Berkat Gadget Ini, Grafik yang Dihasilkan Nintendo Switch Bisa Kelihatan Lebih Mulus di TV 4K

Keterbatasan hardware milik Nintendo Switch membuatnya kurang ideal ditandemkan dengan TV 4K dalam posisi docked. Tidak jarang, beberapa bagian pada gambar tampak agak kabur di TV 4K, belum lagi bagian-bagian pinggir objek yang kelihatan bergerigi karena tidak adanya anti-aliasing.

Bahkan Switch OLED yang lebih baru pun tidak luput dari problem ini, sebab model tersebut memang tidak membawa peningkatan performa sama sekali. Solusinya? Ganti TV Full-HD. Oke, saya bercanda. Yang mungkin lebih masuk akal adalah dengan membeli perangkat bernama Marseille mClassic berikut ini.

Oleh pengembangnya, perangkat ini dideskripsikan sebagai pengolah grafis eksternal buat Switch maupun sejumlah konsol lain. Pada praktiknya, ia merupakan sebuah adaptor HDMI canggih yang dibekali chip pengolah khusus. Chip tersebut bertugas meng-upscale resolusi sekaligus menerapkan teknik anti-aliasing, sehingga pada akhirnya gambar yang tersaji di TV bisa kelihatan lebih tajam.

Perlu dicatat, proses upscaling-nya tidak akan secara ajaib menyulap resolusi 720p menjadi 4K begitu saja, melainkan berlangsung secara bertahap, semisal 720p ke 1080p, atau 1080p ke 1440p. Namun meski output yang tersaji bukanlah 4K, gambar yang dihasilkan saat menggunakan mClassic tetap akan terlihat lebih tajam ketimbang ketika konsol dicolokkan ke TV secara langsung.

Istimewanya, ini semua diwujudkan tanpa menambah latensi yang berarti, sehingga gameplay bakal tetap berjalan mulus seperti biasanya. Cara penggunaannya sendiri terkesan sangat mudah: pasangkan mClassic ke port HDMI milik konsol (bisa dengan bantuan kabel extension jika perlu), sambungkan mClassic ke sumber listrik via USB, lalu sambungkan kabel HDMI (versi 2.0 atau atasnya) dari mClassic ke TV.

Kalau lampu indikatornya sudah menyala hijau, berarti upscaling-nya sudah aktif. Geser lampu sekaligus tuas tersebut ke kanan, maka yang menyala adalah warna biru, dan ini menandakan perangkat sedang berada dalam mode Retro yang ditujukan untuk konsol-konsol lawas dengan output aspect ratio 4:3. Geser ke paling kiri, maka lampunya akan mati, yang berarti perangkat tidak sedang melakukan pemrosesan apa-apa.

Di situs resminya, Marseille mClassic dijual seharga $100, cukup mahal untuk sebuah aksesori buat Nintendo Switch. Kendati demikian, kalau Anda rutin menggunakan Switch dalam posisi docked di TV 4K, produk ini mungkin bisa jadi pertimbangan untuk sedikit memanjakan mata.

Sumber: Tom’s Guide.

[Tekno] Instagram Sedang Aktif Mencari Cara untuk Mengintegrasikan NFT ke Platformnya

Pembahasan mengenai NFT hampir selalu dikaitkan dengan metaverse. Pasalnya, tidak sedikit yang percaya bahwa NFT merupakan salah satu komponen kunci untuk merealisasikan konsep metaverse secara matang. Bagi Facebook Meta yang tengah berfokus mewujudkan konsep metaverse, ini berarti mereka juga perlu mengekspos NFT kepada publik.

Sejauh ini Meta memang belum menjabarkan rencana-rencananya secara spesifik, namun ada kemungkinan Instagram bakal jadi senjata utamanya dalam memperkenalkan NFT ke hadapan publik. Lewat sebuah story yang diunggah pekan lalu, bos besar Instagram, Adam Mosseri, mengonfirmasi bahwa timnya tengah aktif mendalami soal NFT.

“Belum ada yang bisa diumumkan, tapi pastinya kami secara aktif mengeksplorasi NFT dan bagaimana kami bisa menjadikannya lebih mudah diakses oleh audiens yang lebih luas,” jawab Adam terhadap seseorang yang menanyakan seputar integrasi NFT di Instagram. Menurutnya, keterlibatan Instagram dalam tren NFT juga bisa menjadi alternatif lain untuk membantu kalangan kreator.

Komentar yang terakhir ini pada dasarnya merupakan indikasi kuat bahwa Instagram nantinya juga bakal menghadirkan sejumlah tool yang dapat membantu kreator NFT memamerkan karya-karyanya. Namun seperti yang Adam bilang, sejauh ini mereka belum berani mengumumkan apa-apa, menandakan bahwa semuanya masih eksperimental.

