Mass Effect: Andromeda Adalah Game Terbesar yang BioWare Buat

Saat membahas game role-playing power world, nama Bethesda akan selalu disebut. Kesuksesan pencipta The Elder Scrolls dan pemilik Fallout itu memicu developer lain untuk mengikuti jejak mereka, termasuk BioWare. BioWare mulai memasukkan elemen open world ke Dragon Age: inquisition, namun Mass Effect: Andromeda boleh dibilang sebagai lompatan terbesarnya.

Dalam trilogi Mass Effect sebelumnya, pemain diberikan kesempatan untuk mengunjungi porsi kecil dari galaksi Bima Sakti untuk mengerjakan tugas tertentu. Memang ada banyak planet di game kedua, tapi yang umumnya bisa Anda lakukan adalah memindai mereka untuk mendapatkan mineral atau artefak. Semua ini kabarnya akan berubah di permainan keempat franchise sci-fi punya Electronic Arts tersebut.

Berbicara pada Game Informer, produser Mike Gamble menyatakan bahwa Mass Effect: Andromeda menyajikan jagat permainan terluas dengan konten terbanyak dibanding para pendahulunya. Planet-planet yang dapat Anda kunjungi mempunyai ukuran berbeda, tak jarang mengharuskan Anda berkendara di atas Nomad (kendaraan sejenis buggy ala Mako di Mass Effect pertama). Di sana, Anda mungkin bisa menemukan koloni makhluk asing, reruntuhan tersembunyi, mineral langka, atau rahasia-rahasia lainnya.

Andromeda diklaim menyuguhkan struktur open world sejati; dan seperti The Elder Scrolls, beberapa planet merupakan lokasi penting penyampaian narasi, sedangkan planet lainnya bersifat opsional (tidak wajib dikunjungi). Sejumlah planet juga menyimpan bahaya, misalnya ada kolam sulfur atau aliran lahar. BioWare mencoba menyediakan aspek eksplorasi yang mendetail, namun tetap membebaskan pemain menikmati game sesuai keinginan mereka.

Berkat dunia permainan yang lebih besar, developer bisa leluasa membubuhkan beragam jenis konten, dari mulai pertempuran, puzzle, hingga menyempurnakan komponen penyajian cerita. Lalu tiap kali masuk ke sebuah wilayah, Anda dapat melacak lokasi drop zone untuk menyingkap area-area menarik di peta. Andai berhasil menemukannya, pemain akan membuka titik-titik fast-travel untuk mempersingkat perjalanan.

Mass Effect Andromeda 3

Hampir setiap planet memiliki lawan yang harus Anda hadapi, dihidangkan lewat base ataupun lokasi persembunyian musuh. Butuh persiapan matang dan waktu cukup lama buat mmenaklukkan area ini, tapi jika berhasil, item-item menarik menanti Anda. Ada indikasi kuat, pemain dipersilakan melakukannya semau mereka. Menyerang secara sembarangan beresiko mengaktifkan alarm dan membuat seluruh musuh jadi siaga, dan agar lebih seru, BioWare turut membubuhkan aksi-aksi pertempuran epik melawan berbagai macam boss.

Mass Effect: Andromeda rencananya akan dilepas di triwulan pertama tahun 2017 di PC, Xbox One dan PlayStation 4. Kabarnya, sang rapper Drake ditunjuk developer untuk jadi pengisi suara salah satu karakter game.

Tambahan: Eurogamer.

HTC Ajak PlayStation, Google dan Oculus VR Kembangkan Ekosistem VR Bersama-Sama

Adopsi perangkat dan konsumsi konten virtual reality memang menunjukkan peningkatan yang stabil, namun masih terlalu dini untuk meramalkan masa depannya. Saat membahas tema ini, tiga nama akan selalu muncul di benak kita: Oculus VR sebagai pionir headset VR konsumen, HTC dengan Vive, dan Sony selaku pencipta PlayStation VR yang diramu eksklusif buat PlayStation 4.

Masing-masing produsen saat ini menonjolkan keunggulan produk mereka; ada yang menjanjikan performa terbaik, controller intuitif, sampai harga terjangkau. Di mata konsumen, tentu saja mereka terlihat bersaing dengan gigih. Tapi kenyataannya tak harus seperti itu, HTC memiliki inisiatif untuk mengajak para raksasa teknologi buat memajukan ekosistem virtual reality secara kompak demi memastikan kesuksesannya.

Menurut perusahaan asal Taiwan itu, ada dua cara menyuburkan pengembangan VR: produsen harus mendukung developer serta menyederhanakan pesan mengenai premis virtual reality pada konsumen. Via Games Industry, presiden Viveport Rikard Steiber menyampaikan bahwa kita baru tiba di hari kelahiran VR, dan sudah sewajarnya semua pemain di industri saling bergandengan tangan dan bekerja sama.

