OJK Bentuk Tim Khusus untuk Tangani Digital Banking

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membentuk tim Digital Banking untuk melakukan kajian terhadap berbagai aktivitas digital terkait perbankan. Termasuk agenda di dalamnya untuk menyampaikan rekomendasi tentang penerapan digital banking oleh perbankan di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan dorongan pemerintah kepada perbankan nasional untuk mengoptimalkan layanan digital guna meningkatkan efisiensi operasional bank.

Sebelum memulai, OJK mengatakan telah melakukan diskusi bersama beberapa perbankan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemdagri, dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Dalam kegiatan operasionalnya, OJK juga akan dibantu Bareskrim Polri, Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional (DK2ICN) Kemkopolhukam, perwakilan perusahaan telekomunikasi dan pakar pengamanan informasi.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon, efisiensi perbankan dengan digital banking bisa meringankan biaya operasionalitas. Termasuk bagi lembaga penyalur kredit untuk bisa menekan bunga yang dibebankan kepada nasabah. Kebijakan ini juga didorong untuk mendukung program pemerintah dalam ekonomi digital yang dicanangkan oleh Presiden RI.

“Proses jual beli secara online, interaksi sosial secara digital di media sosial, diskusi masalah Go-Jek dan Grab di DPR, dan kegiatan digital lainnya turut memberi dampak pada industri perbankan Indonesia. Presiden Jokowi mendorong perbankan digital banking, maka perbankan Indonesia harus mampu mendukung kebijakan baru tersebut,” kata ujar Nelson Tampubulon dalam sebuah diskusi seperti dikutip Detik.

Banyak tantangan yang masih ditemui oleh sektor perbankan untuk beranjak ke digital banking. Salah satunya pemikiran industri perbankan dan masyarakat yang belum merasa perlu untuk mengoptimalkan teknologi digital secara optimal. Terlebih untuk mengaplikasikan bank juga harus mengeluarkan investasi yang cukup besar.

Tim OJK spesialis Digital Banking ini diharapkan dapat mendampingi perbankan untuk menemukan strategi yang optimal menuju perbankan dengan konsep digital yang lebih matang.

5 Hal Yang Memantapkan Pilihan Menjadi Wirausahawan

Menjadi wirausahawan kini menjadi impian banyak pemuda di Indonesia. Ada yang sudah sejak dini memulai, ada pula yang masih terus menunda-nunda untuk memulai. Dari berbagai sumber yang kami himpun, pada dasarnya kewirausahaan banyak diartikan sebagai sebuah “pola pikir”, tentang keterampilan dan ide-ide besar yang dituangkan dalam kegiatan ekonomi.

Berikut ini beberapa pertimbangan yang bisa ditanyakan kepada pribadi masing-masing yang terus berambisi menjadi seorang pengusaha.

(1) Tidak ada waktu yang tepat

Poin pertama ini disimpulkan dari sebuah kalimat super yang pernah diutarakan salah satu pengusaha sukses di Indonesia, Bob Sadino. Dalam kalimatnya ia mengatakan “bisnis yang bagus adalah bisnis yang dikerjakan”. Sedangkan bagi para pemula sering terjebak waktu tunggu. Mereka menganggap untuk memulai usahanya harus menunggu waktu yang tepat. Namun sayangnya tak pernah ada waktu yang benar-benar tepat untuk memulai, kecuali sesegera mungkin. Karena waktu yang tepat akan datang ketika kita telah memulainya.

(2) Tidak harus menguasai semua hal

Setelah pusing memikirkan kapan waktu memulai, biasanya hal berikutnya yang mengganjal adalah seputar ketakutan apakah kita bisa melakukan ini, melakukan itu dan sebagainya. Tentu saja, dalam menjalani sebuah usaha akan banyak hal yang bisa diadaptasi dan ada pula hal yang tidak bisa dilakukan, sehingga harus melibatkan orang lain untuk menyelesaikannya. Hal ini ditakutkan sebagian besar orang, namun sejatinya dari berbagai cerita wirausaha sukses yang pernah ada, selalu saja ada jalan untuk menyelesaikannya.

Pola pikir tentang berbagai informasi ada di luar sana perlu untuk ditanamkan. Apalagi saat ini internet sudah menjadi media informasi luar biasa. Segala sesuatu hanya membutuhkan untuk dipraktikkan di awal, dari situ akan diterima sebuah pelajaran berharga untuk melangkah lebih mantap dengan cara yang benar.