Kabar mengenai ketertarikan Instagram terhadap NFT ini sebenarnya sudah bisa diendus sejak bulan Juni lalu, tepatnya ketika seorang developer bernama Alessando Paluzzi menemukan bahwa Instagram tengah menguji fitur bernama Collectibles secara tertutup. Belum lama ini, Alessandro juga memamerkan sejumlah tangkapan layar yang menunjukkan integrasi beberapa crypto wallet populer seperti MetaMask dan Coinbase di Instagram.

Seperti apa jelasnya integrasi NFT di Instagram ini masih tanda tanya besar. Apakah nantinya Instagram bakal mengakomodasi prosesnya dari awal sampai akhir? Apakah pengguna bisa dengan mudah minting koleksi foto dan videonya di Instagram menjadi aset NFT yang siap dijual? Bagaimana dengan filter AR, apakah ini juga dapat dijadikan NFT untuk digunakan di metaverse ke depannya? Semuanya masih spekulatif dan perlu konfirmasi lebih lanjut.

Sumber: Markets Insider. Gambar header: Brett Jordan via Unsplash.

LG DualUp Monitor Adalah Monitor Impian Para Editor Video

Populasi laptop dengan layar yang memiliki aspect ratio 16:10 atau 3:2 terus bertambah belakangan ini, mengindikasikan adanya pergeseran tren di kalangan konsumen. Dibanding layar widescreen standar dengan aspect ratio 16:9, layar 16:10 atau 3:2 mampu menyajikan lebih banyak konten secara vertikal, dan ini dipercaya dapat berdampak positif terhadap produktivitas.

“Lebih banyak” itu relatif. Pada layar 16:10 misalnya, yang dimaksud lebih banyak biasanya cuma beberapa baris teks ekstra. Namun bagaimana kalau yang diincar sebenarnya adalah dua kali lebih banyak? Kalau itu yang dicari, mungkin monitor terbaru LG ini bisa jadi solusi.

Seperti yang bisa dilihat, monitor ini justru memanjang secara vertikal ketimbang horizontal. Teknisnya, perangkat bernama LG DualUp Monitor (28MQ780) ini merupakan sebuah monitor IPS 27,6 inci dengan resolusi 2560 x 2880 dan aspect ratio 16:18. Di rasio seperti itu, layarnya justru kelihatan hampir mengotak seperti format foto orisinal Instagram.

Monitor ini tidak bisa disamakan dengan monitor widescreen biasa (16:9) yang diputar 90°. Pasalnya, lebarnya sama persis seperti monitor 16:9 dalam posisi normal. Perbandingan yang lebih tepat adalah jika Anda menumpuk dua monitor 16:9. Menurut LG, menggunakan monitor ini sama seperti menggunakan dua monitor 21,5 inci beresolusi QHD (2560 x 1440).

Pada gambar-gambar promosinya, LG menunjukkan monitornya yang sedang dipakai untuk menyunting video, dan ini memang merupakan salah satu skenario penggunaannya yang paling ideal; tampilan timeline di bawah, preview-nya di atas. Menurut LG, bentuk layar yang unik semacam ini bisa membantu meminimalkan risiko sakit leher, sebab pengguna jadi lebih jarang menoleh ke kiri-kanan.

Harganya jualnya sejauh ini masih belum diketahui, dan LG hanya bilang mereka bakal menyingkap lebih banyak informasi di event CES pada tanggal 4 Januari 2022 mendatang. Bersamaan dengan monitor unik itu, LG turut mengumumkan satu monitor lain yang cukup spesial, yakni LG UltraFine Display (32UQ85R).

Monitor dengan layar 4K 31,5 inci ini istimewa berkat jenis panel yang digunakan, yaitu panel Nano IPS Black yang memiliki rasio kontras 2.000:1 (dua kali lipat panel Nano IPS yang terdapat pada LG DualUp tadi) dan color gamut 98% DCI-P3. Yang menjadi target pasarnya adalah kalangan profesional, jadi jangan heran kalau LG turut menyertakan sensor kalibrasi warna otomatis yang bisa dilepas-pasang dalam paket penjualannya.

Sumber: Ars Technica dan LG.

10 Speaker Portabel Pilihan untuk Dijadikan Kado Tahun Baru

Libur akhir tahun sudah hampir tiba, dan sebagian besar dari kita mungkin bakal memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi hadiah kepada orang-orang terdekat. Hadiahnya tentu bisa bermacam-macam tergantung selera dan karakter tiap orang, akan tetapi speaker portabel bisa jadi salah satu opsi hadiah yang cukup universal berkat kepraktisan yang ditawarkan.

Dalam artikel ini, saya telah merangkum 10 speaker portabel pilihan yang dapat dijadikan kado tahun baru. Portabel berarti speaker-nya harus mudah dibawa-bawa dan dapat beroperasi di mana saja (alias memiliki baterai dan tidak perlu dicolokkan ke sumber listrik setiap saat), dan tentu saja speaker-nya juga wajib dibekali Bluetooth sebagai konektivitas utamanya.

