Apex Legends Luncurkan “Zombie Mode” untuk Meriahkan Halloween

Bulan Oktober telah tiba, itu berarti saatnya para developer game di seluruh dunia berlomba untuk menyajikan konten bertema Halloween. Respawn Entertainment dengan game mereka yaitu Apex Legends pun tak mau ketinggalan. Di bulan Oktober ini, mereka akan merilis event terbatas dengan sejumlah konten dan imbalan menarik, dan juga memberikan suasana tersendiri terhadap gameplay Anda.

Event Halloween di Apex Legends ini diluncurkan dengan judul Fight or Fright Collection Event. Collection Event adalah satu dari tiga jenis event dalam Apex Legends, di mana Anda akan bisa bermain dalam suatu mode khusus terbatas serta mengoleksi berbagai imbalan berupa kosmetik menarik. Selain Collection Event, ada dua jenis event lagi di Apex Legends, yaitu Season Launch (berisi karakter baru, fitur permanen baru, serta perubahan besar di map) dan Themed Event (mirip Collection Event tapi dengan tambahan cerita atau lore).

Ada apa saja di dalam Fight or Fright Collection Event? Jawabannya, banyak. Berikut ini di antaranya.

Fight or Fright - Crypto
Skin eksklusif untuk Crypto | Sumber: EA

Shadowfall

Shadowfall adalah mode terbatas di event Fight or Fright. Mode ini menempatkan Anda dalam pertarungan malam hari di Kings Canyon. Anda akan bermain secara solo bersama 34 pemain lainnya, tapi satu perbedaan besar dari pertarungan biasanya. Ketika seorang pemain mati, ia tidak langsung tereliminasi, tapi akan hidup kembali sebagai zombi yang disebut Shadow Squad.

Sebagai zombi, Anda tidak bisa menggunakan senjata atau Ability, tapi Anda akan bisa bergerak serta melompat lebih cepat, juga memperoleh serangan melee yang lebih kuat. Anda juga bisa memanjat dinding, serta respawn tak terbatas, benar-benar seperti menjadi mayat hidup berjalan. Sementara itu 10 pemain terakhir yang masih hidup harus berusaha kabur dari Kings Canyon agar selamat dari serbuan Shadow Squad.

Fight or Fright - Caustic
Skin eksklusif untuk Caustic | Sumber: EA

24 item kosmetik eksklusif

Respawn memberikan sejumlah item menarik untuk Anda koleksi, termasuk di dalamnya yaitu 24 item kosmetik terbatas dengan tema horor. Anda bisa memperoleh item ini dengan mengumpulkan Event Apex Pack, melakukan crafting, atau membelinya langsung lewat Apex Coin. Ada dua item Legendary di dalamnya, yaitu weapon skin Nocturnal Elegance untuk senjata Devotion dan weapon skin Haymaker untuk senjata Alternator.

Tersedia juga skin eksklusif untuk sejumlah karakter seperti Gibraltar, Wraith, Crypto, Caustic, dan banyak lagi. Kemudian, bila Anda berhasil menyelesaikan semua tantangan dan mendapatkan 24 item kosmetik dalam event ini, Anda akan mendapatkan senjata Heirloom untuk karakter Lifeline secara gratis! Bila Anda gagal, jangan khawatir, senjata Heirloom tersebut juga akan dijual bebas setelah event berakhir.

Devotion - Nocturnal Elegance
Weapon skin Devotion – Nocturnal Elegance | Sumber: EA

Badge, music pack, dan lainnya

Selain item kosmetik yang sudah disebutkan, Fight or Fright juga memberikan badge yang bisa Anda pajang di profil, serta music pack eksklusif bertema horor. Setiap Event Apex Pack yang Anda dapatkan akan memberikan 3 item, yaitu 1 item eksklusif event dan 2 item non-eksklusif. Jadi ada kesempatan untuk mendapat weapon skin, kostum, pose, banner, dan segala item lainnya yang belum Anda miliki.

Fight or Fright Collection Event akan berjalan mulai tanggal 15 Oktober hingga 5 November. Para pemain juga berkesempatan memperoleh Double XP di akhir pekan tanggal 25 – 28 Oktober nanti. Bagaimana, apakah event ini membuat Anda semakin semangat bermain Apex Legends, atau Anda sudah bosan dan beralih ke game lain?

Sumber: EA, IGN

Sony Resmi Umumkan PlayStation 5, Akan Meluncur di Musim Libur 2020

Ketersediaan layanan cloud dan makin siapnya infrastruktur pendukung perlahan tapi pasti mengubah cara video game disajikan. Dan kini banyak orang penasaran bagaimana kondisi tersebut memengaruhi perancangan dan penyajian home console selanjutnya. Antisipasi khalayak kian menjadi ketika pihak Microsoft dan Sony mengonfirmasi pengembangan hardware gaming next-gen.

