ID.Connect Organized in Surabaya, Matakota Smart City Solution Won The Competition

D~NET (PT Dutakom Wibawa Putra) team up with Express Wi-Fi by Facebook on Sunday (11/19) held a technology exhibition themed ID.Connect in Surabaya. The event’s main theme is “Hello Digital Inspiration” and expected to be an inspiration for young generation to develop more in technology. The exhibition is designed to facilitate startup community in sharing information regarding its products and services to target market and exchanging insights on the latest technology development, and meeting with investors.

“With Hello Digital Inspiration theme, D~NET invites every young generations to look at social issues distinctly and come up with a solution, making concept and building business idea through digital technology,” Caroline Gondokusumo, D~NET’s CEO & Founder, said.

This event consist of seminar, talkshow, exhibition and competition. Few speakers including Gaurav Girotra (Facebook’s Business Development Manager), Bastian Purrer (Lyke’s CEO), Wilson Yanaprasetya (Qerja’s CEO) and others are there. For the competition, it’s addressed for East Java startups.

There are 18 startups join this competition. As developer in building smart solution for city, Matakota wins the first place, Maulidan Games at the second place, and third place is taken by The Provit. Besides awarded by cash prizes, the winners also get special mentoring session with business figures such as; Caroline Gondokusumo, Ivan Kamadjadja, Septo Anggoro and many others.

“A purpose of this event is for D~NET to facilitate digital startup owners community in developing their entrepreneurship skill and meeting with investors. With this event, young generation are expected to take Indonesia into advance level,” Gondokusumo said.


Disclosure: DailySocial is a media partner for ID.Connect in Surabaya
Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

OnlinePajak Officially Announces Series A Funding From Alpha JWC Ventures and Sequoia India

On this day (12/6) OnlinePajak is officially announced Series A Funding of $3-5 millions, or at least around 40 billion rupiahs. It is led by Alpha JWC Ventures and supported by Sequoia India. The fresh funding will be centered in developing innovative products and solutions to help enterprises, of which they gave positive influence on Indonesia’s economy in tax revenue.

After partnership with Alpha JWC and Sequoia India, OnlinePajak now expecting support to deliver innovative products for tax management, human resources and accounting. The solution continues to develop along OnlinePajak vision, reducing company’s administrative load and tax-collection efficiency.

“The government is working hard in boosting tax revenues for better infrastructure and economic development. OnlinePajak service which designed to enable companies in fulfilling their tax obligation, also have goals to help government in achieving it. This year we want to contribute in targeting tax-collection up to 30 trillion rupiahs,” said OnlinePajak’s Founder Charles Guinot

OnlinePajak latest debut is opening API to expand partnership, both for SaaS service developer and e-commerce. Sleekr, Accurate, Talenta and Etobee are several startup partners in optimizing the API to process digital tax service in its app.

“OnlinePajak is now provided module for HR to facilitate employee taxes payment, meanwhile the accounting team is given a simple way in depositing company’s taxes, as well as managing their invoice. Shortly, OnlinePajak will release a solution to help its user in permorming and organizing tax payments,” added Guinot

OnlinePajak is already taken ISO information security management system, helping companies in preparing, depositing and reporting taxes through a single app that fully connected to the General Taxation Directorate system.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Haris Izmee Appointed as Microsoft Indonesia’s President Director

Microsoft officially announce Haris Izmee as the new President Director for Indonesia. Previously, the position is occupied by Andreas Diantoro for about 5 years. Andreas reportedly resigned from his position but not yet known where he would continue his career.

Haris Izmee is known to have experience in professional business for almost 20 years. Previously, Haris worked at Indonesia’s General Electric Healthcare (GEHC) as Director and Country Manager. In his era, he successfully expanding business in health and recently becomes the biggest GE’s business.

Prior ro GEHC, He was a Senior Sales Director at GE Aviation, responsible in leading all commercial aircraft engine sales. In educational background, Izmee is a graduate of London’s Queen Mary University with Aeronautical Engineering degree.

