ASUS Menghadirkan Vivobook Pro 14x, 14, dan 15 di Indonesia: Inovatif dengan DialPad

Penghujung tahun merupakan sebuah momen tepat bagi para produsen untuk mengeluarkan produknya. Kali ini, ASUS Indonesia bakal meluncurkan 3 buah laptop untuk para content creator. Ketiga laptop yang bakal diluncurkan di Indonesia adalah ASUS Vivobook Pro 14x, 14, dan 15. Sayangnya, pada sneak peek yang dilakukan ASUS pada tanggal 13 Desember 2021 bertempat di Ballroom Hotel Akmani tersebut tidak menghadirkan VivoBook Pro 15.

ASUS sendiri pada kuartal ketiga tahun 2021 berhasil meraih peringkat pertama untuk marketshare di Indonesia dengan 33%. Perusahaan asal Taiwan ini juga mengeluarkan laptop baru Zenbook untuk kelas premium dan Vivobook untuk kelas mainstream pada kuartal ke 4 tahun 2021. Kedua laptop ini sudah dilengkapi dengan layar OLED buatan Samsung.

“ASUS mendengar permintaan para kreator, khususnya kreator muda yang membutuhkan laptop powerful untuk kegiatan kreatif, memiliki layar dengan kualitas visual terbaik, serta dirancang khusus untuk berkarya. VivoBook Pro 14X OLED (N7400) adalah jawaban dari ASUS atas permintaan tersebut,” ujar Jimmy Lin, ASUS Regional Director Southeast Asia. “VivoBook Pro 14X OLED (N7400) lebih dari sekadar laptop yang powerful. Laptop ini adalah senjata andalan para kreator dengan fitur lengkap untuk menciptakan sebuah karya.”

ASUS Vivobook Pro 14x dan `14 memiliki desain serta spesifikasi yang sama. Perbedaannya, ASUS Vivobook Pro 14x memiliki feature yang bernama ASUS DialPad. DialPad ini sendiri akan memunculkan sebuah dial yang berfungsi untuk menaikkan serta menurunkan fungsi-fungsi editing seperti pada Premier Pro maupun Photoshop dengan cara memutarnya di touchpad. Saat saya coba untuk pertama kali, ternyata fungsi dial ini cukup inovatif serta presisi saat digunakan.

ASUS Vivobook Pro yang baru ini juga memiliki sebuah desain yang berbeda dari sebelumnya. Pada sisi atasnya, ASUS membuat sebuah emblem baru untuk membedakannya dari laptop lain yang ada dipasaran. Desain ini merupakan baru yang bakal ditanamkan pada VivoBook baru. Dan terus terang, saya cukup menyukai desainnya yang memang berbeda dari kebanyakan laptop, dengan dua tonjolan berbentuk kotak bertuliskan ASUS Vivobook.

Ketiga laptop ASUS Vivobook Pro menggunakan body dengan bahan metal yang terasa kokoh saat saya pegang (untuk 14x dan 14). Dua laptop seri 14 ini juga cukup ringan saat saya angkat, yang ternyata memiliki bobot hanya 1,45 kg saja. Selain ringan, tentu saja kedua laptop tersebut memiliki dimensi yang tipis sehingga cukup eye-catching saat digunakan pada sebuah kafe.

Saat mencoba laptop tipis ini, saya juga tidak merasakan adanya panas yang mengganggu. Hal tersebut ternyata karena ASUS sudah menanamkan sebuah pendingin bernama ASUS IceCool Plus Technology yang menggunakan 2 buah kipas. Dua kipas tersebut juga ternyata cukup sunyi dan hampir tidak terdengar. Untuk sistem suara pada laptop ini dipercayakan kepada Harman Kardon dan memiliki suara yang cukup keras.

Seperti yang sudah ditulis di atas, ASUS Vivobook 14x, 14, dan 15 menggunakan layar dengan panel OLED buatan Samsung. Namun saat ini tengah beredar informasi bahwa sebuah layar OLED mudah burn-in sehingga nantinya bisa mengganggu para penggunanya. ASUS pun sudah memiliki langkah-langkah agar bisa menghindari masalah burn-in ini. Jika digunakan pada 200 nits, ASUS menjamin bahwa layarnya bisa terpakai bebas burn in selama 7000 jam.

Prosesor yang tertanam pada ketiga laptop ini menggunakan Intel 11th Gen H Series. Untuk GPU-nya, 14x dan 15 menggunakan NVIDIA GeForce RTX 3050. Sedangkan untuk Vivobook 14, menggunakan NVIDIA GeForce GTX 1650. Spesifikasi lengkap serta harga jualnya bisa dilihat pada gambar berikut ini

Penamaannya membingungkan?

ASUS Vivobook Pro 14x, 14, dan 15 memiliki penamaan model yang cukup membingungkan. Misalnya saja Vivobook Pro 14x bernama N7400 dan Vivobook Pro 14 dengan nama K3400. Tentunya hal ini cukup membingungkan pada saat kita ingin membeli dan melihat labelnya di belakang. Apakah ada cara untuk mengetahui penamaan tersebut?

Riandanu Utomo selaku Technical PR ASUS Indonesia pun membeberkan rahasia dibalik penamaan seri tersebut. Dia mengatakan bahwa huruf depan pada nama laptop ASUS melambangkan kelas dari laptop tersebut. Misalkan saja N memiliki tingkat yang lebih tinggi dari K, karena ASUS memasukkan teknologi terbaru pada seri tersebut seperti DialPad.

Angka 3 dan 7 melambangkan seri yang dibawa oleh laptop tersebut. Terakhir, angka kedua (4 dan 5) yang ada pada nama tersebut melambangkan dimensi dari layarnya. Misalkan saja Vivobook Pro 14x dan 14 memiliki angka 4 pada nama serinya (N7400 dan K3400). Sedangkan pada ASUS Vivobook Pro 15 memiliki nama seri K3500.

Jelang Akhir Tahun, Huawei Luncurkan Nova 9, MateBook 14, dan GT Runner

Sepertinya di penghujung tahun 2021, banyak vendor yang berlomba-lomba untuk menjual produk terbarunya di pasar Indonesia. Salah satu yang meluncurkan banyak perangkat pada bulan Desember 2021 ini adalah Huawei. Kali ini, Huawei meluncurkan 4 buah produk yang ada dalam kategori smartphone, laptop, dan juga AIoT. Acara peluncurannya sendiri diadakan pada tanggal 8 Desember 2021 yang disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube resmi Huawei Indonesia.

Perangkat pertama yang diperkenalkan kali ini adalah laptop Huawei MateBook 14s dan 14. Kedua laptop ini memiliki desain tipis, hanya 16,7 mm, serta memiliki bobot hanya 1,43 kg. Layarnya yang memiliki resolusi 2,5K (2520 x 1680) dengan rasio 3:2 ini menggunakan refresh rate 90 Hz dengan 1,07 miliar warna dan gamut warna 100% sRGB. Untuk Matebook 14, layarnya memiliki resolusi 2K.

Kedua laptop ini menggunakan prosesor Intel Core H Generasi ke 11 yang tentunya memiliki kinerja tinggi. Selain itu, GPU yang ada sudah menggunakan Iris Xe sehingga mampu memainkan banyak game yang saat ini sudah beredar di pasaran, walapun dengan setting rendah. Laptop ini menggunakan bodi dengan bahan aluminium dengan finishing matte mengkilap. Untuk pengisian daya, kedua laptop tersebut akan diisi melalui port USB-C dengan daya 90 watt.

Patrick Ru, Country Head Huawei CBG Indonesia mengatakan “Konsumen akan dapat menggunakan laptop ini untuk apa saja, baik itu tugas kreatif seperti mengolah foto atau video, tugas yang tidak terlalu menuntut seperti membuka spreadsheet dan menjelajahi web, atau bahkan bermain beragam video game. HUAWEI MateBook 14s & 14 akan menjadi pendamping teknologi terbaik untuk gaya hidup digital dengan produktivitas tinggi seperti saat ini.”

Perangkat kedua adalah smartphone Huawei Nova 9, yang diklaim memiliki kamera yang diambil dari DNA seri P. Kamera tersebut ditenagai oleh 50MP Ultra Vision RYYB colour filter array (CFA) dan XD Fusion Engine. Untuk layarnya, Huawei memasangkan panel dengan refresh rate 120 Hz curved display.

Nova 9 saat ini menggunakan Snapdragon 778G, yang walaupun chipset-nya sudah mendukung 5G, namun hanya memiliki konektivitas 4G. Prosesor ini didinginkan oleh VC Liquid Cooling dan graphene sehingga membuatnya menjadi lebih dingin dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Baterainya sendiri memiliki kapasitas 4300 mAh dengan charger 66 watt.

Patrick Ru mengatakan, “Melalui peluncuran HUAWEI nova 9, Huawei mencoba memberikan pengalaman fotografi yang sempurna kepada pengguna, terutama para generasi muda di Indonesia. Menyelaraskan dengan semangat generasi muda, HUAWEI nova Series didesain sebagai produk andalan yang memberikan pengalaman flagship smartphone di kelas harga menengah.”

“Selain itu, melalui dukungan serangkaian perangkat powerful yang terintegrasi dengan sistem operasinya, HUAWEI nova 9 memperkenalkan serangkaian fitur menarik, seperti salah satunya kamera berkualitas prima yang mampu diandalkan di banyak skenario, termasuk dalam keadaan minim cahaya sekalipun. Kamera ini juga mampu merekam video berkualitas 4K, serta didukung oleh Continuous Front/Rear Recording dan Remote Shutter, yang menawarkan beragam cara bagi pengguna dalam membuat video berkesan,”

Perangkat terakhir adalah Huawei GT Runner. Jam tangan pintar yang satu ini, sesuai dengan namanya, ditujukan untuk mereka yang senag berolah raga lari. Modelnya sendiri juga cukup berbeda dengan Huawei GT3. Untuk fungsinya sendiri sama dengan GT 3.

Huawei MateBook 14s dan 14s akan tersedia untuk pre-order mulai tanggal 8 hingga 17 Desember 2021 dengan harga Rp16.999.000 untuk MateBook 14s dan Rp 13.999.000 untuk MateBook 14. Untuk Huawei Nova 9 dijual dengan harga Rp.7.599.000. Terakhir, untuk Huawei GT Runner akan dibanderol dengan harga Rp. 3.399.000.