Eksistensi console game kelima Sony disingkap resmi di bulan April 2019 kemarin. Dan baru saja lewat blognya, Sony Interactive Entertainment mengumumkan nama formal produk dan kapan rencananya ia akan meluncur. Meneruskan tradisi perusahaan (dan sudah bisa kita tebak), perangkat gaming tersebut diberi nama ‘PlayStation 5’ dan dijadwalkan untuk mulai dipasarkan di musim liburan tahun depan (prediksi analis Hideki Yasuda dari Ace Research Institute terbukti akurat).

Sony belum menyingkap seperti apa penampakan dari PlayStation 5 dan berapa harganya, namun CEO Jim Ryan mengungkap cukup banyak informasi baru mengenai unit controller pendampingnya (dugaan saya akan disebut DualShock 5). Gamepad itu dirancang agar mampu memberikan level immersion lebih baik ketika Anda sedang bermain dengan upgrade yang difokuskan pada aspek sentuhan.

Ada dua inovasi besar pada periferal kendali tersebut. Pertama, Sony kini memanfaatkan teknologi haptic feedback untuk menggantikan sistem rumble – umumnya menggunakaan putaran komponen mirip cincin di dalam buat menghasilkan getaran. Dengan metode haptic, sensasi feedback dapat dihidangkan secara lebih variatif. Contoh kecilnya: pengalaman bermain game balap via kendaraan virtual akan berbeda dari ketika menikmati permainan sepak bola.

Terobosan kedua adalah kehadiran pelatuk (trigger) adaptif – diterapkan pada tombol R2 dan L2. Sistem ini memperkenankan developer untuk memprogram tombol agar mampu memberikan sensasi tactile dalam permainan, misalnya ketika Anda sedang menarik busur panah atau mempercepat laju kendaraan di sirkuit off-road.

Kabarnya, Sony telah membagikan controller baru itu (beserta PS5 versi developer kit) pada sejumlah studio game dan mempersilakan mereka buat berkreasi. Controller memiliki port berjenis USB type-C serta menyimpan baterai berkapasitas lebih besar dari DualShock 4.

Berdasarkan info yang sudah dikonfirmasi sebelumnya, PlayStation 5 dipersenjatai CPU berbasis chip AMD Ryzen dan GPU Navi, ditopang teknologi ray-tracing (berbekal hardware, bukan sekadar software) serta ditunjang penyimpanan berjenis SSD demi mempersingkat waktu load permainan. Selain itu, Sony menyiapkan UI baru yang lebih informatif serta membubuhkan fitur backward compatibility ke game-game PS4.

Demi memeriahkan pelepasan PlayStation 5, Sony mempercayapakan Bluepoint Games buat me-remake Shadow of the Colossus serta Uncharted: The Nathan Drake Collection (plus satu permainan baru khusus untuk PS5). Sementara itu, judul-judul besar eksklusif seperti Death Stranding, The Last of Us Part II serta Ghost of Tsushima baru akan hadir di PlayStation 4.

Tambahan: Wired.

Tiket Virtual BlizzCon 2019, Usaha Blizzard Dekati Penggemar Luar Amerika Serikat

Para penggemar game generasi tua mungkin sudah awam dengan BlizzCon, sebuah hajatan tahunan dari salah satu pengembang game ternama, Blizzard Entertainment. Kendati nama event ini yang sudah cukup termahsyur, sayangnya acara ini terbilang seperti hajatan milik orang Amerika saja. Salah satu alasannya adalah karena BlizzCon yang memang selalu diadakan di Amerika Serikat saja.

Tetapi kini Blizzard ingin mencoba lebih dekat dengan para penggemar mereka yang berada di belahan dunia lain. Salah satu caranya adalah dengan mempersiapkan sebuah konten yang dapat membuat para penggemar mendapat pengalaman seperti betul-betul hadir ke BlizzCon, tanpa harus berangkat ke Amerika Serikat.

Untuk itu, Blizzard kini menjual Tiket Virtual BlizzCon 2019. Tiket ini sendiri berisikan berbagai macam konten virtual, ditambah dengan berbagai akses terhadap konten BlizzCon yang lebih mendalam. Jadi, bagi anda pemilik Tiket Virtual BlizzCon, Anda akan mendapatkan item-item virtual dari hampir semua game milik Blizzard, yaitu World of Warcraft, Overwatch, Hearthstone, StarCraft II, Heroes of the Storm, dan Diablo III.

Sumber: AKG Games PR
Sumber: AKG Games PR

Tapi selain itu, Anda juga bisa menikmati BlizzCon 2019 dengan lebih mendalam. Alih-alih hanya menonton apa yang disajikan di panggung utama, pemilik tiket virtual bisa menikmati BlizzCon dengan lebih komperhensif sampai ke belakang panggung. Pemilik tiket dapat menikmati akses ke semua saluran live-stream BlizzCon yang akan mengajak penonton melakukan tur virtual gelaran utama BlizzCon selama dua hari penuh, yaitu pada tanggal 1 dan 2 November 2019.

Selain dari hal itu, pemilik tiket juga akan mendapatkan akses terhadap beberapa konten. Pertama ada konten diskusi panel yang lebih mendalam. Diskusi panel sendiri sebenarnya dapat diakses gratis secara online, namun pemilik Tiket Virtual akan dibawa lebih jauh lewat konten behind-the-scene dari game-game besutan Blizzard.

