3 Cara Mudah Cek Nomor XL

Nomor ponsel merupakan salah satu hal penting yang harus diingat. Biasanya, nomor ponsel digunakan pada saat kamu ingin melakukan pengisian pulsa atau pembelian kuota. Nah, karena hal ini, tidak jarang kamu melupakan nomor ponselmu sendiri.

Kalau kamu pengguna provider XL, kamu bisa melakukan cara berikut ini untuk mengetahui nomor ponsel XLmu.

Cara Cek Nomor XL

Ada tiga cara yang bisa kamu lakukan untuk mengetahui nomor ponsel XL. Berikut caranya.

Melalui Kode USSD

Cara pertama untuk mengetahui nomor XL sendiri, kamu bisa menggunakan kode USSD. Berikut langkah-langkahnya.

  1. Masuk ke menu Telepon pada ponselmu.
  2. Tekan *123*7*1*2# lalu klik ikon Panggil.
  3. Setelah layar pop up muncul, ketik 1 kemudian kirim.
  4. Pilih Info Nomor dengan cara klik 1 kemudian kirim.
  5. Selesai, informasi mengenai nomor XLmu akan muncul.

Melalui Aplikasi MyXL

Cara kedua, kamu bisa menggunakan aplikasi resmi XL yaitu MyXL. Aplikasi MyXL bisa kamu unduh secara gratis melalui Google PlayStore. Berikut langkah-langkahnya.

  1. Unduh aplikasi MyXL terlebih dahulu melalui Google PlayStore.
  2. Log in akun dengan cara mengisi informasi yang dibutuhkan.
  3. Kalau sudah berhasil, pada halaman utama akan terlihat informasi mengenai nomor XL.

Melalui Customer Service

Cara terakhir yang bisa kamu lakukan, kamu bisa menghubungi customer service XL langsung untuk mengetahui nomor XL. Berikut langkah-langkahnya.

  1. Pilih menu Panggilan pada ponselmu.
  2. Klik angka 817 atau 818 untuk menghubungi customer service.
  3. Klik ikon panggilan.
  4. Ikuti arahan customer service dengan cara klik nomor tertentu hingga kamu diinformasikan nomor telepon XLmu.

Nah, berikut artikel tiga cara mengetahui nomor XL sendiri. Kalau bisa kamu mengingat tiga cara ini ya, jadi kalau kamu lupa cukup ulangi cara di atas. Semoga artikelnya bermanfaat, ya!

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

4 Cara Cek Kuota XL Paling Mudah

Mengecek kuota secara berkala membantu kita untuk dapat mengontrol data yang kita gunakan, tak terkecuali pengguna kartu XL. Selain itu, menghindari kejadian-kejadian yang tidak di inginkan seperti ketika sedang asik melakukan suatu kegiatan yang mengharuskan menggunakan kuota, juga untuk memastikan penggunaan kuota tidak berlebihan.

Continue reading 4 Cara Cek Kuota XL Paling Mudah

XL Axiata to Shut Down XL Tunai E-Money Service

XL Axiata (XL) cellular operator is to shut down XL Tunai e-money service after eight years of operation. This decision was taken as the difficulty to grow amid intense competition with other digital wallet players.

Regarding the shutdown, XL has conducted socialization with its customers via SMS. The written statement: “Dear Customer, your XL Tunai service will be terminated on 28/02/2020 due to your balance at Rp 0”.

Furthermore, another SMS stated: “Dear Customer, we are to re-inform you that XL Tunai-in balance / cash-in has been closed as of 12/02/2020. Your balance can still be used for transactions through *808#”.

A familiar source told DailySocial, XL Axiata’s CEO Dian Siswarini said that the service termination referred to the termination for balance top-up or cash in.

“Termination balance top-up is to stop money circulation. We really plan to shut down XL Tunai, but it can’t just be, because we have to get approval from Bank Indonesia (BI) as the issuer,” Dian said.

There are no further details regarding this shutdown. Dian said that she was still discussing with BI regarding the mechanism of closing its services.

XL Tunai was launched in 2012 and currently has 2 million users. Just like other e-money services, XL Tunai can be used to send and receive funds, pay bills, and buy tickets.

Challenging not to be agnostic

One of the biggest challenges for operators in the e-money business today was to shift banking domination. It’s getting harder when GoPay, OVO, and solutions from digital services increasingly exist.

