Steam Winter Sale 2019 Telah Dimulai, Ayo Kita Temukan Penawaran Game Terbaik

Steam sale selalu menjadi momen yang sangat dinanti oleh gamer PC. Program potongan harga game ini biasanya dilangsungkan cukup lama di tiap musim, dan belakangan, Valve mulai terbuka soal kapan mereka akan melaksanakannya. Winter Sale 2019 sendiri dijadwalkan untuk digelar pada tanggal 19 Desember (atau 20 Desember waktu Indonesia) dan semuanya berjalan sesuai jadwal.

Steam Winter Sale 2019 akan berlangsung selama kurang lebih dua minggu, berakhir di tanggal 2 Januari 2020 (3 Januari waktu Indonesia). Itu berarti ada banyak waktu untuk berbelanja game di harga lebih murah. Berdasarkan pengamatan singkat saya, Winter Sale 2019 menghidangkan diskon dari mulai 17 hingga 90 persen, diterapkan pada judul-judul baru, lama serta bundel franchise. Semuanya disuguhkan langsung di laman utama Steam.

Seperti sebelumnya, Steam sale kali ini juga mengangkat tema unik, bertajuk Steamville Holiday Market. Di sana, Valve menawarkan ‘Festivity Token’ yang bisa diperoleh dengan berbelanja permainan atau menyelesaikan Quest. Dari info tertulis, pembelian senilai Rp 1.000 akan memberikan Anda delapan buah token. Festivity Token nantinya dapat Anda tukarkan dengan beragam Chat Sticker, efek Chat Room unik, emoticon, profile background baru hingga badge bertema musim dingin.

Baiklah, ayo segera kita telusuri penawaran terbaik di Steam Winter Sale 2019.

Saat artikel ini ditulis, bagian atas Winter Sale 2019 meng-highlight tiga permainan: Fallout 4 (Rp 120 ribu), Destiny 2, dan Dark Souls III (Rp 147 ribu). Di bawahnya, Valve mengingatkan kita untuk ikut serta dalam voting The Steam Awards 2019, kemudian lanjut menampilkan permainan-permainan berdiskon. Melihat kebiasaan Valve, kemungkinan besar mereka akan mengubah susunan atau daftar game dengan judul baru setiap hari

Steam Winter Sale 2019 1

Selain permainan secara individual, potongan harga turut diterapkan pada franchise game. Jumlahnya cukup banyak, meliputi Star Wars, Call of Duty, Civilization, Resident Evil, Batman, Tom Clancy, Lego, Total War, Fallout, The Witcher, Tomb Raider, Assasssin’s Creed dan lain-lain.

Steam Winter Sale 2019 5

Turun lebih jauh ke bawah dan Anda akan menemukan daftar game terlaris – mayoritas ialah permainan kelas blockbuster. Ini dia beberapa judul yang mungkin menarik perhatian Anda:

  • Red Dead Redemption II – Rp 512 ribu
  • Sekiro: Shadows Die Twice – Rp 474 ribu
  • Monster Hunter: World – Rp 200 ribu
  • Star Wars Jedi: Fallen Order – Rp 705 ribu
  • Halo: The Master Chief Collection – Rp 170 ribu (harga normal)
  • Grand Theft Auto V – Rp 145 ribu
  • Planet Zoo – Rp 397 ribu
  • Total War: Warhammer II – Rp 184 ribu

Steam Winter Sale 2019 2

Selain itu, Valve juga tak lupa membagi game-game di Winter Sale 2019 ke dalam grup berbeda, misalnya permainan dengan diskon sampai 75 persen, atau judul-judul seharga di bawah Rp 90 ribu. Selanjutnya di area bawah page Steam, Valve mengkategorikan permainan berdasarkan genre seperti tactical, simulasi militer, petualangan, VR, misteri, JRPG, balapan serta city building.

Steam Winter Sale 2019 4

Alternatifnya, temukan permainan yang Anda inginkan langsung via fitur search. Selamat berlanja, tapi ingat jangan habiskan seluruh tabungan (atau bonus tahunan) Anda hanya untuk video game.

Frostivus, Pesta Rakyat Dota 2, dan Arcana Ogre Magi Telah Tiba

Acara tahunan di Dota 2 yang diadakan setiap natal, Frostivus, akhirnya digelar. Tepatnya pada tanggal 18 Desember 2019 sampai 1 Januari 2020. Kenapa event Frostivus ini ditunggu-tunggu? Karena penggemar Dota 2 bisa meraup hadiah yang banyak.

Pemain bisa mendapatkan poin dan level Frostivus dengan bermain, sama seperti battle pass. Dibutuhkan 1000 poin untuk menaikan setiap level Frostivus. Anda bisa mendapatkan 200 poin Frostivus apabila memenangkan pertandingan Casual dan Ranked. Sedangkan di pertandingan turbo hanya dihadiahkan 100 poin di setiap kemenangan. Ada juga bonus poin di setiap kemenangan pertama Anda di satu hari. Apabila Anda pelanggan layanan Dota Plus, Anda akan mendapatkan hadiah yang lebih juga.

