Fitbit Luxe Resmi Diluncurkan, Sangat Modis dengan Layar AMOLED

Fitbit meluncurkan hardware pertamanya di tahun 2021 yang tidak ditujukan untuk konsumen anak-anak. Dinamai Fitbit Luxe, fokus utamanya adalah tampil menawan, dan jika kita lihat sepintas, wujudnya tampak seperti versi lebih modis dari Inspire 2.

Fitbit pada dasarnya ingin memperlakukan Luxe layaknya sebuah perhiasan yang kebetulan menawarkan fitur tracking yang komprehensif. Rangka stainless steel-nya dibentuk menggunakan proses metal injection molding, teknik yang umum dipakai dalam pembuatan perhiasan, yang pada akhirnya dapat menghasilkan rangka dengan satu permukaan yang seamless.

Rangka tersebut ditawarkan dalam tiga pilihan warna yang berbeda: Graphite, Platinum, dan Soft Gold. Varian Platinum dan Soft Gold hadir dengan finish yang mengkilat, sedangkan varian Graphite memiliki tekstur matte yang tampak elegan. Tanpa perlu terkejut, Luxe hadir bersama strap yang mudah dilepas-pasang.

Pilihan strap-nya pun sangat beragam, mulai dari yang berbahan silikon yang dapat dibeli secara terpisah seharga $30, berbahan kain tenun seharga $35, berbahan kulit seharga $50, sampai yang berbahan stainless steel mesh seharga $80. Fitbit bahkan mengambil langkah ekstra dengan bekerja sama dengan brand perhiasan Gorjana dan menyediakan link bracelet berbahan stainless steel seharga $100.

Dengan tebal rangka 10,1 mm, Luxe adalah fitness tracker paling tipis milik Fitbit yang dilengkapi touchscreen, cukup tipis untuk bisa tetap terasa nyaman selagi dipakai tidur. Ia juga merupakan tracker pertama Fitbit yang mengemas panel layar AMOLED. Fitbit tidak merincikan ukuran maupun resolusinya, tapi yang pasti layar sentuh ini adalah satu-satunya metode input yang Luxe tawarkan mengingat ia sama sekali tidak dilengkapi tombol lain.

Kalau berdasarkan informasi yang didapat Wareable, layarnya memiliki ukuran 0,76 inci dengan resolusi 124 x 206 pixel, cukup kecil jika dibandingkan dengan kebanyakan tracker yang umumnya mengemas layar berukuran di atas 1 inci. Tingkat kecerahan layarnya bisa sampai dua kali lipat lebih terang daripada layar milik Inspire 2 atau Charge 4 kalau menurut Fitbit.

Melihat ukuran layarnya, bisa kita simpulkan bahwa Luxe merupakan tracker yang sangat ringkas, dan kita tahu aksesori pergelangan tangan dengan dimensi ringkas biasanya lebih cocok untuk kaum hawa. Itulah mengapa siklus menstruasi menjadi salah satu dari banyak paremeter yang bisa dimonitor oleh Luxe, yang mencakup pola pernafasan, pola tidur, variabilitas laju jantung, suhu kulit, dan nantinya kadar oksigen dalam darah alias SpO2.

Tracking kegiatan berenang pun juga dapat dilakukan mengingat fisik Luxe tahan air hingga kedalaman 50 meter. Total ada 20 profil latihan fisik yang tersedia, yang akan aktif secara otomatis ketika aktivitas dimulai.

Menariknya, Luxe juga dapat memonitor tingkat stres pengguna walaupun ia tidak dilengkapi sensor EDA (electrodermal activity) seperti yang diunggulkan smartwatch Fitbit Sense. Pada kenyataannya, Fitbit memanfaatkan peluncuran Luxe ini untuk mengumumkan bahwa Stress Management Score bakal menjadi metrik baru yang dapat dipantau oleh produk-produk mereka lainnya.

Sangat disayangkan ada satu komponen esensial yang absen dari Luxe, yaitu GPS, yang berarti pengguna Luxe masih harus membawa ponselnya untuk memonitor kegiatan seperti berlari atau bersepeda. Jadi kalau memang yang dicari adalah tracker dengan GPS di ekosistem Fitbit, sejauh ini tidak ada pilihan lain selain Charge 4, meski memang desainnya jauh lebih membosankan ketimbang Luxe.

Berhubung tidak ada GPS, otomatis baterainya pasti akan selalu awet. Dalam sekali pengisian, Luxe diyakini mampu beroperasi sampai sekitar lima hari pemakaian. Charging-nya sendiri membutuhkan waktu sekitar dua jam dari 0-100%.

Rencananya, Fitbit Luxe akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini, yang berarti tidak akan terlalu lama dari sekarang. Di Amerika Serikat, Luxe dijual dengan harga $150. Alternatifnya, Fitbit juga akan menghadirkan Luxe Special Edition dengan link bracelet Gorjana tadi seharga $200 di bulan Juni mendatang. Setiap unit Luxe datang bersama akses gratis Fitbit Premium selama enam bulan, yang normalnya dihargai $10 per bulan.

Sumber: Fitbit dan The Verge.

