Razer Fintech Akuisisi E2Pay untuk Perluas Layanan di Indonesia

Lebih dikenal sebagai perusahaan pengembang hardware, khususnya untuk gaming, Razer merilis entitas terpisah Razer Fintech untuk melayani segmen finansial.

Razer Fintech mengklaim saat ini sudah menjadi salah satu jaringan pembayaran digital O2O terkemuka di Asia Tenggara. Perusahaan disebutkan telah memproses lebih dari miliaran dolar untuk total nilai pembayaran.

“Kami memiliki teknologi yang bisa menghadirkan fraud detection, risk management, dan lainnya. Memudahkan merchant untuk melakukan integrasi hanya dalam satu platform, sehingga tidak perlu lagi untuk mencari mitra [fintech] lebih dari satu,” kata CEO Razer Fintech Lee Li Meng.

Kepada DailySocial, Li Meng mengungkapkan, untuk memperluas bisnis mereka di pasar Indonesia, Razer Fintech melakukan akuisisi terhadap PT E2Pay Global Utama (E2Pay), salah satu fasilitator pembayaran digital B2B2C dan pemilik lisensi e-money.

Platform yang telah mendapatkan izin Bank Indonesia sejak tahun 2018 ini dikenal sebagai pengembang solusi payment gateway. Membidik segmentasi B2B, E2Pay menyajikan solusi yang dapat diintegrasikan untuk sistem pembayaran berbagai sumber, mulai dari internet/mobile banking, kartu kredit, e-money, hingga virtual account.

“Akuisisi E2Pay memungkinkan mempercepat masuknya kami ke Indonesia, salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat ekonomi digital di Asia Tenggara. Juga dapat melayani kebutuhan pembayaran digital dengan lebih baik dari merchant regional dan global kami,” kata Li Meng.

Melalui akuisisi ini, Razer Fintech dan E2Pay berupaya memberikan kontribusi bagi GMV Indonesia yang diharapkan mencapai $124 Miliar pada tahun 2025.

“Kami berharap sinergi antara E2Pay dan Razer Fintech akan memungkinkan kedua organisasi memanfaatkan para merchant kami untuk tumbuh, memperluas, dan meningkatkan jangkauan platform kami di seluruh Asia Tenggara,” kata Chairman E2Pay Rudy Danandjaja.

Selain solusi payment gateway E2Pay yang sudah digunakan banyak platform markeplace, mereka juga memiliki solusi M-Bayar sebagai platform e-money. Salah satu mitra terpopuler M-Bayar adalah platform transfer antar bank Flip.

Setelah Indonesia, Razer Fintech memiliki rencana mengakuisisi mitra baru di Bangladesh untuk memperkuat posisi perusahaan di kawasan regional.

Platform Logistik Deliveree Rampungkan Pendanaan Seri C Senilai 1 Triliun Rupiah

Perusahaan teknologi logistik yang mengoperasikan marketplace trucking dan kargo skala besar di Indonesia, Deliveree, merampungkan putaran pendanaan Seri C senilai $70 juta (sekitar 1 triliun Rupiah) yang dipimpin Gobi Partners dan SPIL Ventures. Inspire Ventures, investor terdahulu perusahaan, juga turut ambil bagian di putaran kali ini. Secara total mereka telah mendapatkan pendanaan sebesar $109 juta (1,6 triliun Rupiah) selama lima tahun terakhir.

Dana segar tersebut rencananya dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan penetrasi pasar, memperluas jenis layanannya seiring dengan hadirnya solusi kargo kontainer, dan melakukan pengembangan skala besar yang dibutuhkan untuk menjadi marketplace logistik yang tersedia di seluruh pelosok Asia Tenggara. Selain itu, pendanaan ini juga akan digunakan untuk meningkatkan layanan bagi puluhan ribu bisnis yang setiap harinya mengandalkan Deliveree.

“Di Deliveree, misi kami adalah digitalisasi logistik dengan membuat transportasi kargo menjadi sederhana, terjangkau, fleksibel, dan terukur untuk bisnis dari segala ukuran. Hal ini diwujudkan lewat kekuatan platform marketplace kami yang menghubungkan pelanggan logistik dengan jaringan angkutan dan penyedia layanan besar – yang saya sebut sebagai logistics mega marketplace,” ujar Co-Founder & CEO Deliveree Tom Kim.

Menurut Managing Partner Gobi Partners Kay Mok, pasca-pandemi berpotensi besar mengalami inflasi yang turut diwarnai oleh permasalahan rantai
pasok. Platform teknologi dari Deliveree memungkinkan terjadinya optimasi dan penurunan total biaya operasional bagi industri pengiriman dan logistik.

“Dengan investasi strategis kami di Deliveree, kami dapat memberi mereka kapabilitas operasional supply chain yang kuat dan merupakan yang pertama di ranah industrinya, dengan menyelaraskan moda transportasi darat dan laut. Hal ini memungkinkan platform teknologi Deliveree untuk menawarkan solusi logistik yang lebih luas dan melampaui trucking darat dengan jangkauan antar pulau, didukung secara strategis oleh jaringan kapal kontainer SPIL yang melayani seluruh pelabuhan utama di Indonesia,” kata Widarta Liunanda dari SPIL Ventures.

Skalabilitas bisnis dan teknologi

Dalam 24 bulan terakhir, Deliveree mengklaim telah meningkatkan transaksi brutonya sebesar 3,2 kali dengan nilai $100 juta pada tahun ini. Perusahaan telah meningkatkan kapasitas timnya hingga hampir mencapai 500 karyawan di empat negara yang membuat perusahaan masuk ke daftar 5 angkutan kargo terbesar di Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Akhir tahun 2021 lalu, Deliveree mengumumkan layanan Muat Sebagian untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ingin mengirim barang, kargo, bahkan paket besar/kecil tanpa harus menyewa satu kendaraan penuh. Solusi ini mendigitalisasi layanan muat sebagian yang sudah hadir di perusahaan logistik konvensional dengan memanfaatkan algoritma pintar.