(3) Permasalahan tentang uang

Jelas uang menjadi salah satu bagian terpenting untuk memulai bisnis, untuk permodalan. Keputusan berkaitan dengan uang memang sering kali menjadi salah satu yang dinilai paling berisiko. Memulai usaha membuat seseorang harus bertaruh. Namun keyakinan seorang pengusaha lebih sering ingin selalu memutar uang yang dimiliki sebagai modal untuk menghasilkan uang yang lebih banyak. Poin ini lebih banyak menguji jiwa kewirausahaan seseorang.

(4) Melangkah mundur untuk melompat lebih tinggi

Menurut Co-founder dan COO InternetReputation.com Logan Chierotti, definisi wirausahawan adalah menaklukkan kemunduran. Karena ketika seseorang memulai usahanya dari nol, maka secara tak langsung ia sedang melangkah mundur dari kehidupan yang sudah nyaman ia jalani sebelumnya. Namun kemunduran tersebut bukanlah sebuah kesalahan, dan bukan juga menjadi alasan untuk berhenti. Karena jika semangat berwirausaha menggelora, maka kemunduran ini akan memotivasi diri untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari yang pernah diperoleh sebelumnya. Melangkah mundur untuk berancang-acang melompat lebih tinggi.

(5) Penghasilan akan mengikuti apa yang dihasilkan

Ketika seseorang berhasil membuat karya dalam bisnisnya dengan baik, maka pelanggan akan memberikan apresiasi sesuai dengan kualitas nilai yang dihasilkan. Yakinkan diri kita untuk senantiasa fokus pada produk atau layanan yang ingin dihadirkan, fokuskan pada kualitas. Karena uang yang akan dibayarkan konsumen akan senantiasa mengikuti pada hasil kinerja tersebut.

aCommerce Melakukan Ekspansi ke Bandung dan Surabaya

Bersamaan dengan makin dibutuhkannya layanan logistik bagi para pemegang brand dan industri e-commerce di Indonesia, pada kuartal pertama tahun ini aCommerce Indonesia mencoba mendorong percepatan bisnis dengan melakukan ekspansi. Bandung dan Surabaya menjadi dua kota yang kini mulai dijajaki. Di dua kota tersebut aCommerce telah menyiapkan warehouse seluas 150 meter persegi. Warehouse aCommerce Bandung berlokasi di Ujung Berung, sedangkan di Surabaya berlokasi di Kabupaten Sidoarjo.

Kedua warehouse aCommerce tersebut akan berperan sebagai cross docking atau in-transit distribution hub. Dengan kapasitas hingga 1.500 meter persegi kehadiran dua ruang logistik ini akan memberikan dampak berarti bagi operasional aCommerce. Ke depan kedua hub ini akan dipersiapkan menjadi fulfillment center yang dapat mendukung kebutuhan transaksi e-commerce yang lebih efisien.

Sebagai salah satu landasan penentu, pembukaan hub di kedua kota dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan pengiriman terintegrasi aCommerce dengan metode pembayaran Cash on Delivery (COD). Metode ini saat ini dinilai efektif, di saat masyarakat secara umum baru beradaptasi dengan jual-beli online. CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro meyakini bahwa COD masih akan terus meluas pemanfaatannya dalam beberapa tahun mendatang.

“Sistem COD akan tetap menjadi pilihan metode pembayaran yang utama dalam beberapa tahun ke depan, selain terkait dengan penetrasi kartu kredit yang masih rendah, hal ini juga sebagai salah satu upaya mengeliminasi permasalahan kepercayaan konsumen di Indonesia. Alasan lain COD akan masih berkembang dan digunakan secara luas adalah dengan beralihnya target market yang akan lebih banyak ke c-class customer,” ujar Hadi.

Ebenezer Bonatua selaku Head of Transportation and Distribution aCommerce Indonesia menyampaikan bahwa kehadiran hub di dua kota besar ini diharapkan bisa sepenuhnya melakukan kontrol atas proses COD, sehingga meningkatkan load time delivery, service reability dan mempercepat proses rekonsiliasi.

Bandung dan Surabaya dikatakan akan menjadi batu loncatan pertama, karena ke depan secara bertahap aCommerce telah berkomitmen untuk mengembangkan jangkauan di beberapa kota tier-2 di antaranya Yogyakarta, Medan, Makassar, Semarang, Tangerang, Denpasar, Manado, Lampung dan Palembang. Di sisi lain peningkatan infrastruktur dan platform teknologi juga akan masih menjadi fokus aCommerce.

