Mendekati Peluncuran Console Next-Gen, Penjualan PS4 dan Xbox One Merosot Cepat

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, console nextg-gen akan meluncur kurang dari satu tahun. Meski begitu, tentu produsen ingin agar produk yang sudah ada tetap terjual laris. Sebagai contohnya, Sony terus mencoba meyakinkan kita bahwa ‘sekarang adalah saat paling tepat buat bermain’. Para console maker juga berjanji untuk terus memberikan dukungan bagi perangkat current-gen meski hardware baru telah tersedia.

Namun kehadiran PlayStation 5 dan Xbox generasi keempat tentu memberi dampak bagi home console yang ada sekarang. Berdasarkan laporan analis pasar NPD Group, penjualan PS4 dan Xbox One memperlihatkan penurunan signifikan, terutama di Amerika Serikat. Di kawasan tersebut, jumlah pengeluaran konsumen buat membeli console di bulan Januari 2020 merosot sebesar 35 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Tak hanya hardware, total pengeluaran terkait produk gaming – termasuk software, aksesori dan game card – juga mengalami penyusutan dihitung dari tahun ke tahun (year-on-year). Angkanya cukup signifikan, yakni 26 persen. Penurunan ternyata lebih tajam dibandingkan estimasi produsen sebelumnya. Menariknya, Nintendo malah tidak merasakan depresiasi sebesar Sony dan Microsoft karena penjualan Switch-nya terbilang stabil.

Melalui Twitter-nya, analis Daniel Ahmad dari Niko Partners mengungkapkan bahwa turunnya penjualan PS4 dan Xbox One di 2020 lebih parah dibanding PS3 dan Xbox 360 pada tahun 2013, yaitu tahun ketika penerus kedua console itu diluncurkan. Menurut Ahmad, penurunan ini disebabkan oleh kombinasi dari banyak hal, bukan hanya karena konsumen yang tengah menanti PlayStation 5 dan Xbox Series X saja.

Alasan pertama ialah karena baik Microsoft dan Sony terus mempertahankan harga sistem current-gen mereka di kisaran US$ 300. Microsoft memang menawarkan salah satu varian di harga US$ 250, tetapi dengan kompensasi absennya optical disc drive. Sementara itu, Nintendo Switch Lite (tanpa dukungan dock dan controller yang tak bisa dilepas) dibanderol US$ 100 lebih murah dari varian standar.

Penyebab kedua adalah konfirmasi dukungan backward compatibility di Xbox Series X dan PlayStation 5. Fitur ini memungkinkan kedua console itu menjalankan permainan-permainan yang ada di sistem terdahulu dengan performa dan kualitas visual lebih baik. Tak mengherankan jika gamer memutuskan untuk menunggu peluncuran sistem-sistem anyar tersebut.

Kemudian alasan ketiga ialah penundaan perilisan sejumlah game blockbuster, yang terjadi pada Cyberpunk 2077, remake Final Fantasy VII, The Last of Us Part II, Marvel’s Avengers, serta permainan-permainan Ubisoft seperti Gods and Monsters, Rainbow Six Quarantine, dan Watch Dogs Legion. Dan hingga kini, kita juga belum tahu kapan tepatnya Ghost of Tsushima akan dilepas.

Via Eurogamer.

Kabarnya Sony Kesulitan Menekan Harga PlayStation 5

Bagi produsen console game, hanya memperoleh keuntungan kecil atau bahkan merugi dalam memasarkan produk bukanlah hal baru. Anda mungkin sempat mendengar soal ongkos produksi PlayStation 3 yang lebih mahal dari harga unitnya, lalu Sony juga tidak mendapatkan banyak laba dari penjualan PlayStation 4. Biasanya, profit baru perusahaan raih lewat software serta layanan premium seperti PlayStation Plus.

Berdasarkan laporan sejumlah narasumber kepada Bloomberg, kondisi yang Sony hadapi ketika memproduksi PlayStation 3 berpeluang akan terulang lagi di PlayStation 5. Sang console maker Jepang itu kabarnya sedang kesulitan menekan harga console next-gen mereka. Akibatnya, sejumlah fitur terpaksa ditiadakan. Dan boleh jadi inilah penyebab mengapa Sony belum mengumumkan harga PlayStation 5 dan menunggu hingga Microsoft menyingkap harga Xbox Series X.