Saat pemesanan dilakukan, algoritma Deliveree akan memperhitungkan rute yang paling optimal dan efisien dari gabungan muatan barang pebisnis dengan pebisnis lainnya. Hal tersebut berdampak pada efisiensi biaya dan estimasi pengiriman tercepat karena mempertimbangkan jarak dan waktu. Seluruh proses pemesanan ini dilakukan baik melalui aplikasi maupun situs.

Menurut data tahun 2021, total pasar logistik Indonesia mencapai $240 miliar atau lebih dari Rp3300 triliun. Sejauh ini sudah ada sebuah layanan unicorn logistik (J&T) dan sejumlah soonicorn (Shipper, SiCepat, Waresix) di sektor logistik, khususnya yang mengurusi segmen B2B.

Application Information Will Show Up Here

Haus! Kantongi Pendanaan Seri B1, Mantapkan Langkah Menuju IPO

Diluncurkan tahun 2018 lalu sebagai startup F&B di segmen produk new tea & boba, Haus! saat ini telah memiliki sekitar 200 outlet tersebar di Jabodetabek. Menerapkan model bisnis “cost leadership”, sejak awal perusahaan berupaya untuk konsisten menjaga kualitas produk.

Untuk bisa relevan dengan pangsa pasarnya, outlet turut didesain dengan nuansa gaya hidup dan dibumbui produk dengan harga jual terjangkau.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Haus! Gufron Syarif mengungkapkan, terinspirasi dari Tiongkok, produk new tea & boba yang menyasar kepada kelas menengah ke bawah memiliki potensi yang besar. Ia pun menilai bahwa ada potensi yang sama di Indonesia. Ternyata hipotesis terkait bisnis F&B tersebut tervalidasi baik di pasar. Pun demikian di mata investor.

Belum lama ini, Haus! kembali mengantongi dana segar dalam putaran seri B1 dari beberapa angel investor seperti Rama Notowidigdo mewakili Ubi Capital dan Arya Setiadharma mewakili Prasetia Dwidharma. Sejumlah pemodal ventura juga terlibat, di antaranya Strategic Year Holdings dan Atlas Global Ventures.

Dana segar akan difokuskan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan merealisasikan cita-cita perusahaan untuk segera IPO.

“Kami menyadari jika perusahaan ingin berlari kencang idealnya adalah mendapatkan pendanaan melalui VC. Harapannya dana segar tersebut bisa kita manfaatkan untuk mengembangkan bisnis dan melangkah lebih cepat menuju IPO. Perusahaan juga memiliki target untuk bisa memiliki sekitar 1000 outlet, sekaligus memosisikan Haus! sebagai brand leader untuk kategori pasar ini,” kata Gufron.

Sebelumnya Haus! juga telah mendapatkan pendanaan seri A senilai 30 miliar Rupiah dari BRI Ventures melalui Dana Sembrani Nusantara. Setelah menerima suntikan dana tersebut tahun 2020 lalu, Haus! mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 54,5% dari $11 juta (156 miliar Rupiah) pada tahun 2020 menjadi $17,53 juta (252 miliar Rupiah) pada tahun 2021.

Meluncurkan aplikasi, targetkan akuisisi 20% transaksi

Sebagai bagian rencana, bulan Juli mendatang Haus! akan meluncurkan aplikasi mobile perdananya. Bermitra dengan logistik pihak ketiga Lalamove, melalui aplikasi tersebut diharapkan bisa memberikan keuntungan lebih, termasuk dengan pengelolaan data yang lebih intensif.

Saat ini perusahaan mencatat sekitar 60% transaksi berasal dari marketplace. Hal tersebut menurut Gufron telah membantu mereka untuk melakukan distribusi, namun akan menjadi ideal jika perusahaan juga memiliki data dan opsi pengantaran sendiri melalui aplikasi.

“Kami menargetkan hingga tahun 2025 mendatang sekitar 20% bisa didapatkan transaksi melalui aplikasi sendiri. Melihat dinamika yang ada saat ini, kemitraan dengan marketpalce memang sangat membantu namun ke depannya kami melihat akan ada perubahan dari sisi kebijakan komisi dan lainnya yang dikenakan oleh marketplace kepada kami,” kata Gufron.

Dengan pendekatan cost leadership, Haus! diibaratkan serupa dengan low cost budget airline, yang layanan dan produknya bisa dinikmati oleh semua kalangan. Meskipun mereka tetap konsisten memberikan kualitas produk terbaik, namun untuk harga diupayakan tetap terjangkau, menyasar segmen menengah ke bawah.

Strategi bisnis lainnya yang juga diklaim telah memberikan dampak positif adalah, sejak awal mereka tidak menjalankan operasional secara franchise atau waralaba. Menurut Gufron, dengan menjalankan operasional secara sendiri, memudahkan mereka untuk menjaga kualitas dan kontrol operasional. Untuk jangka panjang konsep seperti ini juga bisa menjadikan bisnis lebih berkelanjutan.

Pengembangan outlet modern dan minimalis

Untuk bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, Haus! sengaja membangun outlet di berbagai lokasi yang berbeda. Mulai dari perumahan, sekolah, hingga lokasi transportasi umum seperti stasiun KRL. Meskipun tidak memiliki lokasi yang luas dan hanya berbentuk outlet sederhana, namun strategi seperti ini mampu menumbuhkan transaksi memanfaatkan pengantaran dari marketplace.