Tips Menjaga Waktu Produktif dalam Keseharian

Pernah mengalami keadaan ketika kita memiliki banyak pekerjaan namun terasa begitu sedikit apa yang dikerjakan hari ini? Biasanya hal ini sering kali terjadi untuk pekerja seperti kita yang produktif menggunakan komputer. Ya, tak lain gangguan pribadi yang sering kali menghambat produktivitas kita dalam bekerja. Kendati pekerjaan yang harus kita kerjakan masih dalam cakupan keterampilan yang kita miliki, namun pengelolaan waktu yang salah tetap akan memberikan hasil yang tidak efisien.

Dipahami bahwa tidak di setiap waktu seseorang berada di fase “fit” dalam mengerjakan kegiatan produktifnya. Sering kali godaan seperti media sosial atau hiburan online mengganggu saat jam produktif. Apalagi ketika di kantor biasanya dimanjakan dengan konektivitas internet yang lebih kencang. Namun ternyata dengan manajemen yang baik, pekerjaan yang menumpuk tersebut tetap bisa selesai pada waktunya. Dan berikut ini tiga tips yang bisa diterapkan untuk senantiasa produktif dan meminimalisir terpengaruhnya kita terhadap gangguan pribadi saat jam produktif.

(1) Mengidentifikasi pekerjaan sesuai urgensinya

Banyak hal yang harus kita kerjakan dalam jam produktif kita. Namun alangkah lebih baik jika kita mampu menguraikan apa saja yang harus dikerjakan, kemudian mengurutkan berdasarkan kadar urgensi (mana yang lebih penting. Dengan ini kita akan tahu mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.

Dengan mengetahui apa saja yang penting untuk dikerjakan, secara tidak langsung umumnya orang akan lebih memikirkan untuk menyelesaikannya. Hal ini sekaligus dapat dijadikan sebagai input untuk penjadwalan pribadi, sekaligus sebagai pengingat. Beberapa aplikasi penjadwalan dan penugasan bahkan kini sudah bisa diberikan kadar prioritas untuk mendukung kegiatan ini.

(2) Tetapkan tujuan secara jelas

Sangat mudah dan cepat waktu dalam sehari untuk terlewatkan begitu saja. Bermain-main dengan media sosial atau game untuk pekerja kantor misalnya, tanpa sadar akan mengantarkan kita di penutup hari tanpa sesuatu yang bernilai dalam produktivitas kita. Tapi bagi kita yang mau secara rutin menetapkan apa goal yang ingin dicapai hari ini, maka kita akan selalu berpegang untuk menggapainya.

Beberapa kisah orang sukses yang pernah dibukukan tidak semua memiliki penjadwalan yang rapi dalam aktivitas hariannya. Tapi hampir dapat dipastikan mereka selalu memiliki goal yang jelas, tentang apa yang harus mereka gapai dan kapan waktunya. Jadi dengan memberikan kejelasan pada tujuan yang ingin dicapai pada hari ini, akan mengantarkan setiap aktivitas yang kita lakukan merujuk pada pencapaian tujuan tersebut.

(3) Abaikan kebisingan di lingkungan sekitar

Gangguan akan senantiasa menghampiri, ntah dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Bahkan perencanaan yang sudah tertata baik pun dapat gugur jika kita tak mampu mengabaikan kebisingan tersebut. Gangguan tidak melulu dari hal yang besar, beberapa hal sepele juga dapat mengganggu produktivitas, misalnya saja terlalu lama bersantai menggosip di ruang kerja.

Namun dengan disiplin menjalankan dua proses yang ada sebelumnya, seharusnya kita sudah mampu membedakan, mana yang harus kita prioritaskan untuk dilakukan dan mana yang perlu kita lewatkan. Kita harus mau belajar memilah apa yang lebih penting, untuk menjadikan hari produktif kita lebih efisien. Jika gangguan itu datang dari orang lain, utarakan urgensi kegiatan yang harus dilakukan, biasanya juga akan memotivasi orang lain untuk sadar akan aktivitas yang harus dilakukan.

Pendekatan strategis ini tak sulit dilakukan, tujuannya untuk mengelola waktu. Selamat mencoba, semoga perubahan besar dalam kita menyikapi waktu produktif kita dapat membawakan nilai yang lebih berarti. Semoga kita makin terhindar dengan menumpuknya pekerjaan yang sulit diurai.