Ultimate Ears Wonderboom 2

Kecil, kuat, awet. Tiga kata tersebut sudah bisa menggambarkan keunggulan speaker ini. Diameternya memang cuma 104 mm, dan tingginya pun hanya 95 mm, akan tetapi ia diklaim telah lulus uji jatuh dari ketinggian 1,5 m. Bagaimana seandainya terjatuh ke air? Tidak masalah, sebab ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP67, dan ia juga bakal mengapung dengan sendirinya di atas air.

Terlepas dari wujudnya yang mungil, suara yang dihasilkan tergolong cukup menggelegar, apalagi berkat fitur Outdoor Boost yang tersematkan. Lebih istimewa lagi, speaker seharga Rp999.000 ini mampu beroperasi hingga 13 jam nonstop sebelum kehabisan daya.

Link pembelian: Ultimate Ears Wonderboom 2

JBL Flip 5

Seri JBL Flip dikenal akan kombinasi kualitas suaranya yang mantap dengan desainnya yang simpel dan ringkas. Dibandingkan generasi sebelumnya, Flip 5 memang sedikit lebih bongsor, akan tetapi suara yang dihasilkan juga lebih baik lagi, terutama di sektor bass.

Portabilitasnya dijamin berkat sertifikasi IPX7, dan ia pun siap bekerja selama 12 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang. Charging-nya pun kini lebih mudah berkat penggunaan port USB-C ketimbang Micro USB. Harganya? Rp1.399.000.

Link pembelian: JBL Flip 5

JBL Clip 4

Opsi lain dari JBL yang layak dipertimbangkan — sekaligus yang lebih mungil dan lebih terjangkau — JBL Clip 4 mengusung desain yang unik berkat karabiner terintegrasi. Ini tentu membuatnya sangat mudah dibawa bepergian, dan Anda juga tidak perlu khawatir akan keselamatannya di alam liar mengingat ia telah mengantongi sertifikasi IP67.

Tiga buah tombol di sisi depannya menjadikan pengoperasiannya begitu mudah, dan suara yang dihasilkan pun tergolong besar untuk ukurannya. Meski mungil, daya tahan baterainya tergolong cukup awet, dengan klaim hingga 10 jam pemakaian per charge. Tertarik? Siapkan dana Rp1.099.000.

Link pembelian: JBL Clip 4

Sonos Roam

Paling mahal di antara yang lain, Sonos Roam menebus kekurangan tersebut lewat kualitas audio yang sangat baik dalam kemasan yang tidak lebih besar dari kaleng bir setengah liter. Tidak seperti yang lain, speaker seharga 3,7 jutaan rupiah ini dibekali konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi sekaligus, dan ia dapat diikutkan ke dalam sistem audio multi-room milik Sonos jika perlu.

Dalam sekali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai 10 jam pemakaian, dan ia dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger demi semakin menambah kepraktisan. Secara fisik, Sonos Roam tergolong cukup kapabel berkat sertifikasi ketahanan air dan debu IP67.

Link pembelian: Sonos Roam

Bose SoundLink Micro

Termahal kedua setelah Sonos Roam, speaker besutan Bose ini juga sangat dikenal akan kualitas suaranya yang prima meski dimensinya hanya sebesar sekepalan tangan. Fisiknya pun cukup unik karena menggunakan bahan karet silikon, dan ia turut dilengkapi sebuah pengait untuk digantungkan ke tas atau setang sepeda. Tidak sengaja tercebur ke air? Bukan masalah karena ia telah lulus uji sertifikasi IPX7.

Kekurangan utama Bose SoundLink Micro dibanding speaker-speaker lain di artikel ini adalah terkait baterainya. Dalam sekali charge, ia cuma mampu bertahan hingga 6 jam saja. Memang sudah tergolong cukup, tapi mungkin kurang ideal buat perjalanan yang amat jauh.

Link pembelian: Bose SoundLink Micro

Sony SRS-XB13

Salah satu kelemahan utama speaker berukuran mini umumnya adalah bass yang terasa kurang menendang. Namun entah kenapa itu seakan tidak berlaku buat Sony SRS-XB13. Kalau punya dua unit, Anda bisa menyambungkan keduanya menjadi konfigurasi stereo.

Agar lebih mudah dibawa-bawa, Sony tak lupa melengkapinya dengan strap yang bisa diikatkan dalam dua cara yang berbeda. Fisiknya sepenuhnya tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, dan baterainya cukup untuk pemakaian selama 16 jam dalam sekali charge. Harganya pun termasuk cukup kompetitif di Rp999.000.

Link pembelian: Sony SRS-XB13

Sony SRS-XB23

Alternatif lain dari Sony yang tidak terpaut terlalu jauh harganya adalah SRS-XB23. Model ini menjanjikan kualitas suara yang lebih superior, terutama berkat penggunaan Bluetooth 5 dan dukungan codec LDAC. Bass yang dihasilkan juga bisa dipastikan lebih bulat berkat sepasang radiator pasif yang tertanam. Harganya sendiri masih sangat kompetitif di Rp1.249.000.