“Berbeda dengan produk serupa lainnya yang kategorinya lebih menengah ke atas, kami tidak menempatkan outlet kita di pusat perbelanjaan premium. Nantinya jika memang Haus! memiliki rencana untuk meluncurkan outlet baru di mall, yang kita pilih adalah tempat berbelanja yang masuk dalam kategori menengah ke bawah,” kata Gufron.

Sudah sangat familiarnya kalangan masyarakat menikmati minuman kekinian , menjadikan bisnis yang diterapkan Haus! dan produk serupa lainnya bisa berjalan lebih lancar. Akselerasi saat pandemi juga telah membantu mereka melakukan ekspansi outlet lebih banyak lagi jumlahnya. Menurut Gufron kategori new tea & boba dan coffee chain ketika digali lebih dalam market size-nya bernilai 10 triliun Rupiah.

“Frekuensi pembeliannya jika dibandingkan di Tiongkok yang lebih rutin, bahkan menjadikan minuman dalam kategori ini sebagai dessert atau makanan penutup. Di Indonesia sudah mulai menuju ke sana, bergeser dari tren menjadi kebiasaan,” kata Gufron.

Dailybox Rampungkan Pendanaan Seri B Senilai 355 Miliar Rupiah

Setelah mengantongi pendanaan seri A tahun 2021 lalu, platform restoran online multi-brand Dailybox kembali mengumumkan pendanaan seri B senilai $24 juta atau sekitar 355 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Northstar Group dan Vertex Growth. Turut berpartisipasi Vertex Ventures SEA & India dan Kinesys Group.

Dana segar akan dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan ekspansi secara nasional, mengembangkan teknologi, serta menambah brand F&B baru.

Sejak mendapatkan pendanaan awal, perusahaan mengklaim telah mengalami pertumbuhan revenue hingga 16x. Mereka juga telah memiliki tiga brand , termasuk di dalamnya Dailybox, Shirato, dan BreadLife — brand yang mereka akuisisi akhir tahun 2021 lalu.

Dailybox saat ini mengoperasikan lebih dari 150 outlet di lebih dari 20 kota di seluruh Indonesia. Selanjutnya perluasan cakupan wilayah akan difokuskan pada kota lapis kedua dan ketiga.

“Rencana ekspansi strategis kami di kota-kota non-metropolitan juga akan menciptakan banyak lapangan kerja untuk mendukung ekonomi lokal dan konsumen sekaligus memperkuat kehadiran kami secara nasional,” kata Co-founder Dailybox Group Kelvin Subowo.

Selama pandemi, Dailybox Group mencatat peningkatan transaksi lebih dari 100x, didorong oleh pendirian platform pengiriman makanan dan perubahan perilaku konsumen.

“Dailybox Group telah tumbuh secara signifikan dalam dua tahun terakhir di tengah pandemi dengan tetap menjaga ekonomi unit yang menarik. Kami terkesan dengan Kelvin dan timnya dan berharap dapat bekerja bersama-sama untuk mendorong pertumbuhan,” kata Chief Investment Officer Northstar Group Wong Chee-Yann.

Sebagai platform restoran online multi-brand, Dailybox selalu berupaya untuk fokus ke capaian profit. Meskipun sempat mengalami kendala saat awal pandemi tahun 2020 lalu, mereka mampu untuk bertahan sebagai early adopter cloud kitchen di Indonesia.

Menurut Managing Partner VVSEAI Chua Joo Hock, Dailybox Group adalah contoh startup yang berhasil menyeimbangkan pertumbuhan dan profitabilitas. Dari satu merek dengan jejak terbatas, Dailybox telah melipatgandakan pendapatannya dan bertransformasi menjadi platform kolaboratif di tengah pandemi.

“Dailybox Group telah mengembangkan formula untuk menghadirkan masakan lokal terbaik Indonesia ke masyarakat konsumen yang lebih luas dari Sumatera hingga Papua. Melalui kolaborasi erat dengan koki terkemuka, mereka telah menciptakan kembali makanan favorit dari berbagai daerah di Indonesia, membuatnya dapat diakses sambil mempertahankan rasa otentik mereka. Kami sangat terkesan dengan apa yang telah dicapai tim dan berharap dapat bekerja sama dengan Grup Dailybox,” kata Managing Director Vertex Growth Tam Hock Chuan.

Sepanjang kuartal kedua ini, kami mencatat sejumlah startup di bidang F&B mendapatkan kucuran dana investor. Mereka adalah Haus!, Ismaya, Mangokku, Flash Coffee, Green Label, dan Hangry.

Application Information Will Show Up Here

Mendongkrak Bisnis UMKM Kuliner melalui “Cloud Kitchen” dan “Food Delivery”

Pandemi telah menjadi momentum menarik bagi pelaku UMKM di sektor makanan dan minuman (F&B) Indonesia. Meskipun banyak yang berguguran, kontribusi startup sebagai enabler menjadi salah satu faktor bagaimana bisnis di sektor ini bisa bertahan.

Berdasarkan laporan yang dirilis LPEM FEB UI dan UNDP Indonesia tahun 2020 lalu, 40% pengusaha UMKM berada di sektor makanan dan minuman. Di sisi gender, UMKM yang dimiliki perempuan sebagian besar memproduksi makanan dan minuman. Di sisi lain, hanya 20% UMKM milik laki-laki yang bergerak di sektor makanan dan minuman.

Keberadaan cloud kitchen, sebagai pendukung bisnis food delivery, dinilai  membantu pertumbuhan bisnis pelaku UMKM. DailySocial mencoba melihat seperti apa kontribusi platform cloud kitchen, seperti Yummy Corp dan Dailybox.

