Kenalan dengan Dolby Atmos dan Vision pada Xiaomi Pad 5

Xiaomi pada akhirnya meluncurkan lagi sebuah tablet dengan sistem operasi Android yang bernama Xiaomi Pad 5. Tablet yang satu ini cukup menjadi perhatian karena kebutuhan masyarakat di Indonesia yang sedang work from home dan school from home akibat pandemi Covid-19. Selain itu, tablet yang satu ini cukup berbeda dengan tablet lainnya karena menggunakan chipset kencang Snapdragon 860. Tentunya, masih banyak lagi yang disuguhkan Xiaomi pada tablet barunya tersebut.

Pada tanggal 24 September 2021, Xiaomi mengadakan pertemuan secara online untuk memperkenalkan tablet barunya kepada para media. Salah satu yang ditawarkan oleh Xiaomi pada tabletnya tersebut adalah hadirnya fitur dari Dolby. Pada kesempatan kali ini pula, Xiaomi juga menghadirkan representasi dari Dolby untuk membicarakan tentang teknologinya.

Hal pertama yang ada pada Xiaomi Pad 5 adalah suara yang didukung dengan Dolby Atmos. Dolby Atmos akan meningkatkan kualitas suara dari sebuah musik dan lagu, sehingga terdengar jauh lebih baik. Dolby Atmos sendiri sudah digunakan pada bioskop-bioskop yang ada di Indonesia dengan tujuan agar para penonton bisa merasa seperti didalam film yang sedang diputar tersebut.

Kanal suara memang saat ini sudah banyak diperkenalkan. Mulai dari stereo yang memiliki 2 kanal, yakni kiri dan kanan. Setelah itu, teknologi berkembang dengan memberikan suara dari tengah selain kiri dan kanan, yang dikenal dengan 2.1. Selanjutnya, teknologi berubah lagi dengan menambah speaker pada bagian belakang yang disebut dengan surround sound.

Sayangnya dengan teknologi berbasis kanal ini, suara tidak dapat dihadirkan dengan cara diurutkan dan terdengat bersamaan. Dengan Dolby Atmos, mereka menembus batas tersebut sehingga suara bisa dihadirkan dan diurutkan secara bebas dengan ruang 360 derajat. Dan seperti telinga manusia, kita bisa mendengarkan dari mana suara tersebut datang. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan kedalaman cerita dari sebuah film atau musik yang didengar.

Selain Dolby Atmos, teknologi lainnya yang dibenamkan pada Xiaomi Pad 5 adalah Dolby Vision. Teknologi Dolby Vision akan meningkatkan warna serta detail dari sebuah konten. Warna yang dihasilkan dari Dolby Vision akan menjadi akurat karena warna hitamnya benar-benar hitam serta kedalaman warnanya lebih baik dari teknologi lain yang ada saat ini.

Untuk dapat menghadirkan konten yang bisa memiliki warna akurat serta tingkat ketajaman yang lebih baik tersebut, sebuah konten harus sudah mendukung Dolby Vision. Dolby bekerja sama dengan studio film untuk menghadirkan teknologi ini agar bisa ditonton pada perangkat yang sudah mendukung Dolby Vision pula. Jika sebuah perangkat tidak mendukung Dolby Vision, tentu konten tersebut masih bisa dimainkan namun tanpa peningkatan yang dijanjikan oleh Dolby.

Tanpa Earphone, bagaimana kualitasnya?

Setelah sedikit menjelaskan mengenai teknologi dari Dolby Atmos dan Dolby Vision yang ada pada Xiaomi Pad 5, saya pun menanyakan satu hal kepada Ashim Mathur, Senior Regional Director, Emerging Markets, Dolby Laboratories. Pertanyaan tersebut mengenai bagaimana kualitas suara dari Dolby Atmos jika kita mendengarkan suaranya melalui speaker Xiaomi Pad 5 dan bukan earphone. Tentunya, selama ini kita hanya akan bisa mendengar perbedaan suaranya melalui sebuah earphone maupun headphone.

Ashim mengatakan bahwa teknologi Dolby Atmos ini sudah terintegrasi ke dalam Xiaomi Pad 5. Oleh karena itu jika kita ingin mendengarkan suara melalui headphone, baik itu yang murah maupun yang mahal, pengalaman Dolby Atmos tentu akan terasa. Teknologi ini tidak tergantung pada perangkat eksternal namun sudah ada pada Xiaomi Pad 5 tersebut. Jadi, pengalaman tersebut juga bisa didengarkan melalui speaker bawaannya.