Andrea Della Mattea, Microsoft Asia Pasific’s President said in her statement, “Haris has an impressive track record in successful business. We aware that Indonesia is in an excellent position to grow new business, and I am very pleased to have Haris as a leader for our customers and partners towards digital transformation.

At Microsoft, Izmee will be responsible in product marketing, services and customer support in Indonesia, most importantly to fasten the transformation Microsoft currently working on, to be a productive company and popular platform.

“I am so glad to be able to join Microsoft at its finest. Indonesia’s aspiration in becoming the largest digital economy in Southeast Asia in 2020 shows a great opportunity for our partners and customers to use new business model and solution in fastening their business growth. Microsoft’s vision in empowering public and communities, underlines our commitment to support their digital transformation plans,” Izmee said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Cara Mudah untuk Memvalidasi Ide Produk atau Bisnis

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memvalidasi ide pengembangan produk. Selain mendiskusikan dengan ahli atau mentor bisnis, pengembangan MVP (Minimum Viable Product) dinilai menjadi cara yang lebih terukur. MVP menjadi sebuah mekanisme untuk memperkenalkan ide produk dan fungsionalitas intinya sedini mungkin kepada publik. Penting dilakukan untuk mengurangi risiko produk tersebut tidak ada penggunanya.

MVP dapat dirilis dalam berbagai macam metode, di antaranya A/B Testing (peluncuran versi Alpha atau Beta dari aplikasi), penjelasan melalui landing page, survei dan riset, hingga pembuatan video demo produk. Untuk startup di tahap awal yang biasanya memiliki anggota tim yang sedikit dan waktu yang sempit untuk melakukan pengujian –karena jika gagal harus secepat mungkin agar bisa beralih ke ide lainnya, tentu harus mencari cara yang paling cepat dan efisien.

Konten berbasis “Demand Validation Video” bisa dicoba, dipadukan dengan optimasi media sosial untuk publikasi. Hal yang perlu dilakukan ialah buat sebuah desain produk sesuai dengan ekspektasi ide, dan paparkan bagaimana fungsionalitas produk tersebut bekerja. Lebih baik lagi jika sebelumnya sudah dilakukan pengembangan tahap awal, sehingga video tersebut berisi demo produk yang dikembangkan.

Selanjutnya manfaatkan media sosial seperti Twitter atau Facebook untuk mempublikasikan video tersebut. Tambahkan sebuah keterangan yang bersifat “menjual” dalam mempublikasikan video tersebut. Untuk memastikan capaian yang besar, jika perlu gunakan layanan iklan dengan menargetkan pangsa pasar yang ingin dirangkul melalui inovasi tersebut.

Ini ada sebuah contoh menarik, dari sebuah pengembang yang menyampaikan MVP melalui video di Twitter.

Ia memaparkan melalui tulisan di Twitter, bahwa sebuah aksesoris harus multifungsi bisa digunakan untuk pembayaran. Dan video memberikan gambaran tentang contoh bagaimana sistem tersebut bekerja. Sangat jelas dan mudah dipahami. Maka selanjutnya serahkan kepada publik untuk menilai. Terkait apakah akan ada penerimaan atau tidak, itu adalah jawaban yang dibutuhkan dari sebuah MVP.

Dari studi kasus di atas, kebetulan produk mendapatkan penerimaan yang cukup baik. Komentar yang diberikan dalam Reply menunjukkan sentimen baik atas hipotesis yang diunggah. Kemudian jumlah Retweet juga memvalidasi bahwa ide tersebut cocok diaplikasikan, sehingga orang lain ingin berbagi tentang inovasi ini kepada rekannya. Ini sebenarnya serupa dengan video MVP yang cukup legendaris dari Dropbox.