Dampak positif jangka panjang

Pertumbuhan industri cloud kitchen di Indonesia didukung peningkatan pemesanan makanan secara online seiring dengan pergeseran perilaku konsumen, khususnya di masa pandemi. Berdasarkan riset Momentum Works, sejumlah restoran dan platform pesan antar makanan menggunakan waktu lebih banyak di tahun 2021 untuk bereksperimen dengan model bisnis baru, salah satunya cloud kitchen.

Riset tersebut menyebutkan, cloud kitchen membantu restoran dan pelaku usaha kuliner untuk menaikkan total pendapatan (topline) melalui jangkauan konsumen yang lebih luas.

Cloud kitchen juga diklaim menawarkan kemudahan fleksibilitas modal dengan pilihan waktu sewa yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Konsep ini juga memberi kemudahan untuk mengubah konsep dan jenis makanan/menu dengan cepat.

Salah salah pemain terdepan di Asia Tenggara, Grab, melihat adanya peluang yang sangat besar bagi industri cloud kitchen untuk tumbuh dan menjangkau lebih banyak konsumen di Indonesia. Layanan GrabKitchen menjadi cara Grab memperkenalkan konsep cloud kitchen untuk memberdayakan mitra merchant.

“Kemitraan kami dengan para mitra usaha yang solid, pemanfaatan teknologi terbaik dalam menciptakan pengalaman pengguna yang bersifat hyperpersonal, dan perluasan jaringan GrabKitchen yang pesat merupakan faktor-faktor pendorong semakin relevannya GrabFood untuk masyarakat Indonesia,” kata Head of Marketing GrabFood – Grab Indonesia Hadi Surya Koe.

Kolaborasi dengan platform cloud kitchen, misalnya antara Grab dan Yummy Corp, diklaim membantu bisnis F&B yang bergabung di jaringan ini memperoleh dukungan komprehensif untuk mengembangkan dan meluncurkan restoran virtual dan perekrutan dan pelatihan staf untuk mengoperasikan cloud kitchen.

Suasana merchant dari GrabFood / Grab

Saat ini Grab telah memiliki lebih dari 45 cloud kitchen yang berlokasi di 8 kota (Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Surabaya, Makassar, Surakarta dan Malang) di Indonesia.

“Perpaduan keahlian Grab dan Yummy Corp dapat mempercepat pengembangan sektor cloud kitchen di Indonesia,” kata Hadi.

Yummykitchen, platform cloud kitchen Yummy Corp, tahun ini telah menyediakan slot 30% untuk UMKM. Tercatat saat ini Yummy Corp telah memiliki sekitar 60 lebih brand partner.

“Yummy Corp sebagai platform sebetulnya lebih tepatnya dikatakan sebagai partner. Karena kondisinya kita disini saling membantu agar ekosistem F&B di Indonesia sama-sama maju. Dapat dibilang ekosistem F&B di Indonesia sudah lumayan berkembang dan Yummy Corp akan terus mengembangkan ekosistem ini dengan memperkuat teknologi dan SDM yang kita punya,” kata CEO Yummy Corp Mario Suntanu.

Pandemi telah mengakselerasi fenomena sinergi antara pelaku UMKM kuliner dengan layanan pesan antar makanan dan cloud kitchen. Sinergi ini disebut membantu pelaku UMKM kuliner untuk berkembang dan lebih cepat berjualan, karena biaya yang dibutuhkan cenderung lebih kecil dan waktu yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur lebih singkat.

“UMKM adalah pilar penting bagi perekonomian Indonesia. Kontribusi sektor ini terhadap PDB Indonesia itu lebih dari 60%. UMKM bahkan mampu menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada. Hal ini yang membuat sektor ini menjadi sangat menarik untuk digarap,” kata CEO Dailybox Kelvin Subowo.

Di sisi lain, sebagai pemain baru, kehadiran ShopeeFood diklaim turut menyediakan peluang pendapatan yang dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi mitra.

“Saat ini, fokus kami adalah mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia dengan merangkul lebih banyak bisnis kuliner, terutama pelaku UMKM, pengguna, serta mitra pengemudi untuk memaksimalkan penggunaan layanan digital dalam kehidupan mereka sehari-hari,” kata Brand Marketing Manager ShopeeFood Andreas Christiadi.

Prosedur dan pengawasan

Suasana central kitchen Dailybox / Dailybox
Suasana central kitchen Dailybox / Dailybox

Prioritas platform cloud kitchen dan food delivery adalah menjaga kualitas dan keamanan makanan yang dipesan secara online. Untuk memastikan hal ini, Dailybox melakukan pengawasan yang dilakukan oleh tim dapur Dailybox yang terdiri dari chef hotel berbintang berpengalaman. Tim biasanya melakukan audit berkala dan inspeksi mendadak untuk memastikan mitra UMKM bekerja sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Saat ini Dailybox sudah mendapatkan sertifikasi halal. Kedepannya diharapkan semua mitra UMKM DailyBox bisa tersertifikasi, seperti HACCP. Meskipun mereka menyadari hal ini tidak bisa terjadi dalam sekejap. Misi DailyBox adalah untuk meningkatkan kualitas mitra UMKM.

“UMKM yang berkolaborasi dengan Dailybox wajib mematuhi pedoman halal, standar keamanan pangan yang ketat (termasuk hygiene dan kualitas bahan baku) dan standar konsistensi rasa. Tim kami menyadari bahwa mitra UMKM Dailybox membutuhkan bimbingan ekstra supaya mereka secara bertahap dapat memenuhi standar yang kami tetapkan,” kata Kelvin.