Operators are considered to have failed to boost the users’ growth and e-money transactions due to a lack of merchant inclusiveness and ecosystem. The market share is limited to only customers.

Of the total 56 million XL customers, only 2 million are using XL Tunai. Telkomsel, with the largest customer base of 167 million, only acquired 20 million users – only half of them are active in transactions.

It’s a strategic step when T-cash decided to become an agnostic e-money platform at the end of 2018. It’s intended to become a platform that is free to use by anyone, without having to be a Telkomsel customer. T-cash and server-based e-money services run by state-owned banks have now merged into LinkAja.

Based on the 2019 Fintech Report, GoPay is currently the most used digital wallet of 83.3 percent, followed by OVO (81.4%), DANA (68.2%), and LinkAja (53%).

The fall of cellular operator’s digital business

Since 2018, XL Tunai operations have been transferred to its parent company, Axiata Digital Services. According to the latest news, the transfer was made so that XL could focus on its main business as telecommunications provider.

This is actually a strategy to remain efficient as a group, especially after XL failed to build Elevenia as an e-commerce joint venture with SK Planet. In the end, all of the blue operators’ digital businesses were left entirely to Axiata Group.

“We do not plan to substitute XL Tunai with a similar new service. The new plan [digital business] is actually there, but now it is handled in groups by the holding company,” he explained.

XL is not the only one failed to build a digital business. Indosat Ooredoo experienced the same failure. The company launched Dompetku to be merged into PayPro in the midst of 2017, also closed the Cipika marketplace because it did not want to keep burning money.

Reflecting on the issue above, telecommunications operators actually have a great opportunity to create new revenue from digital business. Operators have a large customer base and extensive network infrastructure. Its position as a telecommunications operator is advantageous because it must stay ahead of technological developments.

On the other hand, operators should move quickly in the face of competition with Over-The-Top (OTT) players. The growth of the telecommunications industry continues to fall and the cellular business is no longer expected. In other words, they must maintain profitability while continuing to build networks.

Although starting to refocus on the cellular as its core business, telecommunications operators still need to prepare themselves for the next 5-10 years to face the digitalization era.

What should be sought together is how the telecommunications industry finds the right business models and strategies in running digital businesses in the future, including finding capable talents to develop digital businesses.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

XL Axiata Segera Tutup Layanan Uang Elektronik XL Tunai

Operator seluler XL Axiata (XL) segera menutup layanan e-money XL Tunai setelah delapan tahun beroperasi. Penutupan ini menyusul semakin sulitnya ruang untuk bertumbuh di tengah ketatnya persaingan dengan pemain dompet digital.

Mengenai penutupan layanan ini, XL sudah melakukan sosialisasi kepada pelanggannya melalui SMS. Isinya tertulis: “Pelanggan Yth, layanan XL Tunai Anda akan dihentikan pada 28/02/2020 karena saldo Anda Rp0”.

Kemudian, SMS lainnya berisi: “Pelanggan Yth, kami infokan kembali bahwa pengisian saldo/cashin-in XL Tunai telah ditutup per 12/02/2020. Saldo Anda masih bisa dipakai untuk transaksi di *808#”.

Dari informasi yang diterima DailySocial, CEO XL Axiata Dian Siswarini menyebutkan penghentian layanan dimaksud saat ini adalah penghentian untuk pengisian saldo atau cash in.

“Penghentian isi saldo ini supaya tidak ada uang beredar lagi. Kita memang berencana menutup XL Tunai, tapi tidak bisa begitu saja karena harus dapat approval dari Bank Indonesia (BI) selaku pemberi lisensi,” ujar Dian.

Belum ada rincian lebih lanjut mengenai rencana penutupan ini. Dian menambahkan bahwa pihaknya masih berdiskusi dengan BI terkait mekanisme penutupan layanannya.

XL Tunai diluncurkan pada 2012 dan saat ini memiliki 2 juta pengguna. Sama seperti layanan e-money lainnya, XL Tunai dapat digunakan untuk mengirim dan menerima dana, membayar tagihan, hingga membeli tiket.

Sulit jika tidak agnostik

Salah satu tantangan terbesar operator di bisnis e-money saat itu adalah menggeser dominasi perbankan. Semakin berat kala GoPay, OVO, dan solusi dari layanan digital makin exist.

