Marketplace Jasa Kecantikan HelloBeauty Dapatkan Pendanaan Awal

Hari ini (21/5) startup marketplace dan komunitas jasa kecantikan HelloBeauty mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal (seed funding) dari Nest Corp, perusahaan modal ventura asal Indonesia, dengan nilai yang dirahasiakan. Proses pendanaan tersebut sebenarnya sudah rampung sejak Maret 2018 lalu. Perolehan tersebut akan difokuskan pada pengembangan produk sehingga dapat menjadi “support system” yang lebih baik bagi para penyedia jasa kecantikan.

Pasca makin mantap dengan model bisnis yang disajikan, termasuk menghadirkan paket premium berlangganan—HelloBeauty berencana akan meluncurkan aplikasi mobile. Sejauh ini mereka baru beroperasi dengan aplikasi berbasis web. Menurut Dennish Tjandra selaku Co-Founder, saat ini layanannya telah mengakomodasi lebih dari 2700 beauty artist. Total pelanggan premium juga sudah melebihi 500 orang.

Secara umum cara kerja HelloBeauty ialah menghubungkan beauty artists dengan klien yang membutuhkan jasa kecantikan kapan pun, di mana pun. Tidak sekadar membantu para wanita untuk mencari dan memesan layanan kecantikan dengan mudah, HelloBeauty juga membantu para penyedia jasa kecantikan menggunakan teknologi untuk dapat mengelola dan mengembangkan bisnis kecantikan mereka secara online.

“Lebih dari itu, kami juga membangun komunitas beauty artist pertama di industri ini, yang sebelumnya terpecah dan masing-masing dari mereka berjuang sendirian. Itulah yang menjadi alasan bagi HelloBeauty hadir untuk mendorong ekosistem yang lebih baik di industri jasa kecantikan ini,” ujar Dennish.

Sejak setahun diluncurkan oleh Dennish Tjandra dan Pradana Dyaksa, HelloBeauty menjalankan operasional secara bootstrapping dan sempat masuk ke dalam top 5 Startup World Cup Indonesia 2017. Hal ini ditengarai pangsa pasar yang digarap cenderung bertumbuh pesat.  Berdasarkan data dari L’Oreal mengenai pertumbuhan industri jasa kecantikan tumbuh sekitar 20% setiap tahunnya di Indonesia.

Perilaku di industri jasa kecantikan juga telah berubah akhir-akhir ini. Beberapa tahun lalu, hampir semua talenta di industri jasa kecantikan bekerja di salon-salon kecantikan. Namun kini, banyak sekali talenta di industri ini yang lebih tertarik untuk membangun karier atau bisnis kecantikan mereka sendiri sebagai freelance beauty artist.

Ruangguru Dapatkan Pendanaan Hibah dari Program MIT SOLVE

Ruangguru kembali mengumumkan perolehan dana hibah. Kali ini didapat dari program SOLVE. Program tersebut adalah inisiatif global dari kampus MIT untuk mendorong inovasi. Pemberian hibah diseleksi melalui ajang seleksi “SOLVE Challenge”. Hibah tersebut berasal dari Australian Department of Foreign Affairs and Trade dan Atlassian Foundation International.

Pendanaan ini merupakan lanjutan dari putaran pertama yang diberikan tahun lalu di New York. Ruangguru mendapatkan penghargaan lewat program “Ruangguru Digital Bootcamp”, ditujukan untuk membantu anak-anak putus sekolah agar dapat mengenyam pendidikan tambahan dan membantu mendapatkan pekerjaan layak. Saat pengumuman, Head of Atlassian Foundation, Mark Reading menyebutkan bahwa putaran kedua ini diberikan kepada tim yang mereka rasa bisa mengeksekusi rencana mereka dan menunjukkan peluang skalabilitas yang tinggi.

Sebelumnya di bulan yang sama tahun lalu, Ruangguru juga mengumumkan perolehan pendanaan hibah dari Ecosystem Accelerator Innovation Fund. Kala itu Ruangguru menjadi salah satu dari beberapa startup terpilih di wilayah Afrika dan Asia untuk penerimaan sejumlah dana hibah, bantuan teknis, dan kesempatan untuk bermitra dengan operator seluler rekanan Groupe Speciale Mobile Association.