Sementara pengawasan yang dilakukan Yummy Corp adalah memastikan proses pengolahan dilakukan telah melalui prosedur sesuai dengan proses yang dimiliki mitra. Untuk memastikan output makanan yang keluar memiliki kualitas sesuai standar yang dimiliki, Yummy Corp terus melakukan training secara berkelanjutan untuk crew dan serangkaian proses Quality Control yang ketat.

Menyimak Strategi Bisnis Mangkokku Bertahan Saat Pandemi

Meskipun sempat terhambat pertumbuhannya saat pandemi,  keberadaan cloud dan ghost kitchen di Indonesia mampu menjadi format alternatif bagi pemilik bisnis kuliner di Indonesia untuk bisa bertahan di tengah krisis. Hal ini untuk beradaptasi dengan perubahan kebiasaan konsumen yang mulai melakukan pembelian secara online, konsep dapur tadi menjadi pilihan yang ideal karena bisa menjadikan proses produksi jadi lebih efisien.

Namun pada akhirnya untuk bisa mengembangkan bisnis dan mendapatkan profit, banyak dari pemilik bisnis kuliner yang berharap kegiatan dine-in di restoran kembali normal. Hal ini juga yang dirasakan Mangkokku.

Mangkokku yang menyediakan makanan dengan konsep rice bowl (nasi dalam mangkuk) bercita rasa nusantara. Startup ini didirikan oleh Randy Kartadinata, Arnold Poernomo, Gibran Rakabuming, dan Kaesang Pangarep.

Dalam sesi #SelasaStartup, CEO Mangkokku Randy Kartadinat, mengungkapkan tantangan dan potensi bisnis saat ini dan ke depannya.

Strategi bisnis saat pandemi

Salah satu strategi yang sukses dilancarkan oleh Mangkokku saat pandemi adalah mulai membangun beberapa outlet di kawasan perumahan. Dengan demikian saat  banyak orang yang enggan datang ke restoran, tetap bisa menikmati pilihan menu khas nusantara dari outlet Mangkokku dengan jarak yang lebih dekat. Meskipun masih mengandalkan mitra online delivery seperti GoFood, GrabFood, dan lainnya, namun cara tersebut diklaim cukup ampuh untuk meningkatkan penjualan mereka.

Strategi kedua yang juga dilancarkan adalah mengeluarkan pilihan menu dengan harga yang terjangkau. Randy menegaskan, di Mangkokku memang tidak mengeluarkan pilihan menu yang banyak. Dengan 15 opsi menu unggulan, cukup mampu untuk menciptakan engagement dan relasi yang baik kepada pelanggan setia.

Sebagai platform, Mangkokku juga melakukan proses quality control yang sangat ketat kepada pemasok mereka. Hal tersebut sengaja dilakukan untuk bisa menjaga kualitas dari produk yang mereka hadirkan.

Disinggung seberapa besar fokus perusahaan untuk mengembangkan teknologi, Randy menegaskan, produk yang baik adalah produk yang disukai oleh masyarakat. Selanjutnya pengembangan teknologi dan dukungan lainnya akan lebih mudah untuk dikembangkan.

“Sejak awal kami hadir secara offline, namun pandemi telah mengubah semua itu mengharuskan kami untuk bisa mengadopsi layanan secara online. Mulai dari mengembangkan cloud kitchen hingga memanfaatkan teknologi untuk pemesanan hingga pengantaran,” kata Randy.

Pertumbuhan bisnis positif

Saat ini Mangkokku mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis hingga 6x setelah mendapatkan pendanaan tahap awal dari Alpha JWC Ventures sebesar $2 juta atau sekitar 29 miliar Rupiah di 2020. Tahun ini Mangkokku kembali mengantonggi pendanaan seri A sebesar $7 juta atau sekitar 101 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan EMTEK, serta partisipasi dari Cakra Ventures.

Ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh perusahaan setelah merampungkan pendanaan ini Di antaranya adalah melakukan ekspansi hingga renovasi perlengkapan dapur. Dana segar tersebut juga akan dimanfaatkan untuk melakukan pelatihan untuk pengembangan talenta, sekaligus melakukan perekrutan talenta baru.

“Saya percaya jika perusahaan ingin berkembang perlunya merekrut tim yang tepat untuk mendukung pertumbuhan perusahaan,” kata Randy.

Untuk meningkatkan pengalaman dan kenyamanan berbelanja, Mangkokku akan meluncurkan aplikasinya pada akhir tahun ini. Aplikasi ini nantinya akan menyediakan layanan pesan antar, ambil sendiri, program loyalitas, serta promosi khusus.

Selain itu, Mangkokku juga menargetkan untuk membuka outlet ke-100nya tahun ini serta 100 gerai lagi di 2023. Mangkokku juga memiliki rencana untuk bisa membawa kuliner khas nusantara tampil lebih popular secara global.

“Saat pandemi cloud kitchen menjadi format yang paling tepat untuk bertahan. Namun dari sisi merchant harapannya saat kondisi normal bisnis dining akan kembali pulih dan gross margin yang lebih sehat,” kata Randy.

Setelah Vietnam, Beacon Fund Luncurkan “Gender Lens Investing” di Indonesia

Dalam sebuah riset yang dilakukan Investing in Women tahun 2021 lalu, Gender Lens Investing (GLI) di Asia Tenggara, khususnya negara seperti Vietnam, Filipina, dan Indonesia, mampu memberikan efek positif dan berkelanjutan. Tidak hanya ke pengusaha perempuan itu sendiri, tetapi kontribusi yang cukup besar untuk negara.

Sejumlah investor mulai menerapkan praktik GLI, namun sebagian besar investor lokal tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai investor GLI.

