Mandiri Capital Bidik 6-8 Startup Fintech Baru Tahun Depan

Mandiri Capital Indonesia (MCI), anak usaha modal ventura Bank Mandiri, menunjukkan komitmennya untuk membidik daftar startup fintech lainnya agar masuk sebagai investee company dari MCI. Target yang dipasang cukup ambisius antara enam hingga delapan fintech baru, lebih banyak penambahannya dibandingkan pada tahun ini sekitar tiga perusahaan.

“Tahun ini penambahannya ada tiga perusahaan baru, sehingga totalnya jadi ada lima fintech dalam portofolio MCI. Sedangkan tahun depan, maksimal penambahan fintech ada enam hingga delapan perusahaan, atau minimal bertambah empat hingga lima perusahaan saja itu sudah sesuai dengan target yang diharapkan,” terang Eddi Danusaputro, Direktur Utama MCI kepada DailySocial, Selasa (22/11).

Adapun besaran investasi yang disiapkan untuk suntikan modal, baik ke investee company yang baru bergabung dengan perusahaan existing diproyeksikan nilainya mencapai Rp 200 miliar. Besaran suntikan modal akan bergantung pada ukuran masing-masing perusahaan.

Saat ini yang sudah terpublikasi ada dua pasangan usaha yang dimiliki MCI, yakni PT Mitra Transaksi Indonesia (fokus ke penyediaan mesin EDC) dan PT Digital Artha Media (fokus mengelola bisnis Mandiri E-Cash). Kedua perusahaan tersebut sudah mendapat suntikan modal sebesar Rp 250 miliar.

Menurut Eddi, salah satu hal yang dipertimbangkan sebagai preferensi pemilihan fintech yang bisa masuk ke MCI adalah perusahaan yang sudah matang dari segi umur, minimal sudah berdiri satu hingga dua tahun. Sebab dari situ akan terlihat kematangan produknya dan akan lebih mudah menentukan apakah dapat bersinergi dengan Bank Mandiri atau tidak.

“Kriterianya sebenarnya beragam, tidak hanya dari umur saja. Kami juga lihat apakah mereka dapat bersinergi dengan Bank Mandiri.”

Sebelumnya, juga telah diumumkan Bank Mandiri berkomitmen untuk kembali menyuntikkan modal baru untuk MCI pada tahun depan. Nilainya mencapai Rp 150 miliar, sehingga diharapkan total dana kelolaan yang dimiliki MCI dapat mencapai Rp 500 miliar dari sebelumnya Rp 350 miliar.

Kresna Graha dan Supra Boga Resmikan Platform E-Grocery Kesupermarket

PT Kresna Graha Investama Tbk dan PT Supra Boga Lestari Tbk meresmikan platform e-grocery Kesupermarket yang berada di bawah naungan perusahaan patungan PT Supra Kreatif Mandiri (SKM) khusus bergerak di bisnis e-commerce. Platform ini adalah official e-grocery pertama dari Ranch Market dan Farmers Market, yang merupakan produk supermarket dari Supra Boga.

Kedua merek dagang ini nantinya akan menjadi penyuplai eksklusif untuk Kesupermarket. Sebelumnya, Ranch Market dan Farmers Market telah meresmikan kemitraannya untuk penjualan online dengan HappyFresh, salah satu penyedia layanan e-grocery on-demand. Pihak Kesupermarket memastikan kemitraannya dengan perusahaan tersebut tidak akan mengganggu bisnis dari kedua belah pihak.

“Kemitraan kami dengan HappyFresh masih akan tetap berjalan, meski kami meluncurkan Kesupermarket. Hanya saja bakal ada perbedaan yang mencolok, misalnya jumlah SKU di Kesupermarket yang lebih banyak,” terang Meshvara Kanjaya, Direktur Utama SKM, Senin (21/11).

Dia mengaku, semenjak jadi mitra HappyFresh banyak hal pembelajaran yang menjadi pertimbangan bagi pihaknya untuk ke arah perbaikan untuk bisnis e-grocery ke depannya. Kontribusi bisnis yang disumbangkan HappyFresh ke kantung pendapatan perusahaan pun cukup baik, meski Meshvara enggan menyebutkan detilnya.

Perbedaan yang cukup mencolok bila berbelanja lewat HappyFresh dengan Kesupermarket adalah jumlah SKU yang ditawarkan. Kesupermarket menjamin jumlah SKU yang ditawarkan oleh Ranch Market dan Farmers Market diklaim lebih dari 13 ribu SKU.

Selain itu, kualitas pemilihan produk akan terjamin karena produk akan dipilih oleh personal shopper yang sudah terlatih dari kedua merek dagang tersebut.

“Sedangkan kalau belanja lewat HappyFresh tidak ada tawaran pemilihan produk dari personal shopper.”

Tidak ingin edukasi konsumen dengan diskon

Beda dengan strategi yang diterapkan pemain e-commerce lainnya, Kesupermarket bertekad untuk tidak menggunakan diskon besar-besaran sebagai cara untuk mendapatkan konsumen saat awal berdirinya. Meshvara mengatakan, cara “bakar uang” secara terus menerus sebenarnya sangat tidak baik untuk keuangan perusahaan dan butuh dana investasi yang besar.

Pasalnya, perusahaan pada akhirnya harus mendapatkan profit. Cara yang akan dilakukan Kesupermarket cenderung tradisional dan standar yakni mengedepankan kualitas dan pelayanan yang terbaik.