Seperti adiknya, XB23 turut mengusung bodi tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, dan colokan untuk charging-nya pun sudah mengandalkan USB-C. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk digeber selama 12 jam nonstop.

Link pembelian: Sony SRS-XB23

LG XBOOM Go PL5

Suara yang jernih dan bass yang mantap merupakan nilai jual utama speaker seharga Rp1.649.000 ini. LG tidak sendirian dalam pengembangannya, melainkan dibantu oleh ahli audio kenamaan asal Inggris, Meridian Audio, dan partisipasinya dapat langsung terasa sesaat setelah kita mendengarkan suara yang dihasilkan.

Secara estetika, speaker ini kelihatan cukup simpel, namun tetap cukup stylish berkat cincin lampu warna-warni di kedua sisinya. Berbekal sertifikasi IPX5, semprotan air maupun debu tidak akan menjadi masalah besar buatnya. Yang istimewa, baterainya bisa tahan sampai 18 jam penggunaan kalau lampu-lampunya dimatikan.

Link pembelian: LG XBOOM Go PL5

Soundcore Flare S+

Bentuknya mirip termos mini, speaker ini siap menyajikan audio 360° dengan berbekal sepasang full-range driver yang saling berpunggungan, sepasang tweeter, dan sepasang radiator pasif. Sebagai bonus, speaker seharga Rp999.000 ini juga dapat digunakan untuk berinteraksi dengan Alexa.

Dengan fisik bersertifikasi IPX7, ia merupakan speaker yang tepat untuk dibawa ke acara pool party. Acaranya berkepanjangan dari senja hingga fajar? Bukan masalah, sebab baterainya dapat tahan sampai 16 jam dalam sekali charge.

Link pembelian: Soundcore Flare S+

OontZ Angle 3 Ultra

Salah satu andalan komunitas audio kere hore sejak lama, speaker ini banyak direkomendasikan berkat keseimbangan antara harga, performa, dan fitur yang ditawarkannya. Pada versi terbarunya, OontZ Angle 3 Ultra (4th Gen), pengguna bisa menghubungkan dua unit secara nirkabel untuk ditempatkan di ruangan yang berbeda.

Seperti speaker-speaker lainnya di artikel ini, OontZ Angle 3 Ultra turut mengemas bodi yang tahan air, spesifiknya yang memenuhi sertifikasi IPX7. Dalam sekali charge, ia mampu beroperasi hingga 20 jam, dan pengisiannya kini sudah mengandalkan USB-C pada versi terbarunya. Speaker ini bisa dibeli seharga Rp899.000.

Link pembelian: OontZ Angle 3 Ultra

Gambar header: Dusan Jovic via Unsplash.

IDC: Pasar Smartphone Indonesia Selama Kuartal Ketiga 2021 Lesu Akibat PPKM dan Krisis Pasokan

Berdasarkan laporan terbaru dari IDC, pasar smartphone Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan selama kuartal ketiga tahun 2021 kemarin. Dalam tempo tersebut, IDC menyebut hanya ada 9,2 juta smartphone yang terkirim ke konsumen, atau turun 12,4% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Penyebabnya adalah gelombang kedua COVID-19, yang memuncak di bulan Juli 2021 dan berujung pada diberlakukannya kebijakan PPKM selama beberapa waktu. Berhubung banyak toko fisik yang harus tutup selama PPKM berlangsung, otomatis yang paling terdampak adalah penjualan melalui channel offline.

Meski pembatasannya sudah mulai longgar sejak September lalu, produsen smartphone masih harus dihadapkan dengan isu lain yang tak kalah serius, yakni krisis pasokan, yang ujung-ujungnya menyebabkan stok perangkat jadi menipis.

“Vendor mengambil langkah strategis dalam menghadapi situasi pasokan yang sulit ini, dengan sejumlah vendor memilih untuk mengganti atau tidak merilis model yang lebih terdampak krisis pasokan,” terang Vanessa Aurelia, Associate Market Analyst di IDC Indonesia.

Situasi sulit ini memicu pergeseran penguasaan pangsa pasar yang cukup signifikan. Xiaomi, yang pada dua kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan pesat dan sempat memimpin di kuartal kedua, kini harus puas di posisi ketiga dengan pangsa pasar di atas 15% karena persediaannya yang menipis. Kendati demikian, IDC menyebut Xiaomi masih menjadi pemimpin di segmen mid-range ($200 < $400).

Posisi pertama justru kembali direbut oleh OPPO, yang selama kuartal ketiga sanggup mempertahankan stok yang cukup terlepas dari isu krisis pasokan yang melanda. Sebagian besar dari pangsa pasarnya yang berada di atas 20% berasal dari penjualan di segmen low-end ($100 < $200), menjadikannya pemimpin di segmen tersebut.

