6 Rekomendasi Penguat Sinyal WiFi

WiFi merupakan hal yang sangat penting karena dapat membantu kamu untuk terhubung ke internet tanpa perlu menggunakan kabel. Artinya, kamu dapat menggunakan internet di ponsel, tablet, atau komputer dari mana saja di dalam rumah atau bahkan di luar.

WiFi memungkinkan kita melakukan banyak hal seperti memeriksa email, menonton video, dan berbicara dengan teman dan keluarga yang tinggal jauh.

Namun seringkali, sinyal WiFi tidak selalu bagus atau lancar. Sinyal WiFi yang lemah bisa membuat frustrasi besar bagi siapa pun yang mencoba menggunakan internet.

Apakah kamu sedang mencoba streaming film, melakukan panggilan konferensi video, atau sekadar menelusuri web, koneksi yang lambat dan tidak dapat diandalkan dapat membuat tugas yang paling sederhana memakan waktu lama.

Rekomendasi Penguat Sinyal WiFi

Jika kamu pernah mengalami sinyal WiFi yang lemah di rumah, kamu pasti tahu betapa frustrasinya kita jika mengalami masalah ini.

Kecepatan internet yang lambat, buffering video, dan koneksi terputus dapat menjadi penghalang utama produktivitas dan hiburan. Karena itu, kamu membutuhkan penguat WiFi untuk memperbaiki masalah ini.

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi penguat sinyal WiFi:

Mercusys WiFi Range Extender / MW300RE

Mercusys adalah perangkat yang dapat membantu memperluas jangkauan jaringan WiFi kamu yang sudah ada. Perangkat ini bekerja dengan menghubungkan secara nirkabel ke router kamu dan kemudian memperluas sinyalnya ke area di mana sinyalnya lemah atau tidak ada.

Hal ini berarti kamu dapat menikmati jangkauan WiFi yang andal di seluruh rumah atau kantor kamu, bahkan di tempat yang sebelumnya sinyalnya lemah. Selain itu, perangkat ini mendukung WiFi 2.4GHz.

Mi Wi-Fi Range Extender Pro

Mi WiFi Range Extender Pro adalah perangkat yang dapat membantu memperluas jangkauan jaringan WiFi kamu. Ini berarti bahwa jika kamu mengalami sinyal yang lemah atau bahkan tidak ada di rumah, Mi WiFi Range Extender Pro dapat mengambil sinyal WiFi kamu yang ada dan menyiarkannya kembali, sehingga sinyal mencapai lebih jauh.

Ini adalah solusi yang bagus untuk orang yang ingin meningkatkan jangkauan Wi-Fi mereka tanpa harus membeli router baru atau memindahkan router yang sudah ada.

300Mbps Wi-Fi Range Extender / TL-WA850RE

Ini adalah perangkat yang dapat membantu memperluas jangkauan jaringan WiFi kamu dan terhubung secara nirkabel ke router kamu yang ada sehingga dapat memperkuat serta memperluas sinyalnya ke area yang tidak dapat dijangkau sendiri.

Hal ini bisa sangat membantu jika kamu memiliki rumah atau kantor yang besar dan ada area tertentu di mana sinyal WiFi lemah atau tidak ada sama sekali. Perangkat ini mampu mencapai kecepatan hingga 300Mbps, yang seharusnya cukup untuk sebagian besar aktivitas internet biasa.

Mi WiFi Range Extender AC1200

Mi WiFi Range Extender AC1200 adalah perangkat yang memperluas sinyal WiFi kamu ke seluruh rumah. Ini sangat membantu jika kamu memiliki dinding yang tebal, sinyal WiFi yang lemah, tidak ada WiFi di ruangan tertentu, atau buffering jaringan yang konstan.

Perangkat meningkatkan dan meningkatkan sinyal WiFi yang ada, menyediakan WiFi berkecepatan tinggi di seluruh rumah kamu.

WiFi Extender Amplifier / CF-WR302S

CF-WR302S adalah perluasan WiFi yang dirancang untuk meningkatkan dan memperluas jangkauan jaringan nirkabel kamu yang sudah ada. Perangkat ini membantu kamu terhubung ke internet di area rumah atau kantor kamu di mana sinyalnya lemah atau tidak ada.

Perangkat ini mendukung standar komunikasi nirkabel 802.11bgn dan beroperasi pada pita frekuensi 2,4GHz. Serta memiliki kecepatan transfer data maksimum 300 Megabita per detik.