Bentuk nyatanya, seperti melakukan kostumisasi pengiriman barang sesuai permintaan konsumen. Saat konsumen menyelesaikan proses pemesanan, akan ada consumer service yang akan menghubungi mereka untuk menanyakan pada jam berapa pesanan ingin sampai.

Kesupermarket sendiri menargetkan di tahun depan masih menjadi tahun edukasi yang bakal gencar dilakukan. Diharapkan pada tahun berikutnya, efek dari edukasi sudah mulai terbentuk sehingga sudah mulai menciptakan transaksi yang sehat.

“Kami banyak mempelajari dari pemain lama. Rata-rata mereka pakai strategi itu selama beberapa tahun terakhir. Efeknya, pendapatan hanya melonjak berkali-kali lipat saat promo besar-besaran saja. Kami tidak ingin edukasi konsumen dengan cara yang seperti itu.”

Tidak muluk-muluk, Meshvara hanya menargetkan kontribusi untuk tahap awalnya dari Kesupermarket ke induk perusahaan tidak lebih dari 1% saja.

Pihak Kesupermarket juga akan mendorong penggunaan kartu program loyalitas milik perusahaan induk yakni Trust. Menurut Meshvara, kontribusi penggunaan kartu terhadap total transaksi mencapai 40%.

Manfaatkan jaringan dari induk usaha

Kresna Graha merupakan salah satu induk usaha Kesupermarket. Perusahaan investasi tersebut memberikan peluang kepada Kesupermarket untuk mengambil manfaat dari ekosistem yang sedang dibangun dengan memanfaatkan infrastruktur dan enabler digital yang sedang dimiliki perusahaan.

Salah satu peluang yang siap diberikan adalah mengintegrasikan bisnis untuk sistem pembayaran e-wallet dengan Mandiri e-cash dan Line Pay e-cash.

“Ke depannya akan ada kerja sama unik lainnya yang akan dijalin dengan Kesupermarket dengan usaha digital kami lainnya,” ujar Jahja Suryandy, Direktur SKM sekaligus Managing Director Kresna Graha Investama.

Untuk menggunakan layanan ini, pengguna dapat mengakses melalui aplikasi smartphone Android dan iOS, atau situs web. Pemesanan dapat dilakukan selama 24 jam, dengan jaminan barang sampai di tangan konsumen cukup satu jam saja bila menggunakan layanan Express, atau maksimal 24 jam untuk layanan Regular.

Meski pemesanan dilakukan tengah malam, pengiriman dilakukan pada keesokan harinya, setelah jam pengiriman konfirmasi langsung oleh konsumen.

Kesupermarket menggandeng startup logistik dari Thailand Deliveree sebagai mitra eksklusif untuk jasa kurirnya. Pihak Kesupermarket meminta ada armada Deliveree yang standby di tiap gerai Ranch Market dan Farmers Market.

Nantinya, seluruh gerai dari kedua merek dagang ini akan segera dapat terintegrasi dengan teknologi yang disediakan oleh Kesupermarket. Namun pada tahap awal baru ada 10 gerai yang sudah terkoneksi, misalnya Ranch Market yang berlokasi di Pesanggrahan, The Breeze, Darmawangsa, Lotte Shopping Avenue, Pondok Indah, dan Grand Indonesia, dan Kemang.

Sementara, untuk Farmers Market berlokasi di Epicentrum, Kalibata City, dan Grand Galaxy Park. Bulan depan akan ada lima tambahan gerai yang terkoneksi dengan Kesupermarket, yakni Farmers Market berlokasi di Mall Kelapa Gading, Summarecon Mall Serpong, One Bell Park, Baywalk Mall, dan Bintaro Exchange.

Saat ini Ranch Market dan Farmers Market sudah tersebar di 28 titik yang berlokasi di Jabodetabek, Surabaya, dan Balikpapan.

Application Information Will Show Up Here

Gencarkan Kegiatan Pemasaran, Yonder Music Ambisius Kejar 1 Juta Pengguna

Meski akhir tahun sudah dipenghujung mata, Yonder Music yang merupakan mitra ekslusif XL Axiata tetap optimistis dapat menembus jumlah pengguna 1 juta orang sampai akhir tahun ini. Beberapa kegiatan pemasaran yang bakal dikebut adalah memperbanyak konten musik eksklusif untuk penggunanya, menggelar kompetisi, menggelar konser gratis dan menerbangkan pengguna loyal ke konser internasional.

“Kami sadar konten itu adalah hal yang penting dan jadi salah satu trigger pengguna untuk terus memakai Yonder. Kami akan kejar 1 juta pengguna sampai akhir tahun ini, makanya strateginya harus berbeda dari pemain streaming musik lainnya,” ujar Country Manager Yonder Music Zico Kemala Batin, Jumat (18/11).

Terhitung saat ini jumlah pengguna aktif Yonder Music di Indonesia mencapai 750 ribu orang. Adapun dari segi lokasi pengguna rata-rata berada di kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Bali, Medan dan berbagai kota lain, terutama yang sudah didukung oleh jaringan 4G/LTE.

Zico menerangkan, Yonder Music fokus mengembangkan konten musik lokal. Dia mengklaim jumlah lagu lokal yang bisa didengarkan adalah terlengkap dibandingkan kompetitor. Pihaknya juga sudah bekerja sama dengan 48 label musik lokal dan tiga label musik internasional, bila ditotal jumlah lagu di Yonder Music lebih dari 20 juta lagu.

