming video dan musik. Nanti HOOQ akan masuk ke IndiHome juga. Kita harapkan setiap hari ada lima ribu pelanggan baru,” imbuh Joddy.

Akan dikondisikan untuk bisa diakses oleh semua operator

Bagi pelanggan IndiHome dengan paket 10-20 Mbps akan diberi akses gratis selama 6 bulan, sedangkan bagi pelanggan dengan kecepatan di atas 30 Mbps akan diberikan gratis 18 bulan. Di harga normal iflix nantinya akan dikenakan biaya Rp 39 ribu per bulan.

Untuk saat ini iflix baru bisa diakses oleh pelanggan IndiHome. Kendati demikian Co-Founder dan Group CEO iflix Mark Britt dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa iflix ke depan akan bisa diakses secara terbuka oleh berbagai operator, meskipun pengalaman terbaik akan diciptakan bersama IndiHome.

Secara otomatis setiap pengguna IndiHome akan memiliki satu akun iflix. Sebanyak 5 perangkat (boleh berupa komputer atau mobile devices) dapat didaftarkan di bawah akun tersebut. Masing-masing perangkat dapat mengunduh sebanyak 10 film untuk ditonton offline.

Ketika ditanya seputar pembeda dengan layanan sejenis, iflix Indonesia mengungkapkan bahwa pihaknya ingin fokus pada konten lokal. Pihaknya akan menyediakan subtitle dalam bahasa Indonesia di setiap tayangan yang disajikan. Bahkan pihaknya mengatakan dalam waktu dekat juga akan menginisiasi konten lokal orisinil yang akan menjadi bagian dari sajian layanannya.

Application Information Will Show Up Here

XL Axiata Resmikan Kehadiran Layanan Video Streaming Tribe

Hari ini (18/3) XL Axiata (XL) resmi menghadirkan layanan streaming video yang bernama Tribe. XL sendiri sebelumnya sudah mengindikasikan kehadiran Tribe pada bulan Februari silam. Saat ini, layanan video dari Tribe yang dapat diakses melalui smartphone dan tablet masih bersifat eksklusif untuk pelanggan XL saja.

CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, “Visi dari XL meluncurkan layanan Tribe adalah untuk menyediakan layanan hiburan berkualitas bagi penggunanya. Dengan dukungan XL 4G LTE, kebutuhan pelanggan dan masyarakat untuk menyaksikan film, serial, dan siaran olahraga kapan dan di mana saja bisa terpuaskan. Melalui Tribe, XL juga [memberi] dukungan untuk memajukan film nasional.”

“Kami kerja samanya [menghadirkan Tribe] dengan Axiata Digital Video, jadi memang ini kerja samanya esklusif untuk XL. […] Ada investasi, tapi tidak besar. Untuk kontennya, Axiata Digital Video yang menyiapakan. Modelnya, revenue sharing dengan mereka,” tambah Dian.

XL sendiri bekerja sama dengan beberapa rumah produksi besar untuk menyediakan konten film, termasuk juga OH!K, Channel M, serta FOX Sport. Saat ini Tribe diklaim telah menyediakan konten film yang cukup lengkap, mulai dari horor, action, drama, hingga olahraga. Namun yang menjadi titik fokus utama adalah konten film-film Asia yang berasal dari Korea Selatan karena saat ini konten tersebut tengah menjadi tren di kalangan milenial.

Terkait konten film Indonesia, melalui TRIBE, XL juga ingin menunjukkan komitmen dalam mendorong pengembangan industri film nasional. Dengan layanan ini, film-film nasional termasuk produksi baru bisa disaksikan oleh masyarakat Indonesia. Joko Anwar adalah salah satu tokoh perfilman Indonesia yang turut mendukung kehadiran Tribe.

Meski disebutkan telah tersedia di Google Play dan Apps Store, namun saat ini untuk menikmati Tribe secara gratis selama 30 hari pelanggan XL wajib mengaktifkan langgan melalui aplikasi MyXL. Untuk pembayaran sendiri, XL baru menerima metode melalui potong pulsa XL. Biaya yang dikenakan yakni sekitar Rp 25.000 per bulan.