Menyusul di belakang OPPO adalah Vivo, juga dengan pangsa pasar di atas 20% berkat kemampuannya mempertahankan persediaan sekaligus meningkatkan penjualan offline-nya. Seperti OPPO, Vivo juga kuat di segmen low-end berkat lini produk Y Series-nya.

Di posisi ketiga ada Xiaomi tadi, lalu tidak jauh di belakangnya ada Samsung yang juga memiliki pangsa pasar di atas 15%. Samsung adalah salah satu yang paling terdampak PPKM menurut IDC, dengan banyaknya toko ritel yang ditutup dan anjloknya penjualan secara offline.

Posisi kelima kembali dihuni oleh Realme dengan pangsa pasar di atas 10%. Selain mampu mempertahankan jumlah pengiriman, Realme juga disebut mampu menjaga momentum dengan memperbarui lini produk C Series-nya dan menjaga persediaan tetap stabil.

Laporan terbaru IDC juga menunjukkan tren yang cukup menarik seputar smartphone 5G. Dikatakan bahwa pangsa pasar ponsel 5G di kuartal ketiga ini naik dari 6% menjadi 7% seiring semakin banyaknya model baru yang dirilis, utamanya model-model yang lebih terjangkau. Ini pada akhirnya juga membuat harga jual rata-rata ponsel 5G menurun 27% menjadi $418 di kuartal ketiga 2021.

Sumber: IDC. Gambar header: Jonas Leupe via Unsplash.

The Game Awards 2021 Kembali Cetak Rekor Jumlah Penonton Baru

Sejak pertama kali dihelat di tahun 2014, ajang The Game Awards terus memecahkan rekor fenomenal setiap tahunnya. Puncaknya adalah tahun lalu, tepatnya ketika acaranya terpaksa digelar sepenuhnya secara virtual. Namun ternyata jumlah penontonnya malah naik hampir dua kali lipat menjadi 83 juta orang.

Tahun ini, The Game Awards kembali digelar secara fisik di Microsoft Theater di kota Los Angeles, dan jumlah penonton online-nya pun kembali terpecahkan (meski tidak sedrastis lompatan sebelumnya): sebanyak 85 juta orang menonton acaranya yang ditayangkan secara langsung melalui lebih dari 30 jaringan digital seperti YouTube, Twitch, Twitter, Facebook, TikTok, dan lain sebagainya.

Melalui sebuah siaran pers, pihak penyelenggara The Game Awards mengatakan bahwa ada sekitar 1,6 juta cuitan mengenai event tersebut di Twitter selama 2021. Selama delapan tahun berturut-turut, The Game Awards selalu sempat menjadi trending topic global nomor satu, dan tahun ini pun tidak terkecuali.

Selain mencetak rekor audiens baru, The Game Awards juga mencatatkan rekor watch time baru tahun ini, dengan lebih dari 1,75 juta jam watch time di channel The Game Awards sendiri, tidak termasuk siaran yang ditayangkan channel-channel lain. Angka tersebut naik 14% jika dibandingkan acara tahun kemarin. Partisipasi publik pun juga ikut meningkat 27%, dan tercatat ada lebih dari 23,2 juta suara yang dipungut sejak nominasi pemenang-pemenang penghargaannya diumumkan.

The Game Awards 2021 menghadirkan 30 kategori nominasi, termasuk beberapa kategori baru yang cukup menarik seperti Games for Impact dan Innovation in Accessibility. Untuk kategori Game of the Year, pemenangnya tahun ini adalah It Takes Two garapan Hazelight Studios. Anda bisa melihat daftar lengkap pemenang-pemenangnya di artikel berikut.

Di samping memberi penghargaan buat game-game terbaik, The Game Awards juga selalu ditunggu berkat sederet trailer game baru yang disajikannya. Tahun ini, ada beberapa kejutan yang tak disangka seperti Wonder Woman karya Monolith Productions, sekuel dari Warhammer 40.000: Space Marine, dan Alan Wake 2. Selengkapnya, Anda bisa menonton rangkuman 25 trailer game baru yang diumumkan di The Game Awards 2021 pada artikel ini.

Sumber: Game Informer.

Toge Productions Umumkan Enam Penerima Program Pendanaan Toge Game Fund Initiative

Juni lalu, Toge Productions mengumumkan sebuah program pendanaan bertajuk Toge Game Fund Initiative (TGFI). Program tersebut ditujukan untuk membantu studio-studio indie di kawasan Asia Tenggara dalam merealisasikan ide-idenya menjadi sebuah prototipe game yang dapat dimainkan, dengan sokongan modal hingga sebesar $10.000.

Setelah melangsungkan proses seleksi, Toge akhirnya mengumumkan enam proyek yang terpilih sebagai partisipan program TGFI. Masing-masing berasal dari studio yang berbeda, dan tidak semuanya berbasis di Indonesia.