Dari keterangan informan, biaya produksi PlayStation 5 mencapai US$ 450 per unit. Keadaan tersebut diakibatkan oleh faktor kelangkaan sejumlah komponen pendukung penting seperti DRAM dan memori flash NAND. Seandainya Sony tak mau merugi seperti di era PS3, maka mereka perlu menjual hardware next-gen  itu setidaknya di harga US$ 470. Menurut analis Damian Thong dari Macquarie Capital, angka ini memang terlihat kurang atraktif di mata konsumen.

Alasannya sederhana: konsumen akan membandingkannya PlayStation 5 dengan PS4 serta PS4 Pro. Harga yang lebih mahal dari console current-gen mengisyaratkan mahalnya material-material penyusun produk. Kondisi tersebut berpotensi mengurangi jumlah permintaan, apalagi sejauh ini judul-judul permainan terbesar (misalnya The Last of Us Part II dan Ghost of Tsushima) tetap akan hadir di PlayStation 4. Dan berkat dukungan backward compatibility, saya menduga fans malah tak akan buru-buru beralih ke PS5.

Sebagai perbandingan, PlayStation 4 dibanderol US$ 400 di momen peluncurannya dan kini varian standar bisa Anda miliki cukup dengan mengeluarkan uang US$ 300 saja. Mengacu pada estimasi IHS Market, Sony memerlukan modal US$ 381 untuk menghasilkan satu unit PS4. Itu berarti meski tipis, masih ada keuntungan yang perusahaan dapatkan dari penjualan console.

DRAM dan NAND belakangan jadi sulit diperoleh karena bukan hanya produsen home console yang membutuhkannya. Perusahaan smartphone juga memerlukan komponen-komponen ini dalam memproduksi perangkat 5G, salah satu contohnya ialah Samsung yang baru saja mengungkap keluarga Galaxy S20. Smartphone-smartphone tersebut ditunjang oleh teknologi wireless generasi kelima serta RAM minimal 12GB (di kawasan Amerika Serikat).


Tentu saja bukan cuma Sony yang ‘dipaksa’ untuk memasarkan platform next-gen di harga tinggi. Analis Daniel Ahmad memperkirakan, Xbox generasi keempat akan dipatok di kisaran US$ 500 – mungkin di atas PS5 karena spesifikasi hardware yang lebih canggih dan dengan profit yang lebih tipis lagi.

Via Eurogamer.

Strategi Baru Microsoft Xbox Untuk ‘Mengantisipasi’ PlayStation 5

Penampilan Xbox Series X yang lebih menyerupai PC small form ketimbang console memberikan kita gambaran bahwa cara Microsoft menyajikan layanan dan konten hiburan telah berubah. Penyingkapan hardware next-gen itu dilakukan mendadak di The Game Awards 2019 ketika tak ada seorang pun menduganya. Di sepanjang kiprahnya, Microsoft selalu mengumumkan Xbox baru di acara mereka sendiri.

Alasan dilakukannya pengumuman Xbox Series X secara tiba-tiba memang berkaitan dengan arahan baru yang diambil perusahaan. Berdasarkan penuturan executive vice president of gaming Microsoft Phil Spencer dalam podcast Gamertag Radio, tim Xbox berencana untuk mengeksekusi langkah ‘berani’ demi mempromosikan produk anyar tersebut dan merebut pangsa pasar console dari Sony (yang berhasil mengapalkan lebih dari 102 unit PlayStation 4).

Pengungkapan Xbox Series X di The Game Awards 2019 ternyata merupakan gagasan dari salah satu bos marketing Xbox. Awalnya Spencer ragu dengan rencana ini, apalagi hanya ada sedikit game yang mampu menampilkan potensi Series X – misalnya Halo Infinite dan Hellblade 2. Tetapi sang marketing lead berhasil meyakinkan Spencer. Ia menyampaikan bahwa Microsoft perlu menerapkan strategi yang tak pernah perusahaan ambil sebelumnya.

Di podcast tersebut, Spencer juga mengaku, Xbox saat ini tidak berada di posisi yang ditargetkan sebelumnya. Xbox tidak akan bisa mendisrupsi pasar ataupun mengembangkan bisnis jika terus melakukan hal yang sama. Pada akhirnya, Spencer melihat peluang unik di The Game Awards. Geoff Keighley selaku pencipta (dan host) berhasil menciptakan acara yang mampu menarik jutaan pemirsa tiap tahunnya.