Namun Asham mengatakan bahwa beliau pribadi lebih memilih menggunakan sebuah earphone. Hal tersebut akan membuat suaranya lebih baik karena kita akan mendengarkan pergerakan suaranya dan pengalaman merasakan kontennya akan lebih baik. Akan tetapi jika kita ingin mendengarkan tanpa headphone dan earphone, tentu saja bisa merasakannya pula namun pengalamannya akan lebih sedikit.

SPAC Terlalu Riuh, MNC Urungkan Niat Bawa Vision+ ke Bursa NASDAQ

Sejak paruh kedua 2020, Asia Vision Network (AVN) atau dikenal dengan produk aplikasinya Vision+ mulai mempertimbangkan untuk melantai ke bursa saham Amerika Serikat melalui kendaraan SPAC. Malaca Straits Acquisition Company (NASDAQ: MLAC) kemudian digandeng untuk menjadi mitra strategis. Hingga kuartal pertama tahun ini rencana tersebut masih optimis dijalankan, hingga mereka memiliki target untuk menuntaskan kesepakatan di kuartal kedua 2021.

Namun dari keterbukaan teranyar yang disampaikan MNC Vision, sebagai induk AVN, perusahaan memutuskan untuk tidak melanjutkan transaksi. Ada dua hal yang disorot. Pertama, tahun 2021 ini terjadi banyak transaksi SPAC di NASDAQ, sehingga berpengaruh pada valuasi MLAC di bawah nilai nominal $10 per saham. Menurut data EY, per H1 2021 terdapat 634 transaksi SPAC yang berhasil dijalankan, menjadi rekor baru di bursa saham setempat.

Alasan kedua yang disampaikan, pihak MNC melihat adanya gairah investor di BEI terhadap perusahaan yang bergerak di bidang digital. Walaupun tidak disebutkan detail, kami rasa keberhasilan Bukalapak IPO di Indonesia menjadi salah satu tolok ukur yang digunakan. Bisnis utama AVN sendiri adalah platform video streaming, operator TV berbayar, dan layanan broadband.

Sebelumnya proses penandatanganan Business Combination Agreement sudah dilakukan per 22 Maret 2021 oleh AVN dan MLAC. Proyeksi valuasi perusahaan adalah senilai $573 juta atau setara 8 triliun Rupiah — mencerminkan rasio EV/EBITDA di 5,8 kali dari nilai tersebut. Kombinasi bisnis juga diperkirakan akan menambah modal segar sekitar $135 juta — jika tidak ada penebusan pemegang saham publik MLAC.

Penguatan proposisi nilai

Menurut data yang dihimpun Statista, revenue untuk bisnis video streaming di Indonesia akan mencapai $237 juta pada tahun 2021. Diproyeksikan akan terus meningkat hingga $467 juta di tahun 2025 dengan CAGR 18,55%. Peningkatan tersebut disokong peningkatan penetrasi mencapai 6,4% tahun ini. Pandemi yang membatasi kegiatan di luar rumah membuat layanan video streaming menjadi salah satu alternatif hiburan.

Sebagai perusahaan media, MNC Vision (IDX: IPTV) melihat ini sebagai potensi untuk meningkatkan platform mereka di bawah AVN. Vision+ hadir mengakomodasi kebutuhan konten on-demand untuk penikmatnya, termasuk untuk menyuguhkan opsi streaming untuk penonton TV yang membutuhkan alternatif medium menonton tayangan jaringan MNC. Konten lokal tentu menjadi satu kekayaan dimiliki perusahaan, banyak IP yang sudah dihasilkan, baik dalam film, sinetron, maupun video berkonsep lainnya.

Inovasi pun terus digencarkan, termasuk melalui kemitraan strategis dengan pemain serupa. Terbaru, MNC Vision memberikan investasi $40 juta atau setara 570 miliar Rupiah untuk aplikasi video streaming Migo. Tujuannya untuk memanfaatkan teknologi yang dikembangkan startup tersebut, yakni memungkinkan penonton aplikasi video streaming untuk menikmati konten secara online.

Teknologi Migo berupa online to offline (O2O) videos-to-go yang memungkinkan pengguna menonton film secara offline tanpa buffering. Distribusi konten dilakukan melalui Wargo (Warung Migo) atau Migo Download Stations (MDS). Pengguna hanya perlu menuju lokasi warung kelontong mitra untuk mengunduh konten lalu bisa dinikmati secara offline di aplikasi.

Peta persaingan layanan video streaming di Indonesia sendiri cukup ketat, diramaikan oleh pemain lokal dan luar.