Sumber: Dexerto
Sumber: Trending All Day

Kedua, ada konten Community Night, yang menampilkan lomba cosplay di BlizzCon, berbagai macam hasil kreativitas dari komunitas Blizzard, dan juga tentunya movie contest. Ketiga, dan yang tidak kalah menarik, adalah akses kepada Festival Penutupan. Pemilik tiket dapat menikmati akses konser festival penutupan yang disiarkan secara langsung dari beberapa panggung.

Tiket Virtual BlizzCon 2019 ini sudah mulai dijual. Tiket ini dapat dibeli dengan harga US$49.99 atau sekitar Rp709 ribu. Anda dapat langsung pergi ke laman resmi BlizzCon untuk dapat membeli Tiket Virtual BlizzCon, dan menikmati hari raya para penggemar game besutan Blizzard dari rumah!

Esports Jadi Populer, Asus Tertarik Perbanyak Lini PC Gaming Prebuilt

Tahun lalu, Asus meluncurkan ROG Strix GL 12 yang ditujukan untuk para pemain esports. Tahun ini, Asus kembali meluncurkan penerus dari PC desktop gaming tersebut. Pada Juli lalu, selain meluncurkan ROG Mothership Asus memperkenalkan tiga PC desktop gaming terbaru, yaitu ROG Strix GL10CS, ROG Strix GL12CX, dan ROG Huracan G21CX. Saat ditemui dalam acara media gathering Asus, Astrindo, dan Lexar, Head of Public Relations and e-Marketing, Asus, Muhammad Firman mengatakan bahwa lini GL tahun ini masih ditujukan untuk pemain esports, sama seperti tahun lalu. Hanya saja, PC terbaru dari Asus itu memiliki spesifikasi yang lebih baru, mengikuti perkembangan teknologi.

Di bawah merek Republic of Gamers (ROG), Asus memang menawarkan perangkat khusus gaming, mulai dari ponsel, laptop, sampai PC desktop. Lalu, apa yang membedakan perangkat gaming dengan perangkat untuk pemain esports? “Sama sebenarnya, perangkat untuk gamer dan pemain esports. Hanya, gamer lebih luas. Karena, gamers belum tentu pemain esports, walau pemain esports sudah pasti gamers. Untuk segmen esports, perangkatnya memang khusus mereka yang profesional,” kata Firman saat ditemui pada Rabu, 25/9/2019. “Kalau gaming, lebih umum, tidak spesifik untuk game FPS (First Person Shooter) atau MOBA (Multiplayer Online Battle Arena).” Dia memberikan contoh dalam soal layar. Jika gamer biasa, mungkin mereka sudah puas dengan layar 144Hz, tapi pemain esports akan ingin monitor 240Hz.

ASUS ROG Strix 12 CX | Sumber: dokumentasi Hybrid / Ellavie I.A.
ASUS ROG Strix GL12CX | Sumber: dokumentasi Hybrid / Ellavie I.A.

Asus Indonesia baru mulai gencar untuk menyediakan PC gaming prebuilt tahun ini. Firman menyebutkan, alasannya adalah karena sebelum ini, gamer biasanya lebih tertarik untuk membeli laptop. Kini, dengan semakin populernya esports, Asus merasa, permintaan akan desktop gaming juga mulai naik. “Karena para pemain esports butuh tempat untuk latihan. Biasanya, tempat seperti ini, butuh desktop dan bukannya laptop,” katanya. Dia menyebutkan, pemain mungkin menggunakan laptop atau merakit PC sendiri di rumah. Namun, cyber cafe biasanya lebih memilih untuk membeli PC prebuilt karena mereka tak mau direpotkan dengan proses perakitan. “Untuk pemain yang suka main di desktop, memang bisa rakit sendiri. Tapi, untuk tempat rental, agak repot kalau mereka harus merakit satu-satu. Lebih baik beli yang sudah jadi.”

Pada Maret, Asus membuat ROG Esports Arena bersama penyedia kafe internet Orion. Menurut Firman, ke depan, akan ada semakin banyak esports arena serupa. Seiring dengan pertumbuhan esports, akan ada semakin banyak cyber cafe yang memerlukan PC desktop dengan spesifikasi mumpuni. Dia merasa, cyber cafe akan jadi tempat piliihan bagi para pemain esports yang hendak berlatih atau melakukan latihan tanding karena pemain tidak perlu repot-repot untuk membawa perangkat mereka sendiri. Dan ini, pada akhirnya akan membuat permintaan PC desktop gaming naik. “Mungkin pertumbuhannya tidak semelesat laptop, tapi akan naik,” ungkap Firman. Mengingat Asus juga akan diuntungkan dengan keberadaan esports, Firman mengatakan, salah satu hal yang akan mereka lakukan untuk mengembangkan ekosistem adalah membuat lebih banyak internet cafe seperti Orion. “Kita juga akan melakukan roadshow terkait game atau esports,” katanya. Tidak tertutup kemungkinan, Asus akan bekerja sama dengan penyelenggara turnamen untuk membuat turnamen atau acara gaming lain di masa depan.