Alhasil, trailer perdana Hellblade 2: Senua’s Saga ditayangkan di sana. Walaupun tampak seperti animasi pre-rendered, konten sebetulnya diambil dari porsi in-engine permainan yang dijalankan dari Xbox Series X untuk memamerkan canggihnya kemampuan grafis console next-gen tersebut. Phil Spencer menyampaikan rasa puas terhadap respons khalayak, walaupun saat itu ia sempat cemas rencana mereka akan berantakan.

Selanjutnya, Microsoft akan memusatkan perhatiannya pada persiapan peluncuran Xbox generasi ke-empat itu, rencananya akan dilangsungkan di kuartal empat 2020. Tim mengaku siap mengantisipasi beragam hal, termasuk jika ada kejadian tak terduga.

Perlu diingat kembali bahwa Series X kemungkinan besar hanyalah satu dari beberapa model console next-gen yang akan Microsoft perkenalkan. Produsen menyarankan kita memanggil produk baru mereka sebagai ‘Xbox’ saja. Series X sepertinya merupakan varian high-end dan Microsoft akan menyediakan opsi yang lebih terjangkau. Perangkat juga kembali dibekali fitur backward compatibility, memungkinkannya menjalankan game-game Xbox One, Xbox 360 dan Xbox generasi pertama. Dengan begini, library permainan jadi lebih luas.

Via GameSpot.

Microsoft: Xbox Series X Tak Ditemani Game Eksklusif di Hari Peluncurannya

Konten merupakan salah satu pilar esensial dari console game sejak perangkat ini diperkenalkan ke publik. Zaman telah berubah, tapi hingga sekarang game eksklusif masih jadi nilai jual utamanya. Nama-nama seperti Nintendo dan Sony terus memegang erat franchise-franchise andalannya, namun sejak beberapa tahun terakhir, Microsoft mengambil metode berbeda dalam menyajikan permainan.

Peluncuran console next-gen pelan-pelan datang menghampiri kita. Baik Microsoft dan Sony sudah mengonfirmasi keberadaan Xbox Series X dan PlayStation 5. Microsoft sendiri sudah mengumumkan dua game yang siap memaksimalkan kemampuan hardware Xbox Series X, yakni Halo Infinite dan Senua’s Saga: Hellblade II. Tapi kita tahu, permainan-permainan tersebut juga akan tersedia di PC ber-OS Windows 10.

Dan dalam wawancara bersama MCV, head of Xbox Game Studios Matt Booty mengabarkan bahwa perilisan Xbox Series X tidak akan ditemani oleh game eksklusif. Booty bahkan tak ragu menyebutkan bagaimana Xbox anyar punya karakteristik menyerupai PC. Menurutnya, langkah ini merupakan sebuah investasi yang baik dan perusahaan jadi dapat lebih fokus pada penyajian konten.

Dampak positif dari strategi ini adalah, developer-developer – terutama pihak ketiga – tidak merasa terbebani saat mereka menggarap permainan untuk console next-gen. Sampai sekarang, pengembangan game eksklusif buat mendampingi pelepasan sistem baru ialah hal yang beresiko: seandainya angka adopsi console ternyata rendah atau tak sesuai target, itu berarti jumlah pemain game-nya juga tidak banyak; dan seberapa pun berkualitas kontennya, kerja keras developer jadi tak terbayarkan.

Booty menjelaskan, perusahaan akan memusatkan perhatian pada satu atau dua IP dan memastikan game siap dinikmati begitu Xbox Series X tersedia. Di kesempatan ini, perusahaan memilih Halo Infinite (dan Hellblade II, keduanya digarap oleh studio first-party Microsoft). Peluncuran Infinite akan jadi momen unik karena untuk pertama kalinya dalam waktu 15 tahun, permainan Halo akhirnya dilepas bersama console anyar.

Menyediakan permainan di platform berbeda ialah pondasi penting dari program Xbox Play Anywhere yang memperkenankan kita membeli game secara digital kemudian memainkannya dari perangkat ber-OS Windows 10. Dan melengkapi aspek kemudahan akses, Xbox next-gen turut ditopang fitur backward compatibility, memungkinkannya menjalankan game-game Xbox One (PS5 punya kapabilitas serupa).

Dengan absennya permainan eksklusif di Xbox Series X plus backward compatibility, konsumen tak lagi perlu cemas harus mengucapkan selamat tinggal pada library game yang selama ini susah payah dibangun ketika ingin beralih ke console baru. Namun kondisi ini turut memberi efek negatif buat pihak Microsoft, karena tak ada alasan kuat bagi kita untuk buru-buru membeli Xbox next-gen, apalagi jika kita sudah punya gaming PC mumpuni di rumah.