Lagu yang dihadirkan Yonder Music adalah legal dan siap unduh. Pengguna juga diberikan kebebasan tanpa ada intervensi iklan. Zico mengatakan pihaknya menerapkan pembayaran royalti merata untuk seluruh artis. Adapun proporsinya adalah 75% pembayaran royalti untuk label, sementara sisanya masuk ke kantong Yonder.

Perlakuan yang sama juga diterapkan untuk lagu-lagu yang sudah diunduh, di mana rata-rata penggunanya tidak memakai data. Cara pengitungannya berdasarkan hit, berapa kali lagu diputar.

“Bisa dibilang cara pembayaran royalti kami ke label musik adalah terbesar dibandingkan kompetitor, karena kami treat-nya sama.”

Head of OTT XL Axiata Diana Sulaiman menambahkan, “Dari data pengguna internet di XL, kami melihat pemakaian data untuk streaming musik adalah salah satu tertinggi. Ke depannya bersama Yonder akan terus meningkatkan pengalaman bermusik yang lebih eksklusif untuk pengguna kami.”

Saat ini Yonder Music hanya bisa diakses oleh pengguna XL Axiata dan Axis tanpa perlu pendaftaran. Pengguna XL cukup mengakses layanan musik ini dengan berlangganan paket data yang dilanggan.

Tahun depan,rencananya XL Axiata akan menambah kerja sama ekslusif dengan pemain OTT untuk streaming video. Menurut Diana, rencana ini diharapkan bisa game changer untuk layanan OTT. Kendati demikian pihaknya enggan memberikan detil lebih lanjut. Saat ini XL Axiata memiliki kontrak ekslusif untuk layanan OTT video streaming Tribe.

Makin maraknya kerja sama ekslusif antara perusahaan operator dengan penyedia layanan OTT bisa dikatakan sebagai strategi baru untuk mendapatkan pundi-pundi keuntungan dari data, disamping mulai meredupnya frekuensi penggunaan suara dan pesan singkat.

Application Information Will Show Up Here

Platform Pencarian Kerja Wantedly Mempersiapkan Peluncuran Ulang di Indonesia

Sempat mengumumkan ekspansinya di Indonesia pada tahun 2015, platform perekrutan berbasis media sosial asal Jepang Wantedly kini sedang mempersiapkan diri untuk melakukan re-launch (peluncuran ulang) bisnisnya yang akan dilaksanakan pada tahun depan. Langkah re-launch dipilih oleh pihak Wantedly lantaran perkembangan bisnis sebelumnya dinilai belum begitu memuaskan, mengingat operasional di tangani bukan dari tim lokal melainkan dari tim Wantedly dari negara asal.

CEO dan Founder Wantedly Akiko Naka menjelaskan saat ini pihaknya sedang mengumpulkan orang-orang lokal untuk bergabung. Terhitung saat ini Wantedly sudah memiliki pengguna di Indonesia sebanyak 10 ribu orang dan 500 klien bisnis. Di Jepang Wantedly sudah beroperasi kurang lebih selama lima tahun. Kini platform tersebut memiliki 10 juta pengguna dengan total klien hingga 20 ribu.

“Kami akan re-launch Wantedly di Indonesia, rencananya tahun depan sudah resmi kembali beroperasi. Sebelumnya, kinerja Wantedly di Indonesia tidak begitu memuaskan karena operasionalnya dikerjakan bukan dari lokal. Namun sekarang kami sudah memiliki tim lokal dan sedang mencari orang untuk menjabat sebagai Country Head,” terang Naka kepada DailySocial.

Tak hanya di Indonesia, Wantedly rencananya juga sedang mempersiapkan tim barunya untuk ekspansinya di Singapura. Menurut Naka, dengan adanya tim lokal proses bisnis dirasa akan lebih berjalan mulus. Pasalnya, pasar Indonesia menjadi salah satu fokus utama Wantedly setelah Jepang, mengingat jumlah pengguna internet mencapai 132 juta menurut survei dari APJII.

Tak hanya itu, geliat pertumbuhan startup juga terbilang masif. Menurut Naka karena banyaknya startup digital, cara pencarian kerja jadi tidak bisa diterapkan secara tradisional. Mengingat nilai yang dijual oleh startup adalah misi dan value, bukan berapa besar gaji yang ditawarkan.

Hal inilah yang sejalan dengan model bisnis Wantedly, membedakan dengan platform pencari kerja lainnya semisal Jobstreet atau LinkedIn. Dalam Wantedly tidak diterangkan berapa gaji yang ditawarkan perusahaan, melainkan apa ide, misi dan value yang mereka tawarkan.

Pencari kerja juga dapat menelusuri profil perusahaan yang sedang membuka rekrutmen, siapa saja orang-orang yang bekerja di sana, dan bagaimana review dari mereka, sekaligus mengirim pesan singkat. Tujuan akhirnya, menghubungkan pencari kerja dengan pekerjaan yang sesuai passion, seiring dengan visi yang mereka hendak capai.

“Model bisnis kami menyesuaikan dengan target usia pencari kerja saat ini rata-rata adalah generasi millennial rentang usia 20-30 tahun. Kami ingin membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai passion, bukan hanya lihat dari gaji yang ditawarkan tapi apa saja visi dan misi yang hendak dicapai bila dilakukan secara bersama.”