Sumber : Game Dota 2
Sumber : Game Dota 2

Hadiah utama dari Frostivus ini adalah kurir Gingerbread Baby Roshan. Yang bisa Anda dapatkan dari Frostivus Reward Wheel di setiap 6 level Frostivus. Buat yang kelas sultan, Anda bisa mendapatkan Gingerbread Baby Roshan di Steam Market dengan hanya merogoh kocek sebesar Rp20 juta.

Ada hadiah lain yang bisa Anda dapatkan dari event Frostivus kali ini. Bahkan hadiah ini tidak terhitung harganya, yaitu pertemanan baru. Dengan fitur pemberian hadiah “Nice Play”, Anda bisa memberikan penghargaan terhadap rekan tim atau lawan di dalam game. Satu “Nice Play” tip memberikan 25 Nice Points. Apabila Anda mengumpulkan  300 Nice Points, Anda bisa mendapatkan hadiah dari Penguin Frostivus. Dengan adanya hal ini, semakin positif juga lingkungan Dota 2 yang ada karena orang lain akan merasa dihargai apabila menerima “Nice Play” tip ini.

Ogre Magi Arcana, Flockheart’s Gamble

Update Arcana kali ini terbilang cukup cepat. Pasalnya, di tahun-tahun kemarin, update Arcana yang terpilih dari voting pengguna Battle Pass memakan waktu yang sangat panjang hingga membuat para komunitas Dota 2 geram. Update Arcana kali ini hanya membutuhkan waktu 4 bulan setelah voting ditutup saat The International 2019. Kala itu, Ogre Magi yang keluar sebagai pemenang mengalahkan Windranger di babak final voting Arcana tersebut.

Sumber: Blog Dota 2
Sumber: Blog Dota 2

Voting ini sempat membelah komunitas Dota 2 menjadi dua. Banyak yang membuat gerakan untuk memenangkan hero favorit mereka untuk mendapatkan kosmetik Arcana. Bahkan Jake “SirActionSlacks” Kanner sempat mengingatkan para penonton The International 2019 untuk menaruh pilihan di Ogre Magi sehingga membuat para pendukung Windranger marah. Kenapa akhirnya Ogre Magi dapat memenangkan voting Arcana tersebut? Menurut saya, Ogre Magi adalah hero yang lucu dan tidak terkesan keren. Sehingga banyak sekali penggemar Dota 2 ingin melihat Valve merancang Arcana untuk Ogre Magi hanya untuk meme belaka.

Puma Rilis Sepatu Gaming Seharga Rp1,5 Juta Tanpa RGB

Pabrikan sepatu asal Jerman, Puma, meluncurkan sepatu khusus gamingSepatu ini dijual seharga AU$160 atau sekitar Rp1,5 juta. Memang sudah banyak merek-merek olahraga yang ingin terjun ke industri Esports. Adidas telah menandatangani kontrak dengan streamer Richard “Ninja” Tyler Blevins. Nike telah meluncurkan jersey gaming. Sejarahnya, esports memang sering dikaitkan dengan olahraga. Sedangkan tujuan dari apparel di olahraga adalah membuat sang atlet merasa nyaman saat bertanding sehingga dapat menghasilkan performa terbaiknya.

Setiap olahraga memiliki desain sepatu yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan yang atletnya masing-masing. Pada desain sepatu basket, ada yang disebut ankle support. Guna mencegah pergelangan kaki terkilir ketika bermanuver di lapangan. Sepatu khusus olahraga lari memiliki desain rajutan atau knit. Desain tersebut berguna untuk meringankan beban yang dirasakan oleh penggunanya ketika berlari.

Sumber: Website Puma Australia
Sumber: Website Puma Australia

Di halaman websitenya, Puma menjabarkan fitur yang dimiliki sepatu khusus gaming tersebut.

FEATURES & BENEFITS

  • Medial wrap-up grip in SEEK mode
  • Lateral wrap-up support in ATTACK mode
  • Heel wrap-up stability in CRUISE and DEFENSE mode

Puma mendesain sepatu ini untuk berbagai macam mode bermain. Selain fitur, Puma juga menceritakan tujuan dibuatnya sepatu ini. “Diciptakan untuk console gamer. Dirancang untuk keperluan indoor dan di dalam arena, memberikan kenyamanan dan daya cengkram guna para gamers bisa beradaptasi di kondisi active gaming modes yang berbeda.”

Sumber: Website Puma Australia
Sumber: Website Puma Australia

Desainnya lebih seperti kaus kaki ketimbang sepatu, yang sepertinya tidak akan bertahan di luar ruangan. Memang terlihat nyaman dengan desain knit yang akan memberikan kesan fit di kaki. Sepatu ini juga punya outsole yang memberikan grip dengan lantai akan menjaga kaki kita tidak tergelincir saat bermain. Sayangnya, meski diberi embel-embel gaming, sepatu ini tidak dilengkapi dengan semarak lampu RGB ataupun sistem water-cooling.

Belum ada yang terpikir sebelumnya untuk membuat sepatu khusus gaming. Mungkin saja gerakan Puma kali ini akan membuat merek olahraga lain untuk meluncurkan sepatu khusus gaming juga.

Sebelumnya, Puma juga berkolaborasi dengan Playseat merancang kursi gaming yang dibanderol dengan harga US$254 atau setara dengan Rp3,5 juta.