Mobvoi TicWatch GTH Unggulkan Sensor untuk Memonitor Suhu Kulit Meski Masuk Kategori Budget

Pandemi COVID-19 mengajarkan pada kita bagaimana suhu tubuh seseorang bisa menggambarkan kondisi kesehatannya secara cukup akurat. Hal ini pun juga dipelajari oleh produsen smartwatch, sehingga akhirnya mereka mulai menyematkan sensor untuk memonitor suhu kulit pada produk bikinannya.

Tahun lalu misalnya, Fitbit meluncurkan smartwatch bernama Sense yang dilengkapi sensor serupa, hanya saja fungsinya lebih untuk memantau tingkat stres penggunanya. Tahun ini, giliran Mobvoi yang mengambil langkah serupa. Mereka baru saja merilis smartwatch anyar bernama TicWatch GTH, dan salah satu fitur unggulannya adalah sebuah sensor untuk memonitor suhu kulit.

Fungsi sensor tersebut di sini adalah sebagai indikator kondisi kesehatan secara menyeluruh. Suhu bakal dimonitor secara terus-menerus, dan ketika terdeteksi perubahan suhu yang tidak normal, perangkat akan langsung menampilkan notifikasi supaya pengguna bisa langsung mengantisipasi.

Di samping itu, TicWatch GTH turut mengemas kemampuan untuk memonitor kadar oksigen dalam darah, atau yang lebih dikenal dengan metrik SpO2, serta tentu saja sebuah heart-rate monitor. Untuk memantau kegiatan olahraga, TicWatch GTH menyediakan 14 profil yang berbeda. Sangat disayangkan ia tidak dilengkapi modul GPS sendiri, yang berarti ia masih harus bergantung pada smartphone apabila hendak dipakai untuk memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda.

Secara estetika, desain TicWatch GTH boleh dibilang cukup generik. Dengan bodi yang terbuat dari plastik dan warna serba hitam, jelas sekali perangkat ini tidak dimaksudkan untuk mencuri perhatian di tempat umum. Yang mungkin agak lucu adalah, ia diklaim punya ketahanan air 5ATM, alias sampai kedalaman 50 meter, akan tetapi ada keterangan kecil di situsnya yang menjelaskan bahwa perangkat ini tidak cocok dipakai selagi mandi atau menyelam.

Ukuran layar sentuh yang tertanam cukup besar di angka 1,55 inci, dengan resolusi 360 x 320 pixel. Sayang panel yang digunakan adalah panel LCD, bukan panel AMOLED yang lebih superior secara visual sekaligus lebih irit daya. Terlepas dari itu, Mobvoi mengklaim baterai TicWatch GTH bisa tahan sampai sekitar 10 hari pemakaian dalam sekali charge.

Seperti yang sudah bisa ditebak, Mobvoi TicWatch GTH masuk di kategori budget, dan harga jualnya di Amerika Serikat memang tidak lebih dari $80. Smartwatch yang dilengkapi sensor untuk memonitor suhu kulit boleh dibilang masih cukup langka, apalagi di rentang harga seperti ini.

Sumber: Wareable.

Casio Luncurkan Smartwatch G-Shock Pertama yang Dibekali Wear OS

Sebagai salah satu produsen jam tangan kenamaan, Casio sudah sangat familier dengan ranah smartwatch sejak meluncurkan seri Pro-Trek di tahun 2016. Namun buat sebagian besar orang, nama Casio mungkin sudah terlanjur identik dengan lini jam tangan G-Shock, dan itulah mengapa kabar mengenai G-Shock versi pintar pertama terdengar begitu menarik di telinga mereka.

Gambar di atas adalah G-Squad Pro GSW-H1000, arloji pertama dari lini G-Shock yang hadir membawa sistem operasi Wear OS. Sebagai sebuah G-Shock, wujudnya jelas bongsor dengan penampilan yang sangat agresif. Bahkan bobotnya pun mencapai angka 104 gram, namun ini tentu sejalan dengan ekspektasi para penggemar G-Shock sejati.

Konstruksi case-nya mengandalkan perpaduan material aluminium dan urethane dengan tiga buah tombol di sisi kanan, sedangkan pelat belakangnya terbuat dari bahan titanium. Di saat banyak smartwatch mengusung bodi yang tahan air hingga kedalaman 50 meter, GSW-H1000 malah siap diajak menyelam sampai kedalaman 200 meter.

Dengan bodi sekokoh itu, GSW-H1000 tentu akan baik-baik saja diajak beraktivitas ekstrem, termasuk halnya surfing maupun snowboarding. Secara default, perangkat mampu mengenali 15 jenis aktivitas dan 24 macam latihan indoor, termasuk halnya menghitung repetisi dari latihan angkat beban.

Sensor yang tertanam di dalamnya terbilang lengkap, mulai dari accelerometer, gyroscope, altimeter, kompas, sampai GPS maupun heart-rate monitor. Penggunaan Wear OS berarti fungsionalitasnya bisa ditambah dengan bantuan aplikasi-aplikasi pihak ketiga. Di smartphone, Casio juga menyediakan aplikasi pendamping bernama G-Shock Move untuk memantau data secara komprehensif, sekaligus menggunakan data tersebut sebagai overlay pada video.