Wantedly memiliki lima aplikasi yang saling terintegrasi satu sama lain, yakni Wantedly, Wantedly Chat, Wantedly Contact, Wantedly People, dan Wantedly Siori. Masing-masing aplikasi memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya Wantedly sebagai main core aplikasi yang digunakan oleh pencari kerja menelusuri peluang pekerjaan atau magang apa saja yang sedang tersedia.

Atau Wantedly Chat digunakan untuk saling berkirim pesan antar pengguna, transfer dokumen, undangan, atau lainnya. Sementara Wantedly People adalah aplikasi pencatat kartu nama otomatis dari hasil jepretan kamera. Rata-rata aplikasi tersebut baru tersedia untuk Jepang saja, rencananya untuk Indonesia aplikasi yang bakal tersedia adalah produk utama Wantedly.

Application Information Will Show Up Here

Banananina Luncurkan Situs E-Commerce, Sajikan Penjualan Online Fashion Mewah

Banananina penjual produk fashion mewah di Indonesia hari ini mengumumkan strategi ekspansi digital untuk lebih mendekatkan diri ke pelanggannya di luar kota Jakarta dengan meluncurkan situs e-commerce. Awalnya Banananina mulai berjualan produk melalui Multiply (saat ini situs Multiply sudah pivot dengan model bisnis yang signifikan berbeda) dan mall-to-mall bazaar di 2009 silam. Kemudian mulai merambah ke media sosial Facebook dan Instagram, membuka gerai di Jakarta, hingga akhirnya kini mengadu nasib bersaing dengan beragam layanan belanja online di internet.

Produk yang dijual tergolong high-class dengan berbagai kategori, mulai dari tas, aksesoris, sepatu dan produk kecantikan. Dengan hadirnya e-commerce, Banananina akan mulai merambah menyediakan produk untuk pria.

Fitri Maya Safira selaku Founder Banananina menerangkan ide meluncurkan e-commerce sebenarnya sudah muncul dari setahun lalu. Menurutnya langkah untuk menambah channel penjualan ke online diharapkan bisa memacu transaksi penjualan per harinya dari awalnya hanya 30 item, dapat tembus sekitar 70 item untuk tahap awalnya.

“Penjualan offline itu kurang maksimal, karena opsi yang ditawarkan terbatas untuk pembeli. Kami harapkan transaksi di online bisa memacu lebih banyak orang untuk berbelanja dengan berbagai kemudahan yang kami berikan,” ujarnya, Kamis (17/11).

Mengingat produk yang dijual adalah barang mewah, maka pihak Banananina menjamin seluruh barang bergaransi asli karena barang diambil dari supplier yang memiliki izin resmi. Pihak Banananina juga memberikan jaminan barang dapat dikembalikan, tapi khusus untuk pembelian sepatu saja.

“Untuk menjamin barang asli atau tidak, sekarang ini kan sudah mulai identik sekali. Terkadang saya juga ikut turun tangan untuk periksa keaslian barang.”

Saat ini pelanggan Banananina tidak hanya berasal dari Jakarta saja, melainkan tersebar di Bandung, Surabaya, Aceh, Makassar, Jayapura, Timika dan Biak.

Buying power masyarakat di luar Jawa itu sangat tinggi, namun brand preference mereka belum banyak karena sedikitnya pilihan toko di kota tersebut.”

Tampilan situs e-commerce Banananina
Tampilan situs e-commerce Banananina

Dari model bisnis Banananina, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan e-commerce asal Singapura yakni Reebonz yang kini mulai ekspansi ke tanah air. Karena tidak ada perbedaan yang signifikan, secara otomatis Reebonz adalah kompetitor head-to-head dengan Banananina.

“Kami tidak khawatir dengan kompetisi, hal ini kan sudah lumrah terjadi di bisnis manapun,” pungkas Fitri.

Kiat Bukalapak Tentukan Waktu yang Tepat untuk Monetisasi Bisnis

Mendulang untung merupakan suatu keniscayaan dalam menjalankan bisnis. Anda tidak bisa menafikan hanya karena bisnis startup baru berjalan, tidak boleh memikirkan keuntungan, makanya lebih terfokus untuk “bakar uang” demi memperoleh pertumbuhan yang signifikan.

Berangkat dari hal ini kemudian timbul pertanyaan. Saat baru menjalankan bisnis startup, bagaimana seharusnya orientasi pemikiran founder mengejar pertumbuhan dulu baru memikirkan untung, atau sebaliknya? CFO Bukalapak Fajrin Rasyid akan mencoba menjawab keresahan ini.

Menurutnya bisnis startup tidak jauh berbeda dengan bisnis pada umumnya. Pada akhirnya memang harus berorientasi pada untung. Meski pada tahap awal perusahaan memang belum menunjukkan tanda-tanda menghijau, tapi sebaiknya sedari awal Anda selaku founder sudah memikirkan bisnis bagaimana mengarahkan bisnis tersebut ke profit.

“Bisnis startup belum bisa memikirkan untung saat baru berdiri. Ada kesalahpahaman di sini, sebab bisnis apapun pada akhirnya harus memikirkan bagaimana mendapatkan keuntungan. Tidak masalah bila memilih untuk mengembangkan pertumbuhan bisnis, kemudian baru memikirkan monetisasi. Namun sejak awal Anda sudah harus tahu bisnis itu pada akhirnya harus mengarah ke profit,” terangnya saat mengisi sesi diskusi yang diadakan Tech In Asia, Rabu (16/11).