“Kami sangat senang bisa dipercaya kembali oleh MIT SOLVE dan Atlassian Foundation untuk menerima dana hibah dan dukungan mentorship selama satu tahun ke depan. Hibah putaran pertama telah kami gunakan untuk melakukan pilot kepada hampir 600 pelajar. Kini kami sedang mengevaluasi hasil dari pilot tersebut,” sambut Co-Founder Ruangguru Iman Usman.

Iman memaparkan, hibah putaran kedua ini akan digunakan untuk mengembangkan konten terkait dengan basic employability skills dan kesiapan kerja. Harapannya agar dapat digunakan oleh para pelajar pengguna Ruangguru dan masyarakat luas untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengejar pekerjaan yang layak.

Ruangguru saat ini menginformasikan telah merangkul lebih dari 8 juta pengguna. Layanan Ruangguru mulai berkembang, tidak hanya menyediakan marketplace guru privat, tetapi juga mulai menyediakan produk berupa konten pembelajaran.

Di Ruangguru, dana hibah difokuskan untuk melancarkan kegiatan sosial terkait transformasi digital di bidang pendidikan. Untuk dukungan bisnis sendiri, pertengahan tahun 2017 Ruangguru membukukan pendanaan seri B dari UOB Venture Management.

Application Information Will Show Up Here

Vexanium ingin Transformasikan Platform Loyalitas dengan Blockchain

Satu lagi platform berbasis blockchain akan hadir di Indonesia. Vexanium digagas oleh dua Co-Founder, yakni Danny Baskara dan Robin Jang. Fokusnya menciptakan produk Platform as a Service (PaaS) untuk pencatatan reward, loyalty point, pembuatan tokenisasi voucher/coupon hingga platform periklanan.

Di tahap awal ini, Vexanium mengawali debutnya dengan melakukan kampanye ICO (Initial Coin Offering). Layaknya startup blockchain pada umumnya, Vexanium melahirkan token kripto baru bernama “VEX” untuk dijadikan medium transaksi. Hingga tulisan ini dibuat, Vexanium telah memasuki ICO fase 1, setelah sebelumnya sukses menutup fase pra-ICO.

Model desentralisasi yang ditawarkan blockchain dinilai dapat menghadirkan efisiensi dalam pemasaran. Dalam implementasinya, sistem Vexanium akan di-embed bersama layanan atau aplikasi yang sudah dimiliki oleh pemilik bisnis. Token VEX akan menjadi basis transaksi di dalamnya, perusahaan yang menggunakan platform terkait dapat membeli dan menggunakan untuk program loyalitas.

Model bisnis Vexanium

Layanan yang akan disediakan di platform Vexanium / Vexanium
Layanan yang akan disediakan di platform Vexanium / Vexanium

Ekosistem platform Vexanium terdiri dari tiga sistem utama. Pertama ada Vex Airdrop, ini didesain untuk memudahkan pebisnis “blockchain exchanger” mendistribusikan atau membagikan token VEX. Kemudian yang kedua ada VEX Platform, terdiri dari VEXM Generator dan VEXplorer, didesain untuk memudahkan pebisnis membuat dan mengelola token yang dimiliki perusahaan untuk kegiatan pemasarannya. Yang ketiga ada Voucher Exchange, di dalamnya memungkinkan token VEX dioperasikan oleh merchant bisnis dan konsumen.

Misalnya untuk program loyalitas, sebuah bisnis bisa saja membeli token VEX. Setelah kustomisasi (misalnya dengan brand bisnis), sistem Vexanium dapat secara otomatis membagikan token dengan jumlah yang ditentukan kepada pengguna sesuai target promosi. Karena bersifat nominal, token tersebut dapat ditukarkan untuk menyubsidi harga pembelian terhadap produk terkait, atau pengguna juga dapat menjualnya melalui kanal pertukaran yang nantinya terhubung dengan VEX, token tersebut juga diperjualbelikan di INDODAX.