LokaDok OmniCare Hadirkan Fitur Mengatur Antrian Pasien Rumah Sakit

Setelah sebelumnya diluncurkan dalam sebuah situs listing dan reservasi dokter, LokaDok baru-baru ini menghadirkan layanan terbarunya yang disebut dengan LokaDok OmniCare. Layanan baru ini didesain untuk dapat membantu klinik atau rumah sakit dalam mengatur antrian tunggu pasien secara lebih efisien. OmniCare juga terhubung dengan sistem booking yang sudah pernah dirilis sebelumnya.

Untuk memberikan pengalaman yang lebih mudah, LokaDok OmniCare juga dapat dipasang secara native dengan situs yang dimiliki klinik atau rumah sakit. Secara umum di LokaDok terdapat beberapa fitur yang telah terintegrasi, di antaranya sistem manajemen pemesanan (termasuk versi online dan telepon), sistem SMS pengingat dan konfirmasi pasien, pengaturan penjadwalan dan manajemen dokter, sistem multi cabang, hingga pelaporan analisis dan performa.

LokaDok sendiri diinisiasi oleh pengembang aplikasi dengan latar belakang kedokteran. CEO & Founder LokaDok Dannie Yo mengatakan bahwa pelayanan kesehatan di tanah air perlu menyadari betapa pentingnya sistem manajemen antrian, sebagai salah satu bentuk konkret peningkatan pelayanan kesehatan di tanah air. Dengan sistem manajemen antrian yang memadai, hal ini dapat diatur lebih baik, dan waktu menunggu per rata-rata pasien dapat dikurangi.

“Kami berharap dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di tanah air. Dimulai dari sistem manajemen antrian ini, karena merupakan pintu awal dari alur penanganan pasien,” jelas Dannie.

Disampaikan juga oleh Dannie bahwa dari penelitian yang ia baca, dikutip dari “The Journal of Medical Practice Management”, waktu menunggu ternyata mendapatkan peringkat #1 sebagai keluhan terbesar para pasien. Hal ini bukan menjadi masalah di Indonesia saja, tetapi di negara maju lainnya juga. Hanya saja di negeri kita masalah ini lebih buruk karena tidak adanya sistem manajemen antrian yang memadai. Berbeda dengan cara masyarakat seperti di Australia atau Singapura, di sana pasien dituntut untuk melakukan booking perjanjian terlebih dahulu sebelum bertemu dengan dokter.

Sebelumnya, bersama dengan produk awal LokaDok, Dannie memiliki visi untuk menjadikan layanan LokaDok sebagai portofolio dokter online di Indonesia. Data-data ini dinilai penting untuk menjadi bahan analisis, salah satunya untuk meratakan persebaran dokter yang telah terkualifikasi di penjuru Indonesia. Portal Lokadok sendiri sudah dikembangkan sejak Juli 2015 dan saat ini telah menghimpun sebanyak 1.500 dokter.

Indosat Ooredoo Resmikan Dompetku+ dan Perluas Kerja Sama dengan MatahariMall

Indosat Ooredoo meresmikan inovasi layanan pembayaran digital teranyarnya Dompetku+, sebuah layanan pembayaran yang menggunakan email sebagai identitas akun. Berbagai transakasi keuangan dapat dilakukan dengan Dompetku+, mulai dari transfer uang, tarik tunai, hingga untuk pembayaran di layanan e-commerce. Pemanfaatan email sebagai identitas akun membuat Dompetku+ dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat tanpa tergantung dengan operator telekomunikasi tertentu.

Di kesempatan yang sama, Indosat Ooredoo juga meresmikan bergabungnya layanan e-commerce MatahariMall sebagai merchant resmi Dompetku+. Beberapa penawaran pun turut disematkan dalam persemian awal kerja sama ini. Sebelumnya beberapa merchant juga sudah bergabung, di antaranya Cipika, foodpanda, elevenia, dan wellcommshop.

Dompetku+ menggunakan mode notifikasi yang akan selalu dikirimkan ke pengguna ketika ada aktivitas penggunaan akun. Untuk mekanisme pembayaran dengan kartu kredit sistem juga telah dilengkapi dengan verifikasi keamanan 3 Domain Secure (3DS).

Untuk menikmati Dompetku+, pelanggan cukup melakukan registrasi secara online, kemudian melakukan aktiviasi akun. Di rekanan toko online Dompetku+, di bagian pembayaran kini juga telah tersemat opsi pembayaran dengan metode ini.