Sama seperti Casio Pro-Trek WSD-F30, perangkat ini juga dibekali dua lapisan layar yang berbeda. Lapisan yang pertama adalah panel monokrom untuk menampilkan informasi dengan dampak seminimal mungkin pada konsumsi baterai. Selebihnya, navigasi Wear OS akan sepenuhnya diatasi oleh lapisan layar yang kedua, yakni panel LCD 1,32 inci beresolusi 320 x 300 pixel.

Dalam sekali charge, baterainya diklaim bisa tahan sampai sekitar 1,5 hari kalau yang dipakai cuma layar utamanya saja yang berwarna. Namun kalau lebih banyak menggunakan layar monokromnya, daya tahan baterainya diperkirakan bisa mencapai satu bulan. Seperti biasa, baterainya pasti akan lebih boros apabila perangkat sering dipakai untuk memantau aktivitas-aktivitas yang memerlukan GPS, seperti misalnya berlari atau bersepeda.

Di Amerika Serikat, G-Squad Pro GSW-H1000 akan segera dipasarkan dengan harga $699. Varian warna yang tersedia ada tiga: hitam, hitam dengan aksen biru, dan merah.

Sumber: Wareable dan The Verge.

OnePlus Watch Diresmikan, Premium dan Berfitur Lengkap Meski Tanpa Wear OS

Setelah dinanti-nanti, OnePlus akhirnya menyingkap smartwatch perdananya, OnePlus Watch. Perangkat ini diperkenalkan bersamaan dengan OnePlus 9 dan OnePlus 9 Pro, dan OnePlus memastikan bahwa desainnya tidak kalah premium dibanding duo smartphone flagship-nya tersebut.

Benar saja, OnePlus Watch datang membawa case yang terbuat dari bahan stainless steel 316L. Diameternya cukup besar di angka 46 mm, membuatnya kelihatan lebih ideal di tangan kaum adam ketimbang kaum hawa. Case ini memiliki tebal 10,9 mm dan berat 45 gram (76 gram kalau ditimbang bersama strap berbahan karetnya).

Strap-nya ini dapat dilepas-pasang dengan mudah, dan OnePlus bilang bahwa smartwatch-nya kompatibel dengan banyak strap berukuran standar yang ada di pasaran. Selain mengantongi sertifikasi IP68, OnePlus Watch juga siap diajak menyelam hingga kedalaman maksimum 50 meter.

Karena bongsor, otomatis ukuran layar sentuhnya pun cukup besar: AMOLED 1,39 inci dengan resolusi 454 x 454 pixel (326 ppi). Yang cukup mengejutkan adalah fakta bahwa perangkat ini menjalankan sistem operasi buatan OnePlus sendiri, bukan WearOS. OnePlus pun juga telah menyediakan lebih dari 50 watch face agar tampilannya mudah dikustomisasi.

Absennya WearOS bukan berarti smartwatch ini minim fitur. Pada kenyataannya, OnePlus Watch dapat mendeteksi secara otomatis sekitar 110 jenis latihan fisik yang berbeda, termasuk halnya kegiatan seperti berlari atau bersepeda mengingat ia sudah dilengkapi dengan GPS terintegrasi.

Heart-rate monitoring maupun SpO2 tracking juga didukung, dan semua data bisa diakses melalui aplikasi OnePlus Health. Perangkat dibekali storage berkapasitas 4 GB, dan 2 GB di antaranya dapat dipakai untuk menyimpan koleksi lagu agar bisa diputar secara offline. Karena turut mengemas mikrofon sekaligus speaker, OnePlus Watch juga bisa dipakai untuk menerima panggilan telepon yang masuk ke ponsel.

Satu fitur yang unik sekaligus menarik adalah kemampuannya menjadi remote control pintar untuk OnePlus TV. Pintar karena ia dapat mengecilkan sendiri volume TV saat ada panggilan telepon masuk, dan bahkan mematikan TV apabila penggunanya tidak sengaja tertidur.

Hal lain yang sangat dibanggakan oleh OnePlus adalah terkait daya tahan baterai. Dalam sekali pengisian, OnePlus Watch diklaim tahan sampai sekitar 14 hari pemakaian normal. Tentunya ini dengan catatan GPS-nya tidak aktif setiap saat, sebab kalau demikian, maka daya tahan baterainya turun menjadi sekitar 25 jam.

Di Amerika Serikat, OnePlus Watch rencananya akan dijual mulai 14 April mendatang dengan harga $159. Nantinya juga akan ada edisi khusus OnePlus Watch Cobalt Limited Edition yang mengemas case berwarna emas yang terbuat dari bahan kobalt, kaca safir, sekaligus strap kulit yang warna hijaunya senada dengan hijau milik OnePlus 9 Pro. Belum diketahui harga edisi khusus tersebut berapa, tapi sudah pasti jauh lebih mahal mengingat kobalt bukanlah material yang umum dipakai pada sebuah jam tangan.

Sumber: OnePlus dan Wareable.

Fitbit Inspire 2 Kedatangan Integrasi Fitur Bluetooth Tracking Milik Tile

Kabar gembira bagi para pemilik Fitbit Inspire 2. Fitness tracker tersebut telah mendapat pembaruan yang mendatangkan integrasi fitur Bluetooth tracking milik Tile. Tile, bagi yang tidak tahu, merupakan produsen Bluetooth tracker yang cukup populer. Produknya yang berwujud ringkas dapat disandingkan dengan berbagai macam objek, dan setelahnya objek tersebut bisa dilacak lokasinya dengan mudah selama masih dalam jangkauan koneksi Bluetooth.