Naughty Dog Akhirnya Singkap Tanggal Peluncuran The Last of Us Part II

Terlepas dari console next-gen yang pelan-pelan datang menghampiri kita, PlayStation 4 akan terus menjadi rumah bagi judul-judul besar eksklusif hingga tahun 2020 nanti. Death Stranding siap mendarat di bulan November 2019, Final Fantasy VII Remake dijadwalkan untuk meluncur di awal Maret 2020, bahkan pihak Sony juga sudah menegaskan bahwa Ghost of Tsushima tetap bisa dinikmati di PS4.

Dan dalam acara State of Play kemarin, Naughty Dogs akhirnya mengumumkan agenda perilisan sekuel dari The Last of Us. Bagian kedua dari petualangan Ellie dan Joel itu rencananya akan dilepas kurang dari dua minggu sebelum FFVII Remake tiba. Bersamaan dengan penyingkapan ini, developer juga memublikasikan sebuah trailer baru yang menjelaskan lebih jauh latar belakang cerita permainan.

Lewat blog PlayStation, game director Neil Druckmann menjelaskan bagaimana timnya menghabiskan waktu lima tahun untuk menggarap The Last of Us Part II. Dalam prosesnya itu, tim merasakan tekanan yang berat karena mereka tak mau mengecewakan gamer. Meski mengusung setting post-apocalypse (setelah infeksi jamur cordyceps mewabah, mengubah manusia jadi mutan), The Last of Us Part II tetap fokus pada kisah kemanusiaan.

Druckmann menyampaikan bahwa The Last of Us Part II ialah proyek paling ambisius yang pernah mereka kerjakan. Untuk menceritakan kisahnya secara lengkap, skala permainan perlu dibuat sangat besar. Kabarnya, satu kopi The Last of Us Part II terdiri dari dua disc Blu-Ray. Hal ini mengindikasikan satu hal: game akan memakan ruang penyimpanan lebih dari 50GB, seperti Red Dead Redemption 2.

Sony dan Naughty Dog menyediakan beberapa versi The Last of Us Part II yang bisa Anda pilih: edisi standar, Special Edition, Digital Deluxe Edition, Collector’s Edition serta Ellie Edition.

The Last of Us Part 2 4

Collector’s Edition dibanderol US$ 170, berisi patung Ellie setinggi 12-inci, replika gelang punya sang protagonis, SteelBook kustom, mini art book setebal 48 halaman dari Dark Horse Comic, enam set pin enamel, print art litografi dan lima set striker. Edisi ini juga dibekali voucher konten digital, terdiri dari themeuntuk PS4, enam avatar PSN, soundtrack dan mini art book versi digital.

The Last of Us Part 2 5

Masih kurang puas? Ellie Edition bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar US$ 230. Kontennya meliputi seluruh isi Collector’s Edition, plus ransel yang digunakan Ellie di petualangannya, patch bordir dan soundtrack dalam vinyl 7-inci.

The Last of Us Part 2 3

Alternatifnya tersedia Special Edition (US$ 80) dengan SteelBook case dan bonus konten digital, dan tentu saja Anda bisa memilih versi paling dasar yang dijual seharga US$ 60. Mereka yang melakukan pre-order sebelum game dirilis akan memperoleh bonus upgrade kapasitas amunisi dan dapat langsung menggunakan fitur crafting.

The Last of Us Part 2 2

The Lat of Us Part II akan meluncur pada tanggal 21 Februari 2020 eksklusif di PlayStation 4.

Seperti Game-nya, PlayStation 4 Pro Edisi Death Stranding Punya Wujud yang Unik dan Misterius

PlayStation 4 (dan rivalnya, Xbox One) telah memasuki usia senja. Pihak Sony sudah mengonfirmasi pengembangan perangkat next-gen, dan tak lama lagi kita akan berkenalan dengan ‘PlayStation 5‘. Meski demikian, perusahaan Jepang itu berkali-kali menegaskan bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk bermain sembari terus memperkenalkan versi terbatas dari produk current generation mereka.

Beberapa bulan setelah mengumumkan PlayStation 4 edisi Days of Play 2019, Sony Interactive Entertainment menyingkap PS4 Pro Death Stranding Limited Edition di acara State of Play kemarin. Produk ini dipersembahkan bagi siapapun yang tengah mengantisipasi peluncuran permainan action baru garapan Hideo Kojima, sangat cocok bagi kolektor serta juga bisa jadi pertimbangan buat mereka yang sama sekali belum memiliki PlayStation 4.

Sony menjelaskan bagaimana perancangan PlayStation 4 Pro ini terinspirasi dari tema permainan. Tubuh console mengusung kombinasi warna putih matte dan hitam pada area tengah. Di sisi atasnya, tim desainer membubuhkan dua handprint (telapak tangan) hitam ‘beached things‘, makhluk-makhluk misterius yang jadi antagonis di game tersebut. Sony juga mencantumkan teks bertuliskan ‘Death Stranding’ emas di bagian depan tengah.