MSI Rilis Alpha 15, Targetkan Gamer dengan Budget Terbatas

Gaet AMD, MSI meluncurkan laptop gaming baru, Alpha 15. Laptop tersebut memiliki layar beresolusi 1080p dan telah menggunakan Ryzen 7 3750H sebagai prosesor. Pihak MSI mengatakan, Alpha 15 memiliki bezel yang cukup tipis, sehingga walau laptop ini memiliki layar 15,6 inci, bodinya memiliki ukuran layaknya laptop 14 inci.

Alpha 15 tersedia dalam dua varian yang didasarkan pada kartu grafis yang digunakan. Varian pertama menggunakan AMD Radeon 5500M dan layar dengan refresh rate 144Hz. Varian ini dihargai Rp15,5 juta. Sementara varian kedua menggunakan kartu grafis Radeon 5300M dengan layar dengan refresh rate 120Hz. Versi ini dihargai Rp14 juta. Keduanya memiliki RAM DDR4 8GB dengan memori SSD 512GB NVMePCIe dan sudah dilengkapi dengan teknologi AMD FreeSync.

Alpha 15. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.
Alpha 15. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

Selama ini, MSI memang dikenal sebagai perusahaan pembuat laptop gaming dengan logo naga. Namun, Alpha 15 memiliki logo baru yang disebut “thunder bird”. Digga Febriawan Putra, MSI Product Specialist mengatakan bahwa ke depan, logo thunder bird akan digunakan untuk semua laptop mereka yang menggunakan VGA buatan AMD.

Donnie Brahmandika, Product and Retail Enablement Manager, AMD Indonesia menyebutkan, Alpha 15 merupakan laptop gaming pertama yang menggunakan prosesor 7nm. Dia juga membanggakan, performa Radeon 5500M tak kalah dengan NVIDIA GTX 1650. Dia mengklaim, Alpha 15 dapat mencapai 60 fps ketika digunakan untuk memainkan game-game AAA seperti Borderlands 3, Assassin’s Creed: Odyssey, dan Far Cry 5. Sementara untuk game-game esports seperti Counter-Strike: Global Offensive, Overwatch, dan Dota 2, Alpha 15 dapat memberikan pengalaman bermain hingga 90 fps.

Alpha 15. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.
Alpha 15. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

Digga menjelaskan, Alpha 15 ditujukan untuk para gamer yang memiliki dana terbatas. “Sekarang, pasar laptop gaming sedang booming,” katanya ketika ditemui di Century Park Hotel, Selasa, 10 Desember 2019. “AMD menjawab kebutuhan akan laptop dengan spesifikasi tinggi dan harga murah.” Dia mengatakan, peluncuran Alpha 15 merupakan usaha mereka untuk melengkapi portofolio perusahaan. Dengan begitu, mereka dapat menyediakan laptop gaming di berbagai rentang harga. Ketika ditanya apakah tidak ada kekhawatiran bahwa produk MSI akan saling menganibal satu sama lain, Digga menjawab, “Tidak. Masing-masing AMD dan Intel memiliki pasar sendiri.”

Tahun ini, MSI bekerja sama dengan ESL untuk mengadakan Master Gaming Arena (MGA). Melalui turnamen CS:GO ini, empat tim akan terpilih untuk bertanding di babak final yang diadakan di ESL One New York. Pemenang akan mendapatkan hadiah US$60 ribu. Sayangnya, Indonesia tidak masuk dalam MGA. “Sampai saat ini, kita belum mendapatkan informasi tentang esports,” ujar Digga, menjawab pertanyaan tentang rencana MSI terkait esports di masa depan. “Untuk turnamen esports, kemungkinan ada di 2020.”

Minecraft di PS4 Akhirnya Dapatkan Fitur Cross-Platform Play

Para pemain Minecraft di PS4 akhirnya bisa merasakan nikmatnya bermain multiplayer lintas platform. Microsoft, pemegang hak cipta untuk Minecraft, mengumumkannya hari ini (10 Desember 2019). Fitur ini mengakhiri penolakan Sony terhadap fitur cross-platform multiplayer untuk Minecraft.

Minecraft di PS4 akhirnya akan mendapatkan update universal Bedrock, yang sebelumnya diimplementasikan di Switch bulan Juni 2018. Update ini memungkinkan para pemainnya bermain lintas platform dengan Xbox One, Nintendo Switch, Windows 10, iOS, Android, dan Gear VR.

Meski Minecraft sudah diakuisisi Microsoft (September 2014), perusahaan teknologi raksasa ini memberikan kejutan dengan mengijinkan cross-platform dengan rivalnya di industri console — Nintendo Switch. Kala itu, kemesraan antara Nintendo dan Xbox pun ditunjukkan via akun Twitter-nya masing-masing.

Fitur cross-platform ini memang sebenarnya hal yang baru di industri gaming. Fitur ini pertama kali diterapkan di akhir 2018, ketika Epic Games dan Fortnite-nya berhasil meyakinkan sejumlah produsen console. Sepanjang tahun 2019, judul-judul game yang mendukung fitur ini pun bertambah banyak dengan Destiny 2 dan Call of Duty: Modern Warfare.

