Uber Belum Sepenuhnya Mendapatkan Izin Operasi di Jakarta

Setelah sempat merilis perizinan yang diklaim didapat dari Pemerintah DKI Jakarta untuk operasional Uber, pihak Pemerintah Provinsi membantah adanya izin operasional tersebut. Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyampaikan langsung bahwa sampai saat ini iin tersebut belum diberikan secara penuh, sampai Uber membentuk perusahaan di Jakarta.

“Uber belum diizinkan. Kami sampaikan Uber boleh beroperasi dengan catatan memenuhi syarat seperti yang sudah dilakukan oleh Grab Taxi.”

Izin tersebut belum diberikan lantaran Uber baru menyelesaikan administrasi di beberapa tahap saja. Selain harus segera merealisasikan pendirian perusahaan pasca mengantongi izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Ahok juga meminta setiap mobil yang menjadi mitra Uber harus diberikan tanda khusus, semisal stiker. Hal tersebut untuk memastikan bahwa mobil yang disewakan sudah melalui dan lolos uji KIR.

Pemasangan stiker dianggap penting. Angkutan umum harus memiliki ciri khas khusus, sehingga bisa dibedakan dengan mobil pribadi. Selain itu Ahok juga meminta bahwa pihak Uber harus memastikan mendaftarkan setiap mitra pengemudi untuk memiliki NPWP, terutama untuk urusan pajak penghasilan.

Uber merencanakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)

Untuk saat ini operasional Uber di Indonesia masih dikelola oleh perusahaan regional Asia Tenggara. Terpepet regulasi nasional, akhirnya Uber telah menyatakan diri akan segera mendirikan kantor di Indonesia. Dalam bentuk perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) kantor uber akan segera diresmikan.

Ditargetkan tahun depan kantor lokal tersebut sudah berdiri. Pemerintah sebelumnya memberikan lampu hijau dengan memberikan perizinan BKPM. Dengan berbagai prasyarat kultur lokal (perpajakan, kemitraan, dan lain-lain) Uber menyepakati dan siap melanjutkan langkahnya untuk kehadirannya di Indonesia.

Grab Taxi sebagai salah satu pesaing Uber di pasar nasional telah lebih dulu melakukan kepengurusan izin mendirikan perusahaan lokal. PT Grab Taxi Indonesia kini telah beroperasi dengan baik. Bahkan pihaknya mengaku telah disiplin pajak penghasilan mitra pengemudi kendati belum melakukan monetisasi di pangsa pasar Indonesia.

Menkominfo Berambisi Konsolidasikan Pelayanan Operator Seluler Nasional

Demi memberikan efisiensi industri guna meningkatkan skala ekonomi, Menkominfo Rudiantara mendorong adanya infrastructure sharing antara operator telekomunikasi di Indonesia. Tidak hanya untuk infrastruktur, namun dalam kaitannya dengan pelanggan diharapkan masing-masing operator seluler dapat bersinergi, seperti contohnya untuk bekerja sama dalam roaming nasional.

Selain itu Rudiantara juga menyampaikan bahwa kementerian berencana untuk memangkas jumlah operator telekomunikasi. Ditargetkan pada tahun 2019 mendatang di Indonesia hanya akan ada 4 operator seluler. Salah satu langkah untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan terjadinya konsolidasi antar operator.

Namun Rudiantara juga memaparkan bahwa pihaknya juga cukup berhati-hati dalam menjalankan misi penyatuan ini, pasalnya ia tak menginginkan adanya sharing yang bersifat paksaan. Sharing yang diinginkan juga benar-benar memperhatikan peningkatan skala ekonomi, baik bagi bisnis operator ataupun masyarakat yang terus mapan bergantung dengan sistem telekomunikasi modern.

Dari sisi penyampaian layanan kepada konsumen, rencana ini terlihat akan memberikan dampak pada kualitas penyampaian layanan. Namun justru terlihat “tak mudah” jika dari sisi bisnis operator. Kendati di kalangan operator sudah memiliki standardisasi dari sisi infrastruktur dan layanan, seperti terlihat saat ini, secara bisnis dan market share setiap operator terus berambisi untuk menjadi nomor satu, persaingan begitu ketat.