“Vexanium akan fokus dulu di Indonesia dan sasaran awal kami adalah perusahaan yang sudah melek dengan teknologi. Untuk (platform) sudah cukup siap, proses blockchain hanya terjadi di backend jadi dari sisi user ataupun merchant tidak ada banyak perbedaan dalam hal UI/UX, hampir mirip seperti layanan loyalty atau vouchers pada umumnya,” terang Danny kepada DailySocial.

Gencar melakukan publikasi

Sejumlah pelaku bisnis digital di Indonesia telah tergabung sebagai advisor di Vexanium. Beberapa di antaranya adalah Calvin Kizana (PicMix), Jason Lamuda (Berrybenka), Anton Soeharyo (Touchten), Edi Sulistyo (Loket.com), dan Joseph Aditya (Ralali). Advisor tersebut dikabarkan juga bertindak sebagai angel investor untuk Vexanium.

Keyakinan para advisor tersebut mungkin dikarenakan model bisnis dan kiprah founder dalam bisnis yang sebelumnya. Danny Baskara dikenal sebagai pendiri platform Evoucher. Yang dikerjakan saat ini oleh Danny dan timnya ialah membuat transformasi dari apa yang sebelumnya dilakukan melalui mekanisme blockchain. Kendati demikian Danny menegaskan bahwa Evoucher dan Vexanium adalah dua entitas yang berbeda.

“Vexanium dan Evoucher adalah dua entitas terpisah, kalau Evoucher bisnis modelnya tersentralisasi seperti tech startup pada umumnya, yakni sebagai middleman atau perantara antara merchant dan pembeli. Sedangkan Vexanium bisnis modelnya sangat berbeda namun persamaannya adalah sama-sama menjadi solusi antara merchant dan pembeli,” ungkap Danny.

Untuk meningkatkan partisipasi di tahap ICO, Danny cukup intensif melakukan publikasi di berbagai acara blockchain, baik acara tingkat lokal maupun internasional.

KreditGoGo Parent Company Records a Series B Funding Worth of 155 Billion Rupiah

Jirnexu, a parent company of the financial aggregator “KreditGoGo”, announces the closing round of series B funding worth of $11 million (equal to Rp155 billion). It is led by Japanese Venture Capital, SBI Group. SIG Asia Investments also participated in this round. Previously, the company has managed to acquire $4,5 million in series A funding round. In total (all rounds), the company has raised around $17 million.

Yuen Tuck Siew, CEO of Jirnexu, said in his speech that the previous funding has led the company into rapid development, going 100% year-on-year in 2017. This year, they are hoping to make it bigger than before. In Indonesia, KreditGoGo business unit is not really subtle, meanwhile, in Malaysia, it becomes one of the largest units in regional fintech landscape.

Jirnexu last year’s focus is to develop white-label product “XpressApply” for the automation of marketing, sales, and product shipping used by financial institutions. The technology is now integrated for RinggitPlus service in Malaysia and KreditGoGo in Indonesia. In terms of consumers, it offers comprehensive financial products feature qualification.

Partners with RBH bank, Jirnexu has launched a chatbot for the online personal lending process. It is claimed to be the first in Southeast Asia. The service called XpressApply, it allows financial institutions to manage transaction and demand easier through familiar instant messaging platform used by customers.

“The next step of the technology roadmap, we’ll be launching various solutions for financial institutions, including digital technology for consumer identification and eKYC (Electronic Know Your Customer), that capable of providing very personal and relevant financial products. Next year, Jirnexu will automate the digital risk assessment and customer verification,” Yuen Tuck Siew, said.

In addition, the Series B funding will be allocated to upgrade human resources. Specifically for RinggitPlus, the company is looking for a new CTO and Head of Digital Marketing, for the expansion plan in the near future. In the meantime, there’s no particular agenda for KreditGoGo in this strategic plan post-series B funding.

KreditGoGo got its own fight in Indonesia’s tight competition without special recognition from the parent company. On the other hand, there are several players start dominating the market with similar services in Indonesia, such as Cermati, CekAja, DuitPintar, and HaloMoney.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Induk Perusahaan KreditGoGo Bukukan Pendanaan Seri B Senilai 155 Miliar Rupiah

Jirnexu sebagai induk perusahaan agregator finansial KreditGoGo hari ini (17/5) mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri B senilai $11 juta (atau setara dengan 155 miliar rupiah). Kali ini pendanaan dipimpin oleh pemodal ventura asal Jepang SBI Group. SIG Asia Investments (SIG) juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ini. Sebelumnya, di pendanaan seri A, perusahaan juga telah mengantongi pendanaan $4,5 juta. Ditaksirkan total nilai pendanaan yang didapat perusahaan secara keseluruhan (di semua putaran) mencapai $17 juta.