[Baca juga: Jadikan Bukalapak “Profitable” dan “Sustainable”, Komitmen COO Bukalapak Willix Halim]

Sama halnya di Bukalapak sambungnya, perusahaan marketplace ini lebih memilih untuk mengembangkan pertumbuhan bisnis terlebih dahulu sejak resmi beroperasi di 2010. Bukalapak mengubah kendali kemudi bisnis untuk mulai mendulang untuk per tahun ini.

Fajrin menerangkan, banyak hal yang membuat pihaknya mengubah kemudi bisnis. Pertama, dari tingkat uang subsidi yang diberikan oleh Bukalapak untuk setiap transaksi perlahan-lahan mulai menurun. Kedua, Bukalapak rutin menekan bujet pemasaran, lebih memilih jalur yang termurah. Ketiga, investor yang mulai banyak “cautious” dengan tingkat persaingan marketplace di tanah air.

“Investor kami mulai cautious, bila dua tahun lalu kami dapat funding pertanyaan dari mereka hanya sebatas bagaimana pertumbuhan GMV selama enam bulan terakhir. Kini pertanyaannya mulai bervariasi, salah satunya bagaimana pertumbuhan organik dari revenue dibandingkan tanpa ada subsidi,” ujar Fajrin.

Dari kondisi ini, akhirnya membuat pihak Bukalapak merasa mantap untuk mulai proses monetisasi. Malah sebenarnya, Fajrin mengaku sekitar tiga hingga empat tahun lalu Bukalapak sudah mulai peroleh revenue. “Kami sudah hampir [untung].”

Dia melanjutkan sebenarnya bukan hal yang salah untuk mengejar profit sejak awal tahun berdiri. Asalkan produk Anda memiliki banyak diferensiasi dengan kompetitor. Dan kompetitor tidak berusaha untuk mengejar ketertinggalannya. Maka sah-sah saja bila startup Anda mengubah orientasi bisnis jadi lebih ke arah profit.

Di luar itu, kata Fajrin, sebaiknya Anda menunda niatan tersebut untuk lebih mengarahkan ke pertumbuhan bisnis.

Buat produk yang punya efek viral dan menjaga loyalitas pengguna

Fajrin mencontohkan, Facebook menjadi aplikasi yang viral karena banyak orang yang membicarakan apapun hal yang terjadi di dalamnya. Apabila 80% teman Anda adalah pengguna Facebook, mereka akan memberi rekomendasi kepada Anda untuk juga mencobanya. Pada akhirnya Anda pun akan tergoda.

Hal ini juga terjadi di aplikasi marketplace, semakin banyak penjual yang menjual barang yang sama, maka akan terjadi perang banting harga. Kondisi tersebut, justru akan menarik banyak pembeli berdatangan dan memancing pembeli Bukalapak untuk menjadi Pelapak.

Bukalapak kini memiliki berbagai tim dari divisi yang berbeda untuk memastikan kualitas transaksi online berjalan aman dan cepat. Tools yang digunakan pun ada yang dibangun sendiri atau menggunakan dari third party untuk memantaunya.

Beberapa pencapaian Bukalapak yang diklaim berhasil dan harus terus dipantau adalah proses transaksi online yang cepat, pengiriman barang one-day delivery, dan rating aplikasi Bukalapak di Google Play merupakan tertinggi dibandingkan marketplace lainnya.

Marketplace
ini juga rajin membina komunitas Pelapak yang kini sudah tersebar di 50 kota di seluruh Indonesia. Seluruh upaya ini memiliki satu tujuan yakni ingin menjaga loyalitas dari pengguna Bukalapak.

Tips Melakukan Presentasi di Depan Investor

Persiapan utama yang harus dilakukan dari jauh-jauh hari sebelum seorang founder melakukan pitching ke calon investor adalah mempersiapkan presentasi penjualan. Sebab pada tahapan ini bisa jadi penentu dari kegiatan penggalangan dana tersebut, apakah layak mendapat investasi atau tidak.

Sebenarnya bentuk presentasi penjualan sederhana, hanya menggunakan PowerPoint, Keynote atau aplikasi sejenis, dan berisi rangkuman singkat dari bisnis yang sedang Anda jalani untuk disampaikan ke audiens. Tapi tidak sembarang informasi harus Anda cantumkan ke dalam poin-poin dalam slide tersebut, bentuknya pun tidak bisa hanya tulisan saja atau gambar saja.

Untuk membantu Anda dalam membuat presentasi penjualan yang dapat menggiring bisnis Anda dapat pendanaan, Immad Akhund selaku CEO dan Co-Founder HeyZap, perusahaan platform distribusi game sosial untuk Facebook, menyampaikan bahwa ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan.

Menurut Akhund, ada dua aspek utama saat pitching di hadapan calon investor, yakni percaya diri dan menyampaikan cerita yang kuat dan konsisten. Namun ada hal lain yang penting untuk diperhatikan. Untuk lebih jelasnya, berikut rangkumannya:

Percaya diri

Anda harus tegas bahwa sedang melakukan hal yang besar bagi investor potensial. Anda tidak meminta uang dari mereka. Malah sebaliknya, Anda membantu mereka menghasilkan uang baru. Pernyataan ini mungkin tampak berani, tetapi jika Anda tidak percaya dengan produk sendiri akan berpengaruh ke investor. Presentasi ini adalah langkah utama untuk menyampaikan visi ide ke mereka.