Bagaimana seandainya objek tersebut tertinggal di tempat umum dan kita sudah berada jauh dari radius Bluetooth? Tidak masalah, sebab kita dapat memanfaatkan semacam jaringan crowdsourced untuk mencarinya. Tile sendiri cukup percaya diri dengan efektivitas fitur ini, sebab mereka siap memberikan kompensasi sebesar $1.000 bagi para pelanggan layanan Premium Protect-nya apabila barangnya tidak berhasil ditemukan dalam kurun waktu tujuh hari.

Semua itu sekarang bisa dilakukan dengan Fitbit Inspire 2 tanpa harus membeli tracker Tile secara terpisah. Cukup unduh pembaruan perangkat lunak yang tersedia, lalu aktifkan fitur Bluetooth tracking tersebut. Selain bisa dilacak lokasinya lewat aplikasi Tile di smartphone, Inspire 2 juga dapat digunakan untuk membuat ponsel Anda berdering meski ponsel sedang dalam posisi silent (asalkan masih dalam terhubung via Bluetooth). Berguna saat Anda lupa di mana Anda menaruh smartphone terakhir kali.

Ini bukan pertama kalinya Tile mengintegrasikan teknologi Bluetooth tracking-nya ke produk milik brand lain. Sebelum ini, mereka sempat menerapkan hal yang sama pada laptop HP Elite Dragonfly. Kemungkinan tujuan Tile adalah memperkenalkan teknologinya ke lebih banyak konsumen, sehingga mereka kemudian juga punya lebih banyak kesempatan untuk menawarkan layanan premiumnya (subscription).

Namanya layanan premium, sudah pasti ada sejumlah keuntungan yang ditawarkan. Salah satunya adalah fitur Smart Alert, yang akan secara proaktif memberikan peringatan ketika Anda meninggalkan sesuatu (yang sudah dipasangi Tile tracker tentu saja). Fitbit sendiri tidak menutup kemungkinan buat produk mereka yang lain untuk ikut mengemas integrasi Tile ke depannya.

Sumber: Engadget dan Fitbit.

Razer Umumkan Anzu, Kacamata Pintar True Wireless Rp2 Jutaan

Razer telah mengumumkan perangkat smart glasses atau kacamata pintar bernama Anzu. Mirip seperti Bose audio sunglasses, Razer Anzu juga dilengkapi speaker dengan desain open-ear yang dapat memproyeksikan suara ke telinga dari pelipis.

Kacamata pintar ini hadir dalam dua desain, persegi panjang dan bulat. Kedua pilihan desain tersebut juga tersedia dalam bingkai kecil (SM) atau besar (L). Selain itu, Razer menyertakan dua lensa dalam paket penjualannya.

Secara default, Razer Anzu terpasang menggunakan lensa bening ‘blue light filtering‘ yang menawarkan pemblokiran 35 persen terhadap cahaya biru. Cocok digunakan di dalam ruangan saat bekerja menggunakan komputer.

Satu lagi lensa hitam ‘polarized sunglass‘ yang dapat memblokir 99% sinar UVA/UVB untuk penggunaan di luar ruangan. Sebagai alternatif, Razer juga mengizinkan pemasangan lensa dengan resep khusus, hasil kolaborasi dengan Lensabl.

Lebih lanjut, Razer menggunakan desain true wireless yang benar-benar memisahkan speaker kiri dan kanan dengan driver berukuran 16mm. Terdapat pin pogo di masing-masing sisi pegangan kacamata dan pengguna harus mengisi daya secara terpisah. Razer memperingati bahwa orang yang berada di dekat Anda mungkin dapat mendengarkan suara dari Anzu.

Razer Anzu dilengkapi kontrol tap gesture yang responsif terhadap sentuhan di salah satu pegangan kacamata. Di mana memungkinkan pengguna mengubah track, menjawab panggilan telepon, dan mengaktifkan asisten suara. Kacatama pintar ini dilengkapi mikrofon dan konektivitas Bluetooth dengan latensi rendah 60ms.

Bodi Razer Anzu sudah dilengkapi sertifikasi IPX4 yang dapat menangani percikan air. Dalam sekali pengisian penuh, Anzu dapat bertahan hingga lima jam dan Anzu akan secara otomatis mati saat dilipat tertutup. Terakhir soal harga, Razer Anzu dijual US$200 atau sekitar Rp2,8 jutaan.

Sumber: TheVerge

Hublot Luncurkan Smartwatch Edisi Khusus Premier League

Kalau ditanya apa kelebihan Wear OS, mungkin salah satu jawabannya adalah keberhasilannya menarik minat produsen jam tangan tradisional untuk ikut bermain di ranah smartwatch. Bukan sembarang produsen, melainkan yang sudah sangat tersohor macam Tag Heuer maupun Hublot.

Dalam kasus Hublot, pabrikan asal Swiss tersebut sejauh ini sudah punya dua smartwatch: Big Bang Referee yang merupakan jam tangan resmi para wasit Piala Dunia 2018, dan Big Bang E bergaya sangat maskulin. Untuk smartwatch ketiganya, Hublot memutuskan untuk kembali mengusung tema sepak bola.