Dalam sambutannya, CEO Jirnexu Yuen Tuck Siew mengatakan pendanaan yang telah dicapai pada tahap sebelumnya berhasil membawa perusahaan berkembang pesat, mencapai 100% year-on-year di tahun 2017. Diharapkan tahun ini dapat melakukannya lagi dengan angka yang lebih besar. Di Indonesia unit bisnis KreditGoGo memang terlihat tidak begitu mencolok, namun diklaim bisnisnya di Malaysia menjadi salah satu yang terbesar di lanskap fintech wilayah setempat.

Tahun lalu fokus Jirnexu mengembangkan produk whitelabel XpressApply untuk otomasi pemasaran, penjualan, dan pengiriman produk yang digunakan lembaga finansial. Kini teknologi tersebut telah diintegrasikan untuk layanan RinggitPlus di Malaysia dan KreditGoGo di Indonesia. Di sisi konsumen teknologi tersebut menawarkan layanan perbandingan produk finansial yang komprehensif.

Bekerja sama dengan RBH Bank, Jirnexu juga meluncurkan chatbot untuk pemrosesan pinjaman personal secara online. Inovasi tersebut diklaim menjadi yang pertama di Asia Tenggara. Bernama XpressApply Chatbot, layanan tersebut memungkinkan institusi finansial untuk memproses permintaan dan transaksi dengan mudah melalui platform pesan instan yang biasa digunakan oleh pelanggan.

“Di tahap berikutnya dari roadmap teknologi, kami akan meluncurkan berbagai solusi untuk lembaga keuangan, termasuk teknologi digital untuk identifikasi konsumen dan teknologi eKYC (Electronic Know Your Customer), sehingga dapat menyediakan produk keuangan yang sangat personal dan relevan. Di tahun mendatang, Jirnexu akan mengotomatiskan penilaian risiko digital dan verifikasi pelanggan,” ujar Yuen Tuck Siew.

Selain pengembangan di sisi teknologi, pendanaan Seri B kali ini juga akan difokuskan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Khusus untuk RinggitPlus, pihaknya tengah mencari CTO dan Digital Marketing Head baru, karena ada agenda ekspansi yang akan dilancarkan dalam waktu dekat. Sementara untuk KreditGoGo belum ada agenda khusus yang diperbincangkan dalam rangkaian strategi pasca pendanaan seri B ini.

Di Indonesia, KeditGoGo sebenarnya sudah dihadang dengan persaingan yang cukup ketat, kendati belum mendapatkan perhatian spesial dari perusahaan induk. Di lain sisi, saat ini sudah ada beberapa pemain yang mulai beradu mendominasi pasar. Selain KreditGoGo, di Indonesia ada layanan serupa, seperti Cermati, CekAja, DuitPintar, dan HaloMoney.

Jakarta Smart City Terintegrasi dengan Aplikasi Jukir dan Lapakon untuk Kelola Parkir

Pemprov DKI Jakarta meresmikan kerja sama strategis bersama PT Nusantara Digital Investama selaku pengembang aplikasi Jukir (Juru Parkir) dan PT Wican Tirtayasa Bersama selaku pengembang aplikasi Lapakon. Kerja sama tersebut dilakukan untuk menghadirkan sistem pengelolaan lahan parkir di jalan, dikemas dalam program Smart City yang dimiliki Pemprov.

Ada dua tujuan utama dari pengembangan sistem tersebut. Pertama untuk memastikan retribusi uang parkir terserap secara optimal sebagai pendapatan daerah. Yang kedua untuk menyejahterakan para juru parkir dengan sistem dan pebagian yang lebih transparan.