GLI disebutkan memiliki dampak yang positif pada kehidupan perempuan dan anak perempuan, membantu mengurangi ketidaksetaraan gender, dan memperluas akses pembiayaan kepada pengusaha perempuan yang sampai saat ini masih kurang dilirik oleh para investor. Dengan mendanai bisnis yang dipimpin perempuan, investor dapat mengatasi ketidaksetaraan gender sekaligus mendapatkan keuntungan.

Melihat peluang tersebut, Beacon Fund yang didukung Patamar capital, meluncurkan impact fund yang fokus ke GLI di Asia Tenggara. Dimulai di Vietnam, Beacon Fund mulai serius menjajaki peluang investasi di kalangan pengusaha UMKM perempuan Indonesia. Beacon Fund dipimpin oleh CEO Shuyin Tang yang juga merupakan Partner Patamar Capital.

Saat ini, selain Beacon Fund, investor lokal yang juga fokus ke pendanaan GLI adalah Teja Ventures.

Kategori perusahaan GLI

Berbicara tentang GLI mengundang cara pandang Beacon Fund tentang seperti apa perusahaan yang ingin menjadi portofolionya. Kepada DailySocial, Manager Investment Relations Beacon Fund Rong Hui Kan menyebutkan, jika perusahaan tersebut memang dimiliki perempuan hal ini menjadi ideal. Namun dari sisi kategori bisnis yang disasar, menurutnya tidak harus perusahaan yang menyediakan layanan khusus untuk perempuan.

Kategori seperti edukasi dan agrikultur menjadi perhatian khusus bagi Beacon Fund. Secara khusus mereka memosisikan diri sebagai private credit fund yang menerapkan untuk mendukung usaha kecil dan berkembang di Asia Tenggara.

“Relasi kami dengan Patamar Capital yang selama ini fokus berinvestasi ke startup yang ingin menuju ke status unicorn telah memberikan akses kepada jaringan yang luas, masukan, hingga nasihat yang relevan kepada para pengusaha,” kata Rong Hui.

Berbeda dengan VC yang menggunakan skema pendanaan berbasis ekuitas,  Beacon Fund memberikan pendanaan dalam bentuk pinjaman. Pengusaha perempuan atau bisnis yang memiliki latar belakang layanan untuk perempuan dan telah memiliki cashflow positif memiliki kesempatan mendapatkan pinjaman dari perusahaan.

Beacon Fund telah mengalokasikan dana mulai dari $500 ribu hingga $2 juta ke bisnis yang sesuai. Perusahaan tidak memiliki kuota atau target bisnis UMKM tertentu dan memiliki target membangun pendanaan hingga $100 juta untuk GLI.

“Berbeda dengan VC pada umumnya, kami bukan closed end fund. Pada akhirnya kami ingin hubungan yang telah terjalin bisa terus berlanjut. Ketika bisnis yang kami investasikan telah membayar pinjaman, selanjutnya uang tersebut akan kami investasikan kembali kepada bisnis UMKM lainnya,” kata Rong Hui.

Debt fund

Besarnya potensi berinvestasi ke pelaku UMKM yang saat ini terbilang masih underserved menjadi peluang yang dijajaki Beacon Fund. Saat ini masih banyak bisnis UMKM yang kesulitan mendapatkan investasi dari institusi finansial mikro.

Sementara mereka, di skala yang lebih besar, yang ingin mendapatkan tambahan modal melalui perbankan atau instusi keuangan lainnya, biasanya kesulitan mendapatkan pinjaman karena diperlukan jaminan dan persyaratan yang ketat. Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, skema debt fund Beacon Fund menjadi solusi ideal.

Pengusaha perempuan menjadi sektor ideal untuk pasar Vietnam dan Indonesia. Besarnya kontribusi pengusaha perempuan di kalangan UMKM memberikan kontribusi signifikan bagi negara. Mengacu ke laporan Investing in Women, Indonesia, Filipina, dan Vietnam menyumbang 80% dari volume kesepakatan GLI di wilayah Asia Tenggara; 85% dari kesepakatan ini berasal dari investor privat dengan skema impact.

“Ada berbagai macam bentuk debt funding, mulai dari lending secara langsung dan lainnya. Interest rate tentunya akan bergantung kepada financial impact metrics,” kata Rong Hui.

Menurut Rong Hui, perbedaan yang cukup signifikan antara VC konvensional dan Beacon Fund menjadi pembeda yang menarik. Fokus Beacon fund adalah perusahaan dengan pertumbuhan moderat, telah profitable, dan memiliki cashflow yang positif.

Untuk memperkuat dana kelolaan mereka, Beacon Fund telah mendapatkan dukungan dari Visa Foundation.

Bisnis yang telah didukung Beacon Fund adalah adalah dua perusahaan Vietnam, yaitu Mind (sebuah perusahaan pendidikan berbasis STEM) dan Hoa Nang Organic (perusahaan pertanian yang menanam beras organik).

“Saat ini kita belum melakukan pencarian dan masih menempatkan posisi serta awareness di pasar Indonesia. Kami memiliki website bagi mereka yang ingin mengirimkan proposal dan mereka bisa apply ke kami kapan saja,” kata Rong Hui.

Flash Coffee Is Listed as Centaur after Closing Series B1 Funding Round

Flash Coffee has recently closed another funding in the Series B1 round. The representative confirms this information as contacted by DailySocial, however, the company is reluctant to mention further details. It is said that the closing of the B2 round will soon follow and it potentially turns the coffee chain startup into a unicorn.

From the data that has been submitted to the regulator, a number of investors were involved in the B1 Flash Coffee round. The funds raised amounted to more than $30 million, catapulting the company’s valuation to $175 million and cementing them in the centaur ranks.