Pelanggan dapat memilih 2 cara mekanisme pembayaran dalam melakukan transaksi di Dompetku+, yaitu menggunakan saldo Dompetku+ atau menggunakan kartu kredit yang telah didaftarkan pada akun Dompetku+. Pengisian saldo Dompetku+ dapat dilakukan di Alfamart seluruh Indonesia, transfer melalui jaringan ATM Bersama dan melalui aplikasi mobile dari bank dengan jaringan ATM Bersama.

Sebelumnya layanan pembayaran digital Dompetku juga didesain dalam sebuah layanan keuangan mikro berbasis mobile bernama Dompetku Nusantara. Dompetku Nusantara adalah layanan laku pandai dan keuangan mikro berbasis mobile dari Indosat yang bertujuan untuk memberikan kemudahaan akses layanan finansial kepada masyarakat, terutama unbanked people.

Pada tahun 2020 mendatang, studi Indosat Ooredoo mengatakan bahwa akan ada 87 persen dair total pengguna perangkat mobile yang menggunakan perangkatnya untuk melakukan belanja online. Kendati hingga sampai saat ini mekanisme transfer manual masih banyak menjadi pilihan, namun diyakini ke depan model pembayaran digital akan makin dipilih, karena risio dan kemudahan yang ditawarkan lebih menjamin.

Hal ini pun turut menjadi kesempatan bagi para pengembang untuk berinovasi dalam sistem pembayaran digital. Sebagai informasi tambahan, bagi pengembang lokal yang tertarik untuk mendalami seputar sistem pembayaran digital, dalam waktu dekat DailySocial akan mengadakan serangkaian acara terkait dengan inovasi tersebut.

OJK Patok Suntikan Modal Minimum Angel Investor 1 Miliar Rupiah

Salah satu tren yang mengikuti pertumbuhan startup digital di Indonesia adalah hadirnya berbagai jenis investasi yang memberikan suntikan dana untuk pengembangan produk dan pangsa pasar. Salah satu model investasi yang sedang disorot oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah angel investor. Salah satu poin yang disoroti OJK seputar angel investor ialah modal minimal yang digelontorkan untuk startup, yakni Rp 1 miliar Rupiah, sementara jumlah startup yang boleh didanai oleh satu angel investor adalah 4 startup.

Diungkapkan Deputi Pengawas Komisioner Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Dumoly F. Pardede, seperti dikutip dalam koran Kontan (10/3), disebutkan bahwa rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang mengatur angel investor ditargetkan rampung pada Juni 2016 mendatang.

Misi OJK menerapkan rancangan ini ialah untuk memastikan seluruh aktivitas kegiatan usaha keuangan harus memiliki legalitas. Awalnya OJK menentukan minimal modal sebesar Rp 50 miliar, namun para investor keberatan dengan nominal tersebut.

[Baca juga: Umumkan Sebelas Investor Baru, ANGIN Fokuskan Bangun Ekosistem Startup]

Dengan ketentuan minimum suntikan dana oleh angel investor tersebut, nantinya setiap penambahan startup yang didanai, angel investor terkait wajib menambah modal sebesar Rp 1 miliar. Jika total perusahaan yang dibiayai mencapai 20 startup, maka angel investor tersebut harus menjadi venture capital.

Selain itu saat ini OJK juga sedang berembuk dengan Kementerian Keuangan unttuk merumuskan insentif pajak bagi angel investor. OJK hendak mengarahkan pungutan pajak bagi angel investor lebih kecil, dan mengacu pada ketentuan pajak bagi usaha kecil dan menengah (UKM). Hal ini dilandasi bahwa tren investasi oleh angel investor memang ditargetkan untuk kalangan UKM atau startup.

Dalam kesempatan bertemu dengan OJK, angel investor juga meminta untuk dibuatkan pasar modal khusus. Pembuatan pasar modal kedua (secondary board) bertujuan agar angel investor bisa memiliki wadah untuk melakukan divestasi ketika ingin menjual startup yang dikelola.

[Baca juga: Jaringan Investor Angel eQ Ingin Dorong Gairah Investor Indonesia Berinvestasi di Startup Teknologi]

Kendati OJK sudah berdialog dengan para angel investor dan mencapai kesepakatan nilai investasi, menurut Kamar Dagang dan Industri Indonesia, dalam hal ini disampaikan oleh Chris Kanter selaku Wakil Ketua, rencana OJK mengatur kegiatan angel investor sebenarnya belum mendesak. Menurut Chris yang juga menjabat sebagai Chairman Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) ini angel investor masih hal baru di Indonesia. Setidaknya saat ini ada dua asosiasi angel investor di Indonesia, pertama adalah ANGIN yang digagas GEPI, yang kedua adalah Angel eQ.