Via The Verge.

Beberapa Hal Penting Seputar AMD di gelaran CES 2020

Gelaran Consumer Electronics Show (CES) selalu jadi satu acara terkait inovasi teknologi yang ditunggu-tunggu. Selain ditunggu para penggemar teknologi, acara yang punya jargon “Global Stage for Innovation” ini juga jadi ditunggu-tunggu oleh para gamers karena inovasi teknologi di sektor gaming.

Bicara soal gaming, selain Intel yang bisa dibilang masih menjadi rajanya PC, hal menarik lain yang perlu di simak adalah sang penantang, AMD. Dalam gelaran CES 2020, AMD sudah menyiapkan beberapa amunisi untuk menyaingi Intel. Apa saja inovasi yang mereka umumkan? Berikut beberapa sorotan dari beberapa pengumuman AMD di CES 2020:

AMD Ryzen 4000, prosesor kelas mobile yang kalahkan Intel seri Ice Lake

AMD mengumumkan prosesor seri Ryzen generasi ketiga. Sejak Oktober 2017, seri Ryzen selalu digadang-gadang AMD sebagai prosesor kuat dan serba-cepat yang akan mengalahkan performa Intel. Salah satu yang mereka umumkan di CES 2020 adalah, Ryzen 4000. Prosesor ini merupakan chipset Ryzen berbasis pada fabrikasi 7nm dan arsitektur Zen 2, yang fokus kegunaannya sebagai Mobile Processor.

Ryzen 4000 datang dengan dua varian. Pertama ada Ryzen U-Series dengan peruntukkan sebagai prosesor laptop ultra-portable. Kedua ada Ryzen H-Series dengan peruntukkan sebagai prosesor untuk kebutuhan gaming dan pembuatan konten, yang akan menyajikan performa kelas-desktop kepada laptop.

Sumber: AMD Official Sites
Sumber: The Verge

Satu yang paling AMD banggakan adalah Ryzen 7 4800U. Lisa Su CEO AMD memamerkan kemampuan komputasi Ryzen 7 4800U dalam presentasinya. Ia mengatakan bahwa prosesornya lebih cepat daripada Intel Core i7 generasi Ice Lake. Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa laptop-laptop dengan AMD Ryzen 4000 akan hadir mulai dari kuartal 1 tahun 2020 (Januari – Maret) lewat vendor-vendor ternama seperti Acer, Asus, Dell, HP, Lenovo dan lain sebagainya.

AMD Threadripper Seharga Rp55 juta

Selain menyodorkan seri mobile processor terbaru, AMD juga mengumumkan prosesor dengan tenaga super besar, yaitu seri Threadripper. Masih menjadi bagian dari Ryzen generasi ketiga, prosesor terbaru ini bernama Threadripper 3990X yang punya 64 core! Selain soal kemampuan komputasinya, prosesor ini juga punya harga yang memukai, yaitu mencapai US$3990 (sekitar Rp55 juta).

Sumber: AMD Official Sites
Sumber: AMD Official Sites

Namun demikian, prosesor ini memang memiliki target pasar untuk para kreator di Hollywood sana. Jadi, Threadripper hadir agar dapat para pelaku industri film bisa melakukan render visual effect film-film super keren yang biasa kita tonton, dengan cepat dan efisien. Maka dari itu, seri Threadripper dari Ryzen generasi ketiga ini sementara waktu tidak akan tersedia untuk PC desktop yang umum ataupun PC Gaming.

AMD dan Xbox Series X

Sebagai pembuat chip prosesor, AMD juga bisa dibilang jadi langganan para pembuat konsol. Tahun 2020 ini, AMD bekerja sama dengan Microsoft, untuk menjadi prosesor dari konsol terbarunya yaitu Xbox Series X.

Microsoft menjanjikan bahwa seri terbaru Xbox ini akan menjadi yang terkuat dan juga tercepat. Xbox Series X dikatakan akan mendukung gaming dengan resolusi 8K, frame-rate mencapai 120 fps, dan menjanjikan loading time yang sangat cepat. Maka dari itu mereka menggunakan CPU AMD yang dirancang khusus dengan berbasis kepada arsitektur AMD Zen 2 dan Radeon RDNA, dan melengkapinya dengan SSD NVMe.