DNA Kamera dari Huawei P seri berapa?

Saat ini, Huawei mengklaim bahwa kamera dari Nova 9 dibawa dari jajaran kamera seri P. Namun, kita mengetahui bahwa kamera seri P dari Huawei berbeda dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, saya cukup penasaran dari seri yang mana kamera Nova 9 ini diambil.

Edy Supartono selaku Training Director of Huawei CBG Indonesia mengatakan bahwa Huawei Nova 9 dapat dikatakan setara dengan kamera yang ada pada flagship smartphone. Untuk kamera yang ada pada Huawei nova 9, membawa DNA dari Huawei P series khususnya yakni sensor RYYB. Sensor ini pertama kali diperkenalkan pada P30 Pro dan digunakan pada flagship smartphone Huawei. Susunan desain kamera Star Orbit Ring yang ada pada Huawei Nova 9 berasal dari DNA Huawei P 50 Pro.

Edy melanjutkan bahwa smartphone ini sendiri dilengkapi 50MP Ultra Vision AI Quad Camera System. Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah HUAWEI seri Nova, smartphone ini dilengkapi dengan teknologi kamera kelas unggulan seperti RYYB color filter array (CFA) yang meningkatkan pengambilan cahaya hingga 40% lebih tinggi dan XD Fusion Engine. Fitur-fitur canggih ini sangat meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan smartphone, dan membantu mempertahankan lebih banyak detail dalam foto yang diambil.

Kelangkaan chipset pengaruhi stok Huawei MateBook 14s/14?

Huawei MateBook 14s di luar Indonesia diketahui bahwa cukup banyak diminati oleh konsumen. Hal tersebut membuat ketersediaan barang dari MateBook 14s menjadi berkurang dan cukup sulit untuk ditemukan. Apakah hal tersebut bakal terjadi di Indonesia? Bagaimana dengan stoknya di Indonesia?

Edy mengatakan sejalan dengan komitmen Huawei, Huawei ingin memberikan pengalaman terbaik kepada konsumen, dan dapat memiliki juga menikmati teknologi yang dihadirkan, khususnya MateBook 14s. Terkait dengan ketersediaan barang Huawei MateBook 14s, Huawei Indonesia telah mempersiapkan unit dengan memperhitungkan maupun menganalisa permintaan konsumen akan laptop Huawei di tahun 2021 ini dan memastikan agar permintaan selama periode pre-order dapat terpenuhi.

Lalu bagaimana dengan penempatan kelas dari Nova dan Huawei P Lite?

Harga dari Nova 9 saat ini sudah melebihi dari sebuah smartphone Huawei P Lite. Hal ini cukup membingungkan karena kelas Huawei P adalah flagship dan Nova adalah midrange. Lalu bagaimana Huawei menempatkan smartphone-nya untuk ditujukan pada konsumen yang tepat?

Edy menjelaskan bahwa terkait dengan kelas, Huawei nova 9 masih tetap berada di mid-range, karena Huawei P Lite sendiri merupakan bagian dari seri smartphone flagship. Huawei P yang tentunya memiliki spesifikasi yang berbeda dan lebih tinggi. Hadirnya teknologi flagship di Huawei nova 9 menunjukkan komitmen Huawei untuk menghadirkan teknologi terbaik di kelas smartphone mana pun yang kami miliki sekaligus memotivasi kami untuk menghadirkan gebrakan baru di smartphone flagship Huawei, seperti P series di tahun mendatang.

[Review] Realme 8i: Smartphone 120 Hz dengan Harga Terjangkau

Di penghujung tahun 2021, realme kembali memiliki sebuah perangkat yang memiliki harga terjangkau. Perangkat yang satu ini memiliki sebuah fitur yang mungkin sebelumnya tidak pernah terpikirkan bisa dimiliki pada harga di bawah 2,5 juta. Perangkat yang dimaksud adalah realme 8i dengan varian 4/64 GB.

Perangkat dengan varian yang satu ini pun datang ke meja pengujian tim Dailysocial. Sayangnya, fitur yang diberikan oleh realme pada versi 4/64 GB cukup berbeda dengan yang ada pada varian atasnya. Hal tersebut termasuk DRE atau Dynamic RAM Expansion yang bisa membantu RAM dalam menyimpan segala cache yang terjadi selama pemakaian. Padahal, penggunaan RAM 4 GB tentu saja membutuhkan ruang lebih agar pemakaian bisa menjadi lebih lancar.

Realme mengedepankan layarnya yang digunakan refresh rate 120 Hz. Mereka bahkan menyebutnya sebagai smartphone dengan layar 120 Hz pertama dengan harga di bawah 3 juta rupiah, yang berarti juga termurah di Indonesia untuk saat ini. Realme 8i juga menjadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan Mediatek Helio G96.

Spesifikasi dari realme 8i yang saya dapatkan bisa dilihat pada tabel berikut

SoC Mediatek Helio G96
CPU 2 x 2.05 GHz Cortex-A76 + 6 x 2.0 GHz Cortex-A55
GPU Mali-G57 MC2
RAM 4  GB LPDDR4x
Internal 64 GB UFS 2.1
Layar 6.6 inci 2412×1080 IPS 120 Hz
Dimensi 164.1 x 75.5 x 8.5 mm
Bobot 194 gram
Baterai 5000 mAh 18 watt
Kamera 50 MP / 12,5 MP utama, 2 MP makro, 2 MP bokeh, 16 MP Selfie
OS Android 11 Realme UI 2

Hasil dari CPU-Z, AIDA64, serta Sensor Box dapat dilihat sebagai berikut:

Sayangnya, dengan menghadirkan 120Hz pada smartphone yang satu ini, membuat realme mengurangi beberapa fitur. Hal tersebut seperti speaker stereo dan NFC. Walaupun begitu, kedua fitur tersebut memang tidak terlalu penting. Seperti NFC yang belum banyak digunakan selain untuk mengisi kartu uang elektronik dan speaker stereo yang bisa disubstitusi dengan menggunakan earphone.

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan smartphone realme 8i. Didalamnya hanya akan ditemukan kabel USB-C, charger, serta back case. Realme menyertakan charger 18 watt untuk mengisi baterai pada smartphone ini.

Desain

Desain belakang dari setiap perangkat realme memang didesain berbeda satu dengan lainnya. Seperti perangkat yang saya dapatkan yang memiliki warna bernama space purple. Realme menggunakan konsep desain mengalir sehingga terlihat seperti galaksi berwarna ungu. Desain ini juga terlihat cukup minimalis tanpa campuran warna lain dengan logo realme yang berada di sebelah kiri bawah.

Kamera terletak pada sebelah kiri atas dari sisi belakang realme 8i. Terdapat 4 bundaran yang terdiri dari kamera utama, makro, depth, serta lampu flash LED. Kamera utama dengan resolusi 50 MP terletak pada sebelah kiri atas diikuti dengan depth sensor pada sebelah kanannya. Di baris bawahnya, terdapa kamera makro yang disertai dengan LED flash.

Layar realme 8i memiliki resolusi 2412 x 1080 pada layar dengan dimensi 6,6 inci dengan model punch hole pada sebelah kiri atas. Smartphone ini menggunakan layar jenis IPS dengan refresh rate 120 Hz yang sayangnya tidak dilindungi dengan lapisan pelindung seperti Gorilla Glass. Walaupun begitu, realme 8i sudah terlapisi dengan lapisan tahan gores sehingga cukup menahan goresan saat berada didalam kantong celana. Terus terang saja, perangkat yang kami dapatkan sudah terkena goresan semenjak dibuka dari paket penjualannya dan untungnya hanya lapisan tersebut yang kena.

Pada sisi sebelah kiri, dapat ditemukan slot SIM serta tombol volume naik dan turun. Untuk sebelah kanannya, terdapat tombol power yang juga sekaligus sebagai sensor sidik jari. Untuk bagian bawahnya, dapat ditemukan port audio 3.5 mm, microphone, USB-C, serta speaker. Tidak ditemukan apa pun pada sisi sebelah atasnya.

Realme 8i sudah menggunakan sistem operasi Android 11 dengan antarmuka realme UI 2.0. Antar muka yang digunakan pada realme 8i masih memiliki app drawer sehingga Anda akan menemukan semua aplikasi di sana. Homescreen-nya juga memiliki beberapa gesture seperti swipe up untuk membuka app drawer dan swipe down untuk membuka fungsi search.

Jaringan

Realme 8i menggunakan chipset Mediatek Helio G96 yang ditujukan untuk para gamer dan pengguna mainstream. Oleh karena itu, perangkat ini sudah menggunakan modem yang sudah mendukung teknologi terkini, seperti Carrier Aggregation untuk 4G. Kategori LTE yang ada pada perangkat ini masuk dalam Cat 13 untuk download.

Kanal LTE yang didukung pada smartphone ini meliputi band 1, 3, 5, 8, 38, 40, dan 41. Tentunya, band yang didukung adalah yang sudah digunakan oleh operator seluler di Indonesia. Selain mendukung Dual 4G, perangkat ini juga sudah mendukung fitur dual VoLTE.

Perangkat ini juga sudah mendukung teknologi WiFi 5 atau yang dikenal dengan 802.11 ac. Hal tersebut tentu membuat realme 8i memiliki koneksi WiFi yang jauh lebih kencang karena menggunakan jaringan 5 GHz. Realme 8i juga sudah mendukung bluetooth versi 5.0.

Kamera

Selain layarnya yang memiliki refresh rate 120 Hz, realme 8i juga mengedepankan kamera utamanya. Perangkat yang satu ini menggunakan sensor ISOCELL JN1 50 MP untuk kamera utamanya. Kamera ini menggunakan teknologi ISOCELL 2 yang mampu menangkap cahaya lebih baik dari pendahulunya. Selain itu, sensor ini juga menggunakan algoritma Tetracell yang menggabungkan 4 piksel menjadi 1 yang menghasilkan gambar dengan resolusi 12,5 MP.