Adalah Big Bang E Premier League, smartwatch edisi terbatas yang didedikasikan bagi para penggemar sejati liga sepak bola utama Inggris. Secara fisik, smartwatch ini sebenarnya identik dengan Big Bang E versi titanium, namun seperti yang bisa kita lihat, default strap-nya menggunakan warna ungu khas Premier League. Tentu saja, strap ini dapat dilepas dan diganti dengan yang lain, tapi lalu buat apa Anda membeli edisi khusus ini?

Satu hal unik dari smartwatch ini adalah adanya aplikasi eksklusif bernama Hublot Loves Football Premier League (meski nantinya aplikasi ini juga akan tersedia untuk Big Bang E versi standar). Berkat aplikasi ini, pengguna bisa langsung mendapatkan notifikasi mengenai waktu kick-off, gol, penalti, pergantian pemain, pelanggaran, babak tambahan, line-up tim, sampai keputusan dari VAR (Video Assistant Referee), semuanya secara real-time.

Buat fans berat yang sudah hampir menjurus ke arah hooligan, mereka juga bisa mengaktifkan Match Mode untuk menampilkan informasi yang lebih merinci terkait satu pertandingan tertentu, cocok untuk yang ingin mengikuti perkembangan tim favoritnya. Seusai pertandingan, perangkat secara otomatis akan menampilkan hitungan mundur dari jadwal pertandingan selanjutnya.

Buat yang ragu seakurat apa informasinya, well, mungkin fakta ini bisa memberi sedikit pencerahan: sejak September 2020 lalu, Hublot telah resmi ditunjuk sebagai official timekeeper untuk Premier League, dan mereka juga menyediakan smartwatch khusus yang kompatibel dengan teknologi garis gawang buat para wasit.

Selebihnya, tidak ada yang berbeda dari smartwatch ini jika dibandingkan dengan Big Bang E, yang bulan Juni nanti bakal merayakan ulang tahun pertamanya. Itu berarti spesifikasinya mencakup layar AMOLED yang sangat tajam dengan resolusi 390 x 390 pixel, serta chipset Snapdragon Wear 3100 yang ditemani oleh RAM 1 GB dan storage 8 GB.

Hublot Big Bang E Premier League saat ini sudah dijual dengan harga $5.200, sama persis seperti harga Big Bang E versi titanium. Pun begitu, ia hanya akan diproduksi sebanyak 200 unit saja.

Sumber: HypeBeast dan Wareable.

[Review] Mi Watch Lite: Smartwatch Murah dengan Fungsi Dasar dan GPS

Seperti yang kita ketahui, Xiaomi tidak hanya menelurkan produk smartphone saja. Sudah banyak produk AIoT yang datang dari Xiaomi dan memang memiliki harga yang terjangkau. Kali ini, Xiaomi pertama kalinya meluncurkan smartwatch di Indonesia. Perangkat tersebut adalah Mi Watch Lite.

Mi Watch Lite

Mi Watch Lite yang datang ke meja pengujian DailySocial memiliki warna hitam. Perangkat wearable ini masih memiliki model kotak. Berbeda dengan seri yang pro, seri yang satu ini hanya memiliki fungsi dasar dari sebuah smartwatch yang ada saat ini. Hal tersebut berarti Mi Watch Lite belum menyediakan fungsi SpO2. Namun apakah nantinya Xiaomi akan menambahkannya melalui OTA, belum ada informasinya.

Jam tangan pintar Mi Watch Lite memiliki spesifikasi sebagai berikut

Layar TFT 1,4 inci 320 x 320 pixel
Baterai 230 mAh
Konektivitas Bluetooth 5.0
Sensor GPS/GLONASS, Detak jantung, Barometer, accelerometer, gyroscope, kompas
Dimensi 41 x 35 x 10.9 mm
Bobot 35 gram, 21 gram tanpa strap

Untungnya, daya tahan baterai yang ditawarkan oleh Xiaomi pada jam tangan pintar ini berbeda dengan smartwatch pada umumnya. Xiaomi menjanjikan Mi Watch Lite untuk dapat dipakai selama 9 hari. Saat ini masih banyak perangkat wearables yang hanya bisa bertahan dua hari saja.

Unboxing: Isinya hanya charger

Yup, paket penjualan dari Mi Watch Lite hanya berisikan sebuah desktop charger saja. Charger ini sendiri memiliki dimensi yang cukup besar, sehingga (seharusnya) bisa dengan mudah ditemukan saat terselip. Berikut bentuk dari pengisi dayanya:

Mi Watch Lite - Charger

Desain

Bentuk kotak saat ini kembali menjadi sebuah tren semenjak Apple mengeluarkan jam tangan pintarnya. Xiaomi sepertinya mengambil kesempatan untuk kembali menghadirkan model kotak ini pada Mi Watch Lite. Bentuknya membuat orang yang menggunakannya seperti bergaya techie.

Tali jam tangan yang terpasang pada Mi Watch Lite sudah menggunakan bahan karet. Bahan ini tentu saja lebih cocok untuk mereka yang gemar berolah raga. Namun, tali jam tangan ini sepertinya memiliki model tersendiri. Hal ini membuat para penggunanya harus langsung membeli melalui Xiaomi sendiri jika ingin menggantinya.