Namun, satu kontroversi terjadi saat pengumuman ini di panggung AMD. Ketika itu AMD memamerkan bagian belakang Xbox Series X, yang menunjukan dua port colokan USB-C dan HDMI, serta colokal ethernet. Sayang port colokan itu belum bisa dipastikan. Juru bicara AMD mengatakan kepada The Verge, bahwa Xbox Series X yang ditunjukkan dalam presentasi ternyata menggunakan 3D model buatan pihak ketiga dari website  TurboSquid. Jadi, akankah Xbox Series X menyajikan port colokan yang lengkap? Atau mengikuti jalan Apple yang punya hobi menghilangkan port colokan esensial?

Baca juga pengalaman tim redaksi kami menjajal prosesor AMD Ryzen 9 3900X.

AMD memberikan pengumuman yang cukup menjanjikan di tahun 2020. Akankah laptop dengan prosesor AMD jadi lebih menjanjikan daripada laptop dengan prosesor Intel di tahun 2020 ini?

Series X Hanyalah Nama Model, Console Next-Gen Microsoft Cukup Disebut Xbox

Salah satu kejutan terbesar di acara The Game Awards 2019 minggu kemarin ialah pengumuman resmi console next-gen Microsoft. Sang produsen menamainya Xbox Series X, memperkenalkannya secara kasual sembari memperlihatkan wujudnya. Hilang sudah desain pipih yang biasanya lekat dengan produk home console. Xbox Series X lebih menyerupai PC small form ala Corsair One.

Setelah melepas Xbox One X – versi lebih canggih dari console current-gen Microsoft – penamaan Series X terasa membingungkan. Mengapa Microsoft tampak terobsesi dengan huruf X? Nyatanya bukan begitu. Kepada Business Insider, seorang perwakilan Microsoft menyampaikan bahwa kita cukup menyebut produk anyar mereka ‘Xbox’, tak berbeda dari perangkat gaming perdana yang perusahaan luncurkan 18 tahun silam.

Langkah ini pada dasarnya merupakan re-branding terhadap lini produk, membuatnya jadi terdengar lebih sederhana, sekaligus menggarisbawahi niatan tim Xbox ke depan. Sang perwakilan Microsoft mengonfirmasi agenda untuk menambah jumlah model console next-gen, seperti yang mereka sudah lakukan di generasi ini lewat Xbox One X, One S dan Xbox One S All Digital. Betul sekali, Series X hanyalah satu dari varian yang Microsoft tengah siapkan.

Khusus untuk Series X, Microsoft menjanjikan kemampuan olah data empat kali lipat dibanding Xbox One X. Berbekal teknologi baru AMD, console next-gen tersebut kabarnya sanggup menghidangkan game di setup 4K 60fps, atau jika Anda menginginkannya, menikmati permainan di resolusi 8K atau di refresh rate 120Hz. Kapabilitas ray tracing (yang belakangan dipopulerkan Nvidia lewat GPU RTX) katanya juga hadir di sana.

Banyak orang menduga, sulit bagi Microsoft untuk membanderol Xbox Series X di harga yang terjangkau. 4K 60fps saat ini masih menjadi standar ‘mewah’ bagi mayoritas gamer dan hanya dapat diakses oleh sebagian kecil pemain PC. Melihat dari perspektif console, produsen biasanya tidak mengambil untung besar dari penjualan hardware. Sebagai perbandingan, di PC, setting 4K 60fps di game-game baru menuntut modal ribuan dolar. Itu berarti, Microsoft memerlukan tipe dasar dengan harga yang lebih merakyat sebagai tulang punggung penjualan.

Di bulan Juli 2018, Thurrott sempat melaporkan bahwa setidaknya Microsoft sudah menyiapkan dua tipe hardware untuk console next-gen mereka: satu model disajikan secara tradisional (waktu itu disebut Scarlett), kemudian alternatifnya adalah Scarlett Cloud yang mengusung metode streaming – disuguhkan lewat set-top box dan ditopang oleh teknologi cloud serta data center Microsoft.

Namun selain Xbox Series X, belum ada lagi varian Xbox next-gen yang Microsoft umumkan. Perwakilan Microsoft bilang, “Kami sangat bersemangat untuk memperlihat pada gamer seperti apa pengalaman gaming di masa depan lewat Xbox Series X. Tapi untuk sementara ini, tidak ada lagi yang bisa kami ungkap.”