Sebagai regulator, Kemenkominfo memiliki wewenang dan tugas untuk melakukan pengaturan tersebut, karena pada hakikatnya visi utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas layanan telekomunikasi nasional. Dapat dibayangkan bahwa dengan adanya penyatuan infrastruktur memungkinkan penguatan kualitas jaringan di setiap sudut Indonesia. Terlebih jika masing-masing operator saat ini memiliki basis kuat di blok-blok daerah tertentu.

Pemerintah DKI Jakarta Akui Legalitas Uber

Setelah mengarungi berbagai tantangan dalam kehadirannya di Jakarta, penyedia layanan ride sharing Uber akhirnya resmi mengantongi izin legal dari Pemerintah DKI Jakarta. Dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atas aplikasi Penanaman Modal Asing (PMA) Uber, Pemerintah Jakarta mengakui legalitas Uber secara penuh. Disampaikan juga oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bahwa pihaknya (melalui Dishub) akan melakukan pengarahan yang tegas untuk layanan ride sharing.

Dalam pernyataannya Gubernur Ahok berujar:

“Berdasarkan pemahaman saya, alasan utama Uber beroperasi di Jakarta dikarenakan adanya kebutuhan publik yang tinggi akan sarana transportasi yang aman, terpercaya dan terjangkau. Teknologi ride sharing, seperti Uber, telah ditanggapi secara positif dan luar biasa oleh banyak pengguna karena kemampuannya untuk menyediakan tiga faktor penting, sarana transportasi yang aman, terpercaya dan terjangkau, melalui platform teknologi yang mereka miliki.”

Ahok juga menyampaikan perlu adanya reformasi dalam kerangka Dishub untuk memastikan layanan ride sharing menjadi lebih teratur. Layanan ride sharing harus dipastikan berbadan hukum, sehingga memberikan dampak positif untuk sistem transportasi.

Gubernur Ahok juga telah mengarahkan Dishub untuk melakukan pembenahan pada kuota izin taksi dan perusahaan kendaraan sewa, serta menugaskan mereka untuk bekerja sama dengan layanan ride sharing dalam mengembangkan proses yang transparan untuk inspeksi kendaraan dan verifikasi asuransi.

Pada kesempatan yang sama Ahok juga menyampaikan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan serupa Uber untuk beroperasi di Ibu Kota, yaitu:

  • Memiliki eksistensi legal dalam bentuk PMA atau PT
  • Membayar pajak, berupa pajak pendapatan dan pajak kendaraan
  • Memiliki asuransi yang memadai
  • Memastikan bahwa kendaraan mitra telah menjalani pengujian kendaraan bermotor (uji KIR)

Menanggapi perijinan tersebut, Regional Manager Asia Pacific Uber Mike Brown mengatakan:

“Kami berterima kasih pada Bapak Gubernur Ahok atas kesediaannya menyambut inovasi, menjunjung tinggi pertumbuhan ekonomi dan mempromosikan pilihan konsumen. Kami menyambut baik bahwa industri teknologi ride sharing di Jakarta telah mendapatkan sinyal positif dari Bapak Gubernur Ahok untuk beroperasi dalam sebuah iklim dengan kepastian hukum dan kondusif dalam meraih kesuksesan.”

Brown menambahkan, “Sebagai sebuah perusahaan, kami telah membuat beberapa kekeliruan di masa lalu dan kami mohon maaf. Tapi kami juga sigap dalam belajar dan memahami sepenuhnya persyaratan yang diberikan oleh Pak Gubernur dan kami akan bekerja sama dengan instansi beliau, BKPM dan Dishub, demi memastikan bahwa Uber akan mematuhi semua persyaratan.”

Sebelumnya kealpaan Uber untuk membentuk perusahaan berbadan hukum di Indonesia membuat otoritas Dishub, Organda, dan Polda Metro memburu sejumlah mitra pengemudi dan mengancam membekukan operasional Uber di Jakarta.

Dengan adanya lampu hijau di DKI, kita tunggu tanggapan otoritas pemerintah kota Bandung dan pemerintah daerah di kota-kota Pulau Bali terkait informasi terbaru ini.

Perbankan Danai VC Karena Khawatir Bisnis Tergerus Startup Fintech

Setelah mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 10 November lalu Mandiri Capital siap berinvestasi untuk startup yang mengembangkan teknologi finansial (fintech). Di balik pendirian perusahaan modal ventura tersebut, Direktur Keuangan Mandiri Capital Hira Laksamana menyebutkan bahwa langkah ini merupakan salah satu antisipasi supaya bisnis perbankan, khususnya Bank Mandiri, tidak kehilangan marketshare.