Yang pertama adalah Project Darma karya Anoman Studio asal Indonesia. Project Darma merupakan sebuah game action bertempo cepat yang menceritakan tentang misi balas dendam seorang pembunuh bayaran melawan pimpinan-pimpinan bandit dalam setting Indonesia zaman modern. Game ini sebenarnya sudah diumumkan sejak sekitar dua tahun lalu, dan sekarang realisasinya tentu bakal semakin terjamin.

Selanjutnya, ada Ngopi Yuk! garapan Uniqx Studio asal Indonesia. Game ini diadaptasikan dari komik Webtoon berjudul sama, dengan cerita seputar kedai kopi tradisional di kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang sudah menjamu warga-warga lokal selama beberapa generasi. Game tentang kedai kopi dengan kreator Coffee Talk sebagai mentornya. Menarik.

Partisipan yang ketiga adalah Project Descent bikinan Kotakoren Games asal Malaysia. Project Descent merupakan sebuah game RTS dengan setting fantasi yang terinspirasi oleh budaya-budaya Asia Tenggara. Kalau Anda suka dengan game seperti Final Fantasy Tactics, game ini patut Anda pantau perkembangannya.

Berikutnya, ada Project Angkara besutan Trimatra Interactive asal Indonesia. Angkara merupakan sebuah shooter yang banyak terinspirasi FPS lawas Hexen, dengan setting fantasi yang kelam yang berdasar pada sejumlah mitologi Asia Tenggara. Ini bukan kali pertama Trimatra menggarap game yang terinspirasi Hexen. Sebelumnya, studio asal Surabaya ini sudah pernah mengerjakan game berjudul Ravensword: Undaunted.

Proyek yang kelima adalah The Secret Life of Dorian Pink buatan AmberLimShin asal Malaysia. Game ini merupakan sebuah narrative RPG yang agak nyeleneh, dengan lakon utama yang bertujuan untuk menyelamatkan pacarnya dari neraka, dengan cara mengambil keputusan-keputusan yang meragukan, mengumpulkan kawan, dan meledakkan donat. Nyeleneh, tapi penuh intrik.

Terakhir, ada Sunset Satellite karya Twilight Foundry Games asal Malaysia. Sebelumnya sempat diumumkan di event Level Up KL 2021, Sunset Satellite dideskripsikan sebagai sebuah 3D interactive fiction yang penuh atmosfer dan emosi, dengan narasi seputar pertumbuhan dan penerimaan. Grafik bergaya lo-fi membuat game ini terkesan sangat chill untuk dimainkan.

Selain menerima bantuan dana tanpa terikat kontrak eksklusif maupun sistem royalti, keenam developer indie tadi juga bakal menerima mentoring dari beberapa anggota veteran Toge Productions. Program TGFI ini benar-benar bertujuan untuk membantu, dan Toge sendiri hanya mendapatkan hak sebagai pihak pertama yang menawarkan diri untuk menjadi publisher.

Kabar baiknya, Toge masih membuka program TGFI buat developer-developer lain yang berminat mengikuti. Detail lebih lengkap sekaligus persyaratannya dapat dilihat langsung di situs Toge Productions.

Sumber: IGN dan Virtual SEA.

LG Ungkap Laptop Gaming Perdananya, UltraGear 17G90Q

Sekitar enam tahun sejak menyeriusi segmen laptop lewat seri LG Gram, LG kini ingin melebarkan sayapnya ke ranah laptop gaming. Melalui sebuah siaran pers, LG mengumumkan laptop gaming perdananya: LG UltraGear 17G90Q.

LG tampaknya tidak mau tanggung-tanggung dalam menjalani debutnya, sebab laptop ini datang membawa spesifikasi kelas atas. Utamanya adalah prosesor Intel generasi ke-11 Tiger Lake H Series dan kartu grafis Nvidia GeForce RTX 3080 Max-Q, lengkap dengan sistem pendingin vapor chamber guna menjamin performa yang konsisten.

Melengkapi spesifikasinya adalah memory dual-channel dengan kapasitas 16 GB atau 32 GB, serta sepasang slot SSD M.2 NVMe dengan dukungan kapasitas hingga 1 TB, tidak ketinggalan pula baterai berkapasitas 93 Wh. Hebatnya, semua itu dikemas dalam bodi yang relatif ringkas, dengan tebal hanya 21,4 mm dan bobot 2,64 kg.

Secara estetika, laptop ini terkesan memiliki gaya industrial dengan sasis serba aluminium, sekaligus kelihatan cukup minimalis untuk sebuah laptop gaming. Di dekat engsel layarnya, kita bisa melihat dua ventilasi besar untuk mengakomodasi sirkulasi udaranya.

Bicara soal layar, laptop ini datang membawa panel IPS 17,3 inci dengan resolusi 1920 x 1080, refresh rate 300 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (GtG). Pengalaman panjang LG memproduksi monitor gaming semestinya juga bakal bisa dirasakan di laptop ini.