Operator dianggap gagal mendongkrak pertumbuhan pengguna dan transaksi e-money miliknya karena kurangnya inklusivitas dan ekosistem merchant. Pangsa pasarnya hanya terbatas pada orang yang menjadi pelanggannya saja.

XL punya 56 juta pelanggan, tapi cuma 2 juta yang memakai XL Tunai. Telkomsel sendiri, dengan basis pelanggan terbesar sebanyak 167 juta, cuma mengantongi 20 juta pengguna–itupun hanya setengahnya yang aktif bertransaksi.

Sebuah langkah yang tepat ketika T-cash memutuskan untuk menjadi platform e-money yang agnostik di akhir 2018. Agnostik yang dimaksud adalah menjadi platform yang bebas dipakai oleh siapapun, tanpa perlu jadi pelanggan Telkomsel. T-cash dan layanan e-money berbasis server milik bank-bank pelat merah kini melebur menjadi LinkAja.

Berdasarkan Fintech Report 2019, saat ini GoPay menjadi digital wallet paling banyak dipakai sebesar 83,3 persen, diikuti OVO (81,4%), DANA (68,2%), dan LinkAja (53%).

Keruntuhan bisnis digital operator seluler

Sejak tahun 2018, operasional XL Tunai telah dialihkan ke induk usahanya, yaitu Axiata Digital Services. Menurut pemberitaan terakhir, pengalihan ini dilakukan agar XL bisa fokus di bisnis utamanya sebagai penyelenggara telekomunikasi.

Pengalihan ini sebetulnya adalah strategi untuk tetap efisien secara grup, terutama pasca kegagalan XL membangun bisnis patungan e-commerce Elevenia bersama SK Planet. Pada akhirnya, seluruh bisnis digital operator biru ini diserahkan sepenuhnya kepada Axiata Group.

“Kami belum berencana untuk menyubstitusi XL Tunai dengan layanan baru yang serupa. Plan baru [bisnis digital] sebetulnya masih ada, tapi sekarang ditangani secara grup oleh induk usaha,” paparnya.

Tak cuma XL yang gagal membangun bisnis digital. Indosat Ooredoo juga punya pengalaman yang sama. Perusahaan melepas bisnis Dompetku untuk dilebur menjadi PayPro di paruh 2017, lalu menutup marketplace Cipika karena tak ingin terus-terusan “bakar uang”.

Berkaca dari hal di atas, operator telekomunikasi sebetulnya punya peluang besar untuk menciptakan pendapatan baru dari bisnis digital. Operator punya basis pelanggan yang besar dan infrastruktur jaringan yang luas. Posisinya sebagai operator telekomunikasi menguntungkan karena mereka harus tetap terdepan terhadap perkembangan teknologi.

Di sisi lain, operator harus bergerak cepat dalam menghadapi persaingan dengan pemain Over-The-Top (OTT). Pertumbuhan industri telekomunikasi terus tergerus dan bisnis seluler tidak lagi selamanya diharapkan. Dengan kata lain, mereka harus menjaga profitabilitas sambil terus membangun jaringan.

Meski mulai kembali fokus ke bisnis seluler sebagai bisnis utamanya, tetap saja operator telekomunikasi perlu mempersiapkan diri 5-10 tahun mendatang dalam menghadapi era digitalisasi.

Yang perlu dicari bersama adalah bagaimana industri telekomunikasi menemukan model bisnis dan strategi yang tepat dalam menjalankan bisnis digital di masa depan, termasuk menemukan talenta yang mampu mengembangkan bisnis digital.

XL Media Gathering 2019: Sediakan Aplikasi untuk Nelayan dan Update 4G LTE

Seperti biasa, XL selalu mengadakan kumpul-kumpul bersama para wartawan di setiap tahunnya. Pada kali ini, XL mengajak para jurnalis ke Banyuwangi untuk sekaligus memperkenalkan kebudayaan dan pariwisata dari daerah tersebut. Acara tersebut diadakan pada tanggal 4-6 April 2019.

Banyuwangi dipilih oleh XL karena di sana merupakan tempat penghasil ikan terbaik di pulau Jawa. Selain itu, sejak dua tahun terakhir ini Banyuwangi sangat menarik minat para wisatawan. XL pun ingin memperkenalkan Banyuwangi pada para wisatawan agar dapat meningkatkan pariwisata dari daerah tersebut.