300Mbps Wireless Extender / PWN3702P

Wireless Extender / PWN3702P adalah perangkat yang membantu memperluas jangkauan jaringan nirkabel rumah atau kantor kamu yang sudah ada. Perangkat ini mengambil sinyal nirkabel yang ada dan menyampaikannya ke area di mana koneksi nirkabel lemah atau tidak konsisten, yang membantu menghilangkan titik mati.

Perangkat ini mudah diatur dan menawarkan konektivitas nirkabel berkecepatan tinggi, dengan kecepatan hingga 300Mbps.

Demikianlah penjelasan terkait rekomendasi-rekomendasi penguat sinyal WiFi, semoga bermanfaat.

Opensignal: Pengguna di Indonesia Nikmati Koneksi Internet yang Lebih Cepat via 4G Ketimbang Wi-FI

Januari 2021 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia berhasil menembus angka 200 juta orang berdasarkan hasil riset Hootsuite dan We Are Social. Berhubung Indonesia merupakan pasar yang mobile-first, 195,3 juta (96,4%) dari total pengguna tadi mengakses internet via ponsel, baik menggunakan jaringan seluler maupun jaringan Wi-Fi.

Secara umum, pengguna akan lebih memilih Wi-Fi karena sejumlah alasan. Yang paling utama biasanya adalah untuk menghemat kuota data, namun tidak jarang juga yang beralasan Wi-Fi menawarkan kecepatan download yang lebih tinggi daripada 4G.

Menariknya, riset terbaru yang dilakukan Opensignal menunjukkan hasil yang berbeda. Dalam skala nasional, rata-rata kecepatan download yang didapat pengguna via jaringan 4G mencapai 15,1 Mbps, atau sekitar 25% lebih tinggi daripada yang didapat menggunakan jaringan Wi-Fi — sekitar 12 Mbps, baik di jaringan publik maupun pribadi.

Seperti yang bisa dilihat pada grafik di atas, selisihnya malah lebih jauh lagi jika dibandingkan dengan MiFi atau malah 3G, dan ini pada dasarnya menunjukkan betapa pentingnya ketersediaan jaringan 4G — atau malah 5G sekalian — di area-area yang belum tercakup.

Dalam skala regional, trennya pun tidak jauh berbeda. Di 12 kawasan utama di Indonesia, kecepatan download yang pengguna dapatkan ternyata memang lebih tinggi memakai 4G ketimbang Wi-Fi. Meski begitu, selisih kecepatannya berbeda-beda di tiap daerah.

Di Papua Barat misalnya, kecepatan download via 4G tercatat 58% lebih kencang daripada via Wi-Fi (14,6 Mbps dibanding 9,2 Mbps). Namun di kawasan seperti Jakarta, selisihnya tercatat cuma 4% saja (18,1 Mbps dibanding 17,5 Mbps). Tanpa perlu terkejut, di antara 12 kawasan tadi, kecepatan download yang pengguna dapatkan di Jakarta ini memang adalah yang tertinggi, baik untuk jaringan 4G maupun Wi-Fi.

Satu hal yang pasti, Opensignal menyimpulkan bahwa pengguna internet di Indonesia sekarang dapat menikmati koneksi internet yang lebih cepat ketimbang tiga tahun lalu. Dibandingkan hasil analisis serupa yang mereka lakukan di tahun 2018, kecepatan download rata-rata menggunakan Wi-Fi kini lebih kencang 50%, sementara kecepatan download menggunakan 4G malah sekitar 65% lebih tinggi.

Sumber: Opensignal. Gambar header: Mika Baumeister via Unsplash.

MediaTek Memperkenalkan Chipset Filogic 830 dan Filogic 630 Wi-Fi 6/6E

Generasi baru teknologi Wi-Fi segera dapat kita nikmati, MediaTek telah meluncurkan seri konektivitas Filogic baru dengan memperkenalkan solusi system-on-chip (SoC) Filogic 830 Wi-Fi 6/6E dan kartu jaringan (Network Interface Card/NIC) Filogic 630 Wi-Fi 6E. Chipset seri Filogic baru ini menyediakan konektivitas yang andal, kemampuan komputasi yang tinggi, dan serangkaian fitur dalam desain yang sangat terintegrasi dan hemat daya.