Syarat lain yang harus dipenuhi selain menggunakan nomor XL adalah spesifikasi minimum perangkat keras ponsel pintar atau tablet yang digunakan. Disebutkan XL bahwa Tribe baru bisa dinikmati secara maksimal dengan menggunakan smartphone yang sudah mengadopsi 4G/LTE. Secara spesifik, jenis ponsel atau gawai yang ideal yakni yang terpasang sistem operasi Android versi 4.4 ke atas atau iPhone minimal tipe 5S.

Dengan hadirnya Tribe, artinya pasar streaming video di Indonesia kini semakin bergairah untuk dijamah. Meski tersandung pemblokiran, namun secara teknis Netflix sudah hadir di Indonesia. Masih ada juga HOOQ dari SingTel yang akan menyambangi Indonesia lewat Telkomsel dan iflix dengan pintu masuk melalui grup Emtek. Belum lagi beberapa alternatif yang disediakan pemain lokal seperti Kineria.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Mobile Video Entertainment Viu Segera Masuki Pasar Indonesia

Menambah semarak pasar yang diisi Netflix, iflix dan HOOQ, layanan mobile video entertainment besutan PCCW Media asal Hong Kong Viu juga mengincar pasar Indonesia. Setelah baru saja meresmikan ekspansinya di pasar India dan Malaysia, Indonesia akan kebagian jatahnya dalam beberapa bulan lagi.

Seperti Netflix, Viu bisa diakses melalui perangkat smartphone, tablet, maupun desktop. Dibanding Netflix, Viu bersifat freemium, artinya tetap ada konten yang bisa diakses meski tidak berlangganan. Dalam skemanya ekspansi di wilayah Asia, termasuk Indonesia, PCCW Media mengandalkan Viu sebagai layanan tambahan Vuclip, yang juga miliknya, untuk menyuplai konten dari 250 studio ternama di lingkup global.

Vuclip sendiri telah beroperasi selama delapan tahun dan tercatat memiliki sembilan juta pengguna di 10 negara.

“Viu diterima baik oleh masyarkat Hong Kong dan Singapura dan secara konsisten aplikasi Viu berada di puncak chart dalam kategori aplikasi gratis yang diunduh. Peluncuran di Singapura sejak pertengahan Januari, juga Malaysia dan India merupakan bukti komitmen kami menjadi penyedia layanan hiburan video mobile terkemuka di Asia. Kami yakin keberhasilan Viu di pasar ini juga berkat dukungan mitra strategis kami,” ucap Managing Director PCCW Media Group Janice Lee, seperti dikutip dari Multichannel.

Dalam pemberitaan tersebut, dinyatakan bahwa Viu akan tersedia untuk pasar Indonesia dalam beberapa bulan ke depan. Melirik strateginya yang diadopsi untuk pasar India dan Malaysia, Viu nampaknya juga akan bekerja sama dengan produser konten lokal di Indonesia. Model bisnis yang diimplementasi pastinya tak akan berbeda yakni freemium, menawarkan tayangan konten bebas iklan dengan beberapa konten tambahan dan kualitas gambar yang beragam.

Di pasar India dan Malaysia, Viu melayani konten dari berbagai studio seperti Media Prima, Sony Pictures, Sony Music, BBC, CBS, dan lain-lain. Pihaknya turut menjalin kerja sama dengan broadcaster Korea Selatan kenamaan yakni SBS, KBS, MBC dan CJ E&M. dan masih banyak lagi.

Sebagai layanan OTT yang berasal dari Asia, Viu memiliki keunggulan dalam memahami selera pasar, termasuk di Indonesia. Meskipun demikian, melihat bagaimana Netflix mendapat tantangan dari pihak kompetitor lokal dan regulator, Viu harus mengambil pelajaran supaya tidak ikut terpeleset.