ISOCELL S5KJN1 dengan format 1/2.76″ mampu menangkap gambar dengan baik saat dalam kondisi cahaya yang cukup. Bahkan, mode malam pada realme 8i mampu mengambil gambar dengan bagus pada saat kondisi cahaya redup. Namun, gambar yang dihasilkan sepertinya menjadi tidak terlalu tajam saat fungsi HDR-nya dinyalakan. Walaupun begitu, hal tersebut tidak membuat gambar yang dihasilkan menjadi lebih buruk.

Untuk kamera makro, seperti biasa gambar yang dihasilkan tidak terlalu tajam. Apalagi, kamera ini membutuhkan jarak yang pas sehingga hasilnya tidak blur. Saya sendiri membutuhkan waktu khusus untuk membiasakan diri dengan jarak untuk mengambil foto makro. Berikut adalah contoh gambarnya

Kamera selfie-nya ternyata juga bisa menangkap gambar dengan cukup baik. Sensor SK Hynix Hi-1364Q mampu mengambil gambar dengan tingkat noise yang cukup rendah. Sama dengan kamera utamanya, saat HDR dinyalakan maka tingkat ketajamannya sedikit menurun.

Pengujian

Realme 8i menggunakan chipset 4G terbaru dari Mediatek, yaitu Helio G96. Cip yang satu ini ternyata memiliki spesifikasi CPU yang sama dengan Helio G95, yaitu 2 core Cortex A76 dengan kecepatan 2,05 GHz pada cluster kinerja dan 6 inti prosesor Cortex A55 pada cluster efisiensi berkecepatan 2 GHz. Bedanya, Helio G96 menggunakan GPU yang lebih lambat, yaitu Mali G57 MC2.

Hal tersebut tentu saja membuat saya penasaran dan mencobanya pada 2 skenario yang sering digunakan, yaitu bekerja dan bermain. Kedua skenario tersebut tentu saja menggunakan aplikasi yang ada pada Google Play Store. Untuk menjalankan pengujian ini, saya sudah menggunakannya selama 2 minggu penuh.

Bermain Game

Seri G dari Mediatek memang ditujukan untuk mereka yang gemar bermain game. Apalagi dengan menggunakan Cortex A76 yang memang kencang untuk menjalankan game yang ada pada platform Android. Namun, penggunaan Mali G57 MC2 memang kadang tidak lebih kencang dari G76 MC4 yang digunakan pada Helio G95. Jadi, akan ada beberapa game yang pengalaman bermainnya akan menjadi lebih rendah.

Pada realme 8i, saya hanya menggunakan 2 buah game saja. Hal ini memang cukup berkaitan dengan waktu uji dari perangkat yang satu ini. Genshin Impact yang merupakan sebuah keharusan karena sangat memakan resource dari smartphone pasti digunakan untuk menguji. Pokemon Unite juga digunakan karena mampu diajak bermain pada grafis tinggi dan framerate 60 fps.

Genshin Impact hanya bisa dijalankan dengan cukup lancar pada saat game berada pada profile lowest dan diubah ke 60 fps. Rata-rata framerate yang saya dapatkan kali ini adalah sekitar 40 fps. Untuk Pokemon Unite, perangkat ini bisa menjalankan dengan rata-rata framerate 57 fps pada seting grafis tertinggi. Kedua game tentu saja dapat berjalan tanpa masalah.

Untuk mengukur framerate, saya menggunakan aplikasi GameBench yang akurat dalam menghitung frame per detiknya

Bekerja dan hiburan

Untuk kali ini, penggunaan aplikasi yang saya gunakan sehari-hari memang tidak selengkap biasanya. Hanya aplikasi sosial media seperti Facebook, Tiktok, Twitter, Instagram, Zoom, dan Whatsapp serta aplikasi editor Filmora Go saja yang digunakan. Walaupun tidak menggunakan Trello dan Slack pada perangkat ini, namun sepertinya beberapa aplikasi tersebut sudah mewakili sebagian besar yang ada di Google Play.

Saya juga menonton Youtube dengan menggunakan perangkat ini saat ada beberapa peluncuran pada bulan Desember 2021. Dan hasilnya memang tidak ada masalah. Bahkan masalah panas pun tidak muncul pada perangkat yang satu ini. Namun karena speaker-nya hanya satu, saat menonton video ada baiknya menggunakan earphone agar suaranya lebih enak didengar.

Benchmarking

Realme 8i menggunakan cip baru dari Mediatek dengan Helio G96. Tentunya akan banyak yang penasaran bagaimana kinerjanya dibandingkan dengan G95. Untuk itu, saya menghadirkan kembali Helio G95, SD 678, dan SD 720. Berikut adalah hasilnya

Sayangnya, ada beberapa benchmark yang menolak berjalan pada perangkat yang satu ini. Entah apakah karena penggunaan RAM 4 GB atau memang masih ada bug pada perangkat ini. Namun, sebagian benchmark yang saya gunakan seharusnya sudah menggambarkan kinerja perangkat ini secara keseluruhan.

Uji baterai: 5000 mAh

Untuk menguji baterai dengan kapasitas 5000 mAh memang membutuhkan 1 hari khusus untuk menjalankannya. Namun, aplikasi yang ada saat ini belum bisa merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian smartphone tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan seperti menonton video dan mendengarkan musik serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Realme 8i dapat bertahan hingga 13 jam 2 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 18 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang dari 2,5 jam.

Verdict

Banyaknya teknologi yang ditanamkan pada smartphone dengan harga premium memang membuat semua orang ingin merasakannya. Sayang memang, teknologi layar dengan refresh rate tinggi membuat orang cukup iri karena tidak memiliki dana untuk membelinya. Realme melihat masalah yang satu ini dan berusaha membawa teknologi 120 Hz dengan harga yang lebih terjangkau. Hal tersebut terwujud dengan realme 8i.

Kinerja smartphone yang satu ini memang cukup baik. Dengan menggunakan Mediatek Helio G96 membuatnya menjadi salah satu perangkat yang cukup kencang pada rentang harganya. Kinerja tersebut pun disokong dengan baterai 5000 mAh yang mampu bertahan seharian. Sayangnya, pada perangkat yang saya dapatkan tidak memiliki DRE, yang seharusnya mampu meningkatkan kinerja perangkat yang hanya memiliki RAM 4 GB saja.

Untuk kamera yang dimiliki oleh realme 8i, hasilnya memang benar-benar bagus. Kamera 50 MP yang ada mampu menangkap gambar dengan bagus pada kondisi cahaya yang terang maupun rendah. Sayangnya memang, kamera ultrawide sepertinya bukan pilihan realme untuk dipasangkan pada perangkat yang satu ini. Padahal, kamera tersebut lebih banyak digunakan dibandingkan dengan kamera makro.

Realme 8i dengan konfigurasi RAM 4G dengan penyimpanan internal 64 GB seperti yang saya dapatkan dijual dengan harga Rp. 2.499.000. Tentunya harga ini terlihat cukup murah untuk merasakan layar 120 Hz yang saat ini diketahui memiliki harga yang mahal. Dan dengan kinerja yang cukup baik pada smartphone ini, membuat realme 8i menjadi salah satu perangkat untuk hiburan dan bermain game yang memiliki harga terjangkau.

Sparks

  • Layar nyaman dengan 120 Hz
  • Kamera yang bagus untuk sebuah smartphone dengan harga di bawah 3 juta
  • Kinerja yang cukup baik untuk kebutuhan sehari-hari dan bermain game
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang
  • Realme UI 2 yang responsif
  • Desainnya yang cukup menarik perhatian

Slacks

  • RAM 4 GB tidak memiliki DRE yang seharusnya membuat perangkat ini lebih nyaman digunakan
  • Hanya memiliki 1 speaker
  • Tidak memiliki kamera wideangle

Interview dengan Madhav Sheth: Realme 9 Fokus pada Kamera Utama

Tanggal 7 Desember 2021 yang lalu mungkin merupakan hari yang cukup bersejarah untuk realme Indonesia dan global. Pasalnya, Madhav Sheth yang saat ini ditunjuk sebagai Presiden dari Internasional Business Unit realme, hadir ditengah para jurnalis untuk dikorek keterangannya mengenai perusahaannya tersebut.  Madhav adalah key person di realme Afrika, Asia Pasifik (termasuk Indonesia), Eropa Tengah dan Timur, Amerika Latin, Timur Tengah, serta Eropa Barat.

Madhav mengatakan bahwa realme merupakan disruptor di pasar smartphone global, merek trendsetter teknologi yang berfokus pada generasi muda yang menawarkan teknologi serta desain trendi dan kualitas yang terbaik dengan harga bersaing. Sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memainkan peran yang penting bagi realme. Saat ini, realme menduduki peringkat 5 di Indonesia. Memasuki tahun 2022, realme Indonesia terpacu untuk menjadi merek smartphone No. 1 dalam kurun waktu 2 tahun,

Dari segi produk, realme telah mengungkapkan akan masuk dan mendisrupsi segmen premium dengan memunculkan banyak ‘Flagship Killer‘, di mana perangkatnya akan memiliki harga terjangkau denga fitur dari smartphone flagship. Realme juga ingin teknologi mereka dapat diakses oleh semua orang.

Dalam pengembangan AIoT, realme memiliki strategi produk AIoT “1+5+T”; di mana smartphone sebagai perangkat utama ( yang ditunjukkan dengan angka 1). Selanjutnya produk seperti laptop, TV, jam tangan pintar, headphone nirkabel, dan speaker pintar masuk dalam kategori 5. Kategori T atau TechLife yang merupakan perangkat AIoT akan difokuskan untuk menjadi produk AIoT nomer 1 di Indonesia.

Pada tahun 2022 nanti, realme bakal meluncurkan GT 2 Pro yang menggunakan prosesor Qualcomm Snapdragon 8 Gen 1 terbaru. Hal inilah yang bakal menjadi flagship pertama mereka yang dilengkapi dengan chipset seri paling atas dari Qualcomm. Produk lainnya juga akan dibeberkan nanti pada saat MWC 2022 di Barcelona berlangsung. Jadi, kita tunggu saja informasi selanjutnya dari realme.

Lalu bagaimana dengan kelangkaan chipset? Apakah masih akan menggunakan Unisoc?