Salah satu hal paling menarik dari PS4 Pro Death Stranding Limited Edition ialah controller DualShock 4 yang menemaninya. Penampakkannya terlihat kontras dengan unit console karena periferal ini malah memanfaatkan tubuh berwarna kuning-oranye semi-transparan (plus branding ‘Death Stranding’ di touchpad). Penampilannya tersebut mewakilkan unit penyimpanan Bridge Baby yang menemani tokoh utama Sam (diperankan oleh aktor Norman Reedus) dalam perjalanannya menyatukan kembali Amerika.

(Segala hal mengenai Death Stranding memang aneh. Agar lebih memahaminya, saya menyarankan Anda untuk menyimak penjelasan dan analisis lengkap dari GameSpot – terkait latar belakang dunia game, musuh, serta mengapa Anda harus membawa-bawa bayi selama bertualang.)

PS4 Pro Death Stranding Limited Edition 1

Sony menjelaskan bahwa PlayStation 4 Pro merupakan perangkat terbaik untuk menikmati Death Stranding. Sambungkan ke televisi 4K, dan Anda akan disuguhkan konten beresolusi ultra-HD via metode upscaling. Lalu jika kebetulan Anda hanya mempunyai TV HD, game mampu menghidangkan gambar yang lebih jernih via teknik supersampling. Tentu saja, Death Stranding juga mendukung penuh fitur HDR demi menyajikan output visual yang lebih cerah dan detail.

Bundel PlayStation 4 Pro Deaath Stranding Limited Edition rencananya akan mulai dipasarkan di kawasan Amerika dan Kanada terlebih dulu pada tanggal 8 November 2019 – bersamaan dengan momen peluncuran game secara global. Produk dibanderol di harga serupa varian PS4 Pro standar yaitu, US$ 400. Meski begitu, ada peluang harganya jadi lebih tinggi ketika sampai di Indonesia menakar dari faktor keterbatasan produk.

Sumber: Blog PlayStation.

Game Total War Berikutnya Akan Bawa Anda ke Masa Perang Troya

Di antara begitu banyaknya jenis permainan, genre strategi ialah spesies yang mulai punah. Dari tahun ke tahun, kuantitas perilisan game strategi terus menurun. Sudah dua tahun berlalu sejak Age of Empires IV diumumkan tanpa ada update info apapun, dan kini banyak penggemar strategi menyandarkan harapannya pada tim The Creative Assembly selaku pencipta seri Total War.

Seri ini melakukan debutnya 19 tahun silam lewat peluncuran Shogun di PC. Ciri khas utama Total War adalah kombinasi gameplay antara strategi turn-based dengan skenario pertempuran real-time berskala raksasa, menantang Anda untuk memimpin ribuan prajurit di saat yang bersamaan. Total War umumnya selalu mengangkat tema sejarah (dengan Warhammer sebagai perkecualian). Tapi kali ini, Creative Assembly mencoba membawa kita ke masa ketika sejarah dan mitos tercampur aduk.

Minggu ini, studio asal Inggris itu resmi mengumumkan A Total War Saga: Troy. Seperti yang bisa diterka dari judulnya, permainan fokus pada konflik Perang Troya. Para sejarawan hingga kini masih mencari tahu apakah Perang Troya betul-betul terjadi atau itu semua hanyalah hasil imajinasi sang penulis legendaris Homer lewat epos Iliad. Namun latar belakang cerita game tetap seperti yang pernah Anda dengar/saksikan: Paris dari Troya menculik ratu Helen dari Sparta, memercik perang selama satu dekade.

A Total War Saga Troy 2

Tapi sedikit berbeda dari Iliad, faksi-faksi Yunani tidak serta-merta bersatu untuk memerangi Troya. A Total War Saga: Troy tetap menghidangkan struktur sandbox, dan delapan faksi yang bisa Anda pilih boleh jadi malah saling berperang. Beberapa kelompok juga ada yang lebih cenderung mendukung Troya, dan dengan bermain sebagai mereka, Anda bahkan bisa menghentikan bangsa Sparta sebelum mencapai Troya.

Saat game dimulai, faksi-faksi tersebut tidak besar. Dan seandainya memilih bermain jadi Raja Meneleus dari Sparta, Anda tak bisa langsung menghimpun prajurit dan berlayar ke Troya. Anda perlu mengumpulkan perbekalan seperti pangan dan anggur, serta menjalin persekutuan dengan faksi lain. Kemenangan juga lebih mudah dicapai jika para pahlawan mendukung Anda. Beberapa nama terkenal bisa Anda rekrut, contohnya Achilles, Agammemnon dan Hector. Pemain bahkan bisa memperkuat pasukannya dengan makhluk-makhluk mitos seperti minotour.