Mi Watch Lite - Tombol Kanan

Menurut data yang ada pada website Xiaomi Indonesia, Mi Watch Lite menggunakan layar dengan jenis TFT. Namun, view angle dari layarnya tidak terbatas seperti kebanyakan layar TFT. Bisa jadi, memang jam tangan pintar yang satu ini menggunakan layar dengan jenis IPS dan memiliki feature sentuh. Layarnya juga tidak memiliki pelindung sehingga sangat disarankan untuk menempelkan lapisan anti gores.

Seluruh badan dari Mi Watch Lite terbuat dari bahan plastik. Namun, Xiaomi membuat perangkat yang satu ini bisa bertahan pada kedalaman air 50 meter berkat sertifikasi 5 ATM yang dimilikinya. Saat saya pegang, Mi Watch Lite juga terasa sangat kokoh dan tidak terasa kopong. Namun, saya belum tahu bagaimana kekuatannya saat terbentur dengan keras saat berolah raga.

Mi Watch Lite - Sensors

Mi Watch Lite hanya memiliki sebuah tombol pada bagian sisi kanannya. Tombol ini berfungsi untuk membuka tutup menu atau app drawer yang dimiliki. Sedangkan pada bagian bawahnya terdapat sensor pemindai detak jantung.

Jam tangan pintar ini juga sudah dilengkapi dengan GPS, gyroscopeaccelerometer, sensor cahaya, dan barometer. Perangkat ini sendiri memiliki 11 mode olah raga yang bisa diukur. Selain itu, Mi Watch Lite juga bisa mengukur tidur dan juga bisa membantu untuk latihan pernapasan.

Mi Watch Lite - Strap Off

Perangkat ini menggunakan aplikasi Xiaomi Wear untuk menyimpan segala data yang diukur dari Mi Watch Lite. Selain itu, aplikasi ini juga akan memeriksa apakah ada firmware baru atau tidak. Anda juga bisa melakukan pengaturan untuk notifikasi yang bisa diterima oleh jam tangan pintar ini pada Xiaomi Wear. Ingat ya, aplikasinya bukan Mi Fit!

Pengalaman Menggunakan: Minimalis

Tepat seminggu sebelum artikel ini diluncurkan, saya membuka paket penjualan dari Mi Watch Lite. Oleh karena ingin mencoba menggunakan semaksimal mungkin, saya langsung melakukan pengisian ulang hingga 100%. Saya juga melakukan instalasi aplikasi Xiaomi Wear saat melakukan pengisian ulang. Hasilnya: aplikasi ini mendeteksi adanya firmware baru…. nice!

Firmware baru memang sangat saya tunggu pada setiap perangkat AIoT. Sebagai konsumen, tentunya saya menginginkan sebuah perangkat yang dibeli tanpa hadirnya bug dan gangguan software lainnya. Selain itu, tidak jarang sebuah firmware menawarkan sebuah fungsi baru. Mungkin saja (semoga) Xiaomi bisa menghadirkan deteksi SpO2 pada perangkat yang satu ini.

Mi Watch Lite - On Hand

Melihat dari charger yang digunakan, sepertinya hanya dibuat khusus untuk Mi Watch Lite saja. Bisa jadi nantinya (atau sebelumnya) ada perangkat yang memiliki dimensi yang sama sehingga bisa digunakan pula untuk mengisi baterai. Untuk sumber dayanya, charger ini menggunakan interface USB, sehingga bisa langsung dihubungkan ke kepala charger smartphone atau slot USB pada laptop.

Oleh karena pada saat membuka paket penjualannya saya mendapatkan baterai sekitar 48%, pengisian ke 100% memakan waktu sekitar 1 jam. Xiaomi sendiri menjanjikan baterai akan penuh dari benar-benar kosong hingga 100% dalam waktu 2 jam saja. Masa hidup dari jam tangan pintar ini dijanjikan 9 hari jika digunakan. Namun nyatanya setelah 7 hari, jam tangan ini masih memiliki baterai sekitar 30%.

Masalah yang saya temukan pada jam tangan pintar ini adalah pada sisi notifikasi. Jam tangan pintar ini sering kali gagal menampilkan notifikasi dan pesan dari Whatsapp dan Telegram. Padahal, semua persyaratan yang dijabarkan oleh Xiaomi Wear sudah dilaksanakan. Notifikasi pesan bisa didapat pada saat jam tangan ini mematikan layarnya.

Panggilan suara melalui seluler akan membuat jam tangan ini bergetar. Namun, panggilan suara melalui Whatsapp dan Telegram tidak pernah bisa saya dapatkan. Hanya pesan bahwa ada missed call dari aplikasi Whatsapp yang saya dapatkan. Hal ini tentu saja menjadi sebuat PR bagi Xiaomi dalam membenahi notifikasinya.

Jam tangan pintar ini memiliki 11 macam jenis olah raga yang bisa dipantau. Semua itu meliputi lari outdoor, treadmill, sepeda outdoor, sepeda indoor, latihan bebas, jalan kaki, trekking, lari lintas alam, renang di kolam, renang di perairan terbuka, dan kriket. Jam tangan ini juga mendukung penyelaman hingga 50 meter, namun ada baiknya tidak digunakan pada air asin.