Buat cerita

Menyampaikan cerita adalah bagian terpenting saat presentasi. Anda harus menceritakan siapa diri Anda dan bagaimana ide Anda bisa mengubah dunia. Setiap slide presentasi harus mendukung isi cerita Anda. Menurut Akhund, cerita itu adalah tulang punggung dari ide, sebab membantu dalam membiasakan diri dengan konsep baru dan menciptakan arah cerita hingga akhir slide.

Atur struktur

Presentasi penjualan umumnya tidak lebih dari enam hingga sepuluh slide, dengan tiga sampai lima poin penting per halaman. Serta dikombinasikan dengan banyak gambar dan beberapa grafik. Bentuk slide harus sederhana dan Anda harus secara lisan menyampaikan seluruh hal tersebut.

Latih terus-menerus

Membuat slide presentasi, sambung Akhund, butuh waktu sekitar satu sampai dua hari. Sebaiknya Anda jangan terjebak untuk cepat puas pada versi pertama slide, Anda butuh beberapa versi slide. Perlu diketahui, HeyZap memiliki enam versi slide sebelum menemui calon investor mereka.

Setelah draft versi pertama selesai, coba Anda minta masukan dari rekan bisnis. Berlatih presentasi di hadapan orang yang Anda kenal, niscaya akan membantu Anda jadi lebih rileks dan respons mereka harus memberitahu bahwa ide Anda layak masuk ke reality show Shark Tank.

Tidak semua masukan harus Anda terima, sebaiknya pilah-pilah kembali. Hindari kesalahan umum yang biasa terjadi dan pikirkan cara memperbaikinya. Kemudian, buat lampiran untuk mengantisipasi pertanyaan yang biasanya muncul.

Hafalkan pitch

Sebelum merencanakan pertemuan dengan calon investor, Anda harus menyiapkan alur presentasi dan menghafalkannya. Ingat setiap kali pertanyaan di ucapkan oleh investor, harus Anda arahkan jawabannya dengan menunjukkan slide yang relevan dan kembali menjelaskan dengan cerita yang sebelumnya sudah Anda katakan.

Strategi Layanan Video On-Demand Viu Perbanyak Pengguna di Indonesia

Sudah hampir enam bulan Viu resmi beroperasi di Indonesia. Indonesia sendiri adalah negara ke lima yang disambangi Viu setelah sebelumnya berhasil bersinggah di Hong Kong, Malaysia, India dan Singapura. Rupanya dengan kuatnya konten video di segmen Asia terutama Korea, Jepang dan Taiwan ampuh memacu pengguna baru di Indonesia. Terhitung per hari ini, aplikasi Viu sudah diunduh lebih dari 1 juta kali oleh pengguna di Indonesia.

Aplikasi ini merupakan hasil karya anak usaha Vuclip dari PCW Media Company berbasis di Hong Kong. Data terakhir menyebut telah memiliki pelanggan terdaftar sebanyak 9 juta orang di empat negara Asia sejak pertama kali diluncurkan pada tahun ini.

Nickhil Jakatdar selaku CEO dan Founder Vuclip mengungkapkan persentase pengguna Viu di Indonesia didominasi oleh perempuan dengan persentase sekitar 80%. Pencapaian ini terbilang lebih besar bila dibandingkan pengguna Viu di luar Indonesia, rata-rata persentasenya hanya sekitar 60%-70%.

Meski Jakatdar enggan menyebutkan jumlah persis penggunanya di Indonesia, namun dari data ini menunjukkan perempuan Indonesia terbilang sangat loyal untuk meluangkan waktunya untuk menonton video dari aplikasi ini. Selain itu, perempuan Indonesia juga menempati posisi tertinggi untuk konsumsi paket data tertinggi dengan rata-rata waktu tonton 8 hingga 10 jam per bulannya.

“Perempuan Indonesia adalah konsumen terbesar Viu, mereka adalah fans yang sangat loyal terhadap konten-konten yang kami hadirkan. Dari top three content kami yang paling banyak laku ditonton adalah serial drama dari Korea, Jepang dan Taiwan,” ujarnya kepada DailySocial di sela-sela acara Indonesia Economic Forum 2016, Selasa (15/11).

Meski lebih banyak pengguna perempuan, Jakatdar menjelaskan pihaknya tidak melakukan spesifikasi konten untuk gender tertentu saja. Viu tetap fokus menyediakan berbagai kategori video, pihak penentu akhirnya akan diserahkan ke pengguna bagaiamana preferensi mereka.

Untuk menggaet lebih banyak pengguna di tanah air, Viu juga bakal meresmikan beberapa kemitraan strategis dengan perusahaan lainnya. Dalam waktu dekat akan meresmikan ada dua kerja sama strategis yang akan diumumkan, dengan salah satu bank dan perusahaan e-commerce. Sebelumnya, Viu telah menjalin kemitraan strategis dengan Telkomsel, IndiHome dan Samsung.

Tak hanya itu, pihaknya akan terus mengembangkan fitur-fitur yang dapat meningkatkan user experience, misalnya desain interface yang lebih ringkas dan fitur bernuansa lokal lainnya.

Jakatdar melanjutkan, salah satu perhatian utama Viu adalah menyajikan konten video yang ringan dan dapat dijalankan dalam bentuk jaringan apapun, sekalipun 2G. Maka dari itu, pihaknya menyajikan fitur download untuk menyesuaikan koneksi di Indonesia.

“DNA Viu adalah perusahaan teknologi, jadi kualitas video harus tetap sama sekalipun ada di koneksi yang bukan 4G.”