“Alih-alih saling berkompetisi, alangkah baiknya jika kita berupaya untuk membantu developer dalam menciptakan konten istimewa serta mendukung proses monetisasinya,” kata Steiber. “Lalu kita juga harus mempermudah user mengaksesnya, karena aspek ini awalnya cukup membingungkan bagi orang awam.”

Menurut Steiber, virtual reality akan tersedia di hampir semua segmen produk elektronik, seperti yang kita saksikan sendiri: smartphone, console sampai PC. Dan sebentar lagi, VR juga tidak hanya memberi manfaat di ranah gaming dan hiburan saja. Itulah salah satu hal yang memotivasi HTC menggarap Viveport, yaitu platform distribusi digital khusus konten-konten virtual reality non-gaming.

Ada hal menarik dari Viveport: online store ini meluncur pertama kali di Tiongkok, boleh jadi karena layanan Steam tidak tersedia di sana. Kemudian HTC akhirnya memutuskan buat memperluas jangkauan layanannya secara global. Dan meskipun mengusung kata Vive di namanya, Viveport bukan hanya berisi aplikasi-aplikasi eksklusif perangkat VR HTC itu. Tim pengembang berharap agar Oculus VR, Google hingga Sony tak ragu untuk bergabung ke platform tersebut.

Tapi akan seperti apa konten VR non-gaming? Steiber membayangkan virtual reality dimanfaatkan di bidang kreatif dan edukasi, memperkenalkan potensinya ke konsumen jenis baru sehingga ekosistemnya semakin kaya. Intinya, para raksasa tekonologi bisa saling melengkapi, bukan sekedar bersaing.

Sumber: Games Industry.

iKeybo Ialah Keyboard Proyeksi Laser Serbaguna

Sejak penyajiannya diperkenalkan oleh mesin ketik lebih dari seabad silam, keyboard merupakan perangkat input pendukung aktivitas produktif terbaik. Teknologinya memang bertambah canggih, tapi penyampaiannya tidak banyak berubah. Beberapa hal kini jadi perhatian para produsen, salah satunya: bagaimana membuat keyboard lebih praktis tanpa mengorbankan performa.

Tim developer Serafim punya gagasan menarik. Mereka mengembangkan periferal bernama iKeybo, sebuah keyboard multi-bahasa dengan sistem proyeksi laser virtual, tak jauh berbeda dari teknologi yang diusung oleh mouse proyektor Odin Aurora. Uniknya, iKeyBo tidak hanya dapat digunakan buat mengetik. Keyboard laser tersebut bisa jadi piano digital, dan dapat tersambung ke berbagai jenis device seperti PC, Mac, smartphone sampai tablet.

iKeybo memiliki wujud kotak kecil dengan dimensi 5,3×7,9×4,24cm dan bobot 70 gram – ringkas dan ringan untuk dibawa-bawa. Tubuhnya terdiri dari proyektor laser, port USB, sensor inframerah dan stand buat menaruh smartphone Anda di atasnya. Saat dinyalakan, iKeybo bisa mengubah permukaan datar apapun jadi keyboard seluas 268x105mm. Tingkat kecerahannya dapat diatur agar tombol tetap terlihat jelas di background gelap.

iKeybo

Menariknya lagi, iKeybo didukung lebih dari satu bahasa. Anda bisa memilih layout bahasa Inggris, Spanyol, Arab serta China, dan menggantinya kapan saja. Selain itu, keyboard laser ini turut dibekali aplikasi musik build-in, memungkinkan Anda bermain atau mengaransemen lagu di manapun. Lalu saat baterai smartphone atau tablet mulai menipis, iKeybo juga dapat berperan jadi portable charger dadakan.

iKeybo 1

Device memanfaatkan teknologi ‘non-contact‘ dengan frame rate 90Hz, menghidangkan waktu respons kurang dari 11,11-milidetik, serta menyajikan total 78 tombol. Developer menyematkan baterai lithium-ion 2.000mAh di dalam, menyuguhkan waktu mengetik sampai 10 jam tanpa tersambung ke sumber listrik. iKeybo tak lupa menyimpan mode energy-saving, lalu transisi dari standby ke mode aktif berlangsung sangat singkat.

Serafim sengaja menggunakan layout tuts melingkar karena mereka percaya pendekatan ini membuat mengetik jadi lebih presisi. Keycap kotak di keyboard biasa dimaksudkan untuk menghemat ruang. Dampaknya adalah jarak antar tombol jadi berdekatan, menyebabkan seringnya salah ketik.