Sony sendiri memang sedikit tertinggal dalam hal cross-platform play di game seperti Fortnite ataupun Minecraft. Selain kedua game tadi, ada satu game lagi yang mendukung penuh fitur cross-platform di PS4, yaitu Rocket League.

Dengan fitur cross-platform untuk Minecraft di PS4 ini, jarak antara 3 brand console (Microsoft, Nintendo, dan Sony) kian dekat. Sony bahkan bekerja sama dengan Microsoft dalam mengembangkan teknologi game streaming dan AI solutions untuk menggarap cloud gaming.

Meski demikian, mungkin terlalu cepat juga jika berharap akan ada game-game eksklusif yang dirilis lintas platform. Pasalnya, Minecraft dan Fortnite adalah 2 game terlaris saat ini yang mampu memaksa sejumlah raksasa teknologi untuk bekerja sama. Menurut data terakhir, Mei 2019, Minecraft berhasil terjual sebanyak 176 juta copy di seluruh dunia.

Kelsey Howard mengatakan dalam rilis resminya, “sebagai tambahan, pemain PS4 dapat mengakses semua pembelian, progres lintas platform, dan in-game store — untuk membeli worlds, skins, mini-games, ataupun mash up packs.”

10 Konten Gaming di YouTube yang Paling Populer di 2019

YouTube Rewind 2019 sudah datang. Anda bisa nyinyir soal ini atau mengambil pelajaran tentang data konten gaming di YouTube yang paling populer.

Data-data ini dirilis di microsite dari YouTube Rewind dan menggunakan data sampai dengan 30 Oktober 2019 (berarti angkanya harusnya lebih besar lagi saat artikel ini ditulis). Tanpa basa-basi lagi, inilah 10 konten gaming terlaris di YouTube.

1. Minecraft

Sumber: Mojang
Sumber: Mojang

Dengan total 100,2 miliar views, Minecraft merajai konten gaming di YouTube. Menariknya, Minecraft kembali naik daun setelah content creator gaming paling populer di YouTube, PewDiePie, kembali mengunggah konten Minecraft di akhir bulan Juni. Sebulan setelah PewDiePie mengunggah video berjudul ‘Minecraft Part 1‘, unggahan video terkait Minecraft mencapai titik tertinggi.

Jumlah pemain Minecraft sendiri juga masih sangat masif yang mencapai 480 juta orang. Minecraft juga jadi salah satu game dengan penjualan terlaris sepanjang masa.

2. Fortnite

Sumber: Epic Games
Sumber: Epic Games

Berada di peringkat dua, ada Fortnite yang telah ditonton selama 60,9 miliar kali. Meski Fortnite bisa dibilang sebagai game paling populer di dunia, ia bukanlah yang paling laris ditonton di Youtube.

Sampai bulan Maret 2019, Fortnite memiliki 250 juta pemain di seluruh dunia. Meski memang game ini ‘hanya’ memiliki 78,3 juta pemain aktif setiap bulannya (MAU).

3. GTA V

Sumber: Best HQ Wallpapers
Sumber: Best HQ Wallpapers

Selanjutnya ada Grand Theft Auto V besutan Rockstar Games yang telah ditonton sebanyak 36,9 miliar kali di tahun 2019 ini. Menariknya, GTA V adalah satu-satunya game di daftar ini yang kuat dari aspek singleplayer dan kedalaman cerita.

Meski demikian, GTA V memang sungguh istimewa. GTA V merupakan produk media terlaris sepanjang sejarah (highest gross) — yang berarti dibandingkan produk musik dan film sekalipun. GTA V mencatatkan angka penjualan sebesar US$6 miliarBandingkan dengan Avengers: Endgame yang hanya mencetak uang sebesar US$2,7 miliar.

4. Garena Free Fire

Image Credit: Garena
Image Credit: Garena

Konten Free Fire di YouTube berhasil ditonton setidaknya 29,9 miliar kali sepanjang 2019. Free Fire mungkin adalah satu-satunya game yang masuk peringkat 5 besar yang tidak laris di pasar barat, yang memang lebih suka dengan platform PC ataupun console.

Namun demikian, popularitas Free Fire di Brasil dan Asia Tenggara ternyata mampu mengalahkan 6 game lainnya di daftar ini. Game ini juga ternyata memiliki 450 juta gamer di seluruh dunia dengan 50 juta pemain aktif setiap harinya (DAU), menurut data bulan Mei 2019.

5. Roblox

Jujur saja, mungkin inilah satu-satunya game di daftar ini yang paling tidak familiar di kepala saya. Namun, jika sekilas melihat gameplay-nya, Roblox menawarkan konsep yang mirip dengan Minecraft yang memberikan ruang bermain bebas (sandbox) yang memang cocok bagi komunitasnya memamerkan kreasi mereka sendiri lewat YouTube. Konten Roblox di YouTube berhasil ditonton sebanyak 29,6 miliar kali sepanjang tahun 2019.

Menurut data yang dirilis di bulan April 2019, Roblox memiliki 90 juta pemain aktif setiap bulannya (MAU) di seluruh dunia.

6. PUBG Mobile

Sumber: PUBG Mobile
Sumber: PUBG Mobile

Sayangnya, untuk peringkat 6 dan seterusnya, tidak ada angka yang disuguhkan untuk setiap game. Meski demikian, saya kira tetap menarik dan berguna jika kita melanjutkan daftar ini.