Persaingan aplikasi video streaming Indonesia
Persaingan aplikasi video streaming Indonesia

SPAC lainnya berpotensi tertunda

Tidak hanya AVN, beberapa perusahaan digital lokal lainnya dikabarkan mempertimbangkan SPAC sebagai jalur untuk memasuki bursa saham. Nama-nama yang santer dibicarakan antara lain Tiket.com, Traveloka, GoTo, hingga yang terbaru Kredivo — bahkan yang terakhir ini sudah mengumumkan secara resmi tentang aksi korporasinya tersebut.

Kredivo akan merger dengan VPC Impact Acquisition Holdings II (NASDAQ: VPCB) yang merupakan afiliasi dari Victory Park Capital (VPC), firma investasi global yang sudah beberapa kali memberikan fasilitas kredit untuk Kredivo. Dengan penggabungan ini, FinAccel (induk Kredivo) akan memiliki valuasi pro-forma ekuitas di kisaran $2,5 miliar, dengan asumsi tidak ada penebusan.

Sebelumnya berhembus kabar unicorn Traveloka akan membuat kesepakatan dengan Bridgetown Holdings Ltd. untuk SPAC. Namun baru-baru ini, tersiar informasi bahwa dewan direksi Traveloka memutuskan untuk tidak melanjutkan langkah tersebut. Alasannya kurang lebih sama dengan MNC, karena antusiasme SPAC telah berkurang seiring tingginya frekuensi di pasar. Perusahaan kemungkinan akan menjajaki proses IPO tradisional, tetap di bursa AS, menurut sumber Bloomberg.

Perusahaan lain, Grab juga telah mengumumkan secara resmi rencana go-public di bursa saham Amerika Serikat menggunakan SPAC dengan perusahaan cek kosong (blank check company) Altimeter Growth Corp (NASDQ: AGC). Grab membidik valuasi $39,6 miliar (sekitar Rp580 triliun) dan perolehan dana segar $500 juta dari $AGC dan melalui PIPE (Private Investment in Public Equity) senilai $4 miliar. $750 juta di antaranya merupakan komitmen Altimeter.

Awal mulanya, kesepakatan tersebut akan dituntaskan pada pertengahan tahun 2021 ini. Namun dalam kabar terbaru, Grab menunda merger tersebut dengan alasan adanya permintaan audit keuangan dari otoritas bursa setempat. Kemungkinan rencana ini akan mundur hingga akhir tahun 2021.

Application Information Will Show Up Here

MNC Vision Pours 570 Billion Rupiah Funding to Migo, Planning for Collaboration

MNC Vision Networks (IDX: IPTV), a subsidiary of MNC Group which oversees several OTT business units, announced its investment in Migo Indonesia worth of $40 million or equivalent to 570 billion Rupiah. The funds will be used to increase service coverage with a target of 100 million users by 2022.

This funding continues Migo’s acquisition in 2020 in the series B round. The amount is not stated, a series of venture capitalists and angel investors are involved, including Temasek, Provident Capital, Ray Zage (Commissioner of Gojek and Lippo Karawaci), Steve Chen (Co-founder & ex -CTO Youtube), and Pandu Sjahrir.

Compared to other streaming video services, Migo’s technology is quite unique in the form of online to offline (O2O) videos-to-go which allows users to watch movies offline without buffering. Content distribution is done through Wargo (Warung Migo) or Migo Download Stations (MDS). Users only need to go to the partner grocery store location to download the content to be played offline on the application.

Content distribution mechanism on Migo app / Migo

In particular, Migo’s target market is the mass market segment with data issues and without sufficient connectivity at home. Migo started its jouney in Indonesia since March 2020, before finally launching in the global market in June 2020 with a paid model. Currently, the service (the presence of partners) only covers area around Jakarta and Bekasi.

Furthermore, with the funds, Migo also targeting to provide MDS points in 10 thousand new locations in Java.

“Migo uniquely and exclusively innovates for 3 billion consumers in emerging markets. As the largest country in Southeast Asia, Indonesia is home to more than 200 million under-innovated people. These individuals and families basically want to fully participate in the digital age, and Migo can make that happen,” Migo’s Founder & CEO, Barrett Comiskey said.

Partnership with MNC

The IPTV corporate action will be followed by a series of strategic collaborations, continuing the integration of Vision+ in the Migo application which has been carried out since June 2021. The goal is to bring an OTT Vision+ viewing experience to offline customers. With the additional capital, Migo is quite optimistic about setting a target of 20 million monthly paid subscribers for the Vision+ service on Migo by 2025. Migo’s subscription fee iranging from Rp15 thousand per month.

“Working with MNC Group, which provides enormous domestic resources and experience, to accelerate Migo’s scale and increase the impact of Migo on society. MNC Vision Networks is an excellent partner while simultaneously expanding our network nationally in order to realize our mission We aim to change the digital life of Indonesians every day,” Barrett added.