Oh satu lagi: tinggi dan tingkat kemiringan smartphone saat ditaruh di atas holder dirancang sedemikian rupa agar pas buat live stream atau merekam video.

iKeybo sudah bisa Anda pesan di situs crowdfunding  Kickstarter. Selama masih tersedia, versi early bird dapat dimiliki seharga hanya US$ 80, rencananya akan mulai didistribusikan di bulan Mei 2017.

Keyboard Mekanik Pertama Biostar, GK3, Ditawarkan di Harga yang Sangat Atraktif

Hampir tiga dekade Biostar menekuni bidang produksi motherboard dan kartu grafis, tapi memang belum lama perusahaan Taiwan ini mengalihkan perhatiannya pada gaming. Tak seperti mayoritas rival senegaranya, Biostar melangkah dengan hati-hati. Setelah menyingkap mouse gaming pertama di akhir September silam, kali ini Biostar memperkenalkan ‘pasangannya’.

Tim asal New Taipei City itu mengumumkan keyboard gaming mekanik pertama ciptaan mereka, dinamai GK3. Biostar mengklaim bahwa para desainernya sudah mengombinasikan berbagai elemen yang gamer butuhkan, termasuk dari aspek ketahanan serta performa. Namun saya juga melihat sebuah kesamaan antara keyboard GK3 dan mouse AM2: keduanya ditawarkan di harga yang sangat kompetitif.

Meskipun tergolong ekonomis, Biostar tidak mengesampingkan faktor penampilan – GK3 menyimpan sedikit kesan industrial keyboard gaming kreasi Corsair. Tubuh keyboard tersusun atas material aluminium, keycap-nya bisa dilepas, lalu Biostar menutup PCB-nya dengan lapisan anti-air dan anti-debu. Rancangannya dibuat miring agar air yang tak sengaja tumpah di atas keyboard dapat cepat mengalir ke bawah.

Biostar GK3 2

Biostar tak lupa membubuhkan backlight LED dengan tujuh mode pencahayaan dan mempersilakan Anda buat mengustomisasi atau memilih preset yang ada (tersedia mode Call of Duty hingga League of Legends) serta menggonta-ganti keycap-nya.

Untuk menekan harganya, Biostar tidak menggunakan switch Cherry MX, mereka mengandalkan blue switch dari Outemu. Produsen bilang, struktur mekanik di GK3 bisa meningkatkan produktivitas kerja serta sempurna buat para gamer, menghidangkan level respons yang tidak dapat diberikan oleh keyboard jenis membran. Kendalanya, penggunaan switch mekanik membuat harga periferal ini melambung tinggi.

Biostar GK3 3

Biostar GK3 menjanjikan tuts berdaya tahan tinggi – hingga 50 juta kali tekan dalam skenario pemakaian intensif. Keyboard turut ditunjang fitur anti-ghosting  n-key rollover, bisa membaca input di tuts berbeda secara bersamaan. Selain rangkaian tombol standar, GK3 juga mempunyai 12 hotkey buat mengakses fungsi multimedia di PC, namun tampaknya periferal ini tidak memiliki fitur macro dan Biostar juga belum membahas bagaimana proses konfigurasi LED dilakukan (kemungkinan lewat app companion).

Keyboard GK3 tersambung ke komputer melalui kabel USB sepanjang 1.800mm, tubuhnya berdimensi 459,5×204,25×36,8mm dengan bobot 1,14-kilogram. Perangkat ini kompatibel ke beragam versi Windows dari mulai XP hingga 10.

GK3 rencananya dijajakan seharga hanya US$ 45, jauh lebih murah dari keyboard mekanik kompetitor, tapi sayangnya Biostar belum menginformasikan kapan produk tersebut tersedia.

Dashbot Tambahkan Kecerdasan Buatan di Segala Jenis Mobil

Terlepas dari potensi kecanggihan mobil pintar, ada banyak faktor yang menghambat adopsinya: teknologinya tidak murah, mayoritas konsumen lebih percaya pada kendaraan biasa, belum lagi produsen harus memenuhi regulasi pemerintah. Menariknya, developer pencipta PocketChip punya solusi mudah dan murah buat menyulap mobil biasa menjadi kendaraan ‘cerdas’.

Next Thing Co. memperkenalkan Dashbot, sebuah aksesori mobil berisi kecerdasan buatan yang memungkinkan pengemudi melakukan berbagai hal: mengaktifkan musik, membuka peta, sampai mengirim pesan teks. Caranya? Cukup dengan menempelkan Dashbot di dashboard kendaraan, dan menyambungkan device ini ke smartphone via Bluetooth sebelum berkendara.