Dunia saat ini masih terkena masalah kelangkaan chipset yang membuat semua produsen menaikkan harga dan bahkan telat dalam memproduksinya. Hal tersebut tentu saja termasuk realme, Qualcomm, dan juga Mediatek. Unisoc merupakan salah satu cara realme untuk memenuhi kebutuhan para konsumennya pada kelas entry level agar tetap mendapatkan perangkat komunikasi berbasis Android tersebut. Lalu apakah realme akan masih tetap menggunakan Unisoc?

Madhav mengatakan kepada Dailysocial bahwa sebagai sebuah brand baru, realme ingin memberikan juga kesempatan pada brand baru lainnya di industi yang memiliki produk dengan kualitas bagus. Produk tersebut tentu harus berjalan dengan filosofi produk dari realme, yaitu trendsetting technology and trendsetting design at best quality. Realme ternyata melihat potensi tersebut dari Unisoc yang memiliki performa yang stabil. Sebelumnya realme telah memiliki pengetahuan tentang Unisoc, sehingga memberi kami lebih banyak waktu untuk memaksimalkan seluruh pengalaman.

Hal tersebut tentunya tertuang dalam perangkat terbaru mereka yang belum lama ini diluncurkan. Dan memang, realme C25Y yang menggunakan Unisoc Tiger T610 sudah lebih maksimal dibandingkan dengan perangkat sebelumnya.

Ada bocoran untuk Realme 9?

Tahun baru tentu saja seri baru pula yang bakal diluncurkan oleh realme. Setelah sukses dengan seri angka, realme 8, tentunya banyak yang penasaran dengan seri mereka nantinya di tahun 2022. Lalu bocoran apa yang diberikan Madhav untuk realme seri 9?

Madhav mengatakan bahwa mereka memiliki rencana yang cukup besar pada realme 9. Pada dasarnya realme 9 nantinya akan ada peningkatan pada sisi kameranya, di mana fitur-fitur dan teknologi yang ada pada perangkat flagship nantinya akan dibawa pada perangkat midrange yang satu ini. Jadi nantinya teknologi ini bakal bisa dirasakan oleh lebih banyak orang tanpa harus mengorbankan performa yang dibawanya.

Kamera utama nantinya masih akan menjadi highlight untuk realme 9. Oleh karena itu, pengembangan pada kamera utama juga masih akan dilakukan untuk membuatnya lebih baik lagi. Hal ini tentu saja menjadi sebuah hal yang patut ditunggu oleh para konsumen realme, termasuk saya. Rasanya tidak sabar untuk menunggu perangkat baru ini luncur di Indonesia.

Mengintip Seri Smartphone ASUS RoG Phone 5s Terbaru, si Kembar yang Lebih Kencang

ASUS kembali akan meluncurkan 2 smartphone gaming terbarunya di tahun 2021. Kali ini, tentu saja kinerjanya akan lebih kencang jika dibandingkan dengan ASUS ROG Phone 5 yang sudah diluncurkan pada pertengahan tahun 2021 yang lalu. Dan seperti biasa, ASUS mengumpulkan para jurnalis untuk melakukan sneak peek pada 2 perangkat terbarunya tersebut. Seri yang akan diluncurkan adalah ASUS ROG Phone 5s.

Pada seri tersebut, 2 smartphone yang bakal dihadirkan di Indonesia adalah ASUS ROG Phone 5s dan ASUS ROG Phone 5s Pro. Jika dilihat, kedua smartphone ini hampir tidak memiliki perbedaan dengan ASUS ROG Phone 5 dan ASUS ROG Phone 5 Ultimate. Untuk ROG 5s Pro dan ROG 5 Ultimate, perbedaannya ada pada ROG Vision yang menyala di bagian belakangnya, di mana smartphone terbarunya ini akan memiliki animasi yang berwarna.

Kedua smartphone ini nantinya akan ditenagai dengan Qualcomm Snapdragon 888+. Tentu saja, hal tersebut membuat ASUS ROG Phone 5s series ini menjadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan SoC tersebut. Perbedaan antara Snapdragon 888 dan 888+ sendiri terletak pada clock speed prosesor Cortex X1, di mana Snapdragon 888 ada pada 2,84 GHz dan Snapdragon 888+ ada pada 3 GHz.

ASUS ROG Phone 5s yang dihadirkan pada saat acara sneak peek memiliki RAM 8GB, persis dengan ASUS ROG Phone 5 yang sudah diluncurkan sebelumnya. Saya belum mendapatkan informasi apakah nantinya akan keluar versi 12 GB juga atau tidak. ASUS ROG Phone 5s Pro juga hadir dengan RAM 18 GB pada saat acara sneak peek tersebut. Sepertinya versi Pro juga bakal keluar dalam 1 varian saja dan akan memiliki bonus AeroCool 5.

ASUS ROG Phone 5s dan versi Pro-nya akan diluncurkan pada tanggal 4 Desember 2012. Untuk informasi varian dan harga juga bakal dibuka pada peluncurannya nanti. Oleh karena itu, mari kita tunggu saja kehadirannya.

ROG Phone 5 akan Discontinue?

Saya sempat bertanya kepada Advent Jose sebagai Product Marketing ASUS Indonesia mengenai nasib dari ASUS ROG Phone 5. Dengan munculnya ASUS ROG Phone 5s, tentu saja versi lamanya tersebut akan memiliki kinerja yang tidak lebih kencang. Lalu apakah ASUS memutuskan untuk men-discontinue ASUS ROG Phone 5?

Jose mengatakan bahwa ASUS ROG Phone 5 saat ini masih tersedia di pasaran dan masih bisa dibeli. Nantinya, orang juga akan bisa memilih untuk kekuatan smartphone-nya sendiri seperti apa dan harga yang mereka suka yang mana. Untuk harganya sendiri nantinya akan cukup menarik. Jadi, hal ini akan menambah alternatif pilihan untuk konsumen di Indonesia.

kiri ke kanan: ASUS ROG Phone 5, ASUS ROG Phone 5s, dan ASUS ROG Phone 5s Pro

Untuk saat ini pula, Jose mengatakan bahwa ROG Phone 5 masih akan tetap diproduksi. Lini ROG Phone 5 dan 5s nantinya akan dihentikan produksinya saat ASUS sudah meluncurkan ROG Phone generasi berikutnya. Untuk aksesoris sendiri nantinya antara ROG Phone 5 dan 5s akan compatible satu sama lainnya.

Bug WiFi pada Snapdragon 888, bagaimana ASUS menanggulanginya?

Saat ini, beberapa smartphone yang menggunakan chipset Snapdragon 888 tidak luput dari beberapa masalah. Salah satunya adalah sebuah bug di mana fungsi WiFi akan mati pada saat mencapai suhu tertentu. Masalah ini pun juga terlihat pada beberapa perangkat ASUS ROG Phone 5. Lalu bagaimana tanggapan dari ASUS Indonesia mengenai hal ini?

Jose mengatakan bahwa ASUS aware terhadap masalah tersebut dan sedang menangani isu mengenai matinya WiFi pada Snapdragon 888. Intinya jika ada pengguna ada yang terkena, agar langsung datang ke service center untuk melakukan servis. ASUS akan menjamin produk itu akan benar-benar kembali normal. Oleh karena itu, konsumen tidak perlu khawatir mengenai bug yang satu ini karena ASUS sudah pasti akan menangani unit tersebut.

Penanganan mengenai masalah ini juga sudah dilakukan dengan mengeluarkan sebuah firmware. Nantinya untuk ASUS ROG Phone 5s sendiri juga akan terlindungi dari bug WiFi ini juga. Jadi setelah membeli ASUS ROG Phone 5, konsumen disarankan untuk langsung melakukan update firmware ke versi yang paling baru. Firmware tersebut juga saat ini sudah disediakan oleh ASUS, sehingga diharapkan pengguna akan bisa langsung terlindungi pada saat sudah membuka paket penjualannya.

[Review] Samsung Galaxy Watch 4 Classic: Lebih Elegan dengan Wear OS, Lengkap dengan Pengukur Tekanan Darah

Seperti yang kita ketahui, selama ini Samsung selalu menggunakan sistem operasi Tizen pada perangkat AIoT-nya. Seperti halnya Samsung Galaxy Watch yang selalu menggunakan sistem operasi buatan dapur mereka sendiri. Namun, saat ini sepertinya Samsung mengambil keputusan yang besar. Pada jam tangan pintar terbarunya, Samsung Galaxy Watch 4 Classic, Samsung menggunakan Wear OS dari Google!

Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang datang ke DailySocial ternyata merupakan versi yang memiliki eSIM. Hal tersebut terlihat dari kartu eSIM dari salah satu operator seluler di Indonesia yang menjadi bundling dari paket penjualannya. Jam tangan pintar ini juga mengedepankan fitur pendeteksi tekanan darah yang selama ini sudah ditunggu-tunggu. Fitur lain yang juga dibawa oleh perangkat ini adalah electrocardiogram yang saat ini masih jarang ditemukan pada perangkat jam tangan pintar lain.

Spesifikasi dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

SoC Exynos W920
CPU 2 x 1.18 GHz Cortex-A55
GPU ARM Mali-G68
Layar 1.4 inci AMOLED 450 × 450 Gorilla Glass DX+
Baterai 361 mAh
Konektivitas Bluetooth 5
Sertifikasi IP68
Dimensi 44.4 x 43.3 x 9.8 mm
Bobot 30 gram

Dapat dilihat bahwa pada Galaxy Watch 4 Classic ini, Samsung menggunakan SoC Exynos W920. Exynos W920 sendiri sudah menggunakan proses pabrikasi 5 nm, dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang masih menggunakan 10 nm pada Exynos 9110. Peningkatan dari Cortex A53 ke A55 tentu saja membuat kinerjanya menjadi lebih baik.

Charger

Didalam kotak paket penjualannya, hanya akan ditemukan sebuah alat pengisi baterai. Samsung menggunakan Qi Wireless Charging yang juga bisa digunakan untuk mengisi smartphone Samsung lainnya. Tentunya, charger ini juga sudah dilengkapi dengan magnet sehingga tidak akan tergeser saat mengisi dayanya.

Desain

Seperti semua Galaxy Watch yang dikeluarkan oleh Samsung, perangkat yang satu ini juga memiliki desain bundar. Hal tersebut tentu saja  seperti layaknya sebuah jam tangan pada umumnya. Warna yang saya dapatkan adalah hitam.