XL Laut Nusantara

Acara XL Media Gathering 2019 ini pun diikuti oleh lebih dari 30 media. Dalam acara kali ini, XL langsung membawa para jurnalis ke sebuah desa bernama Mandar untuk mengumumkan aplikasi terbaru yang dikembangkan oleh XL Axiata, Laut Nusantara.

Laut Nusantara dikembangkan oleh XL untuk membantu para nelayan, khususnya mereka yang berada di kampung Mandar, dalam menangkap ikan. Aplikasi ini akan memberitahukan para nelayan keberadaan ikan, sehingga nelayan tidak lagi kesulitan dalam mencarinya. Pihak XL juga menyebut bahwa dengan menggunakan aplikasi ini, nelayan tidak lagi “mencari ikan” tetapi tinggal “menangkap ikan”.

XL NElayan

Keberadaan ikan ini sendiri dilacak melalui Balai Riset dan Observasi Laut pada Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melalui jalur khusus atau tunnelling. Semua informasi kelautan yang terdapat dalam Aplikasi Laut Nusantara ini didapat secara langsung dari stasiun bumi Balai Riset dan Observasi Laut, sehingga cukup akurat.

XL pun memberikan pelatihan dan juga memberikan smartphone Xtream kepada para nelayan. Para nelayan pun juga merasa sangat terbantu dengan adanya aplikasi yang satu ini. Bapak Rachmat, salah satu nelayan di kampung Mandar, mengatakan bahwa setiap kali menggunakan aplikasi ini, beliau selalu mendapatkan ikan lebih banyak dari biasanya hanya bermodalkan aplikasi dan smartphone ber-GPS.

XL- Nelayan

Saat dikonfirmasi, informasi kelautan dari Balai Riset dan Observasi Laut didapatkan langsung melalui satelit. Oleh karena itu, mereka mengklaim bahwa keakuratan data yang mereka dapat sangat tinggi berkat informasi dari satelit tersebut. Selain nelayan, mereka yang memiliki hobi memancing juga dapat menggunakan aplikasi ini.

Acara kemudian berpindah ke Ballroom Hotel Dialoog Banyuwangi. Pada kesempatan kali ini, XL memaparkan peningkatan pertumbuhan yang mereka dapatkan selama tahun 2017-2019.

XL - QnA

Hingga akhir tahun 2018 lalu, kontribusi pendapatan data terhadap total pendapatan layanan telah mencapai 82%, meningkat dari 69% ditahun 2017. Pencapaian tersebut berhasil mendorong peningkatan EBITDA tahun 2018 sebesar 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja XL Axiata di tahun 2018 tersebut secara rata-rata telah mengungguli para kompetitor, baik untuk pertumbuhan revenue maupun pertumbuhan EBITDA. Hingga akhir tahun pendapatan XL Axiata diharapkan bisa ditingkatkan minimal selaras bahkan di atas rata-rata industri.

Pihak XL juga menyebut 3 hal utama yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2019 ini. Pertama, terus membangun jaringan secara agresif di berbagai wilayah di luar Jawa. Perluasan jaringan ini termasuk mencakup wilayah yang secara geografis sebagai pelosok dan terluar dengan memanfaatkan jaringan Palapa Ring Barat dan Timur.

Kedua, dari sisi produk, XL Axiata akan terus menghadirkan layanan-layanan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen. Strategi yang sama dengan tahun lalu, yaitu dual brand XL dan AXIS pada layanan prabayar, serta XL Prioritas untuk pascabayar, akan terus ditingkatkan manfaatnya dengan menyesuaikan pada selera dan trend digital terkini dari masing-masing segmen.

Ketiga, melanjutkan inovasi bisnis untuk memperkuat pijakan di masa depan. Inovasi bisnis ini berupa pencipaan layanan-layanan baru yang saat ini masih di luar bisnis utama namun yang memiliki peluang besar di masa mendatang. Termasuk pada kategori ini, sekarang XL Axiata sudah memiliki antara lain layanan yang berbasis pada jaringan fiber, yaitu XL Home dan layanan bagi pelanggan korporasi XL Business Solutions. Untuk mendukung layanan-layanan tersebut, XL Axiata juga akan melanjutkan upaya fiberisasi jaringan. Termasuk dalam upaya ini adalah pengembangan layanan Internet of Thing (IoT).