Aplikasi yang masuk menjadi sub layanan Jakarta Smart City ini juga dilengkapi fitur pembayaran PPOB (Payment Point Online Bank) dan pembelian pulsa, diharapkan para juru parkir (sebagai mitra) bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari transaksi tersebut. Ke depan dijanjikan akan ada produk lain juga yang disematkan ke dalamnya.

Menurut Founder Jukir Budi Hartono, keberadaan aplikasi ini diharapkan dapat menghilangkan stigma negatif terhadap parkir liar, sekaligus dapat meningkatkan martabat para juru parkir yang selama ini dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat.

Dari sisi pengelola (pemerintah), adanya aplikasi memungkinkan mereka bisa dengan transparan melihat pendapatan parkir secara real time. Selain itu, juga membuka peluang kerja para juru parkir yang belum terlatih untuk menjadi juru parkir profesional. Menurut pemaparan Budi aplikasi ini pertama kali di dunia, pendapatan daerah dan keberadaan juru parkir liar dapat diintegrasikan ke dalam satu sistem yang transparan.

“Untuk saat ini aplikasi Lapakon resmi beroperasi di Jakarta dan dalam waktu dekat akan merambah ke daerah-daerah lain di Indonesia untuk membantu pemerintah daerah di seluruh Indonesia dalam mengelola perparkiran dan meningkatkan pendapatan daerah mereka,” ujar Co-Founder Lapakon Anggawira.

Mengenal Investasi Cryptocurrency

Di artikel sebelumnya, DailySocial telah mengulas konsep dasar cryptocurrency (mata uang kripto) sebagai alat transaksi dan varian yang ada saat ini beserta kelebihan dan kekurangannya.

Komoditas mata uang kripto di Indonesia mulai diminati kalangan luas. Komunitas trader makin mudah dijumpai. Umumnya mereka melakukan jual-beli mata uang kripto untuk investasi, mengingat harganya saat ini cenderung sangat fluktuatif. Di lain sisi, blockchain sebagai fondasi dari mata uang kripto juga tengah menjadi teknologi yang disoroti sektor finansial.

Sementara blockchain sebagai platform digital masih terus dieksplorasi, mata uang kripto sebagai pengajawantahan blockchain, terus tumbuh subur di kalangan konsumen. Selain kaitannya dengan transaksi, ICO (Initial Coin Offerings) juga menjadi proses yang mulai bisa dijumpai di kalangan pebisnis. ICO adalah proses penggalangan dana untuk membangun aplikasi berbasis blockchain, bentuknya beragam mulai dari mata uang kripto baru, smart contract, hingga smart ledger.

Pundi X hadirkan platform Point of Sale yang terima transaksi Bitcoin / Pundi X
Pundi X hadirkan platform Point of Sale yang terima transaksi Bitcoin / Pundi X

Di Indonesia sendiri setidaknya sudah ada tiga bisnis yang mencoba melakukan ICO, di antaranya Tokenomy, Pundi X, dan Vexanium. Masing-masing menawarkan karakteristik yang berbeda, dengan proses bisnis yang berbeda pula.

Berinvestasi pada mata uang kripto

Popularitas investasi mata uang kripto didorong oleh kemudahan transaksi. Setiap orang kini bisa membuat “dompet mata uang kripto”, sebutan untuk rekening digital yang digunakan dalam menampung dan berjual-beli. Di Indonesia sudah ada beberapa platform yang melayani proses pembuatan dompet kripto tadi. Termasuk untuk mempermudah pengguna menghubungkan dompet tersebut dengan rekening bank seperti PayPal guna proses pembayaran atau penukaran.

Proses di atas dapat dikatakan sebagai mekanisme registrasi awal sebelum pengguna dapat melakukan transaksi pada mata uang kripto populer seperti Bitcoin. Dengan memberikan identitas yang detail, biasanya prosesnya hanya memakan waktu beberapa menit saja. Selanjutnya pengguna dapat dengan leluasa melakukan transaksi pembelian aset digital tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan

Jika mengikuti tren Bitcoin atau mata uang kripto populer lainnya, maka terlihat jelas bagaimana fluktuasi nilai terjadi dengan sangat liar, tidak terprediksi. Di satu waktu bisa saja harga turun, di waktu lainnya harga meningkat derastis. Para investor mata uang kripto mencoba memanfaatkan gejolak nilai ini dengan harapan mendapatkan untung saat melakukan pembelian dengan nominal yang lebih sedikit. Sayangnya untuk mata uang kripto populer nilainya sudah sangat tinggi, sehingga untuk investasi membutuhkan banyak kejelian.