Studi Accenture Kemukakan Tren Digital untuk Produk Konsumen dan Ritel

Studi terbaru Accenture bertajuk “The Future is Now: Understanding The New Asian Customers” mengemukakan serangkaian data yang menunjukkan bahwa industri barang dan jasa konsumsi akan tumbuh dalam kisaran $700 miliar di seluruh dunia pada 2020 mendatang. Hampir 50 persen dari pertumbuhan tersebut berasal dari Asia, didominasi oleh negara Tiongkok, Indonesia, India, Thailand dan Singapura. Indonesia sendiri diprediksikan akan mengalami pertumbuhan sebesar $7,9 miliar, dari sebelumnya $1,3 miliar pada tahun 2015.

Cara-cara baru yang mulai diadaptasi berkaitan dengan konsumen berbelanja menurut Accenture juga musti diimbangi oleh perusahaan produk kemasan, yakni dengan sepenuhnya memasuki arena digital. Jika tidak sangat dimungkinkan untuk tergerus pemain baru/lain yang lebih siap ekspansi digital memanfaatkan peluang pertumbuhan di Asia yang mencapai $340 miliar dalam lima tahun ke depan. Tak hanya tentang produk kemasan, Accenture juga memperkirakan bahwa penjualan ritel di wilayah Asia Pasifik akan mencapai $10 triliun pada tahun 2018, seperempat dari pendapatan tersebut diprediksikan berasal dari perdagangan online.

Kendati pada jalur oerdagangan memiliki pengaruh yang cukup besar di pasar online, namun Accenture mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi digital masih akan sangat rendah di wilayah Asia, terutama untuk penggunaan dalam kehidupan sehari-hari.

ASEAN Managing Director Accenture Digital Mohammed Sirajuddeen mengatakan:

“Cara konsumen berbelanja telah berubah drastis seiring dengan perkembangan teknologi. […] Jika perusahaan tidak mengambil tindakan sekarang, mereka berisiko tergeser oleh pelaku usaha baru yang telah mengadopsi teknologi digital. Meingkatnya penggunaan teknologi digital telah memicu tumbuhnya platform disruptif yang tumbuh menjadi pesaing yang cukup meresahkan.”

Perusahaan harus menyiasati tren digital dengan tepat

Dalam laporan Accenture turut disertakan beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menangkap peluang pertumbuhan digital tersebut. Pertama diisyaratkan kepada para perusahaan bermitra dengan layanan e-commerce untuk menjangkau konsumen atau pasar yang lebih luas. Kemudian perusahaan juga perlu menyisihkan investasi untuk membangun merek, dengan inisiatif pemasaran terpadu yang mencakup layanan online, termasuk juga mengandalkan pendekatan mobile.

Secara teknis perusahaan juga perlu untuk mengintegrasikan e-commerce dengan layanan sosial untuk melibatkan konsumen sembari membangun kepercayaan. Langkah ini sekaligus menjadi investigasi peluang untuk pengujian produk dan pengembangan produk melalui crowdsourcing. Manfaatkan juga wawasan big data untuk meningkatkan dan menyempurnakan interaksi pelanggan di beberapa titik.

Konsumen membutuhkan platform yang lebih personal

Masih dalam hasil studi yang sama, ditunjukkan bahwa konsumen tidak puas dengan pengalaman belanja meskipun skema baru telah dimunculkan seiring dengan perkembangan teknologi. Konsumen membutuhkan adanya ketersediaan platform yang memberikan pengalaman unik yang menyenangkan dan memungkinkan keputusan impulsif mereka, termasuk menerima rekomendasi produk dan merek sesuai keinginan.

Accenture Research - Digital Consumer

Terkait temuan ini, Managing Director dan Products Lead Accenture Indonesia Prihadiyanto mengatakan:

“Teknologi akan terus berkembang dan mempengaruhi bagaimana konsumen belanja di masa depan. Dengan menggunakan teknologi digital, perusahaan dapat terlibat dengan konsumen secara real-time dan memungkinkan perusahaan untuk memberikan nilai maksimum dalam waktu minimum. Pada gilirannya perusahaan akan menemukan peluang untuk mengontrol pengalaman berbelanja konsumen di kemudian hari.”