XL - Kupang

Guna mendorong pertumbuhan layanan data di tahun 2019 ini, XL Axiata akan meningkatkan lagi tingkat penetrasi smartphone. Pada akhir tahun lalu, tingkat penetrasi telah mencapai 80% dari pelanggan, dan diharapkan hingga akhir tahun 2019 ini bisa terus meningkatkan lagi. XL Axiata akan berfokus mengakuisisi pelanggan smartphone yang merupakan heavy user layanan data, khususnya layanan data 4G. Dengan demikian, trafik data akan bisa terdorong kuat yang didukung oleh pertumbuhan trafik 4G.

Pada kesempatan yang sama, Yessie D. Yosetya selaku Chief Technology Officer XL Axiata mengatakan bahwa XL akan secara pelan-pelan mematikan jaringan 2G. Oleh karenanya, dalam dua sampai tiga tahun ke depan, jaringan 2G bakal dialihkan ke jaringan 4G.

Hal tersebut dilakukan dengan cara mematikan jaringan 2G pada daerah-daerah yang sudah rendah pemakaiannya. Setelah jaringan tersebut dimatikan, XL akan lebih leluasa untuk melakukan refarming jaringan. Hal tersebut tentu akan berimbas pada kecepatan dari jaringan 4G.

Dengan penutupan jaringan 2G tersebut, XL pun bisa lebih berhemat lagi. Direktur Keuangan XL Axiata, Mohamed Adlan Bin Ahmad Tajudin mengatakan bahwa jaringan 2G merupakan teknologi lama. Hal tersebut tentu saja berimbas pada daya yang digunakan lebih besar dari teknologi yang baru. Dengan penutupan ini dan dialihkan ke jaringan 4G, daya yang digunakan tentu lebih kecil.

Ketersediaan jaringan pada jaringan MRT juga menjadi pertanyaan yang banyak diajukan oleh wartawan. Menurut Yessie, XL sampai saat ini masih melakukan negosiasi untuk dapat memancarkan sinyal sepanjang terowongan MRT. XL pun meminta agar diadakannya aturan khusus untuk penyediaan layanan di ruang publik, sehingga kedepannya kejadian yang sama tidak akan terulang kembali.

Setelah pernyataan tersebut, XL pun mengakhiri acara Question and Answer pada hari pertama. XL pun juga berjanji akan mengadakan acara temu wartawan pada saat ada update-update terbaru mengenai jaringan XL. Oleh karena itu, mari kita tunggu saja pengumuman selanjutnya.

Nintendo Umumkan Console Handheld Baru, Nintendo 2DS XL

Nintendo ialah satu dari sedikit perusahaan hiburan yang masih percaya diri pada konsep console portable di tengah gempuran perangkat bergerak. Belakangan, mereka harus beradaptasi menghadapi perubahan dengan turut melangkah ke ranah itu. Namun meski resmi bermain di segmen game mobile, tak berarti Nintendo berniat melepas dominasi mereka di handheld.

Setelah me-refresh 3DS kira-kira tiga tahun silam, kali ini giliran 2DS yang memperoleh upgrade. 2DS adalah versi entry-level dari 3DS, minus kemampuan 3D stereoscopic. Walaupun dipuji karena harganya lebih murah, 2DS mendapatkan banyak kritik, terutama terkait buruknya desain, kualitas suara, serta lemahnya daya tahan baterai. Mungkin hal ini memotivasi Nintendo buat meramu varian terbarunya, 2DS XL.

Nintendo 2DS XL 4

Di tanggal 27 April 2017 kemarin, Nintendo menyingkap agenda untuk meluncurkan versi lebih canggih dari 2DS: 2DS XL. Ia merupakan anggota ketiga keluarga sistem permainan handheld Nintendo, mengisi celah antara 2DS standar dan 3DS XL. Pelepasan Nintendo 2DS XL akan dibarengi bersama perilisan dua permainan blockbuster baru, yakni Hey! Pikmin and Miitopia.

Nintendo 2DS XL 1

“Tambahan baru di lineup hardware portable Nintendo menunjukkan komitmen kami di pasar handheld,” tutur Reggie Fils-Aime selaku presiden Nintendo Amerika di rilis pers. “Nintendo 2DS XL menyajikan desain clamshell yang cantik serta menawarkan keseimbangan terbaik antara harga dan performa.”