Jam tangan yang satu ini menggunakan layar dengan dimensi 1,4 inci dengan resolusi 450 x 450 piksel. Layar dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic ini pun sudah menggunakan Corning Gorilla Glass DX+, yang lebih tahan terhadap goresan dibandingkan dengan DX dan generasi yang sebelumnya. Di samping layarnya terdapat bundaran dial yang bisa diputar. Dengan dial tersebut, pengguna bisa menggeser pilihan ke menu lainnya.

Pada sisi sebelah kanan dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic, terdapat dua buah tombol. Yang bagian atas dengan warna merah merupakan tombol daya, home, serta untuk memanggil Bixby saat ditahan lama. Tombol yang bawah digunakan sebagai back. Menu pada smartwatch ini dapat dilihat saat menggeser layarnya ke kanan atau ke kiri atau dengan menggunakan dial. Saat menggeser ke atas akan ditemukan app drawer dan sebaliknya saat digeser ke bawah akan ditemukan layar quick setting.

Strap pada jam tangan pintar ini juga bisa diganti, sehingga pengguna tidak bosan saat menggunakannya. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal menggeser pin yang berada pada ujungnya sampai terlepas. Pengguna juga bisa menggunakan strap 20 mm yang dijual pada toko-toko jam tangan.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic menggunakan Wear OS yang sudah dimodifikasi dengan antar muka One UI Watch 3. Untuk menghubungkan perangkat ini dengan sebuah smartphone, aplikasi Galaxy Wear memang dibutuhkan. Semua setting yang dibutuhkan akan ditemukan pada aplikasi yang satu ini.

Pengalaman menggunakan: Mudah sekaligus rumit

Jam tangan pintar dengan desain bundar? Tentu saja langsung menarik perhatian saya semenjak datang sekitar 3 minggu yang lalu. Oleh karenanya, saya langsung menggunakan Samsung Galaxy Watch 4 Classic pada saat bepergian untuk berbelanja mau pun keperluan lainnya. Hal tersebut tentu saja untuk menjajal sebagian kemampuannya pintarnya.

Saat membuka paket penjualannya yang cukup ramping, saya hanya menemukan jam tangannya dan sebuah paket eSIM dari Smartfren. Jam tangan ini langsung saya charge sambil melakukan setting lainnya. Hal pertama yang saya ingin coba tentu saja fitur kesehatan blood pressure. Namun, hal ini ternyata tidak mudah jika kita tidak memiliki sebuah smartphone Samsung.

Fitur pengukur tekanan darah ini membutuhkan sebuah perangkat yang bisa diinstal aplikasi Samsung Health dan Samsung Health Monitor. Untuk bisa melakukan instalasinya, harus menggunakan Samsung Galaxy Store. Aplikasi ini sayangnya hanya bisa dibuka melalui sebuah smartphone Samsung. Jadi, fitur-fitur kesehatan yang menarik tidak akan jalan jika Anda tidak memiliki smartphone Samsung.

Oleh karena itu, saya meminjam perangkat Samsung Galaxy Flip 3 untuk mencoba fitur ini. Dan benar saja, semua instalasi berjalan sangat lancar tanpa adanya masalah. Dan untung saja, untuk mencoba fitur pengukur tekanan darah ini harus memiliki sebuah alat pengukur tekanan darah digital untuk kalibrasi. Dan setelah melakukan kalibrasi, fitur pengukur tekanan darah ini langsung dapat digunakan kapan saja.

Saya melakukan percobaan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur digital melawan Samsung Galaxy Watch 4 Classic. Ternyata hasilnya cukup mirip antara jam tangan pintar ini dengan alat pengukur tekanan darah digital yang saya miliki. Bahkan setelah kalibrasi, pengukuran tekanan darah tersebut dapat digunakan orang lain dengan cukup akurat. Walaupun begitu, Samsung sendiri meminta agar pengguna tidak menjadikan hasilnya sebagai patokan kesehatan.

Saya juga mencoba fitur-fitur kesehatan lainnya seperti ECG, tingkat Stress, pemindai detak jantung, serta SpO2. Untuk ECG, saya tidak memiliki alat untuk membandingkan hasilnya. Untuk SpO2, hasilnya kurang lebih sama dengan alat pengukur pada jari di mana saya mendapatkan nilai 98%. Sayangnya, saya bukan orang yang sering berolah raga sehingga cukup sulit mencoba fitur olah raganya.

Setelah itu, saya mencoba untuk mendaftarkan eSIM pada jam tangan pintar ini. Ternyata cukup sulit. Hal pertama adalah pengguna harus memiliki SIM dari penyedia layanan yang sama dengan yang ingin diisi, dalam hal ini saya harus menggunakan SIM dari Smartfren agar bisa memasukkan eSIM dari Smartfren. Jika tidak ada SIM, setting pada Galaxy Wear akan menolak terbuka.

Sayang memang, eSIM yang saya dapatkan tidak bisa dimasukkan ke dalam Samsung Galaxy Watch 4 Classic. Aplikasi Galaxy Wear mengatakan bahwa eSIM saya sudah digunakan pada perangkat lainnya. Dan untuk mengganti QR, saya harus mengantri ke galeri Smartfren serta membayar uang Rp. 15.000. Karena pandemi masih belum selesai, hal ini tentu saja saya urungkan.

Saya pun mencoba apakah Samsung Galaxy 4 Classic bisa menerima telepon melalui aplikasi Telegram. Sayangnya, jam tangan pintar ini hanya bisa menolak panggilan tersebut. Saya mencoba untuk melihat apakah ada setting khusus untuk menerima pada jam tangan pintar ini. Namun, entah apakah kurang waktu untuk menelusuri, saya tidak menemukannya.

Sekarang tiba saatnya untuk menguji seberapa lama baterainya dapat bertahan. Tidak muluk-muluk, hampir setiap jam tangan pintar dari Samsung yang pernah saya coba hanya memiliki daya tahan hingga 2 hari saja. Tidak berbeda dengan Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang juga memiliki daya tahan yang sama. Oleh karena itu, ada baiknya untuk memiliki sebuah power bank yang mendukung Qi wireless charging agar jam tangan ini bisa diisi ulang di luar rumah.

Saat mengisi Samsung Galaxy Watch 4 Classic, tidak ada masalah sama sekali yang saya temukan. Charger-nya sendiri memiliki magnet sehingga jam tangan ini tidak akan tergeser secara tidak sengaja. Mengisi daya pada jam tangan pintar ini akan memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Menggunakan Android Wear OS membuat perangkat ini memiliki lebih banyak aplikasi pihak ketiga yang bisa diinstalasi. Namun sayang memang, untuk menambah aplikasi pada jam tangan ini mengharuskan pengguna untuk memakai smartphone Samsung. Untuk mereka yang memiliki smartphone merek lain (seperti saya), hanya bisa menggunakan fitur-fitur dasar saja.

Antar muka dari perangkat ini sudah menggunakan One UI Watch 3. Icon-iconnya sendiri juga sudah diubah menjadi bentuk bulat. Antar muka ini juga lebih memudahkan dalam pemakaian jam tangan pintar dibandingkan sebelumnya. Walaupun begitu, mereka yang sudah pernah menggunakan generasi sebelumnya, tentu tidak akan bingung karena memang antar mukanya mirip.

Verdict

Samsung memang tidak bisa dipungkiri lagi memiliki sebuah jam tangan paling pintar yang ada di pasaran saat ini. Hal tersebut ditandai dengan beberapa fitur-fitur kesehatan yang memang belum ada pada jam tangan pintar merek lainnya. Hal tersebut diteruskan oleh Samsung pada jam tangan terbarunya, yaitu Samsung Galaxy Watch 4 Classic.

Dengan menggunakan SoC terbaru yang memiliki prosesor Cortex A55, jam tangan pintar ini memiliki kinerja yang sangat baik. Selama penggunaan, saya tidak menemukan masalah dalam menjalankan aplikasi-aplikasi yang ada pada smartwatch ini. Hanya saja, jam tangan ini harus diisi ulang baterainya setiap 2 hari sekali sehingga pengguna tidak boleh lupa melakukan charging.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic juga menawarkan fitur-fitur kesehatan yang dapat memberikan data langsung kepada pemakainya. Fitur pemindai tekanan darah, SpO2, serta ECG saat ini dibutuhkan agar kita bisa terhindar dari penyakit yang berkelannjutan, seperti darah tinggi dan COVID-19. Selain itu, jam tangan pintar ini juga sudah bisa disisipkan eSIM untuk melakukan panggilan suara. Sayang, semua itu hanya bisa terwujud pada saat smartphone yang digunakan juga dari Samsung.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic di Indonesia dijual pada harga Rp. 4.999.000. Walaupun termasuk dalam harga yang premium, namun pengguna akan bisa mendapatkan fitur-fitur kesehatan yang cukup akurat yang nantinya bisa menyelamatkan nyawa. Hal tersebut tentunya akan terlihat lebih terjangkau untuk mereka yang suka berolah raga serta menjaga kondisi kesehatan setiap saat.

Sparks

  • Build kokoh dengan bingkai aluminium dan kaca Gorilla Glass
  • Fitur kesehatan yang cukup akurat dengan pendeteksi tekanan darah, SpO2, ECG, detak jantung, stress, dan lainnya
  • Mendukung 4G dengan eSIM
  • Responsif dengan SoC baru dan Android Wear OS
  • Mendukung charger Qi dan beberapa powerbank
  • Nyaman digunakan

Slacks

  • Fitur kesehatan mengharuskan penggunaan smartphone Samsung
  • Daya tahan baterai hanya 2 hari
  • Harganya cukup tinggi

Realme Hadirkan 2 Smartphone Terakhir di Tahun 2021, Realme 8i dan C25Y

Tidak terasa saat ini sudah hampir sampai di penhujung tahun 2021. Pada saat ini pula, biasanya para vendor sedang berlomba-lomba mempersiapkan produk mereka untuk menyambut 12.12 dan libur Nataru. Realme juga sudah mempersiapkan perangkat terbarunya untuk para konsumen entry level serta mainstream. Kedua perangkat tersebut adalah realme 8i dan C25Y.