Proposisi nilai telah divalidasi dengan umpan balik yang didapat dari media sosial. Sebenarnya di titik ini sudah bisa ditentukan, apakah pengembangan produk perlu diprioritaskan ke depan atau tidak. Jika masih butuh meyakinkan diri lagi, bisa langsung mewawancara narasumber yang terlibat dalam percakapan di media sosial, tanyakan mengapa mereka tertarik atau mengapa mereka menganggap solusi tersebut kurang penting.

Baca juga:

Akhirnya OnlinePajak Resmi Umumkan Pendanaan Seri A dari Alpha JWC Ventures dan Sequoia India

OnlinePajak hari ini (6/12) secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan seri A dengan nilai $3-5 juta atau minimal 40 miliar rupiah. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Alpha JWC Ventures, dan didukung oleh Sequoia India. Secara khusus dana segar yang didapat akan difokuskan untuk mengembangkan produk dan solusi yang inovatif untuk membantu UMKM, yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia dalam hal penerimaan pajak.

Setelah bermitra dengan Alpha JWC dan Sequoia India, kini OnlinePajak berharap memiliki dukungan untuk melahirkan produk inovatif bagi kepengurusan pajak, sumber daya manusia, dan akuntansi. Solusi ini terus dikembangkan sejalan dengan visi OnlinePajak, mengurangi beban adminstrasi perusahaan dan efisiensi pengumpulan pajak.

“Pemerintah bekerja keras untuk menggenjot penerimaan pajak demi pembangunan infrastruktur dan perkembangan ekonomi yang lebih baik. Layanan OnlinePajak yang didesain untuk memudahkan perusahaan dalam menunaikan kewajiban perpajakan mereka, juga memiliki tujuan membantu pemerintah meraih pencapaian tersebut. Tahun ini kami ingin kembali berkontribusi dengan menargetkan pengumpulan pajak sampai dengan Rp 30 triliun,” sambut Founder OnlinePajak Charles Guinot.

Terakhir debut yang dilakukan oleh OnlinePajak ialah membuka API untuk membangun kemitraan seluas-luasnya, baik bagi pengembang layanan SaaS dan juga e-commerce. Sleekr, Accurate, Talenta, dan Etobee merupakan beberapa mitra startup yang turut mengoptimalkan API tersebut untuk pemrosesan layanan pajak secara digital di aplikasinya.

“OnlinePajak kini telah menyediakan modul yang dapat digunakan HR untuk memudahkan pembayaran pajak karyawan, sementara tim accounting diberi kemudahan dalam menyetor pajak perusahaan, dan juga mengelola invoice mereka. Dalam waktu dekat, OnlinePajak juga akan merilis sebagai sebuah solusi yang akan membantu penggunanya untuk melakukan dan mengorganisir  pembayaran pajak mereka,” imbuh Charles.

OnlinePajak juga telah mengantongi ISO sistem manajemen keamanan informasi, membantu perusahaan untuk mempersiapkan, menyetor, dan melapor pajak melalui satu aplikasi terpadu, yang sepenuhnya terhubung dengan sistem Direktorat Jenderal Pajak.

Future Agro Challenge Tantang Startup Lokal di Bidang Pertanian

Future Agro Challenge (FAC) merupakan kompetisi global yang berfokus untuk startup yang bergerak di bidang agtech, pangan, dan pertanian. FAC setiap tahunnya memilih ide-ide dan startup inovatif dari penjuru dunia untuk bersaing dalam Global Championship guna merebut titel “Agripreneurs of the Year”. Startup yang terpilih juga berkesempatan untuk mendapatkan akses ke sumber daya, termasuk pendanaan, untuk meningkatkan bisnis dan dampaknya bagi lingkungan sosial.