Prihadiyanto juga menambahkan bahwa hal ini sangat perlu disiasati di Indonesia, karena semakin banyak konsumen yang akan terhubung dengan adanya Internet mobile. Tahun 2019 diharapkan capaian konektivitas mobile mencapai 56 persen, dari sebelumnya 48 persen di tahun 2015. Pertumbuhan ini akan melengkapi terbentuknya konsumen baru yang akan meningkat dari 30 juta menjadi 78 juta di tahun 2020 mendatang.

Menyorot Berbagai Regulasi Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Digital

Tak dipungkiri bahwa ketidaksigapan regulasi pemerintah akan kehadiran berbagai layanan baru (digital) menimbulkan gejolak yang cukup berimbas di industri digital. Beberapa contoh telah membuktikan, sebelumnya di pertengahan tahun lalu Kementerian Perdagangan sempat merilis RPP E-Commerce. Salah satu pasal yang dirumorkan di RPP tersebut adalah bagaimana siapapun yang ingin menjadi penjual ataupun pembeli online, harus melalui tahap verifikasi atau yang biasa disebut KYC (Know Your Customer). Sontak rumusan ini membuat industri resah, karena justru akan mempersulit dalam melebarkan pangsa pasar. Namun dewasa ini rumusan tersebut tak berlanjut, kini sudah ditindaklanjuti dengan lebih bijak dengan rancangan Roadmap E-Commerce yang tengah digulirkan oleh pemerintah.

Tak hanya di ranah e-commerce, sebelumnya keputusan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga menyulut kemarahan publik. Berlandaskan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan, pihaknya melarang layanan transportasi berbasis aplikasi ala Go-Jek, Grab Bike, Uber, dan lain-lain, untuk beroperasi. Kemarahan rakyat membuat presiden akhirnya turun tangan untuk meluruskan masalah yang ada. Dua hal ini setidaknya sudah dapat menjadi contoh bagaimana sikap pemerintah yang masih harus dibenahi dalam mengayomi industri digital yang sedang bertumbuh di tanah air.

Kendati masih sering terjadi keributan terkait regulasi dan layanan digital sampai saat ini, namun sejatinya pemerintah menginginkan tatanan yang baik dalam lanskap digital nasional. Sebagai salah satu wujud dari dukungan tersebut, pada pemerintahan sekarang ini secara khusus presiden membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang ditugaskan untuk mengakomodir industri kreatif dan digital, termasuk bertugas menjembatani komunikasi antara pemain industri dengan pemerintah sebagai penyusun regulasi. Hasilnya cukup efektif, beberapa terobosan mulai terlihat matang, salah satunya terkait dengan HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

Kepada DailySocial, secara khusus Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari pernah menyampaikan bahwa pihaknya ingin selalu mendorong startup dan industri kreatif lainnya untuk memperhatikan tentang HKI. Bahkan inisiatif tersebut kini menjadi salah satu program unggulan yang sedang digencarkan oleh Bekraf.

Dukungan pemerintah terhadap industri startup saat ini masih menjadi diskusi menarik. Penting bagi kita pelaku industri untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana pandangan pemerintah selaku penentu regulasi untuk mendukung industri yang sedang berkembang. Hal inilah salah satu yang ingin diangkat dalam diskusi workshop yang akan diselenggarakan idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) menghadirkan para regulator (Kemenkominfo dan Bekraf) serta industri digital (idEA dan DailySocial). Mengangkat tema besar “Investasi di E-Commerce Menyorot Berbagai Regulasi Pemerintah”, bersama para pakar akan diperbincangkan tentang nasib industri digital di tangan pemerintah.

Diawali dengan pengantar materi dari asosiasi industri dan media yang menyoroti industri digital (dalam hal ini menggunakan studi khasus e-commerce), workshop akan dibuka dengan menggali kondisi industri dan regulasi yang ada saat ini. Dilanjutkan dengan memahami poin-poin penting yang dapat dijadikan pembelajaran dari kegiatan industri dan penyusunan e-commerce yang telah berjalan. Dan akan dilengkapi dengan tanggapan pemerintah seputar pandangan dan dukungan yang akan diberikan untuk industri terkait, termasuk dalam kaitannya dengan perizinan, konten dan investasi.