“Bagi realme, tahun 2021 merupakan tahun dengan lompatan performa dan desain yang serba trendsetting. Kami sangat bersemangat untuk menghadirkan realme 8i sebagai smartphone 120Hz yang belum pernah ada di kisaran harga di bawah Rp 3 juta sebelumnya, serta memperkenalkan chipset 4G paling mutakhir dan powerful dari MediaTek yaitu Helio G96. realme 8i didefinisikan sebagai smartphone ultra-smooth dan ultra-powerful menetapkan standar bagi smartphone midrange. Selain itu, kami melakukan pembaruan pada kamera realme C25Y dengan menghadirkan kamera tertinggi dan pertama di seri entry-level realme, 50MP AI Camera dan chipset powerful dari Unisoc, dilengkapi baterai 5000mAh untuk menghadirkan performa seharian,” ungkap Palson Yi – Marketing Director realme Indonesia.

Realme 8i digadang sebagai smartphone dengan layar 120 Hz termurah. Smartphone ini juga ditenagai dengan chipset 4G terkencang dari Mediatek saat ini, yaitu Helio G96. Menggunakan proses produksi 12nm, Helio G96 menggunakan prosesor dua core Cortex A75 dan enam core Cortex A55 yang memiliki frekuensi utama hingga 2,05GHz dan memiliki GPU  ARM Mali-G57.

Realme 8i hadir dalam dua konfigurasi memori, yakni 4GB + 64GB dan 6GB+128GB. Untuk varian memori 6GB + 128GB, mendukung memori virtual DRE hingga 5GB sementara versi 4GB tidak mendukungnya. Kedua varian ini juga menggunakan kamera dengan resolusi 50 MP. Baterai yang terpasang memiliki kapasitas 5000 mAh.

Smartphone selanjutnya adalah realme C25Y. Smartphone yang satu ini menggunakan SoC dari Unisoc dengan T610.  Unisoc T610 menggunakan proses pabrikasi 12nm, memakai prosesor yang terdiri dari dua inti Cortex A75 berkecepatan 1.8GHz dan enam inti prosesor Cortex A55 1.8GHz.  GPU yang digunakan pada SoC ini adalah ARM Mali G52 3EE 2-Core. Konfigurasi yang dikeluarkan oleh realme hanya 1 macam saja, yaitu 4 + 64 GB.

Realme C25Y juga membawa kamera 50 MP sebagai sensor utamanya. Untuk layarnya, realme C25Y memiliki dimensi 6,5 inci rasio layar-ke-bodi hingga 88,7% berkat desain mini-drop klasik.Realme juga memasangkan baterai dengan kapasitas 5000 mAh yang dapat diisi ulang dengan charger 18 watt.

Smartphone realme 8i dengan varian 4+64 GB dijual dengan harga Rp. 2.499.000. Untuk versi 8+128 GB dijual dengan harga Rp. 2.999.000. Realme C25Y sendiri dijual pada harga Rp. 1.999.000.

DRE pada realme 8i hanya pada varian tertinggi?

Salah satu fitur yang sangat mendukung kinerja sebuah smartphone yang muncul di tahun 2021 adalah Dynamic RAM Expansion. Teknologi ini sendiri akan membuat cache yang ada pada RAM untuk dipindahkan sementara ke penyimpanan internal pada saat penuh. Tentunya, hal ini akan sangat menguntungkan perangkat dengan RAM yang lebih kecil. Namun mengapa realme 8i 4+64 GB malah tidak mendapatkan fitur tersebut?

J.J. Kwan sebagai Global Product Marketing Lead, realme mengatakan bahwa DRE bekerja dengan memakan sebagian ruang penyimpanan internal. Untuk versi dengan penyimpanan 128 GB, tentunya perangkat tersebut memiliki ruang yang cukup untuk digunakan sebagai memori virtual dan data pengguna. Akan tetapi untuk versi dengan media penyimpanan 64 GB, tentunya akan semakin sempit pada saat perangkat tersebut terisikan foto, informasi personal, serta data lainnya. Hal ini akan sangat berimbas pada pengalaman penggunaan perangkat ini secara keseluruhan.

Tanpa NFC pada realme 8i?

NFC sampai saat ini merupakan salah satu faktor penting dalam penjualan smartphone di Indonesia. Namun, realme 8i yang baru saja diluncurkan ini tidak memiliki fitur NFC yang saat ini sangat dibutuhkan untuk mengisi kartu uang elektronik. Lalu apa alasannya realme 8i tidak menyertakan fitur tersebut?

J.J. Kwan menjelaskan bahwa secara global, tim produk tidak melihatnya sebagai fitur yang high priority. Realme 8i sendiri memberikan fitur yang terlihat lebih baik seperti layar 120 Hz, Mediatek Helio G96, dan lainnya di harga 2 jutaan saja. Realme sendiri merupakan trendsetter, sehingga ingin membuat orang-orang merasakan layar 120 Hz tanpa harus mengeluarkan biaya yang lebih. Oleh karena itu, jika menginginkan NFC, bisa memilih model lain dari realme.

[Review] Xiaomi Pad 5: Performa Flagship Harga Mainstream, Bisa untuk Gantikan Laptop

Pasar tablet Android sepertinya sudah sepi dari sebelum pandemi COVID 19 merebak. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan oleh kebutuhan masyarakat lebih condong pada penggunaan smartphone. Namun, pandemi COVID 19 mengharuskan semua orang untuk bekerja dan sekolah di rumah. Dan ini mungkin merupakan sebuah titik balik dari penjualan tablet di seluruh dunia dan juga di Indonesia.

Pemilihan tablet memang cukup sulit untuk saat ini. Ada tablet dengan harga yang murah, namun memiliki spesifikasi yang kurang tinggi. Sayangnya, banyak tablet dengan spesifikasi yang bergaris lurus dengan harga yang dikenakan pula. Di sinilah Xiaomi ingin mengambil momen dengan mengeluarkan tablet Android terbarunya yang bernama Xiaomi Pad 5. Yup, Xiaomi saat ini sudah menghilangkan nama Mi pada semua perangkatnya.

Jika saya tidak salah, Xiaomi pernah memasukkan dua tabletnya ke Indonesia, yaitu Mi Pad dan Mi Pad 2. Setelah itu, sepertinya Xiaomi vakum dalam mengeluarkan perangkat tabletnya di Indonesia. Setelah pergantian kepemimpinan dari Steven Shi ke Alvin Tse, sepertinya Xiaomi Indonesia mulai berani memasukkan perangkat-perangkat non Redmi, termasuk kembalinya tablet Xiaomi Pad terbaru, yaitu Xiaomi Pad 5.

Xiaomi Pad 5 bisa dibilang sebuah tablet dengan spesifikasi flagship yang dijual dengan harga mainstream. Hal ini tentu saja membuatnya bisa digunakan di mana saja untuk bekerja dan meeting dengan menggunakan aplikasi seperti Zoom dan Google Meet. Kita juga bahkan bisa mengetik dengan menggunakan aplikasi Office dengan mudah serta menggambar langsung di layarnya.

Sebagai catatan, Xiaomi Indonesia hanya memasukkan Xiaomi Pad 5 non Pro saja. Paket penjualannya sendiri terpisah dengan keyboard dan juga stylus-nya. Anda juga bisa menggunakan stylus dan keyboard bluetooth pihak ketiga tanpa adanya masalah. Dan semua itu akan dapat digunakan dengan sangat smooth tanpa adanya lag. Dengan begitu pula, Xiaomi bisa menekan harga dari tablet ini untuk tidak mencapai nilai 5 juta rupiah.

Xiaomi Pad yang saya dapatkan (dan satu-satunya varian yang ada saat ini) bisa dilihat pada tabel berikut

SoC Qualcomm Snapdragon 860
CPU 1 x 2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3 x 2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4 x 1.78 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 6 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 3.1
Layar 11 inci 2560×1600 IPS 120 Hz Dolby Vision
Dimensi 254.7 x 166.3 x 6.9 mm
Bobot 511 gram
Baterai 8720 mAh fast charge 33 watt, 22,5 watt charger
Kamera 13 MP utama, 8 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12.5 Enhanced

Hasil dari CPU-Z, AIDA64, serta Sensor Box dapat dilihat sebagai berikut:

Mungkin Anda berpikir mengapa review ini lama keluar. Saya terus terang menunggu hingga MIUI 12.5 Enhanced datang ke Xiaomi Pad 5. Salah satu yang ingin saya rasakan adalah menggunakan memory extension sebesar 3 GB yang menjadi sebuah virtual memory pada tablet ini. Hal tersebut membuat Xiaomi Pad benar-benar bisa dipakai sebagai pengganti laptop!

Charger

Didalam paket penjualannya hanya akan ditemukan beberapa dokumen serta charger dan kabel USB-C. Walaupun Xiaomi Pad 5 mendukung pengisian hingga 33 watt, Xiaomi hanya memberikan charger dengan daya 22,5 watt saja.

Desain

Terus terang, Xiaomi Pad 5 memiliki desain yang menurut saya cukup keren. Badan dari tablet ini menggunakan bahan plastik polikarbonat keras dengan finishing matte. Untuk frame-nya sendiri sudah menggunakan bahan aluminium sehingga perangkat ini tidak mudah bengkok. Untuk perangkat yang saya dapatkan memiliki warna yang disebut dengan Cosmic Grey.

Layar Xiaomi Pad 5 memiliki resolusi 2560×1600 pada layar dengan dimensi 11 inci. Panel yang digunakan adalah IPS yang memiliki 1 miliar warna dengan refresh rate 120 Hz dan mendukung HDR10 serta Dolby Vision. Sayangnya, tidak dijelaskan apakah layar ini sudah menggunakan teknologi dari Corning dengan Gorilla Glass atau dari Asahi dengan DragonTrail atau tidak.  Oleh karenanya, gunakan lapisan pelindung tambahan agar layar tersebut aman dari goresan.

Xiaomi menempatkan kamera pada sisi atas (jika dalam posisi portrait), sehingga tablet ini lebih cocok digunakan pada posisi tersebut saat melakukan video conferencing. Pada bagian belakangnya, terdapat sebuah kamera serta LED flash yang terang. Sayang memang, bagian kameranya cukup menonjol sehingga cukup mengganggu desain tipis dari tablet ini yang memiliki dimensi 254.7 x 166.3 x 6.9 mm. Bobotnya sendiri cukup ringan untuk sebuah tablet berukuran besar, hanya 511 gram saja.