Layanan Streaming video OnAirNOW Meluncur dalam Versi Beta

Sebuah startup Indonesia baru mengusung layanan aplikasi streaming video bernama OnAirNOW. Layanan yang sudah tersedia di platform web dan dalam bentuk aplikasi Android ini memungkinkan penggunanya untuk melakukan penyiaran video secara real-time. OnAirNOW dikembangkan oleh PT OnAirNOW Interactive yang merupakan bagian dari Adamobile Group.

Tak hanya itu, layanan juga didesain untuk dapat membuat penyiar video mampu berinteraksi dengan penontonnya. Konsep on-air yang diusung mirip dengan layanan Cliponyu atau HelloStar, hanya saja dari konten yang sudah ada di OnAirNOW tidak ada batasan jenis video on-air yang dibagikan, layaknya Periscope. Dari rilisnya bahkan OnAirNOW menyatakan akan mengkhususkan layanannya untuk media promosi kreativitas dan menunjang kebutuhan pendidikan.

CEO sekaligus Founder Adamobile Adam Suherman dalam sambutannya terkait peluncuran OnAirNOW mengatakan:

“Aplikasi OnAirNOW dapat memfasilitasi masyarakat Indonesia untuk berbagi pengetahuan, bakat dan kretivitasnya. Saya percaya masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam bakat dan kreativitas yang tinggi. Dan sebagai pendiri Adamobile, saya berharap untuk dapat berpartisipasi di dalam mendukung program Presiden Jokowi untuk menciptakan 1000 technopreneurs.”

Pada aplikasi live video streaming ini penyiar (atau orang melakukan on-air video) dapat mengenaan biaya kepada pengguna lain yang ingin menonton videonya. Seknario ini yang dinilai mampu menjadi sebuah proses bisnis apik di dalam aplikasi. Misalnya, untuk beberapa orang yang ingin mengadakan kursus online atau pembelajaran tertentu yang dilakukan secara berbayar.

OnAirNOW juga menerapkan proses bisnis yang tak jauh berbeda dengan layanan Cliponyu atau sejenisnya untuk video yang dirilis secara publik. Penonton dapat membeli gift-voucher untuk diberikan kepada penyiar. Penyiar dapat mengklaim gift-voucher yang didapat dari penonton ke dalam uang tunai atau hadiah lainnya kepada OnAirNOW.

OnAirNOW masih dalam tahap beta. Konten yang ada pun juga belum begitu tertata, terutama dikarenakan belum adanya kanal kategori. Penting bagi pengembang untuk menghadirkan mengkategorikan kanal video, karena tidak ada aturan baku terkait jenis video yang dapat diputarkan. Standar publikasi konten juga layak untuk diperhitungkan, karena walau bagimanapun sebagai sebuah layanan yang memiliki proses bisnis premium harus mengutamakan kualitas konten.

Application Information Will Show Up Here

Kineria Tawarkan Layanan Streaming Film-Film Indonesia

Keputusan Netflix untuk memperluas operasional ke negara-negara di Asia telah berhasil menimbulkan reaksi yang beragam, termasuk di Indonesia. Keputusan Telkom untuk memblokir Netflix tak lama setelah ia mengudara pun berhasil membuat keriuhan dan membuat masyarakat mulai mencoba mencari alternatif. Salah satu layanan yang naik ke permukaan adalah Kineria.

Dalam halaman FAQ mereka, Kineria mendeskripsikan dirinya sebagai platform film hiburan online yang mendistribusikan film-film Indonesia, baik itu yang berdurasi panjang maupun pendek. Janjinya, tak ada pemotongan durasi atas film-film yang tersedia di platform mereka. Aliran film yang ditawarkan Kineria pun beragam, mulai dari komedi, animasi, aksi, kejahatan, horor, drama, hingga thriller.

Dikutip dari ArenaLTE, Direktur Perangkat Pos dan Informatika Kominfo Kalamullah Ramli menyampaikan, “Kineria itu perusahaan lokal, dia itu sama [dengan] perushaaan penyewaan film. Pak Mentri [Rudiantara] sudah pernah mencoba, katanya dapat voucher Rp 15.000 [dan] dapat nonton film, kalau tidak salah [hingga] tiga film.”