A Total War Saga Troy 3

Yang membuat A Total War Saga: Troy lebih dinamis adalah karakteristik unik para hero. Mereka sangat kuat, suka pamer dan gemar menantang sesamanya dalam pertempuran satu lawan satu. Pahlawan-pahlawan juga punya misi sendiri. Misalnya di tengah perang, Odysseus diminta pulang demi mengusir beberapa orang yang mencoba meminang istrinya serta merebut kerajaannya. Jika berhasil, ia akan mendapatkan senjata baru sekaligus mengangkat putranya sebagai hero.

A Total War Saga Troy 1

Dewa juga memegang peranan penting di Perang Troya. Mereka mungkin tidak akan membantu Anda meluluh-lantakkan musuh secara langsung, namun dengan tunduk dan patuh pada dewa-dewi tertentu, Anda akan mendapatkan bonus – contohnya membuat pasukan lebih kuat atau mendongkrak kemampuan negosiasi pemimpin faksi.

Sega selaku perusahaan induk Creative Assembly berencana untuk meluncurkan A Total War Saga: Troy rencananya di PC pada di tahun 2020, tapi buat sekarang, tanggal pasti perilisannya belum diketahui.

Via PC Gamer.

Detail Mengenai Fitur Cross-Play di Call of Duty: Modern Warfare 2019

Satu tren populer di industri game adalah penerapan cross-platform play. Kadang disingkat menjadi cross-play, fitur ini memperkenankan para pemain di sistem berbeda untuk bermain bersama dan bisa Anda temukan di judul-judul seperti Rocket League, Fortnite dan Dauntless. Walaupun terdengar sederhana, implementasinya cukup kompleks, belum lagi kadang ada penolakan dari pemilik platform.

Call of Duty: Modern Warfare merupakan game blockbuster baru yang tak ragu mengusung gagasan cross-play. Reboot permainan shooter berlatar belakang medan tempur modern buatan Infinity Ward ini memungkinkan gamer di PC, PlayStation 4 serta Xbox One untuk bertempur di satu match. Dan tak tanggung-tanggung, versi console Modern Warfare bahkan mendukung penuh keyboard dan mouse – sehingga tak cuma pemain di PC saja yang diuntungkan oleh dukungan periferal itu.

Meneruskan tradisinya, Activision dan Infinity Ward mengumumkan agenda pelaksanaan sesi beta minggu ini. Menariknya, uji coba beta sengaja difokuskan pada kapabilitas cross-platform play di tiga sistem gaming, pertama kalinya disajikan di seri Call of Duty. Open beta rencananya akan dilangsungkan di hari Kamis ini (zona waktunya berbeda) hingga akhir minggu nanti. Sembari memperkenankan kita mencoba cross-play, developer juga mencoba mengumpulkan saran dan masukan dari para tester.

Lewat blog resminya, Activision mengungkap beberapa info lebih detail terkait cross-play, terutama di sesi beta ini. Berikut rinciannya:

  • Cross-platform play di Call of Duty: Modern Warfare bersifat opsional, tersedia untuk seluruh versi. Jadi kita masih tetap dapat bermainan dengan sesama gamer di satu sistem.
  • Agar bisa menikmati Modern Warfare, kita harus memiliki COD Account terlebih dulu. Pendaftarannya tidak dipungut biaya.
  • Sistem matchmaking serta faktor balancing didasarkan pada jenis controller yang pemain gunakan agar tidak terjadi ketimpangan dan setiap orang dipersilakan memutuskan metode input apa yang mereka inginkan. Pasangkan keyboard serta mouse di Xbox One/PS4 agar pemain bisa bertanding melawan gamer PC, lalu gamer PC juga dapat menggunakan gamepad agar dapat bermain bersama pengguna console. Tentu jika Anda menginginkannya, tersedia pula lobby tanpa filter controller.
  • Berkat pemanfaatan COD Account, daftar teman Anda tidak dibatasi jenis platform. Anda bisa menambahkan siapapun ke dalam list terlepas dari versi Modern Warfare yang mereka miliki. Tak ada lagi batasan di komunitas pemain dan komunikasi pun jadi lebih mudah.
  • Fitur cross-play mendukung seluruh mode multiplayer di Modern Warfare. Meski demikian, developer masih belum punya rencana untuk menghadirkannya di turnamen kompetitif maupun mode Ranked Play.

Call of Duty Modern Warfare 1

Selain cross-platform play, satu aspek paling menarik dari Call of Duty: Modern Warfare ialah dihilangkannya Season Pass serta update-update berbayar pasca rilis. Nantinya, seluruh pembaruan konten seperti tambahan peta, mode multiplayer, misi-misi special ops dan lain-lain akan dihidangkan gratis serta berbarengan di seluruh versi. Permainan dijadwalkan untuk meluncur pada tanggal 25 Oktober 2019.