Jika dalam posisi landscape, tombol volume berada pada sisi atas beserta dengan konektor untuk stylus-nya. Pada bagian kiri akan ditemukan tombol power beserta dua speaker kiri. Untuk bagian kanannya dapat ditemukan dua speaker kanan beserta port USB-C untuk mengisi daya dan OTG. Bagian bawahnya akan ditemukan konektor untuk Xiaomi Pad Keyboard.

Xiaomi Pad 5 sudah menggunakan sistem operasi Android 11 yang sudah terpasang MIUI 12.5 Enhanced. Versi MIUI yang saya gunakan saat ini adalah 12.5.11 (RKXMIXM) yang sudah memiliki fitur Memory extension. Xiaomi sendiri mengalokasikan 3 GB dari penyimpanan internalnya untuk dijadikan memori virtual. Hal ini tentu saja akan membuat RAM 6 GB yang terpasang lebih lowong saat membuka banyak aplikasi.

Memori virtual ini sendiri sangat diperlukan jika Xiaomi Pad 5 digunakan untuk bekerja. Apalagi saat digunakan seperti sebuah laptop, misalnya dengan membuka aplikasi Office dengan tab yang banyak, browser internet dengan jumlah yang banyak pula, tentu saja akan membuat tablet ini menjadi tidak lag.

Konektivitas

Xiaomi Pad 5 yang dijual di Indonesia merupakan versi WiFi tanpa konektivitas seluler. Dengan Snapdragon 860, perangkat ini sudah mendukung WiFi 5 atau yang dikenal dengan 802.11 AC yang berjalan pada kanal 2,4 GHz dan 5 GHz. Tangkapan sinyal WiFi juga cukup baik, di mana saat beberapa smartphone hanya menangkap 3 bar tablet ini masih menangkap dengan penuh.

Xiaomi Pad 5 tidak memiliki GPS yang biasa digunakan untuk menampilkan lokasi secara akurat. Namun saat terkoneksi dengan WiFi, perangkat ini mampu memberikan informasi lokasi dengan cukup baik. Tablet ini juga tidak dilengkapi dengan NFC.

Kamera: Tablet namun hasil fotonya bagus!

Xiaomi Pad 5 juga dilengkapi dengan kamera untuk berbagai jenis kebutuhan. Pada bagian belakangnya, Xiaomi menyematkan kamera dengan resolusi 13 MP buatan OmniVision dengan OV13B10. Lalu pada bagian depannya, kamera yang terpasang memiliki resolusi 8MP yang menggunakan sensor OmniVision OV8856. Lalu bagaimana hasilnya?

Kamera bagian belakangnya ternyata mampu menangkap gambar dengan sangat baik. Pada kondisi cahaya yang cukup, perangkat ini mampu mengambil gambar dengan tajam dan rendah noise. Warna yang dihasilkan juga cukup baik serta kontrasnya yang juga baik. Hasilnya bisa dilihat pada gambar berikut ini

Kamera depannya juga bisa menangkap gambar dengan bagus. Untuk sebuah kamera 8 MP, hasilnya cukup tajam serta warnanya yang cukup baik. Untuk hasil yang lebih baik lagi, saya sarankan untuk menyalakan HDR serta mematikan fitur beautify.

Pengujian

Xiaomi Pad 5 menggunakan chipset dari Qualcomm, yaitu Snapdragon 860. Kembaran Snapdragon 855+ ini memang ditujukan untuk perangkat flagship pada 2 tahun yang lalu, namun kinerjanya saat ini masih menduduki peringkat atas. Qualcomm menggunakan 3 cluster yang terdiri dari Kryo 485 Gold (berbasis Cortex A76) 2.96 GHz pada cluster Prime,  3 core Kryo 485 Gold berkecepatan 2.42 GHz serta 4 core Kryo 485 Silver (berbasis Cortex A55) dengan kecepatan 1.78 GHz. GPU yang digunakan adalah Adreno 640.

Seperti biasa, saya menggunakan tablet ini dalam dua skenario, yaitu bermain serta bekerja. Game yang saya gunakan tentu saja ada pada Google Play. Skenario kedua adalah menggunakan tablet dengan aplikasi yang saya gunakan sehari-hari. Perangkat ini sendiri sudah saya gunakan sekitar 1 bulan.

Games

Terus terang, sebenarnya ada 3 game yang saya uji dengan menggunakan Xiaomi Pad 5. Ketiganya adalah Genshin Impact, Pokemon Unite, dan PUBG New State. Namun sayang, aplikasi GameBench mengharuskan saya untuk menyalakan Developer Options dan PUBG New State mensyaratkan agar pilihan tersebut dimatikan.

Dengan menggunakan Snapdragon 855+ Snapdragon 860, tentu saja sudah lebih dari cukup untuk menjalankan game-game yang beredar saat ini. Hal tersebut memang berhubungan langsung dengan clock yang dimiliki oleh SoC ini serta GPU-nya yang tergolong masih ada diurutan atas, yaitu Adreno 640. Terlebih lagi dengan layar 120 Hz yang digunakan yang berhubungan langsung dengan kemampuannya untuk menampilkan sampai 120 fps.

Berbicara mengenai 120 fps, ada sebuah hal yang cukup unik saat bermain PUBG New State. Oleh karena tidak bisa menggunakan aplikasi GameBench untuk mengukur framerate-nya, langsung saja saya mencoba menggunakan fitur Game Turbo dari MIUI. Ternyata, Game Turbo mendeteksi bahwa game ini jalan pada 120 fps! Akan tetapi, pada saat memindah pilihan dari Vulkan ke OpenGL ES, framerate tersebut terkunci pada 60 fps.

Untuk Genshin Impact dan Pokemon Unite, keduanya mendapatkan framerate yang sama pada tablet ini. Dengan 40 fps, tentu saja pengguna bisa bermain dengan cukup lancar. Saya memilih setting paling tinggi untuk kedua game ini, sehingga jika 40 fps dirasa kurang, Anda bisa menurunkan kualitasnya untuk mencapai 60 fps.

Satu hal yang kurang nyaman saat bermain adalah bobot dari perangkat ini. Untuk sebuah tablet, perangkat dengan bobot 511 gram ini memang cukup ringan. Akan tetapi jika dipegang dengan 2 tangan yang jari-jarinya digunakan untuk bermain game, beratnya akan cukup terasa pada lengan. Namun tentunya hal ini kembali lagi ke preferensi masing-masing penggunanya.

Hasil benchmark yang saya dapatkan bisa dilihat sebagai berikut

Bekerja dan hiburan

Selama sebulan, saya mencoba mengetik dengan menggunakan Xiaomi Pad 5 yang dihubungkan dengan keyboard dan mouse bluetooth. Yang saya rasakan memang hampir tidak ada bedanya dengan menggunakan sebuah laptop. Yang membedakan tentu saja dari sisi sistem operasi. Namun dari pengalaman, saya lebih suka menggunakan tablet ini jika dibandingkan dengan sebuah Chromebook.

Aplikasi yang saya gunakan pada tablet ini meliputi Trello, Slack, GMail, WPS, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome. Sebagai catatan, artikel ini sebagian besar saya ketik dengan menggunakan browser Chrome pada Xiaomi Pad 5. Pekerjaan grafik juga dilakukan pada WPS untuk Android. Untuk melakukan editing, saya menggunakan Photopea secara online sehingga memang tidak ada kendala sama sekali saat menggunakannya.

Tablet ini juga saya coba gunakan untuk sekolah anak yang saat ini masih dilakukan di rumah. Dengan menggunakan Zoom, yang ternyata lebih lancar jika dibandingkan dengan laptop Windows, membuat kegiatan tersebut terasa lebih nyaman. Hal ini tentu saja tidak lepas dari RAM 6 GB yang sudah mendukung memori virtual sebesar 3 GB.

Untuk menonton video, perangkat ini sudah dilengkapi dengan Dolby Vision serta Dolby Atmos. Hal ini tentu saja akan meningkatkan kualitasnya saat menonton layanan video streaming seperti Netflix. Perangkat ini juga sudah mendukung Widevine L1 sehingga bisa menonton video 1080p pada banyak layanan streaming. Anda juga harus mendengarkan suara yang keluar dari 4 speaker yang ada, karena suaranya yang keras serta cukup jernih.

Benchmarking

Xiaomi Pad 5 menggunakan Snapdragon 860 yang notabene merupakan Snapdragon 855+. Untuk mengetahui seberapa baik kinerjanya, saya menghadirkan Snapdragon 870 atau Snapdragon 865+, Snapdragon 865, serta Mediatek Helio G95.  Berikut adalah hasilnya

Dapat dilihat bahwa kinerja Xiaomi Pad 5 yang menggunakan Snapdragon 860 memang kencang. Dengan hasil yang ada, tentu saja sejalan dengan pengalaman saya dalam menggunakannya selama sebulan penuh. Nilai tersebut juga berarti bahwa perangkat ini mampu digunakan dengan bebas lag.

Uji baterai: 8720 mAh yang cukup panjang

Untuk menguji baterai dengan kapasitas 8720 mAh memang membutuhkan banyak waktu. Sayangnya, aplikasi yang ada saat ini tidak merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian tablet tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan, bekerja, serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Xiaomi Pad 5 dapat bertahan hingga 14 jam 5 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 22,5 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang lebih 2 jam.

Verdict

Kebutuhan akan sebuah tablet Android untuk keperluan WFH dan SFH memang sedang meningkat. Sayangnya, banyak tablet dengan kinerja tinggi memiliki harga yang mahal. Untuk tablet dengan harga yang murah, spesifikasi yang diberikan juga tidak terlalu tinggi. Masalah inilah yang dipecahkan oleh Xiaomi dengan meluncurkan Xiaomi Pad 5.

Kinerja dari Xiaomi Pad 5 memang sangat bagus karena menggunakan SoC Qualcomm Snapdragon 860. Dengan menggunakan SoC ini, kinerja tablet yang digunakan untuk bermain game, bekerja, serta hiburan menjadi nyaman karena terasa responsif. Apalagi, tablet ini memiliki memori virtual tambahan 3 GB yang memastikan RAM tidak akan kepenuhan. Semua itu juga ditunjang dengan baterai yang memiliki kapasitas besar dan berdaya tahan lama.