PUBG Mobile memang langsung mencuri perhatian saat ia dirilis pertama kali. PUBG (versi PC-nya) sendiri memang sedang hangat-hangatnya saat versi mobile-nya dirilis. Sayangnya, game ini sepertinya kehilangan momentum dan kalah popularitasnya ketimbang Free Fire – setidaknya dari pengamatan saya di scene esports Indonesia. Mungkin karena memang Free Fire memiliki requirements yang lebih ringan dari sisi perangkat yang digunakan.

Meski begitu, pada bulan Juni 2019, game ini telah mencatatkan total pengguna sebanyak 400 juta dengan 50 juta pemain aktif setiap hari (DAU) di seluruh penjuru dunia.

7. Playerunknown’s Battlegrounds (PUBG)

Sumber: PUBG
Sumber: PUBG

Jika PUBG Mobile kalah dengan Free Fire di platform mobile, PUBG juga sepertinya kalah popularitasnya di platform yang lebih dewasa dibanding Fortnite.

Hal ini juga terlihat dari penurunan pemain aktifnya (concurrent players) di platform PC (Steam) dari titik tertingginya di Januari 2018. Kala itu PUBG mampu menarik 3,2 juta pemain aktif di saat yang sama. Namun menurut data terakhir dari Statista, di bulan November 2019 kemarin, concurrent players-nya menurun hingga di angka 695 ribu.

8. League of Legends

Sumber: League of Legends
Sumber: League of Legends

Meski League of Legends (LoL) jadi game paling populer di Twitch (saat artikel ini ditulis), nampaknya game ini tak begitu populer di YouTube. Namun demikian, tetap saja LoL adalah salah satu game paling laris di dunia sampai hari ini. Menurut data yang diungkap oleh Riot Games selaku publisher-nya di bulan September 2019, ada 8 juta concurrent players setiap harinya.

9. Brawl Stars

Sumber: Red Bull
Sumber: Red Bull

Di peringkat 9, kita kembali ke platform mobile. Brawl Stars adalah game besutan Supercell yang sebelumnya lebih dikenal dari Clash of Clans dan Clash Royale. Nampaknya, setidaknya di YouTube, Brawl Stars sudah mengalahkan popularitas 2 saudara tuanya itu tadi.

Menariknya, meski diperuntukkan untuk platform mobile, game ini tak terlalu populer di Indonesia. Menurut data bulan Juli 2018, 5 negara dengan pemain Brawl Stars terbanyak adalah Singapura, Finlandia, Macau, Hong Kong, dan Malaysia.

10. Mobile Legends: Bang Bang

Sama seperti Free Fire ataupun PUBG Mobile, saya mungkin tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang game ini. Setidaknya, di Indonesia, MLBB adalah salah satu game esports terlaris sampai artikel ini ditulis.

Di Indonesia saja, menurut data dari Moonton selaku publisher-nya, MLBB memiliki 31 juta pengguna aktif setiap bulannya (MAU). Lalu kenapa game ini ‘hanya’ bertengger di peringkat 10 di YouTube? Bisa jadi karena turnamen-turnamen resmi dari Moonton seperti MPL (Mobile Legends: Bang Bang Professional League) di 4 kawasan (Indonesia, Malaysia-Singapura, Filipina, dan Myanmar) dan MSC (Mobile Legends: Bang Bang Southeast Asia Cup) 2019 hanya tayang eksklusif di Facebook. Hanya M1 World Championship 2019 yang tayang eksklusif di YouTube.

Terakhir, sebagai penutup, uniknya 10 game yang paling populer di YouTube tadi tidak ada yang dirilis di tahun 2019 ini. Daftarnya dipenuhi dengan game-game yang punya komunitas besar tapi rajin mendapatkan update.

Pasar Gaming AMD Kian Kuat di Eropa dan Pengguna Steam

Pasca rilisnya microarchitecture Zen di 2017, AMD semakin ganas menunjukkan taringnya melawan dominasi Intel di pasaran. Sebelumnya, di akhir Q3 2019, AMD berhasil memperoleh market share sebesar 30%. Angka tadi mengagumkan karena menunjukkan pertumbuhan sebesar 70% dari 2017.

Sumber: CPU Benchmark
Sumber: CPU Benchmark

Lebih hebatnya lagi, menurut salah satu data dari penjual retail terbesar di Jerman, AMD berhasil mengalahkan penjualan Intel bahkan sebesar 4x lipat.

Sumber: Ingebor via Imgur
Sumber: Ingebor via Imgur

Cerita keperkasaan pertumbuhan pasar gaming AMD di akhir tahun ini masih belum berhenti. Sebuah survei independen dari European Hardware Association (EHA) menunjukkan peningkatan popularitas sebesar 50% dalam 2 tahun terakhir. Survey terakhir mereka yang melibatkan lebih dari 10 ribu responden menunjukkan bahwa 60% pengguna akan memilih AMD saat ingin membeli prosesor desktop mereka selanjutnya.

“AMD mendapatkan momentum besar dalam tiga tahun terakhir di segmen enthusiast,” kata Chairman EHA Koen Crijns. “Dengan CPU seri Ryzen, AMD berhasil menutup jarak performa yang besar, sembari menawarkan rasio harga/performa yang tinggi.”