Mi Watch Lite - On Charger

Jam tangan ini juga memiliki fungsi yang diantaranya adalah pemantauan detak jantung, pemantauan tidur, pernapasan, notifikasi, cuaca, jam, alarm, senter, dan kontrol musik. Tentunya, fitur-fitur ini sudah umum ditemukan pada hampir setiap jam tangan pintar yang sudah beredar di pasaran. Sayangnya, kita tidak menemukan fitur remote shutter kamera, SpO2, dan lain sebagainya.

Kontrol musik yang ada pada jam tangan ini lebih kepada remote saja. Fitur ini bisa digunakan di beberapa aplikasi yang meliputi aplikasi musik serta Spotify yang ada di smartphone yang terhubung. Jadi saat berolah raga dan ingin sambil mendengarkan musik, Anda juga harus membawa smartphone yang terhubung dengan jam tangan pintar ini.

Hadirnya kompas pada smartwatch yang satu inilah yang membuatnya berbeda dari jam tangan dengan harga terjangkau lainnya yang ada di pasaran. Hal ini akan sangat membantu mereka yang berolah raga dan mengetahui jalur mana yang telah dilalui. Semua itu bakal terekam dan disajikan pada aplikasi Xiaomi Wear. Dan jika (amit-amit) kita tersesat di hutan, kompas bisa membantu kita menentukan arah jalan.

Mi Watch Lite - Xiaomi Wear Watch Face

Pada Mi Watch Lite, pengguna juga bisa mengganti watch face sehingga tidak membosankan. Xiaomi juga sudah menyediakan beberapa watch face yang bisa langsung di download melalui aplikasi Xiaomi Wear. Akan tetapi, saat ini kita belum bisa menggunakan watch face buatan sendiri.

Jam tangan pintar ini akan sangat cocok digunakan untuk para wanita. Untuk pria berbadan besar seperti saya, jam tangan ini juga tidak terlalu terlihat kecil di tangan. Bentuknya yang minimalis juga membuat cocok untuk digunakan di segala kegiatan. Jadi, jam tangan ini tidak hanya pas untuk berolah raga saja tetapi juga bagus untuk bergaya.

Verdict

Pada akhirnya, Xiaomi mengeluarkan jam tangan pintar di Indonesia. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Mi Watch Lite karena memiliki harga yang terjangkau. Selain itu, Mi Watch Lite juga menawarkan beberapa fungsi-fungsi yang tentunya tidak ada saat menggunakan jam biasa.

Kinerja dari jam tangan ini memang cukup baik. Walaupun Xiaomi tidak memberikan informasi mengenai SoC dan prosesor yang digunakan, namun jam tangan ini memang cukup responsif saat dioperasikan. Fungsi-fungsinya sendiri juga dengan mudah bisa diakses serta memiliki antar muka yang tidak rumit.

Notifikasi menjadi sebuah turn off dari jam tangan pintar ini. Pada saat layarnya mati, semua notifikasi pesan dari aplikasi pihak ketiga bakal masuk. Sayangnya, notifikasi panggilan suara dan video sepertinya gagal muncul pada jam tangan ini. Padahal, notifikasi saat ini menjadi sebuah fungsi penting karena semua kegiatan termasuk pekerjaan dan hubungan dengan rekan (pacar) harus cepat ditanggapi.

Xiaomi menjual Mi Watch Lite dengan harga Rp. 899.000 saja. Dengan harga tersebut, pengguna sudah mendapatkan sebuah alat bantu olah raga serta bergaya yang memiliki GPS, kompas, serta pemindai detak jantung. Jam tangan ini sangat cocok untuk mereka yang ingin melakukan upgrade dari Mi Band.

Sparks

  • Daya tahan baterai lebih dari seminggu
  • Desain terasa kokoh
  • 5 ATM
  • Antar muka yang cukup responsif
  • Harganya cukup terjangkau
  • Memiliki GPS dan kompas

Slacks

  • Notifikasi panggilan suara dan video pihak ketiga yang gagal masuk
  • Tali jam tangan tidak umum, sehingga harus membeli langsung dari Xiaomi

Mungil nan Stylish, Garmin Lily Adalah Smartwatch Dambaan Kaum Hawa

Garmin punya smartwatch baru. Namanya Lily, dan ia ditujukan untuk konsumen wanita yang mendambakan jam tangan pintar dengan desain yang minimalis sekaligus ringkas. Pada kenyataannya, Lily adalah smartwatch paling kecil yang Garmin tawarkan saat ini.

Kalau diukur, case membulatnya itu punya diameter hanya 34,5 milimeter. Sebagai konteks, smartwatch seperti Garmin Venu punya diameter sebesar 43 milimeter, sedangkan varian terkecil Apple Watch memiliki dimensi 40 x 34 milimeter. Singkat cerita, Lily sangatlah mungil jika disandingkan dengan smartwatchsmartwatch lain yang ada di pasaran.

Garmin Lily hadir dalam dua varian: Sport dan Classic. Varian Sport memiliki case yang terbuat dari bahan aluminium dan strap silikon, sehingga cocok buat konsumen yang sehari-harinya cukup aktif. Sebaliknya, varian Classic menggunakan bahan stainless steel untuk case-nya, dan kulit untuk strap-nya.