Tablet ini juga memiliki kamera yang menghasilkan gambar serta video yang bagus. Hal tersebut tentu saja membuat perangkat ini bisa mengambil momen sehari-hari sekaligus bisa diandalkan saat melakukan panggilan video untuk meeting. Sayang memang, tablet ini tidak memiliki GPS serta NFC yang saat ini mungkin dibutuhkan oleh para konsumen di Indonesia. Tablet ini juga hanya memiliki konektivitas WiFi tanpa adanya dukungan jaringan seluler.

Xiaomi Pad 5 dijual oleh Xiaomi Indonesia dengan harga Rp. 4.999.000. Dengan harga tersebut, pengguna akan mendapatkan semua kelebihan yang sudah saya sebutkan di atas. Bagi saya, Xiaomi Pad 5 memang merupakan sebuah tablet terjangkau dengan kinerja yang tinggi yang bisa digunakan untuk segala macam kegiatan seperti bermain game, belajar, bekerja, dan menikmati hiburan.

Sparks

  • Kinerja tinggi dengan Snapdragon 860
  • Responsif dengan RAM 6 GB + memori virtual 3 GB
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang
  • 4 Speaker Dolby Atmos dan layar 120 Hz yang mendukung Dolby Vision
  • Desain cantik dan tipis
  • Hasil kamera yang bagus

Slacks

  • Tanpa GPS dan NFC
  • Charger bawaan hanya 22,5 watt saja
  • Tanpa microSD
  • Tanpa port audio

Mengintip Laptop Baru Huawei MateBook 14s dan 14

Seperti biasa sebelum meluncurkan produk terbarunya, Huawei mengajak para jurnalis untuk mengintip teknologi dibalik perangkat tersebut. Kali ini, yang bakal diluncurkan adalah 2 laptop terbaru mereka yang bernama Huawei MateBook 14s dan MateBook 14. Dua laptop yang tipis ini nantinya akan dibawa di Indonesia dan akan diluncurkan dalam waktu dekat. Seperti apa kedua laptop tersebut?

“Huawei memahami, saat ini masyarakat membutuhkan partner serba bisa untuk mendukung produktivitas. Terlebih bagi pekerja profesional dengan mobilitas dan pekerjaan yang banyak. Visi Huawei dalam bisnis laptop adalah menciptakan produk terpercaya, dengan kualitas dan inovasi tinggi. Kami sangat bersemangat untuk meluncurkan Huawei MateBook 14s dan 14 di bulan Desember ini ke pasar Indonesia. Semoga kehadiran produk ini dapat memberikan pengalaman superior dan memberikan kesempatan bagi pengguna untuk meningkatkan produktivitas,” ujar Partick Ru, Country Head Huawei CBG Indonesia.

Kedua laptop ini memiliki desain tipis, hanya 16,7 mm, serta memiliki bobot hanya 1,43 kg. Layarnya yang memiliki resolusi 2,5K (2520 x 1680) dengan rasio 3:2 ini menggunakan refresh rate 90 Hz dengan 1,07 miliar warna dan gamut warna 100% sRGB. Untuk Matebook 14, layarnya memiliki resolusi 2K. Untuk membuat mata menjadi nyaman, Huawei juga sudah menyematkan fitur hardware low blue light di mana akan menampilkan warna penuh dibandingkan dengan solusi software.

Untuk Matebook 14s, Huawei menggunakan prosesor hingga Core i7 11370H. Untuk varian teratasnya tersebut, Huawei juga sudah melengkapinya dengan sertifikasi EVO dari Intel. Huawei juga memiliki mode performance yang bakal meningkatkan TDP-nya menjadi 45 watt sehingga membuat laptop ini bakal menjadi lebih kencang jika dibandingkan dengan mode normalnya. Untuk itu, Huawei juga sudah menggunakan pendingin baru dengan fan shark fin yang memiliki 79 baling-baling.

Dengan dimensi yang tipis, Huawei MateBook 14s juga sudah dilengkapi dengan beberapa port yang cukup lengkap. Tentu saja dengan Intel Core generasi ke 11, port USB-C dengan mesin Thunderbolt 4 sudah tersedia. Laptop ini juga memiliki 4 speaker yang terdiri dari 2 bass dan 2 tweeters. Selain itu, 4 buah microphone juga tersedia pada laptop ini yang dilengkapi dengan AI noise cancellation.

Baterai yang terpasang memiliki kapasitas 60 WHr, yang diklaim oleh Huawei bisa membuat daya hidup MateBook 14s bisa panjang. Laptop ini bisa digunakan untuk Office sampai 11 jam dan untuk menonton video 1080p hingga 13 jam. Untuk mengisi baterai, Huawei menggunakan charger 65 watt melalui port USB-C, di mana saat diisi 15 menit akan bisa digunakan untuk 3 jam. Charger ini pun juga bisa digunakan untuk beberapa smartphone dan tablet dari Huawei.

Kedua laptop ini nantinya akan diluncurkan pada tanggal 8 Desember 2021. Pemesanan dengan cara pre order dapat dilakukan mulai tanggal 8 – 17 Desember 2021. Untuk harganya, tentu saja harus menunggu pada saar perangkat ini diluncurkan.

Sertifikasi EVO hanya untuk Core i7 saja

Huawei mengeluarkan MateBook 14s dengan menggunakan prosesor mulai dari Core i3, i5, hingga Core i7. Namun sayang, sertifikasi EVO hanya didapatkan pada versi tertingginya saja, yaitu yang menggunakan Core i7. Padahal jika kita melihat persyaratan dari Intel, seharusnya perangkat dengan Intel Core i5 juga bisa mendapatkan standarisasi tersebut. Apakah penyebabnya?

Edy Supartono selaku Training Director of Huawei CBG Indonesia mengatakan bahwa memang sertifikasi EVO ditujukan untuk laptop-laptop premium. Dari tim litbang Huawei sendiri menyatakan bahwa performa premium itu sendiri bukan datang dari laptopnya saja, tetapi juga dari sisi prosesornya. Oleh karena itu, Huawei memberikan sertifikasi EVO hanya pada seri tertinggi Huawei MateBook 14s, yaitu yang menggunakan Core i7.

Kamera pindah dari keyboard ke atas layar. Mengapa?

Salah satu ciri-ciri laptop Huawei yang ada saat ini adalah diletakkannya kamera pada keyboard. Hal ini tentu saja membuatnya berbeda dari laptop-laptop lainnya. Namun, pada MateBook 14s dan 14, kamera ini dipindahkan ke bagian atas layar, seperti di laptop pada umumnya. Apa alasan Huawei memindahkan icon-nya tersebut?

Edy mengatakan bahwa sebenarnya yang paling penting adalah menjaga komitmen Huawei dan bisa memenuhi kebutuhan para konsumen Huawei. Artinya, icon ini jika tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumen Huawei, berarti tidak hal tersebut bukan teknologi yang reliable. Huawei sendiri ingin menjadi brand yang reliable dan juga berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumennya. Hal ini pula yang menyebabkan dipindahkannya kamera dari keyboard ke bezel bagian atas.

GPU FengHua buatan Xingdong Tantang NVIDIA dan AMD Radeon

Selama ini, pasar discrete GPU dikuasai oleh 2 merek, yaitu NVIDIA dan AMD Radeon. Sudah lama sekali produsen GPU seperti S3, Matrox, dan SiS XGI tidak lagi bermain pada pasar ini. Pemain seperti Intel juga nantinya akan mengeluarkan discrete GPU. Yang saat ini sudah meluncurkan GPU discrete-nya adalah perusahaan asal Tiongkok, yaitu Xingdong dengan Fenghua.

Kita mungkin belum pernah mendengar perusahaan bernama Xingdong. Xingdong bekerja sama dengan perusahaan bernama Innosilicon dalam mendesain GPU bernama Fenghua No. 1. Innosilicon sendiri dikenal sebagai produsen cip mesin mining untuk cryptocurrency, ASIC. Tidak main-main, spesifikasi yang dimiliki oleh Fenghua No. 1 ini  pun bisa dikatakan cukup tinggi.

Fenghua No.1 merupakan GPU dengan multi chip yang menggunakan memori berbasis GDDR6X. GPU ini bahkan sudah mendukung beberapa API modern seperti DirectX, Vulkan, OpenGL, OpenCL, dan juga OpenGL ES. GPU ini juga nantinya menggunakan interface PCIe Gen 4 dan memiliki konektor seperti DisplayPort, eDP 1.4, serta HDMI 2.1. GPU ini juga dirancang untuk dapat bekerja pada beberapa sistem operasi seperti Windows, Linux, serta Android.

Kinerja dari Fenghua No. 1 memang belum muncul di dunia maya. Walaupun begitu, Xingdong mengatakan bahwa GPU ini nantinya memang ditujukan untuk PC desktop, cloud gaming, cloud gaming untuk smartphone, serta workstation. Kinerjanya tentu akan lebih kencang karena Fenghua No. 1 nantinya bakal bisa melakukan rendering dengan multi-GPU, yang kemungkinan akan mirip dengan SLI atau CrossFireX.

Apakah nantinya GPU Fenghua akan menjadi penantang NVIDIA GeForce dan AMD Radeon di pasaran, tentunya belum diketahui. Jika memang GPU ini dijual diluar negara Tiongkok, tentunya akan menjadi sebuah solusi pilihan untuk membeli sebuah GPU. Apalagi, saat ini masih terjadi kelangkaan chip yang membuat harga GPU NVIDIA dan AMD menjadi lebih tinggi.

GPU Fenghua juga kemungkinan menjadi sebuah angin segar untuk mereka yang melakukan mining. Hal tersebut dikarenakan GPU ini juga didesain oleh Innosilicon. Innosilicon sendiri memiliki banyak mesin yang digunakan untuk melakukan mining Ethereum, seperti Innosilicon A10 Pro yang secara teoritis dapat melakukan penambangan dengan kecepatan 500MHs dan menggunakan daya kurang dari 1000W.

Sumber: TomsHardware