Disarankan untuk investor awal mulailah dari nilai yang kecil dan membeli mata uang kripto yang memiliki kredibilitas baik. Memantau harga dan perkembangan pasar mata uang kripto juga harus menjadi makanan sehari-hari para investor. Hal ini sekaligus membawa para investor untuk memahami target yang harus ditentukan, misalnya menargetkan nilai investasinya pada titik tertentu, untuk selanjutnya kembali ditarik atau menambah modal dengan melakukan pembelian aset baru.

Di banyak platform jual beli mata uang kripto, menyediakan layanan limit nominal pembelian. Pengguna bisa menyetel dompet digital untuk melakukan pembelian ataupun penjualan secara otomatis pada batas nilai tertentu. Otomasi ini juga membantu investor pemula dalam melakukan pengamatan terhadap gejolak pasar. Yang perlu dipahami sejak awal, proses penjualan aset digital jauh lebih sulit ketimbang proses membelinya. Namun dengan menjamurnya platform jual-beli aset digital, membuat transaksi tersebut jauh lebih mudah.

Cryptocurrency dari sudut pandang investasi / DailySocial
Cryptocurrency dari sudut pandang investasi / DailySocial

Tentang ICO dan investasi di dalamnya

Pada proses penggalangan dana, pengusung ICO biasanya menawarkan sejumlah token yang dihargai dengan satuan mata uang kripto. Kepada investor, pebisnis meyakinkan token ini akan bernilai tinggi seiring dengan keberhasilan proyek yang sedang dikerjakan. Secara regulasi di Indonesia belum ada aturan yang pasti terkait ICO, umumnya investor yang tertarik hanya berbekal spekulasi dan keyakinan terhadap proyek blockchain di masa mendatang. Ethereum adalah salah satu contoh keberhasilan proyek berbasis ICO, menawarkan implementasi blockchain untuk fitur smart contract.

Seperti layaknya investasi, tidak ada yang menjamin kesuksesan kampanye ICO sebuah bisnis. Bahkan untuk beberapa penawaran, justru terindikasi sebagai scam, karena produknya terlihat tidak jelas atau tidak mungkin diwujudkan. Tidak sedikit proyek ICO yang gagal memenuhi pendanaan sampai tahap waktu yang ditentukan. Namun demikian, melihat potensi blockchain banyak yang meyakini beberapa platform dapat menjadi penopang bisnis untuk masa mendatang.

Sehingga dapat disimpulkan beberapa tips sederhana jika ingin terlibat dalam investasi melalui ICO:

  • Pahami dan teliti secara detail produk yang akan dikembangkan. Baca referensi mengenai masa depan produk tersebut dari sisi pangsa pasar dan kemungkinan realisasi.
  • Pelajari tentang founder yang melakukan kampanye ICO, pastikan memiliki pengalaman dan track-record yang jelas. Diutamakan memang founder berpengalaman di bidang yang tengah digarap.

Masih berisiko

Mata uang kripto menghadirkan berbagai perspektif, baik yang menyiratkan pandangan positif atau negatif. Sebagai pandangan subjektif dari penulis, saat ini investasi berbasis kripto masih terlihat kurang stabil. Memang, adanya demand-supply besar mengindikasikan bahwa di dalamnya mengandung pergerakan ekonomi yang kuat. Kesimpulannya tetap layak dijadikan sebagai komoditas investasi, dengan nilai yang terbatas dan bersifat sekunder.

Cara paling relevan untuk meningkatkan skalabilitas mata uang kripto salah satunya adalah dukungan regulator, dalam hal ini Bank Indonesia. Sampai tahap ini, pihak regulator masih terus mendalami berbagai kemungkinan yang dapat dihasilkan oleh blockchain. Potensinya besar, pembuktiannya yang masih terus menjadi tantangan oleh para pelaku. Meyakini sesuatu investasi bukan hal yang salah, karena tiap investasi selalu mengandung risiko. Untuk saat ini, risiko investasi mata uang kripto cukup besar dengan berbagai kemungkinan di pangsa pasar.