“Seri MediaTek Filogic mengantarkan era baru solusi Wi-Fi pintar dengan kecepatan tinggi, latensi rendah, dan efisiensi daya untuk pengalaman yang mulus dan selalu terhubung. Chipset baru ini menyediakan fitur terbaik di kelasnya dengan desain yang sangat terintegrasi untuk solusi broadband, enterprise, dan ritel Wi-Fi premium generasi berikutnya,” ujar Alan Hsu, Corporate Vice President & General Manager, Intelligent Connectivity di MediaTek.

MediaTek Filogic 830

Filogic 830 mengemas beragam fitur ke dalam SoC 12nm berdaya rendah yang ringkas dan memungkinkan pelanggan merancang solusi berbeda untuk router, access point, dan sistem mesh. SoC ini mengintegrasikan empat prosesor Arm Cortex-A53 yang bekerja hingga 2GHz per core untuk daya pemrosesan hingga +18.000 DMIP, dual 4×4 Wi-Fi 6/6E untuk konektivitas hingga 6Gbps, dua interface Ethernet 2,5 Gigabit dan sejumlah interface periferal.

Mesin akselerasi perangkat keras bawaan Filogic 830 untuk offloading dan jaringan Wi-Fi ini memungkinkan konektivitas yang lebih cepat. Chipset ini juga mendukung teknologi MediaTek FastPath untuk aplikasi dengan latensi rendah seperti game dan AR/VR.

MediaTek Filogic 630

Filogic 630 adalah solusi Wi-Fi 6/6E NIC yang mendukung dual-band, dual-concurrent 2×2 2.4GHz dan 3×3 5GHz atau 6GHz hingga 3Gbps. Chipset ini mendukung sistem 3T3R 5/6GHz yang unik dengan front-end modules (FEMs) internal yang memberikan jangkauan yang setara atau lebih baik daripada solusi 2T2R dengan FEMs eksternal.

Desain yang sangat terintegrasi ini membantu menurunkan biaya bill of material (BOM), sekaligus memungkinkan desain yang lebih ramping dengan area frontend RF yang kecil. Antena ketiga Filogic 630 memungkinkan kemampuan transmisi beamforming yang unggul dan meningkatkan keragaman.

Filogic 630 mendukung interface seperti PCIe, yang memungkinkannya digabungkan dengan Filogic 830 untuk solusi konektivitas tri-band untuk gateway broadband, enterprise access points, dan router ritel dengan kecepatan dan kapasitas bandwidth yang lebih tinggi.

Selama bertahun-tahun, MediaTek telah bekerja sama dengan Wi-Fi Alliance untuk memastikan portofolio konektivitas MediaTek mendukung fitur Wi-Fi terbaru. Pada Januari 2021, MediaTek terpilih menjadi tempat pengujian untuk Wi-Fi 6E, sertifikasi terbaru dari Wi-Fi Alliance untuk perangkat Wi-Fi CERTIFIED 6 dengan dukungan 6GHz.

Wi-Fi 6E menawarkan sejumlah keunggulan dibandingkan generasi Wi-Fi sebelumnya, termasuk latensi yang lebih rendah serta kapasitas dan kecepatan tambahan. Perangkat yang menggunakan koneksi Wi-Fi 6 di 6GHz dirancang untuk menggunakan saluran 160 MHz yang lebih lebar dan bandwidth yang tidak padat dalam 6GHz untuk menghadirkan Wi-Fi multigigabit dengan latensi rendah, memberikan pengalaman konektivitas yang dapat diandalkan untuk aplikasi seperti streaming, game, AR/VR, dan banyak lagi.

Wifi Porter Dirancang Agar Tak Ada Lagi Tamu yang Menanyakan Password Wi-Fi

Dewasa ini, kita mungkin lebih sering menanyakan password Wi-Fi ketimbang lokasi kamar mandi saat berkunjung ke rumah seseorang. Oke, mungkin imajinasi saya yang terlalu berlebihan, tapi setidaknya Anda sendiri punya gambaran mengenai pentingnya Wi-Fi dalam keseharian manusia modern.

Itulah mengapa perangkat seperti Wifi Porter ini punya alasan untuk eksis. Dikembangkan oleh firma desain Ten One Design, Wifi Porter berfungsi untuk memudahkan para tamu terhubung ke jaringan Wi-Fi saat bertandang ke rumah seseorang. Caranya cukup dengan mendekatkan ponsel ke Wifi Porter.

Ya, di balik rangka kayu minimalisnya, tersimpan chip NFC yang memungkinkan mayoritas perangkat Android maupun iPhone generasi terbaru (XS, XS Max dan XR) untuk tersambung secara instan. Seandainya ponsel milik sang tamu tidak dilengkapi NFC, cara lainnya bisa dengan memindai kode QR yang terpampang di sisi belakang Wifi Porter.