Previously, Flash Coffee has secured Series A funding worth $15 million in 2021. White Star Capital led this funding, followed by a number of other investors, including DX Venture, Global Founders Capital, and Conny & Co.

Flash Coffee’s Founder & CEO, David Brunier revealed at that time that the company would expand to 10 countries in the Asia Pacific by targeting 300 new outlets or three new outlets every week.

Brunier considers that the retail coffee outlet market in Indonesia is very attractive and has great room for growth. In addition to the high population, the upper-middle-class segment with a thirst to try new products, and coffee consumption per capita keep increasing.

Flash Coffee was founded in January 2020 and now has more outlets in Indonesia, Singapore, and Thailand. It is claimed that the majority of Flash Coffee outlets have made a profit while demonstrating the success of their business model

Based on its website, there are currently around 82 outlets spread across the Greater Jakarta area. Flash Coffee remains attractive to coffee lovers even during the pandemic.

The growth of coffee tech

In the last two years, technology-enabled coffee shop platforms have received substantial funding. Starting from Fore Coffee, Janji Jiwa, Jago Coffee, and Kopi Kenangan.

Even though the F&B business has been under a lot of pressure during the pandemic, a technology-based (O2O) approach allows these coffee chain startups to survive and accelerate their business. One of them is the grab & go concept — using the developed application, users can place orders and make payments to be picked up at the nearest outlet. On the other side is taking advantage of the food delivery service.

According to research (MIX, 2020), 40% of young coffee customers in Indonesia are starting to switch to grab & go outlets. This demand is encouraged by the shifting behavior from instant coffee, as consumers want a higher quality drink — as well as pairing it with complimentary snacks. The products sold on average are in the middle price range — below premium coffee, but above instant coffee.

The presence of the application is not solely for transactions but also as a medium to increase user retention through a series of loyalty-based promotional programs and activities. Moreover, app traffic becomes useful data for studying user habits and trends to be later translated into product and service innovations.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Edtech Dibimbing Tawarkan Program Bootcamp Persiapan Karier di Bidang Teknologi

Meluncur tahun 2020 lalu, startup edtech “Dibimbing” telah mengantongi pendanaan tahap awal dari Init-6. Ini menjadi startup edtech ketiga yang diumumkan mendapatkan pendanaan dari perusahaan modal ventura milik mantan eksekutif Bukalapak tersebut setelah Educa dan Codemi.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Dibimbing Zaky Muhammad Syah menyebutkan, setelah mendapatkan dana hibah dari Universitas Indonesia, mereka memang tidak terlalu agresif melakukan penggalangan dana. Telah mendapatkan profit sejak hari pertama, mereka lebih fokus untuk mengembangkan bisnis dan menambah lebih banyak siswa.

Tahun ini dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan memperluas cakupan layanan, penawaran dari Init-6 sebagai investor mereka terima. Tentunya setelah melihat adanya kesamaan visi dan misi dengan pemodal ventura tersebut.

“Saya melihat Init-6 memiliki misi yang sama dengan kami yaitu menyalurkan tenaga kerja baru yang makin banyak diminta oleh industri digital saat ini. Masih belum adanya kesamaan kurikulum di kampus dengan permintaan dari industri digital, menjadikan kurangnya talenta digital yang relevan dan berkualitas saat ini di Indonesia,” kata Zaky.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk merekrut talenta di jajaran senior level. Selain itu mereka juga ingin mengembangkan Learning Management System (LMS) yang lebih user friendly dan personal kepada para siswa. Dengan sistem pembelajaran yang lebih terstruktur, diharapkan bisa meningkatkan kualitas dari lulusan.

Dikatakan juga, saat ini sebanyak 80% dari lulusan Dibimbing diterima oleh perusahaan sebagai tenaga kerja baru. Targetnya dengan penguatan yang dilakukan, bisa meningkatkan persentase tersebut menjadi 100%.

“Saat ini sudah ada 450 perusahaan yang telah bermitra dengan Dibimbing untuk menyerap lulusan kami menjadi pegawai mereka. Harapannya tahun 2023 mendatang bisa memiliki sekitar 300 ribu siswa baru. Saat ini ada sekitar 30 ribu siswa dari program pendidikan Dibimbing,” kata Zaky.

Program pendidikan yang ditawarkan oleh Dibimbing di antaranya adalah, data science, digital marketing, UI/UX, business intelligent, SEO, product management, web development, dan lainnya.

Masih fokus di B2C

Meskipun meluncur sebagai platform edtech, namun dengan pilihan program pendidikan yang ada, Dibimbing juga ingin menjadi platform penyalur tenaga kerja digital, yang saat ini makin banyak dibutuhkan oleh industri digital. Untuk itu mereka berkonsentrasi betul terhadap kualitas pengajaran.

Salah satu hal yang juga sangat diperhatikan adalah terkait perekrutan mentor. Mereka menghadirkan mentor pilihan yang diambil dari pelaku industri.

“Proses kurasi yang kita lakukan diawali dengan mengundang mereka menjadi mentor untuk kelas gratis. Nantinya, setelah melewati evaluasi, akan kami tawarkan kontrak selama satu tahun dan seterusnya,” kata CPO Dibimbing Alim Anggono.

Dari sisi demografi, tercatat sekitar 70% siswa Dibimbing berusia 23-29 tahun. Bukan hanya fresh graduate, banyak juga yang sudah bekerja dan kemudian memutuskan untuk berpindah haluan karier di bidang teknologi. Akhir-akhir ini Dibimbing juga juga melihat lonjakan siswa baru yang merupakan korban layoff dari startup hingga perusahaan teknologi di Indonesia.