Laporan DailySocial: Preferensi Penggunaan Aplikasi Lokal 2018

Aplikasi mobile menjadi salah satu komoditas bisnis digital yang cukup berpengaruh. Beberapa startup di Indonesia telah membuktikan, mereka menjalankan model bisnis dari aplikasi yang didistribusikan melalui marketplace. Implikasinya persaingan di bisnis tersebut tidak memiliki sekat, aplikasi lokal mau tidak mau harus selalu berhadapan dengan aplikasi luar.

Namun demikian kenyataannya tidak serta-merta aplikasi dari luar selalu mendominasi, ada beberapa varian aplikasi lokal yang lebih unggul. Untuk mendapatkan pembaruan data soal aplikasi tersebut, DailySocial bekerja sama dengan JakPat mengadakan sebuah survei kepada 1959 pengguna ponsel dari berbagai penjuru wilayah di Indonesia. Survei tersebut difokuskan untuk menangkap preferensi pemilihan aplikasi di perangkat yang sehari-hari mereka gunakan.

Dari data yang berhasil dihimpun, ada beberapa temuan menarik, di antaranya:

  • Di beberapa kategori aplikasi, buatan pengembang lokal jauh lebih unggul, misalnya di kategori transportasi, layanan tiket, atau aplikasi bacaan.
  • Aplikasi lokal paling populer menurut responden adalah GO-JEK (30,96%) dan aplikasi luar yang paling populer WhatsApp (36,46%).
  • Salah satu alasan mengapa memilih aplikasi lokal adalah karena konsumen terpengaruh dengan jargon seperti “karya anak bangsa”.
  • Sebagian besar responden (77,23%) berkenan menggunakan aplikasi versi lokal jika ditemukan aplikasi dengan fungsionalitas sesuai yang digunakan sehari-hari.

Selain empat poin di atas, masih banyak temuan lain yang dirangkum dalam hasil survei. Termasuk di dalamnya alasan yang sering dikeluhkan pada saat menggunakan aplikasi lokal, medium apa yang digunakan untuk mendapatkan informasi aplikasi lokal, serta pendapat jika pemerintah mewajibkan menggunakan aplikasi lokal. Selengkapnya silakan unduh laporan DailySocial secara gratis “Local App Preference Survey 2018”.

Konferensi Big Data Kembali Diselenggarakan, Angkat Tema Potensi “Artificial Intelligence”

Komunitas Big Data Indonesia (idBigData) akan kembali menyelenggarakan konferensi tahunannya untuk kali keempat. Konferensi Big Data Indonesia 2018 (KBI2018) akan dilaksanakan di Balai Kartini Jakarta pada 12-13 Mei mendatang. Secara eksklusif acara ini didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI).

Tema konferensi tahun ini adalah “Big Data dan Artificial Intelligence: Menggali Potensi, Memperkuat Inovasi”. Tujuannya untuk memberikan gambaran dan pemahaman yang menyeluruh kepada masyarakat mengenai kondisi terkini, peluang dan tantangan big data di berbagai sektor.

Topik-topik yang akan disajikan mulai dari perkembangan teknologi Big Data dan AI secara praktis maupun ilmiah, berbagai inisiatif data nasional seperti Satu Data Indonesia dan Satu Peta Indonesia, pemanfaatannya dalam bisnis perbankan, e-commerce dan transportasi, dan lain sebagainya.

Keynote speaker KBI2018 hari pertama akan dibawakan oleh Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Ricky Joseph Pesik dan Prof. J. Sutanto dari Lancaster University. Keynote hari kedua adalah walikota Surabaya, Tri Rismaharini dan Prof. S. Bressan dari National University of Singapore.

Beberapa pembicara dari unsur bisnis yang dijadwalkan hadir adalah dari Bukalapak, GO-JEK, BCA, Labs247, Bang Joni/BJTech, Media Kernels Indonesia, dan lain-lain. Sedangkan dari pemerintahan adalah Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Biro Pusat Statistik (BPS).