Wifi Porter

Selain di rumah atau apartemen, Wifi Porter juga sangat ideal ditempatkan di ruang rapat sebuah kantor maupun lokasi-lokasi lain di mana para pengunjungnya kerap menyambungkan perangkatnya ke jaringan Wi-Fi. NFC atau kode QR jelas merupakan solusi yang lebih praktis dan efisien ketimbang harus mengetikkan kata sandi yang rumit dan panjang.

Saat ini Wifi Porter dapat dipesan langsung melalui situs Ten One Design seharga $40 per unit, atau berupa bundel isi dua seharga $75, dan bundel isi empat seharga $129. Anda punya rumah atau apartemen yang sering disewakan via AirBnB? Saya kira Wifi Porter merupakan salah satu barang yang wajib untuk dimiliki.

Sumber: Digital Trends.

Benarkah Wi-Fi Selalu Lebih Cepat dari Jaringan Seluler?

Wi-Fi sekarang sudah bisa dianggap sebagai salah satu kebutuhan pokok. Bahkan warung kopi kecil pun sekarang hampir pasti menyediakan sambungan Wi-Fi kepada para pelanggannya. Masalahnya, tidak selamanya jaringan Wi-Fi itu bisa digunakan; ada yang sangat lambat koneksinya, ada pula yang sama sekali tidak bisa tersambung ke internet.

Pada kenyataannya, menggunakan koneksi LTE sering kali jauh lebih lancar dan cepat ketimbang jaringan Wi-Fi yang ada di tempat-tempat umum. Ini berdasarkan pengalaman saya pribadi, tapi ternyata studi yang dilakukan OpenSignal juga menyimpulkan demikian.

Hasil studi mereka menunjukkan bahwa di 33 negara, jaringan seluler rata-rata lebih cepat ketimbang jaringan Wi-Fi, dan perbedaannya terkadang bisa sangat jauh. Bahkan di negara maju seperti Australia pun, jaringan seluler bisa lebih cepat hingga 13 Mbps dibanding Wi-Fi.

Sayangnya Indonesia tidak termasuk salah satu negara yang diamati, tapi di negara Asia Tenggara seperti Myanmar, selisih kecepatan jaringan seluler dan Wi-Fi juga nyaris mencapai angka 10 Mbps. Wi-Fi sendiri hanya bisa menang jauh di negara-negara seperti Hong Kong, Singapura, Korea Selatan dan Amerika Serikat, alias negara yang terkenal dengan kecepatan koneksi internetnya.

Di Eropa, tepatnya di negara seperti Norwegia dan Belanda, jaringan seluler dan Wi-Fi tampak berimbang kecepatannya. Pertanyaannya, kenapa bisa begini situasinya? Kita semua tahu bahwa selama ini Wi-Fi selalu menjadi pilihan yang lebih ideal untuk menyambungkan smartphone ke internet.

Persepsi seperti itu rupanya hanya berlaku sampai era jaringan 3G saja. Di saat jaringan LTE sudah begitu matang seperti sekarang, Wi-Fi tak lagi bisa dianggap lebih superior, meski tetap saja dibutuhkan untuk keperluan local networking maupun ekosistem smart home.

Kemenangan jaringan seluler atas Wi-Fi soal kecepatan ini jelas akan semakin jauh lagi ketika era 5G sudah datang dan menjadi mainstream nanti. Jadi kalau Anda sering nongkrong dan dibuat frustrasi dengan jaringan Wi-Fi di sana, mungkin berlangganan paket internet seluler adalah langkah yang lebih bijak.

Sumber: Engadget. Gambar header: Pixabay.

Lewat Google Station, Google Ingin Sediakan Jaringan Wi-Fi Cepat di Tempat-Tempat Umum

Seperti yang kita tahu, salah satu misi utama Google adalah menjadi pusat informasi universal yang mudah diakses oleh siapa saja. Selama ini, tantangan terbesarnya adalah tidak meratanya akses internet. Alhasil, tidak semua orang bisa online, dan ini bertolak belakang dengan kata “universal” dalam misi Google.

Untuk itu, sejak tahun lalu Google sebenarnya sudah menyiapkan inisiatif guna mengatasi masalah ini, diawali oleh India. Saat itu, CEO Google Sundar Pichai mengumumkan bahwa mereka hendak menyediakan jaringan Wi-Fi berkecepatan tinggi di 400 stasiun kereta api yang tersebar di India.