Xbox Series X Resmi Diperkenalkan, Gap Performa Antara Console dan PC Terus Menyempit

Ajang The Game Awards 2019 baru-baru ini Microsoft manfaatkan untuk memperkenalkan gaming PC, eh maksud saya gaming console anyar. Mengusung nama resmi Xbox Series X, wujudnya yang berupa balok vertikal langsung mengingatkan saya pada gaming PC macam Corsair One, namun yang lebih penting adalah bagaimana ia dirancang untuk menawarkan performa maksimal tanpa dihantui masalah keterbatasan ruang.

Premis ini jelas bertentangan dengan Xbox One S, yang pada dasarnya didesain seringkas mungkin selagi menawarkan performa yang mumpuni. Kendati demikian, definisi kata “mumpuni” di sini pada kenyataannya masih jauh dari yang biasa gamer dapatkan dari sebuah PC kelas mainstream.

Xbox Series X tidaklah demikian. Berbekal prosesor dengan arsitektur Zen 2 dan GPU bikinan AMD, Series X siap menyuguhkan permainan dalam resolusi 4K 60 fps secara konsisten, dan ini rupanya masih jauh dari batas performa maksimum yang diharapkan.

Microsoft bilang Series X punya hardware yang cukup kuat untuk menyajikan output resolusi 8K, atau yang mengemas refresh rate 120 Hz. Teknologi grafis macam ray tracing yang sedang hangat di ranah PC gaming juga bakal direalisasikan ke segmen console oleh perangkat ini.

Dibandingkan generasi sebelumnya, Xbox One X, upgrade performa yang Series X tawarkan sangatlah signifikan. Microsoft menyebut Series X punya kinerja CPU empat kali lebih cepat, sedangkan kinerja GPU-nya dua kali lebih kencang. Penggunaan SSD tipe NVMe juga diharapkan bisa mengeliminasi proses loading berkepanjangan seperti yang dialami console generasi sebelumnya.

Dari segi konten, Microsoft juga sudah menugaskan 15 tim developer di bawah naungannya untuk mengembangkan game buat Series X. Dua yang sudah dikonfirmasi adalah Halo Infinite dan sekuel dari Hellblade. Backward compatibility pun turut menjadi salah satu penawaran Series X, baik untuk game maupun aksesori.

Xbox Series X Controller

Bicara soal aksesori, setiap unit Series X akan datang bersama Xbox Wireless Controller generasi baru yang dimensinya sedikit lebih ringkas, serta mengemas D-Pad model hybrid ala Xbox Elite Wireless Controller. Juga unik adalah kehadiran tombol “Share” untuk memudahkan pemain mengambil screenshot atau merekam klip video dan membagikannya ke publik.

Kalau melihat janji-janji yang ditawarkan, saya pribadi tidak keberatan dengan fakta bahwa Series X begitu mirip dengan PC. Desain industrial seperti ini juga membantu perangkat bekerja dengan suara yang minim dan sirkulasi udara yang maksimal. Andai diperlukan, Series X juga bisa diposisikan secara horizontal.

Lalu mengapa saya harus membeli Xbox Series X ketimbang PC, apalagi mengingat belakangan ini Microsoft mulai ‘melunak’ perihal eksklusivitas game untuk platform-nya? Jawabannya, dan ini dari pandangan saya sebagai gamer PC, adalah faktor kepraktisan. PC memang lebih multi-fungsi, namun terkadang ini justru bisa membuat kewalahan para pengguna awam.

Sebaliknya, Xbox dan consoleconsole lainnya dari awal sudah diciptakan murni untuk urusan gaming. Sesaat setelah perangkat dinyalakan, kita langsung dihadapkan dengan UI yang siap membawa kita masuk langsung ke dalam game yang hendak dimainkan. Kemudahan seperti inilah yang menurut saya tak akan bisa kita dapatkan dari PC, bahkan meski PC-nya sudah kita tempatkan di sebelah TV di ruang tamu sekalipun.

Kapan Xbox Series X bakal dipasarkan? Musim liburan tahun depan kata Microsoft. Harganya masih belum diketahui, tapi saya yakin tidak akan di bawah $500, sebab itu merupakan banderol harga Xbox One X saat ini. Mahal? Jelas, tapi di saat yang sama harga PC dengan spesifikasi yang mampu menjalankan game dalam resolusi 4K 60 fps juga jauh dari kata murah.

Sumber: Microsoft dan GameSpot.