Kreativitas penggiat startup digital di bidang finansial (fintech) dewasa ini memang memberikan banyak terobosan baru. Mulai dari transaksi pembayaran, simpan-pinjam, permodalan hingga investasi. Bahkan kegiatan finansial tersebut beroperasi tanpa melalui sistem perbankan. Hal ini yang menjadikan perbankan merasa khawatir bahwa bisnisnya akan tergerus. Tak hanya di Indonesia, tren tersebut juga terlihat di negara lain.

Antisipasi risiko jangka panjang untuk bisnis perbankan

Secara kasat mata mungkin akan terlihat mustahil sebuah perusahaan rintisan mengalahkan bank besar seperti Mandiri. Namun Mandiri Capital menyadari betul bahwa risiko tersebut akan dirasakan dalam kurun waktu yang lama, setidaknya 10 tahun lagi, baru akan terasa dampaknya ketika masyarakat memiliki ketergantungan yang lebih kental dengan solusi digital. Antisipasi dilakukan dengan menyeimbangkan inovasi yang terus bergerak dan mencoba mengintegrasikan dengan bisnis yang sudah berjalan dalam perbankan.

Perusahaan modal ventura tak lain dikelola untuk memastikan perusahaan dapat memantau, dan bahkan melakukan kontrol terhadap pertumbuhan bisnis fintech. Mandiri Capital juga berusaha untuk mensinergikan inovasi yang ada dengan bisnis yang sudah berjalan.

Mulanya Mandiri Capital akan mendanai startup fintech yang masuk melalui program Wirausaha Muda Mandiri. Di luar itu, Mandiri Capital akan mendanai bersama-sama pihak lain dalam bentuk co-invest.

Lalu akankah strategi ini menghambat laju pertumbuhan startup?

Inovasi mahal harganya. Berbagai contoh di masyarakat mulai membuktikan kedahsyatan inovasi digital mengubah paradigma masyarakat. Mulai dari sistem pesan ojek berbasis aplikasi sampai layanan asisten pribadi yang sedang gencar diperbincangkan. Tukang ojek pangkalan tak mudah menerima kehadiran ojek berbasis aplikasi yang sukses menggerus pangsa pasar mereka.

Hal tersebut mungkin yang akan dilakukan perusahaan yang merasa terancam dengan sebuah inovasi terbarukan. Bisnis memang ganas. Namun kembali lagi, bahwa penerimaan masyarakat menjadi sebuah titik kemenangan. Inovasi layaknya sebuah air mengair dari dataran tinggi menuju dataran rendah. Kendati dibendung, akan selalu ada celah untuk mampu lolos dan mengalirkan dirinya sampai ke lautan.

Begitulah inovasi. Bagi startup, di bidang apapun, terutama fintech, memfokuskan bisnis pada inovasi dapat menjadi bahan bakar yang sangat berharga untuk menuai kesuksesan maksimal. Tanpa inovasi berarti hanya butuh menunggu waktu untuk tergerus di era digital ini.

Tren Bertumbuhnya Corporate Accelerator di Kawasan Asia

Tahun 2015 masih menjadi titik pertumbuhan investasi oleh korporasi kepada startup. Seperti tertuang dalam laporan akhir tahun Future Asia Ventures, terdapat pertumbuhan corporate accelerator dari tahun 2014. Kawasan Asia menjadi salah satu ladang startup yang paling diuntungkan, dan salah satu implikasi dari pertumbuhan ini adalah terlahirnya beberapa startup yang menyandang label “unicorn”.

Dari tiga wilayah dengan pertumbuhan jumlah akselerasi dan investasi korporasi, kawasan Asia dan Amerika memiliki pertumbuhan yang cukup berarti. Dibandingkan tahun lalu, kawasan Eropa justru menurun. Namun demikian jumlah yang ada tetap dikuasai wilayah Eropa (40), disusul Amerika (27) dan Asia (18).

Riset 1

Dari banyaknya korporasi yang turut terlibat dalam pengembangan startup, salah satu yang disorot adalah Microsoft (MSFT) dengan “produk” akselerasinya Microsoft Ventures. Total dana yang dikucurkan mencapai 1,2 miliar dollar dengan rata-rata kucuran per startup terpilih mencapai 4,7 juta dollar. Per 2015, dari 410 binaan Microsoft Ventures, terdapat 27 startup yang telah mentas dan 1 di antaranya telah menyandang gelar IPO.