Tentunya sulit bagi Google untuk menyelesaikan tugas tersebut sendirian. Mereka pun meminta bantuan RailTel dan Indian Railways. Hasilnya, per bulan September ini, jaringan Wi-Fi cepat tersebut sudah tersedia di 52 stasiun kereta api di India, dan setiap bulan setidaknya ada 3,5 juta pengguna yang mengaksesnya.

Melihat progress mereka di India, Google merasa tergerak untuk menjalankannya di tempat lain. Inisiatif tersebut pun punya nama resmi sekarang, yaitu Google Station, dan premisnya masih untuk menyediakan jaringan Wi-Fi berkecepatan tinggi di berbagai kawasan publik.

Google tidak pilih-pilih soal mitranya; mulai dari kafe, mall, universitas sampai penyedia layanan internet dipersilakan membantu mewujudkan misi Google Station. Guna semakin menarik perhatian mitra potensial, Google membebaskan mereka untuk menawarkan layanan secara cuma-cuma, atau memonetisasikannya dengan tarif berbayar ataupun iklan.

Pada akhirnya, semua pihak yang terlibat akan diuntungkan dengan inisiatif Google Station ini. Konsumen bisa menikmati akses internet cepat di berbagai tempat umum; sedangkan pemilik kafe, mall dan lain sebagainya bisa menarik pengunjung lebih banyak. Bagi Google sendiri, semakin banyak pengguna yang online, berarti semakin besar peluang produk dan layanannya digunakan.

Sumber: TheNextWeb.

Berkomitmen Hadirkan Kemudahan Mengakses Wi-Fi, Aplikasi Zona WiFi Go! Diluncurkan

Digitized, sebuah perusahan solusi digital yang telah bergerak sejak tahun 2013, kembali meluncurkan inovasi terbaru yaitu aplikasi Zona WiFi Go!. Tidak meratanya ketersediaan internet dan infrastrukturnya di Indonesia merupakan alasan utama aplikasi Zona WiFi Go! dikembangkan. Norman Ganto, Co-Founder dan Head of Business Zona WiFi Go!, yang juga aktif di dunia startup memiliki gagasan untuk kemudian memberikan kemudahan berbagi hotspot wifi sehingga masyarakat dapat mengakses internet lewat koneksi wifi gratis, kapan dan di manapun mereka berada.

“Dari pengalaman saya, sulit bagi masyarakat luas untuk menikmati aplikasi-aplikasi apabila kebutuhan dasar seperti akses ke internet saja belum terpenuhi. Juga karena saya sering bekerja secara mobile, dan susah mencari koneksi internet yang stabil, lahirlah ide aplikasi yng bisa saling berbagi dan unlock wifi password dengan pengguna lainnya. Akhirnya ide saya direalisasikan melalui inkubasi Digitized Indonesia dan diberi nama Zona WiFi Go!,” kata Norman.

Aplikasi Zona WiFi menawarkan kemudahan untuk orang berbagi informasi akses internet WiFi ke sesama pengguna ‘Zona WiFi Go!’. Zona WiFi Go! menitikberatkan ke user-generated content. Konten dalam hal ini adalah password WiFi, agar pengguna lain bisa menikmati hotspot tersebut tanpa harus bertanya terlebih dahulu apa password-nya.

Hal ini yang kemudian membedakan aplikasi Zona WiFi Go dengan aplikasi serupa yang sudah ada. Yang kebanyakan dikenakan biaya sebesar 5000 rupiah untuk mengakses hotspot-hotspot yang tersedia.

“Harapan Zona WiFI Go! adalah orang-orang akan terpanggil hatinya untuk mau berkontribusi untuk meng-unlock WiFi sebanyak mungkin. Selain itu, makin banyak unlock WiFi dan berbagi wifi ke user lain, makin banyak poin yang bisa di kumpulkan untuk mendapatkan hadiah-hadiah menarik,” kata Norman.

Menargetkan 1 juta pengguna hingga akhir tahun 2017

Sejak diluncurkan tanggal 1 September 2016 lalu, aplikasi Zona WiFi Go! sudah diunduh lebih dari 1300 pengguna. Hingga akhir tahun 2017 ditargetkan aplikasi tersebut bisa mencapai 1 juta pengguna. Zona WiFi Go! dapat diunduh secara gratis di platform Android, sementara untuk platform iOS akan segera diluncurkan.