Dashbot menjanjikan kemudahan dalam penggunaan, dibekali dukungan pengelolaan playlist lagu, podcast, serta kompatibel ke berbagai layanan streaming musik (Spotify, Google Play Music, Apple Music, Soundcloud, NPR One, hingga ESPN Radio). Ia bisa merangkul semua app di satu wadah sehingga Anda tidak perlu mengaksesnya secara manual – semuanya dapat dilakukan lewat perintah suara.

Developer asal Oakland itu menyampaikan bahwa Dashbot didesain agar bisa dioperasikan sepenuhnya dengan voice. Dalam penyajian info, device akan memberikan informasi arah secara turn-by-turn, membacakan pesan secara lantang dan segera memberi tahu siapa yang sedang menelepon Anda. Jika punya pertanyaan, Anda hanya tinggal mengucapkannya saja, dan AI di Dashbot dapat beradaptasi dengan suara serta keadaan lingkungan di sekitar mobil.

Perangkat unik ini memanfaatkan rangkaian microphone beamforming dan kemampuan proses sinyal digital high-end sehingga sanggup mendengar ucapan Anda terlepas dari ramainya kondisi lalu lintas serta ketika musik sedang mengalun di volume tinggi. Untuk membuat pesan teks, Dashbot sudah dibekali engine speech-to-text terbaik, dan perangkat akan membacakan kembali pesan tersebut sebelum dikirim.

Di fitur navigasi, Dashbot juga dilengkapi sistem pencahayaan LED untuk memberikan petunjuk yang mudah dimengerti – misalnya menampilkan simbol anak panah ke kiri atau ke kanan. Dan untuk data lokasi, device menggunakan Google Maps.

Dashbot dapat dipasangkan ke segala jenis mobil, bekerja dengan dukungan app companion di smartphone (Android 5.0 atau iOS 10 atau yang lebih baru). Perangkat ditenagai kabel USB atau power port 12V (pemantik rokok di mobil), terkoneksi ke sistem audio kendaraan Anda via Bluetooth atau jack auxiliary.

Dashbot baru tersedia untuk konsumen di negara-negara tertentu saja, ditawarkan melalui Kickstarter. Harganya sangat murah, produk cuma dibanderol US$ 50.

Untuk Pertama Kalinya, Valve Gelar The Steam Awards

Selain kelengkapan fitur dan kemudahan penggunaan, program potongan harga yang dilangsungkan secara konsisten di platform distribusi Steam ialah salah satu alasan mengapa ia jadi favorit puluhan juta user. Namun ada sesuatu yang spesial di Steam Autumn Sale tahun ini. Bersamaan dengannya, Valve Corp memperkenalkan sebuah agenda menarik buat para pelanggan.

Developer sekaligus distributor raksasa berbasis Bellevue itu mengumumkan The Steam Awards. Untuk pertama kalinya, komunitas Steam dipersilakan memilih permainan-permainan kesayangan mereka buat mendapatkan penghargaan – penyajiannya mirip The Golden Joystick Awards. Bedanya, kategori-kategori di sana tidak menyekat permainan berdasarkan genre. Valve menggunakan istilah-istilah lucu dan membiarkan gamer sendiri yang menentukannya.

Ada delapan plus satu kategori penghargaan di The Steam Awards:

  1. The ‘Test of Time’ Award: Penghargaan ini khusus untuk permainan yang tidak lekang dimakan usia, tetap terasa baru meski Anda pernah memainkannya.
  2. The ‘I’m Not Crying, There’s Something In My Eye’ Award: Game di kategori ini sanggup menyentuh emosi pemain, mungkin berhasil membuat Anda menangis.
  3. The ‘Just 5 More Minutes’ Award: Award ini diberikan pada game adiktif yang menyebabkan para pemainnya lupa waktu dan terjaga di depan komputer hingga dini hari.
  4. The ‘Whoooaaaaaaa, dude!’ Award: Sudah pasti ada game yang membuat Anda kaget karena twist tak terduga di dalam ceritanya.
  5. The ‘Villain Most In Need Of A Hug’ Award: Valve tidak setuju jika hanya tokoh protagonis saja yang mendapatkan perhatian. Penghargaan ini dibuat khusus untuk menghargai jasa para karakter antagonis video game.
  6. The ‘Game Within A Game’ Award: “Seperti Kinder Eggs, Peanut Butter Cups dan donat jeli, semua hal baik diisi oleh sesuatu yang istimewa,” kata Valve. Seperti namanya, Anda dipersilakan menentukan permainan berisi mini game terbaik.
  7. The ‘I Thought This Game Was Cool Before It Won An Award’ Award: Permainan yang Anda sukai sebelum ia jadi populer.
  8. The ‘Best Use Of A Farm Animal’ Award: Merupakan salah satu kategori paling konyol, tapi Valve ingin tahu, game apa yang ‘memanfaatkan’ hewan ternak secara ‘tidak biasa’.
  9. The ‘We Didn’t Think Of Everything’ Award: Kategori ini belum mempunyai nama resmi, akan ditentukan oleh user sendiri.