Pentingnya pemahaman tentang data dan pengolahan

Dunia sedang bergerak ke arah revolusi industri keempat yang dicirikan oleh perpaduan teknologi yang mengaburkan batas antara fisik, digital, dan biologis. Hal ini ditandai dengan munculnya terobosan teknologi di sejumlah bidang, termasuk robotika, kecerdasan buatan, blockchain, IoT, dan lain sebagainya. Salah satu hal penting yang melandasi terobosan teknologi tersebut adalah pengolahan dan pemanfaatan data yang masif.

Data bukan lagi sekedar faktor pelengkap, namun telah menjadi sebuah senjata yang ampuh. Persaingan di berbagai bidang dimenangkan dengan data. Kita menyaksikan perubahan peta bisnis di banyak sektor, misalnya gonjang-ganjingnya bisnis ritel di tengah semakin maraknya penyedia layanan belanja online, beralihnya pengguna transportasi tradisional ke layanan online, merupakan contoh keunggulan kompetitif teknologi dan data. Bahkan sebuah skandal besar yang melibatkan Facebook baru-baru ini menunjukkan bahwa pertarungan politik pun ternyata dimenangkan dengan data.

Indonesia sebagai negara yang besar memiliki potensi sebagai penghasil dan pengguna data yang sangat besar pula. Dari sisi wilayah dan sumber daya alam, pengawasan dan pengelolaan yang efektif memerlukan dukungan teknologi dan pengelolaan data yang kuat. Dari sisi ekonomi, penduduk Indonesia yang besar menjadi pasar strategis bagi berbagai produk dunia, maupun produk dalam negeri sendiri. Di samping itu banyak industri baru atau startup yang berbasis data maupun teknologi big data serta artificial intelligence yang bermunculan.

Informasi lebih lanjut dan pendaftaran dapat dilakukan di situs resmi KBI2018: https://kbi2018.idbigdata.com/


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Konferensi Big Data Indonesia 2018

Deezer Jalin Kerja Sama dengan RRI

Hari ini (09/5) Deezer mengumumkan kerja samanya dengan Radio Republik Indonesia (RRI). Kerja sama ini memungkinkan pengguna Deezer mendengarkan siaran langsung pertandingan Liga Indonesia dan Piala Dunia 2018 melalui streaming. Selain itu pengguna Deezer juga dapat mendengarkan siaran berita dari RRI PRO3 dan Ensklopedi Budaya KeIndonesian dari RRI PRO4.

Vice President APAC Deezer Daud Irsan Aditirto mengatakan bahwa salah satu landasan kerja sama ini karena di Indonesia cukup banyak orang yang menggemari sepak bola. Menurut survei yang dilakukan Nielsen Sports, 77 persen orang Indonesia menyukai sepak bola. Deezer mencoba menghadirkan pengalaman baru menikmati sepak bola melalui siaran audio.

Dari pihak RRI, Soleman Yusuf selaku Direktur Program dan Produksi menyampaikan bahwa sinergi ini akan menguntungkan dua belah pihak. Bagi RRI memungkinkan pengguna untuk memilih saluran akses yang lebih disukai sesuai dengan persona masing-masing.

Tahun 2018 ini Deezer tengah mengupayakan peningkatan bisnis di Indonesia. Diawali Januari lalu, Deezer menjalin kerja sama strategis dengan Tri Indonesia. Misinya untuk menyebarkan layanan kepada pengguna provider terkait.

Deezer sendiri sebenarnya sudah cukup lama hadir di Indonesia, tepatnya sejak tahun 2012, namun hadirnya layanan serupa membuat perusahaan asal Perancis ini harus menguatkan ikat kepala untuk berjuang lebih keras. Pasalnya para pemain lain seperti Spotify atau JOOX juga terus menggencarkan perluasan pangsa pasar.

Susunan manajemen baru juga sudah dijalankan, dengan harapan dapat memuluskan pengembangan bisnis Deezer di Indonesia. Selain itu beberapa fitur dan fungsionalitas terus dikembangkan untuk mendapatkan unique selling point.

Salah satu yang tengah digencarkan sosialisasinya adalah fitur Flow, memungkinkan pengguna menikmati Deezer dengan lay back experience, sesuai dengan genre kesukaan mereka.

Application Information Will Show Up Here