Tidak dapat dipungkiri besarnya demand dari masyarakat untuk dapat menikmati akses internet cepat, tidak diimbangi dengan layanan yang diberikan baik oleh operator maun layanan penyedia Internet (ISP) yang ada di Indonesia. Hal tersebut yang kemudian dicoba diakomodir Zona WiFi Go!.

“Layanan internet sebenarnya dibilang cukup bagus untuk kota-kota besar, namun karena Indonesia adalah negara yang sangat besar dan terdiri atas pulau-pulau, sehingga kami dari sektor privat harus membantu pemerintah dan penyedia ISP untuk memberi akses ke internet ke pada masyarakat luas.,” tutup Norman.

Application Information Will Show Up Here

Omega2 Ialah PC Mungil Seharga $ 5 Untuk Internet of Things

Selain Google dan Samsung yang berani berinvestasi besar buat mengembangkan IoT, pertumbuhannya dipercepat dengan ketersediaan beragam development  board seperti Arduino dan Raspberry Pi. Kendalanya, ukuran mereka tidak cukup kecil, lalu proses setup-nya juga sangat rumit. Kekurangan-kekurangan inilah yang menjadi fokus utama satu developer asal Boston.

Onion, tim jebolan Boston Techstars Startup Accelerator Program, mengungkap komputer super-kecil dan super-murah bernama Omega2. Sejatinya, Omega2 adalah server dengan sistem operasi Linux paling kecil di dunia. Ia dibekali konektivitas Wi-Fi buildin, didesain untuk mempermudah para kreator dan hacker dalam berkreasi menciptakan perangkat-perangkat internet  of  things.

omega2 2

Dilihat sekilas, wujud Omega2 hampir menyerupai memory  stick, dimensinya kurang dari seperempat ukuran Raspberry Pi dan kurang dari sepertiga Arduino Uno, dirancang agar muat di proyek-proyek DIY serta produk-produk komersial. Omega2 diramu secara spesifik untuk membangun hardware berbasis app, mengombinasikan faktor hemat listrik Arduino dan fleksibilitas tinggi Raspberry Pi.

Penyajian Omega2 sangat simpel demi memudahkan para pemula, dimaksudkan agar semua orang bisa segera berkecimpung di bidang pengembangan hardware. Dengan adanya sambungan Wi-Fi dan flash  memory  onboard, device dapat langsung bekerja begitu Anda mengaktifkannya, tanpa perlu repot-repot menambahkan modul koneksi atau menginstal sistem operasi ke SD card eksternal.

omega2 3

Penggunaan Omega2 tidak jauh berbeda dari PC desktop. Sistem beroperasi di versi full Linux, dilengkapi berbagai app intuitif sehingga Anda bisa langsung memanfaatkannya (mampu menjalankan Apache). Contoh lain keunggulan Linux adalah ia mendukung bermacam-macam bahasa pemrograman. Onion juga tak lupa menyiapkan app  store, dan Anda dipersilakan menciptakan aplikasi sendiri berbekal SDK, kemudian men-share-nya di sana.

Omega2 terintegrasi ke Onion Cloud, memungkinkan Anda mengendalikan perangkan dari mana pun lewat Web UI atau RESTful API. Anda bisa mengakses status Omega2 secara realtime, dan mendistribusikan update ketika perangkat sedang beroperasi. Uniknya lagi, Omega2 mengusung desain modular plugandplay, sehingga pengguna dapat melakukan ekspansi dan menambahkan kemampuan baru.

Harga adalah salah satu faktor andalan Onion Omega2. Di situs crowdfunding  Kickstarter, Anda bisa membelinya seharga mulai dari US$ 5. Terdapat pula varian Omega2 Plus (US$ 9), dan Anda juga dipersilakan membeli bundel docking serta expansion. Proses distribusi ke backer rencananya akan dilaksanakan pada bulan November 2016.

Ericsson: Pengguna Smartphone di Indonesia Kini Capai 38 Persen

Ericsson merilis Mobility Report untuk kawasan Asia Tenggara dan Oceania untuk kuartal pertama 2016. Dalam laporan tersebut disebutkan poin-poin penting terkait dengan tren smartphone, IoT, hingga penggunaan 4G dan LTE secara global. Dikupas juga makin besarnya antusias kalangan millennial terhadap konten video streaming dan social video dibandingkan tayangan televisi konvensional.