Sebelumnya, dalam survey EHA yang sejenis di tahun 2018, hanya 40% yang memilih AMD. Sedangkan pada survey Mei 2019, hasilnya meningkat menjadi 50%.

Sumber: European Hardware Association
Sumber: European Hardware Association

“Kenaikan 50% ke 60% selama beberapa bulan terakhir disebabkan oleh peluncuran CPU Ryzen generasi ketiga. Ryzen seri 3000 tak hanya menawarkan performa yang lebih baik pada workload multi-threading tetapi juga pada aplikasi yang butuh thread sedikit seperti game PC.” Ujar Crijns.

Sentimen yang positif juga ditunjukkan oleh GPU AMD.

Crijns pun melanjutkan, “meski NVIDIA masih mendominasi segmen ini dan 72,8% dari technology enthusiast, early adopter, dan influencer yang membaca publikasi dari EHA masih memilih GeForce, peluncuran GPU AMD dengan harga yang agresif seperti RX 5700 dan 5700 XT memberikan dampak yang cukup signifikan. Pada bulan Mei 2019, kurang dari 19% pembaca memilih AMD. Sekarang, angka tersebut beranjak jadi 23%.”

Sumber: Steam
Sumber: Steam

Selain sentimen positif tadi, hasil yang sama terlihat juga dari Steam Hardware & Software Survey: November 2019. Menurut survey tersebut, pengguna AMD saat ini sudah mencapai angka 20% — lonjakan yang fantastis dibanding 2 tahun yang lalu. Pasalnya, pengguna prosesor AMD di Januari 2018 hanyalah 8%. Peningkatan drastis baru terlihat di bulan Juni 2018 saat angkanya mencapai 16%.

Sayangnya, tren yang sama tak terjadi untuk GPU mereka. Pengguna GPU AMD masih bertahan pada angka 15% dengan RX 580 dan 570 yang jadi GPU terlaris dari Radeon.

Paten Ungkap Wujud Controller PlayStation 5

Menyusul rentetan rumor, spekulasi dan bocoran, Sony Interactive Entertainment akhirnya mengumumkan nama resmi console game next-generation mereka dan kapan rencananya perangkat akan meluncur. PlayStation 5 kabarnya siap dilepas di musim libur 2020, menjelang akhir tahun. Meski demikian, hingga kini sang produsen masih belum memperlihatkan seperti apa wujudnya ke publik.

Namun mungkin, info baru ini bisa mengurangi dahaga Anda terhadap PlayStation 5. Berdasarkan paten yang diajukan Sony di Jepang, terungkaplah ilustrasi yang kemungkinan memperlihatkan wujud dari unit controller pendamping PS5. Sementara ini, Sony malah belum memberinya nama formal, tapi banyak orang menduga sang produsen akan melabelinya secara simpel dan menyebutnya sebagai ‘DualShock 5’.

DS5 2

Berdasarkan gambar di paten Sony, controller PlayStation 5 mempunyai penampilan yang hampir tak berbeda dari DualShock 4. Semua pernak-pernik familier ada di sana: Directional pad berada di sebelah kiri dengan rangkaian action button di kanan. Kemudian dua buah thumb stick kembali diposisikan secara sejajar di bawahnya, dan tim desainer Sony juga sama sekali tidak mengubah letak keempat trigger button.

DS5 1

Selain itu, Sony lagi-lagi membubuhkan tombol lingkaran di bawah lubang speaker. Di DualShock 4, tombol ini ditandai oleh logo PS dan berfungsi untuk mengaktifkan console dari jauh, lalu tombol Share dan Options juga berada di area familier. Satu aspek unik yang saya identifikasi dari ilustrasi controller PS5 ini adalah bagian touchpad tampaknya sedikit lebih tinggi dan rata. Pertanyaannya, apakah Sony akan mempertahankan pemakaian touchpad atau mereka berniat untuk menggantinya dengan sesuatu yang baru – misalnya layar sentuh?

Saya juga tidak melihat eksistensi dari lightbar di bagian depan, lalu sepertinya ada dua colokan audio di sisi belakang. Untuk mengisi ulang baterai internalnya, kita dipersilakan mencolokkan kabel ke port di depan, namun kali ini controller memanfaatkan konektivitas USB type-C.

Perlu kita ingat bahwa Sony sewaktu-waktu bisa saja mengubah atau memodifikasi desain controller PlayStation 5 tersebut, membuat produk jadinya berbeda dengan yang ada di gambar.

Walau begitu, ada sejumlah hal yang sudah dikonformasi Sony terkait unit gamepad. Pertama, mereka mengganti sistem rumble (efek vibrasi lewat putaran) dengan haptic feedback. Dan kedua, produsen menanamkan teknologi ‘adaptive trigger‘ di tombol L2 dan R2 agar mampu mensimulasikan adegan di game secara lebih realistis – misalnya ketika karakter Anda sedang menarik busur panah atau menekan pedal gas di kendaraan.

Via The Verge.