Tahun ini dapat dipetakan juga kucuran investasi corporate accelerator berdasarkan kategori produk dan solusi startup. Sektor pengembang teknologi masih menguasai persentase tertinggi. Disusul oleh layanan keuangan, media, telekomunikasi, kesehatan dan layanan konsumen. Beberapa sektor lain, seperti pendidikan dan Internet of Things, mulai bertumbuh.

Riset 2

Kawasan Asia akan banyak difokuskan untuk kucuran investasi korporasi

Asia menjadi salah satu sorotan penting peluang investasi startup oleh korporasi. Dari data yang dihimpun Bangalore (Silicon Valley-nya India), Hong Kong dan Singapura mendapatkan porsi terbanyak. Kendati demikian, tahun mendatang diprediksikan Malaysia akan menyusul. Dengan catatan statistik yang cukup meyakinkan, terdapat lebih dari 750 startup dan lebih dari 85 venture capital, negara ini akan menjadi salah satu tech hub bertumbuh di tahun mendatang.

Keadaan di Malaysia sebenarnya juga tak jauh dengan Indonesia. Beberapa korporasi lokal besar juga telah menaruh ketertarikan untuk berinvestasi di lini startup, baik korporasi berjargon BUMN ataupun swasta.

Riset 3

Kawasan Asia dinilai menjadi salah satu target terpenting para pemodal korporasi, populasi startup yang terus bertumbuh menjadi salah satu alasannya. Dan di sisi lain ekosistem di Amerika Serikat dan Eropa memfokuskan diri pada putaran valuasi besar dan unicorn. Artinya para penggiat startup di Asia memiliki kesempatan untuk bernegosiasi.

Berbagai siasat dapat dipersiapkan startup untuk memanfaatkan momentum ini

Untuk memastikan hal tersebut menjadi momentum yang menguntungkan startup, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan founder. Pertama ialah jangan segan untuk mengumumkan metrik pendapatan, tentang
jumlah produk/solusi terjual hingga informasi pelanggan. Dengan data ini investor bersama founder dapat merumuskan risiko dan peluang pengembangan bisnis.

Selain itu ceritakan bagaimana startup belajar dari pengalaman yang telah dijalankan, dari saat memulai merangkul traksi pelanggan, menghadapi rintangan, hingga informasi pencapaian lainnya. Jangan pernah malu untuk mengakui kegagalan, karena dari keadaan tersebut akan muncul berbagai gagasan agar kejadian yang sama tak terulang kembali.

Salah satu yang memberikan semangat korporasi untuk mengucurkan dana bagi startup adalah untuk mengejar inovasi. Akselerator, inkubator, dan hackathon menjadi bagian investasi untuk penyelesaian berbagai masalah yang ada.

GrabTaxi, Didi Kuaidi, Lyft, dan Ola Jalin Kemitraan Ridesharing Global

GrabTaxi, Didi Kuaidi, Lyft, dan Ola hari ini mengumumkan kerja sama strategis yang memperluas perjanjian global berbagi kendaraan (ridesharing) yang dijalin oleh Lyft dan Didi Kuaidi pada bulan September lalu. Keempat perusahaan tersebut sebelumnya telah memiliki basis yang cukup kuat di wilayah Asia Tenggara, India, Cina, dan Amerika. Jika digabungkan maka potensi pasar yang dapat dirangkul hampir 50 persen total populasi dunia. Keluaran hasil kerja sama ini ditargetkan dimulai pada kuartal pertama 2016.

Dampaknya bagi konsumen atau wisatawan internasional, mereka dapat mengakses kendaraan lokal on-demand tanpa hambatan  dengan menggunakan aplikasi serupa yang mereka gunakan di negara asalnya. Setiap perusahaan akan menangani pemetaan, pembuatan rute, dan pembayaran melalui API (Application Program Interface) yang aman, demi memberikan pengalaman global terbaik bagi ratusan juta wisatawan yang bepergian lintas negara.

Simpelnya, konsumen Indonesia yang sudah memiliki aplikasi GrabTaxi, mereka tidak perlu lagi mengunduh aplikasi baru saat bepergian ke Tiongkok, India, atau Amerika Serikat.