Dalam presentasinya, Presiden Direktur Ericsson Indonesia Thomas Jul menegaskan hasil survei ini dilakukan secara global dan bertujuan untuk mencari tahu tren terkini serta prediksi ke depan secara global.

“Dari data yang berhasil dikumpulkan terdapat hal-hal penting untuk dicatat khususnya oleh operator telekomunikasi di Indonesia,” kata Thomas kepada media di Jakarta.

Mobile subscription dan subscriber

Kawasan Asia Pacific (APAC) menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi dalam hal mobile subscription dan subscriber. Indonesia memberikan kontribusi pertumbuhan jumlah pengguna baru sebanyak 5 juta di kuartal pertama 2016, menjadikan Indonesia berada di posisi ketiga di kawasan APAC, dengan India di posisi pertama dan Myanmar di posisi kedua. Secara keseluruhan ada kenaikan sekitar 3% secara global.

Dalam laporan disebutkan penetrasi smartphone subscription di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 38% dan diperkirakan hingga tahun 2021 akan meningkat menjadi 98%.

Disebutkan pula oleh Thomas, Indonesia memiliki jumlah langganan smartphone tertinggi di Asia Tenggara dan Oceania, tercatat dengan hampir 100 juta di tahun 2015 dan diprediksi tumbuh menjadi 250 juta langganan smartphone di akhir 2021.

“Indonesia tercatat merupakan salah satu negara di Asia Pacific dengan jumlah kepemilikan smartphone paling tinggi, dan diperkirakan pada tahun 2018 nanti pengguna smartphone akan mengalahkan pengguna telepon seluler [feature phone] di Indonesia,” kata Thomas.

Tren teknologi 4G dan LTE

Hal menarik yang juga dipaparkan dalam Mobility Report tersebut adalah tahun 2016 secara perlahan masyarakat sudah mulai meninggalkan teknologi 2G dan 3G dengan beralih menggunakan 4G. Meskipun saat ini teknologi 2G sudah banyak ditinggalkan di Eropa dan Amerika, kawasan Asia Pacific khususnya Indonesia masih belum bisa untuk meninggalkan 2G.

“Sebelumnya diprediksi teknologi 2G akan mati memasuki tahun 2016 hingga 2021, namun faktanya saat ini masih banyak negara yang menggunakan teknologi 2G khususnya Indonesia. Secara perlahan kemungkinan masyarakat mulai beralih ke teknologi 4G dan LTE,” kata Thomas.

Tercatat selama kuartal pertama 2016 terdapat 150 juta pelanggan LTE baru. Diperkirakan pada tahun 2021 pengguna teknologi LTE mencapai 4,3 miliar secara global.

Data mobile broadband vs Wi-Fi

Dalam laporan tersebut dikupas juga mengenai kebiasaan masyarakat yang mengakses internet. Penggunaan mobile broadband dan Wi-Fi merupakan pilihan dari pengguna. Di Indonesia sendiri penggunaan internet saat mengakses video, chat platform, social media lebih didominasi dengan penggunaan Wi-Fi. Hal ini disebabkan koneksi Wi-Fi yang lebih stabil dan tidak boros. Dari data yang dikumpulkan oleh Ericsson terlihat tahun 2015 penggunaan mobile broadband lebih unggul dari Wi-Fi, namun demikian tahun 2016 penggunaan Wi-Fi semakin meningkat di Indonesia.

Apabila membuat perbandingan rata-rata data mobile broadband dan pertumbuhan Wi-Fi di bulan Maret 2016 dan Maret 2015, rata-rata traffic data per pengguna untuk mobile broadband dan Wi-Fi di Indonesia tumbuh sekitar 80%, peningkatan tertinggi di kawasan Asia Tenggara dan Oceania. Permintaan untuk kapasitas yang lebih besar dan kecepatan data tertinggi merupakan dua dari banyak faktor yang mempengaruhi performa jaringan pada teknologi akses tanpa kabel.

“Menyadari bahwa penetrasi langganan mobile broadband diharapkan tumbuh mendekati 80% dan penetrasi langganan smartphone akan lebih dari 50% di akhir 2016, peningkatan lebih dari 150 juta nomor smartphone antara 2015 dan 2021 penting bagi operator untuk terus mengoptimalkan jaringan performa,” kata Thomas.

Tren media sosial dan konten video

Hal menarik lainnya yang dicatat oleh laporan Ericsson adalah kebiasaan masyarakat Indonesia menggunakan internet setiap harinya. Disebutkan YouTube merupakan aplikasi yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia, disusul dengan WhatsApp, BlackBerry Messenger, Google dan LINE. Survei ini dilakukan sepanjang bulan Mei 2016 di platform Android dan iOS.