Sebagai penyedia layanan streaming film, Kineria juga menjanjikan bahwa layanan mereka dapat diakses dari berbagai perangkat, mulai dari desktop hingga mobile. Sedangkan untuk urusan berlangganan, Kineria menyediakan dua paket dengan harga yang cukup terjangkau.

Paket pertama adalah paket 11. Dalam paket berlangganan ini pengguna Kineria diwajibkan  membayar Rp 11.000 [sudah termasuk PPn 10 persen] untuk menikmati masa berlangganan selama 5 hari. Dalam paket ini, variasi film yang tersedia adalah 2 film pendek atau satu film panjang.

Paket kedua adalah paket 55 yang lebih fleksibel untuk pemilihan film. Paket ini dikenakan biaya Rp 55.000 untuk masa berlangganan selama 30 hari. Variasi film yang ditawarakan ada lima, yaitu 10 film panjang dan variasi antara film panjang dan pendek. Mulai dari 1 film panjang dan 8 film pendek hingga 4 film panjang dan 2 film pendek.

Sebagai informasi, Kineria bukanlah pemain yang baru meluncur sebagai penyedia layanan streaming film. Kineria sudah beroperasi sejak tahun 2013 dan saat ini berada di bawah payung PT Asia Quattro Net untuk operasionalnya.

LSF Desak Pemerintah Blokir Netflix

Minggu lalu Netflix secara resmi mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Masyarakat cenderung antusias menyambut hal ini. Salah satu alasannya adalah kemudahan mendapatkan konten video secara legal. Meskipun demikian, kehadirannya bukan tanpa kontroversi. Konten yang dimuat Netflix di Indonesia belum melalui gunting sensor LSF (Lembaga Sensor Film). LSF disebutkan segera mendesak kementerian terkait, dalam hal ini Kemkominfo, untuk memblokir Netflix.

Ketua LSF Ahmad Yani Basuki ,seperti diberitakan di berbagai media, meminta Kemkominfo memblokir layanan tersebut. Ahmad mengingatkan bahwa dalam Undang-Undang nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman disebutkan bahwa setiap film yang akan dipertontonkan atau ditayangkan pada khalayak harus mengantongi surat tanda sensor dari LSF. Hal tersebut membuat Netflix seharusnya belum bisa masuk ke Indonesia.

“Tanpa memenuhi ketentuan tersebut, kami akan merekomendasikan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir layanan tersebut,” seperti dikutip dari Tempo.

Kriteria wajib sensor

Saat ini LSF memang terkenal “keras” dalam memberlakukan sensor. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya gambar “blur” yang ada di tayangan televisi. Masih dari sumber yang sama dijelaskan bahwa ada beberapa konten yang termasuk dalam kategori wajib sensor, yakni film yang mendorong kekerasan, judi, dan penyalahgunaan narkotika.

Masih dalam kategori yang sama adalah adegan yang menonjolkan pornografi; memprovokasi pertentangan suku, agama dan ras; menistakan agama; mendorong khalayak melawan hukum; dan merendahkan martabat manusia.  LSF disebutkan tidak segan-seganmencegah penanyangannya jika dalam satu film ditemukan terlalu banyak adegan tersebut.

Sambutan positif hadirnya Netflix di Indonesia bisa menggambarkan bahwa konten legal masih diharapkan di Indonesia. Masih sulitnya akses ke konten legal, dengan harga terjangkau, menjadi salah satu alasan mengapa pembajakan seolah sulit dihentikan di Indonesia.

Memblokir Netflix mungkin bukan satu-satunya jalan untuk menangani persoalan sensor ini. Harus ada mekanisme yang lebih arif dan bijaksana untuk menjaga semangat mendapatkan konten legal di Indonesia.

Bukan HOOQ dan iflix, Netflix Lebih Dulu Masuk Indonesia

Di luar dugaan, layanan streaming video global Netflix memasukkan Indonesia ke dalam ekspansinya ke 130 negara baru hari ini. Sebelumnya HOOQ dan iflix, dua layanan serupa yang fokus di pasar Asia Pasifik, juga membidik Indonesia tahun ini. Tahun 2016 ini Indonesia bakal dimanjakan oleh layanan streaming serial TV dan film secara legal. Pada akhirnya, yang menjadi pertanyaan apakah layanan seperti ini bakal membantu menekan angka pembajakan.