Port yang tertanam cukup melimpah, mulai dari port USB 4 Gen 3×2 Type C, USB 3.2 Gen 2×1 Type C, sepasang port USB 3.2 Gen 2×1 Type A, HDMI, Ethernet, sampai slot kartu microSD. Fitur-fitur pendukungnya mencakup sepasang speaker DTS:X Ultra, Wi-Fi 6E dan Intel Killer Wireless, serta sensor sidik jari di tombol power.

Secara keseluruhan, debut perdana LG di ranah laptop gaming ini terdengar cukup menjanjikan. Sayang LG baru berencana memasarkannya di Korea Selatan dan Amerika Serikat saja pada awal 2022 mendatang. Harganya masih belum diketahui, tapi kemungkinan bakal disingkap di event CES 2022 tidak lama lagi (4 Januari).

Sumber: The Verge dan LG.

Realme Pamerkan Tiga Terobosan Baru yang Diusung oleh Realme GT 2 Pro

Menjelang pergantian tahun, Realme mulai membeberkan lebih banyak detail mengenai smartphone flagship-nya untuk tahun 2022, yakni Realme GT 2 Pro. Kita sudah tahu bahwa ponsel tersebut bakal menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 8 Gen 1, dan kini, melalui sebuah acara virtual, Realme menyingkap tiga terobosan baru lain yang bakal dihadirkan oleh GT 2 Pro.

Yang pertama berkaitan dengan desainnya. Dirancang oleh desainer Jepang terkemuka, Naoto Fukasawa, Realme GT 2 Pro hadir membawa rancangan minimalis dan berfokus pada keberlanjutan yang terinspirasi dari kertas. Istilah kerennya “Paper Tech Master Design”, dan Realme pun tidak segan mengklaim GT 2 Pro sebagai smartphone pertama di dunia yang didesain dengan bahan dasar bio.

Klaim tersebut merujuk pada penutup belakang Realme GT 2 Pro yang terbuat dari bahan bio-polimer, yang merupakan alternatif lebih ramah lingkungan dibanding bahan baku fosil yang berdampak terhadap pemanasan global. Menurut Realme, bahan berbasis bio SABIC ini telah lulus uji International Carbon and Sustainability Certification (ISCC), serta berbagai standar peraturan lingkungan lain seperti REACH, RoHS, dan EPEAT. Lebih lanjut, Realme juga mengimplementasikan desain kemasan baru dengan rasio plastik keseluruhan yang turun drastis dari 21,7% menjadi 0,3% saja.

Terobosan yang kedua adalah kamera ultra-wide dengan sudut pandang seluas 150°. Ini jauh lebih luas daripada milik kebanyakan smartphone, yang umumnya berada di kisaran 120°. Kalau dibandingkan dengan kamera utamanya, kamera ultra-wide ini bisa memperluas bidang pandang hingga sebesar 278%. Daripada pusing menghitung, Anda bisa mengamati gambar di atas yang diambil menggunakan kamera ultra-wide milik Realme GT 2 Pro.

Dari sisi software, Realme GT 2 Pro juga akan dilengkapi dengan mode pemotretan fisheye. Ketimbang mode ultra-wide biasa, mode fisheye bisa menghasilkan bidang pandang yang lebih luas lagi, lengkap dengan efek visual yang memikat.

Terakhir, Realme GT 2 Pro turut mengunggulkan terobosan di bidang komunikasi berkat penerapan tiga teknologi berikut: teknologi switching antena pita ultra lebar (HyperSmart), Wi-Fi Enhancer, dan teknologi komunikasi jarak dekat (NFC) 360°.

Pada praktiknya, teknologi HyperSmart melibatkan 12 antena melingkar yang menutupi semua sisi smartphone dan mendukung pita arus utama di hampir semua arah, seluruhnya dengan kekuatan sinyal yang sama. Ini memungkinkan Realme GT 2 Pro untuk secara cerdas mengevaluasi kekuatan sinyal seluruh antena, dan secara otomatis memilih antena dengan sinyal terbaik.

Lalu ketika terhubung ke jaringan Wi-Fi, antena Wi-Fi milik GT 2 Pro dirancang secara simetris guna memastikan kekuatan sinyal yang lebih seimbang di sekitar smartphone. Berdasarkan pengujian internal yang dilakukan Realme, desain semacam ini terbukti mampu meningkatkan stabilitas sinyal hingga sebesar 20% jika dibandingkan dengan desain antena Wi-Fi yang tidak simetris.

Perihal NFC, Realme telah mengintegrasikan dua antena seluler teratas dengan fungsi transceiver sinyal NFC, meningkatkan area penginderaan sebesar 500%, sekaligus jarak penginderaan sebesar 20%. Seluruh bagian atas GT 2 Pro sanggup mendeteksi sinyal NFC di kedua arah, memfasilitasi penggunaan NFC untuk penggesekan kartu atau smartphone.