In addition, the agreement also includes the appointment of the President Director of MNC Vision Networks Ade Tjendra and the Marketing Head of the President Director of MNC Vision Networks Clarissa Tanoesoedibjo as the Board of Commissioners of Migo Indonesia.

“Supported by MVN’s superior content and Migo’s rapidly growing reach, we aim to reach tens of millions of people without access to OTT services, or are limited by data connection. In addition, we believe that this service is to change people’s lives because they will have better access to entertainment and educational content,” MNC Vision Networks’ President Director, Ade Tjendra said.

MNC Group OTT Business

This year, MNC Vision Networks has announced several important plans. One that is quite significant is the plan to go public on the United States stock exchange for its subsidiary Asia Vision Networks (AVN) or known for its application product Vision+. The corporate action began with the signing of a merger agreement with a SPAC (Special Purpose Acquisition Company), Malacca Straits Acquisition Company (NASDAQ: MLAC), .

In addition to OTT (over the top) via video streaming applications, AVN also oversees MNC Play as a pay TV and broadband service operator.

MNC’s strenght is evident in the content diversification provided. Moreover, they have television broadcast assets that dominate the national rating. The VOD application presented also bridges access to these shows, while providing post-show replay options. Migo’s presence is certainly a good bridge to reach new people – especially to convert television viewers to VOD.

According to data presented in the disclosure early this year, Vision+ currently has 5.6 million subscribers, and 1.6 million of them are paid subscribers. Meanwhile, its competitors, according to Media Partners Asia data, until early this year Disney+ Hotstar already had 2.5 million paid subscribers in Indonesia, Viu had 1.5 million subscribers, and Vidio had 1.1 million subscribers. While Netflix has 800 thousand.

Meanwhile, according to their popularity (accessed today [14/9] via the analytics service AppBrain), the following is a list of the most popular VOD applications on the Android platform:

Google Play Rank (Entertainment) Application
1 WeTV
2 Vidio
7 iQIYI
8 Mola TV
12 Viu
14 RCTI+
15 Netflix
16 Iflix
20 Disney+ Hotstar
27 Vision+
37 MAXstream
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

MNC Vision Beri Pendanaan 570 Miliar Rupiah ke Migo, Agendakan Sejumlah Kolaborasi

MNC Vision Networks (IDX: IPTV), anak usaha MNC Group yang membawahi beberapa unit bisnis OTT, mengumumkan investasinya ke Migo Indonesia senilai $40 juta atau setara 570 miliar Rupiah. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan jangkauan layanan dengan target 100 juta pengguna di tahun 2022.

Pendanaan ini melanjutkan perolehan Migo pada tahun 2020 lalu dalam putaran seri B. Nilainya tidak disebutkan, sejumlah pemodal ventura dan angel investor terlibat, termasuk Temasek, Provident Capital, Ray Zage (Komisioner Gojek dan Lippo Karawaci), Steve Chen (Co-founder & ex-CTO Youtube), dan Pandu Sjahrir.

Dibandingkan layanan video streaming lain, teknologi Migo cukup unik berupa online to offline (O2O) videos-to-go yang memungkinkan pengguna menonton film secara offline tanpa buffering. Distribusi konten dilakukan melalui Wargo (Warung Migo) atau Migo Download Stations (MDS). Pengguna hanya perlu menuju lokasi warung kelontong mitra untuk mengunduh konten lalu bisa dinikmati secara offline di aplikasi.

Mekanisme distribusi konten di aplikasi Migo / Migo

Secara khusus target pasar Migo adalah segmen pasar masal yang memiliki isu dengan data dan tidak memiliki konektivitas memadai di rumah. Migo mulai menapaki perjalanan di Indonesia sejak Maret 2020, sebelum kemudian meluncur penuh di pasar global Juni 2020 dengan model berbayar. Saat ini cakupan layanannya (keberadaan mitra) baru seputar Jakarta dan Bekasi.

Selanjutnya, dengan dana yang didapat, Migo juga punya target untuk menambah titik MDS di 10 ribu lokasi baru di Jawa.

“Migo secara unik dan eksklusif berinovasi bagi 3 miliar konsumen di pasar negara berkembang. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia merupakan rumah bagi lebih dari 200 juta masyarakat yang under-innovated. Para individu dan keluarga tersebut pada dasarnya ingin berpartisipasi penuh dalam abad digital kita, dan Migo dapat mewujudkan hal tersebut,” ujar Founder & CEO Migo Barrett Comiskey.