Strap-nya ini sangatlah ramping dengan lebar hanya 14 mm. Sayangnya ini juga berarti Lily tidak kompatibel dengan strap standar yang memiliki lebar 18 mm. Beruntung setidaknya Garmin masih menawarkan sejumlah kombinasi warna yang cukup menarik buat Lily.

Juga agak berbeda dari biasanya adalah layarnya. Lily mengemas panel LCD monokrom beresolusi 240 x 201 pixel. Layar ini juga bukan yang bersifat always-on, tapi paling tidak Lily masih punya motif yang cukup cantik yang akan selalu kelihatan walaupun layarnya mati.

Layar yang monokrom mungkin terdengar kurang menarik di saat smartwatch lain sudah banyak yang sudah menggunakan layar AMOLED yang kaya warna. Namun setidaknya layar monokrom ini bisa menghadirkan satu keuntungan: baterai Lily diklaim mampu bertahan sampai 5 hari pemakaian dalam sekali pengisian, cukup mengesankan mengingat ia tidak punya banyak ruang untuk menampung baterai yang besar.

Untuk urusan fitur, Lily terbilang cukup buat sebagian besar konsumen, tapi tidak untuk yang benar-benar melangsungkan kegiatan olahraga secara intensif setiap harinya. Ia dibekali heart-rate monitor yang akan selalu aktif, serta mampu mengukur parameter seperti kadar oksigen dalam darah (SpO2). Yang absen di sini adalah GPS, yang berarti Lily harus bergantung pada GPS milik smartphone ketika hendak digunakan untuk memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda.

Sebagai perangkat yang ditargetkan untuk kaum hawa, Lily tentu juga menawarkan fitur-fitur spesifik seperti memantau siklus menstruasi maupun kehamilan. Meneruskan notifikasi dari smartphone sudah pasti menjadi penawaran standar, demikian pula fitur sleep tracking. Lalu berhubung Lily tahan air hingga kedalaman 50 meter, ia tidak akan keberatan seandainya diajak berenang.

Di Amerika Serikat, Garmin Lily saat ini telah dipasarkan seharga $200 untuk varian Sport, atau $250 untuk varian Classic. Strap tambahannya dihargai $30 untuk yang silikon, atau $60 untuk yang kulit.

Sumber: Wareable dan Business Wire.

OnePlus Band Tandai Debut OnePlus di Segmen Wearable

Perlahan tapi pasti, OnePlus terus menerapkan diversifikasi terhadap portofolio produknya. Mendekati pergantian tahun kemarin, CEO OnePlus, Pete Lau, sempat mengungkapkan bahwa OnePlus berniat merilis smartwatch di awal tahun 2021. Namun sebelum rencana tersebut terlaksana, OnePlus rupanya sudah lebih dulu mencicipi ranah wearable lewat sebuah fitness tracker bernama OnePlus Band.

Dari segi desain, OnePlus Band kelihatan cukup familier. Ia terdiri dari dua bagian: strap karet dengan lubang di bagian tengahnya dan modul tracker yang dilengkapi layar AMOLED seluas 1,1 inci. Layar sentuh beresolusi 294 x 126 pixel itu adalah satu-satunya metode input yang tersedia, sebab Anda tidak akan menemukan satu pun tombol pada bodi OnePlus Band.

Secara total, bobot OnePlus Band cuma berkisar 22,6 gram. Tentu saja OnePlus juga menawarkan sejumlah strap opsional dengan kombinasi warna yang berbeda, dan semuanya telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IP68. Lebih lanjut, OnePlus juga mengklaim fitness tracker-nya bisa diajak menyelam sampai kedalaman 50 meter selama 10 menit.

Untuk urusan fitur, OnePlus Band dilengkapi 13 mode olahraga yang berbeda, plus mode Free Training untuk aktivitas-aktivitas fisik yang tidak termasuk. Heart-rate monitoring dan sleep tracking tentu juga hadir sebagai standar, demikian pula fitur untuk memonitor kadar oksigen dalam darah (SpO2) dengan memanfaatkan sensor inframerah. Semua datanya otomatis direkam dan disinkronisasikan dengan aplikasi OnePlus Health.

Fitur-fitur ekstra seperti menampilkan notifikasi yang masuk ke smartphone yang terhubung, mengontrol jalannya musik, maupun mengaktifkan kamera smartphone dari jauh tentu juga tersedia. Dalam sekali pengisian menggunakan charger khususnya, OnePlus Band diyakini mampu beroperasi hingga 14 hari. Tentunya ini bisa bervariasi tergantung skenario penggunaan masing-masing, tapi yang pasti baterainya tercatat memiliki kapasitas 100 mAh.

Dalam waktu dekat, OnePlus Band akan dijual di India dengan harga 2.799 rupee (± Rp540 ribu). Sejauh ini belum ada informasi terkait pemasarannya di pasar global. Bisa jadi yang ditujukan ke pasar internasional adalah smartwatch-nya, yang semestinya bakal menyusul tidak lama lagi kalau mengacu pada pernyataan Pete Lau tadi.

Sumber: GSM Arena dan OnePlus.