Tahun ini, untuk pertama kalinya FAC datang ke Indonesia, didukung BLOCK71 Jakarta dan Angel Investment Network Indonesia (ANGIN). FAC mencari agripreneur dengan solusi revolusioner di Indonesia untuk menghadapi tantangan pertanian baik di tingkat lokal, regional, dan/atau global. Pemenang terpilih akan bersaing di “Global Championships” untuk babak final di Istanbul. Mereka akan bertemu dengan para agripreneur berbakat dari 60+ negara lainnya yang juga menawarkan berbagai inovasi untuk mengatasi tantangan pertanian global saat ini.

“Kami telah melihat banyak agripreneurs dan agri startups di Indonesia dengan solusi menarik. Namun banyak yang sering tidak terdengar. Kami membawa FAC ke Indonesia dengan tujuan untuk membekali mereka dengan dukungan yang dibutuhkan dan menerjunkan mereka kerumunan pemangku kepentingan yang jauh lebih besar di tingkat global, dari calon investor hingga mitra kerja. Kami berharap FAC bisa menjadi platform bagi para agripreneur untuk meningkatkan bisnis mereka dan menginspirasi para calon agripreneur yang tertarik untuk segera bergerak,” kata Valencia Dea, Principal di ANGIN.

FAC memiliki urgensi untuk diselenggarakan secara global. Berbagai kajian mengungkapkan bahwa ketahanan pangan global saat ini berada di tingkat kritis. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, produksi makanan perlu meningkat sebanyak 70 persen untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan 9 miliar penduduk dunia di tahun 2050. Para pakar juga melihat adanya beberapa akar permasalahan yang menyebabkan isu ketahanan pangan saat ini; mulai dari ledakan populasi, perubahan pola makan, perubahan iklim, kelangkaan air, sampai dengan penurunan jumlah petani.

Dengan 14 persen GDP berasal dari sektor pertanian, apakah berarti Indonesia aman dari kelangkaan pangan? Tidak juga. Saat ini 19,4 juta penduduk Indonesia masih mengalami kekurangan gizi. Dalam hal ketahanan pangan, The Global Food Security Index menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan 69 dari 113 negara. Selain mandeknya jumlah produksi beras dalam kurun tahun 10 terakhir ini, salah satu tantangan utama kita ada pada peningkatan kemakmuran petani. Sektor pertanian senilai 124 miliar dolar gagal untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan petani, sehingga 17 juta petani masih hidup di garis kemiskinan. Inilah penyebab kita kehilangan 500 ribu petani setiap tahunnya.

“Kami mengajak semua agripreneur Indonesia untuk mendaftar secara online sebelum tanggal 5 Desember melalui tautan ini: bit.ly/fac-id . Secara khusus, kami sangat menganjurkan startup agribisnis yang menargetkan ekspansi global untuk mendaftar. Global Championships adalah platform yang tepat bagi mereka untuk memamerkan solusi mereka dan mendapatkan eksposur global, baik dari investor maupun calon mitra,” kata Tinnike Lie, Community Manager BLOCK71 Jakarta.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Future Agro Challenge.

PicMix and e-mas’ Strategy In Synergizing Users

PicMix announces partnership with app developer e-mas, a sister company of jewelry e-commerce Orori, to hold a gamification promotion program in its app. It is called “Main PicMix Dapat Emas”, all PicMix users can participate.

This program allows PicMix users to get free gold through referral menu for e-mas app in PicMix. Users will need to sign up to e-mas, successful registration will be given 0,1 gram free gold. Besides signing up, users can get additional 0,1 gold by installing e-mas frame in PicMix.

The program is held for each party to present symbiosis mutualism. For PicMix, they want to offer more benefits to the loyals. E-mas on the other side, wants to invite new users from PicMix app. PicMix users has reached more than 30 millions worldwide and nearly 10 millions are Indonesians.

“We always try to innovate any suitable and interesting business model with mutual benefit in partnership. PicMix used to have similar partnership with Mandiri E-Cash. Few similar mutualism partnerships are such as Telkomsel and several e-commerce [services],” PicMix’s Co-Founder Rooberto Thamrin said.