Analis Ungkap 4 Kunci Sukses Free Fire di Asia Tenggara dan Amerika Latin

Bila kita berbicara tentang battle royale, pikiran kita pasti akan langsung tertuju pada dua game battle royale terbesar di dunia: Fortnite dan PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG). Akan tetapi sebetulnya ada game lain yang diam-diam juga punya kesuksesan besar, bahkan melampaui Fortnite dan PUBG di beberapa negara. Game itu adalah Free Fire, battle royale besutan 111dots Studio dan Garena yang kini jadi kekuatan dominan di Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

Seberapa populerkah Free Fire? Menurut sebuah siaran pers dari Garena, Free Fire di pertengahan 2019 memiliki lebih dari 450 juta pengguna terdaftar, dan lebih dari 50 juta peak daily users. Pendapatan game ini juga cukup besar, dengan laporan dari Sensor Tower menunjukkan revenue di kuartal pertama tahun 2019 saja mencapai US$90.000.000 (sekitar Rp1,26 triliun).

Brasil menjadi negara dengan popularitas tertinggi di dunia Free Fire, dan menyumbang sekitar 31% dari pendapatan total. Negara kedua tertinggi adalah Thailand yang menyumbang 11% dari revenue keseluruhan. Mengapa game ini bisa begitu sukses, terutama di wilayah Asia Tenggara dan Amerika Selatan? Belum lama ini Henri Brouard, seorang analis di NetEase Games, mengutarakan pendapatnya lewat situs Gamasutra.

Bisa main di smartphone “kentang”

Hal pertama yang diutarakan Brouard adalah target pasar Free Fire yang memang ingin menjangkau negara-negara berkembang. Garena memastikan bahwa game ini bisa berjalan lancar di perangkat-perangkat berspesifikasi rendah. Brouard menyebutkan data dari Device Atlas, yang menunjukkan bahwa perangkat yang paling banyak ditunakan untuk memainkan Free Fire di kuartal kedua tahun 2019 adalah iPhone 7 dan Samsung Galaxy J2. Smartphone yang terakhir ini hanya memiliki RAM sebesar 1,5 GB dan storage antara 8-16 GB.

Free Fire - Screenshot
Free Fire tidak butuh spesifikasi tinggi | Sumber: Garena Free Fire Indonesia

Untuk memainkan Free Fire secara lancar, para pengguna memang hanya dituntut memiliki RAM 1 GB serta storage sebesar 900 MB. Ini jauh lebih rendah daripada misalnya PUBG Mobile, yang butuh RAM di atas 2GB serta storage 1,5 GB lebih. Free Fire juga menyediakan pilihan setting visual, sehingga pemain di smartphone canggih bisa mendapatkan pengalaman yang lebih baik.

Gameplay super kasual

Free Fire didesain dari awal agar mudah dimainkan siapa saja dan tidak butuh waktu lama. Ketika game dimulai, jumlah pemainnya adalah 50 orang. Artinya satu ronde bisa berakhir lebih cepat, rata-rata sekitar 10 menit saja. Bangunan juga tidak memiliki pintu atau jendela, sehingga pemain tidak bisa bersembunyi dengan mudah di dalamnya. Hal ini ditambah dengan elemen-elemen lain yang mempercepat permainan, seperti high loot area serta drone yang bisa menunjukkan lokasi musuh.

Free Fire - 10 Minutes
Permainan kasual dengan durasi 10 menit | Sumber: Google Play

Dari segi kesulitan, Free Fire menyediakan fitur aim assist yang cukup ekstrem, lebih ekstrem dari game shooter atau battle royale lainnya. Begitu ekstremnya sampai-sampai kursor akan tetap mengunci musuh meskipun mereka bergerak ke arah lain. Di samping itu, ketika pemain melakukan zoom senjata, kursor akan berubah menjadi warna merah bila musuh terkunci. Semua fitur bantuan ini menjadikan Free Fire game yang ramah bagi mereka yang tak terbiasa bermain game shooter.

Monetisasi dengan elemen RPG

Sekilas monetisasi Free Fire mungkin terlihat biasa saja. Pemain bisa mendapatkan imbalan cukup dengan bermain, dan akan mendapat imbalan ekstra bila membeli season pass. Game ini juga menawarkan fitur gacha (Luck Royale) yang akan memberikan item secara acak. Pemain bisa menggunakan mata uang gratisan ataupun premium untuk memainkan Luck Royale ini.

Free Fire - Characters
Battle Royale dengan elemen RPG | Sumber: Google Play

Perbedaan Free Fire dengan battle royale lainnya adalah bahwa game ini memiliki elemen serupa RPG. Di Free Fire, pemain bisa memilih satu dari puluhan karakter berbeda, dan masing-masing karakter ini memiliki keahlian berbeda pula. Sebagian karakter bisa didapatkan secara gratis, tapi ada juga yang harus dibeli dengan mata uang premium. Karakter-karakter ini kemudian bisa di-upgrade agar menjadi lebih kuat, dan tentunya proses upgrade itu akan lebih cepat bila menggunakan mata uang premium.

Ini masih ditambah lagi dengan adanya berbagai item yang akan memberikan keuntungan, seperti mengisi ulang HP, memanggil peti airdrop, dan sebagainya. Dengan mengabiskan lebih banyak uang, pemain bisa mendapat sedikit keuntungan dibandingkan pemain lainnya, dan ini memberikan daya tarik tersendiri.