Berbeda dari 2DS dengan rancangannya yang buruk rupa, desain New Nintendo 2DS XL lebih menyerupai 3DS. Ia menyuguhkan dua layar di tiap komponen, tersambung via engsel, dengan bagian atas lebih besar dari bawah. Dibanding 2DS, panel di 2DS XL lebih luas 82 persen dan bobotnya juga lebih ringan.

Nintendo 2DS XL 2

Layout-nya juga hampir identik seperti varian 3D: D-pad, thumb stick dan tombol home berada di jangkauan jempol kiri; lalu action button beserta tombol start dan select ada di kanan. Nintendo juga membubuhkan dua pasang tombol di belakang buat mengendalikan kamera serta sebagai input tambahan.

Nintendo 2DS XL 3

2DS XL juga memperoleh upgrade komponen, kini jadi lebih bertenaga. Ia kompatibel ke Amiibo, caranya cukup dengan men-tap figure tersebut di layar bawah. Dan berbeda dari Switch, 2DS XL didukung fitur backward compatibility, yang berarti tetap bisa menjalankan permainan-permainan lawas.

Nintendo 2DS XL rencananya akan dirilis pada tanggal 28 Juli nanti di kawasan Amerika Serikat. Produk dijajakan seharga US$ 150.

Via Nintendo Wire. Sumber: Nintendo.

XL Hadirkan Aplikasi LISA untuk Dukung Komunikasi dalam Perusahaan

XL kembali membidik layanan korporasi dan UKM dengan layanan baru mereka LISA (Lihat & Sapa). Aplikasi ini menjadi pelengkap layanan XL sebelumnya yakni layanan XL Go dan XL Biz yang berbasis Mobile BroadBand (MBB). XL LISA sendiri disebut bisa memudahkan karyawan korporasi untuk melakukan kolaborasi dan pertemuan atau rapat secara online.

Chief of Digital Services XL Joseph Lumban Gaol dalam rilisnya mengatakan bahwa saat ini peran komunikasi begitu vital dalam segala aspek bisnis, terlebih di era yang serba digital seperti sekarang ini. Tak terkecuali bagi bisnis yang ingin terus berkembang. Untuk memenuhi kebutuhan akan komunikasi yang tinggi misalnya untuk rapat secara online, koordinasi, dan tindakan lainnya  XL menghadirkan XL LISA.

“Tantangan UKM di masa sekarang semakin beragam. Terutama di era digital, di mana persaingan datang dari segala penjuru dalam dan luar negeri. Fitur aplikasi LISA yang XL kembangkan ditujukan untuk mempermudah kalangan usaha kecil menengah (UKM) dan juga korporasi dalam menghadapi semua tantangan bisnis tersebut. Aplikasi LISA memungkinkan pengguna untuk dapat melakukan kolaborasi dan meeting secara online dan realtime yang dapat dipergunakan oleh pengguna dalam mendukung bisnis sehari-harinya,” imbuh Joseph.

LISA sendiri merupakan sebuah aplikasi komunikasi dalam jaringan privat atau internal perusahaan. Aplikasi ini didesain agar pengguna dapat berbisnis dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Fitur-fitur yang ada di dalamnya memang disiapkan untuk memudahkan komunikasi dan kolaborasi antar pengguna seperti mengirim dokumen, berkomunikasi, video meeting, dan juga dilengkapi degan standar keamanan yang tinggi.

Aplikasi LISA bisa digunakan atau dipasang di PC atau laptop. Selanjutnya pengguna bisa mengakses layanan dengan menggunakan username dan password untuk otentikasi. Untuk tarif XL menerapkan tarif sesuai dengan lisensi pengguna yang digunakan tiap bulannya. Skema bisnis yang fleksibel ini diharapkan bisa memudahkan dan tidak membebani biaya operasional pengguna.

XL Axiata Masih Bukukan Kondisi Keuangan Positif di Q1 2016

PT XL Axiata Tbk (XL) hari ini secara resmi mengumumkan audit kinerja keuangan perusahaan untuk periode kuartal pertama tahun 2016. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa XL berhasil meraih pertumbuhan pendapatan sebesar 2% YoY selama kuartal pertama tahun 2016. Dalam laporan tersebut juga diketahui bahwa banyaknya pengguna smartphone berhasil mendongkrak mendongkrak penetrasi layanan data perusahaan yang dipimpin Dian Siswarini tersebut.