Tak hanya beroperasi di lima negara saja, Viu juga tengah mempersiapkan diri untuk ekspansi ke beberapa negara di kawasan Timur Tengah seperti Mesir, Arab Saudi, Oman, Kuwait dan beberapa negara di Afrika pada tahun depan. Aksi ini sekaligus melancarkan misi Viu untuk menjadi penyedia VOD OTT (Over The Top) yang fokus menghadirkan konten dari Asia dan lokal asal negara itu sendiri.

“Ada beberapa negara di Timur Tengah yang akan jajal ke depannya. Langkah pertama kami adalah beroperasi di Asia Tenggara, kemudian merambah ke India, Timur Tengah dan Afrika,” pungkas Jakatdar.

Mendiskusikan Pentingnya Implementasi Big Data dalam Jurnalistik

Era digital membawa penetrasi pengguna internet semakin tinggi, sehingga berdampak pada datangnya informasi dan data yang melimpah. Hal tersebut memberikan kesempatan dan tantangan baru bagi berbagai industri. Salah satunya adalah industri media yang kerap mengalami terpaan arus informasi secara berlebih atau information overload.

Big data menjadi salah satu pendekatan teknologi yang paling sering disinggung. Pemanfaatan big data jadi krusial, sebab kumpulan data yang muncul dengan jumlah sangat besar sejatinya dapat diolah untuk dianalisis di berbagai keperluan seperti melakukan prediksi, membuat keputusan, membaca sebuah tren, melihat tingkah laku konsumen dan lain sebagainya.

Di industri media, penulisan jurnalistik akan lebih rinci, menarik, dan kredibel bila disertai penggunaan dan analisis data yang kuat. Pun demikian, perlu ketelitian dalam memilah data saat akan digunakan sebagai sumber acuan, baik untuk penelitian maupun penulisan berita.

Terkait hal tersebut, Wahyu Dhyatmika, perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), menerangkan jurnalisme data sangat ampuh untuk menajamkan angle seorang jurnalis sebelum menayangkan berita. Cara kerja jurnalisme data pada umumnya sama seperti pada umumnya, yakni merumuskan pertanyaan, menemukan data, mendapatkan data, memilah data, menganalisis, dan mempresentasikan data.

Ia mencontohkan untuk sebuah laporan investigatif penggunaan big data sangat berguna bagi jurnalis saat menjawab hipotesis dari pertanyaan yang ingin dipecahkan. Apabila dari hasil data ditemukan hipotesis terbantahkan, berarti jurnalis tersebut bisa langsung mengubah arah tulisan mereka.

“Jurnalisme data itu butuh cara kerja yang berbeda dari yang biasa dilakukan, narasinya pun tidak tunggal, malah pembaca sendiri yang diharuskan mengambil kesimpulan. Proses pengerjaan berita di newsroom pun, bila dari big data hipotesis sudah terbantahkan, jurnalis jadi tahu kapan harus mengubah pertanyaannya. Proses pengerjaan jadi lebih efisien,” terang Wahyu, Senin (14/11).

Wahyu mengakui, masih banyak sumber data (berupa situs website) di tanah air yang belum real-time pengumpulan datanya. Sehingga saat melakukan jurnalisme data, sang jurnalis butuh waktu yang banyak untuk mengumpulkan data yang diperlukan satu per satu. Beberapa situs data yang sering diandalkan disediakan oleh pemerintah untuk diakses oleh publik, misalnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Wahyu kembali mencontohkan, salah satu pemanfaatan big data yang tepat dengan mengawinkan data yang tersedia untuk publik dengan teknologi tercermin dari apa yang dilakukan oleh India Spend, Connected China, Medicare Unmasked yang disediakan oleh Wall Street Journal, dan perjalanan karier Kobe Bryant dalam grafik foto dihadirkan oleh LA Times.

Keseluruhan situs tersebut, disajikan dalam satu halaman saja dengan data yang ditumpahkan seluruhnya oleh pemilik media. Publik bisa menarik sendiri narasi sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Tony Seno Hartono, National Technology Officer Microsoft Indonesia, menambahkan dalam data yang disajikan APJII 2016 tingkat penetrasi internet yang sudah mencapai angka 132,7 juta pengguna mengakibatkan timbulnya data yang melimpah. Kondisi ini telah menjadi tantangan baru bagi industri media untuk menyaring data yang masuk agar tidak berlebihan dan tetap relevan.

Tony mencontohkan, salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh jurnalis ataupun orang-orang dari industri lainnya untuk mengolah data mentah jadi data matang, yakni dengan memanfaatkan Power BI (sebuah perangkat visualisasi data dari Microsoft).

“Kekuatan data sangat diperlukan oleh seluruh industri, termasuk media. Agar industri dapat menghadapi tantangan, maka data yang disajikan harus kredibel,” ujar Tony.

Bank Indonesia: Tidak Semua Fintech Bisa Masuk ke BI Fintech Office

Hari ini, (14/11) Bank Indonesia meresmikan Bank Indonesia Fintech Office (BI-FTO) yang merupakan sebuah unit/gugus tugas di dalam bank sentral. Ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara inovasi dan pengelolaan risiko dalam fintech, menyusun regulasi yang mengedepankan perlindungan konsumen, serta memperkuat koordinaasi dengan pihak terkait.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, “Inovasi teknologi adalah suatu keniscayaan. Dengan pesatnya perubahan landscape yang terjadi, regulasi tidak seharusnya mencoba untuk mendahului inovasi. Namun, kami meyakini regulasi perlu selalu berada di dekat inovasi.”