E-mas app is developed to help users in gold selling and purchasing without any physical form. As for PicMix, it is social media-based photo editor that already launched since 2012.

Regarding PicMix product development in the future, Thamrin said:

“Earlier this year, we develop new feature called PicMix YOYO which packed as portable photobooth to be used by brand in below the line act such as events or roadshows.”

“The advantages of YOYO photo booth is capable to print animated picture to 3D paper. Throughout 2017, there are few brands already used YOYO for their event,” said Thamrin.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

EMAGO, Layanan Berbasis Cloud untuk Bermain Game

EMAGO merupakan sebuah platform berbasis cloud yang didesain untuk membantu pengguna dalam bermain game. Konsep yang ingin disuguhkan mirip dengan Netflix. Pengguna tidak perlu membeli konten video atau musik, namun cukup berlangganan bulanan. Pun demikian dengan EMAGO, semua game disimpan dan diproses melalui server khusus, sehingga pengguna hanya cukup mengakses game tersebut dengan model streaming.

“EMAGO dapat membuat pengguna bermain game, bahkan untuk [game berkualitas] high-end di laptop biasa saja. Syaratnya cuman koneksi internet, karena semua proses pengolahan grafis game ada di server gaming EMAGO,” ujar Izzudin Al Azzam, Co-Founder EMAGO.

Inovasi ini bisa dibilang baru untuk pangsa pasar Indonesia. Menurut pemaparan pengembang, EMAGO hadir berdasarkan fakta hasil riset Steam: 81% gamers di dunia tidak dapat memainkan game baik dikarenakan isu grafis. Perangkat keras grafik untuk kebutuhan bermain game berspesifikasi tinggi masih dinilai kurang terjangkau dari sisi harga. Selain itu, dari survei yang dilakukan EMAGO mengemuka fakta bahwa 73% gamers di Indonesia merasa harga game dan perangkat juga terlalu mahal untuk dijangkau.

“Dari fakta tersebut, terkait dengan perangkat dan harga game, kami mencoba menawarkan kemudahan dan biaya yang lebih efisien. Pemain hanya cukup menggunakan perangkat yang sudah dimiliki, tidak perlu lagi membeli hardware khusus game. Pengguna juga tidak perlu membeli game, karena dapat bebas memainkan game yang ada di library EMAGO,” terang Azzam.

Untuk lancar memainkan secara “streaming“, pengguna harus memiliki konektivitas internet stabil minimal 4Mbps. Hal ini mengingat seluruh sumber daya diakses langsung dari server secara online. Sejauh ini sudah ada lebih dari 20 game di EMAGO. Pihaknya sedang terus memperluas kerja sama dengan publisher game, baik lokal maupun internasional, untuk memastikan semua game di EMAGO legal. Mekanisme model bisnis dengan publisher ialah revenue sharing.

“Kenapa yakin EMAGO akan bisa diterima pasar: kami terinspirasi dari Netflix dan Spotify yang sukses di industri masing-masing. Itu membuktikan bahwa model bisnis cloud sangat diminati. Sejauh ini kami menerapkan 2 model berlangganan, yaitu Basic (20 games/bulan) dan Premium (40 games/bulan),” lanjut Azzam.

Untuk pengembangan tahun 2018, EMAGO menargetkan dapat membawa platformnya bisa diakses melalui TV Kabel (IPTV) dan ponsel pintar. EMAGO meluncur tahun ini melalui inisiatif program inkubator Digital Amoeba yang digagas Telkom.

TEMU Kembangkan Aplikasi untuk Serap Tenaga Kerja “Low Skill”

Portal pencarian kerja (job listing) menjadi salah satu terobosan menarik untuk menjembatani kebutuhan masyarakat akan pekerjaan dan korporasi sebagai penyedia lapangan kerja. Sudah banyak saat ini portal pencari kerja, namun kebanyakan memfokuskan untuk pekerja dengan pendidikan tinggi (minimal lulusan kuliah). Sementara itu tingkat terserapnya pekerja dengan pendidikan di bawah standar tersebut semakin kecil. Dengan latar belakang tersebut layanan TEMU dihadirkan.