Kehadiran Netflix di Indonesia cukup mengejutkan karena sebelumnya Netflix menyebutkan kehadirannya di Asia Tenggara hanya akan fokus di Singapura. Netflix hadir dengan tiga paket berlangganan yang semuanya hanya bisa dibayar melalui kartu kredit. Selain mendaftar langsung ke situsnya, konsumen bisa berlangganan melalui iTunes dan Google Play.

Secara umum, konten Netflix di Indonesia, seperti halnya di negara-negara lain, belum selengkap konten Netflix versi Amerika Serikat. Cukup banyak serial TV dan film yang belum tersedia di sini, mungkin isu dengan distribusi dan hak cipta. Kami juga belum tahu apakah siarannya sudah menyesuaikan dengan standar sensor di Indonesia.

Layanan seperti Netflix bukan ditujukan untuk bersaing dengan bioskop, melainkan dengan layanan TV kabel, DVD, blu ray, dan layanan digital, seperti iTunes dan Google Play.

Apa arti kehadiran Netflix di Indonesia? Ada dua faktor yang kami lihat di sini. Pertama, sebagai layanan streaming video terbesar, Netflix bakal mendorong edukasi pemanfaatan konten legal dengan biaya yang relatif cukup terjangkau.

Dibandingkan konten di iTunes dan Google Play Movies, atau bahkan DVD dan blu ray sekalipun, biaya Rp 109 ribu sebulan (paket paling murah) akan dirasa ekonomis jika konsumen terbiasa mengkonsumsi lebih dari 5 judul film atau serial TV sebulannya. iflix dan HOOQ, jika nanti sudah tersedia, tidak perlu lagi menjelaskan model bisnisnya karena Netflix sebagai role model sudah tersedia di sini.

Kedua, di sisi kompetisi, kehadiran Netflix bakal membuat HOOQ dan iflix lebih kreatif untuk menarik pelanggan mengingat jangkauan layanan dua perusahaan ini tidak sebesar Netflix. Mereka harus dan bakal memanfaatkan dua keunggulan yang dimiliki, yaitu pemahaman terhadap selera lokal dan kerja sama dengan operator telekomunikasi lokal untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan menggunakan kartu kredit.

Secara umum, kehadiran layanan streaming seperti ini memberikan alternatif yang layak bagi konsumen. Setelah pasar musik yang sudah “diganggu” oleh berbagai layanan streaming berharga terjangkau, kini konsumen Indonesia memiliki pilihan legal untuk konten berbasis video.

Hambatan

Seperti halnya segmen musik, film dan serial TV memiliki musuh bersama, yaitu pembajakan. Berbeda dengan layanan streaming musik yang bisa mengakomodir layanan gratis dengan skema model bisnis berbasis iklan, agak susah memberikan perlakuan serupa untuk layanan streaming video. Model bisnis yang selama ini diadopsi siaran televisi tidak bisa dikopi mentah-mentah oleh layanan streaming.

Ada banyak hambatan yang menghadang layanan seperti ini. Belum luasnya adopsi Internet berkecepatan tinggi, belum tingginya penggunaan kartu kredit, dan rendahnya pemahaman untuk mengadopsi konten legal merupakan PR bagi Netflix, iflix, dan HOOQ supaya bisa bertahan lama di Indonesia, dan negara-negara berkembang lainnya. Pun masih menjadi pertanyaan apakah konten-konten yang dihadirkan oleh layanan seperti ini sudah sesuai dengan selera konsumen lokal.

Kita tunggu apakah masyarakat bakal menyambut baik layanan seperti ini dan mengurangi ketergantungan terhadap konten ilegal. Setidaknya, kini kita punya pilihan.