CEO GrabTaxi Anthony Tan dalam pernyataannya menyebutkan:

“Kami bangga menawarkan layanan transportasi di Asia Tenggara kepada pengguna Lyft, Didi, dan Ola, di mana perbedaan bahasa, budaya, dan kebiasaan sosial bisa menjadi tantangan tersendiri bagi wisatawan asing. Di bawah payung ini, kami melihat banyak kesempatan untuk berbagi ide dan praktik terbaik, mulai dari inovasi produk hingga dukungan pengemudi, pengembangan teknologi serta pendekatan dalam mengelola operasi lokal dalam perusahaan yang tumbuh pesat.”

Secara keseluruhan keempat perusahaan telah mengumpulkan dana investasi sebesar lebih dari 7 miliar dollar. Kerja sama ini cenderung menjadi konsolidasi perusahaan yang berkompetitor secara langsung dengan Uber. Uber sendiri telah tersedia di 67 negara, per Desember 2015, dan konsumennya cukup menggunakan satu aplikasi untuk memenuhi kebutuhan transportasinya.

CEO Didi Kuaidi Cheng Wei mengatakan:

“Dengan Didi Kuaidi mengkonsolidasikan kepemimpinan pasar di seluruh vertikal utama, kami kini fokus pada penerapan sarana big data yang lebih baik untuk lebih lanjut mengembangkan produk inovasi serta meningkatkan pengalaman para penggunanya. Ini merupakan sebuah kemenangan dalam keragaman dan daya hidup industri berbagi kendaraan secara global.”

Kerja sama internasional ini dijalin bukan tanpa alasan. Masing-masing perusahaan memiliki kekuatan di setiap wilayah kerjanya. GrabTaxi memiliki banyak pengaruh di Asia Tenggara. Tercatat pemesanan harian GrabTaxi di enam negara basis kerjanya mencapai 1,5 juta transaksi, sedangkan statistik Didi setiap hari rata-rata memiliki 7 juta transaksi. Demikian pula signifikansi Lyft di Amerika Serikat dan Ola di India.

Dampak yang seharusnya terasa ialah pengalaman pengguna untuk mendapatkan jasa transportasi dengan cara yang sama dengan kultur yang telah dibangun oleh empat perusahaan di masing-masing negara.

Luncurkan Aplikasi, MatahariMall Ingin Tingkatkan Transaksi dari Perangkat Mobile

Perusahaan e-commerce yang didanai Grup Lippo, MatahariMall, baru saja mengumumkan peluncuran aplikasi mobile untuk konsumen. Aplikasi yang dirilis untuk platform iOS dan Android. Aplikasi yang secara gratis tersebut menjanjikan pengalaman belanja yang mulus bagi konsumen untuk mencari dan memilih SKU produk yang ada di MatahariMall.

“Kami percaya aplikasi mobile akan berperan signifikan dalam membangun masa depan MatahariMall. Kami sangat antusias dengan peluncuran aplikasi mobile kami, karena ini sekaligus menandakan langkah awal kami menuju masa depan MatahariMall. Dengan segala keunikan dan kelebihan yang kai berikan melalui aplikasi, kami optimis para konsumen akan sama antusiasnya seperti kami,” ujar Hadi Wenas selaku CEO MatahariMall.

Keyakinan MatahariMall dengan kekuatan aplikasi mobile salah satunya didasarkan pada penelitian Google yang menyatakan bahwa smartphone penetrasinya terus meningkat, bahkan dalam satu tahun terakhir peningkatan mencapai dua kali lipat. Tren pemanfaatan smartphone di Indonesia, pengguna lebih suka menghabiskan berjam-ham waktu untuk mengakses konten di smartphone mereka. MatahariMall meyakini aplikasi mampu memberikan suplemen untuk kebutuhan belanja mereka.

Terkait dengan pengalaman pengguna yang ditawarkan, ketika pertama kali mengunduh dan memasang aplikasi ini, pengguna akan dihadapkan pada fitur O2O MatahariMall. Fitur O2O memungkinkan pengguna untuk melakukan pembelian produk dan mengambil pada titik O2O yang tersebar. Di halaman utama aplikasi MatahariMall menampilkan tiga elemen utama yaitu promosi terbaru, kategori produk dan penawaran produk terbaru.

Konsep aplikasi MatahariMall diadopsi dari aplikasi kencan populer di smartphone. Konsep yang segar dan unik dinilai menjadi komponen penting untuk mampu menyampaikan visi MatahariMall kepada konsumen, dalam hal ini direalisasikan dengan susuan dan antarmuka yang pas. Salah satu fitur aplikasi menyajikan pilihan produk, pengguna dapat menggeser (swipe) untuk memasukkan produk ke “love list” untuk ditinjau kemudian hari, ataupun melanjutkan memesan.