Pengguna Steam dapat memilih sekali di masing-masing grup, tapi tidak bisa memilih judul yang sama di kategori berbeda. Dengan melakukan vote, Anda berhak memperoleh badge dan XP.

Voting bisa segera di lakukan di website  Steam, dan Anda bahkan diperkenankan mengubah pilihan. Proses pemilihan dibuka hingga tanggal 29 November nanti, lalu disusul acara pengumuman di bulan Desember 2016.

Kamera 20Mp di Depan Jadi Daya Tarik Utama Vivo V5 Untuk Menggaet Pecinta Selfie

Berdasarkan studi ilmiah, sebetulnya ada formula khusus untuk memperoleh hasil selfie optimal. Aspek pertama ialah Anda harus berpedoman pada ‘aturan sepertiga’. Maksudnya, wajah Anda sebaiknya hanya mengambil satu pertiga porsi foto, tak kurang ataupun lebih. Faktor kedua tentu saja ialah menyiapkan perangkat swafoto yang andal.

Vivo V5 11

Ada banyak sekali produk yang disiapkan untuk menunjang aktivitas ini, bahkan fiturnya diadopsi di beberapa kamera mirrorless. Tapi bagi mayoritas khalayak, medium utama buat ber-selfie adalah smartphone, dan produsen berlomba-lomba menyediakan perangkat teroptimal di harga bersaing – masing-masing ingin merebut gelar ‘rajanya smartphone selfie’. Oppo mungkin jadi brand pertama yang mengubah haluannya, namun kini mereka mendapatkan perlawanan keras dari rival senegaranya, yaitu Vivo dengan V5.

Vivo V5 12

Vivo V5 resmi meluncur di Indonesia melalui konferensi pers yang diadakan di Hotel Ritz-Carlton Jakarta. Acaranya dilakukan dengan cukup heboh, mengundang sang brand ambassador Agnes Monica dan para selebriti sosial media. Tapi bagi para antusias gadget, daya tarik utama dari V5 adalah kamera self-portrait bersensor 20-megapixel, fitur bernama Softlight, dan janji ‘hasil selfie sempurna’.

Vivo V5 15

Vice general manager Vivo Indonesia Kenny Chandra menyampaikan bahwa timnya berharap V5 dapat jadi standar baru di pasar smartphone, menargetkannya pada kalangan berusia muda. Tapi fokus pada kapabilitas fotografi tidak membuat Vivo melupakan kemahiran mereka di segmen penyajian musik. Sang produsen turut menyematkan chip Hi-Fi AK4376, menjanjikan rasio signal-to-noise (perbandingan sinyal suara dengan noise di background) hingga 115dB.

Vivo V5 4

Vivo V5 1

Vivo V5 adalah sebuah phablet berlayar IPS 5,5-inci beresolusi 1280x720p. Desainnya sudah memenuhi kriteria standar device di kelasnya: mengusung struktur unibody dengan dimensi 153,8×75,5×7,6mm dan memanfaatkan layar Corning Gorilla Glass 2.5D. Saat menjajalnya sejenak, saya sedikit terkejut pada bobotnya karena V5 ternyata lebih ringan dari dugaan saya.

Vivo V5 7

Vivo V5 2

Hal itu mungkin adalah efek dari pemakaian material plastik – bukan logam seperti di beberapa model smartphone mid-range – pada bagian punggung. Kata perwakilan Vivo, bahan ini bukanlah polikarbonat biasa, produsen telah mencampurnya dengan ‘partikel logam’ agar lebih kuat. Saya belum bisa membayangkan seperti apa dampak penambahan elemen ini pada ketahanan tubuhnya, tapi keunggulan plastik dibanding logam ialah body jadi tidak gampang penyok ketika terbentur.

Vivo V5 8

Vivo V5 6

Layout-nya cukup familier. Tray kartu SIM bisa Anda temukan di sisi kiri, ada dua tombol fisik di kanan, serta tiga tombol kapasitif di sisi muka. Tombol home juga berperan sebagai sensor sidik jari – diklaim memungkinkan user membuka smartphone dalam waktu 0,2 detik saja.