Kemitraan dengan MNC

Aksi korporasi IPTV akan dilanjutkan dengan sejumlah kerja sama strategis, melanjutkan integrasi Vision+ di aplikasi Migo yang sudah dilakukan sejak Juni 2021 lalu. Tujuannya untuk menghadirkan pengalaman menonton OTT Vision+ kepada pelanggan offline. Dengan modal tambahan yang diberikan, Migo cukup optimis mematok target 20 juta pelanggan bulanan berbayar bagi layanan Vision+ di Migo pada tahun 2025. Biaya berlangganan Migo sendiri di kisaran Rp15 ribu per bulan.

“Bekerja sama dengan MNC Group, yang memberikan sumber daya dan pengalaman dalam negeri yang sangat besar, untuk mempercepat skala Migo dan memperbesar dampak dari Migo bagi masyarakat. MNC Vision Networks adalah mitra yang luar biasa dengan sekaligus mengembangkan jaringan kami secara nasional dalam rangka mewujudkan misi kami untuk mengubah kehidupan digital masyarakat Indonesia setiap harinya,” imbuh Barrett.

Selain itu, kesepakatan tersebut juga mencakup penunjukan Presiden Direktur MNC Vision Networks Ade Tjendra dan Marketing Head Presiden Direktur MNC Vision Networks Clarissa Tanoesoedibjo sebagai Dewan Komisaris Migo Indonesia.

” Didukung dengan berbagai konten unggulan milik MVN dan jangkauan Migo yang terus berkembang pesat, kami berharap dapat menjangkau puluhan juta orang yang tidak memiliki akses ke layanan OTT, atau memiliki keterbatasan atas beban kuota data berkelanjutan. Selain itu, kami meyakini bahwa dengan adanya layanan ini akan mengubah kehidupan masyarakat karena mereka akan memiliki akses yang lebih baik ke konten hiburan dan pendidikan,” sambut Presiden Direktur MNC Vision Networks Ade Tjendra.

Bisnis OTT MNC Group

Tahun ini, MNC Vision Networks telah mengumumkan sejumlah rencana penting. Satu yang cukup signifikan, rencana go-public di bursa Amerika Serikat untuk anak usahanya Asia Vision Networks (AVN) atau dikenal dengan produk aplikasinya Vision+. Aksi korporasi tersebut dimulai dengan penandatanganan perjanjian penggabungan usaha dengan Malacca Straits Acquisition Company (NASDAQ: MLAC), sebuah SPAC (Special Purpose Acquisition Company).

Selain mengoperasikan OTT (over the top) lewat aplikasi streaming video, AVN juga membawahi MNC Play sebagai operator TV berbayar dan layanan broadband.

Kekuatan MNC jelas pada diversifikasi konten yang diberikan. Terlebih, mereka memiliki aset siaran televisi yang menguasai rating nasional. Aplikasi VOD yang disajikan turut menjembatani akses ke tayangan tersebut, sembari menyajikan opsi pemutaran ulang pascatayang. Hadirnya Migo tentu menjadi jembatan yang apik juga untuk menjangkau kalangan baru – khususnya untuk mengonversi penonton televisi ke VOD.

Menurut data yang disampaikan dalam keterbukaan, hingga awal tahun ini Vision+ saat ini memiliki 5,6 juta pelanggan, dan 1,6 juta di antaranya adalah pelanggan berbayar. Sementara kompetitornya, menurut data Media Partners Asia, hingga awal tahun ini Disney+ Hotstar sudah memiliki 2,5 juta pelanggan berbayar di Indonesia, Viu memiliki 1,5 juta pelanggan, dan Vidio 1,1 juta pelanggan. Sementara Netflix memiliki 800 ribu.

Sementara itu, menurut popularitasnya (diakses hari in [14/9] melalui layanan analitik AppBrain), berikut daftar aplikasi VOD terpopuler di platform Android:

Peringkat di Google Play (Entertainment) Aplikasi
1 WeTV
2 Vidio
7 iQIYI
8 Mola TV
12 Viu
14 RCTI+
15 Netflix
16 Iflix
20 Disney+ Hotstar
27 Vision+
37 MAXstream
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tandai Era Baru, Bisnis OTT MNC Group Segera “Go Public” di Bursa Amerika Serikat Melalui SPAC

MNC Vision Networks, (IDX: IPTV) melalui anak usahanya Asia Vision Network (AVN) atau dikenal dengan produk aplikasinya Vision+, mengumumkan telah resmi menandatangani perjanjian penggabungan usaha dengan Malacca Straits Acquisition Company (NASDAQ: MLAC), sebuah SPAC (Special Purpose Acquisition Company).

Rumor ini sudah beredar sejak Februari 2021 lalu. Melalui surat tanggapan yang dipublikasikan melalui IDX, pihak IPTV mengonfirmasi soal rencana tersebut. Hanya saja disampaikan bahwa proses filling belum dilakukan, sehingga belum bisa menginformasikan lebih lanjut ke otoritas.