Dalam rilisnya Dian menyatakan bahwa XL telah membuat pencapaian awal yang menjanjikan melalui peningkatan dalam berbagai kegiatan operasional yang berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan. Ia juga berharap pencapaian ini menjadi momentum untuk XL untuk terus melanjutkan agenda transformasi perusahaan.

Mulai banyaknya smartphone yang mendukung jaringan 4G LTE dan juga jangkauan jaringan yang mulai meluas berimbas pada peningkatan trafik layanan data di XL. Tercatat trafik layanan data tumbuh hingga 94% YoY dengan total penggunaan layanan data mencapai 22.8 juta atau 54% dari total jumlah pelanggan XL.

XL juga mencatat pengguna smartphone mengalami pertumbuhan sebesar 19% YoY atau mencapai 20,5 juta pengguna. Perumbuhan pengguna smartphone juga memiliki pengaruh pada presentasi pertumbuhan layanan XL data yang mencapai 48% dari total presentasi.

Untuk laba periode kuartal pertama 2016 XL mencatat laba bersih sebesar Rp 20 miliar dengan adanya penguatan nilai Rupiah terhadap US Dollar. XL juga disebutkan telah berhasil untuk meneruskan rangkaian program inisiatif “Balance Sheet Management” (Pengelolaan Neraca Keuangan) guna mengurangi dampak fluktuasi nilai mata uang asing (Forex).

Tahun ini merupakan tahun kedua bagi XL melakukan Transformasi “3R – Revamp, Rise & Reinvent”, agenda yang sudah dilakukan sejak awal tahun 2015.  Agenda Transformasi tersebut terdiri dari: Revamp (Mengubah) –mengubah model bisnis pencapaian pelanggan (dari ‘volume’ menjadi ‘value’) disertai strategi distribusi serta perbaikan portofolio produk untuk meningkatkan pendapatan. Rise (Meningkatkan) – meningkatkan nilai brand XL dan menggunakan strategi dual-brand dengan AXIS untuk menyasar berbagai segmen pasar yang berbeda. Reinvent (Menemukan kembali) – menumbuhkan berbagai inovasi bisnis melampaui model bisnis yang digunakan saat ini.

XL Luncurkan INFINET, Layanan Broadband Berbasis 4G/LTE yang Menyasar UMKM

XL Axiata kembali menghadirkan sebuah produk yang menyasar sektor Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM). Layanan yang diperkenalkan dengan nama XL INFINET ini merupakan layanan broadband 4G/LTE yang dipaketkan dengan domain, website, email korporat, dan beragam aplikasi untuk keperluan bisnis.

Chief Digital Service Office XL Ongki Kurniawan dalam keterangan persnya mengatakan layanan INFINET ini merupakan salah satu bentuk komitmen XL untuk dapat membantu kebutuhan para pelaku bisnis UKM dalam mengembangkan bisnisnya melalui ketersediaan akses internet mobile bekercepatan tinggi (4G/LTE) dengan kuota yang melimpah.

“Akses Internet cepat mobile yang dapat digunakan secara bersama-sama di kantor atau di suatu lokasi tertentu dan disertai dengan kuota yang besar, dan harga terjangkau tentunya sangat dibutuhkan para pelaku bisnis UMKM, karena dapat meningkatkan efisiensi bisnis yang dilakukan. Dan dengan efisiensi pula, maka bisnisnya bisa lebih berpeluang untuk semakin berkembang,” terang Ongki.

Ongki lebih lanjut juga menjelaskan bahwa INFINET ini merupakan solusi yang melengkapi solusi yang khusus dipersiapkan untuk UKM yang sebelumnya sudah dibangun melalu platform Digibiz. Untuk tahap awal XL akan mencoba untuk memperkenalkan layanan INFINET ini secara terbatas dan membuka pemesanan (pre-order). Ongki juga yakin bahwa INFINET ini akan mendapatkan respon positif dari pelaku bisnis.

Selain paket internet broadband 4G/LTE layanan ini juga dipaketkan dengan layanan penunjang bisnis lainnya seperti domain, website, email korporat dan aplikasi bisnis lainnya.

“Jadi, dengan membeli layanan ini, pelanggan akan mendapatkan paket solusi yang di dalamnya sudah termasuk mendapatkan domain di internet, website yang didesain sesuai kebutuhan usaha pelanggan, juga email perusahaan dan aplikasi bisnis yang diperlukan,” ungkap Ongki.