Vivo V5 17

Vivo V5 3

Beralih pada kemampuan self-portrait-nya, perusahaan asal Dongguan ini membekali kamera depan V5 dengan sensor 20Mp Sony IMX376 sebesar 1/2,8-inci, dipadu lensa 5p ber-aperture f/2.0. Kabarnya, sensor ini merupakan hasil dari kolaborasi antara Sony dan tim Vivo, sanggup mereproduksi gambar secara tajam serta natural di resolusi tinggi. Vivo juga tidak lupa membubuhkan mode Face Beauty versi 6.0 yang dapat membuat wajah tampil lebih bersih tanpa menghilangkan karakteristiknya.

Vivo V5 5

Vivo V5 9

Untuk kamera belakangnya sendiri, V5 menghidangkan sensor 13-megapixel yang dibantu phase detection autofocus dan flash LED. Ia mampu merekam video 1080p di 30 frame rate per detik.

Vivo V5 13

Fitur Softlight (atau Moonlight Selfie) mengacu pada kesanggupan flash LED di depan. Flash tersebut cukup bertenaga, tapi tidak menyebabkan foto jadi overexposure atau membuat wajah Anda tampak flat. Mungkin inilah yang Vivo maksud dengan selfie ala ‘cahaya bulan’.

Vivo V5 16

Di rentang harganya, Vivo V5 menyimpan spesifikasi yang cukup mumpuni. Produsen menanamkan system-on-chip MediaTek MT6750 berisi CPU quad-core ARM Cortex-A53 1,5GHz plus prosesor quad-core Cortex-A53 1GHz dan GPU Mali T860, turut didukung RAM sebesar 4GB, flash memory 32GB, dan menggunakan baterai 3.000mAh sebagai sumber tenaganya.

Vivo V5 menyajikan sistem operasi Funtouch 2.6 berbasis Android 6.0 Marshmallow. UI-dan susunan menunya cukup akrab buat pengguna device Android, namun salah satu aspek unggulan yang dibanggakan Vivo di sana adalah Smart Split 2.0. Fitur ini berfungsi untuk membagi layar jadi dua, contohnya: Anda tidak usah menghentikan streaming video saat ada pesan teks masuk karena konten dua app itu bisa ditampilkan secara bersebelahan.

Device ini sudah memenuhi peraturan TKDN pemerintah sehingga diperkenankan mengakses jaringan 4G. Di Indonesia, V5 dijajakan di harga yang cukup bersaing, yaitu Rp 3,5 juta, namun Vivo belum menginformasikan kapan produk betul-betul tersedia. Di waktu dekat, Vivo juga punya rencana buat menghadirkan varian V5 Plus ke tanah air.

EyeMynd Coba Sajikan Sistem Kendali Virtual Reality Berbekal Pikiran

Setelah perangkat virtual reality hadir buat publik, para produsen kini bertekad untuk menyempurnakan pengalaman penggunaannya. Mereka melakukannya lewat berbagai cara: menciptakan sistem kendali berbasis gerakan, menyediakan omni treadmill, hingga menyiapkan solusi audio 3D. Tapi inventor bernama Dan Cook mempunyai ide yang sangat tidak biasa.

Bersama tim EyeMynd, Dan Cook mencoba mengintegrasikan teknologi futuristis yang dahulu cuma muncul di film-film sci-fi ke ranah VR. Ketika virtual reality semakin mainstream, Cook percaya sudah saatnya membubuhkan kemampuan membaca pikiran di sana. Buat memenuhi visinya itu, EyeMynd menggarap sistem yang sanggup mengubah gelombang otak jadi input kendali, memungkinkan Anda berinteraksi dengan dunia virtual tanpa controller.

Sebagai langkah awal, EyeMynd berencana untuk meluncurkan headset berbekal 16 unit EEG atau electroencephalography, yaitu sensor pendeteksi aktivitas otak. Perangkat bernama Developer Brainwave VR tersebut sengaja diramu agar kompatibel dengan HTC Vive, dan demi melengkapinya, EyeMynd turut menyajikan sistem operasi Brainwave OS – tugasnya ialah menerjemahkan data EEG menjadi perintah yang dapat dibaca komputer.

Sesuai namanya, versi awal headset tersebut disediakan khusus bagi developer, dimaksudkan sebagai alat pengembangan aplikasi-aplikasi berbasis input gelombang otak. Buat sekarang, EyeMynd memang belum menyingkap info lebih spesifik baik tentang Developer Brainwave VR maupun Brainwave OS. Mereka hanya bilang, perangkat headset-nya merupakan produk ternyaman di kelasnya yang ada di pasar saat ini.

Headset Developer Brainwave VR akan dibundel bersama permainan berjudul Smile with Lucy, berfungsi jjadi tutorial sekaligus proses kalibrasi. Prosesnya membutuhkan waktu kira-kira satu jam, namun di versi retail-nya nanti, prosedur kalibrasi dijanjikan hanya memakan tiga menit saja. Di sana, pemain diminta mengikuti ekspresi wajah karakter game, lalu software akan memantau pola gelombang otak sang user.