Menjadi sebuah kesempatan baik bagi para pelaku, pecinta dan pemerhati industri digital untuk turut serta dalam diskusi ini, sembari memberikan masukan yang pas untuk pemerintah dari perspektif industri digital untuk dijadikan pertimbangan dalam rumusan regulasi yang digarapnya. Data dan fakta yang ada di industri juga akan menjadi sebuah insight menarik untuk meneropong sejauh mana industri digital nasional berkembang.

Workshop ini, yang merupakan bagian dari rangkaian acara IESE (Indonesia E-Commerce Summit and Expo 2016), akan diadakan pada hari Kamis, 10 Maret 2016 pada jam 16.00 – 18.00 bertempat di Kaffeine Cafe & Resto, The Foundry No. 8, Zone A – SCBD Lot 8, Jl. Jend. Sudirman Kav 52 Jakarta.

Informasi lebih lanjut seputar workshop dan pendaftaran dapat dilihat melalui tautan berikut ini: http://bit.ly/publikworkshopidea.

Sinekdok Hadir Sebagai Media Sosial Yang Mengakomodir Penulis dan Seniman

Konsep media sosial kini telah direplikasi untuk berbagai macam kebutuhan, mulai dari layanan pertemanan yang umum digunakan, layanan kolaborasi bisnis, hingga kebutuhan spesifik lainnya. Baru-baru ini diluncurkan Sinekdok, sebuah portal media sosial yang mencoba mengakomodir seniman dan sastrawan untuk dapat menunagkan karya-karyanya. Berbagai tulisan sastra dan seni, termasuk konten multimedia dapat diterbitkan dan dipublikasikan melalui Sinekdok.

Tak hanya didesain sebagai tempat berkumpulnya para seniman dan sastrawan, namun Sinekdok juga berupaya membuat para penulis produktif dengan menghubungkan dengan rekanan percetakan. Saat ini sudah ada percetakan Elex Media Komputindo yang telah menjalin kerja sama dengan Sinekdok. Hal ini memungkinkan para pemilik karya di Sinekdok menrbitkan tulisan-tulisannya dalam sebuah buku.

Penulis di portal Sinekdok memiliki hak cipta atas karyanya. Bagi karya yang telah diterbitkan, maka royalti sepenuhnya telah menjadi hak penulis dan penerbit yang telah bekerja sama dengan Sinekdok. Sinekdok juga memberikan apresiasi karya pengguna dengan mentransformasikan karyanya dalam produk bernilai jual yang sebagian royaltinya akan menjadi hak pengguna. Produk tersebut dapat berupa kaos, jaket, wood painting, dan lain-lain.

Sementara itu, bagi penulis yang sudah melakukan self-publish atas karyanya, Sinekdok juga memberikan bantuan untuk melakukan penjualan secara online di fitur Sinestore (online store untuk penjualan karya yang diterbitkan dari Sinekdok). Sinestore ini yang nantinya membantu penulis untuk menjual karya-karya mereka, termasuk penjualan buku dan merchandise.

“Sinekdok mengajak semua masyarakat untuk terus berkreasi serta membangkitkan budaya literasi dan seni musik di Indonesia,” ujar Founder Sinekdok Shofa Mh.

Shofa juga menambahkan bahwa saat ini banyak penulis muda yang berbakat dan memiliki potensi dalam bidang ini. Namun sulitnya menembus pasar penerbitan menjadi salah satu penghalangnya. “Karena itulah Sinekdok hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan platform media sosial, Sinekdok membantu penulis dan penerbit untuk melihat selera masyarakat melalui feedback yang diberikan antar sesama pengguna terhadap karya yang di-posting,” tuturnya.

Sinekdok

Sinekdok memiliki visi ke depan untuk dapat menjadi sebuah referensi masyarakat luas mengenai pengetahuan sastra dan musik, serta melahirkan seniman-seniman dan sastrawan-sastrawan yang dapat bersaing di kancah Internasional. Sebelumnya, mereka yang tertarik menghasilkan karya di Sinekdok dapat membuat akun dan berbagi karya dengan pengguna lainnya. Ada banyak kategori karya yang telah disediakan di fitur Sinekdok. Pengguna dapat berbagi ide berupa novel, cerpen, puisi, dan lain-lain.

Untuk tahun ini, Sinekdok menargetkan untuk mendapatkan pengguna sebanyak 100.000 pengguna. Upaya yang telah dilakukan salah satunya dengan mensosialisasikan secara online-offline, termasuk berkunjung ke komunitas di kampus-kampus. Startup ini juga sedang menjajaki kerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud untuk memudahkan langkahnya menjadi portal sastra online #1 di Indonesia.