“Dalam kurun waktu yang begitu singkat MatahariMall telah mencapai jumlah transaksi yang setara dengan yang didapat perusahaan e-commerce lainnya dalam waktu dua tahun, dan kami akan terus berkembang. Selain itu 30 persen dari keseluruhan transaksi kami dilakukan melalui browser yang ada pada smartphone. Karena itu kami percaya bahwa aplikasi mobile kami akan mendorong lebih jauh angka transaksi yang dilakukan melalui smartphone,” imbuh Wenas.

Janaloka Berambisi Masyarakatkan Konsep Energi Terbarukan

Dalam rangka meminimalisir emisi gas, polusi, dan menciptakan kehidupan yang ramah lingkungan, berbagai inisiatif energi terbarukan terus digalakkan. Begitu pun yang dilakukan Gretiano Wasian atau akrab dipanggil Neno dengan inisiatif mengembangkan Janaloka, sebuah portal edukasi dan pelayanan implementasi teknologi terbarukan. Berawal dari insight yang didapat dari keikutsertaan di Founder Institute bulan Maret lalu, Neno memutuskan untuk mengembangkan sebuah startup untuk kebutuhan di bidang energi.

Janaloka sebagai sebuah web portal memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai kanal edukasi melalui berbagai tulisan tentang penerapan energi terbarukan, serta aplikasi online yang akan membantu pengguna dalam mengimplementasikan energi terbarukan di dalam lingkungannya. Pada fase awal Janaloka akan banyak fokus pada penerapan panel surya. Hal ini didasarkan pada latar belakang sang pendiri sebagai seorang system integrator panel surya.

“Saya melihat bahwa isu yang paling umum di masyarakat Indonesia seputar energi adalah listrik. Listrik menjadi kebutuhan pokok, namun sering kali pemenuhan kebutuhannya masih kurang optimal, terutama di luar kota-kota besar. Untuk itu kami menawarkan solusi bertenaga surya, sebagai sebuah energi yang sangat mudah kita temukan,” ujar Neno kepada DailySocial menerangkan latar belakang pengembangan Janaloka.

Dipahami bahwa untuk mengimplementasikan teknologi panel surya tidaklah mudah, dan Neno meyakini medium yang paling efisien ialah menggunakan internet. Janaloka hadir untuk kebutuhan tersebut, sebagai provider, implementator dan juga perantara. Termasuk fitur crowd untuk pengadaan alat dan implementasi panel surya yang masih tergolong mahal dan sulit.

“Salah satu kendala di Indonesia untuk penerapan panel surya adalah pembiayaan. Padahal pemanfaatan panel surya untuk daerah pedesaan dan pelosok yang belum tersentuh PLN secara optimal harusnya dapat menjadi sebuah solusi yang pas. Untuk itu kami melengkapi juga Janaloka dengan sistem crowdfunding (patungan) pengadaan panel surya,” tutur Neno.

Janaloka baru berjalan 3 bulan, dan saat ini Neno masih memfokuskan pada implementasi panel surya di kalangan residential (pengguna rumah tangga) untuk memperkuat portofolio dan studi kasus Janaloka. Neno meyakini bahwa panel surya akan menjadi pilihan yang efektif baik di kalangan perkotaan ataupun pedesaan, untuk penggunaan personal. Di perkotaan meski pasokan listrik tergolong lancar, namun eco/green lifestyle sudah mulai menjadi pilihan. Sedangkan di pedesaan memang cenderung di fokuskan pada daerah yang minim infrastruktur listrik.

Portal Janaloka juga menyajikan aplikasi perhitungan untuk investasi dan produk-produk berbasis panel surya. Saat ini masih dalam tahap pengembangan, dan dikatakan akan siap digunakan pada tahun depan. Secara umum Neno menyampaikan hasil analisisnya bahwa return of investment (ROI) rata-rata dari pemanfaatan panel surya baru akan terasa setelah 7 tahun berjalan. Sedangkan panel surya sendiri akan tahan selama 25 tahun penggunaan.

“Solusi Janaloka akan efektif, terlebih sudah ada kebijakan pemerintah yang memperbolehkan adanya sumber pembangkit lain untuk kebutuhan personal di luar jaringan PLN. Penerapan panel surya mungkin akan dimulai dalam model hybrid, artinya berjalan beriringan dengan sumber pembangkit yang saat ini sudah digunakan masyarakat,” sahut Neno.