Berdasarkan informasi terbaru yang disebarkan ke media, proses merger ditargetkan tuntas pada akhir Q2 2021. Proses penandatanganan Business Combination Agreement sudah dilakukan per 22 Maret 2021 oleh kedua pihak. Proyeksi valuasi perusahaan adalah senilai $573 juta atau setara 8 triliun Rupiah — mencerminkan rasio EV/EBITDA di 5,8 kali dari nilai tersebut. Kombinasi bisnis juga diperkirakan akan menambah modal segar sekitar $135 juta — jika tidak ada penebusan pemegang saham publik MLAC.

Selain mengoperasikan OTT (over the top) lewat aplikasi streaming video, AVN juga membawahi MNC Play sebagai operator TV berbayar dan layanan broadband.

Merger ini bakal menandai perjanjian perdana antara startup teknologi Indonesia dan SPAC untuk melantai di bursa saham Amerika Serikat. Sebelumnya sejumlah startup unicorn telah ramai dirumorkan mengambil langkah serupa, tetapi sejauh ini belum ada konfirmasi realisasi.

Gambaran kompetisi pasar

Berdasarkan data yang dihimpun di Statista Digital Market Outlook 2020revenue layanan video-on-demand (VOD) di Indonesia diprediksikan mencapai $411 juta atau setara 5,9 triliun Rupiah pada 2021 dengan penetrasi pengguna mencapai 16,5% dengan rata-rata revenue per pengguna (ARPU) $9.02. Sub-segmen yang menyumbangkan nilai terbesar adalah video streaming (SVoD), dengan kisaran $237 miliar.

Vision+ menjadi bagian dari ekosistem ini, berkompetisi sengit dengan para pemain lainnya. Dari pemetaan pemain SVOD yang dirangum dalam Startup Report 2020, setidaknya saat ini ada 21 varian layanan dengan berbagai spesialisasi konten. Ditinjau dari statistik penggunaan layanan lokal, aplikasi Vidio, RCTI+, dan Maxstream masih memimpin tiga besar yang paling banyak dipakai.

Kuat di siaran TV (baik gratis maupun berbayar) tidak menghentikan Vision+ untuk meningkatkan value propsition-nya. Karena ini mereka juga mulai banyak merilis seri orisinal film, dan beberapa tayangan eksklusif lainnya. Saat ini aplikasi sudah diunduh lebih dari 5 juta pengguna di Google Play dengan rating  4.4/5.0.

Sementara jika membandingkan dengan pemain global, ada beberapa pesaing berat yang saat ini terus menggencarkan penetrasinya di Indonesia. Dari Tencent, mereka punya dua amunisi, yakni WeTV dan iflix, dengan diversifikasi konten seri orisinal produksi Tiongkok. Kemudian ada Netflix sebagai pemimpin pasar SVOD global, juga Disney+ Hotstar yang mulai debut tahun 2020 lalu dengan konten khasnya.

Peta persaingan VOD di Indonesia

Pembatasan sosial akibat pandemi juga banyak mendatangkan pengguna baru, sebagai alternatif hiburan selama di rumah saja. Salah satunya divalidasi oleh survei McKinsey pada Maret s/d April 2020, sebanyak 45% responden mengaku mengeluarkan lebih banyak uang untuk hiburan di rumah dan berdampak pada pertumbuhan konsumsi konten video sebesar 53% dari sebelumnya.

Menurut data Media Partners Asia, hingga awal tahun ini Disney+ Hotstar sudah memiliki 2,5 juta pelanggan di Indonesia, Viu memiliki 1,5 juta pelanggan, dan Vidio 1,1 juta pelanggan (premium). Sementara Netflix memiliki 800 ribu. Disney+ Hotstar gencar memberikan paket akses premium gratis, di-bundling dengan paket internet dari Telkomsel (mitra peluncurannya di Indonesia). Menurut keterangan MNC, Vision+ saat ini memiliki 5,6 juta pelanggan, dan 1,6 juta di antaranya adalah pelanggan berbayar.

DNA bisnis MNC Group sebagai korporasi media tentu menjadi nilai plus jika mengharapkan Vision+ dapat menjadi pemimpin pasar di Indonesia. Setidaknya mereka telah membuktikan lewat kanal siaran televisi dengan menguasai 48% market share nasional. Namun pelanggan SVOD (dalam konteks pengguna premium) dengan pemirsa televisi bisa saja memiliki irisan demografi dan karakteristik yang berbeda, sehingga memang harus divalidasi lebih lanjut.