Tim EyeMynd berharap penemuan uniknya ini bisa meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap aksesori-aksesori penunjang VR. Pengembang juga yakin, sistem seperti ini akan jadi hal lumrah kira-kira 10 tahun lagi. Cook mengestimasi, di masa itu, komputer dapat bekerja sangat cepat sehingga sanggup menginterpretasikan sinyal otak secara real-time, memungkinkannya membaca info pancaindra dan keadaan emosi Anda.

Kecanggihan EyeMynd merupakan hasil dari kerja keras Dan Cook dan timnya selama dua dekade. Pengerjaannya bermula dari proyek sang inventor bersama badan pemerintah buat menciptakan alat pendeteksi kebohongan yang lebih canggih.

Device dan software kreasi EyeMynd itu rencananya akan mulai tersedia untuk developer di musim semi tahun 2017, tapi sang produsen belum menyingkap detail soal harga.

Sumber: The Guardian.

AirSelfie Drone is a Dream Come True for Selfie Enthusiasts

The drone technology has opened new doors for up and coming visual enthusiasts. This new drone by AirSelfie, which is small enough to fit into your smartphone case, is one of them.

Judging from its visual representation, the AirSelfie is arguably the smallest drone in the world that has ever been invented. It allows users to take selfies without the assistance of a monopod. The drone can also be controlled wirelessly by synchronizing it with either iOS or Android devices through a compatible app. The images can later be transferred directly to the smartphone via Wi-Fi.

The drone comes can be set to three different modes, namely Selfie, Selfie Motion Control, and Flying—providing users with multiple controls that responds to each of the modes differently.

The AirSelfie is encased with an aluminium-based shell casing that is said to bear a subtle lightweight frame while providing adequate protection to the drone from outside interference. It has overall dimensions of 67.4 by 94.5 by 10.6 millimeters, and weighs 52 grams. It is also equipped with a quad-copter mechanism, which comes with four propellers that are installed within its interior body to reduce any forthcoming minor injuries on the user’s end.

The four “micro brushless” engines allow the drone to levitate up to 20 meters off the ground, and it is powered by a 7.4V-260mAh battery. It is also equipped with a 5-megapixel camera for photographic or video recording purposes, and comes with its own built-in 4 Gigabyte SD card. AirSelfie also released compatible smartphone cases for the iPhone 6, 7 and 7 Plus, as well as the Samsung Galaxy S7 Edge, Huawei P9, and Google Pixel.

For the time being, the developers are still campaigning the AirSelfie on Kickstarter, which is a crowd-funding website where people can pre-order the drone starting from 180 euros (US$190).


Disclosure: The original article is in Indonesian and syndicated in English by The Jakarta Post

Samsung Galaxy J Prime Dijanjikan Siap Jadi Partner Anda di Segala Aktivitas

Status Samsung sebagai produsen smartphone high-end terkemuka memang sulit dibantah, tapi tulang punggung dari penjualan smartphone mereka tetaplah pada produk-produk entry-level hingga kelas menengah, dan Galaxy seri J ialah salah satu andalannya. Di Indonesia, keluarga Galaxy J diperkenalkan kira-kira setahun silam – bentuk dari upaya Samsung menyediakan produk 4G di harga terjangkau.

Samsung Galaxy J Prime 10

Menjelang berakhirnya 2016, Samsung meresmikan ketersediaan Galaxy J generasi baru – mereka menamainya Galaxy J Prime. Produk kali ini telah memenuhi ‘kriteria’ handset modern di rentang harganya: tubuh berstruktur unibody dan hadirnya sensor pemindai sidik jari demi menyederhanakan proses log-in. Tentu saja Samsung tak lupa membubuhkan berbagai upgrade, baik menambahkan jumlah memori sampai memoles kinerja kamera.

Samsung Galaxy J Prime 9

Samsung Galaxy J Prime 19

Di tanah air, Galaxy J Prime terdiri atas tiga model, yakni Galaxy J7 Prime, J5 Prime dan J2 Prime. J5 dan J2 Prime merupakan handset 5-inci (beresolusi HD dan 540x960p), sedangkan J7 Prime mengusung layar 5,5-inci full-HD. Angka pada nama mewakilkan tingkat spesifikasi, semakin besar maka semakin canggih. Di presentasi, Samsung menjelaskan bahwa Galaxy J Prime dibuat demi mendukung konsumen meraih ‘prime time’ mereka, partner tepat dalam beragam beraktivitas.