“Dengan pilihan kelas yang ditawarkan, mulai dari video learning dan kelas bootcamp, kami mengenakan biaya Rp6 juta kepada siswa selama lima bulan dan kesempatan untuk disalurkan sebagai pegawai di perusahaan yang telah menjalin kerja sama dengan kami,” kata Zaky.

Meskipun belum menyasar segmen B2B secara khusus, namun melalui program bootcamp khusus, perusahaan yang ingin merekrut beberapa pegawai untuk mengisi beberapa jabatan bisa memanfaatkan program ini. Dibimbing juga menyediakan pilihan pengajaran kepada pegawai yang telah direkrut oleh perusahaan tersebut secara mandiri.

“Hingga saat ini strategi monetisasi Dibimbing adalah mengenakan biaya kepada siswa (B2C). Belum ada rencana bagi kami untuk lebih serius menyasar segmen B2B dalam waktu dekat,” kata Zaky

Bukan hanya ingin mencetak lulusan baru yang dicari oleh perusahaan lokal, Dibimbing juga memiliki rencana untuk menghasilkan lulusan terbaik untuk kemudian mereka salurkan kepada perusahaan di luar negeri. Hal ini kemudian menjadi tujuan mereka, setelah mendapat kabar bahwa ada beberapa siswa mereka yang telah diterima oleh perusahaan asing.

“Fakta tersebut menjadi peluang yang baik bagi kami untuk kemudian menjadi tujuan baru Dibimbing. Dilihat dari adanya kesamaan teori, yang membedakan hanyalah dari sisi use case saja,” kata Zaky.

Konsep bootcamp diterima cukup baik di pasar Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan traksi yang cukup mengesankan dari startup pengembang layanan bootcamp. Selain Dibimbing, juga ada beberapa penyedia bootcamp yang telah mendapatkan dukungan dari investor. Terbaru ada Binar Academy, Skilvul, MySkill, Hacktiv8, dan lain-lain. Sebagian dari mereka juga menyalurkan lulusannya ke mitra startup atau perusahaan yang membutuhkan

Flash Coffee Masuk ke Jajaran Centaur Setelah Tutup Pendanaan Seri B1

Flash Coffee baru-baru ini kembali membukukan pendanaan, kali ini untuk seri B1. Kendati enggan menyebutkan detailnya, ketika dihubungi DailySocial.id, perwakilan perusahaan membenarkan kabar tersebut. Bahkan dikatakan, penutupan putaran B2 juga tidak lama lagi akan menyusul dan berpotensi membawa startup coffee chain tersebut menjadi unicorn.

Dari data yang telah disetorkan ke regulator, sejumlah investor terlibat di putaran B1 Flash Coffee. Adapun dana yang dikumpulkan berkisar lebih dari $30 juta, melambungkan valuasi perusahaan di angka $175 juta dan mengokohkan mereka di jajaran cenatur.

Sebelumnya tahun 2021 lalu, Flash Coffee telah membukukan pendanaan seri A sebesar $15 juta. White Star Capital memimpin pendanaan ini, diikuti oleh sejumlah investor lain yaitu DX Venture, Global Founders Capital, dan Conny & Co.

Founder & CEO Flash Coffee David Brunier kala itu mengungkapkan, perusahaan akan melakukan ekspansi ke-10 negara di Asia Pasifik dengan menargetkan sebanyak 300 gerai baru atau tiga gerai baru setiap minggunya.

Brunier menilai bahwa pasar gerai kopi ritel di Indonesia sangat menarik dan punya ruang pertumbuhan besar. Selain tingginya jumlah populasi jiwa, segmen kelas menengah atas yang haus mencoba produk baru dan konsumsi kopi per kapita terus meningkat.

Flash Coffee berdiri sejak bulan Januari 2020, dan sekarang telah memiliki lebih gerai di Indonesia, Singapura, dan Thailand. Diklaim mayoritas gerai Flash Coffee telah meraih keuntungan, sekaligus memperlihatkan kesuksesan model bisnisnya

Menurut data di situsnya, saat ini ada sekitar 82 gerai yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Flash Coffee tetap mampu menarik minat para pecinta kopi walaupun dalam masa pandemi. .

Pertumbuhan gerai kopi berbasis teknologi

Dalam dua tahun terakhir platform gerai kopi yang didukung oleh teknologi telah mendapatkan pendanaan yang cukup masif. Mulai dari Fore Coffee, Janji Jiwa, Jago Coffee, hingga Kopi Kenangan.

Kendati bisnis F&B banyak mengalami tekanan saat pandemi, pendekatan berbasis teknologi (O2O) memungkinkan para startup coffee chain ini untuk tetap bertahan dan mengakselerasi bisnis. Salah satunya dengan konsep grab & go  — menggunakan aplikasi yang dikembangkan, pengguna bisa melakukan pemesanan dan pembayaran untuk kemudian diambil di outlet terdekat. Atau memanfaatkan layanan food delivery.

Menurut riset (MIX, 2020), 40% pelanggan kopi kalangan muda di Indonesia juga mulai beralih ke gerai grab & go. Permintaan ini didukung oleh pergeseran dari kopi instan, karena konsumen menginginkan minuman yang lebih berkualitas — serta memadukan dengan makanan ringan pelengkap. Produk yang dijajakan rata-rata ada di rentang harga menengah — di bawah kopi premium, namun di atas kopi instan.

Hadirnya aplikasi juga tidak semata-mata hanya dimanfaatkan untuk transaksi. Namun juga sebagai media meningkatkan retensi pengguna melalui serangkaian program promosi dan aktivitas berbasis loyalty. Lebih dari itu, trafik di aplikasi juga menjadi data yang bermanfaat untuk mempelajari kebiasaan dan tren pengguna untuk kemudian diterjemahkan menjadi inovasi produk dan layanan.

Application Information Will Show Up Here