Fixed broadband dan TV kabel

Terkait fixed-broadband atau jaringan internet rumahan, menurut data yang dihimpun Techinasia per Juni 2020, setidaknya ada 11 pemain yang saat ini menyuguhkan layanannya termasuk MNC Play. Kebanyakan layanan TV kabel juga disuguhkan bersanding dengan paket internet yang diberikan.

Fixed Broadband Layanan Hiburan Penawaran Kecepatan Biaya Langganan Dasar Cakupan
MNC Play TV Kabel, VOD 10Mbps s/d 70Mbps Rp290ribu s/d Rp1juta Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Malang
Indosat Ooredoo GIG TV Kabel, VOD 20Mbps s/d 100Mbps Rp280ribu s/d Rp1juta DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten
Biznet Networks TV Kabel, VOD 75Mbps s/d 150Mbps Rp325ribu s/d Rp725ribu Wilayah Pulau Jawa, Batam, dan Bali
First Media TV Kabel, VOD 15Mbps s/d 300Mbps Rp361ribu s/d Rp3,1juta Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Purwakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Kediri, Malang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Bali, Medan, Batam
CBN Fiber TV Kabel, VOD 30Mbps s/d 200Mbps Rp299ribu s/d Rp1,3juta Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Denpasar, Medan, Palembang, Surabaya, Jember Kediri, Madiun, Malang, Sidoarjo, Semarang
Indihome TV Kabel, VOD 10Mbps s/d 50Mbps Rp169ribu s/d Rp625ribu Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua
Groovy TV Kabel 10Mbps s/d 80Mbps Rp269ribu s/d Rp568ribu Jabodetabek, Bandung
MyRepublic TV Kabel, VOD 30Mbps s/d 300Mbps Rp329ribu s/d Rp1,2juta Jabodetabek, Bandung, Malang, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya
Oxygen.ID TV Kabel, VOD 25Mbps s/d 100Mbps Rp273ribu s/d Rp493ribu Jabodetabek, Bandung, Pekalongan
XL Home TV Kabel, VOD 100Mbps s/d 1Gbps Rp349ribu s/d Rp999ribu Jabodetabek, Bandung, Banjar Baru, Banjarmasin, Bekasi, Balikpapan, Bantul, Denpasar, Makassar, Sleman
Transvision TV Kabel, VOD 30Mbps s/d 1Gbps Rp269ribu s/d – Jabodetabek

Bersumber dari Key Market Indicators Statista, data statistik berikut menunjukkan perkiraan jumlah rumah tangga dan penetrasi penggunaan TV internet berlangganan (iptv) di Indonesia hingga tahun 2025 mendatang. Konsep iptv menggunakan internet sebagai transmisi layanan.

Urgensi untuk memiliki layanan internet rumahan dapat menjadi pendorong utama peningkatan penetrasi layanan ini – terlebih pandemi memang banyak mendorong konsumsi internet di tengah masyarakat Indonesia, baik untuk menunjang kebutuhan work from home (WFH), learning/school from home (LFH), atau untuk hiburan.

Penetrasi IPTV di Indonesia

Sementara itu, menurut data International Telecommunication Union pelanggan layanan internet rumahan (fixed broadband) di Indonesia hingga tahun 2019 sudah melebihi angka 10 juta. Jika menghubungkan pada tabel sebaran penyedia layanan di atas, masih banyak daerah yang belum diakomodasi oleh layanan tersebut. Artinya angka ini juga masih terus berpotensi bertumbuh seiring peningkatan adopsi dan ekspansi dari penyedia bisnis itu sendiri.

Fixed Broadband Subscription in Indonesia

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Nusaresearch periode April 2020 melibatkan 2.792 responden, diungkapkan beberapa penyedia layanan broadband (mencakup mobile dan fixed) di Indonesia. Dengan cakupan yang masih cukup terbatas, MNC Play masih menempati posisi 10 besar dan menjadi 1 dari 4 layanan fixed yang paling banyak digunakan. Dari rilis yang diedarkan, MNC Play saat ini juga telah memiliki sekitar 300 ribu pelanggan.

Internet provider Indonesia 2020

Penguatan lini bisnis

Dalam keterbukaannya juga disampaikan, bahwa saat ini AVN sedang menyelesaikan akuisisi 100% saham K-Vision. Transaksi ditargetkan rampung pada akhir bulan ini. K-Vision sendiri adalah perusahaan penyedia layanan TV kabel yang berinduk pada perusahaan yang sama. Diharapkan pasca akuisisi bisa menambahkan pilihan konten di layanan SVOD Vision+, termasuk sinaran populer dari RCTI, GTV, MNCTV, iNews, dan 13 saluran lokal ainnya. Saat ini K-Vision telah memiliki sekitar 6 juta pelanggan.