TEMU (PT TEMU Sejahtera Visi Utama) merupakan startup pengembang portal job listing dalam web dan aplikasi yang mengkhususkan untuk menjaring tenaga kerja low skill, menyasar lulusan SD – SMA/K. Beberapa kesempatan kerja yang ditawarkan seperti sopir, penjaga toko, kasir, SPG, OB, dan lainnya. Para tenaga kerja disalurkan ke berbagai perusahaan dan kantor BUMN. Dengan misi sosial untuk memutus siklus kemiskinan yang ada di kampung kota di Indonesia, TEMU ingin memberikan solusi atas permasalahan komunikasi dan akses kepada berbagai informasi kesempatan kerja.

“Untuk memberikan informasi lowongan pekerjaan terbaik kepada para Pencari Kerja lulusan SD sampai SMA/SMK, pada Juni 2017 TEMU meluncurkan produk berupa aplikasi Android dengan nama TEMU KERJA yang dapat diunduh pada aplikasi Google Play Store,” jelas Co-founder TEMU Gustian Mahardika.

Berdiri sebagai perusahaan dengan misi sosial sejak 2015, TEMU berkomitmen untuk tidak mengambil keuntungan apa pun dari pihak pencari kerja. TEMU yang juga sebagai pasar tenaga kerja (job marketplace) memberikan fitur layanan gratis kepada pihak perusahaan yang ingin memasang lowongan pekerjaan melalui TEMU.

“Meskipun berdiri sebagai perusahaan dengan misi sosial, TEMU tetap menargetkan untuk mendapatkan keuntungan. Saat ini TEMU telah meluncurkan layanan berbayar bagi perusahaan yang memiliki kebutuhan tenaga kerja dengan keahlian yang tepat secara cepat. Layanan tersebut bernama headhunting low skill. Layanan headhunting saat ini hanya tersedia bagi perusahaan di daerah Jadetabek.” lanjut Gustian.

Aplikasi TEMU Kerja

Kebutuhan masyarakat

TEMU didirikan oleh dua orang founder, yakni Maral Dipodiputro dan Gustian Mahardika. Ide awal pengembangannya saat itu Maral ditugaskan untuk bergabung menjadi tim Pokja Papua yang dibentuk Presiden. Dari program tersebut Maral mempelajari betul tentang bagaimana memberdayakan masyarakat, dan melihat langsung berbagai permasalahan yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan tepat dengan pendekatan digital.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, masih terdapat 7,4 juta pengangguran di Indonesia dengan 89% atau 6,6 juta jiwa di antaranya merupakan warga yang putus sekolah hingga tingkat pendidikan tertinggi yang dimiliki adalah SMA/K. Di sisi lain, statistik pertumbuhan badan usaha terus mengalami peningkatan sebesar 10% setiap tahunnya yang tentu akan berdampak pada kebutuhan tenaga kerja low-skill.

Hal ini kemudian divalidasi Maral dan Gustian dengan riset turun ke lapangan selama lebih dari 8 bulan guna melihat keadaan nyata dan mencari permasalahan utama yang selama ini terjadi.

Hasil dari riset tersebut mengidentifikasikan bahwa permasalahan utamanya adalah adanya kesenjangan informasi dan komunikasi antara pihak pencari kerja dan penyedia kerja. Baik pihak perusahaan maupun pihak pencari kerja selama ini merasa kebingungan dan tidak tahu bagaimana cara untuk mencari/menyampaikan informasi lowongan pekerjaan secara tepat.