Kendati masih berjalan 3 bulan, Janaloka memiliki visi yang cukup luas ke depan, membawa energi terbarukan menjadi familiar di kalangan masyarakat umum. Ditargetkan tahun depan minimal 50 pengguna siap mengimplelemtasikan panel surya, atau setara dengan konsumsi 50 ribu watt lisrik.

Janaloka masih berjalan secara mandiri, saat ini belum ada investasi luar yang menyokong startup tersebut. Neno pun mengatakan bahwa saat ini pihaknya memang belum mau tergesa-gesa untuk itu, masih akan memfokuskan pada pematangan produk dan penumbuhan ekosistem pengguna.

“Kalau saya melihat energi terbarukan menjadi salah satu sumber daya yang tidak akan habis akan jangka waktu panjang, tidak seperti fosil. Energi yang banyak digunakan saat ini bersumber dari migas, selain terbatas, dampak yang dihasilkan cukup membuat kita repot. Kalau pakai energi terbarukan sumber daya tidak terbatas dan polusi cenderung sangat minim,” pungkas Neno.

Moka mPOS Mungkinkan Pedagang Terima Pembayaran Kartu Kredit dan Debit Melalui Smartphone

Pengembang aplikasi point of sales Moka pagi ini resmi meluncurkan solusi pembayaran baru bekerja sama dengan Bank Mandiri. Solusi tersebut memungkinkan pedagang dapat dengan mudah menerima pembayaran dengan kartu kredit dan kartu debit dari pelanggan menggunakan smartphone dan tablet sebagai medium transaksi. Sejak diluncurkan pada awal tahun 2015 sebagai layanan yang mengakomodir transaksi bisnis dari beberapa merchant yang dimiliki, Moka mengaku telah diaplikasi di lebih dari 350 toko.

Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo menyampaikan bahwa dari sekurangnya 57 juta UKM di Indonesia sebagaian besar masih melakukan proses bisnis secara tradisional. Melalui solusi point of sales berplatform mobile (mPOS) diyakini para pelaku UKM, mulai dari tukang cukur sampai rumah makan dapat memberikan pelayanan ekstra, terutama dalam kaitannya dengan sistem pembayaran via kartu. Tanpa solusi tersebut pebisnis memang diharuskan mendaftarkan diri melalui bank untuk mendapatkan akses pembayaran (atau Electronic Data Caputre) via kartu kredit atau debit.

Moka mPOS meringkas berbagai proses yang ada untuk mendapatkan sistem pembayaran via kartu kredit atau debit. Tidak seperti bank yang mensyaratkan berbagai legalitas hukum dari bisnis dan memakan waktu lama, Moka hanya mensyaratkan kartu identitas pengguna untuk pendaftaran. Selain itu proses yang dibutuhkan untuk konfigurasi dan persiapan dikatakan paling lama tiga hari. Moka juga juga mengenakan tarif flat untuk MDR (Merchat Discount Rate), yakni 2,2 persen per transaksi kartu.

Solusi Moka mPOS ini mirip apa yang ditawarkan oleh Square, yang didirikan Jack Dorsey dan berbasis di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri BNI yang paling getol memasarkan m-Pos-nya ke kalangan korporasi dan (berikutnya) UKM.

Improvisasi layanan Moka sejalan dengan laporan yang diterbitkan Timetric per Mei 2013 lalu. Dalam laporan tersebut disampaikan bahwa adopsi mPOS diperkirakan akan meningkat dari 9,5 juta pengguna di tahun 2012 menjadi 28 juta pengguna pada 2017 dengan CAGR mencapai 42,7 persen. Peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan sektor ritel, peningkatan perdagangan secara online, dan pertumbuhan pengguna smartphone dan kartu debit dan kredit.

Layanan point of sales yang ditawarkan Moka saat ini sudah tersedia di App Store dan Google Play untuk dukungan mobile, dan dapat diakses melalui platform berbasis web. Salah satu fitur yang turut diunggulkan Moka adalah analisis laporan transaksi yang ada dalam toko yang dikelola bisnis. Dengan memudahkan pengguna dalam memberikan akses penerimaan pembayaran melalui kartu kredit dan kartu debit, solusi ini diharapkan mampu memberikan banyak dampak baik bagi bisnis.