5 Game Keluaran Tahun 2021 dengan Jumlah Pemain/Unduhan Terbanyak

Sudah bukan rahasia apabila game free-to-play (F2P) selalu juara dalam hal banyak-banyakan pemain. Namun pada kenyataannya, game premium pun juga bisa memiliki jumlah pemain yang masif, terutama jika dibarengi dengan strategi pemasaran yang apik, seperti misalnya mengikutkan game-nya ke dalam sebuah layanan subscription.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 game keluaran tahun 2021 dengan jumlah pemain/unduhan terbanyak. Berhubung yang masuk hitungan hanyalah game yang dirilis di tahun 2021, Anda jelas tidak akan menemukan game-game yang sudah lama eksis dan masih sangat populer seperti Fortnite atau Apex Legends di sini. Namun seperti yang saya bilang, game yang tercantum tidak semuanya F2P.

Pokémon Unite – 50 juta unduhan

Diluncurkan lebih dulu di Nintendo Switch pada bulan Juli 2021, Pokémon Unite merupakan salah satu fenomena industri video game tahun ini. Per Desember 2021 ini, game tersebut sudah diunduh sebanyak 50 juta kali. Cukup mengesankan mengingat versi Android dan iOS-nya baru dirilis pada bulan September.

Selain sangat populer, Pokémon Unite juga berhasil menyabet gelar prestisius game Android terbaik 2021 versi Google Play. Demam MOBA memang masih belum menunjukkan tanda-tanda bakal mereda, dan game ini hanya semakin memopulerkan tren tersebut, sekaligus menginspirasi franchise besar lain untuk ikut berpartisipasi.

PUBG: New State – 45 juta unduhan

Game anyar lain yang luar biasa populer tahun ini adalah PUBG: New State. Hanya sekitar satu bulan lebih sejak peluncurannya di tanggal 11 November 2021, game ini rupanya telah menerima lebih dari 45 juta unduhan. Hype seputar game ini memang sudah dibangun sejak pertengahan tahun, jadi tidak heran apabila popularitasnya langsung meledak dalam waktu yang singkat.

Menjelang pergantian tahun, PUBG: New State juga baru kedatangan update besar pertamanya. Salah satu fitur baru yang paling menarik adalah Merit Point System, yang dirancang untuk mengurangi kebiasaan toxic para pemain.

Forza Horizon 5 – 10 juta pemain

Seperti yang saya bilang di awal, menawarkan game premium via layanan subscription merupakan cara yang sangat efektif dalam membangun userbase yang besar, dan Forza Horizon 5 adalah contoh terbaiknya. Game ini dirilis pada tanggal 9 November 2021 lalu di PC, Xbox Series X/S, Xbox One, dan layanan subscription Xbox Game Pass sekaligus. Dalam kurun waktu hanya 10 hari, game ini rupanya berhasil menggaet lebih dari 10 juta pemain.

Forza Horizon 5 merupakan sukses besar bagi Xbox Game Studios. Di ajang The Game Awards 2021, game ini membawa pulang tiga penghargaan sekaligus: Best Sports/Racing Game, Best Audio Design, dan Innovation in Accessibility. Menariknya, seri game balap yang amat sukses ini sebenarnya berawal dari sebuah spin-off.

Back 4 Blood – 6 juta pemain

Contoh lain game premium dengan userbase yang besar berkat keterlibatan layanan subscription adalah Back 4 Blood. Seperti Forza, penerus tak resmi seri Left 4 Dead ini juga dirilis di Xbox Game Pass di hari pertama peluncurannya pada 12 Oktober 2021 kemarin. Sekitar dua minggu kemudian, Back 4 Blood dikabarkan telah dimainkan oleh lebih dari 6 juta pemain.

Kesuksesan Forza Horizon 5 dan Back 4 Blood ini semestinya bisa memicu ketertarikan developer dan publisher lain untuk mempertimbangkan layanan subscription dalam strategi pemasarannya, khususnya buat game-game premium yang memiliki elemen multiplayer. Pasalnya, seperti yang kita tahu, userbase yang besar memang merupakan salah satu kunci keberhasilan dari suatu game multiplayer.

FIFA 22 – 9,1 juta pemain

2021 punya dua game sepak bola baru, yakni FIFA 22 dan eFootball 2022, akan tetapi yang bernasib mujur cuma satu. Di saat eFootball 2022 banyak dianggap sebagai salah satu game tergagal tahun ini, FIFA 22 justru bisa dibilang cukup berhasil. Dalam kurun waktu cuma seminggu sejak dirilis pada 1 Oktober kemarin, FIFA 22 diklaim sudah memiliki 9,1 juta pemain.

Ketersediaannya di beberapa platform sekaligus tentu menjadi salah satu alasan di balik kesuksesannya — FIFA 22 bahkan juga tersedia di layanan cloud gaming Google Stadia. Namun menariknya, FIFA 22 sebenarnya mempunyai perbedaan yang cukup drastis antara versi konsol last-gen dan next-gen, utamanya terkait pergerakan dan animasi pemain, yang terkesan lebih realistis di konsol next-gen berkat pemanfaatan teknologi Hypermotion.