Job portal yang selama ini ada, lebih menyasar untuk kalangan pencari kerja lulusan di atas SMA, yang tentu kurang tepat bagi para pencari kerja low-skill maupun perusahaan yang butuh pekerja low-skill. Penetrasi penggunaan smartphone dan internet yang tinggi dirasa merupakan hal yang harus dimanfaatkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Dari hal tersebut, TEMU menciptakan sebuah pasar tenaga kerja berbasis teknologi dan informasi,” ujar Gustian.

Sembari mengembangkan basis pengguna, saat ini TEMU tengah mengikuti sebuah program akselerator Remake City Jakarta yang diadakan oleh UnLtd bekerja sama dengan KOICA. Gustian juga mengungkapkan bahwa saat ini TEMU terbuka dan dalam tahap pencarian pendanaan tambahan.

“TEMU memiliki beberapa target yang ingin dicapai dalam waktu satu tahun ke depan yakni penambahan fitur pada produk aplikasi TEMU KERJA dan juga website, perluasan wilayah layanan headhunting pada beberapa kota besar di Indonesia, dan meningkatkan jumlah pencari kerja yang menerima manfaat hingga 500.000 orang,” pungkas Gustian.

Application Information Will Show Up Here

Valuklik Kini di Bawah Naungan Dentsu Aegis Network, Merger dengan iProspect

Agensi digital Valuklik hari ini mengumumkan telah menandatangani kesepakatan definitif untuk menyatukan operasional mereka dengan Dentsu Aegis Network, perusahaan pemasaran digital dan media global, serta melakukan merger dengan iProspect. Pasca penggabungan, Valuklik akan berganti nama menjadi iProspect Valuklik, konsolidasi kekuatan ini dinilai akan menambah skala signifikan terhadap kapabilitas jaringan kerja, kekuatan teknologi, dan mengukuhkan posisi sebagai market leader dalam pertumbuhan pasar yang tinggi di digital performance marketing.

Brand Valuklik, Pinnacle, sebuah unit khusus untuk analisis dan salah satu mitra penjualan terbesar Google Analytics & solutions partner di Indonesia juga akan bergabung dengan iProspect dan berganti nama menjadi iProspect Pinnacle.

“Bergabung dengan Valuklik akan memungkinkan iProspect untuk memberikan hasil bisnis  transformatif yang sesungguhnya kepada setiap klien di pasar Asia Tenggara yang sangat disruptif. Penggabungan kekuatan ini sangat penting untuk memperkuat posisi kami di Indonesia dan kami telah menemukan mitra terbaik pada diri Cleo, Rahul dan tim mereka,” ujar Joanna Catalano, CEO iProspect Asia Pacific.

Didirikan pada tahun 2012 oleh Cleosent Randing, Valuklik fokus memberikan solusi pemasaran berbasis data driven, large scale enterprise SEO, transformasi digital dan data & analisis. Agensi ini memberikan layanan pemasaran digital di semua digital media channels – search, social media, programmatic media, dan performance content.

“Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat di dunia dan nomor satu penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara, sehingga membuat Indonesia menjadi prioritas kami untuk melangkah maju ke depan. Dengan prospek pertumbuhan jangka menengah dan jangka panjang yang sangat baik – terutama dalam digital advertising, kami melaju ke skala yang cukup besar dengan perbedaan yang substansial di pasar ini,” sambut CEO Dentsu Aegis Network Asia Tenggara Dick van Motman.

Motman melanjutkan, “Valuklik membawa serta kemampuan yang kuat dalam kinerja marketing and search, serta skala yang dibutuhkan di mana hal ini sangat penting untuk mempercepat bisnis kami. Konsolidasi kekuatan kami dengan Valuklik memenuhi semua kriteria yang kami harapkan dan sejalan dengan perkembangan yang kami inginkan setelah kami melakukan akuisisi terhadap Dwi Sapta, hal ini membuat kami semakin mantap untuk menawarkan layanan dan manajemen digital performance melalui talenta tim kami di sana.”