Bersama dengan Bank Mandiri, Moka memungkinkan pedagang menerima pembayaran dengan kartu berlogo Visa dan MasterCard. Sementara bersama Telkomsel, Moka akan menawarkan bundel paket layanan mPOS untuk UKM.

Co-Founder dan CTO Moka Grady Laksmono menyampaikan rasa optimisnya akan produk tersebut. Grady menyampaikan dengan solusi Moka mPOS ini untuk pertama kalinya pedagang dapat diberdayakan dengan data tentang laju bisnis dan menerima pembayaran kartu dengan smartphone atau tablet yang dimiliki.

XL Axiata Siapkan Transformasi Mobile Advertising dengan Konektivitas 4G/LTE

Penerapan teknologi 4G/LTE di lingkungan layanan XL Axiata terus diperluas dengan mentransformasikan berbagai layanan yang ada di dalamnya. Salah satu layanan yang akan turut didongkrak adalah AdReach, mobile advertising milik XL Axiata. Dengan konektivitas data yang lebih kencang, AdReach akan memaksimalkan kualitas layanan iklan berformat video dan gambar.

Meningkatkan kualitas gambar dinilai akan memberikan dampak baik pada penyampaian pesan kepada konsumen yang ditargetkan. Ditargetkan transformasi layanan iklan ini akan efektif berlangsung tahun 2016 mendatang.

Penuh percaya diri dengan peningkatan layanan memanfaatkan momentum 4G/LTE, Direktur Digital Services XL Axiata Ongki Kurniawan menyampaikan:

“Visi kami dalam menyelenggarakan layanan moble adversiting adalah menjadi media agnostic yang dapat melayani brand secara end-to-end. Melalui AdReach, kami akan terus mengembangkan solusi iklan digital yang semakin efektif untuk mencapai tujuan dari para brand klien kami. Salah satunya adalah mengkombinasikan antara keunggulan teknologi telko dengan media sosial, sehingga secara profil segmen menjadi target akan lebih tajam dan terukur.”

Ongki juga menuturkan dengan hadirnya layanan 4G/LTE akan sangat berpengaruh dalam pengembangan bisnis layanan mobile advertising itu sendiri. Keberadaan akses internet cepat akan mempermudah penyampaian iklan kepada pasar yang dituju, tidak hanya berbentuk teks saja, namun juga berupa gambar dan video. Dengan demikian iklan yang disampaikan akan mampu lebih meningkatkan engagement antara pelanggan dengan materi iklan.

Secara umum XL melihat peluang bisnis iklan digital ke depan sangat besar terutama karena behavior pelanggan sampai dengan saat ini semakin tergantung dengan smartphone. Smartphone dianggap dapat menjadi media yang sangat efektif dan mampu membangun engagement yang baik dengan target pasar. Selain hal-hal yang terkait dengan regulasi, tantangan pada bisnis ini adalah menyangkut masalah adopsi industri terhadap media digital, kebiasaan pelanggan, dan perkembangan teknologi.

Menurut Ongki terdapat beberapa keunggulan pada layanan AdReach XL. Di antaranya adalah AdReach dapat mengetahui siapa yang akan disasar, waktu yang disesuaikan dengan tujuan brand, serta hasil efektif yang dapat diukur dan dianalisis. Selain itu dikatakan juga AdReach mempunyai keunggulan dalam inovasi solusi, yang sesuai dengan tujuan brand dan menggabungkan solusi media mobile dengan media sosial.

Tahun ini XL sendiri menargetkan 30 kota di Indonesia akan terlayani oleh 4G/LTE. Perluasan wilayah layanan 4G/LTE untuk tahun depan juga menjadi salah satu rencana besar yang sudah mulai dipersiapkan.

Terkait layanan mobile advertising, XL juga menyampaikan sepanjang tahun 2015 AdReach berhasil mengembangkan layanan terhadap brand dengan peningkatan sebanyak 300% pada jumlah brand yang dilayani di di 2015. Saat Ini terdapat lebih dari 3.000 brand telah memanfaatkan AdReach.

Dari banyaknya pelanggan terpetakan 6 kategori bisnis utama, yaitu consumer good, elektonik, otomotif, e-commerce, travel, dan perbankan. Terdapat juga sekitar 300 UKM yang telah memanfaatkan layanan AdReach. UKM sendiri merupakan salah satu target klien dari AdReach, dan sudah tersedia paket khusus bagi UKM untuk beriklan.