Samsung Galaxy J Prime 1

Samsung Galaxy J Prime 11

Ketiga handset mempunyai arahan desain yang sama, tapi di konferensi pers ini, Samsung baru memamerkan tipe J7 dan J5 Prime. Kedua perangkat mengusung punggung logam bertekstur matte halus. Di antara kedua model, J7 Prime-lah yang paling ramping, ketebalannya cuma 8mm (J5 Prime berketebalan 8,1mm). Masing-masing mempunyai rasio panjang serta lebar 151,5×74,9mm dan 142,8×69,6mm. Selanjutnya, Samsung menyematkan layar Gorilla Glass 2.5D.

Samsung Galaxy J Prime 8

Galaxy J Prime memiliki layout tombol khas Samsung. Anda bisa menemukan tombol back sekaligus sensor touchscreeen di tengah, diapit oleh tombol menu dan back kapasitif. Anda dapat menemukan tray kartu SIM serta tombol fisik di sisi kiri dan kanan. Lalu modul kamera di bagian belakang dibuat supaya tidak menonjol – memastikan smartphone dapat berbaring di posisi horisontal tanpa ada yang mengganjal. Sang produsen asal Korea Selatan itu juga bilang, handset didesain sedemikian rupa agar nyaman ketika Anda harus mengoperasikannya dengan satu tangan.

Samsung Galaxy J Prime 13

Samsung Galaxy J Prime 3

Kehadiran fitur S Power Plan dan S Secure juga menunjukkan bahwa Samsung tidak melupakan sisi produktifnya. S Power Plan adalah sistem pengelolaan baterai pintar, mampu memprioritaskan penggunaan baterai ke fungsi-fungsi penting saja, mematikan app dan proses di background (ada tiga level berbeda). Lalu seperti namanya, S Secure bertugas mengamankan device Anda, misalnya menyembunyikan aplikasi tertentu, melindungi konten-konten pribadi sampai memproteksi Anda ketika sedang tersambung ke Wi-Fi publik.

Samsung Galaxy J Prime 18

Samsung Galaxy J Prime 12

Samsung Galaxy J Prime 15

Melihat dari spesifikasi di atas kertas, tampaknya J7 dan J5 Prime dibekali kemampuan fotografi serupa. Kamera utama di kedua handset memanfaatkan sensor 13-megapixel dibantu flash LED, dengan lensa 28mm ber-aperture f/1.9, mampu merekam video full-HD di 30fps. Lensa f/1.9 dijanjikan mampu menangkap cahaya lebih banyak dan menghasilkan foto yang terang di kondisi temaram.

Samsung Galaxy J Prime 4

Samsung Galaxy J Prime 2

Untuk kebutuhan selfie, J7 Prime menyimpan sensor 8Mp di depan dan ada kamera 5Mp di sisi muka J5 Prime. Seperti pada smartphone spesialis swafoto besutan kompetitor, Galaxy J Prime turut dilengkapi kemampuan flash via layar, Samsung menyebutnya Selfie Flash. Fitur ini sudah dibundel bersama J5 Prime, dan akan hadir di J7 Prime via update software di akhir November.

Samsung Galaxy J Prime 5

Samsung Galaxy J Prime 7

Khususnya di Galaxy J2 Prime, sang produsen menyematkan sensor 8Mp di kamera utama dan 5Mp di kamera depan. Menariknya, ada satu LED flash menemani tiap kamera, lalu smartphone bisa merekam video HD di 30fps.

Samsung Galaxy J Prime 6

Samsung Galaxy J Prime 14

Spesifikasi masing-masing smartphone dapat Anda simak di bawah:

Galaxy J7 Prime

  • System-on-chip Exynos 7870 berisi prosesor Cortex A-53 octa-core 1,6GHz dan GPU Mali T830
  • Memori RAM 3GB
  • Penyimpanan internal 32GB (bisa diperluas sampai 128GB)
  • Baterai 3.300mAh

Galaxy J5 Prime

  • System-on-chip Exynos 7570 (prosesor quad-core 1,4GHz)
  • Memori RAM 2GB
  • Penyimpanan internal 16GB (bisa diekspansi hingga 128GB)
  • Baterai 2.400mAh

Gaalaxy J2 Prime

  • System-on-chip MediaTek MT6737T dengan prosesor quad-core ARM Cortex-A53 1,4GHz dan GPU Mali T720 MP2
  • Memori RAM 1,5GB
  • Penyimpanan internal 8GB
  • Baterai 2.600mAh

Samsung menyampaikan bahwa keluarga Galaxy J Prime sudah mulai dipasarkan di Indonesia. Harga masing-masing tipe ialah Rp 3,8 juta (J7 Prime), Rp 2,8 juta (J5 Prime) dan Rp 1,7 juta (J2 Prime).