Esports Jadi Salah Satu Cara Konami untuk Populerkan PES

Saat ini, FIFA masih menjadi game sepak bola yang paling dikenal. Meskipun begitu, bukan berarti Konami berdiam diri. Mereka masih berusaha untuk mempopulerkan seri game sepak bola buatan mereka, Pro Evolution Soccer (PES). European PES Brand Manager, Lennart Bobzien mengatakan, salah satu strategi mereka adalah fokus pada competitive gaming alias esports. Tahun ini, Konami bahkan mengubah nama game sepak bolanya menjadi eFootball Pro Evolution Soccer 2020. Kepada Game Industry, Bobzien mengaku, tidak ada yang menduga bahwa Konami akan melakukan rebranding seri PES sehingga fokus pada esports. Namun, dia percaya, ini adalah cara yang bagus untuk menunjukkan rencana Konami ke depan. Pada pertengahan Juli lalu, Konami sempat mengadakan hands-on dari eFootball PES 2020. Ketika itu, dia juga mengundang Rizky Faidan, atlet esports PES Indonesia yang pernah bertanding di PES World Finals 2019.

Saat ini, ada dua kompetisi PES, yaitu PES League yang ditujukan untuk masyarakat umum dan juga eFootball Pro, yang akan mengadu para pemain bola profesional dalam game. Diharapkan, ketika para pemain bola profesional memainkan PES, ini akan dapat membuat lebih banyak orang tertarik untuk memainkan game buatan Konami tersebut. “Kami ingin membuat kompetisi yang realistik,” kata Bobzien, seperti dikutip dari Games Industry. “Kami ingin agar Manchester United menunjukkan permainan seperti ketika bermain sepak bola sebenarnya.”

Esports kini memang terus berkembang. Bobzien mengakui hal ini. “Ketika Anda melihat Dota, League of Legends, jumlah penonton pertandingan game itu sangat banyak. Jumlah penonton kami juga terus naik, dari tahun ke tahun. Jumlah penonton juga tergantung pada lokasi, apakah di Eropa, Amerika Selatan, atau Asia. Di kawasan tertentu, jumlah penonton esports lebih besar. Bagi kami, sangat penting untuk membuat platform esports yang realistik, yang bisa dimengerti oleh penonton yang tidak terlalu paham dengan esports,” ujarnya. Lebih lanjut, dia berkata, “Keuntungan game sepak bola, atau game olahraga apapun yang memiliki esports, adalah hampir semua orang mengenal sepak bola. Mereka mengerti cara bermain sepak bola. Anda harus mengecoh musuh untuk mencetak gol. Jika Anda adalah gamer kasual dan ingin menonton pertandingan League of Legends atau Dota, jika Anda tidak terlalu paham mekanisme game, Anda akan kesulitan memahami jalan pertandingan.”

Meskipun begitu, Bobzien menegaskan bahwa ini bukan berarti Konami akan fokus seratus persen pada esports. Pada akhirnya, game PES tetaplah game sepak bola. Lisensi tim dan pemain sepak bola profesional tetaplah hal yang sangat penting. Selama ini, FIFA mendominasi lisensi untuk pemain dan tim sepak bola, membuat Konami kesulitan untuk mempopulerkan PES. Saat ini, lisensi Liga Premier juga masih ada di FIFA, sehingga Konami tidak bisa menyertakan liga tersebut dalam PES. Untuk mengisi kekosongan itu, Konami membeli lisensi dari beberapa liga sepak bola lain. Tahun lalu, PES membeli tujuh lisensi liga baru. Beberapa di antaranya adalah Liga Skotlandia, Denmark, Belgia, Swiss, dan Rusia. Memang, liga-liga tersebut masih kalah populer jika dibandingkan dengan Liga Inggris, tapi, keputusan Konami untuk menyediakan lebih banyak liga dalam PES terbukti sukses memenangkan hati para fans.

Tidak hanya itu, Konami juga berhasil mendapatkan kerja sama eksklusif denngan Juventus. Dalam 25 tahun, untuk pertama kalinya tim Cristiano Ronaldo itu tidak akan tersedia di FIFA. Selain tim Liga Italia itu, Konami juga mendapatkan lisensi dari klub Manchester United dan Bayern Munich. Walau hal ini tidak mendadak membuat PES menjadi lebih populer dari FIFA, ini cukup untuk membuat gamer tertarik akan game sepak bola buatan Konami.

Sumber: Konami
Sumber: Konami

“Kami tahu bahwa tiga lisensi itu memiliki dampak besar, tapi pengaruhnya tidak akan langsung terlihat,” kata Bobzien. “Kami ingin menunjukkan pada para pengguna bahwa kami akan terus berusaha mendapatkan lisensi baru. Kami telah mendapatkan lisensi Serie A, yang kami tak miliki selama waktu cukup lama, dan kami juga kembali mendapatkan lisensi Euro 2020,” kata Bobzien. Menurut Bobzien, keberadaan Euro 2020 di eFootball PES 2020 tidak hanya menjadi kompetisi yang menarik untuk dimainkan, tapi juga bukti bahwa Konami memiliki hubungan yang baik dengan UEFA.