Secara struktur bisnis, AVN akan membawahi tiga unit perusahaan, termasuk Playbox sebagai pengembang OTT BOX Android untuk penyiaran televisi berbayar.

Struktur MNC Media Group

Di luar grup bisnis media, MNC juga terus memperkuat ekosistem digitalnya. Beberapa waktu lalu kami sempat mewawancara Direktur MNC Kapital Jessica Tanoesoedibjo, dalam pemaparannya saat ini perusahaan tengah memperkuat penetrasi aplikasi pembayaran SPIN, termasuk dengan mengintegrasikan ke berbagai lini bisnis lainnya, termasuk Vision+, MNC Play, dan lain-lain.

Application Information Will Show Up Here

Kiat Mendapat Dukungan dari Lingkungan Terdekat dalam Menjalankan Startup

Mendirikan startup merupakan proses yang panjang dan melelahkan, akan menjadi lebih baik jika Anda memiliki pendukung yang mampu memberikan dorongan hingga semangat atas semua ide, inovasi serta rencana yang Anda miliki sebagai pendiri. Di sisi lain pendukung seperti keluarga, teman hingga pegawai bukan hanya berguna untuk pemberi semangat, namun juga masalah finansial jika dibutuhkan.

Artikel berikut ini akan membahas 3 hal yang bisa diterapkan untuk memanfaatkan dukungan dari keluarga, teman hingga pegawai untuk menjalankan startup.

Sampaikan tujuan dan cita-cita secara jelas

Jika saat ini Anda telah memiliki pendukung yang selalu siap membantu dan menantikan produk atau layanan yang bakal diluncurkan, pastikan untuk selalu menyampaikan visi dan misi serta tujuan akhir dari usaha Anda. Apa pun strategi serta fitur yang akan Anda hadirkan, pastikan untuk menjelaskan dengan benar kepada pendukung Anda, mulai dari rencana awal, eksekusi yang akan diterapkan, hingga potensi mendapatkan revenue jika nantinya layanan atau produk dirilis.

Jelaskan kegiatan uji coba atau rencana untuk pivoting

Jika saat ini Anda merasa layanan atau produk yang dimiliki terlihat lambat dalam pertumbuhan dan Anda berniat untuk melakukan uji coba hingga akhirnya melakukan pivoting, jelaskan maksud dan rencana Anda kepada pendukung Anda. Dalam hal ini adalah keluarga, rekan dan pegawai. Dengan demikian Anda bisa dengan baik melancarkan kegiatan uji coba dan coba memperkenalkan layanan serta produk terbaru tersebut kepada kalangan terdekat dulu hingga akhirnya siap diluncurkan kepada pelanggan.

Melakukan koordinasi

Saat ini ada dua kriteria dari pendiri startup, yaitu mereka yang memiliki ide serta inovasi terkini, namun gagal untuk mengelola keuangan, sementara ada pula pendiri startup yang pandai mengelola keuangan oprasional namun tidak mampu untuk menghasilkan ide serta inovasi terbaru untuk startup.

Idealnya adalah pendiri startup yang baik memiliki beberapa elemen dari kemampuan untuk menciptakan inovasi dan kecerdasan untuk mengelola keuangan, dengan demikian startup bisa berjalan ke arah yang jelas dan berpeluang untuk tumbuh dengan baik.

Salah satu cara yang bisa dilakukan jika Anda sebagai pendiri tidak memiliki kemampuan tersebut adalah, dengan memanfaatkan pendukung Anda, dalam hal ini keluarga, teman hingga pegawai yang memiliki kemampuan yang Anda tidak miliki. Isi celah tersebut dengan dukungan dari mereka, agar Anda bisa menjalankan bisnis yang sukses.

William Mougayar: Di Pasar Startup Tak Perlu Fokus Memaparkan Visi, Biarkan Produk Yang Berbicara

Fokus ke pengembangan produk akan membawakan visi startup ke pasar / Shutterstock

Bagi sebuah bisnis, memiliki visi adalah hal yang penting. Karena visi tentu akan menjadi ‘kiblat’ bagi bisnis dalam mencapai tujuannya. Namun bagi sebuah startup bagaimana makna sebuah visi bisnis sebenarnya dan bagaimana visi tersebut berkorelasi dengan produk yang dikembangkannya? William Mougayar sebagai seorang praktisi di bidang pemasaran dan strategi bisnis serta industri startup mengungkapkan hal yang sering salah kaprah dilakukan oleh startup dalam mengkomunikasikan antara visi dan produknya di pasar. Continue reading William Mougayar: Di Pasar Startup Tak Perlu Fokus Memaparkan Visi, Biarkan Produk Yang Berbicara