Targetkan Demografi Muda, Nonton.com Siap Produksi Konten Video Online Berkualitas

Resah dengan kualitas konten di kanal stasiun televisi yang tidak kian membaik, CEO Nonton.com Nucky Djatmiko berambisi membawa industri konten video secara online dengan peningkatan kualitas yang jauh lebih baik. Awalnya mengusung konsep user-generated content (UGC), kini Nonton.com memutuskan untuk menggandeng TV dan para produser berbakat, serta memutuskan untuk membuat beberapa program unik produksi dapur sendiri.

“Pada tahun 2013, Nonton.com mulai mengudara. Saat itu kami masih mencari model bisnis dengan UGC, tapi lambat laun semakin banyak konten yang tidak jelas dan cenderung kurang informatif. Akhirnya tujuh bulan lalu, kami memutuskan untuk menurunkan semua video lantas memproduksi dan berkolaborasi bersama para content producer,” imbuh Nucky ketika ditemui DailySocial beberapa hari yang lalu.

Nucky memaparkan semangatnya untuk membuat ekosistem yang jauh lebih baik. Nonton.com yang digawanginya kini berfokus pada kualitasnya, bukan hanya permasalahan copyright (yang awalnya cenderung sulit dikontrol karena konsep UGC) saja. Kini Nonton.com membuka kesempatan bagi tak hanya content producer berskala besar, tetapi juga tiap individu yang memiliki ide kreatif dan sanggup menciptakan konten layak tampil untuk berkolaborasi, tentunya dengan tuntunan profesionalitas.

“Kami ingin main di market di mana kontennya unik, milik pemain itu sendiri. Itulah alasannya menggandeng content producer. Kompetitor langsung secara legal belum ada, tapi ada beberapa pemain besar dari luar negeri yang akan segera masuk,” katanya Nucky.

Nonton.com sendiri juga bisa diakses melalui platform mobile, baik Android maupun iOS.

Perihal persaingan ini Nucky sendiri mengakui kedigdayaan kompetitor terbesarnya, yakni Netflix, sebagai yang sulit disaingi. Tak hanya tentang modal dana yang dimiliki, serta teknologi dan aspek lain. Namun pendekatannya bukan menyerang langsung, tapi merangkul komunitas dan para content producer untuk berkolaborasi yang mendongkrak kualitas konten video nasional menjadi jauh lebih baik secara umum.

“Tujuannya adalah meningkatkan kualitas konten. Saya bermimpi, setidaknya, menyamai konten-konten dari Korea. Banyak orang-orang kreatif dengan ide gila, namun hambatannya termasuk proses produksi,” tambahnya.

Nonton.com yang memiliki demografi penonton di sekitar usia 15 hingga 25 tahun ini mengklaim memiliki 80 ribu pengguna terdaftar dalam layanannya, dengan unique visitor mencapai 25 ribu per hari. Demografi yang cenderung belia ini akan dimanfaatkan Nucky untuk meluncurkan program-program dengan target pasar yang lebih spesifik.

“Kami akan buat original series. Seperti program The Remix yang bermitra dengan .NET TV, kami mungkin akan mengembangkan model konten yang seperti itu di tahun 2016 nanti,” tutupnya.

Viddsee Uses CyberAgent Ventures’ Investment to Broaden Its Market

After officially launching apps for Android and iOS, Singapore-based Viddsee sealed another funding from CyberAgent Ventures worth $ 2,3 million. The investment is based on Viddsee’s potential to become the people’s favorite, as it provides high quality short films within its platform. Continue reading Viddsee Uses CyberAgent Ventures’ Investment to Broaden Its Market

Hadirkan Konten Kreatif, GamaboxTV Sasar Konsumen Anak muda

Internet saat ini memungkinkan pengguna untuk mencari bukan hanya informasi, tapi juga tayangan media melalui streaming atau live-feed berupa dokumenter hingga hiburan dari konten yang berbeda. Kehadiran smartTV juga memudahkan kita untuk mengakses hiburan langsung dari provider atau channel yang beredar di Internet.

Continue reading Hadirkan Konten Kreatif, GamaboxTV Sasar Konsumen Anak muda