Merangkul komunitas lokal

Free Fire sangat gencar dalam menapakkan kakinya di pasar lokal, dan ini dilakukan lewat sejumlah aspek berbeda. Hal pertama yang langsung terlihat adalah kanal media sosial resminya terpisah berdasarkan negara. Anda bisa menemukan akun Facebook, Twitter, bahkan YouTube Free Fire khusus untuk pasar Indonesia, Brasil, India, dan sebagainya.

Free Fire - Dia de los Muertos
Event Dia de los Muertos di Free Fire | Sumber: Free Fire South America

Pendekatan kedua adalah pengembangan konten-konten dengan nuansa lokal. Free Fire memiliki event khusus bertema Karnaval Brasil, Dia de los Muertos (perayaan Meksiko), karakter Monkey King (Tiongkok), dan masih banyak lagi. Selain itu, game ini juga banyak mengambil inspirasi dari film atau game lain yang terkenal. Anda bisa menemukan kostum yang mirip Joker, karakter yang mirip John Wick, dan banyak lagi.

Pendekatan lokal berikutnya adalah esports. Di negara-negara barat, esports di platform mobile tidak begitu populer. Tapi lain halnya dengan negara-negara yang bersifat “mobile-first” seperti wilayah Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Esports mobile sangat banyak diminati, dan Garena memfasilitasinya lewat kompetisi-kompetisi nasional maupun internasional.

Siaran Free Fire World Cup 2019 yang tayang live di YouTube berhasil meraih 1,4 juta viewer di channel Free Fire Indonesia, dan 1,7 juta viewer di channel Free Fire India. Sementara di Brasil, acara ini ditonton hingga 5,3 juta viewer. Popularitas esports ini kemudian didukung juga oleh keaktifan para YouTuber dan influencer lokal, menciptakan komunitas yang solid di tiap wilayah.

Keberhasilan Free Fire mencapai kesuksesan ini membuat Henri Brouard menyebutnya sebagai “the other king of battle royale”. Apakah Free Fire bisa melampaui kesuksesan Fortnite dan PUBG secara global? Belum tentu, tapi tidak harus juga. Garena berhasil menemukan “sweet spot” dengan cara memahami karakteristik gamer di pasar mereka, dan hasilnya adalah sebuah game yang sukses dengan caranya sendiri.

Sumber: Henri Brouard/Gamasutra

When the Past was Around, Game Tentang Patah Hati dari Developer Lokal

Penerbit dan developer game asal Tangerang, Toge Productions, kembali mengumumkan sebuah game yang unik dan kental akan nuansa artistik. Berjudul When the Past was Around, game ini memiliki genre point-and-click puzzle, dan mengangkat tema seputar cinta terutama tentang patah hati.

Dikembangkan oleh Mojiken Studio yang juga berada di balik game She and the Light Bearer, When the Past was Around bercerita tentang seorang gadis dan kekasihnya dalam dunia surealis yang berisi ruang-ruang dari berbagai zaman dan kenangan. Sang gadis, yang bernama Edda, harus “melarikan diri” dari jebakan masa lalu dengan cara membuka pintu-pintu tersebut, menyelesaikan puzzle, kemudian pada akhirnya menemukan rahasia antara dirinya dan sang kekasih.

When the Past was Around - Screenshot 1
Sumber: Steam

When the Past was Around mengajak pemainnya menyelami perasaan cinta, kemudian melepaskan sesuatu yang dicintai itu, serta segala kesenangan maupun kesedihan yang menyertai keduanya. Mojiken Studio mengembangkan game ini terinspirasi dari puisi yang dibuat oleh Brigitta Rena, sang Director yang juga merupakan developer kunci She and the Light bearer dan A Raven Monologue.

Dari dulu Mojiken dikenal sebagai developer yang gemar mengeksplorasi seni serta gaya penceritaan surealis, dan rupanya game ini masih mempertahankan ciri yang sama. Menurut keterangan di halaman Steam, game ini pada awalnya adalah bagian dari program internal Mojiken Studio yang disebut #MojikenCamp. Program itu bertujuan untuk melakukan eksperimen tentang cara kita menyampaikan cerita, serta menciptakan sebuah pengalaman unik dalam kerangka media seni interaktif—video game.

When the Past was Around - Screenshot 2
Sumber: Steam

Bila Anda penasaran ingin mencoba When the Past was Around, Toge Productions telah menyediakan versi prolog yang bisa Anda unduh secara gratis di Steam atau situs itch.io. Sementara versi full nanti direncanakan rilis untuk PC pada musim semi tahun 2020 (sekitar Maret – Juni 2020). Tersedia juga downloadable content bernama Supporter Pack, yang bisa Anda beli sekarang juga untuk menunjukkan bahwa Anda ingin mendukung para kreator game ini.

When the Past was Around - Screenshot 3
Sumber: Steam

When the Past was Around Supporter Pack berisi wallpaper resolusi tinggi untuk desktop dan mobile, artwork promosi, seluruh aset yang digunakan dalam game, sketsa, serta musik latar. Rencananya setelah game ini dirilis penuh Supporter Pack juga akan mendapat konten tambahan berupa bundel Art & Soundtrack. Apakah Anda berminat untuk mencoba game karya developer lokal yang satu ini?