Ericsson ConsumerLab juga menyebutkan, pada tahun 2015 terungkap bahwa 2 dari 10 smartphone dan pengguna internet di Indonesia menggunakan semua kategori aplikasi utama setiap hari yaitu, media sosial, instant messaging dan social video.

Secara keseluruhan berdasarkan survei yang dilakukan di Australia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Indonesia, YouTube merupakan aplikasi yang paling dominan, disusul dengan media sosial, video streaming, messaging dan browsing.

“Kalangan millennial tercatat merupakan kategori yang paling banyak memanfaatkan media sosial, messaging dan video streaming setiap harinya, menjadikan media konvensional seperti televisi secara perlahan mulai ditinggalkan,” kata Thomas.

Tren Internet of Things (IoT)

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Antara 2015 dan 2021 jumlah perangkat yang terkoneksi dengan IoT diperkirakan akan tumbuh 23% per tahun. IoT selular diprediksi akan mengalami pertumbuhan tinggi. Dari total 28 miliar perangkat yang terkoneksi di tahun 2021, hampir 16 miliar merupakan perangkat IoT.

Asia Pacific menunjukkan pertumbuhan IoT yang cukup signifikan dibandingkan kawasan lainnya mulai dari tahun 2009 dan diprediksi hingga tahun 2021. Namun demikian Eropa Barat merupakan kawasan yang diprediksi paling banyak mengadopsi teknologi IoT terutama memanfaatkan koneksi untuk mobil.

Selain otomotif fasilitas lainnya yang berpotensi untuk dihubungkan dengan teknologi IoT adalah, aplikasi industri, remote manufacturing, kesehatan, keamanan berkendara (traffic safety).

“Saat ini IoT mengakselerasi selagi harga perangkat menurun dan aplikasi-aplikasi inovatif bermunculan. Dari tahun 2020 implementasi komersial untuk jaringan 5G akan memberikan kapabilitas tambahan yang penting bagi IoT, seperti network slicing dan dan kapasitas untuk menghubungkan lebih banyak perangkat dibandingkan sekarang,” tandas Senior Vice President & CSO Ericsson Rima Qureshi.

Balon Wi-Fi Helion Segera Uji Coba Terbang di Langit Bandung

PT Integrasi Sinergi Teknologi (INSITEK) asal Bandung akhirnya melakukan uji coba teknologi balon Wi-Fi mereka yang dinamai Helion. Helion akan mengudara di sekitaran kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) pekan depan.

Dalam diskusi kami dengan pendiri INSITEK Hagorly M Hutasuhut belum lama ini, pihaknya telah mengindikasikan akan segera menggelar praktek uji coba guna membuktikan teori empiris mengenai dugaan dari adopsi teknologi yang mampu menghemat faktor infrastruktur dan waktu.

Berkonsep flying BTS atau yang ditambatkan atau dikendalikan dari jarak jauh, Helion kabarnya menggunakan koneksi VSAT dan optik fiber sebagai backhaul sehingga mampu membagi koneksi via Wi-Fi dalam area yang luas tanpa khawatir mengalami penurunan kualitas sinyal. Setali tiga uang, Helion turut menawarkan kesempatan bisnis sebagai media advertising saat diterbangkan atau melakukan pemetaan penting lainnya untuk kebutuhan nasional.

Detik memberitakan bahwa Helion tahap awal ini akan diterbangkan dengan ketinggian maksimal 25 hingga 50 meter yang secara teori mampu menyuplai akses internet via Wi-Fi dalam satu hingga empat kilometer persegi.

“Hari Jumat ini (12/2/2016) kita terbangkan balonnya untuk diuji coba di Bandung, tepatnya di sekitaran ITB,” ungkap Hagorly, dikutip dari Detik.

Singkatnya, proyek Helion ini persis dengan Project Loon yang telah digaungkan Google untuk wilayah-wilayah sulit terjangkau di dunia. Melalui medium sebuah balon, Loon maupun Helion ditengarai memungkinkan memberikan konektivitas pada area-area seperti daerah rural, hutan, perbatasan, dan tempat konser yang biasanya sulit mendapatkan konektivitas.

“Kita sudah rancang agar balon ini tahan sampai kecepatan angin beauford 7. Perangkat elektronik juga kita desain terstruktur agar terproteksi ketika hujan,” tambah Hagorly.