Jika dibandingkan dengan FIFA, ada satu hal yang hanya dimiliki oleh PES, yaitu game mobile. Sejauh ini, versi mobile dari PES telah diunduh sebanyak 250 juta kali. Tidak heran jika game itu populer, mengingat ia bisa dimainkan dengan gratis. Menurut Bobzien, game mobile PES berfungsi untuk mengenalkan masyarakat dengan seri PES. Diharapkan, para pemain PES di mobile akan beralih dan mulai memainkan game tersebut di konsol. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Para pemain konsol malah tertarik untuk memainkan versi mobile dari PES.

“Kombinasi antara konsol dan mobile memiliki pengaruh sangat baik dan ini membantu kami untuk maju di masa depan. Itu juga membantu kami untuk mengajukan lisensi, mengembangkan fitur baru, seperti Match Day untuk membuat Master League menjadi lebih menarik. Tentu saja ada tekanan setiap tahunnya, mengingat persaingan yang sangat ketat, tapi dengan PES, kami ada di posisi yang cukup baik sekarang ini,” ujar Bobzien.

Resmi Dirilis, Borderlands 3 Akan Tersedia Untuk Multiplatform

Borderlands 3 resmi tersedia di pasaran pada 13 September 2019 ini. Game yang merupakan lanjutan dari seri Borderlands sebalumnya, Borderlands 2, masih mengusung genre yang sama, yaitu genre yang disebut sebagai shooter-looter.

Seperti namanya, genre shooter-looter ini mengkombinasikan dua genre yang sebenarnya bisa dibilang beda jauh. Shooter-looter adalah kombinasi keseruan aksi First Person Shooter, dengan nikmatnya perjalanan kisah dari game RPG.

Membawa genre yang cukup mendobrak, game ini berhasil mendapatkan perhatiannya tersendiri. Seri sebelumnya, Borderlands 2, bahkan masih mampu menarik lebih dari 1 juta pemain setiap bulannya, bahkan enam tahun setelah gamenya dirilis, tepatnya tahun 2012 lalu.

Borderlands 3 hadir menjadi penerus dengan menyempurnakan beberapa fitur kunci, sambil memperkenalkan inovasi dan konsep baru ke dalam sebuah formula yang telah terbukti berhasil. Pada seri terbarunya, Anda sebagai pemain bisa menjelajahi dunia Borderland yang baru, menikmati pilihan Vault Hunter yang beragam, serta ragam senjata yang nyaris tidak terhitung.

Sumber: 2K Newsroom
Sumber: 2K Newsroom

“Melihat proses suatu hal yang awalnya hanya ide, lalu ide tersebut mulai bergerak lewat ragam orang yang mencurahkan segala daya upaya dan talentany, sampai akhirnya ide tersebut menjadi sebuah realita, merupakan sesuatu yang saya rasa teramat istimewa.” Ujar Paul Sage, Creative Director Borderlands 3 lewat surat terbukanya kepada para penggemar.

Dengan semua perjuangan yang dicurahkan oleh pengembang demi membuat Borderlands 3 menjadi nyata, game ini juga ternyata menjadi karya yang teramat dihargai oleh berbagai media internasional. IGN memberi Borderlands 3 skor 9/10, mengatakan bahwa “Persenjataan dalam game ini tiada tanding.”. Shacknews menobatkan game ini sebagai “mahakarya”, dan lain sebagainya.

Borderlands sendiri tersedia lewat 3 platform PlayStatiion 4, Xbox One, dan PC via Epic Games. Dengan beragam edisi yang penuh dengan bonus konten digital, ada tiga pilihan versi yang dapat Anda nikmati. Ada Borderlands 3 Standard Edition dengan harga Rp740.000,-, Borderlands 3 Deluxe Edition dengan harga Rp1.119.000 yang berisikan berbagai konten digital menarik.

Terakhir ada Borderlands 3 Super Deluxe Edition dengan harga Rp1.300.000 yang di dalamnya berisikan konten dari Deluxe Edition, ditambah dengan Season Pass yang berisikan 4 campaign DLC berupa cerita baru, misi baru, dan tantangan baru.

Selain dari itu 2K dan Gearbox Software berkomitmen untuk mendukung Borderlands 3 dengan konten gratis musiman dan event yang mirip dengan Raid yang kami sebut Takedowns yang akan kami hadirkan musim gugur ini.

2K dan Gearbox juga berencana untuk merilis 4 Campaign expansion yang dapat diunduh oleh para pemilik season pass, atau Anda dapat membeli DLC yang hadir secara satu per satu. DLC pertama direncanakan untuk rilis musim dingin nanti. Lebih lanjutnya, Anda dapat membaca informasinya pada blog ini.

2K dan Gearbox juga membuat The Borderlands Show, sebuah video program bulanan yang dibintangi oleh Greg Miller. Episode perdana Borderland show akan tayang pada tanggal 19 September mendatang yang membahas rincian terbaru untuk konten yang akan datang dan juga wawancara dengan Creative Director Borderlands 3, Paul Sage. Nantikan twitch.tv/borderlands pada jam 12 malam WIB.

Bagaimana? Apakah Anda para penggemar seri Borderlands sudah siap melanjutkan petualangan Anda di Borderlands 3?