“Pendirian BI-FTO ini adalah upaya kami untuk menjaga level of playing field melalui rezim regulasi yang berimbang dan proporsional tanpa harus mematikan laju inovasi,” lanjut Agus.

Adapun peran BI-FTO terbagi menjadi empat fungsi, yaitu sebagai katalisator atau fasilitator, business intelligence, assessment, dan terakhir sebagai koordinasi dan komunikasi.

Dalam hal sebagai katalisator atau fasilitator, BI berfungsi menyediakan wadah bagi pertukaran ide inovatif dan informasi untuk pengembangan fintech. Sedangkan dalam hal business intelligence, BI-FTO akan jadi lembaga yang memfasilitasi teknik dan alat untuk mentransformasi data mentah jadi informasi terbaru sebagai bahan analisis.

Dari sisi assessment, BI akan melakukan monitoring dan pemetaan potensi manfaat sekaligus risiko dari model bisnis fintech, dan juga mengembangkan respons kebijakan termasuk mengimplementasikan regulatory sandbox. Sementara itu pada fungsi koordinasi dan komunikasi BI akan menyediakan one stop services bagi fintech untuk memahami kebijakan dan kerangka pengaturan BI dalam mendukung fintech, dan mengkoordinasikan inisiatif lintas otoritas.

Kendati demikian, tidak semua fintech bisa masuk ke dalam BI-FTO. Sebab, menurut Agus, sebagai bagian dari fungsi assessment yang dilakukan BI-FTO ada sebuah inisiatif yang dinamakan regulatory sandbox.

Inisiatif ini dapat dianalogikan sebagai sebuah laboratorium yang digunakan bersama oleh pelaku fintech dan regulator untuk menguji model bisnis dan produk atau layanan fintech sebelum masuk ke dalam rezim perizinan secara penuh.

Dia melanjutkan, pengujian ini dilakukan dalam lingkungan terbatas untuk memastikan identifikasi dan mitigasi seluruh risiko yang mungkin timbul. Pembatasan diberikan dalam bentuk perizinan terbatas pada layanan, jangka waktu, atau wilayah penyelenggaraan.

Ronald Waas, Deputi Gubernur BI, menambahkan beberapa contoh model bisnis yang tidak masuk ke dalam BI-FTO, misalnya e-wallet dan e-money. Dia menekankan BI-FTO dikhususkan untuk segmen bisnis fintech yang tergolong baru dan belum diatur oleh BI sebagai otoritas sistem pembayaran.

“Yang bisa masuk hanya yang sifatnya breakthrough atau bersifat baru. Semua akan kembali ke cakupan bisnisnya. Kalau untuk transfer dana, e-money, dan e-wallet kan sudah diatur sebelumnya oleh BI,” kata Ronald.

Bank sentral sendiri tidak bisa mengungkapkan model bisnis seperti apa yang akan bermunculan di BI-FTO. Pasalnya, seluruh model bisnis fintech diserahkan langsung oleh inovasi yang diciptakan oleh pelaku usaha.

Sejauh ini, BI sudah mengeluarkan aturan untuk sistem pembayaran Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), Uang Elektronik, dan Transfer Dana.

Bank sentral sendiri mengelompokkan empat kategori utama bisnis fintech yang bakal di bawahinya, yakni pertama payment, clearing, settlement. Kedua, deposit, lending, capital raising. Ketiga, market provising, dan terakhir investment dan risk management.

Hingga kini, pangsa pasar aktivitas fintech di Tanah Air masih didominasi oleh kelompok pertama dengan persentase sekitar 56%. Kemudian, berdasarkan data Statista, di tahun ini nilai transaksi fintech di Indonesia diperkirakan telah menembus angka USD 14,5 Miliar.

PBI PTP akan atur struktur kepemilikan penyelenggara

Dalam PBI mengenai Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran (PBI No. 18/40/PBI/2016), BI menerbitkan sebagai wujud komitmen atas empat hal utama. Yakni, (1) mengokomodir inovasi, (2) meningkatkan keamanan, termasuk pemenuhan standar dan audit keamanan secara berkala, (3) menjaga level of playing field, dan (4) perlindungan konsumen di tengah ancaman fraud dan kejahatan siber.

Aturan ini mengatur dua subjek utama dalam suatu aktifitas PTP, yaitu penyelenggara jasa SP (Sistem Pembayaran), sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tahapan otoritasasi, kliring, dan settlement. Pihak ini termasuk penyelenggara switching, payment gateway, dan dompet elektronik diwajibkan memiliki izin dari BI.

Kedua, penyelenggara penunjang transaksi pembayaran seperti perusahaan penyedia kartu, ATM, EDC, dan data center. Dalam hal ini, penyelenggara jasa perlu meminta persetujuan kerja sama dan bertanggung jawab untuk memastikan keamanan dan kelancaran pemrosesan transaksi yang difasilitasi mereka.

Ronald menambahkan, untuk perlindungan konsumen dan sistem keamanan yang lebih baik dalam PBI juga akan mengatur minimal kepemilikan fintech adalah 80% dimiliki oleh orang atau berbentuk badan hukum lokal.

“Ke depannya bukan lagi peperangan fisik, tapi perang siber. Kami nilai ini jadi penting, makanya sudah harus mulai menjaga aset informasi konsumen dengan baik mulai dari mengatur persentase kepemilikan harus dikuasai lokal,” pungkas dia.